12
PEMOTONGAN GIGI DAN TALI PUSAR SERTA PENANGANAN PADA ANAK BABI ABDUL AZIZ ZAINUL HAQ D14154006 ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 DOSEN : Dr. Ir Salundik, MSi ASISTEN : Desmawita K Barus, SPt, Msi

pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perlakuan khus pada ternak babi untuk meningkatkan produktifitas saat periode starter

Citation preview

Page 1: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

PEMOTONGAN GIGI DAN TALI PUSAR SERTA PENANGANAN PADA ANAK BABI

ABDUL AZIZ ZAINUL HAQD14154006

ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

DOSEN : Dr. Ir Salundik, MSiASISTEN : Desmawita K Barus, SPt, MsiTanggal : 8 Oktober 2015

Page 2: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus
Page 3: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk daging babi merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki manfaat bagi sebagian masyarakat, khususnya penduduk di Indonesia. Menurut Hoffman & Falvo (2005) konsumsi ideal untuk anak-anak, remaja dan dewasa adalah sebesar 1.5, 1.0 dan 0.8 g protein/kg berat tubuh per hari. Selain itu dalam pemeliharaannya ternak babi lebih efisien karena dapat memanfaatkan sisa-sia bahan makanan, baik sisa dapur maupun sisa hasil pertanian, serta ternak abi mampu melahirkan anak dua kali per tahun atau lima kali per dua tahun.

Tingkat mortalita anak-anak babi prasapih merupakan salah satu factor penentu yang sering kali menjadi suatu masalah yang serius dalam budidaya ternak babi. Walaupun Hutton (1989) berpendapat bahwa periode kritis bagi anak-anak babi terjadi pada umur lepas sapih, tetapi ternyata pada periode menyusui (suckling period) nasib anak-anak babi juga rawan.

Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian paka, perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari pada itu, manajemen pemeliharaan sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan.

Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ternak babi adalah masalah pakan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ternak babi sangat tergantung pada pakan yang diberikan dan biaya untuk penyediaan pakan pada usaha beternak babi dapat mencapai 80% dari total biaya yang dibutuhkan (Sihombing, 1997).

Usaha peternakan babi relatif mudah dikembangkan, daya reproduksi tinggi dan cepat menghasilkan daging yang berkualitas. Peningkatan konsumsi daging babi oleh masyarakat berdampak positif terhadap usaha peternakan babi.

Tujuan

Tujuan dari Praktik ini yaitu agar mahasiswa/i dapat mengetahui, menganalisa dan mempelajari tentang pemeliharaan ternak babi periode starter dengan mengetahui perlakuan khusus pada pemotongan tali pusar dan gigi.

Page 4: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

MATERI DAN METODE

Materi

Bahan yang digunakan ialah mengetahui pemeliharaan mengenai ternak babi melalui buku atau jurnal tentang pemeliharaan periode starter dan perlakuan pemotongan tali pusar dan gigi. Peralatan yang digunakan yaitu alat tulis, laptop dan internet yang digunakan dalam pencarian dan penyusunan data. Sehingga mempermudah dalam pembuatan laporan.

Metode

Prosedur analisis atau teknik mengolah data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data sekunder. Teknik pengumpulan data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung. Teknik pengumpulan data sekunder didapat dari pengumpulan data dan informasi tentang pemeliharaan ternak babi, sehingga diharapkan kedepannya ternak babi dapat terkendali atau sesuai dengan keinginan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

PEMBAHASAN

Ternak babi merupakan ternak penghasil daging yang sangat efisien dan mempunyai produktifitas yang tinggi, sehingga ternak babi memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sebagai salah satu ternak sumber protein hewani. Menurut Bunter dan Bennett (2004) babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging. Babi memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lainnya adalah memiliki laju pertumbuhan yang cukup cepat dan juga memiliki jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi. Sehingga, jika dilihat dari kelebihan-kelebihannya tersebut maka babi memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging.

Pemeliharaan ternak babi terdapat beberapa hal yang harus kita ketahui, yaitu faktor manajemen, genetik, dan pakan. Pemeliharaan ternak babi digolongkan berdasarkan umur dari ternak tersebut, dimulai dari anakan (starter), pertumbuhan (grower), penggemukan (finisher) bahkan jadi indukan (breeding). Pemeliharaan ini mempunyai beberapa perlakuan pada tiap periodenya, dari aktifitas makan/minum, perlakuan khusus (pemotongan gigi, ekor, bahkan kastrasi), perawatan terhadap kesehatan ternak, dan sistem perkandangan yang digunakan. Salah satu contoh perlakuan khusus yaitu Pemotongan gigi anak babi dimaksudkan agar tidak melukai puting susu induk atau menyebabkan luka antara sesama anak babi (genjik) sewaktu bermain atau berkelahi. Demikian juga pembuatan tanda pada telinga dengan keretakan atau tato diperlukan dalam pembuatan silsilah yang berguna pada program seleksi (Aritonang dan Ginting, 1989).

Page 5: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

Pemeliharaan anak babi

Jumlah anak yang disapih menunjukan belum terpenuhinya standart sapih untuk anak babi. Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah anak yang disapih yaitu, tingginya angka kematian anak babi pra sapih yang disebabkan oleh faktor rendahnya produksi susu induk, dan pengaruh lingkungan (Budiari, 2011).

Anak babi yang baru lahir tidak mungkin tahan hidup tanpa memperoleh air susu yang cukup dan temperatur lingkungan yang memadai (Sihombing, 2006). Anak babi umur 3 – 10 hari mengalami masa kritis. Sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat, anak babi mudah kedinginan, anak babi banyak mati tertindih dan anak babi mati lemas ( Yudhie, 2009). Anak babi pada waktu lahir belum mempunyai sistim pengaturan suhu tubuh yang baik. Anak babi ini tidak mampu mengatasi dirinya terhadap panas atau dingin yang berlebihan. Suhu udara ikut menaikan kematian anak babi pada umur 2 – 3 hari, karena anak babi yang kedinginan dan menggigil pergerakannya menjadi lamban sehingga lebih mudah ditindih oleh induknya. Meskipun demikian, telah diketemukan bahwa di negara – negara tropik angka kematian anak babi karena ditindih induknya dapat dikurangi dengan memberikan panas pada anak babi setelah lahir selama beberapa hari (Yudhie, 2009).

Penanganan anak babi yang harus dilakukan yaitu segera setelah anak keluar dari tubuh induk dan segera melepas lapisan tipis yang membungkus tubuhnya dengan kain kering untuk menghindari kedinginan pada anak babi. Lepaskan sesegera mungkin setiap cairan yang mengganggu lobang hidung dan mulut. Apabila anak babi tidak dapat bernafas secara bebas, pegang kedua kaki belakang dengan kepala ke bawah dan ayunkan perlahan untuk mempercepat pelepasan cairan dari lobang hidung. Juga, dengan mengurut pelan-pelan pada bagian dadanya dan mengisap keluar cairan dari lobang hidung dapat merangsang pernafasan (Yudhie 2009).

Salah satu atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan akan memungkinkan lemah, sehingga periksa bagian tali pusar dan apabila ada gerakan atau denyutan pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk menghidupkan anak babi kembali dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum dilakukan dalam 24 jam setelah lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan.

Memotong Tali PusarTali pusar adalah organ yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan fetus selama kebuntingan, tetapi menjadi suatu bagian yang tidak diperlukan dan merupakan daerah yang berbahaya untuk masuknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada bagian pusar. Dengan demikian, tali pusar harus dipotong dengan cara sederhana seperti berikut: ikat tali pusar kira-kira 2 cm dari pangkal dengan seutas benang steril untuk meyakinkan tidak ada bahaya karena pendarahan melalui arteri tali pusar seperti pada Gambar 1. Potong tali pusar dengan gunting atau pisau di bawah ikatan, oleskan ditempat pemotongan tali pusar dengan yodium tincture keras untuk mencegah infeksi atau sakit pada tali pusar, disajikan pada Gambar 2.

Page 6: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

Gambar 1. Cara pengikatan A dan B Gambar 2. Pemotongan tali pusar

Memotong GigiAnak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua

pasang pada tiap rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun gigi tersebut cukup penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong karena lebih banyak menimbulkan kerugian dari pada keuntungannya bagi peternak. Alasan mengapa dilakukan pemotongan gigi adalah sebagai berikut; gigi akan menyebabkan luka pada ambing induk, sehingga mengakibatkan induk menolak untuk menyusui anak-anaknya, dan jika anak babi merebut satu puting susu atau bermain sesamanya, gigi dapat menyebabkan luka dimana luka tersebut dapat merupakan masuknya penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Salah satu tujuan dari peternakan babi adalah memaksimumkan kehidupan anak babi. Pemotongan gigi dilakukan dengan tidak memotong gigi dibawah garis gusi dan harus dilakukan secara higienis. Pemotongan gigi biasanya dilakukan oleh satu orang seperti berikut: pegang kuat anak babi dengan satu tangan dimana tiga jari menahan rahang dan ibu jari menekan dari belakang leher dengan arah berlawanan. Masukkan jari telunjuk pada satu sisi dari mulut persis dibelakang gigi “jarum” mendekati ujung lidah. Dengan alat pemotong gigi atau alat pemotong kuku biasa, potong gigi diatas gusi. Penting unuk menghindari pemotongan gigi sampai dasarnya, jangan membuat sudut yang tajam atau berberigi yang dapat menyababkan luka pada gusi dan lidah, disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemotongan gigi taring

Memotong EkorMenggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua

peternakan babi, maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi baru lahir. Panjang ekor yang dipotong dapat dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup untuk memotong dua pertiga hingga tiga perempat dari ekor. Pendarahan yang semakin sedikit terjadi apabila beberapa alat yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan dan kebersihan selama melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan.

Page 7: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

Mendapatkan KolostrumSegera setelah pemotongan gigi, letakkan kembali anak babi bersama

induknya agar anak babi dapat menusu atau memperoleh air susu pertama (kolostrum) yang mengandung daya tahan tubuh yang tinggi. Penyerapan kolostrum adalah kritis untuk kehidupan anak babi yang baru lahir sebagimana fungsinya yang merupakan sumber utama kekebalan melawan penyakit pada masa awal kehidupan. Hal yang perlu dicatat bahwa secara bertahap terjadi perubahan kolostrum menjadi air susu pada dua ke tiga hari periode transisi. Apabila ada anak babi yang lemah, harus diberikan kesempatan yang baik untuk menyusu dengan mengarahkan anak-anak babi ke ambing induk.

Pembuatan Tanda dan NomorTiap ekor anak babi dalam seperindukan harus diberi tanda atau nomor

dalam waktu 24 jam setelah lahir guna mengukur penampilan dari kelompok, kebijaksanaan dalam mengafkir, dan ketegasan dalam menyeleksi bibit pengganti. Para peternak kecil biasanya memberi tanda pada babi dengan membuat titik-titik pada kulit atau tanda-tanda tertentu pada bulu. Dipihak lain, para peternak komersial dimana terdapat ratusan bahkan ribuan anak babi dari berbagai umur dalam kelompok, pembuatan tanda atau nomor dapat dilakukan dengan cara pemotongan daun telinga dan tattoo. Selain itu bisa juga dengan menggunakan eartag, cap bakar, phylox, dan sebagainya tetapi cara ini kurang umum digunakan oleh para peternak babi.

Kastrasi atau KebiriKastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan, dan

yang terbaik dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini, anak babi dengan mudah ditangani; shok dan gangguan pertumbuhan sangat minim; dan kesempatan luka terkena infeksi sangat kurang karena tempat atau kandang menyusu lebih bersih daripada kandang ternak babi sapihan. Kastrasi anak babi dilakukan terutama untuk mencegah individu yang tidak diinginkan dari gambaran dirinya sendiri, fasilitas pemberian makan secara bersama, dan juga untuk tatalaksana praktis lainnya. Tujuan dari pengebirian adalah untuk memperbaiki karkas, akan tetapi kenyataan secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pertumbuhan babi jantan hampir sama bila tidak lebih cepat daripada babi kebiri pada umur pasar yang sama, dan dengan efisiensi penggunaan makanan dan kualitas karkas yang lebih baik.

Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus mempertimbangkan umurnya, tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak terhadap kondisi cekaman (stress). Melakukan kastrasi adalah suatu operasi yang sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan bahaya apabila seseorang tidak mempertimbangkan kondisi ternak dan ligkungannya. Kastrasi dapat berhasil pada setiap musim, akan tetapi paling baik melakukannya apabila keadaan cuaca menyenangkan, dipilih hari yang cerah, sejuk, hindarkan cuaca dingin, basah atau beruap.

Anak babi yang baru lahir tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sebelum umur 2-3 hari, tambahan panas diberikan selama keaadaan dingin atau cuaca buruk. Salah satu cara umum yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah

Page 8: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

menggunakan lampu (250watt) yang digantung. Hal ini berguna untuk memberi kehangatan dan menarik perhatian anak babi agar  menjauhi induk apabila tidak sedang menyusu. Bola lampu digantung kira-kira 70-76 cm dari lantai, disesuaikan dengan pertumbuhan anak babi.

Anak babi tumbuh dengan cepat dari sejak lahir. Kebutuhan makanannya akan meningkat dengan bertambahnya umur. Air susu dari induk akan menurun setelah puncak produksi yang dicapai kurang lebih tiga minggu setelah beranak, sehingga pemberian zat makanan dan ransom anak babi yang lezat dan disukai anak babi sangat diperlukan. Memberi makanan ke anak babi pada waktu menyusu baik dimulai pada umur kira-kira satu minggu. Hal ini memberi jaminan bahwa anak babi mengkonsumsi makanan penguat yang cukup sebelum produksi air susu dari induk mulai menurun. Anak babi yang dibiasakan untuk memakan ransum kering sebelum disapih adalah menguntungkan baik untuk proses pencernaan dan tingkah laku makannya. Pembentukkan lebih awal kemampuan bakteri dari pencernaan makanan yang bukan susu akan memperkecil cekaman penyapihan dan dari segi tingkah laku hal tersebut sangat baik karena telah mengetahui bahwa makanan kering adalah untuk dikonsumsi.

Kebanyakan peternakan menyapih anak seperindukan pada rataan umur empat sampai enam minggu. Biasanya anak babi yang disapih pada umur dua bulan, induk akan mengalami kondisi yang menurun dimana pada banyak kejadian tidak mau untuk segera dikawinkan kembali setelah penyapihan anak-anaknya. Apabila penyapihan dilakukan lebih awal dari 56 hari, seekor induk dapat beranak kira-kira empat sampai lima kali dalam dua tahun, diman induk biasanya birahi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah penyapihan. Suatu keuntungan dari penyapihan dini adalah menghasilkan jumlah kali beranak atau frekuensi beranak yang lebih banyak per induk per tahun, sehingga sangat menguntungkan bagi peternakan babi.

SIMPULAN

Simpulan hasil laporan ini bahwa ternak babi merupakan ternak penghasil daging yang sangat efisien dan produktif. Ternak babi memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sebagai ternak yang dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi salah satu sumber protein hewani. Pemeliharaan ternak babi dengan manajemen yang baik dengan beberapa perlakuan khusus untuk tujuan tertentu dalam suatu perternakan, akan memproduksi hasil yang baik, sehingga usaha peternakan babi yang diinginkan selalu dikembangkan dan berkelanjutan.

Page 9: pemeliaharaan ternak babi, dan perlakuan khusus

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang dan Ginting. 1989. Teknik Beternak Babi di Indonesia. Jakarta (ID): PT Rekan Anda Setiawan. Hal 29-34

Budiari. 2011. Pemberian susu skim mengurangi kematian anak pra sapih. http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=97:pemberian-susu-skim-mengurangi-angka-kematian-anak-babi-pra-sapih&catid=39:jurnal&Itemid=72 (Diakses 12 ktober 2015)

Bunter dan Bennet. 2004. Animal Science and Industry. New Yersey (USA): Cetakan keempat. Prentice Hall, Inc.

Hoffman JR, Falvo MJ. 2005. Protein-which is best? J Sport Sci Med. 3:118-130.Sihombing. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan kedua. Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada University. Tillman, A.D., S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.

1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

D Yudhie. 2009. Manajemen Ternak Babi. Diakses tanggal 14 oktober 2015 pada http://yudhiestar.blogspot.com/2009/12/manajemen-ternak-babi.html