Upload
dangnguyet
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Gambar 1. Hirarki 5 kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
12 i DRPM gazette i vol. 06 No. 01 jaNuaRi 13
Pemenuhan Fitrah Sebagai Pengabdi Masyarakat:Sebuah Refleksi dan Tanggapan
S etelah membaca kerangka acuan kerja seminar
“Pemberdayaan Masyarakat: Inovasi dan Kreativitas
dalam Pemanfaatan Modal Sosial”, saya termangu.
Sebetulnya sudah lama saya merenungkan, menjadi
apa sajakan hasil penelitian-penelitian para ilmuwan Indonesia
selama taruh kata 30 tahun terakhir ini, yang mungkin sudah
sampai ratusan ribu jumlahnya itu? Demikian juga penelitian di UI
yang mungkin juga sudah berjumlah ribuan. Namun, dari begitu
banyak hasil tersebut, ternyata data DRPM menyatakan bahwa
kurang dari 5% yang berupa penelitian aplikatif (Zulys, 2012);
penelitian yang berniat untuk minimal bisa langsung dicobakan
ke masyarakat, pengalaman satu dari Tridharma perguruan tinggi
yang berupa pengabdian masyarakat. Bahkan ternyata, kurang
dari 1% guru besar yang aktif melakukan pengabdian masyrakat.
Ini membuktikan bahwa intensi para pemikir di Indonesia
untuk mengabdikan ilmunya kepada masyarakat masih lemah.
Mungkin satu penyebab yang dikeluhkan adalah dana yang
tidak bisa memenuhi kebutuhan pengabdian yang akan dibuat.
Didukung pula besar alokasi dana untuk pengabdian masyarakat
di DP2M Dikti yang masih berkisar 15% dari alokasi dana riset
dosen. Maka, masyarakat peneliti pun cenderung lebih ingin
berlomba melakukan penelitian yang cukup mengasah otak serta
menambah ilmu. Itu saja dulu. Apakah bisa, perlu, akan dipakai
atau tidak, itu hal berikutnya. Yang penting sudah bisa masuk
jurnal, itu hebat! syukur-syukur bisa dikirim ke konferensi di
Kebutuhan fisiologis:pangan, sandang, rumah, air
Kebutuhan keamanan:rasa aman, keselamatan
Mencintai dan dicintai
Harga diri
Aktualisasidiri
oleh Sri Rochani Soesetio (Niniek L. Karim)
Saat menjadi penanggap dalam seminar pemberdayaan masyarakat bersama dua orang pembicara utama yaitu Bapak Noverius Nggili (pendiri geng motor Imut; kiri) dan Bapak Nurrohim (pendiri sekolah MASTER, Depok; tengah)
vol. 06 No. 01 jaNuaRi 13 i DRPM gazette i 13
mancanegara. Kum pun akan bertambah! Titik! Akibatnya, akan
sangat mungkin tumpukan hasil penelitian yang pasti dikerjakan
dengan susah payah itu banyak yang tidak berkelanjutan. Bahasa
awamnya, hanyalah sebuah kesia-siaan.
Padahal, bila merujuk pada 5 kebutuhan dasar manusia yang
dikemukakan Abraham Maslow, maka yang terpenuhi disini
hanyalah kebutuhan fisik, rasa aman dan penghargaan. Fitrah
manusia yang butuh mengaktualisasikan diri dalam bentuk
pengabdian tulus, tidak terangkat atau terabaikan. Akankah
hakikinya sebagai manusia terpuaskan? Merujuk kepada teori
Maslow tersebut, maka jelas jawabannya adalah: belum. Masih
ada yang belum terisi, yaitu kebutuhan termulia sebagai manusia,
kebutuhan mengaktualisasikan diri bagi kepentingan yang lebih
agung, yang salah satunya membuat diri dan orang lain ataupun
lingkungan menjadi lebih berharkat.
Namun kita patut berbesar hati, masih banyak yang belum
terjebak pada sikap “tak ada dana tak bisa berdaya...” Mari
kita tengok dua kegiatan yang dipaparkan pada seminar
“Pemberdayaan Masyarakat: Inovasi dan Kreativitas dalam
Pemanfaatan Modal Sosial” yang diselenggarakan DRPM UI,
usaha pengabdian yang saya yakin muncul karena desakan
kebutuhan mengaktualisasikan diri bagi kepentingan yang
lebih agung, sehingga mampu tampil menonjol dalam waktu
yang cukup konsisten itu. Keduanya adalah bukti otentik dari
keresahan segelintir manusia Indonesia yang masih bersedia
memelihara fitrah mulianya, atau berusaha memenuhi
kebutuhan terakhir dari 5 kebutuhan dasar manusia yang
dipaparkan Abraham Maslow: kebutuhan mengaktualisasikan diri
dengan mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
Gerakan masyarakat Sekolah MASTER, yang ada sejak tahun
2000 diawali dari keprihatinan seorang Nurrohim akan nasib
anak jalanan di sekitar terminal Depok. Segala usahanya untuk
mewujudkan impiannya membuat anak-anak jalanan bisa
mengasah potensi dan fitrah mereka sebagai makhluk belajar
dan makhluk bekerja itu, didasarinya atau tidak, bisa dikatakan
sebagai usahanya memenuhi kebutuhan Nurrohim mengabdikan
diri kepada kepentingan masyarakat, dalam hal ini anak-anak
jalanan tersebut.
Geng Motor Imut (Aliansi Masyarakat Peduli Ternak), sekelompok
ilmuwan peternak dari Universitas Nusa Cendana ini, juga jelas
merupakan sekelompok manusia yang tak ingin mengebiri
kebutuhan dasarnya untuk berbuat lebih optimal bagi
kepentingan orang banyak, dalam hal ini kaum peternak di bumi
Timor.
Apakah kedua gerakan tersebut akhirnya ada yang mendukung,
bagi saya tidak terlalu penting untuk dibahas. Karena saya
sangat percaya dengan kalimat yang selalu dicetuskan oleh para
pengikut positivis bahwa: “money follow the dreams”.
Saya termasuk orang yang tidak suka terkendala dengan kalimat
“Dananya mana, berapa, cukupkah?” Bila sudah diawali dengan
Dra. Sri Rochani Soesetio Karim, M.Si. (Niniek L. Karim) lulus sebagai sarjana psikologi dan magister psikologi sosial Universitas Indonesia. Niniek L. Karim adalah staf pengajar dan peneliti di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ia mengajar pada program pascasarjana kekhususan Psikologi Sosial dengan mata kuliah Proses Kelompok dan pada jurusan Intervensi Psikologi Sosial dengan mata kuliah Proses Kelompok. Selain mengajar, Niniek L. Kariem adalah pemberdaya masyarakat yang menggalang kerjasama antara UI dengan kelompok-kelompok masyarakat. Ia adalah penabur metode Apreciative Inquiry
kalimat yang bernuansa pesimistis
atau bersuasana negatif seperti itu,
maka langkahpun akan menjadi berat.
Seperti kata David Cooperrider dalam
penjabaran metode Appreciative Inquiry-
nya: kemana kita melangkah, kesitulah kita
akan sampai” Jika kita mencari masalah,
masalahlah yang akan kita temukan. Jika
yakin akan kekuatan impian yang kita
dambakan, maka kita akan sampai pada
keajaiban.
Itu pula yang kami, the Jakarta Glue, yakini.
The Jakarta Glue adalah sekelompok orang
yang ingin menebarkan, meningkatkan
dan merekatkan niat seluruh warga Jakarta
untuk dengan bersemangat memelihara
kota Jakarta sebagai bagian dari dirinya.
Dalam usaha-usaha yang telah, sedang
dan akan kami lakukan menuju ultimate
goal tersebut, kami tak ingin dirisaukan
dengan pertanyaan awal yang berbunyi:
“...dananya dari mana”, dan seterusnya,
dan seterusnya.
Saya ingin menanggapi dengan sikap yang
sangat lega dan menyetujui, keresahan
bersama ini kita angkat dan perjuangkan,
baik dengan usaha mengetuk pintu hati
rekan kita sesama dosen dan peneliti,
maupun pintu UI sebagai perguruan tinggi
tempat kita berada. Mari kita lakoni fitrah
sebagai manusia dengan kebutuhan dasar
ingin berbuat yang terbaik, mulia berguna
dan berdampak positif bagi dunia, dengan
bersemangat. Dengan demikian, sinar
Universitas Indonesia pun akan semakin
memancar dari optimalisasi usahanya
memenuhi Tridharma Perguruan Tinggi,
dengan meningkatkan pengabdiannya
kepada masyarakat dan lingkungan yang
terbela, terbantu dan terfasilitasi haknya
sebagai manusia Indonesia, sebagai
makhluk dunia.
untuk kegiatan community development di kelompok, organisasi maupun masyarakat serta pendiri dan staf konsultan pada Biro Konsultasi Psikologi Fenomena sejak 1980 sampai sekarang. Niniek L. Karim juga merupakan pembina Liga Tari UI sejak tahun 2002 sampai sekarang dan pembina UKM Film UI sejak 2011. Selain sebagai Tenaga Ahli Lembaga Pemberdayaan Masyarakat DKI Jakarta 2000 sampai sekarang, ia juga penggagas Jakarta Glue, gerakan yang berusaha mempengaruhi warga Jakarta agar tertarik ikut memelihara kota Jakarta. Kontak: ninieksst@yahoo.
com
14 i DRPM gazette i vol. 06 No. 01 jaNuaRi 13