Upload
phamque
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT TINGGI ENERGI DAN
PROTEIN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH
FASE PENYAPIHAN
TERESIA S E BR SIMARMATA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pemberian pakan
komplit tinggi energi dan protein pada kambing peranakan etawah fase penyapihan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Teresia S E Br Simarmata
NIM D24100088
ABSTRAK
TERESIA S E BR SIMARMATA. Pemberian Pakan Komplit Tinggi Energi dan
Protein pada Kambing Peranakan Etawah Fase Penyapihan. Dibimbing oleh
KOMANG GEDE WIRYAWAN dan LILIS KHOTIJAH.
Kambing peranakan etawah (PE) memiliki sifat prolifik sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan susu anak kambing yang dilahirkan lebih dari satu
ekor. Anak kambing yang tidak mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat. Pemberian ransum starter pada anak
kambing dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan anak kambing pada
fase penyapihan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian
ransum starter tinggi energi dan tinggi protein berdasarkan standar Nutrient
Requirements of Small Ruminant (NRC) 2006 terhadap anak kambing PE jantan
dan betina. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah anak kambing PE
periode penyapihan berumur 54 hari terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina
dengan bobot badan anak kambing jantan sebesar 7.4 ± 0.37kg dan bobot badan
anak kambing betina 7.15 ± 0.20kg. Analisis T-Test digunakan untuk melihat
perbedaan konsumsi pakan, pertumbuhan bobot badan dan konversi pakan pada
ternak jantan dan betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anak kambing
PE fase penyapihan tidak menunjukkan respon yang berbeda nyata terhadap
pemberian pakan starter menurut standar NRC (2006).
Kata kunci: etawah fase starter, konversi pakan, ransum komplit tinggi energi dan
protein, performa
ABSTRACT
TERESIA S E BR SIMARMATA. Productivity of Weaning Etawah Grade Goats
towards Feed High Energy and Proteins Complete Rations. Supervised by
KOMANG GEDE WIRYAWAN and LILIS KHOTIJAH.
Etawah grade goats have prolific nature so that mother's milk production can
not fulfill the needs of young goat's milk consumption. and it will cause a slow
growth. The solution to increase body weight of kids is by giving starter feeding.
Research aimed to evaluate etawah grades goats of male and female in weaning
period towards ration of high energy and protein according to Nutrient
Requirements of Small Ruminant (NRC) 2006 standard. Animals used for the study
were 54 days old pre-weaning with 3 males and 3 females with an average body
weight of 7.4 ± 0.37kg for males and 7.15 ± 0.20kg for females. T-Test analysis was
used to describe the pattern of feed consumption, patterns of growth, and feed
conversion. These results indicated that starter feed according to NRC (2006)
standard at the weaning period were not subtantially different between male and
female kids toward body weight gain and feed consumption.
Keywords: etawah starter, feed conversion, high energy protein rations,
performance
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT TINGGI ENERGI DAN
PROTEIN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH
FASE PENYAPIHAN
TERESIA S E BR SIMARMATA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih-Nya sehingga
penulisan skripsi yang berjudul Pemberian Ransum Komplit Tinggi Energi dan
Protein pada Kambing Peranakan Etawah Fase Penyapihan ini berhasil
diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi berdasarkan keinginan penulis untuk mengevaluasi respon
ternak kambing Peranakan Etawah jantan dan betina fase penyapihan terhadap
pemberian pakan tinggi energi dan tinggi protein sesuai dengan standar Nutrient
Requirements of Small Ruminant (2006). Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan
hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 hingga Januari
2014. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam
dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Teresia S E Br Simarmata
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
METODE PENELITIAN 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Materi 2
Prosedur Penelitian 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Konsumsi Ransum Starter dan Zat Makanan 7
Performa Anak Kambing dan konversi pakan 9
Perhitungan IOFC 12
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 18
UCAPAN TERIMA KASIH 18
DAFTAR TABEL
1 Susunan penggunaan bahan pakan dalam ransum starter 3 2 Komposisi nutrien ransum starter dan susu pengganti yang digunakan
selama penelitian 3 3 Konsumsi pakan anak kambing PE selama penelitian 7 4 Bobot awal, bobot Akhir, pertambahan bobot badan harian Anak dan
konversi pakan kambing pra sapih selama penelitian 10 5 IOFC anak kambing peranakan etawah selama penelitian 12
DAFTAR GAMBAR
1 Ransum starter yang digunakan dalam penelitian 2
2 Kandang individu yang digunakan dalam penelitian 4 3 Grafik pertumbuhan kambing peranakan etawah yang diberi ransum
starter tinggi energi dan protein 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil T-Test konsumsi segar harian (as fed) ransum starter 16 2 Hasil T-Test konsumsi bahan kering ransum starter 16 3 Hasil T-Test konsumsi protein kasar ransum starter 16 4 Hasil T-Test konsumsi TDN ransum starter 16 5 Hasil T-Test konsumsi serat kasar ransum starter 16 6 Hasil T-Test pertambahan bobot badan harian ternak 16 7 Hasil T-Test IOFC anak kambing PE 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat terhadap produk peternakan seperti daging dan susu
terus meningkat di Indonesia. Ternak ruminansia adalah ternak yang dikembangkan
untuk menghasilkan daging dan susu. Kambing merupakan salah satu ternak
ruminansia kecil yang sudah banyak dikembangkan di Indonesia karena
pemeliharaan lebih ekonomis bagi peternak dibandingkan dengan pemeliharaan
ternak ruminansia besar. Hal ini terbukti dengan meningkatnya populasi ternak
kambing di Indonesia. Populasi kambing meningkat dari tahun 2010 sebanyak 16
juta ekor dan tahun 2015 menjadi 18 juta ekor (Badan Pusat Statistik 2016).
Populasi kambing tersebut meliputi berbagai jenis kambing seperti kambing kacang
dan kambing peranakan etawah.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu ternak kambing yang
banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia untuk produksi susu maupun
dagingnya. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil
perkawinan silang antara kambing Etawah yang berasal dari India dengan dengan
kambing lokal Indonesia. Kambing PE diternakkan untuk menghasilkan susu dan
daging (Dwiguna). Jenis kambing PE betina memiliki ukuran bobot badan sekitar
45 kg dengan produksi susu harian mampu mencapai 2,5 kg susu (Sutama et al.
1995). Kemampaun produksi kambing PE dipengaruhi oleh faktor genotip, bobot
lahir dan jenis kelamin. Beberapa induk kambing peranakan etawah memiliki sifat
prolifik atau induk memiliki kemampuan melahirkan anak dengan jumlah lebih dari
satu anak pada satu kali kelahiran.
Anak kambing yang kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi dengan baik akan
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, oleh karena itu periode pra-sapih adalah
periode tumbuh-kembang atau periode kritis yang perlu perhatian khusus dari aspek
ransum untuk menghindari pertumbuhan yang lambat (Sitorus 2004). Tingginya
produktivitas yang dihasilkan oleh kambing PE dapat ditentukan dari manajemen
pemeliharaan dan pemberian ransum sejak dini atau pada periode penyapihan. Pada
bulan kedua, anak sudah mulai dapat memakan pakan padat, dan produksi susu
induk mulai menurun. Oleh karena itu, pemberian pakan tambahan (creep feeding)
akan mempercepat pertumbuhan (Martawidjaja 1999), selain itu, dapat pula
dilakukan pemberian ransum starter. Ransum starter (kid starter) sudah dapat
diberikan pada anak kambing umur satu minggu dan sudah dapat diberikan hijauan
untuk membantu perkembangan rumen (Ensminger 2002). Pemberian ransum
starter dan susu pengganti mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
meningkatkan bobot badan anak kambing. Pertumbuhan anak kambing yang cepat
akan mempercepat anak kambing mengalami dewasa tubuh dan dewasa kelamin
yang merupakan syarat utama ternak dapat dikawinkan. Waktu kawin kambing PE
yang baik pada usia 15 - 18 bulan, karena pada waktu itu alat reproduksinya sudah
berkembang sempurna (Sarwono 2002). NRC (2006) menyatakan bahwa untuk
kebutuhan pokok dan mendapatkan pertambahan bobot badan 100 gram per hari
ransum anak kambing disarankan memiliki kandungan protein kasar 17% dan total
2
digestible nutrient (TDN) 87 % dari bahan kering, namun penerapan NRC pada
ternak lokal di Indonesia masih perlu dikaji.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon ternak anak kambing
peranakan etawah jantan dan betina fase penyapihan terhadap pemberian ransum
tinggi energi dan tinggi protein sesuai dengan standar Nutrient Requirements of
Small Ruminant 2006.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga Januari 2014.
Pemeliharaan ternak anak kambing PE dilaksanakan di kandang A Laboratorium
Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor; Analisis nutrisi
ransum di Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) dan Departemen Ilmu Nutrisi
dan Ternologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 ekor anak kambing
peranakan etawah periode penyapihan terdiri atas 3 Jantan dan 3 Betina umur 54
hari dengan bobot badan rata-rata yaitu 7.4 ± 0.37kg untuk jantan dan 7.15 ± 0.20kg
untuk betina.
Ransum Starter dan Susu Pengganti
Ransum yang digunakan selama penelitian ini adalah ransum starter untuk
anak kambing berdasarkan standar NRC (2006). Bahan pakan yang digunakan
dalam susunan ransum adalah rumput lapang, jagung, pollard, lakto biru, CPO,
bungkil kedelai, premix dan CaCO3. Anak kambing PE periode penyapihan juga
diberikan susu pengganti (milk replacer) yaitu susu sapi sebanyak 500 ml/hari.
Gambar 1 Ransum starter yang digunakan dalam penelitian
3
Tabel 1 Susunan Penggunaan Bahan Pakan dalam ransum starter
Bahan Pakan Jumlah penggunaan dalam
ransum starter (%)
Rumput Lapang 5
Jagung 32.8
Pollard 17
Lacto biru 4
Bungkil kedelai 35
CPO 4
CaCO3 2
Premiks 0.2
Total 100
Ransum starter yang diberikan pada anak kambing PE memiliki kandungan
nutrien yang ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi nutrien ransum starter dan susu pengganti yang digunakan
selama penelitian
Nutrien Ransum Starter1 Susu2
BK (%) 87.15 12.16
Abu (%) 11.5 0.70
PK (%) 18.94 29.19
SK (%) 4.66 0.00
LK (%) 5.53 33.80
Beta-N (%) 46.52 4.80
TDN (%) 82.46 129.00
Ca (%) 1.79 -
P (%) 0.35 -
Keterangan: 1Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor (2014). 2Andhini (2014). Hasil Perhitungan TDN (dalam %)
= 37.937 – 1.018(SK) – 4.886(LK) + 0.173(BETN) + 1.042(PK) + 0.015(SK)2 – 0.058(LK)2 +
0.008(SK)(BETN) + 0.119(LK)(BETN) + 0.038(LK)(PK) + 0.003(LK)2(PK) (Hartadi et al 2000).
BK: Bahan Kering, PK: Protein Kasar, SK: Serat Kasar, LK: Lemak Kasar, TDN: Total digestible
nutrient, Ca: Kalsium, P: Posfor.
Kandang dan Peralatan
Ternak anak kambing PE dipelihara pada kandang individu dengan ukuran
panjang 1.5 meter dan lebar 1 meter. Kandang yang digunakan memiliki kolong
agar feses dan urine dapat dibersihkan setiap hari dan dibuat sekat antar kandang
untuk pemisahan ternak. Kandang juga dilengkapi dengan bak pakan yang
ditempatkan dibagian depan kandang dan bak minum yang ditempatkan dibagian
belakang kandang individu. Alat penelitian lain yang digunakan adalah bak
pengaduk pakan, timbangan digital untuk menimbang pemberian dan sisa pakan,
timbangan ternak, botol susu untuk pemberian milk replacer pada ternak anak
kambing PE.
4
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang yang akan dijadikan tempat untuk penelitian dibersihkan untuk
mencegah penyebaran penyakit yang dibawa oleh ternak sebelumnya. Pembersihan
kandang ini dilakukan dengan cara menyapu alas kandang dan bagian bawah
kandang dengan menggunakan sapu lidi kemudian disikat dan dibersihkan dengan
deterjen lalu didiamkan selama 24 jam. Selama menunggu kandang selesai
dibersihkan, bak pakan dan bak minum yang akan digunakan selama penelitian
dibersihkan dengan menggunakan sabun cuci dan deterjen hingga bersih dan
dikeringkan. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah sekat diberikan antar kandang
dan mengukur kandang dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 1,5 meter
dan 1 meter. Pembuatan sekat antar kandang dengan menggunakan potongan bilah
bambu dan kayu yang disatukan dengan menggunakan paku berukuran 2 cm dan
kawat besi dengan diameter berkisar 1 mm.
Gambar 2 Kandang individu yang digunakan dalam penelitian
Pemeliharaan Ternak
Sebanyak enam ekor anak kambing peranakan etawah dipisahkan dari induk
dan ditempatkan pada kandang yang telah disediakan. Ternak dipelihara dalam
kandang individu selama 54 hari. Pengamatan dilakukan dari hari ke-1 s/d hari ke
54. Sebelum dilakukan pengamatan dilakukan pre-liminary atau pengenalan pakan
starter kepada anak kambing PE selama seminggu. Pemberian ransum starter
dilakukan 2 kali sehari, pada pagi hari pukul 06.00-07.00 WIB dan penambahan
ransum pada 15.00-16.00 WIB. Sisa pakan ditimbang pada hari berikutnya. Air
minum disediakan ad libitum. Penimbangan bobot badan dilakukan dua kali dalam
seminggu untuk mengetahui pertambahan bobot badan ternak.
Pembuatan milk replacer
Milk replacer atau susu pengganti yang digunakan pada penelitian ini berasal
dari susu sapi segar. Pemberian milk replacer dilakukan 2 kali sebanyak 250 ml
pada pagi hari dan sore hari sebanyak 250 ml. Milk replacer yang akan diberikan
dihangatkan sampai 35 - 40oC terlebih dahulu sebelum diberikan. Pemberian Milk
replacer langsung diberikan pada ternak anak kambing PE dengan menggunakan
botol susu.
5
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang dilakukan pada penelitian adalah pemberian pakan komplit
tinggi energi dan protein berdasarkan standar NRC (2006). Perlakuan diberikan
kepada anak kambing peranakan etawah jantan sebanyak 3 ekor dan anak kambing
peranakan etawah betina sebanyak 3 ekor.
Analisis data
Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh pakan komplit tinggi
energi dan protein terhadap anak kambing PE. Data hasil penelitian dianalisis
dengan menggunakan uji T-Test pada aplikasi IBM SPSS Statistics Viewer untuk
membandingkan data konsumsi pakan, konsumsi zat makanan, pola pertumbuhan
anak kambing dan peningkatan bobot badan selama pengamatan pada ternak anak
kambing PE jantan dan betina.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum starter,
konsumsi zat makanan, pertambahan bobot badan (PBB), dan efisiensi penggunaan
ransum.
1. Konsumsi Ransum Starter
Konsumsi ransum starter dihitung berdasarkan selisih antara jumlah
pemberian pakan dan sisa pakan. Jumlah konsumsi ransum starter diukur setiap
hari. Pemberian pakan dan penimbangan sisa pakan dilakukan pada pagi hari
kemudian penambahan pakan sore hari.
Konsumsi ransum starter (g) = Pemberian (g) – sisa (g)
2. Konsumsi Zat Makanan
Konsumsi zat makanan dihitung dari jumlah perkalian antara jumlah pakan
yang konsumsi dengan komposisi nutrisi zat makanan hasil analisis proksimat
pakan. Nilai zat makanan yang dihitung adalah nilai Total digestible nutrient (TDN)
dan nilai protein.
Konsumsi TDN (g) = Konsumsi BK × % TDN Pakan
Konsumsi Protein (g) = Konsumsi BK × % Protein Pakan
3. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan diketahui dari selisih bobot badan awal dan bobot
badan akhir pemeliharaan anak kambing PE. Pengukuran pertambahan bobot badan
(PBB) dilakukan dengan penimbangan ternak setiap dua minggu selama masa
pemeliharaan. Penimbangan dilakukan pagi hari sebelum ternak diberi ransum
starter. Pertambahan bobot badan harian (g/e/hari) diperoleh dari pertambahan
bobot badan selama penelitian dibagi dengan lamanya pemeliharaan.
6
4. Bobot sapih
Pengukuran bobot badan anak saat disapih dihitung dengan cara melakukan
penimbangan setelah bobot ternak pada akhir pengamatan. Ternak dalam penelitian
ini disapih pada umur ternak 3.6 bulan.
5. Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan bobot badan tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Konversi Pakan = Konsumsi pakan (g ekor-1 hari-1)
Pertambahan bobot badan (g ekor-1 hari-1)
6. Perhitungan IOFC
IOFC merupakan selisih dari total pendapatan dengan total biaya ransum
starter dan susu pengganti yang digunakan selama pemeliharaan anak kambing PE.
Perhitungan IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha
peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara
pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual. Pengeluaran adalah
biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan.
IOFC = (Pertambahan bobot badan X harga jual anak kambing kg-1) – (Total
konsumsi pakan X harga pakan perlakuan kg-1)
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum Starter dan Zat Makanan
Pakan yang dikonsumsi anak kambing PE pada penelitian ini terdiri dari
ransum starter dan milk replacer. Ransum starter pada fase penyapihan berperan
penting untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok dan pertumbuhan anak
kambing. Konsumsi pakan anak kambing dicantumkan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Konsumsi pakan anak kambing PE selama penelitian
Konsumsi Bahan Kering
Berdasarkan NRC (2006), untuk mendapatkan pertambahan bobot badan 100
gram hari-1 ternak muda dengan bobot 7 kg harus mengonsumsi bahan kering
sebesar 300 gram hari-1 atau 4% bobot badan. Hasil konsumsi bahan kering dalam
penelitian ini lebih kecil dari yang disarankan oleh NRC (2006), yaitu kambing
jantan mengonsumsi bahan kering sebesar 3.8 % bobot badan sedangkan kambing
betina mengonsumsi bahan kering lebih sedikit dari kambing jantan yaitu sebesar
3.75% bobot badan. Jumlah konsumsi bahan kering pada ternak jantan dan betina
juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P<0.05). Parakkasi (1995)
menuturkan bahwa tingkat konsumsi bahan kering dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain bobot badan, umur, dan aktivitas. Respon yang tidak berbeda
nyata terhadap konsumsi pakan dipengaruhi oleh aktivitas yang sama antara anak
kambing jantan dan betina. Konsumsi bahan kering dalam penelitian ini masih
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhini 2014, yaitu sebesar 2.02% dengan diberi perlakuan bebas pilih.
Rendahnya jumlah konsumsi bahan kering dalam penelitian ini dibandingkan
dengan standar NRC (2006) kemungkinan disebabkan beberapa faktor yaitu
kualitas pakan, lingkungan dan genetik ternak. Kualitas pakan mempengaruhi
jumlah konsumsi pakan. Pakan yang kurang baik akan memperlambat kecernaan
pakan dan mengakibatkan alur pakan yang lama dalam saluran pencernaan. Hal ini
Perlakuan
Peubah Standar
NRC (2006) Milk
Replacer
Ransum starter Total
Konsumsi Bahan Kering (gram ekor-1 hari-1)
Jantan 62.44 234.619 ± 62.402 297.059 ± 62.402 300
Betina 62.44 217.327 ± 18.111 279.767 ± 18.111
Konsumsi Protein (gram ekor-1 hari-1)
Jantan 18.23 44.438 ± 10.300 62.668 ± 10.300 51.75
Betina 18.23 41.162 ± 3.430 59.392 ± 3.430
Konsumsi Energi (gram ekor-1 hari-1)
Jantan 80.55 169.972 ± 39.400 250.522 ± 39.400 262.50
Betina 80.55 157.444 ± 13.121 237.994 ± 13.121
Konsumsi Serat Kasar (gram ekor-1 hari-1)
Jantan - 12.357 ± 2.864 12.357 ± 2.864
Betina - 11.446 ± 0.953 11.446 ± 0.953
8
mengakibatkan pengosongan rumen yang lambat dan selanjutnya akan menurunkan
intake pakan, selain itu, konsumsi bahan kering juga dipengaruhi oleh komposisi
kimia bahan pakan, kualitas bahan pakan dan palatabilitas pakan (Tillman et al.
1991).
Faktor lingkungan yang menyebabkan perbedaan antara konsumsi bahan
kering selama penelitian dengan yang disarankan oleh NRC (2006) meliputi cuaca,
suhu, dan kelembaban. Ternak yang dipelihara di daerah tropis cenderung
mengalami stress panas. Siregar (1997) juga menyatakan bahwa suhu udara
didaerah tropis yang cukup tinggi cenderung menurunkan nafsu makan dan
produktivitas, hal ini terjadi pada kambing perah maupun ternak lainnya. Faktor
lingkungan yaitu iklim juga akan mempengaruhi genetik ternak. Ternak daerah
temperate dan daerah tropis memiliki produktivitas yang berbeda. Seperti yang
dinyatakan oleh Siregar (1997), bahwa ternak daerah tropis menunjukkan
produktifitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ternak daerah temperate.
Ternak yang didatangkan dari daerah iklim temperate di daerah tropis mengalami
berbagai stres, iklim merupakan penyebab stres yang besar sekali pengaruhnya
terhadap konsumsi ransum. Konsumsi bahan kering harian ternak kambing perah
didaerah tropis berkisar antara 2.0-4.7% bobot badan (Devendra dan Burns (1994).
Fungsi bahan kering pada ternak ruminansia untuk kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, sebagai perangsang dinding saluran pencernaan, pengisi lambung
dan menguatkan pembentukan enzim.
Konsumsi Energi
Menurut NRC (2006), kebutuhan konsumsi energi ternak muda dengan bobot
7 kg untuk mendapatkan pertambahan bobot badan hingga 100 gram hari-1 adalah
3.5% bobot badan. Jumlah konsumsi energi anak kambing dalam penelitian ini
adalah anak kambing jantan sebesar 3.3% bobot badan dan kambing betina sebesar
3.2% bobot badan. Konsumsi energi dalam penelitian ini lebih kecil 0.2-0.3%
dibandingkan dengan yang disarankan oleh NRC (2006). Hasil konsumsi energi
anak kambing jantan dan betina dalam penelitian tidak berbeda nyata (P<0.05).
Konsumsi energi yang relatif sama antara anak kambing jantan dan betina
kemungkinan disebabkan oleh umur ternak yang relatif sama, selain itu bobot badan
ternak dalam penelitian juga masih cenderung sama. Hal yang sama dinyatakan
oleh Soeparno (1998) yaitu tinggi rendahnya TDN akan dipengaruhi oleh umur,
bobot badan ternak, dan metabolisme ternak. Konsumsi energi juga sangat
tergantung pada besarnya kandungan energi yang terdapat dalam pakan (Hidajati et
al. 2002). Hasil konsumsi energi dalam penelitian ini masih lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian Ramadini (2014),
yaitu anak kambing PE mengonsumsi energi sebesar 175.07 gram hari-1 yang diberi
perlakuan bebas pilih.
Ternak ruminansia membutuhkan ketersediaan energi dalam ransum untuk
mensintesa jaringan tubuh dan berperan dalam efisiensi penggunaan protein
(Mcdonald et al, 1988). Oleh karena itu, kekurangan energi dalam ransum dapat
menurunkan efisiensi penggunaan protein yang selanjutnya akan menghambat
pertumbuhan ternak dan menurunkan bobot badan. Kekurangan energi pada pakan
akan mengakibatkan perombakan lemak tubuh ternak untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok ternak, namun jika jumlah enrgi terlalu tinggi atau berbelebihan akan
9
disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Oleh karena itu, imbangan energi dan protein
dalam pakan perlu diperhatikan agar ternak mampu tumbuh secara optimal.
Konsumsi Protein Kasar
Konsumsi protein anak kambing menurut NRC (2006) untuk bobot 7 kg
adalah 51.75 gram hari-1. Pada penelitian ini didapatkan konsumsi protein yang
lebih besar dari konsumsi protein yang disarankan oleh NRC (2006). Pemberian
ransum starter tinggi energi dan protein dalam penelitian ini tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05) antara anak kambing jantan dan betina terhadap
konsumsi protein. Konsumsi protein pada anak kambing jantan sebesar
62.668±10.300 gram hari-1 dan pada anak kambing betina sebesar 59.392±3.430
gram hari-1. Konsumsi protein anak kambing sudah mampu mencukupi kebutuhan
hidup pokok dan pertumbuhan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Mcdonald et
al. (1988) bahwa konsumsi protein sudah mencapai kebutuhan akan mengalami
pertumbuhan yang positif.
Hasil konsumsi protein yang tinggi disebabkan oleh rasio protein dalam
ransum yang sedikit lebih tinggi dari NRC (2006). Menurut Boorman (1980),
kandungan protein dalam pakan yang digunakan akan mempengaruhi jumlah
konsumsi protein, semakin tinggi kandungan protein pakan maka konsumsi protein
juga akan semakin tinggi. Hal yang sama dinyatakan pula dalam Arifin et al. (2012)
bahwa konsumsi protein kasar dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi pakan dan
kandungan protein kasar pada bahan pakan yang digunakan. Namun, terlalu
tingginya konsumsi protein dapat menghasilkan dampak yang kurang baik bagi
ternak. Protein pakan merupakan sumber N dan merupakan sumber energi bagi
ternak ruminansia. Protein pakan dirombak oleh mikroba rumen didalam rumen
sehingga menghasilkan peptida dan asam amino. Hasil perombakan kemudian
digunakan untuk mensintesis protein mikroba. Apabila jumlahnya berlebihan, maka
asam amino akan mengalami deaminasi oksidatif menjadi ammonia (NH3) dan
asam karboksil. Amonia kemudian diserap ke dalam darah dan apabila jumlah
amonia terlalu tinggi didalam darah akan mengakibatkan BUN (Blood Urea
Nitrogen). Hasil konsumsi protein penelitian ini juga lebih besar dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mathius et al. (2002) bahwa kambing PE
jantan muda konsumsi proteinnya sebesar 44.43 gram ekor-1 hari-1 dengan
memberikan perlakuan rasio energi dan protein yang cenderung sama. Penelitian
lain menyatakan bahwa konsumsi protein kasar ternak kambing PE pra-sapih dengan
metode pemberian pakan bebas pilih adalah 54.91 gram hari-1 (Ramadini 2014).
Performa Anak Kambing dan Konversi Pakan
Pemberian ransum starter tinggi energi dan protein yang diberikan pada anak
kambing akan memperngaruhi performa anak kambing dan konversi ransum starter
oleh anak kambing. Hasil performa anak kambing dan konversi pakan terhadap
pemberian ransum starter dengan kandungan energi dan protein tinggi disajikan
pada Tabel 4.
10
Tabel 4 Bobot awal, bobot akhir, pertambahan bobot badan harian dan konversi
pakan anak kambing PE selama penelitian.
Parameter Ternak NRC (2006)
Jantan Betina
Bobot Awal (Kg) 7.4 ± 0.37 7.15±0.20 7.5
Bobot Akhir (Kg) 12.83 ±1.04 12.33± 0.57 14
PBBH (g e-1 h-1) 84.656 ±16.521 80.687±6.061 100
Konversi pakan 3.50 3.46 3.00
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan
(PBB) yang dihasilkan anak kambing jantan dan betina tidak berbeda nyata. PBB
anak kambing jantan adalah 84.656 ± 16.521 gram hari-1 sedangkan anak kambing
betina sebesar 80.687 ± 6.061 gram hari-1 (Tabel 4). Hasil juga menunjukkan bahwa
PBBH anak kambing lebih rendah dari PBB berdasarkan NRC (2006) yaitu 100
gram hari-1. Anak kambing yang masih disatukan dengan induk dan anak kambing
yang sudah dipisahkan dari induk anak menunjukkan performa pertambahan bobot
badan yang berbeda. Seperti yang dinyatakan oleh sitorus (2004) bahwa anak
kambing yang mendapatkan susu induk dan ransum starter mampu menghasilkan
PBB sebesar 107 gram hari- 1. Anak kambing dalam penelitian sudah dipisahkan
dari induknya. Faktor tersebut memungkinkan PBB anak kambing dalam penelitian
ini masih belum mencapai standar yang disarankan NRC (2006), selain
pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Jumlah
konsumsi ransum starter dalam penelitian juga masih belum mencapai standar
NRC (2006). Ransum starter berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
dan pertumbuhan kambing sehingga akan berbanding lurus dengan kecepatan laju
pertumbuhannya. Seperti dinyatakan oleh Mathius et al. (1996) bahwa ketersediaan
energi memiliki peranan yang penting dalam peningkatan bobot badan.
Pertumbuhan ternak akan lebih baik jika banyaknya pakan yang dikonsumsi sesuai
dengan kebutuhan pokok dan produksi (Mcdonald 1988).
Laju pertumbuhan ternak diukur dari pertambahan bobot badan ternak per
satuan waktu. PBB antara anak kambing jantan dan anak kambing betina dalam per
minggu ditunjukkan pada Gambar 1.
11
Gambar 3 Grafik pertumbuhan anak kambing peranakan etawah yang diberi
ransum starter tinggi energi dan protein
Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa anak kambing betina mengalami
peningkatan bobot badan setiap minggunya baik anak kambing jantan maupun
betina. Grafik pada gambar 1 menunjukkan bahwa pada akhir pengamatan bobot
anak kambing jantan sedikit lebih tinggi daripada bobot kambing betina namun
secara statistik tidak berbeda nyata (P<0.05). Hasil yang tidak berbeda nyata terjadi
karena pada periode penyapihan belum terjadi perbedaan kerja hormonal. Seperti
yang dinyatakan oleh Turner dan Bagnara (1976) bahwa aktivasi kerja hormonal
pada ternak terjadi setelah lepas sapih, hormon tersebut diantaranya adalah hormon
somatropin (STH, GH) yang berperan untuk pertumbuhan.
Bobot Sapih
Bobot sapih anak kambing dalam penelitian masih lebih kecil sebesar 8.35-
11.9% dari bobot sapih menurut NRC (2006). Bobot sapih anak kambing dalam
penelitian adalah anak kambing jantan sebesar 12.83 ±1.04kg dan bobot sapih anak
kambing betina adalah 12.33± 0.57kg (Tabel 4). Bobot sapih anak kambing jantan
dan betina tidak berbeda nyata (P<0.05). Bobot sapih yang sama antara anak
kambing jantan dan betina dimungkinkan karena bobot lahir yang cenderung sama.
seperti yang dinyatakan oleh Kemp et al. (1988), bahwa bobot lahir dapat dijadikan
tolok ukur untuk memprediksi pertumbuhan dan bobot sapih, selain itu faktor
penyapihan juga dapat mempengaruhi bobot sapih. Menurut Chaniago dan Hastono
(2001), bobot sapih anak kambing yang mendapat susu induk adalah 14.80 kg
sedangkan anak kambing yang hanya mendapatkan susu pengganti menghasilkan
bobot sapih sebesar 11 kg dengan waktu penyapihan hingga 4 bulan.
Konversi Pakan
Nilai konversi pakan yang didapatkan pada penelitian ini tidak berbeda nyata
(P<0.05) antara anak kambing jantan dan anak kambing betina. Konversi ransum
starter anak kambing jantan sebesar 3.50 dan anak kambing betina sebesar 3.46
(Tabel 4). Ransum starter yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi dari
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5
Bo
bo
t b
adan
(kg)
waktu pengamatan (Minggu)
Jantan Betina
12
NRC (2006) yang menyatakan bahwa konversi pakan yang disarankan adalah 3.00
artinya pakan yang digunakan dalam penelitian belum efisien. Hal ini juga
dinyatakan Anggorodi (1979), bahwa Konversi pakan merupakan indikator teknis
yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah
angka konversi pakan berarti semakin baik karena pakan yang digunakan akan
semakin sedikit dan nantinya akan menghemat biaya. Konversi pakan yang berbeda
dari NRC (2006) sejalan pula dengan konsumsi ransum anak kambing. Seperti yang
dinyatakan oleh Basuki (2002), bahwa nilai konversi pakan sangat tergantung dari
konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot harian ternak. Menurut Ensminger
dan Parker (2002), ternak yang mendapatkan energi dan protein yang rendah dalam
pakannya akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan memiliki efisiensi pakan
yang lebih rendah daripada ternak yang diberi kandungan energi dan protein yang
tinggi. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi juga oleh
kualitas pakan, oleh karena itu memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan
tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya (Martawidjaya et al. 1999).
Perhitungan IOFC
IOFC (income over feed costs) merupakan nilai yang didapatkan dari hasil
perhitungan selisih pendapatan dikurangi biaya pakan (Prawirokusumo 1990).
Semakin tinggi nilai IOFC akan semakin baik pula pemeliharaan yang dilakukan,
karena tingginya IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil penjualan
kambing juga semakin tinggi. Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari
penjualan anak kambing yang dihitung dengan harga jual anak kambing dikalikan
dengan pertambahan bobot badan anak kambing selama penelitian. Asumsi harga
jual ternak anak kambing adalah Rp70 000,00/kg bobot badan dikalikan dengan
pertambahan bobot badan anak kambing selama 54 hari penelitian. Biaya
pengeluaran berasal dari total biaya pakan yang dikonsumsi anak kambing selama
pengamatan meliputi ransum starter (Rp10 268,00/kg) dan susu (Rp6 000,00/liter)
pengganti selama 54 hari penelitian. IOFC anak kambing dalam penelitian disajikan
pada tabel 5.
Tabel 5 IOFC Anak kambing peranakan etawah selama penelitian
Ternak Peubah
IOFC (Rp/ekor) Pendapatan (Rp/ekor) Pengeluaran (Rp/ekor)
Jantan 311.264±34.600 373.333±72.858 62.068±38.377
Betina 300.263±11.522 355.833±26.731 55.570±19.005
Hasil yang didapatkan dari perhitungan pendapatan dan pengeluaran
menunjukkan bahwa nilai IOFC pada penelitian ini masih positif baik anak
kambing jantan maupun betina. Nilai IOFC anak kambing jantan dan betina
cenderung sama atau tidak berbeda nyata. Hasil IOFC yang positif menunjukkan
bahwa harga ransum starter tinggi energi dan protein yang digunakan dalam
penelitian ini masih ekonomis dan memberikan keuntungan pada peternak.
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ransum starter bedasarkan Nutrient Requirement of Small
Ruminant (NRC) 2006 memberikan pengaruh yang sama pada anak kambing
peranakan etawah jantan dan betina terhadap konsumsi ransum dan performa yang
dihasilkan ternak.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemberian ransum starter tinggi
energi dan protein pada ternak yang lebih muda yaitu umur 1-2 minggu agar
efisiensi penggunaan pakan yang digunakan lebih dapat dievaluasi dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andhini, D S. 2014. Performa anak domba prolifik dengan pemberian milk replacer
yang disumplementasi minyak biji bunga matahari dengan minyak ikan lemuru.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT Gramedia, Jakarta
Arifin M, Liman, Adhianto K. 2012. Pengaruh penambahan konsentrat dengan
kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap performa kambing
Boerawa lepas sapih. JIPT [Internet]. [diunduh 2014 Sept 02]; 1(1). Tersedia
pada: www.jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article/view/38/
43.
Badan Pusat Statistik. 2016. Hasil Pencarian Berdasarkan Populasi : Kambing.
http:// http://www.bps.go.id
Basuki P. 2002.Pengantar Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Bahan Kuliah.
Yogyakarta (ID): Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Boorman KN. 1980. Dietary constraints on nutrigen retention. In: PJ Buttery and
Lindsay DB. Protein Deposition in Animals.London (GB): Butterworth
Davendra. C and Burn. 1994. Goat Production in Tropics. Commonwealth Bureaux,
London. p 64-74, 90-116.
Ensminger ME, Parker EO. 2002. Sheep and Goat Science. Danville Illonis (US):
The Interstate Printers and Publishers, Inc.
Hidajati NM, Martawidaja M, Inounu I. 2002. Peningkatan energi ransum untuk
pertumbuhan domba persilangan.Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner,
Pusat Penenlitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID): 202-205.
Kemp, R. A, J. W. Wilton and L. R. Scaeffer. 1998. Phenotypic and genetic
parameter estimates for gestation length. Calving ease and birth weight in
sentimental cattle. Can. J. Anim. Sci. 68:291.
Martawidjaja, M, B. Setiadi, dan S.S. Sitorus. 1999. Karakteristik pertumbuhan
anak kambing kacang prasapih dengan tata laksana pemeliharaan creep feeding.
hlm. 485-490. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Mathius. I.W, M. Martawidjaja, A. Wilson, dan T. Manurung. 1996. Studi Strategi
kebutuhan energi-protein untuk domba lokal, Fase pertumbuhan. J. Ilmu Ternak
Vet.2(2): 84-91.
Mathius I.W., I.B. Gaga dan I-K Sutama. 2002. Kebutuhan Kambing PE Jantan
Muda akan Energi dan Protein Kasar: Konsumsi, Kecernaan, Ketersediaan dan
Pemanfaatan Nutrien. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana: Denpasar-Bali
McDonald P, Edwards RA, Greenhald JFD, Morgan CA. 1988. Animal Nutrition.
Fifth Edition. New York (US): John Willey and Sons Inc.
Parakkasi, A., 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Prawirokusumo S. 1990. Ilmu Usaha Tani.Yogyakarta (ID): BPFE.
Ramadini, F. 2014. Pola Konsumsi dan Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawa
Periode Pra - Sapih Yang Diberi Ransum Starter Dengan Cara Bebas Pilih.
Institut Pertanian Bogor: Bogor
15
Setiadi, B, I-K. Sutama dan I G. M. Budi Arsana. 1997. Efisiensi reproduksi dan
produksi kambing Peranakan Etawah pada berbagai tatalaksana perkawinan.
JITVet. 2 (4) : 233-236.
Siregar, SB. 1997. Aspek Iklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu
Kambing Perah. Balai Penelitian Ternak: Bogor.
Sitorus, S. S. 2004. Pengaruh Creep Feed pada anak kambing kacang pra-sapih
berbeda jenis kelamin Bogor: Balai Penelitian Ternak: Bogor.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah mada
University Press.
Sutama, I-K., IGM. Budiarsana, H. Setianto and A. Priyanti. 1995. Productive and
reproductive performances of young Peranakan Etawa does. JITV 1: 81-85.
Tillman ADH, Hartadi, Reksohadiprodjo S, Prawirokusuma S, dan Lebdoseokotjo
S. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Turner CD, Bagnara JT. 1976. General Endocrinology. Sixth Edition. Philladelphia
(US): WB Sauders Company. p 28:561-597.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil T-Test konsumsi segar harian (as fed) ransum starter
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 269.2011 62.40207 0.091
T1 3 249.3598 20.78100 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
Lampiran 2 Hasil T-Test konsumsi bahan kering ransum starter
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 234.6195 54.38590 0.091
T1 3 217.3270 18.11147 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
Lampiran 3 Hasil T-Test konsumsi protein kasar ransum starter
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 44.4381 10.30096 0.091
T1 3 41.1628 3.43040 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
Lampiran 4 Hasil T-Test konsumsi TDN ransum starter
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 169.9724 39.40041 0.091
T1 3 157.4447 13.12104 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
Lampiran 5 Hasil T-Test konsumsi serat kasar ransum starter
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 12.3574 2.86451 0.091
T1 3 11.4466 0.95393 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
Lampiran 6 Hasil T-Test pertambahan bobot badan harian ternak
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 84.656 16.521 0.129
T1 3 80.687 6.061 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
17
Lampiran 6 Hasil IOFC anak kambing PE
Ternak N Rataan SD Sig.
T0 3 62068 38377 0.255
T1 3 55570 19005 T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ;
SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampar, Riau pada tanggal 18
September 1991 dari ayah Ramses Simarmata dan ibu Runggu
Corry Rupina Samosir. Penulis adalah anak ketiga dari empat
bersaudara yakni Budimantua Simarmata, Ferri Simarmata dan
Doni Simarmata. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK
Nusa Indah Sei Garo, selanjutnya pendidikan dasar SD Negri
64 Sei Garo, melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Khatolik
Assisi Pematang Siantar (Sumatera Utara) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Tapung-Riau. Tahun 2010
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staff Divisi
Kesejahteraan Anggota UKM KEMAKI tahun 2010-2012, lalu menjadi Ketua
Divisi Kesejahteraan Anggota UKM KEMAKI tahun 2012-2013. Penulis juga
menjadi anggota paduan suara UKM KEMAKI tahun 2010-2014. Penulis pernah
menjadi Ketua Acara Inaguration night UKM KEMAKI 2010, panitia acara Dekan
Cup 2012, Seminar Internasional sebagai Staff Acara, Selain itu penulis juga pernah
mengikuti lomba FESPARAWI (Festival Paduan suara Gerejawi) tahun 2010,
mengikuti lomba MCC (Magnificat Choir Competition) tahun 2011 dan peserta
pengisi acara Natal Nasional yang dihadiri oleh Presiden RI tahun 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih penulis ditujukan kepada dosen pembimbing akademik
yang sekaligus dosen pembimbing utama Prof Dr Ir Komang Gede Wiryawan dan
juga kepada dosen pembimbing anggota Dr Ir Lilis Khotijah M,Si dan Ir Kukuh
Budi Satoto, MS.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Bapak dan
Mama, atas doa, perhatian dan dukungan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan pendidikan di IPB, kepada kedua abang dan adik yang juga memberi
semangat kepada Penulis. Kepada teknisi di laboratorium lapang dan rekan
penelitian Alfiatunnisa. Kepada UKM KEMAKI dan PUELLA DOMINI Choir yang
penulis sayangi. Ucapan terima kasih kepada sahabat serta rekan seperjuangan Rizky
Amalia, Novia, Carolina, Ardhito, Resfian dan Larva. Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih kepada seluruh staff dan dosen Departemen INTP IPB, D.Net dan untuk
semua yang telah mendukung penulis.