27
Laporan Praktik Lapang SISTEM PEMELIHARAAN KUDA PACU DI KECAMATAN BLANGKEJERENKABUPATEN GAYO LUES Disusun Oleh : SUKRIADI 1105104010051 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH 2015

pemeliharaan kuda pacu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pemeliharaan kuda pacu

Laporan Praktik Lapang

SISTEM PEMELIHARAAN KUDA PACU DI KECAMATAN

BLANGKEJERENKABUPATEN GAYO LUES

Disusun Oleh :

SUKRIADI

1105104010051

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2015

Page 2: pemeliharaan kuda pacu

LEMBARAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mempelajari secara sungguh-sungguh kami

berpendapat bahwa penulisan makalah Praktek Lapangan ini baik ruang lingkup

maupun isinya telah memenuhi syarat untuk diseminarkan pada kegiatan Praktek

Lapangan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

Nama : Sukriadi

Nim : 1105104010051

Jurusan : Peternakan

Judul : Sistem Pemeliharaan Kuda Pacu di Kecamatan Blangkejeren

Kabupaten Gayo Lues

Koordinator

Praktik Lapang,

Ir. Cut Aida Fitri, M.Si

NIP. 19670112190302001

Menyetujui

DosenPembimbing,

Dr. Mohd. Agus Nashri Abdullah, S.Pt., M.Si

NIP: 195301181977032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Peternakan

Fakultas pertanian universitas syiah kuala

Dr.Ir.Dzarnisa, M.Si

NIP: 196909111994032002

Page 3: pemeliharaan kuda pacu

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillah, segala puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan anugrah-Nya kepada

Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan peraktek lapangan yang berjudul

“Sistem Pemeliharaan Kuda Pacu di Kecamatan BlangkejerenKabupaten

Gayo Lues”.Laporan ini ditulis berdasarkan hasil peraktik lapangan yang telah

dilakukan Penulis pada bulan Maret2015.

Kuda merupakan salah satu hewan peliharaan digemaari masyarakat Gayo

yang digunakan sebagai kesenangan atau hiburan.Pacuan kuda merupakan budaya

tradisional masyarakat Gayo. Banyaknya peminat terhadap olahraga berkuda

khususnya di Gayo Luesmembuat banyak kalangan peternak menerapkan sistem

manajemen pemeliharaan kuda pacu agar kuda yang dipelihara tetap sehat dan

bisa dikontrol setiap saat serta dapat melatihnya setiap saat untuk

mempertahankan kemampuan berlari.

Laporan Praktik Lapang ini disusun untuk memenuhi persyaratan telah

selesainya pelaksanaan peraktik lapangan, semoga laporan ini dapat memberikan

informasi baru bagi pembaca untuk menambah wawasan studi tentang sistem

pemeliharaan kuda pacu.

Darussalam, 10 Mei 2015

Penulis

ii

Page 4: pemeliharaan kuda pacu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan ........................................................................................ 2

1.3. Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3

2.1. Kuda dan Klasifikasinya ............................................................ 3

2.2. Kuda Lokal Indonesia ................................................................ 4

2.3. Manajemen Pemeliharaan Kuda Pacu ........................................ 5

BAB III. METODE ...................................................................................... 7

3.1. Tempat dan Waktu Praktik Lapang............................................ 7

3.2. Materi Praktik Lapang ............................................................... 7

3.3. Pelaksanaan Praktik Lapang ...................................................... 7

BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................ 8

4.1. Deskripsi Kuda Gayo ................................................................. 8

4.2. Pemeliharaan .............................................................................. 9

4.3. Pakan dan Air Minum yang Diberikan ................................................... 9

4.4. Kandang .................................................................................... 11

4.5. Pengendalian Penyakit ......................................................................... 11

4.6. Perkawinan .......................................................................................... 12

4.7. Pemasaran ........................................................................................... 12

BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 14

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 14

5.2. Saran .......................................................................................... 15

DAFTARA PUSTAKA ................................................................................ 16

iii

Page 5: pemeliharaan kuda pacu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Kuda .................................................................................................. 3

Page 6: pemeliharaan kuda pacu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Kuda Gayo (Kuda Lokal) ................................................................... 17

2. Kuda Astaga (Peranakan Kuda Australia dengan Kuda Gayo) ........... 17

3. Pembuatan Konsentrat ..........................................................................18

4. Pemberian Pakan Konsentrat ............................................................... 18

5. Hijauan Pakan .......................................................................................19

6. Pemberian Hijauan ................................................................................19

7. Perkandangan ........................................................................................19

8. Pengendalian Penyakit ..........................................................................20

9. Kuda Pejantan Unggul ..........................................................................21

10. Indukan Kuda Pacu yang Sedang Beranak ........................................ 21

iv

Page 7: pemeliharaan kuda pacu

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa

jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang

mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda

sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain

tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan (Mansyuret al., 2006).

Beberapa jenis kuda yang dikenal di Indonesia pada umumnya diberi nama

sesuai asal-usulnya tempat tersebarnya diantaranya kuda Gayo, kuda Batak, kuda

Jawa, kuda Priangan, kuda Sulawesi, kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa,

kuda Timor dan kuda Flores. Kuda Gayo merupakan salah satu ternak yang

bertipe fancy (kesenangan/hiasan) yang sudah lama dikenal dan digemari

masyaraka Gayo. Sejak dahulu kala peranan kuda di Gayo selain untuk dipacu

juga digunakan sebagai pekerja dan sarana transportasi sehingga masyarakat gayo

dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar.

Seiringperkembangan zaman yang semakin canggih, maka kuda tidak lagi

digunakan sebagai pekerja maupun sebagai sarana transportasi. Namun, kuda

telah menjadi ternak kesayangan yang sangat bernilai dan dimiliki oleh komunitas

tertentu pecinta ternak kuda.

1

Page 8: pemeliharaan kuda pacu

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktik lapang ini adalah untuk mengetahui sistem

pemeliharaan (manajemen) kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten

Gayo Lues.

1.3. Manfaat

Manfaat dari peraktik lapang ini yaitu sebagai informasi tentang sistem

pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten Gayo Lues serta menambah wawasan dan

pengalaman pribadi. Hasil dari peraktik lapangan ini dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam pemeliharaan kuda pacu untuk peternak lainnya.

2

Page 9: pemeliharaan kuda pacu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kuda dan Klasifikasinya

Kuda merupakan ternak nonruminansia grup colon fermentor yang

mempunyai semangat tinggi (Cheeke, 1999). Kuda tergolong dalam ternak

herbivora atau ternak yang mengkonsumsi hijauan (Gibbs dan Davidson, 1992).

Kuda memiliki klasifikasikan sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1995) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Perissodactyla

Famili : Equidae

Genus : Equus

Spesies : Equus Caballus

Gambar 1. Kuda (sumber : koleksi pribadi)

3

Page 10: pemeliharaan kuda pacu

Kuda merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara

ekonomis dan historis dan memegang peranan penting sebagai alat transfortasi

selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi oleh manusia dan dapat pula

digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan

di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).

Bangsa kuda seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang

melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi

berdasarkan pada daerah asal, fungsi, dan ciri fenotifik (Bowling dan Ruvinsky,

2000).

2.2.Kuda Lokal Indonesia

Edward (1994) menyatakan bahwa, kuda lokal indonesia digolongkan ke

dalam kuda poni. Tinggi badan kuda Indonesia berkisar antara 1,15 - 1,35 m,

sehingga digolongkan ke dalam jenis kuda poni. Kegunaan kuda lokal Indonesia

sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang, sarana

hiburan dan sebagai bahan pangan masyarakat lokal (Prabowo, 2003).

Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu: kuda

Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumatera (terdiri dari 4 jenis,

yaitu: kuda Padang, kuda Gayo, kuda Batak dan kuda Agam), kuda Sumba, kuda

Sumbawa, kuda Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timur, kuda

Bali, kuda Lombok dan kuda Kuningan (Soeharjono, 1990). Beberapa diantaranya

memiliki keunggulan sebagai kuda tunggang dan kuda pacu.

4

Page 11: pemeliharaan kuda pacu

2.3.Manajemen Pemeliharaan Kuda Pacu

Manajemen pemeliharaan kuda pacu di Indonesia umumnya masih

mengacu pada pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri

dan masih memberikan pakan impor sebagai pakan utamamenjelang pacuan

(Pongoh et al., 2015).

Salah satu tujuan pemberian pakan untuk kuda pacu yaitu agar

memperoleh prestasi atau juara pada saat pacuan atau perlombaan, oleh karena itu

perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung di

dalam pakan, terlebih kandungan energi yang mempunyai peran utama pada saat

kuda dipacu (Pongoh et al., 2015). Kecernaan zat makanan merupakan faktor

yang sangat menentukan kualitas bahan pakan yang dikonsumsi ternak kuda.

Beternak kuda seperti layaknya beternak sapi atau kambingmaupun ayam

dan setiap saat penyakit bisa menjadi ancaman yang membahayakan bahkan

mematikan (Anonim, 2015).

Program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit,

pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Ternak yang kondisi

tubuhnya sehat akan memperlihatkan tingkah laku yang lincah dan gesit,

sedangkan jika terdapat kelainan pada kuda nafsu makan kuda akan menurun

sehingga mempengaruhi seluruh aktivitasnya (Wijayanti, 2012).

Membagun kandang di daerah tropis, diusahakan ada vetilasi sehingga

pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan udara panas dan

tidak menimbulkan hawa panas di dalam kandang (Jacoebs, 1994). Udara yang

bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta mempengaruhi

5

Page 12: pemeliharaan kuda pacu

kekuatan kuda tersebut (McBane, 1991).

Kuda betina dan anaknya yang ditempatkan dalam satu kandang harus

memiliki ukuran kandang yang lebih besar agar anak kuda dapat bergerak bebas,

sedangkan kandang pejantan harus lebih kuat dari pada kandang betina atau

kandang anak. Letak kandang jantan lebih jauh dari kandang betinaagar kuda

betina tidak terganggu terutama saat merawat anak (Jacoebs, 1994).

Peternakan kuda pacu lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung

seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang

perawatan atau ruang pemeliharaan pada setiap kandang sehingga memudahkan

dalam pengawasan kuda (McBane, 1994).

6

Page 13: pemeliharaan kuda pacu

BAB III. METODE

3.1.Tempat dan Waktu Praktik Lapang

Praktek lapang ini dilakukan di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo

Lues. Waktu pelaksanaannyadilakukan selama 1 (satu) minggu yaitu dimulai dari

tanggal 27 Maret sampai dengan 02April 2015.

3.2.Materi Praktik Lapang

Materi dalam kegiatan praktik lapang ini yaitu ternak kuda yang dipelihara

oleh masyarakat di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Ternak kuda

dipelihara untuk digunakan sebagai kuda pacu.

3.3. Kegiatan Pelaksanaan Praktik Lapang

Data yang diperoleh yaitu dengan melakukan survei dan wawancara

langsung dengan peternak kuda. Di samping itu juga dikumpulkan data yang

berkaitan dan peternakan kuda pacu bersumber dari dinassetempat di Kecamatan

BlangkejerenKabupaten Gayo Lues.

Pelaksanaan Praktik lapang yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan

rutinitas peternak pemeliharaan kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten

Gayo Lues yaitu: (1) pemeliharaan kuda pacu; (2) pakan dan air minum yang

diberikan kepada kuda; (3) pemberian konsentrat; (4) desain dan perkandangan

kuda pacu; (5) pengendalian penyakit kuda pacu; (6) perkawinan kuda pacu; dan

(7) pemasaran kuda pacu.

7

Page 14: pemeliharaan kuda pacu

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kuda Gayo

Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh

Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriahyang merupakan salah satu rumpun kuda

nasional yaitu Rumpun Kuda Gayoyang telah ditetapkan oleh pemerintan sesuai

dengan Surat KeputusanMenteri Pertanian (Mentan) Nomor:

1054/Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014.Kuda Gayo adalah

sebagai salah satu kekayaan sumber daya genetik hewan lokal di Indonesia.

Hewan ini harus dilindungi dan dilestarikan karena kuda asli dari Gayo

mempunyai bentuk fisik yang khas jika dibandingkan dengan kuda

lain.Keberadaan kuda di daerah Gayo itu diketahui dulunya sebelum ada

kendaraan sangat membantu masyarakat petani membawa hasil panen sebagai

sarana transportasi.

Kuda Gayo mempunyai nilai strategis yang dipelihara secara turun-

temurun sebagai kuda pacu, dan mempunyai nilai ekonomi dan budaya serta

telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Gayo. Disebutkan, kuda Gayo

sudah ada sejak abad ke-18 yang beradaptasi di Gayo, kemudian diperbaiki

dengan kuda Thoroughbred dengan sebaran asli geografis meliputi Kabupaten

Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah.

Kuda Gayo (kuda lokal Gayo) memiliki tinggi badan 118-125 cm dan

beberapa keunggulan diantaranya yaitu: daya adaptasi terhadap lingkungan sangat

baik, tahan terhadap penyakit lokal, perawatannya lebih efisien dan ekonomis.

8

Page 15: pemeliharaan kuda pacu

Kuda pacuan di Gayo yang digunakan sekarang tidak hanya kuda asli

Gayo tetapi juga kuda persilangan antara kuda Gayo dan kuda Australia yang

diberi nama kuda Astaga (Australi Gayo).

4.2. PemeliharaanKuda Gayo

Pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten Gayo Lues dilakukan oleh peternak

kuda yang umumnya menggunakan sistem semi intensifyaitu malam hari

dikandangkan dan pada siang hari diikat di sekitar kandang, ada juga yang

memelihara secara intensifyaitu kuda terus-menerus berada di dalam kandang

yang dipagari. Kandang kuda dilengkapi dengan halaman yang dibatasi oleh pagar

yang kokoh. Kuda tersebut akan ke halaman kandang biasanya untuk berjamur.

Anak kuda yang berumur di bawah 1-1,5 tahun pemeliharaanya dibiarkan

terus-menerus bersama induknya. Selanjutnya setelah anak kuda tersebut

berumur 1 sampai dengan 1,5 tahun, anak kuda ditangkap dan dipisahkan dari

induknya untuk dipelihara secara terpisah sebagai calon kuda pacu. Kuda yang

dimanfaatkan sebagai kuda pacu umumnya adalah kuda yang berumur mulai 2

tahun keatas.

4.3. Pakan dan Air Minum yang Diberikan

4.3.1. Hijauan

Pakan yang diberikan kepada kuda pacu umumnya adalah hijauan yaitu

rumput alam yang dipotong. Pemotongan rumput dilakukan oleh anak kandang

yang dilakukan pada siang hari. Rumput ini akandiberikan pada kuda pada sore

9

Page 16: pemeliharaan kuda pacu

hari yaitu pada pukul 17.00 WIB dan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 WIB.

4.3.2. Air Minum

Air minum yang diberikan kepada kuda pacu adalah air bersih yang

bersumber dari air sumur atau air sungai.Air minum diberikan kepada kuda

bersamaan dengan pemberian hijauan yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan

pada sore hari pukul 17.00 WIB.

4.3.3. Konsentrat

Konsentrat yang diberikan kepada kuda pacu yaitu dilakukan pada sore

hari sebelum pemberian hijauan yaitu pada pukul 16.00 WIB. Umumnya bahan-

bahan untuk pembuatan konsentrat yaitu dedak padi, jagung, tepung kacang hijau,

tepung kedele dan kadang-kadang ditambah dengan ampas tahu dan padi.

Campuran bahan pakan konsentrat ini diberikan pada hari-hari biasanya. Di

samping pemberian pakan konsentrat, juga biasanya diberikan batang pohon aren

dicincang halus kemudian dikeringkan atau bisa juga diberikan langsung setelah

dicincang.

Beda halnya apabila kuda pacu akan diperlombakan dalam kegiatan

pacuan kuda. Pakan konsentrat yang diberikan untuk persiapan pacuan biasanya

adalah pakan konsentrat komersil Vital Horse. Pemberian pakan konsentrat ini

dilakukan pada 1 atau 2 bulan sebelum pacuan dilaksanakan. Menjelang pada saat

pacuan kuda, biasa kepada kuda pacu diberikan konsentran yang ditambahkan

gula aren sebagai energi tinggi bagi kuda.

10

Page 17: pemeliharaan kuda pacu

4.4. Kandang

Kontruksi kandang kuda pacu harus dibangun dengan kokoh. Bahan untuk

kandang kuda pacu Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues biasanya

terdiri atas kayu atau papan, atapnya dari seng dan ada juga yang menggunakan

atap rumbia. Kelebihan atap rumbia memberikan suasana yang dingin bagi ternak

kuda. Lantai kandang biasanya ada yang langsung beralaskan tanah yang

diberikan liter (serbuk gergaji) dan ada juga yang dibuat permanen dengan

caradisemen. Lantai kandang kuda yang disemen juga ada yang digunakan liter

sebagai alas kandang.

Umumnya, tipe kandang kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren

Kabupaten Gayo Lues adalah kandang individual yang di bagian depan kandang

dipagari untuk tempat kuda berjemur pada siang hari. Sedangkan untuk kuda

betina yang beranak, umumnya kandangnya lebih luas dibandingkan dengan

kandang kuda jantan.

4.5. PengendalianPenyakit

Kuda pacu di Kecematan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues selalu

dijaga kebersihannya baik kandang, kuda dan lingkungan sekitarnya.

Pengendalian penyakit pada kuda pacu biasanya peternak kuda memandikan

kudanya pada setiap sore hari, membersihkan kandang dan sekitarnya, mengasapi

kandang setiap sore hari dan memberi obat cacing dan vitamin. Obat cacing dan

vitamin diberikan kepada kuda pacu umumnya sebulan sekali. Untuk pemberian

obat cacing ada yang menggunakan obat alami yaitu buah pinang yang digiling

11

Page 18: pemeliharaan kuda pacu

halus kemudian dimasukkan kedalam mulut kuda dengan cara dicekok dengan

menggunakan botol dan ada juga yang mencampurnya dengan konsentrat dan

selanjutnya diberikan kepada ternak kuda.

4.6. Perkawinan

Tatalaksana perkawinan kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten

Gayo Lues masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan cara perkawinan

alami. Perkawinan alami ini ada yang menggunakan pejantan unggul kuda

Australia milik pemerintah setempat yang didatangkan dari Australia yang

pejantan ini telah memiliki sertifikat. Di samping itu, ada juga yang menggunakan

pejantan kuda Gayo maupun peranakan antara kuda Gayo dengan kuda Autralia

(disebut kuda astaga). Pemilihan pejantan bergantung pada pemilik ternak kuda.

Kuda Gayo betina pertama kali akan dikawinkan pada umur 2 sampai

dengan 2,5 tahun. Jarak beranak kuda Gayo yaitu 1 tahun sekali melahirkan anak.

Sedangkan kuda betina yang digunakan untuk pacuan biasanya dikawinkan pada

saat berumur 4 tahun (2-2,5 tahun khusus untuk dipacu). Rata-rata masa

kebuntingan seekor kuda Gayo betina adalah 335 hari dengan kisaran umur antara

315 sampai 350 hari.

4.7. Pemasaran

Kuda yang sudah tua biasanya akan dijual ke Sumatera Utara. Kuda yang

dijual biasanya kuda betina yang sudah tidak berproduksi atau kuda jantan yang

tidak mampu lagi bersaing di arena pacuan. Kuda jantan yang tidak digunakan

12

Page 19: pemeliharaan kuda pacu

lagi sebagai kuda pacuan ini biasanya juga digunakan sebagai pejantan untuk

dikawini dengan kuda-kuda betina produktif dan nantinya akan diambil

keturunannya untuk kemudian dijual. Umumnya, kuda yang masih digunakan

sebagai kuda pacuakan dijual hanya di daerah Gayo saja dan pembelinya adalah

masyarakat biasa maupun pejabat. Harga pasaran kuda ini adalah untuk kuda

Gayo (lokal) rata-rata adalah Rp 11.000.000,-, dan kuda Peranakan Gayo rata-rata

harganya adalah ≥ Rp 20 juta.

13

Page 20: pemeliharaan kuda pacu

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh

Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah. Kuda pacuan di Gayo yang digunakan

sekarang tidak hanya kuda asli Gayo, tetapi juga kuda persilangan antara kuda

Gayo dan kuda Australia yang diberi nama kuda Astaga (Australi Gayo).

Pemeliharaan kuda pacu di Kecamatan Blang Kejeren Kabupaten Gayo Lues

umumnya menggunakan sistem semi intensif namunada juga yang memelihara

secara intensif.

Kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu umumnya yangbeumur 2

tahun keatas. Pakan yang diberikan umumnya adalah rumput alam dan konsentrat.

Air minum yang diberikan adalah air bersih yang bersumber dari air sumur atau

air sungai. Pengendalian penyakit kuda pacu dilakukan setiap hari yaitu dengan

menjaga kebersihan kuda, kandang dan lingkungan sekitarnya serta pada setiap

sore hari kuda dimandikan.

Penggunaan pejantan untuk mengawani kuda Gayo dilakukan sesuai

keinginan peternak kuda, ada yang mengawinkan dengan kuda lokal, kuda

peranakan atau pejantan kuda unggul milik pemerintah setempat. Kuda yang

sudah tua dan tidak mampu lagi bersaing di arena pacuan kuda akan dijual ke

Sumatera Utara, sedangkan untuk kuda yang masih muda dijual hanya disekitar

Gayo saja.

14

Page 21: pemeliharaan kuda pacu

5.2. Saran

Perlu ada sentuhan teknologi agar pengembangan kuda pacu di Gayo

khususnya di Kabupaten Gayo Lues dapat berkembang dengan optimal, serta

pakan lokal dapat diolah sebagai pakan utama kuda pacu.

15

Page 22: pemeliharaan kuda pacu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Kuda. http://www.wikipediabahasaindonesia.html (diakses pada5

Mei 2015).

Anonim, 2015. Beberapa Penyakit Pada Kuda http://www.tipspetani.

artikelseputarpertanianindonesia.html (diakses pada 5 Mei 2015).

Blakely, J dan D. H. Bade, 1992. Ilmu Peternakan. Penerjemah B. Srigdanono.

Gadjah Mada University Perss : Yogyakarta.

Bowling, A. T., dan A. Ruvinsky,2000. The Genetics of the horse. CABI

Publishing, London.

Cheeke, P.R., 1999. Applied Animal Nutrisi : Feed and Feeding. Second Edition.

Prentice Hall Inc. Upper Saddle River : New Jersey.

Edward, E.H., 1994. The Encyclopedia of Horse. First Published in Great Britan,

London.

Gibbs, P.G. dan K.E. Davidson, 1992. Nutritional Management of Pregnant and

Lactating Mares. Texas Agricultur Extension Service. Bull. No. 5025.

Texas A&M Uniersity, Collage Station.

Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.

Mansyur, U., H. Tanuwiria, dan D. Rusmana. 2006. Eksplorasi hijauan pakan

kuda dan kandungan nutrisinya. Seminar Nasional Teknologi Peternakan

dan Veteriner. 924-931.

McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach. Paperback.

United Kingdom.

McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock. United Kingdom.

Praowo, P.P., 2003. Produksi dan Konsumen Daging Kuda di Yogyakarta,

Makalah Semiloka, Perkudaan Indonesia, Jakarta.

Pongoh, V.M., B. Tulung, Y.L.R. Tulung, L.J.M. Rumokoy, 2015. Uji

Karakteristik Pakan Kuda Lokal dan Impor Kuda Pacu Minahasa. Jurnal

Zootek (“Zootrek” Journal). Fakultas Peternakan, Universitas Sam

Ratulangi, 95115. Vol 35 (1) : hal 62-71.

Soeharjono, O.,1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.

Wijayanti, D. 2012. Seleksi Kuda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Lampung : Bandar Lampung.

16

Page 23: pemeliharaan kuda pacu

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuda Gayo (Kuda Lokal)

Gambar 2. Kuda Gayo (Kuda Lokal)

Lampiran 2. Kuda Astaga (Peranakan Kuda Autralia dengan Kuda Gayo)

17

Page 24: pemeliharaan kuda pacu

Gambar 3. Kuda Astaga (Peranakan Kuda Autralia dengan Kuda Gayo)

Lampiran 3. Pembuatan Konsentrat

Gambar 4. Pembuatan Konsentrat

Lampiran 4. Pemberian Pakan Konsentrat

Gambar 5. Pemberian Konsentrat

18

Page 25: pemeliharaan kuda pacu

Lampiran 5. Hijauan Pakan

Gambar 6. Hijauan Pakan Kuda

Lampiran 6. Pemberian Hijauan

Gambar 7. Pemberian Hijauan

Lampiran 7. Perkandangan

19

Page 26: pemeliharaan kuda pacu

Gambar 8. Perkandangan

Lampiran 8. Pengendalian Penyakit

Gambar 9. Pengendalian Penyakit

20

Page 27: pemeliharaan kuda pacu

Lampiran 9. Kuda Pejantan Unggul

Gambar 10. Kuda Pejantan Unggul

Lampiran 10. Induk Kuda Pacu yang Sedang Beranak

Gambar 11. Indukan kuda pacu yang sedang beranak

21