23
1 Pembiayaan Proyek 2.2.1 Modal Sendiri Saham merupakan penyertaan modal sendiri dalam pemilikan perusahan. Pemegang aham berhak menetapkan pemakaian keuntungan yang di peroleh. Pemegang saham memiliki hak menentukan banyaknya keuntungan yang akan dibagikan maupun yang diakumulasi sebagai keuntungan yang ditahan. Pemegang saham mempunyai hak. Rapat umum pemegang saham dan memperoleh pembagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. a. Kelebihan modal sendiri Kelebihan modal sendiri antara lain: - Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi s ehingga tidak menjadi beban perusahaan; - Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran  pemilik modal; - Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan wa ktu y ang relatif lama; - Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan  pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain. b. Kekurangan modal sendiri Kekurangan modal sendiri antara lain : - Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relative terbatas; - Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon  pemegang saham baru) sulit karena mereka ak an mempertimbangkan kinerja dan  prospek usahanya ; - Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing.

Pembiayaan Proyek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembiayaan proyek

Citation preview

Pembiayaan Proyek2.2.1 Modal Sendiri Saham merupakan penyertaan modal sendiri dalam pemilikan perusahan. Pemegang aham berhak menetapkan pemakaian keuntungan yang di peroleh. Pemegang saham memiliki hak menentukan banyaknya keuntungan yang akan dibagikan maupun yang diakumulasi sebagai keuntungan yang ditahan. Pemegang saham mempunyai hak. Rapat umum pemegang saham dan memperoleh pembagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.a. Kelebihan modal sendiri Kelebihan modal sendiri antara lain:-Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan;- Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal;- Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama;- Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.

b. Kekurangan modal sendiri Kekurangan modal sendiri antara lain : Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relative terbatas; Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya ; Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing.2.2.2 Modal PinjamanModal pinjaman dapat berasal dari pasar kredit atau pasar sekuritas. Pinjaman pasar kredit seperti bank. Pinjaman kepada pasar kredit untuk suatu proyek tertentu biasanya disertai kajian kelayakan proyek dari segi teknis dan ekonomi. Hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah jaminan pengembalian pinjaman. Pinjaman lain berasal dari pasar sekuritas. Obligasi merupakan salah satu instrument pasar modal berbentuk pinjaman. Instrument pinjaman itu umumnya memberi bunga tetap berupa bunga kupon dan memiliki jatuh tempo tertentu. Obligasi adalah suatu surat pengakuan pinjaman uang masyarakat dalam bentuk tertentu. Karena penerbitan obligasi menyangkut kepentingan banyak orang maka diperlukan mekanisme perlindungan kepada masyarakat sebagai pemilik sumber dana. Sejalan dengan hal tersebut, emiten yang menerbitkan obligasi harus memiliki perjanjian trust dengan trustee. Yang bertindak selaku pihak yang diberi kepercayaan mewakili kepentingan pemegang obligasi. Untuk menjamin pembayaran bunga maupun pokok pinjaman, emitemen diwajibkan menyediakan jaminan berupa kekayaan emitemen dan dari penjamin jika dipandang perlu.Pendanaan proyek dengan pinjaman dapat mencapai 60-80% dari biaya proyek. Pinjaman dapat berasal dari lembaga investasi seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi, bank komersial, IFC dan bank regional.2.2.3 Perkembangan Struktur Modal Proyek EnergiPemerintah dalam rangka mengawasi cadangan minyak mulai berperan dalam pembiayaan proyek perminyakan pada awal 1970-an. Pemerintahan terlibat dalam impor minyak untuk menjamin ketersediaan minyak yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Kemudian dikembangkan proyek patungan antara perusahaan minyak internasional dan pemerintah. Tetapi dana pemerintah semakin terbatas. Pemerintah mulai mengurangi campur tangan pendanaan proyek perminyakan sejak tahun 1990-an. Kini pihak swasta yang tampil.Harga minyak yang cenderung melemah, isu lingkungan hidup yang kian deras, meningkatnya biaya eksplorasi dan produksi dan perkembangan politik yang mendorong partisipasi domestic, membuat proyek pendanaan perminyakan tidak dapat lagi dibiayai internal ka perusahaan minyak internasional . pembiayaan proyek perminyakan jauh lebih sulit dan melibatkan pemanfaatan berbagai sumber dana, masyarakat dan komersial. Gambar (1.1) adalah skema pendanaan proyek perminyakan sebelum 1970.Proyek perminyakan dan proyek kelistrikan di Negara berkembang sejak semula sudah berbeda. Struktur pasarnya diatur pemerintah. System pendanaan proyek kelistrikan lebih banyak menggunakan sumber pendanaan internal perusahaan, anggaran pemerintah, dan pinjaman resmi pemerintah dari lembaga keuangan bilateral dan multilateral.

Gambar (1.2) menggambarkan system pendanaan proyek kelistrikan pada 1990-an yang memasukkan tidak hanya sumber dana sendiri tetapi juga dana pinjaman.

Gambar 1.2 Skema Pendanaan Proyek Kelistrikan tahun 19902.3 Resiko Proyek Sebagai pemilik proyek, investor akan menghadapi risiko internal dan eksternal dalam pengembangan suatu proyek energy. Risiko internal adalah risiko yang muncul akibat factor-faktor dari dalam proyek itu sendiri, termasuk risiko geologi, teknologi dan infrastruktur serta finansial. Risiko eksternal adalah risiko yang terjadi karena factor-faktor luar. Risiko politik dan ekonomi termasuk dalam risiko eksternal. Risiko dalam rantai industri energi berbeda untuk sisi hulu dan hilir. Sisi hulu mempunyai risiko terbesar karena menyangkut kegiatan eksplorasi yang mungkin saja gagal menemukan cadangan energy atau meleset dari perkiraan semula sehingga mengubah keekonomian proyek. Risiko yang sangat besar cenderung muncul akibat dominasi risiko geologi, teknologi, dan infrastrukturRisiko geologi terjadi karena cadangan yang sudah diperkirakan pada tahap eksplorasi awal proyek pada kenyataannya berbeda. Kondisi geologi bawah tanah yang berbeda dengan inerpretasi awal akan melahirkan risiko atas keberhasilan suatu proyek,Risiko teknologi dan infrastruktur terjadi karena tidak sesuainya teknologi dan infrastruktur yang digunakan sehingga proyek tidak dapat menghasilkan secara maksimal seperti yang telah diperhitungkan dalam rencana awal. Untuk memenuhi supaya hasil yang dicapai sesuai dengan rencana awal, digunakan teknologi dan infrastruktur berbiaya tinggi sehingga keekonomian proyek menjadi marjinal.Risiko financial muncul apabila ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan berubahnya pendapatan dan/atau biaya proyek. Risiko finansial pada dasarnya mengubah indikator keekonomian proyek dan dalam beberapa hal menyebabkan proyek tidak layak dilanjutkan. Kalau proyek hendak dilanjutkan maka yang perlu diperhatikan adalah keuntungan operasi paling sedikit harus mampu membayar kembali biaya marjinal.Risiko politik memberikan dampak makro terhadap semua kegiatan proyek. Sedangkan risiko ekonomi hanya memberikan dampak mikro dan terbatas pada industri atau proyek tertentu. Risiko politik terjadi apabila pemerintah (host government) mengambil alih hak pemilik proyek secara paksa. Pengambilan tersebut menurut hukum internasional harus disertai dengan kompensasi finansial yang wajar kepada pemilik proyek berdasarkan nilai pasar.Tiga tingkat risiko perlu diperhatikan. Pertama, berapa porsi total investasi proyek yang dibiayai dengan pinjaman. Kedua, seberapa besar control yang dapat dilakukan oleh pemilik dana terhadap arus kas dan aset proyek. Ketiga, kelengkapan data proyek dapat saja berbentuk informasi mengenai sertifikasi cadangan energy, struktur pasar dari hasil produk, dan kolateral keuangan yang diperlukan untuk jaminan proyek.Kekuatan pembiayaan proyek terletak terutama pada kemampuan proyek untuk menghasilkan dan mempertahankan arus kas, di mana hal ini terpapar risiko-risiko berikut: Risiko penyelesaian Risiko pendanaan dan pembiayaan Risiko operasi dan teknologi Risiko pasar Risiko pihak lawan Risiko politik dan regulasi Risiko force majeure

a. Risiko PenyelesaianRisiko penyelesaian mengacu pada ketidakmampuan sebuah proyek untuk beroperasi secara komersial dengan tepat waktu dan sesuai dengan biaya yang direncanakan.b. Risiko Pendanaan dan PembiayaanStruktur keuangan perusahaan pelaksana proyek dan kemampuannya untuk mendapatkan pembiayaan yang dibutuhkan adalah fokus analisis di sini. Biasanya, sebagian besar proyek memiliki tingkat hutang yang tinggi, dan sementara permodalan diatur secara individual dari sponsor, proyek akan bergantung pada lembaga keuangan dan perbankan untuk mengatur komponen hutang. Dalam menilai risiko pendanaan, ICRA Indonesia menilai sejauh mana pendanaan sudah tersedia dan kemungkinan pendanaan yang akan tersedia pada waktunya, sehingga kemajuan proyek tidak tertunda. Ini juga mengasumsikan pentingnya hal tersebut, mengingat bahwa biasanya bank dan lembaga keuangan mencairkan uang secara proporsional dengan permodalan yang disetorkan, dan karenanya keterlambatan/ketidakmampuan dalam menyuntikkan modal dapat sangat mempengaruhi kemampuan proyek untuk mencapai penutupan keuangan (financial closure).c. Risiko Operasi dan TeknologiRisiko operasi dan teknologi mengacu pada ketidakmampuan proyek untuk berfungsi secara berkelanjutan pada tingkat produksi yang diinginkan dan dalam parameter yang telah dirancang. Risiko tersebut biasanya muncul dalam proyek-proyek yang menggunakan teknologi kompleks (pembangkit listrik atau proyek kilang, misalnya); untuk proyek-proyek jalan, pelabuhan, dan bandara, risiko tersebut biasanya berada dalam tatanan yang lebih rendah. Risiko teknologi biasanya timbul karena tingkat barunya atau kemungkinan akan usangnya teknologi, yang sering terlihat dalam proyek-proyek telekomunikasi. Apabila teknologi yang digunakan bersifat mapan, fokus analisis biasanya menentukan kehandalan dan keberlanjutan dari platform teknologi selama masa tenor hutang.d. Risiko PasarRisiko pasar biasanya muncul karena ketidakcukupan permintaan untuk produk/jasa, perubahan struktur industri, atau volatilitas harga (untuk input dan juga output). Mengingat sifat jangka panjang dari pembiayaan proyek, sumber utama dari risiko pasar adalah kemungkinan perubahan dramatis dalam pola permintaan untuk produk, baik karena usangnya produk tersebut atau karena terciptanya kapasitas mendadak dan besar, yang bisa sangat mempengaruhi tingkat ekonomis proyek. Untuk kemudahan analisis, proyek dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: pertama, yang memproduksi komoditas (contoh: proyek-proyek gas alam cair dan proyek kilang), dan kedua, proyek di mana monopoli alami tertentu ada (misalnya jalan, pelabuhan, bandara atau proyek transmisi listrik atau gas). Sementara kategori pertama proyek terpapar sebagian besar risiko yang teridentifikasi di atas, risiko pasar untuk proyek jenis kedua lebih kepada masalah sisi permintaan, dengan harga biasanya tergantung kepada peraturan atau masalah politik.e. Risiko Pihak LawanSeperti dibahas sebelumnya, proyek melibatkan sejumlah pihak yang terikat dengan struktur kontrak. Oleh karena itu, evaluasi kekuatan dan kehandalan partisipan dalam proyek tersebut penting dalam memastikan kualitas kredit proyek. Pihak lawan proyek biasanya meliputi pemasok bahan baku, offtakers utama, dan kontraktor EPC. Bahkan sponsor bisa menjadi sumber risiko karena kebutuhan untuk menyediakan modal selama tahap konstruksi. Karena proyek pada dasarnya memiliki struktur yang kompleks, masalah di pihak lawan dapat menempatkan kelayakan proyek dalam posisi berisiko. Risiko pihak lawan biasanya ditangani melalui jaminan kinerja, letter of credit dan mekanisme keamanan pembayaran (seperti penggunaan escrow), paling umum terlihat dalam kasus proyek pembangkit listrik. Namun, telah diamati bahwa upaya pengendalian risiko melalui kontrak, seberapapun kuatnya, mungkin tidak efektif dalam mengisolasikan proyek dari risiko ini, kecuali proyek secara fundamental kompetitif dalam hal biaya dan masuk akal secara komersial untuk semua peserta proyek.f. Risiko Politik dan PeraturanRisiko politik dan peraturan akan memainkan peran penting dalam perkembangan bisnis pembiayaan proyek di Indonesia. Kebanyakan transaksi pembiayaan proyek membawa unsur risiko politik berdasarkan fakta bahwa mereka sering berhubungan dengan pembangunan infrastruktur yang padat modal dan barang/jasa yang dihasilkan akan dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik langsung maupun tidak langsung. Risiko politik dan peraturan bisa datang dalam berbagai bentuk, dan sangat mempengaruhi ekonomi proyek, misalnya: Kurangnya transparansi dan prediktabilitas di badan regulasi yang biasanya terlibat dalam pemberian izin, menetapkan syarat dan kondisi untuk penggunaan infrastruktur dalam basis common carrier dan pemberlakuan tarif. Resistensi terhadap kenaikan retribusi untuk utilitas umum seperti biaya air, tarif tol dan biaya energi, meskipun klausul kenaikan tarif ada di proyek. Perubahan dalam norma lingkungan, yang dapat mempengaruhi proyek pembangkit listrik dan kilang dengan mengharuskan untuk berinvestasi secara substansial dalam memenuhi norma-norma tersebut. Permasalahan dalam pembebasan dan akuisisi lahan, hal yang tipikal dalam kasus proyek jalan. g. Risiko Force MajeureTransaksi pembiayaan proyek berbeda dari corporate finance atau structured finance karena ketergantungan mereka pada aset tunggal untuk menghasilkan arus kas berpotensi rentan terhadap risiko force majeure. Doktrin hukum force majeure mengecualikan pihak-pihak terkait dari tanggung jawabnya ketika mereka dihadapkan oleh kejadian tak terduga di luar kendali mereka. Sebuah analisis yang cermat dari peristiwa force majeure sangat penting dalam pembiayaan proyek karena kejadian seperti itu, jika tidak ditanggulangi dengan baik, bisa mencederai alokasi risiko di mana pembiayaan proyek ini bergantung. Bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, gangguan sipil dan pemogokan dapat berpotensi mengganggu operasi proyek dan akhirnya arus kas. Selain itu, kegagalan mekanis yang fatal/katastrofik, baik karena kesalahan manusia atau kegagalan mesin dapat menjadi bentuk force majeure yang dapat mengecualikan proyek dari kewajiban kontraknya.

2.4 Struktur ModalStruktur modal menurut Agus Sartono (1991:179) adalah perimbangan pembelanjaan hutang jangka pendek yang permanen hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Syafaruddin Alwi (1993:329) memberikan pengertian tentang struktur modal sebagai perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal haruslah memaksimumkan profit bagi kepentingan modal sendiri, dan keuntungan yang diperoleh haruslah lebih besar dari biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tertentuPemilihan bentuk sumber pembiayaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Disamping itu, baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh yang berakibat langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik yaitu mempunyai hutang yang terlalu besar karena akan memberikan beban yang lebih besar bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum suatu perusahaan membuat kebijakan-kebijakan yang beruhubungan dengan struktur modal, maka harus diperhatikan terlebih dahulu hal-hal yang berhubungan dengan struktur modal. Menurut J.F Weston dan E.F Brigham (1994:174) ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal , antara lain : 1. Stabilitas penjualan 2. Struktur aktiva 3. Tingkat Pertumbuhan 4. Profitabilitas 5. Leverage Operasi 6. Pajak 7. Sikap ManajemenPertimbangan untuk menggunakan modal sendiri atau pinjaman perlu memperhatikan risiko yang harus dihadapi. Meningkatnya porsi oinjaman dalam struktur modal akan meningkatkan risiko untuk membayar kembali kewajiban pinjaman, suku bunga, dan pajak. Modal yang digunakan proyek selalu mempuyai biaya. Besarnya biaya pinjaman Kd (cost of debt), bila proyek dilaksanakan dengan dana pinjaman, tergantung tempat pinjaman apakah pasar kredit ataukah pasar sekuritas. Biaya pinjaman akan sama dengan bunga pinjaman, tergantung pinjaman lunak atau komersial, bila proyek menggunakan dana pinjaman dari pasar kredit. Biaya pinjaman pasar sekuritas, misalnya obligasi, tergantung nilai obligasi, nilai pengembalian nominal, dan suku bunga kupon (coupon rate). Kalau dilaksanakan dengan modal sendiri Ke (cost of equity) yang berbeda dengan biaya pinjaman. besarnya biaya modal sendiri yang akan dipakai proyek perlu ditetapkan.2.4.2 Biaya Modal PinjamanModal pinjaman didapatkan dari pasar sekuritas maupun pasar kredit. Besar biaya pinjaman keduanya berbeda. Biaya pinjaman dan obligasi didapatkan dari pasar modal dan biaya pinjaman dengan kredit diperoleh dari pinjaman perbankan.a. Pasar Sekuritas (Obligasi)Pembayaran bunga serta pokok obligasi prinsipnya menggunakan konsep nilai sekarang (present value). Selama ini dikenal berbagai macam obligasi seperti obligasi dengan bunga tetap, obligasi dengan bunga tidak tetap, dan obligasi tanpa bunga.b. Pasar KreditBiaya pinjaman (Kd) dari sudut pandang peminjam dipengaruhi langsung oleh besarnya tingkat suku bunga yang dibayarkan kepada pemilik sumber dana. Sumber dana dapat berupa deposito, tabungan, giro, dan surat berharga lainnyaBesarnya Kd tergantung pada upaya efisiensi yang dilakukan intermediaries (sistem perbankan) untuk menurunkan biaya administrasi dan overhead sumber dana netto, biaya risiko, dann marjin keuntungan. Biaya sumber dana netto lebih banyak dipengaruhi factor eksternal yang terkait dengan paritas tingkat suku bunga riel. Tingkat suku bunga itu dipengaruhi oleh depresiasi mata uang domestic terhadap mata uang asing. Akan terjadi pelarian modal ke luar negeri yang menawarkan tingkat suku bunga lebih menarik jika tingkat suku bunga domestik rendah. Walaupun tidak dapat diabaikan begitu saja, dalam praktik factor eksternal mempunyai porsi dominan dalam struktur biaya pinjaman.Prinsip tingkat paritas suku bunga adalah tingkat suku bunga yang dihasilkan pemilik dana dari berbagai simpanan yang harus identik dalam keseimbangan. Identik dalam keseimbangan berarti sudah memasukkan faktor depresiasi mata uang domestic dalam kurun waktu tertentu. Pemilik sumber dana dalam hal tertentu dapat memilih tingkat suku bunga yang lebih rendah dengan mempertimbangkan risiko dan likuiditasDalam jangka pendek, bila tidak ada pembatasan aliran modal, perbedaan suku bunga nominal mencerminkan perubhan kurs. Karena itu suku bunga riel perlu disamakan supaya terjadi keseimbangan dalam pasar uang internasional.Bank sentral untuk tujuan pengaturan besar tingkat suku bunga dapat melakukan operasi pasar.

2.5 Menentukan Struktur Modal yang OptimumKebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko dan tingkat pengembalian. Faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal adalah resiko bisnis perusahaan dan posisi pajak. Dua dimensi dari resiko yaitu resiko bisnis yang meupakan resiko dari operasi perusahaan, jika tidak menggunakan hutang. Sedangkan resiko keuangan yaitu bagian dari resiko yang ditanggung pemegang saham yang melebihi resiko bisnis yang mendasar, sebagai akibat dari penggunaan leverage keuangan. Untuk menentukan strukturmodal yang optimal dan nilai dari hubungan dasar keuangan. Jika nilai perusahaan maksimal maka biaya modal adalah minimal. Untuk mencari struktur modal yang optimal untuk perusahaan, ada beberapa alat atau metode yang dapat digunakan untuk menentukan suatu pilihan pendanaan. Menurut Lukas (1994:333-334), menyatakan metode-metode yang digunkan untuk menentukan suatu pilihan pendanaan adalah sebagai berikut : a. Analisis EBIT-EPSMelalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dan berbagai alternatif pendanaan terhadap EPS pada tingkat EBIT yang bervariasi. Yang dimaksud EPS adalah laba bersih sesudah pajak dibagi lembar saham perusahaan. Analisis ini mencoba mengetahui bagaimana hubungan antara EBIT dengan EPS. b. Membandingkan Rasio-Rasio LeverageUntuk menentukan efek dari setiap alternatif pendanaan terhadap rasio-rasio leverage dan rasio-rasio pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio-rasio industri sejenis. Rasio leverage terdiri dari rasio hutang dan rasio jaminan. Rasio ini dihitung berdasarkan posisi keuangan perusahaan pada saat ini, posisi keuangan dengan alternatif-alternatif pendanaan yang ada. c. Analisis Arus Kas PerusahaanMetode ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah hutang dan semakin pendek jangka waktu pelunasannya, semakin besar beban tetap perusahaan. Semakin stabil dan semakin besar aliran kas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang. Dalam analisis ini perlu diperhitungkan berapa probabilitas ketidakmampuan memenuhi kewajiban pembayaran kas, probabilitas ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar deviasi (penyimpangan) aliran kas yang sebenarnya dengan aliran kas yang diharapkan.

2.6 Dasar-Dasar Pendanaan Proyek EnergiPada saat ini telah terbuka berbagai instrumen keuangan untuk membiayai proyek dengan modal sendiri atau pinjaman. Keterbatasan dana negara berkembang membuat partisipasi swasta tidak dapat dihindari.Dengan demikian skema dan sumber pembiayaan proyek menjadi sangat beraneka ragam. Perbedaan akan jelas terlihat terutama dalam pembiayaan proyek energi sisi hulu dan sisi hilir. Kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan energi dari sisi hulu proyek energi primer biasanya dibiayai modal sendiri. Ini dilakukan karena risiko yang dihadapi sangat tinggi sehingga tidak mudah mendapatkan pendanaan dari bank atau yang bersedia mendanai.Pembiayaan proyek energi dengan menggunakan modal sendiri dan pinjaman ditunjukkan gambar (9.9) dan gambar (9.10). gambar (9.9) memperlihatkan investasi proyek energi dilakukan oleh vehicle company yang mendapatkan dana dari perusahaan induk atau dari pemilik sumber dana/perusahaan dan bank. Pembayaran kembali biaya modal sendiri dalam bentuk deviden dilakukan langsung dan bila ada biaya pinjaman dibayarkan kembali melalui trustee kepada bank pemberi pinjaman. Gambar (9.10) menunjukkan investasi proyek energi yang seluruh pembayaran kembali biaya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proyek mengunakan sepenuhnya peran trustee.Pemilik proyek atau grup pemilik proyek meminjam langsung dari pemilik sumber dana dalam pasar obligasi internasional. Risiko yang dihadapi pemilik dana adalah tidak mampunya pemilik proyek membayar kembali harga nominal obligasi saat jatuh tempo. Obligasi ini termasuk dalam pinjaman jangka panjang dengan suku bunga dapat ditentukan tetap atau mengambang.Obligasi itu kemudian dikembangkan dalam mata uang yang kuat eropa bukan hanya dolar AS. Pasar obligasi itu banyak digunakan setelah krisis minyak pertama pertengahan 1970-an untuk keperluan impor minyak sebagian wilayah.

Gambar 1.3 Skema investasi proyek energy oleh Vehicle Company

Gambar 1.4 Skema investasi proyekYang disirkulasikan kembali lewat pasar obligasi. Untuk pembiayaan jangka menengah dapat melalui euromarket bank dalam dolar AS tanpa harus melalui kontrol otoritas moneter Amerika Serikat. Sistem bank itu yang pertama kali memanfaatkan surplus petrodolar usai krisis minyak pertama dan banyak digunakan membiayai proyek energi. Dana petrodolar yang sebagian besar dihasilkan negara-negara timur tengah tidak dipindahkan ke amerika karena kekhawatiran hubungan politik yang berkembang saat itu antara timur tengah dengan Amerika Serikat. Langkah yang ditempuh adalah menyimpan dana tersebut dieropa disamping faktor keamanan juga terkait dengan jalur perdagangan yang lebih dekat dengan timur tengah.Sistem pembiayaan lain dengan akuisisi dan merjer dapat menambah sumber dana untuk membiayai pertumbuhan proyek energi secara individual tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan industri energi secara umum. Yang menarik dari pasar kredit eropa adalah perbedaan yang sangat kecil antara biaya suku bunga deposito dengan biaya modal pinjaman dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ini disebabkan oleh hampir tidak adanya hambatan perbankan seperti reserve requirement, biaya asuransi deposito, dan karakter pasar sendiri yang sangat kompetitif.Disamping bursa efek dan bank tumbuh banyak institusi keuangan multilateral yang aktif membiayai proyek energi. Tujuan mereka sejak usai perang dunia II adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem perekonomian global. Institusi-institusi tersebut diharapkan dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan distribusi pendapatan dunia melalui liberalisasi perdagangan dan investasi. Karena terkait erat dengan masalah negara maju dan negara berkembang, keberadaan lembaga keuangan multilateral kemudian digunakan mendorong investasi langsung negara maju. Negara penerima investasi mempunyai hak mengendalikan investasi, namun mereka perlu menyediakan jaminan dan kompensasi atas dasar pemerintah ke pemerintah. Beberapa institusi keuangan multilateral diantaranya adalah IMF, bank dunia yang terdiri atas bank internasional untuk rekonstruksi dan pengembangan (IBRD), asosiasi pengembangan internasional (IDA), dan bank keuangan internasional (IFC), bank pembangunan asia, dan bank investasi eropa (IEB). Dalam kaitannya dengan institusi keuangan multilateral dengan sifat pinjaman lunak, pinjaman komersial, dan fasilitas kredit ekspor disini dimaksudkan untuk proyek energi yang ada hubungannya dengan pemerintah masing-masing Negara.Bank dunia terdiri dari tiga institusi utama yaitu IBRD, IDA, IFC. IBRD menyediakan pinjaman kepada pemerintah negara berkembang anggota IMF untuk digunakan mengembangkan prasarana ekonomi. Pinjaman ini diberikan untuk proyek tertentu yang sulit mendapatkan pendanaan komersial. Pinjaman biasanya dengan suku bunga lunak dibawah rata-rata tingkat suku bunga dunia. Tetapi negara tersebut harus memenuhi layak kredit dengan masa pinjaman berjangka panjang. IDA dibentuk untuk memberi pinjaman kepada negara sedang berkembang dengan persyaratan lebih liberal dari IBRD. Pinjaman diberikan pada proyek tertentu yang sulit mendapatkan pendanaan dari sumber lain. Pinjaman biasanya untuk negara dengan pendapatan perkapita lebih rendah dari 250 dolar AS. Pinjaman tidak dibebani suku bunga namun harus memenuhi layak kredit dengan massa pinjaman jangka panjang dan tenggang waktu mulai pembayaran samapai 10 tahun.IFC menyediakan modal risiko yang dapat berbentuk modal sendiri atau pinjaman kepada sektor swasta di negara berkembang. Modal ini diberikan untuk proyek yang mempunyai prioritas tinggi dengan pertimbangan kelayakan proyek secara teknis dan ekonomi, serta tersedia modal pendamping dari swasta. Modal IFC diberikan untuk jangka pendek dengan tujuan mendorong aliran modal swasta internasional.bank dunia juga mendirikan pusat internasional untuk penyelesaian pertikaian investasi. Tujuan badan yang menjadi bagian bank dunia ini adalah mendamaikan pertikaian antar investor swasta dan pemerintah. Setelah perang dunia II, didirikan bank untuk penyelesaian internasional untuk meningkatkan kerja sama internasional dibidang keuangan antar pemerintah dengan pemerintah. BIS merupakan bank sentral dari bank sentral utama dunia yang menjamin transaksi mata uang dunia diantara bank sentral. BIS terkait dengan pusat data aliran keuangan internasional seperti eurodolar dan eurobond. Tugas antara IMF dan BIS pernah tumpang tindih, namun segera dapat diluruskan kembali sesuai dengan tujuan semula.Pinjaman dengan persyaratan lunak adalah pinjaman dalam rangka kerja sama bilateral atau multilateral. Pinjaman sepeeti itu biasanya dilakukan oleh institusi multilateral dengan pemerintah Dibiayai dengan pinjaman lunak dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan pemberi pinjaman. Pinjaman komersial adalah pinjaman yang berasal dari pasar keuangan internasional dengan persyaratan komersial. Termasuk dalam pinjaman komersial disini antara lain pinjaman sindikasi, penerbitan obligasi atau sumber pembiayaan komersil lain. Pinjaman komersial pad dasarnya digunakan untuk menyangga cadangan devisa dan neraca pembayaran. Dalam hal pinjaman komersial untuk membiayai proyek energi, proyek ini harus menduduki prioritas yang sangat tinggi dan tidak dapat dibiayai dari pinjaman lunak dan/atau fasilitas kredit ekspor.Pembiayaan dengan fasilitas kredit ekspor terutama berasal dari negara-negara organization for economic cooperation and development sehingga penggunaan fasilitas ini mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan OECD. Kredit ini dijamin oleh pemerintah dari negara pemberi fasilitas kredit ekspor atau lembaga yang ditunjuk untuk keperluan tersebut. Sebagian besar dana digunakan membeli keperluan proyek dari negara pemberi kredit ekspor. Besar suku bunga mengunakan referensi suku bunga komersial mengacu pada tingkat bunga pasar yang berlaku. Pada dasarnya pembiayaan dengan cara ini tidak mencakup seluruh pembiayaan impor. Bagian proyek yang tidak disediakan oleh fasilitas kredit ekspor diupayakan dari sumber dana lain. Fasilitas kredit ekspor merupakan mekanisme keuangan yang dilakukan oleh pihak peminjam dan pemberi pinjaman karena pertimbangan tertentu.Dari segi pemilik proyek fasilitas ini merupakan suatu alternatif pendanaan yang lebih baik dibandingkan dengan pinjaman komersial khususnya dalam hal jatuh tempo, tenggang waktu pembayaran, tingkat suku bunga, biaya komitmen, dan biaya manajemen. Pendanaan dilakukan untuk proyek yang mempunyai prioritas tinggi di mana pemerintah bertindak sebagai peminjam. Pemerintah menanggung resiko pinjaman, termasuk resiko perubahan kurs mata uang. Proyek harus dikaji secara matang karena setiap kelambatan akan membawa beban finansial cukup berat.Beberapa institusi pemberi kredit ekspor antara lain bank eksim amerika dan bank eksim jepang. Pemberi pinjaman memberi bantuan kepada bank lokal untuk mendukung kredit ekspor dalam rangka menggalakkan komoditi ekspor negara masing-masing. Seperti pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor tidak dapat dimanfaatkan negara lain karena kepentingan negara bersangkutan serta komitmennya kepada para eksportir setempat cukup kuat. Walaupun demikian ada fasilitas kredit ekspor yang bersifat lebih luwas.

2.6.1 Pendanaan Recourse dan Non-RecourseKarena sebagian besar pembiayaan proyek energi menggunakan sumber dana pinjaman, maka akan dibahas berbagai skema pendanaan dengan tata cara pinjaman yang biasa digunakan proyek energi. Bila pembiayaan proyek energi dilakukan dengan pinjaman, maka pemilik dana akan melihat sumber utama pembayaran pinjaman dari pendapatan proyek dan aset sebagai jaminan pinjaman. Dari segi tanggung jawab yang dibebankan, bila pemilik proyek menjamin penuh pembiayaan kembali pinjaman, maka itu merupakan pembiayaan dengan cara full recourse. Pemilik proyek terlibat langsung dalam perjanjian pemberian pinjaman atau pembiayaan dengan pemilik dana tanpa syarat. Pemilik proyek wajib membayar pinjaman proyek secara penuh.

Gambar 1.5 Skema Pendanaan sebrang hulu

Skema pembiayaan BOT mirip dengan Trustee dalam arti pemilik proyek bukan pihak yang terlibat langsung dalam pembiayaan proyek. Pemilik proyek dalam skema BOT merupakan pihak yang pasif terlibat dalam pembiayaan. Gambar (9.16) adalah skema pembiayaan yang menggunakan BOT. Skema ini merupakan tata cara pembiayaan yang relatif baru. Skema ini biasanya di gunakan dalam pembiayaan proyek infrastruktur energi yang besar. Dalam hal ini pemilik proyek mengandalkan pihak tertentu yang telah berpengalaman membangun dan mengoperasikan fasilitas proyek energi (Project Company). Ikatan antara pemilik proyek dengan Vehicle Company dapat dengan perjanjian BOT atau pemilik proyek membayar hasil produk proyeknya dengan sistem toll atau through put free. Pemilik proyek membeli hasil produk proyeknya, maka disini pemilik proyek juga bertindak sebagai offtaker. Vehicle Company mengusahakan pinjaman,membuat kontrak EFC, dan mengadakan perjanjian penjualan hasil produk dengan Offtaker. Pemilik proyek secara tidak langsung menyampaikan kepada pemberi pinjaman penugasan Vehicle Company. Proyek tersebut akhirnya dialihkan kepada pemilik proyek pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disebut.Pembiayaan BOT secara teoritis mirip dengan sistem Trustee karena terdapat pihak lain yang berperan sebagai perantara pemberi pinjaman dan pemilik proyek. Vehicle Company yang melaksanakan proyek atas nama pemilik proyek biasanya berbentuk konsorsium, terdiri dari perusahaan multinasional yang mempunyai reputasi di bidang masing-masing. Seperti halnya Trustee, perusahaan yang mengelola proyek memiliki asset terbatas. Berbeda dengan tanggung jawab pembiayaan Trustee yang terbatas, Vehicle Company yang melaksanakan proyek berperan aktif menentukan pembiayaan. Para investor pun mengharapkan hasil yang besar dari investasi modal mereka. Disini dapat terjadi pemilik proyek melaksanakan proyek sendiri melalui kontrak EPC, sedangkan Vehicle Company tetap melakukan pinjaman untuk pembiayaan proyek. Sampai dengan tahap ini struktur BOT sama dengan Trustee.Ada juga pendanaan proyek dengan pola Buit Operate Oum (BOO). Proyek dalam pola BOT diserahkan kepad pemilik pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian, tetapi proyek dalam pola BOO secara teoritis tetap demiliki selamanya oleh Vehicle Company. Praktik pola BOO pad proyek energi mengacu ikatan kontrak dengan pemilik proyek selama 30 tahun. Disamping itu dikenal pula pola Built Transfer (BT) yang mirip dengan pola BOT. Asset proyek akan diserahkan pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian pola BOT, sedangkan dalam pola BT asset akan diserahkan langsung begitu pembangunan proyek selesai. Asset yang diserahkan dalam pola BOT biasanya sudah tidak memiliki nilai. Sebaliknya dengan pola BT, asset belum mengalami penyusutan dan nilainya belum berkurang.2.7. Beberapa Kasus Pendanaan dan Aliran Keuangan Proyek EnergiSkema pembiayaan proyek energi dalam praktik tidak harus mengikuti skema dasar yang ada. Kombinasi atau modifikasi dapat saja terjadi dari skema tersebut. Dalam kegiatan proyek hulu, eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi prinsipnya menggunakan pendanaan modal sendiri (equity financing). Bila proyek hulu yang mengandung risiko tinggi harus dibiayai oleh pinjaman,maka harus ada jaminan pemerintah guna pembayaran kembali. Salah satu pendanaan yang sering dilakukan dalam kegiatan hulu adalah lewat kontrak kerja sama antara pemilik proyek dan perusahaan perminyakan sebagai Project Company. Perusahaan perminyakan yang bertindak sebagai Project Company mirip dengan Vehicle Company. Project Company tidak terkait dengan pemilik proyek. Mereka ini sangat berpengalaman dalam kegiatan eksplorasi dan produksi serta di dukung oleh sistem pendanaan yang cukup kuat dan kemampuan teknologi. Walaupun pada awal kegiatan hulu di dominasi oleh perusahaan perminyakan internasional seperti Philips Petroleum, Mobil Oil, Atlantic Richfield, Texaco, dan Unocal, tetapi saat ini bayak bermunculan perusahaan perminyakan independen yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi produksi.Di sebagian besar negara berkembang kegiatan memproduksi energi di kuasai negara dan dilakukan oleh perusahaan negara yang ditunjuk. Perusahaan negara yang bertindak sebagai pemilik proyek mempunyai dana terbatas untuk kegiatan eksplorasi berisiko tinggi dan perlu didukung kemampuan teknologi. Atas dasar alasan ini pemilik proyek membuat kerjasama dengan Project Company. Kesempatan utama mereka yang berkait dengan skema pendanaan adalah : Project Company membiayai kegiatan eksplorasi produksi dengan modal sendiri yang berasal dari perusahaan induk. Dengan skema ini tidak ada beban bagi pemilik proyek dan pemerintah pada tahap ekplorasi produksi. Seluruh pembiayaan menjadi tanggungan Project Company. Jika kegiatan eksplorasi dapat menghasilkan cadangan komersil yang mampu menghasilkan pendapatan, project Company menempati prioritas utama mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan (Cost of Recovery Hydrocarbon,CRH) kegiatan e3ksplorasi sebelumnya. Dalam beberapa kontrak kerja sama, pemilik proyek dimungkinkan menerima sebagian pendapatan proyek dalam bentuk royalty atau first trench petroleum (ftp), disamping CRH. Bila kegiatan eksplorasi tidak mampu menghasilkan cadangan komersial, resiko ini ditanggung Project Company. Prioritas berikut adalah pembagian keuntungan yang dapat dibagikan langsung kepada pemerintah, pemilik proyek dan Project Company berdasarkan perjanjian kerja sama lewat Trustee atau bank sentral negara tuan rumah atau bank komersial yang ditunjuk.

28BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPembiayaan proyek adalah pembiayaan dari berbagai sumber keuangan yang diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek bermodal besar, pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh sindikasi bank, dan jaminan keuangan atas pengembalian pinjaman tersebut hanya digantungkan pada arus pemasukan dimasa yang akan datang, dan tidak digantungkan pada jaminan pihak ketiga. Ada tiga pihak utama dalam kegiatan-kegiatan pembiyaan proyek yang terlibat secara langsung. Pertama adalah Pemerintah, dimana dalam suatu proyek dipersepsikan dalam kepentingan publik, namun Pemerintah juga mempromosikan proyek infrastruktur pada swasta untuk menghasilkan uang dan lapangan kerja. Kedua adalah swasta, dimana dalam suatu proyek bertujuan untuk menghasilkan keuntungan, namun keuntungan moneter bukan satu-satunya alasan keterlibatan swasta seperti dalam hal mempromosikan proyek lain yang terkait. Ketiga adalah pemberi pinjaman, dimana dalam menyediakan pinjaman untuk suatu proyek tidak dapat disamakan dengan para pemegang saham, yaitu adanya tujuan mendapatkan margin (keuntungan dari selisih).Di Indonesia tidak mengatur secara khusus konsep pembiayaan proyek ini dalam suatu regulasi dan kelembagaan. Konsep pembiayaan proyek ini merupakan bagian dari konsep KPS yang telah diatur dalam suatu regulasi yang pengaturannya secara umum untuk semua sektor infrastruktur, yaitu dalam Perpres No. 13/ 2010 yang merupakan revisi dari Perpres No. 67/ 2005.

23