23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur banyak menimbulkan berbagai penyakit infeksi. Pola hidup yang kurang sehat dan didukung iklim tropis dengan kelembaban udara tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur (Kumalasari dan Sulistyani, 2011). Prevalensi Pityriasis versicolor di dunia masih sangat tinggi, dilaporkan 50% di Kepulauan Samoa Barat yang merupakan lingkungan panas dan lembab, sekitar 1,1% di Swedia yang merupakan negara dengan temperatur yang lebih dingin dan 2-8% dari populasi di Amerika Serikat mempunyai temperatur dan kelembaban tertinggi (Setyarini dan Krisnansari, 2011). Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis, sehingga memungkinkan untuk berkembangnya penyakit infeksi yang di sebabkan oleh jamur. Penyakit infeksi jamur masih memiliki prevalensi yang tinggi, di Semarang 2,93% dan padang 27,6% (Hayati dan Handayani, 2014). Hal ini tak mengherankan, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat. Sekitar 50% penyakit

PEMERIKSAAN JAMUR (Autosaved).doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur banyak menimbulkan berbagai penyakit infeksi. Pola hidup yang kurang sehat dan didukung iklim tropis dengan kelembaban udara tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur (Kumalasari dan Sulistyani, 2011).

Prevalensi Pityriasis versicolor di dunia masih sangat tinggi, dilaporkan 50% di Kepulauan Samoa Barat yang merupakan lingkungan panas dan lembab, sekitar 1,1% di Swedia yang merupakan negara dengan temperatur yang lebih dingin dan 2-8% dari populasi di Amerika Serikat mempunyai temperatur dan kelembaban tertinggi (Setyarini dan Krisnansari, 2011).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis, sehingga memungkinkan untuk berkembangnya penyakit infeksi yang di sebabkan oleh jamur. Penyakit infeksi jamur masih memiliki prevalensi yang tinggi, di Semarang 2,93% dan padang 27,6% (Hayati dan Handayani, 2014).

Hal ini tak mengherankan, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat. Sekitar 50% penyakit kulit di masyarakat daerah tropis adalah panu, sedangkan di daerah sub tropis adalah 15% dan di daerah dingin kurang dari 1% (Hayati dan Handayani, 2014).

Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi praktikum pemeriksaan jamur adalah untuk mengetahui teknik pemeriksaan jamur dan untuk mengamati jenis jamur yang terdapat pada permukaan kulit (punggung), selangkangan, sela jari-jari kaki, lipatan kulit (ketiak), sela jari-jari tangan, kulit kepala dan vagina.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Praktikum Pemeriksaan Jamur, yaitu:

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan jamur.

2. Untuk mengamati jenis jamur yang terdapat pada permukaan kulit (punggung), selangkangan, sela jari-jari kaki, lipatan kulit (ketiak), sela jari-jari tangan, kulit kepala dan vagina.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum Pemeriksaan Jamur, yaitu:

1.3.1 Praktikan

Agar praktikan dapat mengetahui jamur yang dapat mengakibatkan penyakit pada tubuh manusia sehingga praktikan dapat melakukan pencegahanpadapenyakitdiakibatkanjamur.

1.3.2 Institusi

2.3.2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Malassezia furfur

2.1.1 Pengertian

Malassezia furfur adalah spesies tunggal yang menyebabkan penyakit Pityriasis versicolor (panu). Jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis kulit biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Jamur Malassezia furfur sangat mudah menginfeksi kulit orang yang selalu terkontaminasi dengan air dalam waktu yang lama dan disertai dengan kurangnya kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan disekitar. Pityriasis versicolor merupakan infeksi jamur di permukaan kulit (Hayati dan Handayani, 2014).

2.1.2 Etiologi

Pityriasis versicolor (panu) disebabkan oleh Malassezia furfur. Pityriasis versicolor adalah penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala (Siregar, 2004).

Pityriasis versicolor (panu) merupakan penyakit kulit yang sering terjadi, baik pada perempuan maupun laki-laki terutama higienitas dan sanitasi yang buruk atau jelek (Setyarini dan Krisnansari, 2011).

2.1.3 Klasifikasi

2.1.4 Pencegahan

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan suatu penyuluhan dan melakukan usaha dalam upaya memutuskan siklus hidup dari jamur Malassezia furfur misalnya dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, tidak memakai alat-alat pribadi secara bergantian, dan pengobatan secara teratur (Hayati dan Handayani, 2014).

2.1.5 Pengobatan

Tinae versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur. Pakaikan, kain sprei, handuk, harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu (Siregar, 2005).

2.2 Jamur Trichophyton rubrum

2.2.1 Pengertian

Trichophyton rubrum merupakan jamur dermatofita. Dermatofita dibedakan menjadi tiga menurut habitat primer, yaitu antropofilik, zoofilik, dan geofilik. Trichophyton rubrum termasuk dalam kategori jamur antropofilik dan yang tersering menyebabkan penyakit kronis (Chandra, 2006 dalam Salim, 2010).

2.2.2 Etiologi

Jamur Trichophyton rubrum merupakan jamur yang tersering menyebabkan dermatofitosis kronis. Dalam suatu penelitian, jamur jenis Trichophyton merupakan jamur yang paling banyak ditemukan pada sampel kulit, rambut, kulit jari, dan kuku (Sayuti et al, 2006 dalam Salim, 2010).

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Salim (2010), klasifikasi jamur Trichophyton rubrum adalah sebagai berikut:

Kingdom: Fungi

Filum: Ascomycota

Kelas: Euascomycetes

Ordo : Onygenales

Famili : Arthrodermataceae

Genus : Trichophyton

Spesies : Trichophyton rubrum

2.2.4 Pencegahan

2.2.5 Pengobatan

2.3 Jamur Epidermophyton floccosum

2.3.1 Pengertian

2.3.2 Etiologi

2.3.3 Klasifikasi

2.3.4 Pencegahan

2.3.5 Pengobatan

2.4 Jamur Pityrosporum ovale

2.4.1 Pengertian

Pityrosporum ovale adalah yeast atau jamur bersel tunggal yang merupakan anggota genus Malassezia sp dan termasuk family Cryptococcaceae. Pityrosporum ovale termasuk penyebab mikosis superfisialis yang mengenai stratum korneum pada lapisan epidermis.Ciri-ciri Jamur ini adalah berbentuk oval bulat/seperti botol, gram positif, berukuran 1-2 x 2-4 , berdinding ganda dan memperbanyak diri dengan blastospora, serta merupakan flora normal kulit kepala (Sinaga, 2012).

2.4.2 Etiologi

Ketombe memiliki beberapa penyebab antaralain adalah hiperproliferasi sel epidermis dan peningkatan jumlah Pityrosporum ovale, akan tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai faktor mana yang menjadi penyebab primer. Kepustakaan Shuster tahun 1984 menyimpulkan bahwa Pityrosporum ovale tidak diragukan lagi menjadi penyebab primer ketombe karena memenuhi postulat koch, yaitu pertumbuhan berlebihan dari Pityrosporum ovale ditemukan pada ketombe, pengobatan dengan berbagai agen yang hanya mempunyai efek anti jamur, serta reinfeksi dengan Pityrosporum ovale menyebabkan rekurensi (Sinaga, 2012).

2.4.3 Klasifikasi

2.4.4 Pencegahan

Mencegah timbulnya jamur Pityrosporum ovale dapat dilakukan dengan cara istrahat yang cukup, terapkan pola makan sehat dan teratur dan keramas rambut 2 kali seminggu menggunakan produk yang mengandung Tea tree oil (Metasari, 2012).

2.4.5 Pengobatan

Obat-obatan topikal yang biasa dipakai untuk pengobatan ketombe antara lain selenium sulfide, ketokonazol, asam salisilat, sulfur, tar, zinc pyrithione dan kortikosteroid. Ketoconazol merupakan derivat imidazol dioxolan sintesis yang memiliki aktifitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit misalnya: Trichopyton sp, Epidermophyton floccosum, dan Microsporum sp. serta terhadap ragi. Khususnya efek terhadap Pityrosporum sp (Novitasari, 2010).

Selain pengobatan secara medis, pengobatan tradisional untuk menghilangkan ketombe juga dapat ditemukan di masyarakat. Salah satunya dengan cara menggunakan seledri untuk menghilangkan ketombe. Dalam hal ini efek antimikroba atau antijamur tanaman ini diduga memiliki peranan penting (Novitasari, 2010).

Secara alami, kunyit telah dikenal untuk merawat rambut, khususnya supaya rambut bebas dari ketombe, caranya pemakaiannya hanya mengambil sebuah rimpang kunyit yang sudah dicuci bersih lalu diambil sarinya dan digosokan pada kulit kepala sambi digosok-gosok (Novitasari, 2010).

2.5 Jamur Candida albicans

2.5.1 Pengertian

Candida albicans adalah suatu jamur uniseluler yang merupakan flora normal rongga mulut, usus besar dan vagina.Dalam kondisi tertentu, Candida albicans dapat tumbuh berlebih dan melakukan invasi sehingga menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau kekebalannya tertekan. Candida albicans dapat menyebabkan keputihan, sariawan, infeksi kulit, infeksi kuku, infeksi paru-paru dan organ lain serta kandiasis mukokutan menahun (Jawetz et al, 1996; Tortora, 2004 dalam Kumalasari dan Sulistyani, 2011).

Candida albicans merupakan organisme yang terdiri dari sel-sel bulat atau oval yang berbelah diri melalui tunas (budding). Terlepas dari bentuk raginya, Candida albicans bisa menbuat pseudohifa yang terdiri dari banyak sel yang tersusun linier, atau pada keadaan-keadaan tertentu, membentuk hifa yang bersepta (Brown dan Burns, 2005).

2.5.2 Etiologi

Saat kondisi imun tubuh manusia menurun jamur Candida albicans akan menyebabkan penyakit kandidiasis. Kandidiasis merupakan suatu penyakit yang banyak menginfeksi manusia dengan gejala bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menginfeksi bagian lipatan kulit (intertriginosa), bagian vagina (vulvovaginitis), bagian dalam rongga mulut (thrush), dan bagian kuku (paronikia) (Alfiah,Khotimah,danTurnip,2015).

2.5.3 Klasifikasi

Menurut Siregar (2004), klasifikasi jamur Candida albicans adalah sebagai berikut:

Famili: Cryptococcaccae

Subfamili: Candidoidea

Genus: Candida

Spesies: Candida albicans

2.5.4 Pencegahan

Pencegahan kandidiasis dapat dilakukan dengan cara hindari seks bebas, gunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat sehingga tidak lembab, menjaga kebersihan alat kelamin dan melakukan secara rutin pemeriksaan paspmear (Wyuliandari, 2012).

2.5.5 Pengobatan

Daun sembung rambat (Mikania micrantha) dapat menghambat beberapa pertumbuhan bakteri dan hasil analisis fitokimia ekstrak daun sembung rambat (Mikania micrantha) mengandung zat aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, steroid, tanin, dan terpenoid. Beberapa kandungan metabolit sekunder dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur. Penelitian terhadap daun sembung rambat (Mikania micrantha) sebagai antijamur untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans (Alfiah, Khotimah dan Masnur Turnip,2015).

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilakukan Praktikum Pemeriksaan Sputum, yaitu:

Hari/Tanggal: Sabtu, 09 Mei 2015

Waktu: 09:00 WITA-Selesai

Tempat: Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan Praktikum Pemeriksaan Sputum, yaitu:

3.2.1 Alat:

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Objek glass

4. Deck glass

5. Handspayer

3.2.2 Bahan:

1. Sampel jamur (Punggung, ketiak, selangkangan, sela jari kaki, sela jari tangan, kulit kepala, dan vagina).

2. KOH 10%

3. Cutton buds

4. Alkohol 70 %

5. Tissue

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada Praktikum Pemeriksaan Jamur, yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mensterilkan object glass menggunakan alkohol 70%. Kemudian membersihkannya dengan menggunakan tissue.

3. Mengambil sampel vagina, selangkangan, kulit kepala dan ketiak dengan menggunakan cutton buds. Sedangkan mengambil sampel kulit punggung, sela jari kaki, sela jari tangan menggunakan objek glass.

4. Meneteskan larutan KOH 10% pada sampel.

5. Menutup sampel menggunakan deck glass.

6. Mengamati jenis jamur yang terdapat pada setiap sampel di bawah mikroskop.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada Praktikum Pemeriksaan Jamur, yaitu:

NO.

SPESIES JAMUR

GAMBAR

KET

SAMPEL

LITERATUR

1.

Malassezia furfur

Punggung

2.

Trichophyton rubrum

Selangkangan

3.

Epidermophyton floccosum

Sela jari kaki

4.

Trichophyton rubrum

Ketiak

5.

Epidermophyton floccosum

Sela jari tangan

6.

Pityrosporum ovale

Kulit kepala

7.

Candida albicans

Vagina

4.2 Pembahasan

Mikosis adalah infeksi jamur yang bisa mengenai manusia dan juga hewan. Infeksi ini biasanya timbul dari jamur yang terhirup sehingga menjadi infeksi jamur padaparu ataupun pada kulit.

Adapun fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan jamur yaitu mikroskop berfungsi untuk mengamati jamur yang terdapat pada sampel. Pipet tetes berfungsi untuk meneteskan KOH 10% pada sampel. Objek glass berfungsi untuk mengambil dan meletakkan sampel yang akan diamati. Deck glass berfungsi untuk menutup sampel pada saat diamati. Handspayer sebagai tempat meletakkan alkohol 70%. Sampel jamur sebagai sampel yang diamati. KOH 10% berfungsi bahan untuk memperjelas sampel yang diamati pada mikroskop. Cutton buds berfungsi untuk mengoles sampel ke objek glass. Alkohol 70 % berfungsi untuk mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan. Tissue berfungsi senbagai membersih kan alat dan bahan yang digunakan.

Adapun prosedur kerja pemeriksaan jamur yaitu pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian, mensterilkan object glass menggunakan alkohol 70%, kemudian membersihkannya dengan menggunakan tissue.Setelah itu, mengambil sampel vagina, selangkangan, kulit kepala dan ketiak dengan menggunakan cutton buds, sedangkan mengambil sampel kulit punggung, sela jari kaki, sela jari tangan menggunakan objek glass. Kemudian, meneteskan larutan KOH 10% pada sampel. Setelah itu, menutup sampel menggunakan deck glass. Selanjutnya, Mengamati jenis jamur yang terdapat pada setiap sampel di bawah mikroskop.

Berdasarkan hasil dari praktikum pemeriksaan jamur yaitu pada sampel punggung terdapat jamur Malassezia furfur dengan memiliki hifa pendek dan bengkok, spora berbentuk bulat, berdinding tebal dan bertunas. Jamur Malassezia furfur dapat menyebabkan penyakit Pityriasis versicolor (panu). Dimana jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis kulit biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat.

Berdasarkan hasil dari praktikum pemeriksaan jamur yaitu pada sampel selangkangan dan ketiak terdapat jamur Trichophyton rubrum dengan memiliki dinding halus, koloni berwarna merah dan mirokonidia berbentuk seperti tetesan air mata sepanjang sis-sisi hifa. Jamur Trichophyton rubrum merupakan jamur yang tersering menyebabkan dermatofitosis kronis. jamur jenis Trichophyton merupakan jamur yang paling banyak ditemukan pada lipatan kulit, rambut, kulit jari, dan kuku.

Berdasarkan hasil dari praktikum pemeriksaan jamur yaitu pada sampel sela jari kaki dan sela jari tangan terdapat jamur Epidermophyton floccosum dengan memiliki berdinding halus dan hifa bersekat dan koloni biasanya rata dan seperti beludru denganwarnacoklatsampaikuningkehijauan.

Berdasarkan hasil dari praktikum pemeriksaan jamur yaitu pada sampel kulit kepala terdapat jamur Pityrosporum ovale dengan memiliki bentuk oval seperti botol, memperbanyak diri dengan cara bertunas dan gram positif. Jamur Pityrosporum ovale tidak diragukan lagi menjadi penyebab primer ketombe karena memenuhi postulat koch, yaitu pertumbuhan berlebihan dari Pityrosporum ovale ditemukan pada ketombe.

Berdasarkan hasil dari praktikum pemeriksaan jamur yaitu pada sampel Vagina terdapat jamur Candida albicans dengan memiliki berbentuk bulat lonjong dengan diameter sekitar 3-5 m, berwarna putih kekuningan, dinding sel kompleks dan menghasilkan hifa semu berlipat-lipat. Jamur Candida albicans akan menyebabkan penyakit kandidiasis. Kandidiasis merupakan suatu penyakit yang banyak menginfeksi manusia dengan gejala bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menginfeksi bagian lipatan kulit (intertriginosa), bagian vagina (vulvovaginitis), bagian dalam rongga mulut (thrush), dan bagian kuku (paronikia).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Praktikum Pemeriksaan Jamur, yaitu:

1. Teknik yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan jamur yaitu menggunakan teknik pemeriksaan mikroskopik langsung dengan larutan KOH%.

2. Berdasarkan hasil pengamatan jenis jamur yang didapatkan adalah pada punggung yaitu Malassezia furfur. Pada selangkangan dan ketiak yaitu Trichophyton rubrum. Pada sela jari kaki dan sela jari tangan yaitu Epidermophyton floccosum. Pada Kulit kepala yaitu Pityrosporum ovale. Pada vagina yaitu Candida albicans.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam melakukan percobaan di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan percobaan dan diharapkan praktikan bisa membawa bahan-bahan yang lebih baik sehingga memudahkan dalam melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Endahyani, Siti Nur., Kusuworo, Adi., dan Chairul, Anam. 2010. Histogram dan Nilai Derajat Keabuan Citra Thoraks Computed Radiography (CR) Untuk Penderita Tuberculosis (TB) Paru-Paru. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Girsang, Merryani. 2009. Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal Sifat-sifat Pertumbuhannya di Laboratorium. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan. Jakarta.

Jawetz., Melnick., Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 1. Selemba Medika. Jakarta.

Karuniawati. A, dkk. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen Dan Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam Untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Vol. 9, No. Universitas Indonesia. Jakarta.

Kunoli Firdaus, 2012. Penyakit Tropis. Penerbit TIM. Jakarta.

Nugroho, Ferry Andreas., Erwin Puji, Astuti. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru pada Keluarga. STIKES RS. Baptis. Kediri. Diakses pada tanggal 11 April 2015. Pada pukul 21.40 WITA.

Octaria, Yeni., Sahab, Sibuea. 2013. Factors Related to Compliance with Mother/Father In The Treatment of Tuberculosis in Poli Anak Rumah Sakit Abdul Moeloek. Volume 2 No.4. Universitas Lampung. Bandar Lampung .

Pasek, Made Suadnyani., I Made, Satyawan. 2013. Hubungan Persepsi Dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tb Dengan Kepatuhan Pengobatan Di Kecamatan Buleleng. Vol. 2, No. 1. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Diakses pada Tanggal 11 April 2015, pukul 16:05 WITA.

Pasek, Made Suadnyani., Nunuk, Suryani., Pancrasia, Murdani. 2013. Hubungan Persepsi Dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Dengan Kepatuhan Pengobatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng 1. Vol 1, No 1. Universitas Sebelas Maret. Solo.

Prasetyowati, Irma., Chatarina Umbul, Wahyuni. Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tb Anak SD di Kabupaten Jember. VOL. 1/NO. 1. Universitas Airlangga. Surabaya.

Ria, Murni., Musjaya, M. Guli., Muhammad, Alwi. 2013. Deteksi Suspek Tuberculosis Paru Pada Pekerja Tambang Poboya Palu Sulawesi Tengah. Vol. 7, No. 2. Universitas Tadulako. Palu.

Wirdoyono. 2011. Penyakit Tropis Edisi II. Erlangga. Jakarta.