Upload
others
View
35
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
KELOMPOK BUDIDAYA IKAN HIAS (POKDAKAN)
CURUG JAYA I, BOJONG SARI - DEPOK
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Hafidz Anwar
NIM : 1113054100043
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019
III
ABSTRAK
HAFIDZ ANWAR
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Budidaya
Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari-Depok.
Perikanan merupakan salah satu sumber pendapatan
nasional dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
peran penting sektor tersebut pada saat ini adalah belum
diiringi dengan pengoptimalan pemanfaatan potensi yang ada.
Hal ini menyebabkan peningkatan potensi perikanan perlu
dilakukan.Salah satu kelompok budidaya ikan hias yang
berusaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang
mereka miliki adalah Kelompok Budidaya Ikan Hias
(Pokdakan) Curug Jaya I yang terletak di Kelurahan Curug,
Kecamatan Bojong Sari, Kota Depok.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Pokdakan Curug Jaya I serta mengetahui peran fasilitisai yang
dimainkan oleh pokdakan.
Tahapan pemberdayaan Pokdakan Curug Jaya I
dilakukan melaui pertemuan rutin, praktek lapangan berupa
pelatihan dan pendampingan budidaya ikan, dan mendorong
partisipasi para anggota dalam setiap tahapan pemberdayaan
yang dilakukan. Dalam kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan, Pokdakan Curug Jaya I melakukan perannya dalam
memfasilitasi para anggota kelompok. Hal tersebut dapat
dilihat dari pengelolaan keuangan kelompok yang digunakan
untuk pembangunan sarana dan prasarana yang disesuaikan
dengan kebutuhan anggota kelompok, serta memberikan
wadah bagi para anggota kelompok dalam menjual hasi
produksi mereka dengan menerapkan sistem penjualan satu
pintu
Kata Kunci: Tahapan Pemberdayaan, Peran Fasilitasi
Kelompok.
IV
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I , Bojong Sari-
Depok” shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan akhir yang harus diselesaikan
sebagai syarat guna meraih gelar sarjana sosial jurusan
kesejahteraan sosial. Penulis menyadari banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbim
penyusunan skripsi ini, diantaranya:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan I Ibu
Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman.S.Ag.,MSW, Wakil
Dekan II Bapak Dr. Sihabuddin N,M.Ag Wakil Dekan
III Cecep Castrawidjaya, M.Si.
2. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Ibu Lisma
Dyawati Fuaida, M.Si, beserta sekertari Program Studi
Kesejahteraan Sosial Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA,
V
dan para dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial
yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis.
3. Dosen Pembimbing skripsi, Bapak Ismet Firdaus,
M.Si yang senantiasa memberikan arahan,
pemahaman, petunjuk dan bimbingannya dalam proses
penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
memberikan kesehatan, keberkahan dan limpahan
risiki kepada beliau.
4. Para pengurus Kelompok Budidaya Ikan Hias Curug
Jaya I yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian, khususnya
kepada Pak Ahmad yang telah banyak membantu
selama proses penelitian. Serta seluruh keluarga besar
Pokdakan Curug Jaya I yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
5. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Sarmilili HM dan
Ibu Hj. Nurlaila terima kasih yang sebesar-besar telah
memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti,
motivasi dan doa yang tidak pernah lelah, suatu
kebanggan bagi saya melihat perjuangan yang telah
diberikan selama ini.
6. Terimakasih untuk teman-teman “Slowcial Welfare
2013”, Resa Risaldi Gosal, Yusmar Abdillah, Tio
Hanifa Warih, Ahmad Novel, David Prima Putra,
Rezasa Akabar Alkhafi, Muhammad Ilham, Hendri
VI
Afriliansyah, Egie Firdiansyah, Labib Muammar
Ridwan, dan Ridho Yushro yang telah mendukung dan
memberikan semangat dalam berproses di dunia
perkuliahan, suatu penghormatan bagi penulis telah
berjuang bersama mereka.
7. Kepada seluruh kawan-kawan mahasiswa Fakultas
Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pengalaman, dukungan dan segala
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis yakini bahwa tanpa dukungan selama ini,
proses ini tidak akan sampai disini dan tidak akan
semenarik ini . terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna baik secara materil maupun
penulisannya. Oleh karena itu penulis masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
VII
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ I
ABSTRAK .................................................................................... III
KATA PENGANTAR .................................................................. IV
BAB I ................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 4
1. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
2. Perumusan Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5
1. Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 6
1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 6
3. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 8
4. Sumber Data ................................................................................. 9
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 9
6. Keabsahan Data ..........................................................................10
7. Analisis Data ..............................................................................11
8. Teknik Pemilihan Informan .......................................................11
9. Teknik Penulisan ........................................................................14
E. Tinjauan Pustaka ...........................................................................14
VIII
F. Sistematika Penulisan ...................................................................16
BAB II ............................................................................................ 19
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 19
A. Pemberdayaan ...............................................................................19
1. Pengertian Pemberdayaan ..........................................................19
2. Tujuan Pemberdayaan ................................................................21
3. Tahap-tahap Pemberdayaan .......................................................23
B. Komunitas .....................................................................................26
1. Pengertian Komunitas ................................................................26
2. Ciri – ciri Komunitas ..................................................................27
3. Peran Komunitas ........................................................................30
BAB III ........................................................................................... 44
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN.......................... 44
A. Sejarah dan Perkembangan Pokdakan Curug Jaya I .....................44
B. Visi, Misi, dan Tujuan Pokdakan ..................................................47
C. Kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I .........................................48
D. Kegiatan Pokdakan Curug Jaya I ..................................................51
BAB IV ........................................................................................... 60
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN ......................................... 60
A. Pemberdayaan Pokdakan Curug Jaya I .........................................60
1. Pemberdayaan terhadap Anggota Kelompok .............................60
2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan anggota
Kelompok ...................................................................................62
IX
B. Peran Pokdakan Curug Jaya I .......................................................93
1. Peran Pendiri Pokdakan curug Jaya I .........................................93
2. Peran Pengurus Pokdakan Curug Jaya I terhadap Anggota
Kelompok ...................................................................................94
3. Pokdakan Curug Jaya I dan Masyarakat ....................................96
BAB V ........................................................................................... 100
PEMBAHASAN .......................................................................... 100
A. Analisis Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan
Pokdakan Curug Jaya I .......................................................................100
1. Peran Pokdakan Curug Jaya I dalam Kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat .................................................................106
BAB VI ......................................................................................... 109
KESIMPULAN ............................................................................ 109
A. Kesimpulan .................................................................................109
B. Implikasi .....................................................................................111
C. Saran ...........................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 113
LAMPIRAN ................................................................................. 115
Transkip Wawancara ..........................................................................115
X
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I .......... 48
Gambar 3 2 Ikan Hias Neon Tetra ........................................................ 53
Gambar 3.3 Ikan Hias Cardinal Tetra .................................................. 55
Gambar 3.4 Ikan Hias Red Nose ........................................................... 57
Gambar 4.1 Suasana Ketika Pelatihan yang diadakan oleh
Distankan Kota Depok Pada Bulan Mei 2015 ........................... 74
Gambar 4.2 Alur Budidaya Ikan Hias ....................................... 75
Gambar 4.3 Suasana Ketika Rapat Evaluasi Kegiatan ............ 91
XI
DAFTAR TABEL
Tabel 4 1. Ukuran dan Variasi Panjang Tubuh Ikan .......................... 81
Tabel 4.2 Daftar Harga Ikan Hias Yang Dipasarkan Pokdakan ....... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia
dengan hampir 75 persen dari total wilayah negara merupakan
perairan, sehingga Indonesia dijuluki sebagai negara maritim.
Dengan kondisi tersebut, Indonesia memiliki potensi sumber daya
ikan yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang
tinggi.(www.sdi.kkp.go.id) Pemanfaatan potensi tersebut tersebut
harus dilakukan secara maksimal karena sektor perikanan
merupakan salah satu roda perekonomian negara. Sektor ini
menyediakan lapangan pekerjaan bagi 6,53 juta masyarakat
Indonesia.(www.statistik.kkp.go.id)
Peran penting sektor tersebut pada saat ini belum diiringi
dengan pengoptimalan pemanfaatan potensi yang ada. Hal ini
menyebabkan peningkatan potensi perikanan perlu dilakukan
salah satu perikanan yang pemanfaatannya potennsinya
berpeluang untuk ditingkatkan adalah ikan hias. Pelaksanaan
pemanfaatan potensi ikan hias ini dapat dilakukan melalui
subsekor perikanan tangkap maupun budidaya. keunggulan
subsektor perikanan budidaya dibandingkan dengan subsektor
tangkap adalah lebih mampu menjaga kelestarian alam,
menghindari terjadinya overfishing, serta dapat memproduksi
secara terus-menerus karena ikan dikondisikan untuk terus
berkembang biak.(www.perikanan-budidaya.kkp.go.id)
2
Salah satu upaya dalam meningkatkan potensi pada
subsektor perikanan melalui budidaya adalah seperti yang
dilakukan oleh Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug
Jaya I. Kelompok yang berbasis pada budidaya ikan hias Tetra
melakukan kegiatan pemberdayaan bagi para pembudidaya ikan
hias tetra di sekitar Kelurahan Curug. Kecamatan Bojong Sari,
Kota Depok. kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada dasarnya
berfokus pada peningkatan kemampuan budidaya ikan hias tetra
bagi para anggota kelompok, yang dilakukan melalui pelatihan
dan pendampingan pengelolaan ikan hias serta membuat suatu
sistem pemasaran.
Dengan kegiatan tersebut Pokdakan Curug Jaya I dapat
memproduksi ikan dengan kualitas yang bagus, dalam jumlah
yang banyak dan dapat memproduksi secara terus-menerus atau
berkesinambungan. Sistem pemasaran yang dilakukan merupakan
salah satu dukungan agar para anggota bukan hanya diberi
kemampuan dalam memproduksi ikan, akan tetapi Pokdakan juga
memberikan wadah bagi para anggota dalam menjual hasil
produksi mereka. Dalam perkembangannya Pokdakan Curug Jaya
I saat ini telah meraih beberapa prestasi mulai dari tingkat kota,
provinsi sampai tingkat nasional. Dalam bidang produksi,
pemasaran, dan sosial memenangi juara II lomba tingkat Kota
Depok, juara I lomba tingkat Provinsi Jawa Barat, dan juara I
lomba tingkat nasional (www.jitunews.com).
Dalam istilah pemberdayaan masyarakat, kegiatan yang
dilakukan oleh Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug
3
Jaya I merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan. Kelompok
terssebut menjalankan peran untuk mengembangkan kemampuan
para pembudidaya ikan hias disekitar Pokdakan agar mempunyai
daya guna untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Karena
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya dalam membantu
individu, kelompok maupun komunitas memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan terkait dengan kebutuhan masyarakat, hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki, antara lain melalui
transfer daya dari lingkungan.(Adi 2001,33)
Dalam Al – Qur‟an juga menjelelaskan bahwa perubahan
kearah yang lebih baik, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-
Ra‟ad: 11
إنه لا يغير ها له هعقبات هن بين يديه وهن خلفه يحفظىنه هن أهر الله الله
بقىم سىءا فلا هرده له وها لهن بقىم حتهى يغيروا ها بأنفسهن وإذا أراد الله
(١١هن دونه هن وال )
Artinya: “Bagi Manusia ada malaikat – malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka bumi dan dibelakanganya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah mengkehendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali – kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Al- Ra‟ad: 11).
4
Memaknai kandungan dalam surah diatas, bahwa tidak ada
suatu perubahan kearah yang lebih baik kecuali perubahan itu
dilakukan oleh diri sendiri. Hal ini sangat lah sesuai dengan
upaya pemberdayaan, karena pemberian daya ataupun kekuatan
menuju kemandirian senantiasa dimulai dan dilakukan oleh diri
sendiri.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan
tujuan untuk melihat bagaimana proses pemberdayaan yang
dilakukan. oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari –
Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan
permasalahan yang akan di paparkan dengan tujuan agar tidak
terjadi nya perluasan materi yang akan di bahas mengingat
keterbatasan penulis dalam ilmu pengetahuan, waktu dan
tenaga. Maka peneliti membatasi permasalah yang akan di
kaji dalam penelitian ini adalah proses pemberdayaan serta
dampak Sosial dan Ekonomi bagi anggota Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I di Bojong Sari
– Depok.
5
2. Perumusan Masalah
Untuk mempertajam, perumasan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana tahap – tahap pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok Budidaya Ikan Hias
(Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari – Depok ?
b. Bagaimana peran kelompok dalam fasilitasi untuk
memberdayakan anggota Kelompok Budidaya Ikan Hias
(Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari – Depok
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tahap - tahap pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan
Hias (Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari – Depok.
b. Untuk mengetahui bagaimana peran kelompok dalam
fasilitasi untuk memberdayakan anggota Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong
Sari – Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang
bagaimana proses dan dampak program pemberdayaan
masyarakat Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan)
Curug Jaya I, Bojong Sari - Depok.
6
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I,
Bojong Sari – Depok
Penelitian ini agar dapat memberikan masukan
yang positif kepada pengurus maupun anggota
kelompok, dalam mengembangkan dan mengelola
Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug
Jaya I, Bojong Sari – Depok .
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita
gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.
Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekaatan
umum untuk mengkaji topik penelitian. Metologi
dipengaruhi berdasarkan perspektif teoritis yang kita
gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif
teoritis itu sendiri adalah suatu rangka penjelaasan atau
interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami dan
menghubungkan data yang rumit dnegan peristiwa maupun
sesuatu yang lain.
Sedangkan metodologi penelitian adalah teknik – teknik
spesifik dalam penelitian. Sebagian orang berpendapat
bahwa metodelogi penelitian terdiri dari teknik – teknik
penelitian. Dan sebagian lagi menyamakan metode penelitian
7
dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas, metode atau
teknik penelitian apapun yang kita gunakan, misalnya,
apakah kualitatif atau kuantitatif, haruslah sesuai dengan
kerangka teoritis yang kita asumsi kan. Dengan kata – kata
Collier, “ Pendekatan – pendekatan epistimologis haruslah
konsisten dengan asumsi – asumsi ontologis.“ (Mulyana
2010 )
Kemudian Klick dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan peristilahannya. (Moleong 2003,3)
Dalam hal ini ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, dimana dalam pengertiannya, penelitian kualitatif
merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam
mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja
organisasi, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan,
perempuan, olahraga, seni dan budaya, seingga dapat
dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi
kesejahteraan bersama.(Gunawan 2013,80).
Sedangkan menurut Bambang Rustanto penelitian
kualitatif merupakan penelitian untuk melihat pengalaman
orang (individu), kehidupan kelompok, kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fingsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial yang digunakan untuk membantu
memecahkan masalah dengan perspektif mereka sendiri.
8
Selain itu, pada pendekatan kualitatif, peneliti membuat
sesuatu gambaran komnpleks, meneliti kata – kata, laporan
terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami.
2. Jenis Penelitian
Dalam pnulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian pada masalah actual sebagaimana
adanya saat peneliatianan berlangsung melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan
kejadian yanag menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakun khusus terhadap peristiwa tersebut.
Berdasarkan pemaknaan diatas, maka dalam penelitian ini
penulis berusaha untuk menggambarkan dan menganalisis
terkait dengan tahapan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan kelompok dan peran fasilitasi kelompok dalam
melakukan pemberdayaan.(Noor 2014,34)
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Kelurahan Curug, Kecamatan
Bojongsari , Depok – Jawa Barat. Disana penulis melakukan
penelitian untuk mendapatkan informasi dari pengurus
Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I
melalui observasi terlebih dahulu, melakukan wawancara
langsung untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan
9
masyarakat yang dilakukan kepada para anggota dan
masyarakat sekitar. Penulis melakukan penelitian dari bulan
November 2017 sampai dengan November 2018.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer diperoleh langsung dari subyek yang diteliti
(responden), sedangakan sumber data sekunder diperoleh
dari keterangan-keterangan dari orang lain yang mengerti
mengenai obyek yang diteliti, dan keterangan-keterangan
dari buku, artikel, dan sejenisnya, yang ada hubungannya
dengan obyek yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
pencatatan atau pengutipan dari dokumen yang ada di lokasi,
literatur-literatur, laporan-laporan dan sebagainya. Penelitian
ini juga berfungsi untuk memperoleh data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penyusunan skripsi ini adalah:
a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca
indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca
indera lainnya seperti telinga, mulut dan
kulit.(Bungin 2005,134).
10
b. Wawancara, yaitu suatu cara yang digunakan peneliti
untuk memperoleh informasi secara lisan dari
informan, melalui interaksi verbal secara langsung
dengan tatap muka atau dengan menggunakan media
(seperti telepon), dengan tujuan untuk memperoleh
data yang dapat menjawab permasalahan penelitian
(Bungin 2005,134). Dalam wawancara yang
dilakukan penulis guna menjalin keakraban tak hanya
sekedar untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan oleh penulis.
c. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen atau bahan-bahan
tertulis/cetak/rekaman peristiwa yang berhubungan
dengan hal yang ingin diteliti. (Rustanto 2015,60).
6. Keabsahan Data
Dalam melakukan penelitian kualitatif sering kali
mendapatkan persoalan dalam menguji keabsahan hasil
penelitian, hal ini dikarenakan banyak hal yaitu, alat yang
diandalkan adalah wawancara dan observasi mendukung
banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi
tanpa kontrol dalam observasi partisipasif, sumber data
kualitatif yang kurang akan mempengaruhi hasil akurasi
penelitian (Bungin 2007, 156)
Oleh sebab itu, untuk melakukan keabsahan data adalah
dengan melakukan triangulasi. Dimana triangulasi adalah
pemerikasaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
11
Diluar data ini untuk keperluan pengecekan atau pembanding
data itu (Moleong 2007, 330).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
triangulasi dengan cara membandingkan sumber-sumber data
yang diperoleh dilapangan dengan kenyataan yang ada saat
penelitian.
7. Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif, yaitu teknik analisis yang
menggambarkan dan memberikan analisa terhadap
kenyataan dilapangan. Deskripsi yang dilakukan meliputi
deskripsi data dan deksripsi hasil interpretasi data. Dalam
melakukan analisis penelitian data, penulis mendapatkan
data melalui observasi dan wawancara mengenai penelitian
pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Budidaya Ikan
Hias (Pokdakan) Curug Jaya I.
8. Teknik Pemilihan Informan
Peneliti memilih teknik nonoprobability sampling yaitu
menurut Sugiyono “teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang/kesempatan bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik
yang dipilih ialah purposive Samplingyaitu pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapka, atau mungkin dia
12
sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi
objek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono 2009,218)
Dalam penelitian ini penulis mengambil informan, yaitu
pembina Pokdakan Curug Jaya I sebagai pencetus berdirinya
Pokdakan Curug Jaya I, Ketua Pokdakan Curug jaya I
sebagai pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan untuk kesejahteraan anggotanya. Anggota
Pokdakan Curug Jaya I sebagai penerima program
pemberdayaan masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar
Pokdakan
Dalam penelitian ini penulis memilih beberapa sumber
karena agar mendapatkan informasi yang variatif dari bobot
kasus yang terjadi. Hal ini lah yang membuat penulis tertarik
mengkaji penelitian.
Kerangka Sampel Informan
No. Informasi yang di cari Informan Jumlah
1. Mengetahui Latar
belakang berdirinya
kelompok, tahapan
dalam proses
pemberdayaan yang
dilakukan kelompok
dan peran yang
dimainkan pendiri
Pendiri/Penas
ihat
Kelompok
1 orang
13
dalam kegiatan
pemberdayaan
Pokdakan Curug Jaya
I.
2.
Mengetahui Gambaran
Kelompok, proses dan
kegiatan
pemberdayaan, serta
peran yang dilakukan
oleh pengurus dalam
kegiatan pemberdayaan
Pokdakan Curug Jaya I
Ketua
Kelompok
1 orang
3. Mengetahui
pelaksanaan
pemberdayaan dan
menggali keterlibatan
anggota dalam
pemberdayaan serta
peran yang dimainkan
oleh pendiri dan
pengurus Pokdakan
Curug Jaya I
Anggota
Kelompok
2 orang
4 Mengetahui partisipasi
Pokdakan terhadap
kegiatan masyarakat
Tokoh
Masyarakat
1 orang
14
sekitar dan kegiatan
sosial yang dilakukan
oleh
Pokdakan Curug Jaya I
9. Teknik Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini dalam
penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Ada sebuah hasil penelitian yang
hampir sama dengan penelitian yang akan penulis jadikan bahan
perbandingan, yaitu :
I. Nama : Fachry
Jurusan/Universitas : Kesejahteraan Sosial /
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul Skripsi : Perubahan Keberdayaan
Masyarakat kelompok Tani
15
Bina Avera di Cilodong,
Depok.
Skripsi tersebut membahas tentang perubahan Sosial dan
Ekonomi serta proses pembedayaan masyarakat bagi masyarakat
petani lidah buaya. Perbedaan dengan skripsi tersebut adalah
penelitian ini hanya terfokus pada tahapan-tahapan dalam proses
pemberdayaan yang dilakukan serta peran yang dilakuakn oleh
pendiri dan penguru Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan)
Curug Jaya I.
II. Nama : Annissa Milki Azizah
Jurusan/Universitas : Departemen Agribisnis /
institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi : Strategi Usaha Budidaya
Ikan Hias Air Tawar
Kelompok Pembudidaya
Ikan Curug Jaya Kota Depok
Provinsi Jawa Barat.
Skripsi tersebut membahas faktor pendukung dan
penghambat serta pengaruhnya, apakah alternative usaha yang
dapat diterapkan dan bagaimana meprioritaskan strategi usaha.
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah
penelitiaan ini berfokus pada proses pemberdayaan yang
dilakukan oleh kelompok terhadap para anggota nya serta
16
bagaimanakah peran pendiri dan pengurus Pokdakan dalam
kegaiatan yang dilakukan Pokdakan.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun
sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab
antara lain:
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis
yang akan digunakan. Teori-teori yang berkaitan
dengan dukungan sosial.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum
Kelompok Budidaya Ikan Hias ( Pokdakan )
Curug Jaya I, Bojong sari - Depok yang meliputi:
Sejarah berdirinya Pokdakan Curug Jaya I, Visi
17
dan Misi Pokdakan Curug Jaya I, struktur dan
program Pokdakan Curug Jaya I
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan
temuan penelitian di lapangan. Segala temuan
yang berkait dengan penelitian dibahas pada bab
ini.
BAB V PEMBAHASAN ANALISIS PENELITIAN
Bab ini berisi hasil temuan penelitian dan
pembahasan/diskusi yang berisi tentang
pembahasan atau diskusi mengenai hasil penelitian
yang diperoleh. Bagaimana keterkaitan penelitian
dengan teori yang sudah ada, penelitian yang
disandingkan dengan sudut pandang teoritis dan
analisis dampak yang dihasilkan dari Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra terhadap
pekerja penyandang disabilitas dan dampak
terhadap keluarganya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi rangkuman hasil penelitian yang
ditarik dari analisis data dan pembahasan.
Implikasi dan saran berisi perbaikan-perbaikan
18
atau masukan-masukan dari penulis untuk
perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan
penelitian. Peneliti juga dapat mengemukakan
persoalan-persoalan baru yang muncul dari
penelitian tersebut untuk dijadikan bahan
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Menurut definisinya pemberdayaan diartikan sebagai
upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau
penguatan (Strengthening) kepada masyarakat. Menurut
Soemordiningrat keberdayaan masyarakat dapat diartikan
sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan
masyarakat dalam membangun kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. (Mardikanto dan Soebinto 2015,26)
Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu,
kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki
kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-
keinginannya, termasuk aksesibilitasnya terhadap
sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya, aktivitas
sosialnya, dll. (Mardikanto dan Soebinto 2015,29)
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
20
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupanya. (Suharto 2005, 60)
Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat
dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan,
yang biasanaya sudah ditentukan jangka waktunya. Jika
pemberdayaan dilihat sebagai suatu proses yang
berkesinambungan (on – going) sepanjang komunitas itu
masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, tidak
hanya terpaku pada suatu program saja. (Adi 2002,162)
Berkaitan dengan kekuasaan, ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional
menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan control. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan
sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat berubah.
Dalam arti yang lebih luas kekuasaan senantiasa hadir
dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan
tercipta dalam suatu relasi sosial. Oleh karena itu, kekuasaan
dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan
pemahaman kekuasaan seperti ini, pemeberdayaan sebagai
21
suatu proses perubahan kemudian memiliki konsep yang
bermakna. Kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan
sangat tergantung pada dua hal :
Bahwa kekuasaan dapat berubah. Apabila kekuasaan
tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak akan
terjadi dengan cara apapun.
Bahwa kekuasaan dapat diperluas, konsep ini
menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak
statis, melainkan dinamis.
Secara tersirat pemberdayaan memberikan tekanan pada
otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat, yang dilandasi dengan penerapan aspek
demokratis, partisipasi dengan titik fokusnya pada lokalitas,
sebab masyarakat akan merasa siap diberdayakan melalui
isu-isu lokal. (Mardikanto dan Soebinto 2015, 30)
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat
kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang
memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal,
maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh
struktur sosial yang tidak adil). (Suharto 2005: 60)
Tujuan pemberdayaan masyarakat meliputi beragam
upaya sebagai berikut;
22
a. Perbaikan pendidikan (better education) dalam arti
bahwa pemberdayaan dirancang sebagai suatu
pendidikan yang lebih biak. Perbaikan pendidikan yang
lebih baik adalah yang mampu menumbuhkan semangat
belajar seumur hidup;
b. Perbaikan aksesabilitas (better accesability)
diharapkan akan memperbaiki aksesabilitas sengan
sumber informasi/inovasi, sumber pembiayaan,
penyediaan produk dan perlatan, lembaga pemasaran.
(Mardikanto dan Soebinto 2015, 248)
c. Perbaikan tindakan (better action) dengan modal
perbaiakan pendidikan dan aksesabilas diharapkan akan
terjadi tindakan – tindakan yang lebih baik ;
d. Perbaikan kelembagaan (better institution) harapan
dalam pendidikan ini adalah untuk memperbaiki
kelembagaan, salah satunya adalah pengembangan
jejaring kemitraan-usaha;
e. Perbaikan usaha (better business) diharapkan akan
memperbaiki usaha yang dilakukan;
f. Perbaikan pendapatan (better income) dengan
terjadinya perbaikan usaha diharapkan akan dapat
memperbaiki pendapatan yang di peroleh;
g. Perbaikan lingkungan (better environment) karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh
kemiskinan dan pendapatan yang terbatas oleh karena itu
perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki
lingkungan (fisik dan sosial).
23
h. Pebaikan kehidupan (better living) tingkat
pendapatan dan keadaan yang membaik, diharapkan
dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga
dan masyarakat.
i. Perbaikan masyarakat (better community) keadaan
kehidupan yang lebih baik serta di dukung dengan
lingkungan yang lebih baik diharapkan terwujudnya
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula. (Mardikanto
dan Soebinto 2015,250)
3. Tahap-tahap Pemberdayaan
Sebagaimana yang dikembangkan oleh Isbandi Rukminto
(2002), terdiri dari 6 tahapan, yaitu :
a. Tahapan Persiapan (engagement)
Pada tahap persiapan ini sekurang-kurangnya ada
dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu :
Tahap penyiapan petugas (Commuunity Worker)
untuk menyamakan persepsi antar anggota tim
perubahan mengenai pendekatan apa yang akan di
pilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.
Tahap penyiapan lapangan dimana petugas
(Community Worker) pada awalnya melakukan studi
kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan
sasaran, baik dilakukan secara informal maupun
formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin
dikembangkan, community worker harus mencoba
24
menerebos jalur formal untuk mendapatkan dari
pihak terkait. Pada tahap inilah terjadi kontak dan
kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi
yang baik pada tahap ini biasanya akan
mempengaruhi keterlibatan warga pada fase
berikutnya. Fase ini juga dikenal sebagai fase
engagement dalam suatu proses pemberdayaan
masyarakat.
b. Tahapan Pengkajian (Assessment)
Proses assesment yang dilakukan disini dapat
dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh
masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini,
petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi
masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga
sumber daya yang dimiliki klien. Dalam analisis
kebutuhan masyarakat ini ada berbagai tekhnik yang
dapat digunakan untuk melakukan assessment. Baik itu
dengan pendekatan yang kuantitatif maupun kualitatif.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya. Dalam upaya mengatasi perasalahan yang
ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa
25
alternative program dan kegiatan yang dapat mereka
lakukan.
d. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
(Implementation)
Tahap pelaskanaan ini merupakan salah satu tahap
yang paling penting dalam program pemberdayaan
masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di
lapangan bila tidak ada kerjasama antara petugas dan
warga masyarakat, maupun kerjasama antar warga.
Pertentangan antar kelompok warga juga dapat
menghambat pelaksanaan suatu program kegiatan.
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat
yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap
ini akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam
jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu
sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada.
f. Tahap Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi
dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak
jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat
26
dianggap mandiri, tetapi lebih karena proyek sudah harus
dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan
mau meneruskan.
Meskipun demikian, petugas tetap harus keluar dari
komunitas sasaran secara perlahan-lahan dan bukan
secara mendadak. Hal ini perlu dilakukan agar
masyarakat tidak merasa ditinggalkan secara sepihak dan
tanpa disiapkan oleh petugas. Karena itu, bila petugas
merasa bahwa tugasnya belum diselesaikan dengan baik
jarang petugas tetap melakukan kontak meskipun tidak
secara rutin, dan kemudian secara perlahan-lahan
mengurangi kontan dengan komunitas sasaran.
B. Komunitas
1. Pengertian Komunitas
Komunitas adalah sejumlah keluarga dan individu-
individu yang menempati sebuah wilayah yang saling
berdekatan, ditandai oleh aspek-aspek kehidupan bersama
seperti kesamaan dalam cara produksi, kebiasaan atau tradisi
dan bentuk bahasa. (Aritonang 2001, 41)
Pengertian tentang komunitas dapat pula mengacu pada
komunitas fungsional, yaitu komunitas yang disatukan oleh
bidang pekerjaan mereka dan bukan sekedar pada
lokalitasnya. Misalnya, komunitas yang disatukan pada suatu
27
organisasi profesi, seperti komunitas pekerja sosial,
komunitas dokter, komunitas pengacara, komunitas perawat
dan komunitas psikolog. (Adi 2001,37). Sedangkan
Ferdinand Tonnies menjelaskan dalam buku “Gemeinschaft
und Gesellschaft-Community and Society)” bahwa, secra
tipical “gemeinschaft”mengacu kepada tata hubungan
manusiasebagai keluarga besar di pedesaan, sedangkan
“gesellschaft” mengacu kepada tatanan masyarakat yang
lebih kapitalis. Gemeinschaft atau komunitas didasarkan atas
“kehendak alami” seperti sentiment. Tradisi,dan ikatan
umum sebagai kekuatan yang mengatur (Aritonang 2001,11)
2. Ciri – ciri Komunitas
Suatu komunitas dapat terbentuk berdasarkan ikatan
geografis, mata pencaharian, tingkat usia, jenis kelamin atau
berdasarkan tingkat-tingkat kepentingan. Selain itu,
komunitas ditentukan oleh adanya ikatan-ikatan yang
menciptakan kesatuan keluarga dan individu-individu dalam
suatu wadah. Ikatan-ikatan tersebut antara lain: ikatan
wilayah, ikatan sosial-ekonomi, ikatan kelas sosial, ikatan
usia, ikatan jenis kelamin, ikatan kepentingan.(Aristonang
2001,42)
Jim Ife dan Frank Tesoriero memaknai komunitas
sebagai suatu bentuk organisasi sosial dengan lima ciri
terkait berikut ini:
28
a. Skala Manusia
Komunitas melibatkan interaksi-interaksi pada suatu
skala yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh
individu-individu. Skalanya terbatas pada orang yang
akan saling mengenal atau dapat dengan mudah untunk
saling berkenalan dan interaksi dilakukan sedemikian
rupa agar mudah dipahami oleh semua. Sturktur-struktur
berukuran cukup kecil sehingga orang mampu
mengendalikannya, dengan demikian membuka pintu
pemberdayaan yang jujur.
b. Identitas dan kepemilikan
Komunitas adalah lebih dari sekedar suatu
kelompok yang dibentuk untuk kemudahan administratif,
tetapi memiliki ciri dari sebuah perkumpulan atau
perhimpunan, ke dalam mana orang termasuk sebagai
anggota dan dimana perasaan memiliki ini penting dan
dengan jelas diakui. Komunitas tersebut dapat menjadi
bagian dari konsep diri seseorang, dan merupakan sebuah
aspek penting dari bagian seseorang memandang
tempatnya di dunia. Tidak adanya identitas pribadi
seperti itu biasanya dianggap sebagai salah satu masalah
dari masyarakat modern.
29
c. Kewajiban – kewajiban (Partisipasi Aktif
Anggota)
Semua kelompok membutuhkan pemeliharaan jika
ingin tetap hidup, dan tanggung jawab fungsi – fungsi
pemeliharaan dari suatu komunitas sebagian besar
terletak pada peran para anggotanya. Oleh karena itu,
menjadi seorang anggota dari sebuah komunitas
seharusnya tidak menjadi pengalaman yang murni pasif,
tetapi seharusnya juga melibatkan partisipasi aktif.
d. Gemeinschaft
Sebuah komunitas akan sangat memungkinkan
orang akan berinteraksi dengan sesamanya dalam
keragaman peran yang lebih besar, peran tersebut kurang
doibeda – bedakan dan bukan berdasarkan kontrak dan
yang akan mendorong interaksi-interaksi dengan yang
lain sebagai „seluruh warga‟ ketimbang sebagai peraan
atau kategori yang terbatas dan tetap. Hal ini tidak hanya
penting dalam pengertian pengembangan diri, kontak
antarmanusia dan pertumbuhan pribadi, ia juga
memungkinkan individu-individu untuk
menyumbangkan sebagi bakat dan kemampuan untuk
keuntungan yang lain dan komunitas tersebut sebagai
suatu keseluruhan.
30
e. Kebudayaan
Suatu komunitas memungkinkan pemberian nilai,
produksi dan eksperimen dari suatu kebudayaan lokal
atau berbasis masyarakat, yang akan mempunyai ciri –
ciri unik yang berkaitan dengan komunitas yang
bersangkutan, yang akan memungkinkan orang untuk
menjadi produsen aktif dari kultur tersebut ketimbang
konsumen yang pasif. Dan akan mendorong baik
keanekaragaman di antara komunitas maupun
parsstisipasi yang berbasis besar.(Ife dan Tesoriero
2014,191-194)
3. Peran Komunitas
Berbagai peran praktik yang dikelompokan sebagai peran
memfasilitasi adalah yang berkaitan dengan stimulasi dan
penunjang pengembangan masyarakat. Dalam hal ini
sejumlah peran spesifik ditemukan, yaitu;
a. Peran dan keterampilan mendidik
1) Semangat Sosial
Semangat sosial menggambarkan bahwa pekerja
masyarakat bukanlah menjadi seseorang yang mampu
melakukan segala hal oleh dirinya sendiri namun
yang mampu membuat orang lain ikut terlibat
beraktivitas dalam berbagai proses pemberdayaan.
Oleh karena pekerja masyarakat memiliki
kemampuan untuk menginspirasi, mengantusiasi,
31
mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan, dan
memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan.
2) Mediasi dan Negoisasi
Dalam menghadapi sebuah konflik yang terjadi
didalam kelompok, seorang pekerja masyarakat
terkadang harus memainkan peran sebagai Mediator.
Hal ini mensyaratkan keterampilan untuk mendengar
dan memahami kedua belah pihak, untuk
merefleksikan berbagai pandangan dari masing-
masing pihak, untuk membuat penduduk
menghormati legitimasi pandangan orang lain, serta
untuk membantu penduduk mencari area-area yang
bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu
mereka membuat konsensus.
Apabila Mediasi menjadi sesuatu yang tidak
mungkin dilakukan, dalam kondisi demikian, hal
yang dapat dilakukan adalah dengan Negoisasi.
3) Dukungan
Dukungan merupakan hal penting yang harus
dilakukan dalam memelihara dan menyetujui orang
lain, serta menjaga jarak dengan berbagai aspek
glamour dari pekerjaan.. Namun, pengembangan
masyarakat dapat menjadi sebuah pengalaman yang
sulit bagi semua orang yang terlibat, dan jika sebuah
32
proyek atau program itu menghasilakan, maka
penting untuk menyediakan dukungan terus-menerus
untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan
diri. Itulah fondasi bagi tujuan peningkatan
kesadaraan dan pemerdayaan.
4) Mengorganisasi
Melalui pengorganisasian sehari-hari seperti
sadar apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika
memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua
terjadi, menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja
msayarakat. Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada
kerja masyarakat berarti bahwa seorang pekerja harus
secara secara efisien teratur dalam berbagai keadaan,
contohnya, mengatur waktu, menjaga dokumen, sadar
akan batas waktu dan menjaga jani. Peran ini
merupakan salah satu yang sangat penting unntuk
dilakukan. Melalui pengorganisasian sehari-hari
inilah seorang bisa sering melakukan pemberdayaan
efektif dan peningkatan kesadaran kerja pada para
anggota masyarakat; hal itu dapat menjadi cara yang
paling mudah untuk mengafirmasi berbagai
keterampilan dan nilai orang banyak yang menjadi
terbiasa untuk melihat diri merek sendiri seperti
memiliki sedikit hal untuk ditawarkan. Penawaran
dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
oleh masyarakat. (Ife dan Tesoriero 2014,558)
33
5) Peningkatan kesadaran
Salah satu karakteristik peningkatan kesadaran
adalah bahwa ia sebaiknya dimaksudkan untuk
memberikan kesadaran terhadap berbagai struktur dan
strategi perubahan sosial hingga orang-orang dapat
berpartisipasi dan mengambil tindakan efekif.
Terdapat banyak keterampilan yang dilibatkan
dalam peningkatan kesadaran. Seorang pekerja
masyarakat butuh kemampuan untuk menghubungkan
sosok pribadi dan politik, dan membantu orang lain
untuk membuat hubungan terseebut. Ia juga butuh
kemampuan untuk mendengarkan, berkomunikasi dan
masuk pada sebuah hubungan dailogis. Berbagai
interpersonal dan kelompok yang digambarkan diatas
merupakan hal yang esensial bagi segala praktik
peningkatan keasadaran, sebagaimana halnya
kemampuan memotivasi dan bekerja dengan orang
lain dengan semangat solidarias.
6) Memberikan informasi
Seorang pekeja masyarakat juga akan berada
dalam suatu posisi yang baik untuk memberikan
informaasi mengenai berbagai program dalam
masyarakat-masyarakat yang lain; seseorang harus
berhati-hati dalam mentransfer suatu program yang
sukses dari satu tempat ke tempat lain, karena
beragam, sosial lokal, agama dan politik, namun hal
34
tersebut masih penting bagi orang-orang untuk
memiliki beberapa ide mengenai bagaimana beberapa
hal dikerjakan di tempat lain dengan begitu mereka
bisaa belajar dari kesuksesan dan kegagalan
masyarakat yang lain.
Informasi mengenai beberapa sumber eksterna,
seperti berbagai petunjuk pembiayaan, keahlian,
berbagai pedoman, berbagai prestasi audio-visual dan
berbagai paket pelatihan, adalah wilayah yang lain
secara mudah memberikan informasi kepada
penduduk tentang apa yang tersedia yang dapat
menjadi sebuah layanan penting kerja
masyarakat.prinsip kepercayaan diri menuntut
seorang pekerja untuk berhati-hati untuk tidak
mengabaikan berbagai sumber lokal, namun dengan
kehati-hatian ini, masih penting bagi berbagai
masyarakat untuk mampu menggunakan berbagai
sumber eksternal yang pantas.
Seorang pekerja masyarakat akan sering, berada
daalam posisi menginformasikan orang-orang
mengenai apa yang sedang terjadi dalam masyarakat.
Sering kali seorang pekerja masyarakat akan mampu
bergerak didalam sub kelompok yang berbeda (seperti
kelompok kesukuan atau kelompok sosial ekonomi
yang berbeda), dan kelompok kelompok tersebut
sangat mengabaikan berbagai pengalaman orang lain
atau bahkan keberadaaanya.
35
7) Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan dapat lebih spesifik jika
pelatihan tersebut disesuaikan pada perkembangan
ekonomi, hal ini dilakukan bertujuan untuk
memberikan masyarakat keterampilan yang dapat
digunakan para anggota untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghasilan secara peoduktif. Pelatihan
tersebut juga dapat mereka gunakan untuk memulai
sebuah program ekonomi masyarakat lokal.
Tidak jauh berbeda dengan teori tersebut,
Pokdakan Curug Jaya I melakukan pelatihan kepada
anggota kelompok baik secara individu maupun
kelompok. Pelatihan-pelatihan tersebut bertujuan agar
maksyarakat memiliki keterampilan dalam
meningkatkan kemampuan para anggota kelompok
dalam mengelola budidaya ikan hias tetra.
Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh para
anggota menjadi latar belakang dilakukannya
pelatihan tersebut. (Ife dan Tesoriero 2014,548-562)
b. Peran dan Keterampilan Representasi
1) Memperoleh Berbagai Sumber Daya
Para pekerja masyarakat sering membantu
sebuah masyarakat atau kelompok masyarakaat untuk
memperoleh berbagai sumber informasi, berbagai
strukturnya sendiri dan menemukan berbagai
36
tujuanya sendiri. Memperoleh berbagai sumber
kebanyakan pada umumnya berbagai sumber
finansial sering memerlukan banyak waktu dan energi
dan menyita bagian aspek kerja masyarakat. Seorang
pekerjaa masyarakat biasanya perlu menjadi seorang
ahli dalam “mendapatkan dana”, yang membutuhkan
pengetahuan tentang beragam dana pemerintah dan
non-pemerintah, kemampuan untuk menulis sebuah
aplikasi dana yang sukses dan kemampuan untuk
bermain politik terhadap dana (seperti mendekati
individu-individu penting, atau memperoleh
dukungan dari orang-orang belakang yang berkuasa).
Berbagai keterampailan tersebut dapat dipelajari
melalui pengalaman, ddengan mengamati orang lain,
dan dari beragam publikasi yang tersedia dari orang-
orang besar yang berbeda.
Sebelum mencari dana eksternal, seorang pekerja
butuh memepertimbangkan dengan hati-hati apakah
apakah dana itu betul-betul dibutuhkan, sumber apa
(finansial atau sebaliknya) yang sebenarnya
dibutuhkan untuk sebuah proyek, dan apakah hal
tersebut bisa didapatkan di daalam masyarakat
sendiri. Hanya jika sebuah pertimbangan
menghasilkan kesimpulan kesimpulan dana eksternal
itu penting maka seorang pekerja masyarakat harus
memulai pencarian dana, meskipun hal itu penting
37
untuk mewaspadai berbagai masalah potensi
ketergantungana, dan mencari berbagai cara yang
dapat memperkecil masalah tersebut.
2) Advokasi
peran advokasi adalah satu peran yang paling
kuat dan mudah bagi pekerja masyarakat untuk
tergoda masuk pada posisi kekuasaan, khusunya
ketika hal itu diasosiasikan dengan retorika radikal
yang sangat kentara, sebagaimana yang biasa terjadi
dalam kasus-kasus advokasi. Namun, dengan
mengatakan begitu bukan berarti bahwa pekerja
masyarakat yang secara khusus tidak terberdaya yang
sangat membutuhkan penanganan. Poin pentingnya
disini adalah bahwa seorang pekerja masyarakat tidak
boleh mengadaikan bahwa dengan mengadopsi peran
ini berarti dia selalu bekerja dengan pemberdayaan.
Malahan, advokasi harus dibarengi dengan berbagai
bentuk analisis kekuasaan dan harus selalu dilihat
sebagai satu hal yang sifatnya jangka pendek
saja.Tujuan dari seorang pekerja masyarakat adalah
membantu sendiri, Ketimbang melihatnya sebagai
sebuah perasaan bahwa penduduk selalu
membutuhkan orang lain untuk melakukannya demi
mereka.
38
Advokasi mensyaratkan adanya ketrerampilan
untuk mampu mendengar dan memahami
massyarakat, dan juga keterampilan dalam
mempresesntasikan kasus itu bagi penduduk di dalam
forum lain. Yang pertama mesyaratkan penerimaan
dan respons, dengan mempunyai kapasitas untuk
mendengarkan, menafsirkan dan memahami,
sedangkan yang teraakhir mensyaratkan keterampilan
dalam presentasi, asertivitas dan komunikasi. Hanya
dnegan kombinasi dnegan berbagai perangkat
keterampilana inilah seorang pekerja masyarakat akan
menjadi efektif dalam peran Advokasi.
3) Humas dan Presentasi Publik
Peran ini adalah kemampuan utnuk berbagai
presentasi publik. Seorang pekerja masyarakat pada
saat tertentu harus membuat berbagai presentasi
publik, salah satunya saat berada didalam sebuah
pertemuan masyarakat atau cara lainnya. Hal ini akan
lebih efektif jika pekerja masyarakat daapat
menyuguhkan berbagai fakta secara jelas dan
menyajikan dengan metode yang menarik. Bagi para
pekerja yang tidak berpengalama berbicara di depan
publik, hal tersebut penting untuk menambah
pengalaman dan kepercayaan diri dalam arena ini,
bisa jadi dengan mengambil sebuah kursus yang
relevan.
39
Presentasi publik juga melibatkan penggunaaan
yang sesuai terhadap bahan audiovisual, seperti
slides, video, proyektor komputer atau rekaman
seuara, bergantung pada konteks prsesntasinya halnya
seoraang pekerja masyarakat untuk tidak melihat
berbagai peran dan keterampilan ini sebagai tanggung
jawabnya sendiri, namun mengerjakannya secara
sadar dengan melibatkan dan memberdayakan para
anggota masyarakat lain.
4) Jaringan Kerja (networking)
Jaringan kerja merupakan hal utama, dan
,merupakan bagian dari praktik setiap pekerja
masyarakat, namun hal tersebut sangat berpontensi
menimbulkan berbagai masalah. Jaringan kerja dapat
menuntun pada pengembangan elit yang tidak resmi,
yang secara efektif mengendalikan proses sosial
politik. Sehingga para pekerja masyarakat dapat
membentuk suatu bentuk pengendalian baru, yang
menyebabkan sebuah masyarakat (atau berbagi proses
tertentu) secara efektif dikendalikan oleh sebuaah
kelompok kecil, yang terdiri dari pekerja masyarakat
dan jaringan kerjanya.
5) Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman
Penting halnya bagi para pekerja masyarakat
untuk berbagi dengan sesama dan dengan oraang lain,
berbagi buah pengalaman mereka. Para pekerja
40
masyarakat, jika mereka terlibat dalam praktek
reflektif dan reflektif krisis, merekaa selalumerekaa
selalu belajar dari pekerjaan; mereka tidak pernah
akan berada di posisi “mengetahui semuanya”.
Namun merekaa juga belajar juga belajar dari
sesamanya dan dari pengalaman berbagai projek
masyarakat lain. Sebuah peran kerja masyarakat yang
pentiang adalah berbagi pengetahuana dan
pengalaman orang lain.
Seorang pekerja masyarakat perlu untuk
memperhatikan bahaaya ciptaan sebuah elit dan tidak
melibatkan masyarakat lokal. Sebagaimana jaringan
kerja, penting halnya untuk mencari untuk
memasukan anggota masyarakat dalam penyebaran
pengetahuan, dan menganjurkan mereka untuk
menemukan berbagai cara berbagi pengalaman-
pengalaman mereka dengan orang-orang dari
masyarakat lain.
c. Peran dan Keterampilan Teknis
1) Penelitian
Para pekerja masyarakat pasti terlibat dalam
berbagai proses penelitian, menggunakan beragam
metodologi penelitian ilmu pengetahuan sosial untuk
menghimpun data yang relevan dan untuk
menganalisis derta amepresentasikannya. Hal ini
termasuk juga untuk merancang dan meengarahkan
41
berbagai survei/penyelidikan sosial, menganalisis
data berbagai survei, menggunakan dan menganalisis
data sensus, mengumplukan dan menganalisis data
mengenai tuntutan dan penggunaan berbagai layanan
(seperti berapa banyak orang yang menggunakan
transportasi publik, seberapa panjang daftar tunggu
akomodasi yang sudah tua). Hal ini merupakan
sebuah wilayah yang membutuhkan pengetahuan
teknis mengenai berbagai hal seperti sampling,
kontruksi kusioner dan analisis statis. Semua hal
diatas penting jika pekerjaan itu ingin diselesaikan
dengan cepat.
2) Manajemen
Ketika sebuah masyarakat membawa tanggung
jawab untuk mengelola berbagai proyeknya sendiri,
berbagai peran manajemen menjadi penting.
Beberapa aktivis yang dikenal sebagai manajemen
dalam literatur manajemn konvensional tidak bisa
dipakai dalam setting masyarakat karena ukuran dan
skala operaasi; banyak prinsip manajemen didasarkan
pada sebuah asumsi berbagai organisaasi besar, baik
itu pemerintahan atau non-pemerintahan. Pada level
masyarakat, contohnya, berbagaai konsep seperti
„manajemen menengah‟ tidak bisa secara normal.
Berbagai konsep manajemen konvensional yang lain
tidak tepat bagi pengembangan masyarakat karena
mereka didasarkan pada berbagai asumsi dan nilai
42
yang berbed; contohnya, sebuah gagasan akuntabilitas
dalam manajemen konvensional cenderung lebih pada
akuntabilitas ke atas dari pada akuntabilita kebawah
atau ke luar.
Prinsip „‟manajemen masyarakat‟ mensyaratkan
bahwa masyarakatlah yang secara efektif mengelola
sebuah organisasa, dan ini berarti bahwa berbagai
model manajemen partisipasif yang bagus akan lebih
layak. Bagaimanapun, seorang pekrja masyaarakat
pasti terlibat bukan hanya dalam mendirikan berbagai
struktur manajemen masyarakat, namun juga dalam
beberapa aspek proses manajemen itu sendiri.
Banyak dari berbagai keterampilan manajemen
masyarakat digolongkan di bawah berbagai
keterampilan yang telah didiskusikan, seperti
berbagai keterampilan interpersonal dan kelompok.
Namun, juga penting bagi seorang pekerja untuk
memiliki berbagai keterampilan dalam berbagai hal,
seperti membuat keputusan, mengelola staf,
mengelola keuangan dan menyimpannya dalam
bentuk catatan, jika bisa, berbagai keterampilan
tersebut dapat dibagikan dengan para anggota
masyarakat yang akan mengambil alih berbagai
tanggung jaawab ini pada waktu yang akan datang.
43
3) Pengaturan Keuangan
Seorang pekerja masyarakat memiliki sebuah
peran penting dalan memastikan mekanisme yang
sesuai akan hal ini bisa berjalan, dan mungkin
memainkan beberapa peran pada jalannya operasi
sebagai sistem kontrol. Hal ini serng kali adalah
menjadi wilayah keterampilan dan pengalaman yang
jarang dimiliki oleh seorang pekerja masyarakat,
sehingga membutuhkan asisten dari seorang yang
mempunyai keahlian akuntansi. Secara ideal, keahlian
tersebut bisa didapatkan dari sebuah masyarakat,
meskipun kasunya tidak akan selalu dmeikian.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah dan Perkembangan Pokdakan Curug Jaya I
Kelompok Budidaya Ikan Hias Curug Jaya I didirikan pada
tanggal 13 Mei 2006, bertempat di kelurahan Curug, Kecamatan
BojongSari - Depok . Berawal dari salah satu pendiri kelompok
bernama Bapak Rodih yang terjun terlebih dahulu dalam bidang
budidaya ikan hias sekaligus menjadi supliyer ikan hias jenis
tetra. Melihat budidaya ikan hias sangat menjanjikan dan
permintaan ikan hias juga sangat lah besar sebagain masyarakat
mulai ikut menggeluti usaha budidaya ikan hias jenis tetra
seperti bapak Rodih.
Untuk mempermudah operasional sekaligus meningkatkan
daya tawar mereka terhadap konsumen akhirnya bapak rodih
berserta 19 orang masyarakat sekitar mendirikan sebuah
kelompok budidaya ikan hias Curug Jaya I. pendirian Pokdakan
Curug Jaya I menjadi sebuah harapan bagi pendiri kelompok
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus
melanjutkan hubungan kekeluargaan yang mereka bangun.
Alasan diberian nama Curug Jaya I sebagai nama kelompok
karena menggambarkan harapan mereka bahwa Pokdakan Curug
Jaya I akan membawa kejayaan atau kesejahteraan bagi para
anggota dan masyarakat sekitar khususnya di Kelurahan Curug.
Adapun jenis ikan hias yang dibudiayakan Pokdakan Curug Jaya
I adalah tiga jenis ikan hias air tawar keluarga Characidae.
45
Setelah satu tahun dibentuknya Pokdakan Curug Jaya I
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok memberikan bantuan
kepada kelompok sebesar 28 juta rupiah sebagai bantuan sosial
bagi Pokdakan Curug Jaya I. Sebagian bantuan tersebut
kemudian dimanfaatkan oleh kelompok diantaranya untuk
membeli aquarium, bibit , compressor dan modal pembangunan
mini raiser ikan hias atau usaha pembesaran ikan hias sebagai
aset kelompok.
Latar belakang pembangunan mini raiser kelompok tersebut
adalah keinginan untuk mendapatkan tambahan modal bagi
usaha anggota secara terus menerus. Bangunan tersebut
didirikan diatas lahan seluas 150 terletak di jalan Pelopor RT
01 RW 08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota
Depok. Lokasi tersebut berdekatan dengan tempat usaha
sekaligus kediaman para pengurus dan beberapa anggota
kelompok. Pembangunan mini raiser tersebut selesai pada tahun
2010 dan sebelum bangunan berdiri, dana bantuan sudah
digunakan untuk memulai usaha pembesaran kelompok
walaupun akuriumnya dititipkan di tempat-tempat usaha
anggota.
Aset yang dimiliki Pokdakan Curug Jaya I saat ini adalah
200 buah akuarium di mini raiser kelompok. Di depan mini
raiser terdapat teras dan kamar kecil yang difungsikan sebagai
sekertariat Pokdakan. Mini raiser beserta ruang sekertariat
Pokdakan Curug Jaya I. Di akhir tahun 2007 Pokdakan Curug
Jaya I mendapatkan hibah TV 21 inch dari Dinas Pertanian dan
46
Perikanan Kota Depok yang diuangkan dan dijadikan modal
awal pembentukan warung kelompok.
Warung kelompok tersebut menjual kebutuhan budidaya
ikan hias seperti pakan, isi ulang tabung oksigen, plastik
pembungkus, dan obat-obatan. Warung ini dibentuk untuk
memudahkan anggota mengambil barang dan membayarnya
pada saat anggota tersebut mendapat pemasukan saat ikan
hiasnya terjual, dengan demikian anggota tidak kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan operasional budidaya. Warung ini
dijalankan oleh bendahara kelompok yang juga dipercaya untuk
melakukan pencatatan keuangan warung kelompok. Saat ini
bangunan warung masih menyewa dan lokasinya bersebelahan
dengan rumah bendahara. Keuntungan dari usaha yang
dilakukan oleh Pokdakan Curug Jaya I digunakan untuk
mengembangkan usaha, memberikan partisipasi atau bantuan
sosial kepada masyarakat sekitar dan sebagian diberikan kepada
anggota kelompok.
Seiring berjalannya waktu Pokdakan Curug Jaya I telah
mendapatkan berbagai prestasi, mulai dari tingkat kota sampai
ketingkat nasional. Seperti pada tahun 2009 Pokdakan Curug
Jaya I berhasil menjadi pemenang lomba kinerja kelompok
pembudidaya perikanan tingkat Kota Depok. Selanjutnya pada
tahun 2010 Pokdakan Curug Jaya I berhasil menjadi kelompok
pembudidaya ikan hias terbaik tingkat Provinsi Jawa Barat, dan
kemudian pada bulan Desember 2010 Pokdakan Curug Jaya I
berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari
47
Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang
Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias yang merupakan
penghargaan puncak tingkat nasional. Menurut Ketua Penyuluh
Pertanian Kota Depok sebagai salah satu anggota tim penilai
Pokdakan Curug Jaya I, alasan utama terpilihnya Pokdakan
Curug Jaya I sebagai pokdakan berprestasi diantaranya adalah
kepedulian sosial Pokdakan Curug Jaya I yang tinggi dan sistem
penjualan satu pintu yang baik.
B. Visi, Misi, dan Tujuan Pokdakan
Kelompok Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I
mempunyai visi dan misi kelompok secara tertulis namun belum
memiliki tujuan kelompok secara tertulis:
1. Visi
Menjadi pokdakan yang dapat menciptakan pembudidaya
ikan hias sejahtera, produktif, dan bertaqwa.
2. Misi
Meningkatkan produksi perikanan anggota khususnya
ikan hias, menumbuhkan rasa kebersamaan antar anggota,
memajukan anggota kelompok, serta memenuhi kebutuhan
sarana prasarana kelompok.
3. Tujuan
Pokdakan Curug Jaya I berdasarkan wawancara di
lapangan adalah meningkatkan kesejahteraan para anggota.
48
C. Kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I
Dalam sebuah organisasi atau kelompok struktur
kepengurusan sangat lah penting , dimana dalam struktur
kepengurusan tersebut terdapat jabatan yang diemban pengurus
dengan tugas poko dan fungsi di setiap bagiannya. Berikut
adalah struktur kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I.
Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I
Berdasarkan gambar susunan sturuktur kepengurusan
Pokdakan Curug Jaya I, ketua kelompok merupakan pemimpin
tertinggi, dalam struktur kepengurusan tersebut terdapat tugas
pokok dari tiap bagiannya.
Ketua kelompok memiliki kewenangan dalam membuat
keputusan–keputusan dan kebijakan–kebijakan kelompok yang
bersifat strategis melalui kesepakatan rapat bulanan anggota
kelompok, dilanjutkan dengan mewakili kelompok untuk
Sekretaris
Wakil Ketua
Kelompok
Bendahara
Ketua
Kelompok
Anggota
Kelompok
49
membuat persetujuan dengan pihak lain setelah mendapat
kesepakatan dalam rapat bulanan. Selain itu ketua kelompok
juga bertugas mewakili kelompok untuk menghadiri acara atau
kegiatan strategis dengan pihak lain. Ketua kelompok juga
memiliki tugas untuk mengkoordinasikan dan
mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan program kerja
kelompok.
Adapun tugas khusus bagi ketua kelompok, karena Pokdakan
Curug Jaya I memakai sistem pemasaran satu pintu yang
dilakuakan oleh ketua kelompok, jadi ketua kelompok
mengorganisir permintaan konsumen dengan jumlah produksi,
selain itu harga hasil produksi ikan hias kelompok juga diatur
oleh ketua kelompok agar tetap stabil.
Tugas pokok bagi wakil ketua kelompok adalah untuk
membantu ketua kelompok menjalan kan tugas utamanya dan
menggatikan ketua kelompok apabila berhalangan hadir dalam
mengikuti kegiatan kelompok. Selain itu wakil ketua kelompok
juga bertugas untuk mengawasi seluruh program kegiatan
Pokdakan Curug Jaya I.
Pencatatan administrasi kelompok merupakan tugas utama
bagi sekertaris dan bendahra kelompok. Sekertaris bertugas
untuk merumuskan dan mengusulkan segala peraturan kelompok
di bidang administrasi dan tata kerja kelompok untuk menjadi
kebijakan kelompok. Selain itu sekertaris juga bertugas untuk
mengawasi seluruh penyelenggaraan aktifitas kelompok di
bidang administrasi, sedangkan bendahara bertugas untuk
memfasilitasi kebutuhan pembiayaan program kerja dan roda
50
kelompok. Selain itu bendahara juga bertugas untuk
merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organoisasi
dibidang pengelolaan aaset dan keungan organisasi.
Keanggotaan Pokdakan Curug Jaya I sejak awal berdiri
sampai saat ini berjumlah 20 orang. Menurut wawancara dengan
ketua kelompok keanggotaan di Pokdakan Curug Jaya I
merupakan keanggotaan tetap, tujuannya adalah agar
kepengurusan dapat dikelola dengan lebih mudah, dan
permasalahan internal kelompok juga akan dapat diselesaikan
lebih mudah. Selain itu apabila Pokdakan Curug Jaya I memiliki
pandangan apabila terlalu banyak anggota dan menambah
anggota baru tentunya akan sangat menyulitkan dalam hal
membuat keputusan dan kebijakan kelompok.
Pembatasan anggota kelompok ini bukan berarti Pokdakan
Curug Jaya I menutup kesempatan bagi masyarakat yang ingin
melakukan budidaya. Kelompok mewajibkan anggota kelompok
untuk mempekerjakan sekaligus mengajarkan masyarakat sekitar
jika anggota kelompok membutuhkan karyawan untuk
membantu budidaya milik pribadi. Sistem pembayaran pada
karyawan anggota Pokdakan Curug Jaya I berupa bagi hasil dari
keuntungan penjualan anggota kelompok. Bagi hasil yang di
tetapkan oleh kelompok terhadap karyawan anggota kelompok
yaitu 50 persen untuk anggota kelompok dan 50 persen untuk
karyawan anggota atau jika penanggungan operasional sangat
besar maka anggota kelompok berhak mendapat 60 persen
pendapatan dan 40 persen untuk karyawan anggota.
51
Jika karyawan anggota sudah mampu untuk membuka
budidaya sendiri. Kelompok memfasilitasi kebutuhan opersional
mulai dari bibit, pakan, aquarium dan sebagainya. Kelompok
juga akan membantu memperhatikan kesehatan ikan. Selain itu
jika karyawan kelompok maupun masyarakat kekurangan modal
untuk membuka budidaya sendiri, kelompok bersedia memasok
semua kebutuhan operasional dan memberikan bantuan dana
kepada masyarakat. Pembayarannya bisa dicicil setelah
masyarakat mendapatkan hasil dari produksi. upaya ini
dilakukan agar masyarakat yang memiliki kemamauan dan
keseriuasan menjadi pembudidaya ikan hias tidak terhambat
dengan modal mereka yang terbatas.
D. Kegiatan Pokdakan Curug Jaya I
1. Produksi
Menurut hasil wawancara dengan ketua Pokdakan
Curug Jaya I yaitu Pak Ahmad, Pokdakan Curug Jaya I
sebenarnya tidak mematok produksi yang harus dihasilkan,
karena produksi disesuaikan dengan permintaan dan
kebutuhan anggota kelompok. Namun, saat ini Pokdakan
Curug Jaya I dapat memproduksi ikan hias tetra sebesar
400.000-500.000 ekor perbulan. Dalam hal produksi warung
kelompok sangat lah membantu para anggota Pokdakan
Curug Jaya I, karena warung kelompok menyediakan
kebutuhan operasional dengan pembayaran dapat ditunda
sampai anggota mendapatkan hasil dari penjualan ikan hias.
52
Pokdakan Curug Jaya I dapat memproduksi ikan hias
yang berkualitas. Produksi ikan hias yang berkualitas dapat
dilihat dari ketepatan ukuran, jumlah dan kesehatan ikan. hal
tersebut dikarenakan Pokdakan Curug Jaya I sangat
memperhatikan kualitas air, pakan, dan menjaga kesehatan
ikan dari jamur dan bakteri. Kuailtas produksi ikan hias
Pokdakan Curug Jaya I juga di pertegas oleh Kepala Bidang
Perikanan pada Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perikanan (Distakan) Kota Depok yang mengatakan bahwa
ikan hasil budidaya dari Kota Depok dikenal sangat tinggi
kualitasnya. Warnanya yang cerah dan cemerlang, memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Kegiatan produksi ikan hias yang dilakukan para
anggota Pokdakan Curug Jaya I dimulai dari pembenihan
hingga pembesaran ikan hias. Kegiatan tersebut meliputi
pemijahan, pemeliharaan larva dan benih, pembesaran,
penyeleksian ikan hias, dan pengemasan. Adapun ikan yang
diproduksi oleh Pokdakan Curug Jaya I adalah:
a. Neon Tetra
Sistematika Cardinal Tetra menurut schultz (1956)
diacu dalam wikimedia Foundation (2010) adalah
sebagai berikut:
Ordo : Characiformes
Famili : Characidae
Genus : Hyphessobrycon
Spesies:Paracheirodon innesi Hyphessobrycon innesi
53
Gambar 3 2 Ikan Hias Neon Tetra
Nama Neon Tetra berasal dari Inggris, ikan ini
mempunyai habitat asli di Peruvion Amazon, Amerika.
Menurut Dalilami D (2001), Neon Tetra sangat terkenal
di antara ikan tetra lainnya karena bentuk badannya
mungil dan warnanya sangat indah. Badannya pipih ke
samping dengan warna bagian punggung kuning
kecokelatan dan perut putih kekuningan. Ciri-ciri yang
paling mudah dikenali adalah terdapatnya garis seperti
neon berwarna biru hijau memanjang di kedua sisi
badannya, dan di bawah garis neon itu ada garis
berwarna merah menyala tetapi tidak sepanjang warna
neon. Sirip-siripnya berwarna kuning, kecuali sirip
ekornya berwarna merah. Sifatnya pendamai sehingga
dapat dicampurkan dengan ikan jenis lain dalam satu
akuarium. Kecantikan neon tetra akan tampak lebih
jelas dalam keadaan bergerombol ketika berenang
bersama-sama membentuk sebuah barisan.
Neon Tetra membutuhkan kondisi perairan dengan
derajat keasaman antara pH5-pH7,5, derajat kekerasan
54
air antara dH- dH, serta suhu air berkisar antara
C– C(www.seiouslyfish.com, Anonim; 2012).
Derajat keasaman menunjukkan banyaknya kandungan
ion hidrogen di dalam air. Semakin besar derajat
keasamanannya maka jumlah kandungan ion hidrogen
di dalam airnya semakin sedikit. Hal ini berbeda dengan
derajat kesadahan yang menunjukkan bayaknya jumlah
ion kalsium dan ion magnesium dalam air. Semakin
besar nilai derajat kesadahan maka jumlah ion
terlarutnya semakin besar pula. Pada umumnya masing-
masing ikan mempunyai persyaratan mengenai keadaan
air yang dapat menjadi habitatnya (www.o-fish.com.
Wahyu Purnama Kusuma, 2011).
a. Cardinal Tetra
Sistematika Cardinal Tetra menurut schultz (1956)
diacu dalam wikimedia Foundation (2010) adalah
sebagai berikut:
Ordo : Characiformes
Famili : Characidae
Genus : Paracheirodon
Spesies: Paracheirodon axelrodi atau Hyphessobrycon
cardinalis
55
Gambar 3.3 Ikan Hias Cardinal Tetra
Cardinal Tetra berasal dari sungai-sungai Peruvian
Amazon dimana seringkali ditemukan berenang dalam
keadaan berkelompok sampai ratusan ribu ekor
banyaknya. Ikan Neon Tetra merupakan kerabat dekat
ikan Cardinal Tetra. Perbedaan antara kedua jenis ikan
hias tersebut adalah pada ikan Neon Tetra garis merah
yang melintang tidak diteruskan sampai ke daerah
abdomen (perut) dan garis biru tidak menutupi daerah
punggung seluruhnya, sementara pada ikan Cardinal
Tetra kedua garis tersebut malang melintang menutupi
seluruh tubuh secara mencolok sehingga memberikan
warna yang sangat indah.Ikan Cardinal Tetra ini
ditemukan oleh DR. Herbert R Axelrod pada tahun 1955
sehingga ikan ini dinamakan Paracheirodon axelrodi.
Warna neon yang ditampilkan oleh ikan Cardinal
Tetra sebenarnya merupakan hasil pantulan sinar dari
partikel iridescent. Ikan ini menggunakan pantulan sinar
yang didapat untuk merefleksikan warna merah dan
56
biru. Pada malam hari, ikan ini akan berwarna pucat
karena partikel tersebut tidak aktif. Meskipun sudah ada
sejak bertahun-tahun lalu lamanya, ikan hias Cardinal
Tetra selalu menarik perhatian orang-orang yang
melihatnya pertama kali. Warna merah tua seperti pita
berada di sepanjang setengah tubuhnya yang bawah dan
warna biru elektrik berbentuk seperti pita menutupi
bagian atas tubuh ikan Cardinal Tetra. Ikan betina
Cardinal Tetra memiliki warna yang sedikit lebih tua.
Proses bertelur ikan ini secara teratur dapat dilakukan di
dalam akuarium (Mills D 1992). Ikan Cardinal Tetra
membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan derajat
keasaman berkisar antara pH4-pH7, derajat kekerasan
air berkisar antara 0odH-10odH, serta suhu air yang
berkisar antara C– C (www.o-fish.com.
Johannes, 2011).
b. Red Nose
Sistematika ikan hias Red Nose berdasarkan Ernst
Ahl (1924) dalam Wikimedia Foundation (2010) adalah
sebagai berikut.
Ordo : Characiformes
Famili : Characidae
Genus : Hemigrammus
Spesies: Hemigrammusrhodostomus
57
Gambar 3.4 Ikan Hias Red Nose
Ikan hias Red Nose merupakan spesies ikan air tawar
tropis yang berasal dari Amerika selatan dan popular di
kalangan penggemar ikan sebagai ikan akuarium (ikan
hias). Ikan jenis tetra ini memiliki tubuh memanjang
seperti torpedo yang berwarna mengkilat seperti sinar
neon dengan sirip ekor bergarisgaris hitam dan putih.
Ciri khas ikan Red Nose yang paling menonjol adalah
warna merah pada hidung atau mulutnya sehingga
mereka dinamakan Red Nose.
Ikan ini hidup berkelompok dan sangat menarik
melihatnya bergerombol dalam kelompok.Ikan Red
Nose membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan
suhu berkisar antara C- C, kandungan ion
hidroksida atau derajat keasaman yang berkisar antara
pH5,5–pH7, serta kandungan mineral atau derajat
kekerasan air yang berkisar antara dH– dH.
Keadaan tersebut mirip dengan keadaan di habitat
aslinya yaitu sungai Amazon yang beriklim tropis.
58
2. Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh Pokdakan Curug
Jaya I yaitu sistem penjualan satu pintu. sistem ini hanya bisa
dilakukan oleh ketua kelompok. Dalam hal ini seluruh
anggota akan menjual produknya dan selanjutnya ketua
kelompok akan menjual ke konsumen Pokdakan Curug Jaya
I. Ketua kelompok akan membeli ikan hias anggota dengan
harga yang stabil, hal ini terlihat pada saat harga pasar
sedang turun dan ketua kelompok mengusahakan membeli
ikan hias anggota tersebut dengan harga yang tetap
Dengan sistem ini apabila konsumen ingin membeli
langsung produk ikan hias dari anggota, maka anggota
tersebut harus terlebih dahulu melaporkannya ke ketua
kelompok. Namun apabila ketua kelompok mendapat
pesanan dari konsumen Pokdakan Curug Jaya I, maka ketua
kelompok akan mengelola pengumpulan ikan hias dari
anggota. Dengan demikian melalui sistem penjualan satu
pintu ini, para nggota kelompok mendapat kepastian pasar
dan harga yang lebih stabil dari harga pasar, sedangkan ketua
kelompok mendapatkan kestabilan harga, kualitas suplai
yang besar dan juga kepastian kesinambungan suplai produk
yang merupakan permintaan konsumen Pokdakan Curug
Jaya I. Secara keseluruhan sistem penjualan satu pintu ini
menjadikan Pokdakan Curug Jaya I seperti satu-kesatuan
usaha dengan kapasitas produksi besar dengan kualitas
produk yang baik dan produksi yang berkesinambungan.
59
Konsumen Pokdakan Curug Jaya I adalah eksportir dan
supplier yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Seperti CV Indopisces Exotica di Cinangka , PT Indotropica
Agung Lestari di Bekasi, serta Suplier-suplier ikan hias di
Jabodetabek dan Surabaya.
60
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Pemberdayaan Pokdakan Curug Jaya I
1. Pemberdayaan terhadap Anggota Kelompok
Pemberdayaan bersifat komunitas atau kelompok
merupakan proses meningkatkan kemampuan dari suatu
kelompok untuk dapat mengatur kelompoknya secara
mandiri. Pokdakan Curug Jaya I merupakan sebuah
kelompok yang terbentuk karena timbulnya permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan
hias tetra di Kelurahan Curug, Kecamatan Bojong Sari-
Depok. Berawal dari Pak Rody yang menjadi supplier bagi
para pembudidaya ikan hias tetra di sekitar Kelurahan Curug
menganggap bahwa permasalahan tersebut timbul karena
para pembudidaya belum mampu mengelola budidaya
mereka sendiri secara maksimal, sehingga kualitas maupun
kuantitas produksi yang mereka hasilkan tidak terlalu baik
dan tidak sesuai dengan permintaan konsumen.
Melihat permasalahan tersebut Pak Rody bersama 20
orang pembudidaya ikan hias tetra mendiskusikan untuk
membuat suatu kelompok budidaya ikan hias tetra yang
mereka beri nama Kelompok Budidaya Ikan hias
(Pokdakan) Curug Jaya I. kelompok ini dibentuk untuk
menfasilitasi para pembudidaya ikan hias dalam
mengembangkan usaha mereka secara bersama. tujuan
utama dalam pemberdayaan yang dilakukan adalah untuk
61
meningkatkan kemampuan para anggotanya dalam
melakukan budidaya ikan hias tetra. kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan agar para anggota kelompok dapat
memproduksi ikan dalam jumlah banyak namun memiliki
kualitas yang baik.
Pemberdayaan Pokdakan Curug Jaya I dilakukan dengan
cara demokratis yaitu melalui musyawarah pada rapat
anggota kelompok. Hal ini dilakukan untuk membangun
komitmen bersama dalam mencapai tujuan dari
pemberdayaan tersebut dan untuk menghindari unsur-unsur
paksaan. Karena unsur-unsur pemaksaan harus dihindari
melalui berbagai cara karena tidak menunjukan ciri dari
suatu pemberdayaan. Seperti yang dikatakan oleh Pak Rody
dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Kita membuat kelompok ini atas dasar sama-sama
ingin belajar dan berkembang. Jadi, setiap kegiatan yang
akan kita lakukan itu harus kita diskusikan bersama,
dengan seperti itu kita sama-sama bertanggung jawab
untuk menyukseskan kegiatan yang akan kita lakukan. Dan
kita ingin setiap kegiatan yang kita lakukan tidak
memaksa”.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pokdakan
Curug Jaya adalah dengan memanfaatkan sumber daya yang
mereka miliki secara maksimal, dengan harapan para
pembudidaya ikan hias tetra memiliki kemampuan untuk
mencapai tujuan mereka dalam mencapai kejayaan atau
kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan
dipaparkan hasil temuan tentang bagaimana tahapan-tahapan
62
dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Pokdakan
Curug Jaya I. selain itu juga akan dibahas bagaimana peran
dari para pendiri dan juga kelompok terhadap anggota dan
masyarakat.
2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan
anggota Kelompok
Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat
dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Jika pemberdayaan dilihat dari proses yang
berkesinambungan (on-going) sepanjang kelompok itu masih
ingin melakukan perubahan dan perbaikan, tidak hanya
terpaku pada suatu program saja. Menurut hasil observasi
yang telah dilakukan, Pokdakan Curug Jaya I melakukan
tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
a. Tahap persiapan (Engagement)
Sebagai mana dijelaskan sebelumnya bahwa proses
yang harus dilakukan pada tahap ini sekurang-kurangnya
ada dua tahap yang harus dikerjakan, yaitu:
Tahap penyiapan petugas, dalam tahap ini Pak
Rody sebagai pendiri Pokdakan Curug Jaya I awalnya
berdiskusi dengan Pak Wardana dan Pak Ahmad
mengenai ketertarikan pak Rody untuk membuat suatu
kelompok budidaya ikan disekitar Kelurahan Curug.
Hal ini dilakukan karena Pak Rody ingin membantu
para pembudidaya ikan hias untuk memaksimalkan
63
budidaya mereka secara bersama. seperti yang
dikatakan oleh Pak Rody dalam wawancara pada
tanggal 4 Juni 2018:
“Awalnya saya berdiskusi dengan Pak Ahmad dan
Pak Wardana mengenai ketertarikan saya untuk
membuat suatu kelompok bagi para pembudidaya
ikan hias di sekitar Curug. alasan saya adalah ingin
berbagi ilmu yang saya miliki kepada mereka tentang
budidaya ikan hias. Karena para pembudidaya di
sekitar Curug banyak yang tidak berkembang dan
ada juga yang tidak melanjutkan.”
Selain itu pak Rody bersama dengan Pak Ahmad
dan Pak Wardana juga berpandangan jika ingin
mendapatkan konsumen ikan hias secara konsisten,
maka harus dapat memproduksi ikan hias dsengan
kualitas yang bagus, dengan jumlah yang banyak dan
dapat memproduksi terus –menurus. Hal ini akan
sangat sulit jika dilakukan sendiri-sendiri. Oleh karena
itu pendekatan yang paling tepat untuk membantu
meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para
pembudidaya ikan hias di sekitar Curug adalah dengan
membuat kelompok pembudidaya ikan. Tahapan ini
berlangsung pada akhir Maret- awal April 2006
Tahap Penyiapan Lapangan: pada tahap ini Tim
perubahan melakukan pengamatan terhadap sasaran
pemberdayaan yang akan dilakukan. Tim perubahan
mengundang para pembudidaya untuk memberikan
pandangan tentang pembentukan kelompok bagi para
pembudidaya ikan hias di sekitar Curug.
64
Diskusi tersebut diikuti oleh 18 pembudidaya ikan
hias tetra yang dilakukan seminggu setelah Pak Rody
mengundang mereka dengan mendatangi langsung
rumah para pembudi daya. Dalam diskusi terebut Pak
Rody memberikan pandangannya tentang kelompok
budidaya ikan hias, hal ini dapat dijelaskan karena Pak
Rody mendapatkan informasi ketika mengikuti
pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian dan
Perikanan Kota Depok pada bulan Februari 2006
mengenai peluang usaha budidaya ikan hias ikan tetra
jika dilakukan dalam jumlah yang besar dengan
kualitas yang bagus dan dapat dilakukan secara
berkesinambungan. Seperti yang dikatakan oleh Pak
Rody dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Saya bersama Pak Ahmad dan Pak Wardana
mengajak para pembudidaya kumpul dirumah saya
dengan mendatangi rumah mereka satu persatu.
Dalam diskusi tersebut dihadiri oleh 18 pembudidaya
ikan hias. Saya menjelaskan ke mereka bahwa saya
ingin membuat suatu pengembangan bagi usaha kita
secara kelompok.. saya juga memberikan pandangan
kepada mereka dengan memberikan informasi yang
saya dapat ketika mengikuti pelatihan. Intinya adalah
kalo kita mau dapat konsumen tetap dan bekerja
sama dengan eksportir ikan hias, kita harus mampu
memproduksi ikan hias dalam jumlah yang banyak,
berkualitas bagus dan dapat memproduksi secara
terus-menurus. Kalo kita lakukan sendiri-sendiri kan
berat, jadi saya ajak pembudidaya sekitar untuk
mengembangkan usaha kita bersama.
65
Hal ini juga disampaikan oleh Pak Marjaya
sebagai salah satu anggota Pokdakan Curug Jaya I
dalam wawancara pada tanggal 20 Juni 2018:
“Awal saya bergabung dengan Pokdakan Curug
Jaya I itu diundang sama Pak Rody buat diskusi
dirumahnya. Kalau tidak saya itu dilakukan sekitar
pertengahan bulan April 2006. Dalam diskusi
tersebut Pak Rody menjelaskan keuntungan kita
apabila membuat suatu kelompok. bagi saya sih ini
sangat baik untuk kita yah, karena permasalahan kita
kan selain belum terlalu bisa melakukan budidaya
yang baik dan benar juga masih bingung harus jual
ikan-ikan kita kemana. Selain itu juga menurut saya
yah, kalo kita melakukan budidaya sendiri-sendiri
akan sangat bersaing untuk mendapatkan
konsumen”.
Selanjutnya tim perubahan mengundang aparat
setempat untuk meresmikan suatu kelompok para
pembudidaya ikan hias tetra (Pokdakan) yang saat itu
rumah Pak Rody lah yang menjadi sekreteriat
kelompok. Forum tersebut dilakukan pada tanggal 13
Mei 2006 yang dihadiri oleh aparat desa setempat,
ketua RT dan RW 06,07 dan 08 para tokoh masyarakat
dan dinas pertanian dan perikanan Kota Depok. Dalam
forum tersebut Pak Rody dipilih menjadi ketua
Pokdakan Curug Jaya I.
66
Dari hasil pengamatan, Pada tahap ini Pak Rody
membuat tim perubahan untuk melakukan pemberdayaan.
Selanjutnya tim perubahan melakukan pendekatan dengan
para pembudidaya ikan hias dengan mendatangi langsung
rumah mereka untuk mengajak berdiskusi mengenai
pembentukan kelompok pemberdayaan.
Dalam diskusi tersebut tim perubahan memberikan
pandangan mengenai peluang yang akan didapat apabila
budidaya mereka dikembangan secara bersama-sama.
Selanjutnya Pokdakan Curug Jaya I didirikan secara resmi
pada tanggal 13 Mei 2006 yang dihadiri oleh tokoh
masyarakat sekitar dan aparat pemerintahan.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Proses pengkajian masalah atau pengidentifikasian
masalah di Pokdakan Curug Jaya I dilakukan secara
individu dan kelompok. Pak Rody bersama dengan tim
perubahan berusaha mengindentifakasi permasalahan dan
kebutuhan para anggota kelompok. Pengidentifikasian
masalah para anggota secara individu sebenarnya sudah
dapat dilihat ketika Pak Rody menjadi supplier ikan hias
tetra di sekitar Kelurahan Curug, sehingga pendekatan
yang dilakukan dalam menggali permasalahan-
permasalahan yang dihadapi setiap anggota dapat
dilakukan lebih mudah karena sudah terbangun suatu
ikatan antara Pak Rody dan para anggota kelompok.
Pendekatan individu yang dilakukan oleh Pokdakan
67
Curug Jaya I adalah dengan mendatangi langsung setiap
anggota kelompok. Tujuan dari pendekatan individu ini
adalah untuk membangun komunikasi yang baik dengan
para anggota sehingga para anggota dapat terbuka dalam
menyampaikan permasalahan mereka.
Dalam pendekatan tersebut Pak Rody bersama dengan
tim perubahan juga mengajak anggota untuk
mendiskusikan permasalahan mereka bersama dengan
para anggota kelompok lain dalam rapat anggota
kelompok.
Selain melakukan pendekatan individu Pokdakan
Curug Jaya I juga melakukan pendekatan dalam bentuk
kelompok yaitu dengan mengadakan rapat anggota
kelompok untuk sama-sama mendiskusikan permasalahan
yang mereka hadapi dan kebutuhan-kebutuhan yang
mereka perlukan dalam melakukan budidaya ikan. Selain
menggali permasalahan dan kebutuhan anggota, Pak Rody
bersama dengan tim perubahan juga mengukur potensi
dari tiap anggota kelompok sebagai sumber daya yang
dimiliki oleh kelompok. Dalam rapat tersebut para
anggota diwajibkan untuk berpartisipasi aktif untuk
menyampaikan permasalahan dan kebutuhan mereka,
serta berbagi pengalaman dan pengetahuan yang mereka
miliki.
Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh sebagaian besar anggota kelompok adalah kurangnya
kemampuan para anggota dalam melakukan budidaya
68
ikan hias, hal ini didasari karena banyak dari mereka yang
melakukan budidaya karena ikut-ikutan saja sehingga
pengetahuan dalam membudidaya ikan tetra masih
sangatlah terbatas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak
Rody dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Ketika saya menjadi supplier ikan hias tetra bagi
masyarakat sekitar Curug. Saya melihat keterbatasan
kemampuan masyarakat untuk mengelola ikan hias
Tetra jadi kualitas produksi mereka masih kurang bagus
dan jumlahnya juga sangat terbatas. Jadi saya juga
Cuma bisa beli produksi mereka yang berkualitas.
Akhirnya banyak masyarakat sini yang tidak terlalu
menekuni budidaya tersebut dan ada beberapa yang
berhenti.”
Begitu juga yang dikatakan oleh Pak Faisal sebagai
anggota Pokdakan Curug Jaya I dalam wawancara pada
tanggal 24 Juni 2018:
“Saya belum terlalu paham bagaimana
membudidayakan ikan hias tetra ini, waktu itu Pak Rody
dan beberapa anggota yang sudah mengerti
mengajarkan ke kami sebagai anggota kelompok yang
masih belum teralalu mengerti sampai mengerti. Dulu
itu budidaya ikan hias saya sempat vakum karena
kualitas produksi yang kurang bagus dan banyak ikan
saya yang mati, akhirnya saya ngga punya modal lagi
buat budidaya ikan”.
Berbeda dengan Pak Marjaya yang mengatakan :
“Sebelum bergabung dengan Pokdakan Curug Jaya I
sebenarnya saya sudah mulai mengerti bagaimana cara
membudidayakan ikan hias tetra dengan benar dan
produksi ikan hias yang saya hasilkan juga sudah
lumayan bagus. akan tetapi ketika ikan sakit atau
terkena jamur saya tidak tahu bagaimana cara
menanganinya dan untuk membeli obatnya agak sulit di
cari. Akhirnya kelompok menyediakan semua kebutuhan
69
operasional budidaya dan ketika mendapat bantuan
dana dari Dinas Pertanian dan perikanan Kota Depok
pada tahun 2007 dijadikan sebagai modal awal
pembentukan warung kelompok.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada tahap ini
Pokdakan Curug Jaya I melakukan identifikasi masalah ,
kebutuhan yang dirasakan oleh anggota dan mengukur
potensi-potensi yang dimiliki setiap anggota melalui
pendekatan-pendekatan baik secara individu maupun
kelompok. Tahapan ini dilakukan pada akhir bulan Mei-
Awal Juli 2006. Dengan melakukan berbagai pendekatan
Pak Rody dapat mengelompokan permasalahan secara
umum yang dihadapi oleh para anggota kelompok yaitu :
Kurangnya pengetahuan anggota kelompok dalam
membudidayakan ikan hias tetra, selain itu beberapa
anggota melakukan budidaya karena terpengaruh oleh
lingkungan sekitar atau ikut-ikutan saja. Oleh sebab itu
mereka belum mampu memproduksi ikan hias yang
berkualitas bahkan banyak yang mati.
Bagi para anggota kelompok yang sudah mulai
mampu meproduksi ikan hias dengan baik, akan tetapi
masih belum mampu memberikan penangan ketika
ikan-ikan mereka terkena penyakit atau jamur dan
mereka kesulitan untuk membeli obat dan penghilang
jamur tersebut.
Para anggota kelompok yang sudah mampu
memproduksi ikan dengan kualitas yang baik serta
mampu memeberikan penanganan terhadap ikan-ikan
70
yang sakit dan terkena jamur dihadapi dengan ketidak
tahuan mereka untuk memasarkan ikan tersebut. Pak
Rody memang menjadi Supplyer bagi mereka, namun
jumlah yang dibeli oleh Pak Rody tidak stabil karena
tergantung dengan permintaan konsumen
c. Tahap perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini, partispasi anggota kelompok sangatlah
penting untuk memikirkan masalah dan mencari solusi
yang tepat untuk masalah yang mereka hadapi. Hal ini
dilakukan sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh kelompok dengan harapan dapat
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan
yang dapat mereka lakukan.seperti yang dikatakan oleh
Pak Ahmad dalam wawancara pada tanggal 11 Juni 2018:
“Kita kan memang awalnya berfokus pada kegiatan
pelatihan untuk meningkatkan produksi yang diadakan
dirumah Pak Rody, namun para anggota tidak terlalu
mengerti apabila hanya dikasih tau lewat pelatihan saja,
sehingga banyak dari anggota yang usahanya belum
berkembang. Jadi, kita memikirkan bersama seperti apa
kegiatan yang mereka bisa pahami. Akhirnya para
anggota yang belum mampu diajarin langsung sama
anggota yang sudah lebih mengerti dengan datang
langsung kebudidaya mereka”.
Pada tahap ini kelompok melibatkan para anggota
untuk memikirkan masalah-masalah yang mereka sedang
hadapi dan mencari pemecahan masalah yang tepat.
Dalam pemecahan masalah tersebut kelompok
71
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi dan
harus disesuaikan dengan tujuan yang bermanfaat bagi
anggota.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
pemberdayaan yang dilakukan oleh Pokdakan Curug Jaya
I dilakukan berdasarkan kebutuhan dan sesuai dengan
pokok permasalahan yang terjadi. Sehingga mereka
menfokuskan suatu kegiatan tersebut yaitu peningkatan
produksi para anggota. setelah itu, mereka baru
mendiskusikan langkah selanjutnya sebagai tujuan utama
yaitu memasarkan produksi mereka.
d. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
(Implementasi)
Pada tahapan ini Pokdakan Curug Jaya I merencanakan
beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok
melalui rapat anggota kelompok. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan mulai dari pelatihan, pendampingan tentang
budidaya ikan hias yang benar dan sistem pemasaran.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Faisal dalam
wawancara pada tanggal 24 Juni 2018:
“Kegiatan yang kami lakukan seperti kelompok tani
atau kelompok budidaya ikan pada umumnya lakukan,
seperti pelatihan-pelatihan perikanan mulai dari
produksi hingga pemasaran, tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan anggota-anggota kita. Selain
kegiatan pelatihan budidaya, kita juga memiliki kegiatan
rutin yaitu rapat bulanan anggota kelompok yang
diadakan di minggu kedua dan kegiatan-kegiatan
bersama masyarakat sekitar Pokadakan”.
72
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
kelompok didasarkan pada kebutuhan, masalah yang
dihadapi, kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh para
anggota kelompok. Oleh karena itu dalam proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh Pokdakan Curug Jaya
I bukan hanya menyadarkan anggota untuk menggali
potensi dan permasalahan yang mereka hadapi. Akan
tetapi, melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada
setiap anggota sehingga mereka mampu untuk saling
memberdayakan dan melengkapi satu sama lain.
Sebagaimana dikatakan oleh Pak Marjaya dalam
wawancara pada tanggal 20 Juni 2018:
“Kegiatan yang dilakukan memang disesuaikan dengan
kebutuhan kita bersama, selain itu kita juga
mendiskusikan sudah sejauh mana sih pengetahuan
masing-masing anggota dalam membudidayakan ikan,
bagi mereka yang belum terlalu mengerti ya kita bantu
bersama-sama dengan anggota yang sudah bisa. Jadi,
disini kita bukan hanya diajarkan oleh Pak Rody saja
tapi para anggota yang lain juga membantu”
Pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok dimulai
dengan kegiatan-kegiatan yang difokuskan untuk
meningkatkan kemampuan produksi ikan hias para
anggota Pokdakan Curug Jaya I melaluio pelatihan dan
pendampingan tentang budidaya ikan hias mulai dari
pembenihan hingga pembesaran ikan hias. Kegiatan
tersebut meliputi pemijahan, pemiliharaan larva dan
benih, pembesaran, penyeleksi ikan hias dan pengemasan.
Seperti yang disampaikan oleh Pak Faisal ;
73
“Kegiatan yang kami lakukan pada awalnya berfokus
pada bidang produksi ikan, hal ini kami lakukan karena
menjadi inti dari permasalahan hampir semua anggota
kelompok”.
Hal ini juga disampaikan oleh Pak Ahmad dalam
wawancara pada tanggal 11 Juni 2018
“Memang ketika Pokdakan ini berdiri kita semua
sepakat untuk menfokuskan dulu pada bidang produksi,
karena kan kurangnya kemampuan kita dibidang
produksi ikan hias yang bermutu menjadi latar belakang
kita membuat kelompok ini. Disini kita diajari dan
didampingi oleh para anggota yang sudah lebih paham“
Kegiatan pelatihan kelompok dipimpin oleh Pak Rody
sebagai ketua kelompok, karena yang paling
berpengalaman dalam melakukan budidaya ikan hias
Tetra. Sebenarnya kegiatan pelatihan ini adalah kegiatan
pendukung dalam melakukan pendampingan. Jadi, setiap
tahapan budidaya yang akan dilakukan oleh anggota
dimulai dengan pelatihan kelompok, kemudian
dipraktekan langsung oleh anggota yang didampingi oleh
Pak Rody atau anggota kelompok yang sudah mampu.
Pelatihan tersebut dilakukan dirumah Pak Rody
dikarenakan saat itu Pokdakan Curug Jaya I belum
memiliki sekretariat. Sementara untuk kegiatan
pendampingan dilakukan di rumah para anggota.
Selain pelatihan tersebut, Pokdakan Curug Jaya I juga
pernah mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian dan
Perikanan (Distankan) Kota Depok yang diadakan pada
tanggal 25 Mei 2015. Dalam kegiatan tersebut Distankan
Kota Depok memberikan motivasi untuk terus
74
meningkatkan kualitas produksi agar bida terus bersaing
di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu
Distankan Kota Depok juga mengimbau agar setiap data
yang dilaporkan ke distankan valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Gambar 4.1 Suasana Ketika Pelatihan yang diadakan
oleh Distankan Kota Depok Pada Bulan Mei 2015
Sumber : Arsip Pokdakan Curug Jaya I
75
Keagiatan produksi ikan hias air tawar yang dilakukan
para anggota Pokdakan Curug Jaya I dimulai dari
pembenihan hingga pembesaran ikan hias. Kegiatan
tersebut meliputi pemijahan, pemeliharaan larva dan
benih, pembesararan, penyeleksian ikan hias dan
pengemasan. Alur Produksi Pokdakan Curug Jaya I dapat
dilihat pada gambar berikut;
Gambar 4.2 Alur Budidaya Ikan Hias
Pemijahan Tahap pemijahan diawali dengan persiapan
akuarium pemijahan dimana air yang akan digunakan
didiamkan terlebih dahulu satu hingga dua malam.
Ukuran akuarium pemijahan ikan hias Neon Tetra
Pengemasan
Penyortiran Ikan Hias
Pembesaran
Pemeliharaan Larva dan Benih
Pemijahan
76
adalah 20cm x 25cm x 15cm, sedangkan ikan Cardinal
Tetra dan Red Nose berukuran 100cm x 50cm x 25cm.
Akuarium pemijahan juga ditambahkan daun ketapang.
Daun ketapang berfungsi sebagai obat pencegahan
penyakit, pembuat asam air akuarium, dan bagi ikan
hias Neon Tetra dan Red Nose juga berfungsi sebagai
media peletakan telur ikan. Sedangkan ikan hias
Cardinal Tetra tidak membutuhkan media peletakkan
telur yang khusus.
Akan tetapi karena induk ikan hias Cardinal Tetra
dapat memakan telurnya maka di dasar akuarium
pemijahan diletakkan jaring yang memiliki jarak 5cm
dari dasar akuarium. Telur Cardinal Tetra yang
berukuran lebih kecil dari lubang jaring akan lolos
menembus jaring ke dasar akuarium. Sedangkan induk
ikan hias Cardinal Tetra yang berukuran lebih besar
dari lubang jaring tidak dapat menembus jaring dan
mendekati telurnya sehingga kemungkinan
termakannya telur oleh induk dapat diminimalisir.
Selanjutnya induk yang sudah disiapkan dapat
dipindahkan ke dalam akuarium pemijahan dengan
perbandingan jantan dan betina yaitu 6:4 atau 5:5.
Total jumlah induk Cardinal Tetra dan Red Nose yang
dipindahkan sebanyak 100 ekor dan jumlah induk
Neon Tetra yang dipindahkan berjumlah sepasang.
Pemindahan induk dilakukan pada sore hari karena
ikan hias akan melakukan pemijahan pada malam
77
harinya. Telur hasil pemijahan ikan hias Cardinal Tetra
dan Red Nose dapat diambil di pagi keesokan harinya
pada pukul tujuh atau delapan pagi. Pengambilan telur
ikan hias tidak boleh telat dilakukan untuk semakin
meminimalisir kemungkinan termakannya telur oleh
induk. Telur-telur ikan hias Red Nose yang terletak di
daun ketapang dipindahkan secara perlahan ke dasar
akuarium dengan cara memiringkan atau membalikkan
daun secara perlahan.
Pengambilan telur pada ikan hias Cardinal Tetra
dan Red Nose dilakukan dengan menggunakan selang
kecil, baskom berisi air yang sudah didiamkan dua
malam, serta lampu. Baskom diletakkan lebih rendah
dari akuarium sehingga selang yang diletakkan di
antara akuarium pemijahan dengan baskom akan
mengalirkan telur ikan hias dari dasar akuarium ke
baskom. Lampu menerangi akuarium pemijahan agar
telur yang berserakan di dasar akuarium terlihat oleh
pengambil telur ketika menggerakkan selang kecil.
Setelah telur dikumpulkan dalam baskom, telur
kemudian dipindahkan ke akuarium larva yang
berukuran 100cm x 50cm x 30cm. Sebelumnya air di
akuarium larva juga sudah didiamkan selama dua
malam dan diberikan daun ketapang sebagai obat
pencegahan penyakit. Telur akan menetas menjadi
larva pada keesokan harinya. Berbeda dengan telur
ikan hias Neon Tetra yang dibiarkan berada di
78
akuarium pemijahan sedangkan indukannya
dipindahkan ke akuarium indukkan. Barulah setelah
telur menetas menjadi larva, pemindahan larva
dilakukan dari akuarium pemijahan ke akuarium larva.
Pemeliharaan Larva dan Benih
Setelah larva dipindahkan pada akuarium larva,
selama lima hingga enam hari larva ikan hias Neon
Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra tidak diberi pakan
karena masih menghabiskan sumber makanan yang
berasal dari persediaan makanan dari telur yang
tersimpan di tubuh larva. Barulah selanjutnya pada hari
ketiga cangkang telur di dasar akuarium akan
dibersihkan dengan cara yang sama dengan
pengambilan telur. Pada hari ke tujuh larva akan diberi
pakan artemia yang merupakan larva artemia berukuran
sangat kecil atau biasa disebut sebagai kista artemia.
Pakan artemia dijual di pasaran dalam bentuk telur
artemia yang belum menetas. Cara menetaskan telur
artemia adalah dengan mencampur satu sendok makan
telur artemia dan dua setengah sendok munjung garam
kedalam satu setengah gayung air di wadah berbentuk
kerucut terbalik yang terus diaerasi.
Setelah dibiarkan semalaman, telur artemia akan
menetas menjadi larva artemia. Selanjutnya artemia
yang mengumpul di bagian atas wadah kerucut terbalik
dipindahkan ke ember yang berisi air dan siap
digunakan sebagai pakan larva ikan hias. Setiap
79
akuarium pembenihan diberikan satu gayung larutan
larva artemia dari ember. Pemberian pakan dilakukan
setiap pagi dan sore hari.
Pada hari ke sepuluh atau ke dua belas, larva ikan
hias sudah cukup besar untuk diberi pakan kutu air
(Moina sp) sehingga pemberian pakan artemia dapat
dihentikan. Larva ikan hias yang sudah cukup besar
tersebut kemudian dipindahkan ke akuarium
pembenihan. Setiap akuarium pembenihan diberikan
pakan larutan kutu air sebanyak satu gelas. Selanjutnya
larva ikan hias akan tumbuh menjadi benih ikan hias
setelah berumur satu setengah bulan. Pada saat itu ikan
hias sudah mencapai ukuran S yang merupakan ukuran
benih ikan hias dan sudah harus dipindahkan ke
akuarium pembesaran karena ikan hias yang membesar
membutuhkan ruang akuarium yang semakin besar
pula.
Pembesaran
Benih ikan hias yang sudah dipindahkan pada
akuarium pembesaran dapat diberikan pakan cacing
darah (Tubivex.sp) dengan takaran satu gelas campuran
cacing darah dan air ke dalam satu akuarium
pembesaran. Pemberian pakan pellet dapat dilakukan
pada ikan hias yang sudah mencapai ukuran M ke atas,
akan tetapi para pembudidaya lebih sering
menggunakan pakan cacing darah saja. Pada umur dua
bulan ikan hias akan dapat mencapai ukuran SM,
80
kemudian pada umur dua setengah bulan akan dapat
mencapai ukuran M. Pada umur tiga bulan akan dapat
mencapai ukuran ML, pada umur empat bulan akan
dapat mencapai ukuran L, dan pada umur lima bulan ke
atas akan dapat mencapai ukuran XL atau biasa disebut
ukuran jumbo. Sedangkan pada umur enam bulan akan
dapat dijadikan indukkan ikan hias. Masing-masing
ukuran dapat dilihat pada tabel berikut;
Jenis Ikan
Hias
Neon Tetra
dan
Cardinal
Tetra
S 1.2 cm
SM 1.8 cm
M 2 cm
ML 2.3 cm
L 2.5 cm
XL 2.8 cm
Red Nose
S 1.2 cm
SM 2 cm
M 2.6 cm
ML 2.8 cm
L 3.2 cm
XL 3.6 cm
81
Tabel 4 1. Ukuran dan Variasi Panjang Tubuh Ikan
Sumber: Arsip Pokdakan Curug Jaya I
Penyortiran Ikan Hias
Tahap terakhir dari proses produksi sebelum tahap
pengemasan adalah tahap penyortiran. Pada tahap ini,
ikan hias disortir berdasarkan ukuran yang diinginkan.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman panjang
tubuh ikan hias walaupun memiliki umur yang sama.
Panjang tubuh ikan hias dalam satu akuarium yang
berumur sama dapat lebih besar atau lebih kecil dari
panjang tubuh standar untuk ukuran yang diinginkan.
Penyeleksian dilakukan berdasarkan kesehatan ikan.
Banyaknya jumlah ikan hias juga menjadi perhatian
dalam tahap penyortiran karena disesuaikan dengan
pesanan. Hal ini akan menentukan kualitas ikan hias
Pokdakan Curug Jaya I. Di tahap ini juga dapat
dilakukan penyeleksian ikan hias yang akan dijadikan
indukan. Kriteria ikan hias indukan adalah berumur
enam bulan bulan ke atas dan dalam keadaan sehat.
Pada umumnya ikan hias sudah matang gonad
pada umur tiga sampai empat bulan, akan tetapi tingkat
keberhasilan telur hasil pemijahan lebih baik pada ikan
hias yang sudah berumur enam bulan ke atas.
Penyortiran dilakukan oleh setiap anggota pada saat
ikan hias akan diantarkan menuju tempat penampungan
ikan hias milik ketua kelompok untuk ditampung.
Selanjutnya pemeriksaan penyortiran akhir akan
82
dilakukan kembali oleh ketua kelompok dan
pekerjanya saat ikan akan dikirim pada konsumen.
Akan tetapi, terkadang ikan hias yang diantarkan pada
penampungan milik ketua kelompok tidak ditampung
terlebih dahulu dan langsung dikirim pada konsumen.
Pada saat itu ketua kelompok dan pekerjanya akan
melakukan pengecekkan keadaan ikan hias sebelum
diberangkatkan.
Pengemasan
Setelah ikan hias sudah tepat jumlah, tepat ukuran,
dan baik kesehatannya, ikan hias akan memasuki tahap
pengemasan. Tahap ini dimulai dengan dipindahkannya
ikan hias ke dalam kantong plastik berisi air yang
sudah didiamkan semalaman dan dicampur daun
ketapang. Kemudian gas oksigen murni diisikan ke
dalam kantong dengan perbandingan oksigen dan air
1:3. Setelah itu ikan hias akan dipuasakan selama satu
kali waktu makan. Kemudian tepat pada saat ikan hias
akan dikirimkan, air dan gas oksigen di dalam kantong
akan diperbaharui sekali lagi dengan cara
memindahkan ikan hias dan air di dalam kantung ke
dalam suatu wadah.
Kantong ikan hias yang sudah dikosongkan
tersebut selanjutnya diisi dengan air baru yang sudah
didiamkan selama satu malam dan juga sudah diberi
daun ketapang. Ikan hias kemudian dimasukan kembali
ke dalam kantong dan kantong dikempiskan untuk
83
kembali diisi gas oksigen murni dengan perbandingan
yang sama seperti sebelumnya.
Perawatan Rutin dan Penyakit
Perawatan rutin yang harus dilakukan terutama
pada tahap pemeliharaan larva dan benih serta
pembesaran adalah pengurasan akuarium dan
pemberian pakan. Pengurasan akuarium atau
penyiponan dapat dilakukan seminggu tiga kali hingga
seminggu sekali disesuaikan dengan keadaan ikan hias.
Apabila ikan hias cepat sakit dengan pengurasan
seminggu tiga kali, maka frekuensi pengurasan dapat
dikurangi. Keadaan ini dapat berbeda-beda pada setiap
tempat usaha budidaya karena perbedaan kesesuaian
ikan hias dengan lingkungannya terutama kondisi air.
Kegiatan dalam pengurasan akuarium adalah
pembersihan dasar kolam dari kotoran dan sisa-sisa
pakan dengan menggunakan selang kecil seperti pada
proses pengambilan telur, pembersihan aerator, serta
penggantian sepertiga air akuarium. Pemberian pakan
dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Umumnya pemberian pakan dilakukan pada pukul
delapan pagi dan pukul empat sore. Kealpaan dalam
perawatan rutin ini dapat menyebabkan ikan hias sakit
sehingga kedisiplinan melakukan perawatan sangat
diperlukan. Pakan yang diberikan berupa artemia untuk
larva, kutu air untuk benih, serta pellet dan cacing
darah untuk ikan hias berukuran M ke atas. Sebelum
84
pakan cacing darah dan kutu air diberikan pada ikan
hias, terlebih dahulu kedua pakan tersebut diletakkan di
baskom atau wadah yang berisi air dan dalam keadaan
diaerasi. Hal tersebut ditujukan untuk membersihkan
pakan dari kotoran-kotoran. Sedangkan pelet yang akan
diberikan pada ikan hias terlebih dahulu dicampur
dengan air agar ukuran butiran pelet menjadi lebih
kecil dan dapat dikonsumsi ikan hias Pokdakan Curug
Jaya I. Jenis penyakit yang sering menyerang ikan hias
Pokdakan Curug Jaya I adalah white spot
(Ichthyophthirius multifiliis) dan karat (Oodinium.sp ).
Pertolongan pertama pada kedua penyakit tersebut
adalah dengan memberikan daun ketapang dan garam
ke dalam akuarium serta penggantian air akuarium
hingga setengah volume. Selain itu obat yang biasa
digunakan Pokdakan Curug Jaya I untuk penyakit
white spot adalah tetrasiklin, methylin blue, serta
purasaridon. Sedangkan obat yang biasa digunaan
Pokdakan Curug Jaya I untuk penyakit karat adalah
velvet oranye dan tetrasiklin. Penyakit yang jarang ikan
hias Pokdakan Curug Jaya I namun belum diketahui
pengobatannya adalah penyakit jamur yang berbentuk
seperti kapas menempel pada tubuh ikan. Pada
umumnya ikan hias Pokdakan Curug Jaya I yang
terjangkit penyakit tersebut akan mati karena
pengobatannya belum diketahui. Walaupun demikian
para anggota Pokdakan Curug Jaya I sudah
85
berpengalaman menghadapi penyakit ini sehingga
akuarium yang didalamnya terdapat ikan dengan gejala
penyakit ini segera dikeringkan dan kontak langsung
akuarium ikan berpenyakit dengan akuarium ikan sehat
dihindari.
Dengan kegiatan tersebut, saat ini Pokdakan Curug
Jaya I mampu meproduksi 400.000-500.000 ekor ikan dan
kualitas ikan yang dihasilkan pun sudah sangat baik, hal
ini dapat dilihat dari ukuran ikan yang sama rata, warna
yang bagus dan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru
Seperti yang dikatakan oleh Pak Ahmad:
“Saat ini kami telah mampu memproduksi ikan hias
tetra dalam jumlah yang besar dan kualitas ikan kami
merupakan kualitas unggulan, setiap bulannya kami
mampu meproduksi 400.000-500.000 ekor ikan, bagi
kami hasil ini merupakan wujud nyata bahwa saat ini
para anggota dan mitra kelompok sudah memiliki
kemampuan dalam memproduksi ikan hias berkualitas.
Seperti sangat memperhatikan kualitas air,pakan, dan
menjaga kesehatan ikan dari jamur dan bakteri”.
Ketika para anggota sudah mampu memproduksi ikan
yang sesuai dengan permintaan konsumen, Pokdakan
Curug Jaya I menerapkan suatu sistem untuk pemasaran
dan penjualan ikan mereka. Melalui suatu kesepakatan
bersama sistem penjualan kelompok yang ditetapkan
adalah sistem penjualan “satu pintu”.
Sistem penjualan ini hanya diorganisir oleh ketua
kelompok saja, yaitu dengan mengorganisir setiap
permintaan konsumen, menjaga kestabilan jumlah
produksi para anggota kelompok dan kestabilan harga jual
86
hasil produksi. Dengan sistem ini mereka meyakini bahwa
Pokdakan Curug Jaya I seperti satu-kesatuan produksi
dalam jumlah yang besar, dengan kualitas unggulan dan
dapat memproduksi terus-menerus atau
berkesinambungan. Seperti yang dikatakan oleh Pak
Ahmad dalam wawancara pada tanggal 11 Juni 2018:
“Awalnya memang kita fokus untuk meningkatkan
kemampuan kami dalam memproduksi ikan hias tetra,
namun kami rasa kelompok ini juga harus memikirkan
bagaimana menjual ikan-ikan hasil produksi tersebut.
Akhirnya sesuai kesepakatan di rapat bulanan bahwa
hanya ketua kelompok lah yang memiliki wewenang
untuk mengorganisir permintaan konsumen dan
penjualan anggota kelompok. Sistem penjualan ini
sudah dilakukan dari sebelum saya menjadi ketua
kelompok”.
Dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 juni
2018 Pak Rody sebagai pendiri sekaligus ketua Pokdakan
Curug Jaya I priode 2006-2015 mengatakan:
“Sistem penjualan satu pintu yang kami lakukan
adalah agar para anggota tidak menjual hasil produksi
mereka secara sepihak, karena menimbulkan persaingan
diantara anggota kelompok. Selain itu kami juga
mengantisipasi jika mereka menjual hasil produksi
mereka secara sepihak, mereka tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen utama yang telah bekerja sama
dengan Pokdakan”.
Selain menentukan suatu sistem pemasaran, Pokdakan
Curug Jaya I juga membuat suatu strategi pemasaran.
Proporsi pemasaran produk ikan hias Pokdakan Curug
Jaya I adalah 75 persen pada eksportir dan 25 persen pada
supplier. Promosi yang dilakukan oleh Pokdakan Curug
Jaya I adalah promosi dari mulut ke mulut. Di tahun 2007
87
Pokdakan Curug Jaya I juga pernah mengikuti pameran
ikan hias di raiser ikan hias Cibinong dan di pusat
perbelanjaan ITC Depok, akan tetapi tidak dilanjutkan
hingga saat ini. Pemesanan ikan hias Pokdakan Curug
Jaya I dilakukan melalui telefon, Short Message Service
(sms), dan datang langsung ke Pokdakan. Selanjutnya
pendistribusian produk ikan hias dari Pokdakan ke
konsumen dilakukan dengan menggunakan motor dan
sewa mobil bak, akan tetapi umumnya pelanggan supplier
mengambil ikan hiasnya langsung ke Pokdakan.
Harga dari masing-masing ikan hias disesuaiakan
dengan dengan ukuran ikan hias. Penetapan harga jual
Pokdakan Curug Jaya I didasarkan pada harga pasar.
Daftar harga jual ikan hias Pokdakan Curug Jaya I pada
konsumen eksportir terdapat pada tabel, sedangkan harga
jual ikan hias pada supplier lebih rendah Rp 25 sampai Rp
50 dibandingkan pada eksportir.
Ukuran
Jenis Ikan
Neon Tetra Cardinal
Tetra Red Nose
SM Rp 300 Rp 700 Rp 300
M Rp 350 Rp 1.000 Rp 350
ML Rp 450 Rp 1.200 Rp 450
L Rp 600 Rp 1.500 Rp 600
XL Rp 750 Rp1.800 Rp 750
Tabel 4.2 Daftar Harga Ikan Hias Yang Dipasarkan
Pokdakan
88
Sumber: Arsip Pokdakan Curug Jaya I Curug Jaya I
Dengan sistem penjualan satu pintu yang diterapkan
dan didukung dengan strategi pemasaran yang baik, saat
ini Pokdakan Curug Jaya I sudah mampu bekerjasama
dengan supplier-supplier ikan hias tetra untuk wilayah
Jabodetabek dan Surabaya. Selain itu Pokdakan Curug
Jaya I juga bekerjasama dengan eksportir ikan hias yaitu
CV Indopisces Exotica di Cinangka-Depok dan PT.
Indotropica Agung Lestari di Bekasi. Selain itu Pokdakan
Curug Jaya I juga mendapat berbagai prestasi mulai dari
tingkat kota, provinsi dan nasional, seperti yang dikatakan
oleh Pak Ahmad dalam wawancara pada tanggal 11 Juni
2018:
“Kita pernah mendapat beberapa kali juara. Pada
tahun 2009 kita memenangi lomba kinerja kelompok
pembudidaya perikanan tingkat kota Depok. Selanjutnya
pada tahun 2010 kita menjadi kelompok pembudidaya
ikan hias terbaik tingkat Provinsi Jawa Barat, dan
kemudian pada bulan Desember 2010 alhamdulillah kita
dapat penghargaan AdiBakti Mina Bahari dari Menteri
Kelautan dan Perikanan sebagai juara I Bidang
Perikanan Budidaya Kategori ikan hias yang merupakan
penghargaan puncak tingkat nasional. menurut Bapak
Ketua Penyuluh Pertanian dan Perikanan Kota Depok
yang menjadi salah satu tim penilai lomba tersebut
Pokdakan ini terpilih jadi juara salah satunya karena
Pokdakan Curug Jaya I memiliki kepedulian sosial yang
tinggi dan sistem penjualan satu pintu kita yang baik”.
Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, pada
tahap ini pengurus beserta anggota kelompok
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sudah
direncanakan dan disepakati bersama. tahap ini
89
merupakan tahap yang sangat penting dalam
pengembangan yang dilakukan. Karena biasanya
walaupun perencanaan kegiatan telah disusun dengan baik
bisa saja menemui kendala atau hambatan bila tidak ada
kerjasama yang baik antara pengurus dan anggota
kelompok. Hambatan yang dihadapi seperti kurangnya
konsistensi dari anggota kelompok dan pencatatan
pendapatan dan pengeluaran kelompok maupun para
anggota kelompok yang sampai saat ini belum tersusun
dengan rapih.Hal ini dikatakan oleh Pak Rody dalam
wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Setiap kegiatan yang telah kita sepakati yang
terpenting buat saya adalah kedisplinan, saya ngga suka
kalo ada anggota yang males-malesan dateng ke rapat
bulanan dan kegiatan-kegiatan lainnya, ada satu
anggota kita yang kurang partisipasi dan tidak disiplin
untuk ikut rapat bulanan maupun kegiatan-kegiatan
lain. Akhirnya kami memutuskan untuk mengeluarkan
anggota tersebut. Jadi saat ini anggota kami hanya 20
orang”.
Dan hambatan yang dikemukakan oleh Pak Ahmad
dalam wawancara pada tanggal 11 Juni 2018:
“Hambatan di internal kelompok kami adalah kurang
nya kemampuan kami dalam mendata keuangan kami,
padahal pada tahun 2010 kami sudah di bantu oleh
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok untuk
pencatatan pendapatan dan pengeluaran kelompok,
namun sampai saat ini blum berjalan maksimal atau
belum rapih lah”.
90
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan pengawasan terhadap
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan. Pada
tahap ini kolaborasi antara petinggi kelompok dan
anggota kelompok sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini
Pokdakan Curug Jaya I akan membahasnya di Rapat
Bulanan anggota kelompok. Hal ini dilakukan agar
kegiatan kedepannya dapat berjalan lebih baik, dengan
harapan dapat membentuk suatu program yang dilakukan
kelompok lebih mandiri dengan memanfaatkan segala
sumber daya yang ada. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Pak Rody. dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Kelompok kami ini setiap ingin membuat suatu
program, selalu di rumuskan di r apat bulanan anggota
kelompok. Begitupun dalam pengawasannya, kita bikin
suatu program atau kegiatan sesuai dengan kebutuhan
dan komitmen bersama, maka pengawasan setiap
program kita lakukan bersama. Dengan seperti ini
timbulah rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dari
setiap anggotanya untuk sama sama suksesin program
kita”.
91
Gambar 4.3 Suasana Ketika Rapat Evaluasi
Kegiatan
Sumber: Arsip Pokdakan Curug Jaya I
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukakan, pada
tahap ini Pokdakan Curug Jaya I membahas evaluasi
kegiatan yang mereka lakukan di Rapat bulanan anggota
kelompok, bagi mereka setiap anggota kelompok
memiliki tanggung jawab dan berkomitmen dalam
menyukseskan kegiatan yang sudah direncanakan,
begitupun dalam hal pengawasan dan evaluasi kegiatan
tersebut dilakukan secara bersama. Bagi mereka evaluasi
ini bertujuan agar mampu mengembangkan potensi dan
sumberdaya yang mereka miliki untuk mengatasi masalah
dan mengembangkan usaha budidayanya agar mereka
mampu menjadi pembudidaya yang lebih mandiri dengan
memaksimalkan kemampuan dan memanfaatkan sumber
daya yang ada.
92
f. Tahap Terminasi
Pada masa awal pendirian Pokdakan Curug Jaya I,
Bapak rody sebagai pendiri kelompok sekaligus menjabat
sebagai Ketua Pokdakan. Namun, sejak tahun 2015
sampai dengan saat ini ketua Pokdakan Curug Jaya I
adalah Bapak Ahmad. Hal ini dilakukan agar kelompok
bisa terus bersinergi dan Bapak rody merasa masyarakat
sudah mampu untuk mengembangkan Pokdakan Curug
Jaya I. Akan tetapi Bapak Rody saat ini belum keluar
secara utuh dari Pokdakan Curug Jaya I dan menjadi
Pembina kelompok. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Pak Rody dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2018:
“Program pemberdayaan yang dilakukan oleh
Pokdakan Curug Jaya I menurut saya sudah terdapat
beberapa capaian. Saya juga sudah terlalu lama jadi
ketua Pokdakan, jadi saya rasa sudah waktunya
Pokdakan ini bersinergi. Pada tahun 2015 kalo ngga
salah antara bulan September atau oktober kami
mengadakan pemilihan ketua Pokdakan berserta
strukturnya melalui rapat bulanan. Akhirnya terpilihlah
Bapak Ahmad sebagai ketua Pokdakan dan saya hanya
sebagai penasihat Pokdakan saja..
Dalam tahap ini, petugas/pendiri pemberdayaan keluar
dari kelompok bukan dengan cara mendadak melainkan
secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar masyarakat tidak merasa ditinggalkan secara sepihak.
Sejak didirikannya Pokdakan yaitu pada Mei 2006 Pak
Rody menjabat sebagai ketua Pokdakan Curug jaya I
sampai pertengahan tahun 2015. Memang membutuhkan
waktu yang lama untuk Pak Rody menyerahkan
93
jabatannya. Hal yang sangat di pertimbangkan oleh Pak
Rody adalah tanggung jawab ketua kelompok dalam
sistem pemasaran satu pintu. Disini ketua kelompok harus
menjaga komunikasi dan kepercayaan dengan para
konsumen dan mengakomodir para anggota untuk
memproduksi ikan dengan stabil serta menjaga harga jual
ikan hias.
B. Peran Pokdakan Curug Jaya I
1. Peran Pendiri Pokdakan curug Jaya I
Perkembangan Pokdakan Curug Jaya I saat ini tidak bisa
terlepas dari peran pendiri kelompok. Adanya suatu
kelompok yang di jalankan dengan sistem kekeluargaan yang
sesuai dengan kebutuhan para anggota membuat Pokdakan
Curug Jaya I dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini.
Peran yang dimainkan oleh pendiri dalam
mengembangkan Pokdakan Curug jaya memang sangat
dirasakan oleh para anggota, seperti yang dikatakan oleh Pak
Marjaya sebagai salah satu anggota kelompok dalam
wawancara pada tanggal 20 Juni 2018:
“Saya sebagai anggota salut dengan apa yang sudah
dilakukan oleh Pak Rody, dari pengalaman dan
pengetahuan yang dia punya itu diajarkan ke kita
sebagai anggotanya. Selain itu peran penting yang saya
rasakan adalah dia berusaha membangun Pokdakan ini
bersama sehingga dia selalu memberikan tanggung
jawab yang sama kepada seluruh anggota dalam
menyukseskan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan,
dengan begitu saya merasakan timbulnya rasa memiliki
94
dan menjaga Pokdakan ini agar dapat bertahan dan
berkembang sebagai harapan kita”.
Pak Rody sebagai pendiri juga menjelaskan bagaimana
memposisikan diri terhadap para anggota kelompok:
“Saya ini memposisikan diri saya sama saja dengan
para anggota kelompok yang lain, sebagai sesama
pembudidaya, sebagai teman dan sebagai saudara bagi
mereka. Dengan seperti ini saya berharap timbulnya
rasa persaudaraan antar anggota kelompok sehingga
kita bisa saling terbuka satu dengan yang lainnya terkait
permasalahan dan kebutuhan mereka. Selain itu, saya
hanya berusaha menfasilitasi agar para pembudidaya
bisa sama-sama belajar untuk mengembangkan usaha
mereka, dengan mengarahkan kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan memusyawarahkan jalan
keluar bagi masalah yang kita hadapi secara bersama-
sama”.
Berdasarkan pengamatan, dalam hal ini perkembangan
Pokdakan Curug Jaya I tidak bisa terlepas dari peran yang
dimainkan oleh pendiri kelompok. Dengan menumbuhkan
rasa kekeluargaan antar anggota kelompok membuat mereka
dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain.
Selain itu pendiri berusaha memberikan pandangan untuk
membuat kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka bukan kemauan mereka yang kemudian kegiatan
tersebut baru akan berjalan setelah disepakati bersama.
2. Peran Pengurus Pokdakan Curug Jaya I terhadap
Anggota Kelompok
Pokdakan Curug Jaya I merupakan sarana bagi para
pembudidaya ikan hias Tetra dalam mengembangkan usaha
95
yang mereka tekuni. Kelompok ini dibentuk atas dasar
keinginan untuk sama-sama belajar dan saling membantu
sebagai sesama pembudidaya ikan hias, sehingga setiap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
berdasarkan kesepakatan bersama dan menjadi tanggung
jawab bersama untuk mensukseskan dan mengawasi
kegiatan terebut.
Kepengurusan Pokdakan Curug Jaya I saat ini merupakan
Priode kedua sejak didirikannya kelompok. Adapun peran
yang dilakukan oleh para pengurus Pokdakan Curug Jaya I
adalah memfasilitasi para anggota kelompok dalam
menyampaikan kebutuhan dan permasalahan yang mereka
hadapi dengan mengadakan rapat rutin bagi anggota
kelompok yang wajib dihadiri oleh setiap anggota. Seperti
yang dikatakan oleh Pak Ahmad sebagai ketua Pokdakan
Curug Jaya I saat ini dalam wawancara pada tanggal 11 Juni
2018:
“Sebenarnya saya sebagai pengurus Pokdakan hanya
memberikan sarana bagi mereka dalam menyampaikan
permasalahan, kebutuhan dan arah gerak kegiatan-
kegiatan yang kita lakukan melalui rapat bulanan
anggota kelompok. Dan kita juga pengurus
mengkordinasikan peran masing-masing anggota ketika
sudah menyepakati kegiatan yang akan dilakukan. Oleh
karena itu kami mewajibkan kehadiran para anggota
kelompok”.
Pengurus Pokdakan Curug Jaya I juga mengelola
keuangan kelompok dengan membuat sarana pendukung
kegiatan pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan
96
bersama. Seperti yang dikatakan oleh Pak Marjaya dalam
wawancara pada tanggal 20 Juni 2018:
“Para pengurus berperan untuk mengelola pendanaan
kelompok sesuai dengan kebutuhan para anggota yang
tentunya sudah disepakati terlebih dahulu. Dengan
pengelolaan yang baik dan terbuka alhamdulillah saat ini
kita sudah memiliki berbagai macam fasilias, seperti
membangun mini raiser yang menjadi aset
kelompok,membangun sekretariat pokdakan di dekat mini
raiser, dan kita juga memiliki warung kelompok yang
menyediakan berbagai macam kebutuhan untuk
budidaya”.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, peran pengurus
Pokdakan Curug Jaya I disini yaitu memberikan wadah bagi
para anggota dalam menyampaikan masalah, kebutuhan dan
memusyawarahkan kegiatan yang akan mereka lakukan.
Memang setiap kegiatan harus melalui kesepakatan dari
seluruh anggota terlebih dahulu, untuk menyukseskan
kegiatan tersebut juga menjadi tanggung jawab bersama akan
tetapi penguruslah yang mengkoordinasikan peran setiap
anggota dalam kegiatan tersebut. Selain itu pengurus juga
mengelola keuangan yang dimiliki oleh kelompok untuk
dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan yang dilakukan.
3. Pokdakan Curug Jaya I dan Masyarakat
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pokdakan curug Jaya
I bukan hanya dilakukan untuk internal kelompok saja, akan
tetapi mereka memiliki kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar. Sejak awal didirikan, Pokdakan Curug Jaya I
masyarakat sekitar sangatlah antusias untuk mendukung
97
kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, kelompok juga selalu
berusaha untuk mengajak dan merangkul masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Seperti yang dikatakan oleh Pak Rody dalam wawancara
pada tanggal 4 Juni 2018:
“Dari awal didiriinnya kelompok saya merasa
masyarakat sini bener-bener ngedukung. Karena kita juga
merangkul dan sangat terbuka bagi masyarakat yang
ingin belajar budidaya ikan tetra. Alhamdulillah berkat
kerjasama Pokdakan dengan masyarakat sekitar”.
Hal ini juga disampaikan oleh Pak H. Jayadi dalam
wawancara pada tanggal 8 Juli 2018:
“Pokdakan ini kan memang anggotanya ya masyarakat
sini yah, jadi mereka udah pasti ngajak dan ngelibatin
masyarakat sini buat ikut dan bantuin kegiatan-kegiatan
mereka. Yah sasaran Pokdakan juga kan buat bantu
masyarakat sini lebih baik lah, baik itu ekonominya atau
pengetahuannya. Jadi, ya menurut saya sih mereka
terbuka lah buat siapa aja yang mau belajar sama mereka
dibantu, masyarakat yang udah bisa ya ikut bantu
ngedampingin yang belum bisa.”
Pada tahun 2008 Pokdakan Curug Jaya I berinisiatif untuk
membangun budidaya ikan hias bagi anak – anak yatim di
lingkungan sekitar yang diberi nama Saung Yatim. Kegiatan
ini bertujuan agar anak yatim di lingkungan tersebut
mendapatkan pemasukan berksesinambungan dari usaha
tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pak Marjaya dalam
wawancara pada tanggal 20 Juni 2018:
“Dukungan Masyarakat terhadap Pokdakan Curug
jaya I sangat lah besar, Karena kita juga merangkul dan
sangat terbuka bagi masyarakat yang ingin belajar
budidaya ikan tetra. Alhamdulillah berkat kerjasama
Pokdakan dengan masyarakat sekitar, dimulai pada tahun
98
2008 kita bisa bikin program bersama buat para yatim
disekitar sini yang kita kasih nama Saung Yatim. Tujuan
program ini agar para pemuda khususnya anak yatim di
lingkungan tersebut memiliki kemampuan dan mendapat
pemasukan secara berkesinambungan dengan
kemampuan mereka sendiri”.
Peran kelompok bersama dengan tokoh masyarakat terkait
seperti ketua RT, ketua RW dalam kegiatan ini adalah
memfasilitasi semua kebutuhan operasional untuk
melakukan pembudidayaan ikan hias, mulai dari lahan,
aquarium, bibit ikan dan sebagainya. Selanjutnya kelompok
mengajarkan dan mengawasi budidaya yang dilakukan. para
pekerja yang dilibatkan dalam budidaya tersebut diutamakan
pemuda yang membutuhkan pekerjaan dan anak-anak yatim
dilingkungan tersebut.
Sampai saat ini kegiatan tersebut sudah berjalan di tiga
RW di Kelurahan Curug, yaitu 124 aquarium di RW 06, 153
aquarium di RW 07 dan 60 aquarium di RW 08. Hasil
produksi yang didapat ketika panen akan diserahkan
sepenuhnya kepada ketua RW setempat untuk diberikan ke
para pekerja, anak yatim dan masyarakat yang memerlukan
bantuan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Pak Ahmad:
“Lingkup program ini per RW dan Alhamdulillah
program tersebut berjalan lancar dan bermanfaat untuk
aset yang dimiliki RW tersebut. Akhirnya kami kembangin
lagi program tersebut dan sampe sekarang sudah
berjalan di tiga RW sekitar sini yaiu 124 aquarium di RW
06, 153 aquqrium di RW 07 dan 60 aquarium di RW 08.”
Hal ini juga disampaikan oleh Bapak H. Jayadi selaku
Ketua RW 08 dalam wawancara pada tanggal 8 Juli 2018:
99
“Di RW sini juga ada budidaya buat yatim sini. waktu
itu kita musyawarah buat penempatan lokasi budidaya
nya. Pokdakan ngasih semua kebutuhan operasional,
warga yg udah bisa diminta buat ngajarin warga sini
cara budiaya nya gimana tapi tetep didampingin sama
orang Pokdakan. Kalo buat pengeloalan keuntungan,
siapa aja yg bakal jadi pekerja itu mereka serahin ke
pihak RW. Untuk di RW 08 itu jumlah akuariumnya 80
buah.
Selain kegiatan tersebut, Pokdakan Curug Jaya I juga
berpartisipasi aktif dalam membantu meningkatkan
infrastruktur masyarakat sekitar. Misalnya memberikan
bantuan untuk perbaikan jalan dan pembangunan sarana
ibadah di lingkungan sekitar. Seperti yang dikatakan oleh
Pak H. Jayadi.
“Waktu itu pokdakan pernah ngasih bantuan buat
pembangunan musholla, pengaspalan jalan juga waktu
itu kita dibantu financial. Ya karena sebagian besar
mereka juga warga sini ya kalo buat kerja bakti, gotong-
royong itu mah udah pasti mereka pada ikut bantuin”.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, hubungan
Pokdakan Curug Jaya I dan masyarakat memang sudah
dibangun sejak Pokdakan berdiri, mereka berbaur dengan
masyarakat untuk dapat sama-sama merasakan kondisi dan
situasi seperti apa yang sedang dialami oleh masyarakat dan
apa saja yang dapat dilakukan oleh kelompok, karena adanya
kelompok ini bukan hanya untuk mensejahterakan para
anggotanya saja, akan tetapi berupaya untuk melakukan
suatu kegiatan yang positif yang menjadi kebutuhan bagi
masyarakat sekitar kelompok.
100
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan
Pokdakan Curug Jaya I
Penelitian ini mengkaji tentang proses pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok Budidaya Ikan Tetra (Pokdakan)
Curug Jaya I dan peran kelompok terhadap pemberdayaan yang
dilakukan. Analisis yang dilakukan berdasarkan pada temuan-
temuan yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya yang
kemudian dikaitkan dengan teori-teori pemberdayaan yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Merujuk pada teori yang telah dikembangkan oleh Isbandi
rukminto Adi (Bab II 2018, 22), peneliti melihat Pokdokan
Curug Jaya I melakukan proses pemberdayaan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan (Engagement)
Pada tahap ini dilakukan sekurang-kurangnya ada dua
tahap yang harus dikerjakan (Bab II 2018, 23) yaitu ;
Tahap penyiapan petugas : Pada tahap ini Pak Rody
sebagai pendiri Pokdakan Curug I membuat tim
perubahan yang terdiri dari Pak Rody, Pak Ahmad dan
pak Wardana. Selanjutnya tim perubahan menyamakan
persepsi mereka mengenai pendekatan yang akan
dilakukan dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan.
101
(Bab IV 2018, 53). Tahap ini dilakukan pada akhir
Maret-pertengahan April 2006.
Tahap penyiapan lapangan : Berdasarakan temuan
pada (Bab IV 2018, 55) Pada tahap ini study kelayakan
yang akan dijadikan daerah sasaran pemberdayaan
dilakukan dengan cara informal dan formal. Cara informal
yang dilakukan oleh tim perubahan adalah dengan
mendatangi para pembudidaya ikan hias di sekitar curug
dan mengundang mereka untuk berdiskusi terkait
pemberdayaan yang akan dilakukan. Diskusi tersebut
diadakan dirumah Pak Rody pada yang dihadiri oleh 18
pembudidaya di sekitar Curug. selanjutnya tim perubahan
menempuh cara formal dengan mengundang secara resmi
tokoh masyarakat sekitar curug, aparat pemerintahan
setempat dan Dinas pertanian dan perikanan Kota Depok..
Diskusi tersebut diadakan pada tanggal 13 Mei 2006 yang
sekaligus menjadi peresmian berdirinya kelompok
Budidaya Ikan hias tetra yang dinamai Pokdakan Curug
Jaya I, dalam diskusi ini juga Pak Rody dipilih menjadi
ketua Pokdakan.
2. Tahap Pengkajian (Assesment)
Merujuk pada (Bab IV 2018, 58), Pada tahap ini
pengkajian masalah dilakukan secara individu dan
kelompok. pada dasaranya Pak Rody sudah mulai
mengetahui permasalahan tiap-tiap individu dalam
membudidayakan ikan ketika Pak Rody menjadi supplier
bagi mereka. Oleh karena itu, pengkajian yang dilakukan
102
oleh tim perubahan dapat dilakukan lebih udah karena sudah
terbangunnya komunikasi yang baik antara Pak rody dan
Pembudidaya sekitar.
Setelah melakukan pengkajian yang dilakukan secara
individu, tim perubahan juga mengajak untuk membicarakan
permasalahan mereka secara terbuka dala Rapat Anggota
Kelompok. dalam rapat ini setiap individu diwajibkan
berpartisipasi aktif untuk menyampaikan pendapat meraka.
Dalam rapat tersebut tim perubahan mengelompokan
permasalahan yang dialami oleh anggota kelompok (Bab IV
2018, 58).
3. Tahap perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing)
Perencanaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh
Pokdakan Curug Jaya I dilakukan berdasarkan kesepakatan
bersama melalui Rapat anggota kelompok. Dalam rapat ini
ketua kelompok yang berperan sebagai pimpinan rapat
mewajibkan para anggota kelompok untuk berperan aktif
dalam memikirkan permasalahan yang mereka hadapi serta
mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Hal ini
dilakukan agar kegiataan-kegiatan yang direncanakan sesuai
dengan kebutuhan bersama. Selain itu perencanaan kegiatan
yang akan dilakukan juga disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang terjadi.
Berdasarkan pada temuan lapangan yang telah dibahas
(Bab IV 2018, 62). Pokdakan Curug Jaya I mencari alternatif
kegiatan ketika kegiatan sudah berjalan dihadapi dengan
103
masalah. Sebenarnya akan lebih baik jika Pokdakan
memikirikan beberapa alternatif kegiatan atau solusi ketika
merencanakan kegiatan yang akan dilakukan seperti teori
dalam (Bab II 2018, 24)
4. Tahap Pelaksanaan Program/Kegiatan (Implementasi)
Tahap ini merupakan salah satu tahapan terpenting dalam
proses pemberdayaan yang dilakukan, dalam tahap ini
kelompok melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sebelum
nya sudah direncanakan dan disepakati dalam rapat anggota
kelompok. kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersifat
dinamis, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan
kondisi anggota kelompok. adapun kegiatan yang dilakukan
Pokdakan Curug Jaya I berdasarnkan pada temuan lapangan
yang telah dibahas (Bab IV 2018,64) adalah sebagai berikut:
Peningkatan kemampuan anggota kelompok dalam
bidang produksi : kegiatan ini dilakukan dalam bentuk
pelatihan dan pendampingan. Pelatihan produksi
dilakukan oleh Pak Rody dan pada awal tahun 2007
kelompok mengundang Dinas Pertanian dan Perikanan
Kota Depok untuk memberikan pelatihan tentang
budidaya ikan hias. Adapun kegiatan pendampingan yang
dilakukan secara individu yaitu dilakukan oleh Pak Rody
dan beberapa anggota kelompok yang sudah mampu
memproduksi ikan dengan kualitas yang baik. Pelatihan
ini dilakukan mulai dari tahap pemijahan sampai dengan
tahap pengemasan.
104
Dengan pelatihan dan pendampingan produksi yang
dilakukan dapat dikatakan sangat efektif. Hal ini dapat
dilihat dari kualitas produksi para anggota kelompok.
selain itu, dalam hal kuantitas saat ini Pokdakan Curug
Jaya I dapat memproduksi 400.000-500.000 ekor ikan
hias setiap bulannya.
Sistem penjualan satu pintu : Pemberdayaan yang
dilakukan oleh kelompok tidak hanya peningkatan
kemampuan produksi setiap anggota kelompok. ketika
para anggota sudah mampu untuk memproduksi dengan
baik kelompok membuat suatu sistem penjualan.
Penerapan sistem penjualan satu pintu ini dilakukan
agar kelompok dapat terlihat seperti satu kesatuan usaha
yang besar, karena mampu memproduksi ikan hias dengan
kualitas yang baik, dalam jumlah yang banyak dan dapat
meproduksi secara terus-menurus dengan konsisten.
Dengan demikian kelompok dapat memasarkan hasil
produksi mereka ke perusahaan eksportir ikan hias.
Sistem penjualan ini menjadi wewenang ketua
kelompok. jadi, para anggota tidak bisa menjual produksi
mereka tanpa izin dari ketua kelompok. berdasarkan
wawancara yang dilakukan bahwa kegiatan ini diterapkan
untuk menghindari persaingan antar anggota kelompok,
selain itu jika kelompok dengan bebasnya menjual ikan
hias mereka, dikhawatirkan kelompok tidak bisa
105
menyediakan jumlah produksi ke konsumen utama
mereka dengan konsisten.
Pada tahap ini Pokdakan Curug Jaya I mengeluarkan 1
orang anggota kelompok karena kurang disiplinya dalam
menghadiri rapat rutin anggota kelompok dan kegiatan
lainnya. Selain itu, sampai saat ini Pokdakan juga
dihadapi dengna hambatan yaitu kurangnya kemampuan
pengurus maupun anggota dalam melakukan pembukuan
(Bab IV 2018, 83).
5. Tahap Evaluasi
Berdasarkan pada observasi yang dilakukan pada (Bab IV
2018, 83), Pada tahap pengawasan dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan bukan hanya menjadi tanggung jawab ketua
maupun pengurus kelompok, anggota kelompok juga
memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengawasi
kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan karena partisipasi
anggota kelompok dalam melakukan pengawasan kegiatan
sangat lah penting, karena anggotalah yang merasakan
langsung efektif dan sesuai atau tidaknya dengan kebutuhan
dan perencanaan kegiatan yang telah dibuat.
6. Tahap Terminasi
Merujuk pada (Bab IV 2018, 85) Pada Tahun 2015 Pak
Rody mengundurkan diri sebagai ketua kelompok karena
melihat para anggota sudah memiliki kemampuan tersebut.
Selain itu Pak Rody juga ingin Pokdakan Curug Jaya I dapat
106
bersinergi agar para anggota dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan kelompok.
Akan tetapi, Pak Rody tidak secara langsung
meninggalkan kelompok. saat ini Pak Rody menjadi
pembina Pokdakan Curug Jaya I, dengan demikian
komunikasi dengan para anggota maupun kelompok dapat
dilakukan meskipun tidak secara rutin. Selain itu anggota
kelompok juga tidak merasa ditinggalkan secara sepihak oleh
agent perubahan Pokdakan Curug Jaya I.
1. Peran Pokdakan Curug Jaya I dalam Kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan temuan lapangan pada (Bab IV) Pokdakan
Curug Jaya I melakukan berbagai peran baik kepada anggota
maupun masyarakat sekitar. Dari hasil temuan tersebut penulis
melakukan analisa yang disesuaikan dengan teori pada (Bab II
2018, 26) sebagai berikut;
a. Semangat Sosial
Dalam hal ini kelompok memberikan pemahaman kepada
para anggota bahwa kesuksesan kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan oleh Pokdakan Curug Jaya bukan hanya
menjadi tanggung jawab para pengurus kelompok,
melainkan menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu
setiap kegiatan yang dilakukan harus berdasarkan
kesepakatan para anggota kelompok, pengawasan kegiatan
tersebut juga menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini
107
dilakukan agar para anggota sadar bahwa permasalahan yang
sedang mereka hadapi sebenarnya dapat di selesaikan dan
lebih meningkatkan kepercayaan diri para anggota.
Dengan peran tersebut para anggota Pokdakan Curug Jaya
I dapat membangun komunikasi yang baik antar sesama
anggota kelompok, lebih memahami kemampuan yang
mereka miliki, menganalisa permasalahan-permaslahan yang
sedang mereka hadapi, timbulnya antusiasme dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan dan terbentuknya komitmen untuk menyukseskan
kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Mediasi dan Negosiasi
Pokdakan Curug Jaya I memainkan peran sabagai
mediator dalam setiap rapat yang dilakukan. Dalam hal ini
pimpinan rapat yaitu ketua kelompok membebaskan para
anggota untuk menyampaikan pendapat dan pandangan
mereka baik dalam merumuskan suatu kegiatan,
mengevaluasi kegiatan maupun menyampaikan solusi-solusi
untuk permasalahan mereka. Akan tetapi, ketua kelompok
tetap mengarahkan pendapat mereka agar dapat dipahami
oleh anggota lain dan membantu mereka untuk sama sama
menghormati pandangan orang lain. Selain itu, perlu
dilakukan arahan untuk mencari point-point yang dapat
diterima dan sesuai dengan kebutuhan para anggota agar
terjadinya suatu kesapakatan dan komitmen bersama.
108
c. Dukungan
Dukungan yang dilakukankan oleh Pokdakan Curug Jaya
I dengan memberikan fasilitas sebagai pendukung program
atau kegiatan pemberdayaan yang dilakukan. Fasilitas-
fasilitas tersebut dibangun berdasarkan kebutuhan dan pokok
permasalahan yang dialami oleh para anggota. Fasilitas yang
dibangun oleh Pokdakan Curug Jaya I antara lain adalah
pembangunan Mini Raiser kelompok dan pembangunan
warung kelompok. Selain dukungan tersebut kelompok juga
secara rutin melakukan dukungan secara terus-menerus
untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri
dengan memberikan kesempatan bagi para anggota dalam
menyampaikan pandangan dan pendapat mereka baik dalam
rapat anggota kelompok maupun secara individu, serta
memberikan motivasi dan semangat. Hal itulah yang
menjadi fondasi bagi tujuan peningkatan kesadaraan dan
pemberdayaan.
d. Mengorganisasi
Pada tahap ini Pokdakan Curug Jaya I melakukan
pembagian tugas dan tanggung jawab kepada anggota
kelompok berdasarkan dengan kemampuan yang dimiliki.
Tugas-tugas harus dibagikan berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing anggota. Selain itu, setiap
anggota kelompok juga memiliki kewajiban-kewajiban yang
harus dilakukan dan hak-hak yang harus didapatkan.
109
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui
observasi, studi dokumen, dan wawancara yang dilakukan
peneliti mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok
Budidaya Ikan Hias (Pokdakan) Curug Jaya I, Bojong Sari-
Depok peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pokdakan Curug Jaya I melakukan pemberdayaan bagi
para pembudidaya ikan hias dis sekitar Kelurahan
Curug, Kecamatan Bojong Sari, Kota Depok. Dalam
melakukan pemberdayaan tersebut Pokdakan melakukan
beberapa tahapan-tahapan dalam proses pemberdayaan,
mulai dari tahapan persiapan dalam tahap ini pak rody
membuat tim perubahan yang terdiri dari Pak Rody, Pak
Ahmad dan Pak Wardana setelah itu tim perubahan
mengundang para pembudidaya sekitar untuk melakukan
diskusi terkait pembentukan kelompok budidaya ikan,
tahap pengkajian dilakukan melaui pendekatan individu
dan kelompok, tahap perencanaan alternatif program
atau kegiatan dalam tahap ini alternatif kegiatan
didiskusikan ketika ditemukan permasalahan bukan
dibuat ketika merencanakan kegiatan, tahapa
pelaksanaan program atau kegiatan dilakukan dalam
bentuk pelatihan, pendampingan budidaya dan
penerapan sistem penjualan, tahap evaluasi menjadi
110
tanggung jawab seluruh anggota kelompok dalam
mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan yang
dilakukan. dan tahap terminasi ditandai dengan
pergantian kepengurusan, namun Pak Rak Rody tidak
langsung meninggalkan kelompok akan tetapi menjadi
penasihat kelompok.. Dari tahapan-tahapan
pemberdayaan tersebut secara keseluruhannya dilakukan
dengan melibatkan partisipasi para anggota kelompok.
Setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan harus
berdasarkan kesepakatan bersama. Kegiatan yang telah
disepakati akan menjadi tanggung jawab bersama baik
dalam pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan
kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam
meningkatkan komitmen dan rasa memiliki setiap
anggota kelompok.
2. Peran Pokdakan Curug Jaya I dalam memberikan
fasilitasi bagi para anggota dapat dilihat dari pengelolaan
keuangan kelompok yang dimanfaatkan untuk
membangun sarana dan prasarana sebagai pendukung
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan, seperti
pengelolaan dana bantuan awal yang diberikan oleh
dinas pertanian dan perikanan kota Depok yang
dimanfaatkan sebagai modal awal pembangunan mini
raiser yang menjadi asset kelompok. Pembangunan
warung kelompok yang menyediakan seluruh kebutuhan
budidaya ikan hias tetra dengan kebijakan para anggota
dapat menunda pembayaran. Pembangunan warung
111
kelompok dibangun ketika Pokdakan mendapatkan dana
hibah berupa televisi dari dinas pertanian dan perikanan
kota Depok, kemudian televisi tersebut dijual dan
dimanfaat kan sebagai dana awal pembangunan warung
kelompok.
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan dari
kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi. Maka
penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak dan
penelitianpenelitian selanjutnya. Sehubung dengan hal tersebut,
maka implikasinya adalah:
1. Pokdakan Curug Jaya I merupakan wadah bagi para
pembudidaya ikan hias disekitar Kelurahan Curug,
Bojong Sari, Depok. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Pokdakan didasarkan pada kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok.
Dengan adanya Pokdakan Curug Jaya I para
pembudidaya daya ikan hias dapat belajar dan
mengajarkan antar sesama pembudidaya ikan hias dalam
mengembangkan kemampuan mereka bersama-sama
dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kehidupan yang lebih baik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
melalui kelompok sebagai upaya dalam meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan dengan memanfaatkan
112
sumber daya dan kemampuan secara maksimal. Maka
perlu adanya penelitian lebih lanjut baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas maka
saran dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi pengurus Pokdakan Curug Jaya I sebaiknya
membuat beberapa alternatif ketika merencanakan
kegiatan. Karena dalam pelaksanaan setiap kegiatan
yang sudah direncanakan tidak selamanya dapat berjalan
tanpa hambatan atau masalah. Dengan membuat
beberapa alternatif, Pokdakan Curug Jaya I akan lebih
siap dalam menghadapi hambatan-hambatan yang akan
terjadi. Selain itu, pengurus Pokdakan Curug Jaya I
sebaiknya merapihkan pencatatan data dan keuangan
kelompok maupun para anggota kelompok.
2. Pokdakan Curug Jaya I diharapkan dapat menambahkan
jenis ikan hias yang mereka budidayakan melalui
pencarian informasi jenis-jenis ikan hias yang diminati
oleh konsumen dan disesuaikan dengan keadaan
lingkungan.
113
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada
Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran Dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ahmad. 2018. Pokdakan Curug Jaya I.
Aritonang, Esrom. 2001. Pendampingan Komunitas Pedesaan.
Jakarta: Sekretariat Bina Desa.
Arsip Pribadi Pokdakan Curug Jaya I.
Bungin, M Burhan. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Direktorat Jendral Budidaya. 2011. www.perikanan-
budidaya.go.id . Diakses pada 23 Mei 2018.
Faisal. 2018. Pokdakan Curug Jaya I.
Gunawan, Imam. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
H Jayadi. 2018. Pokdakan Curug Jaya I.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2014. Community Development:
Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010.
www.statistik.kkp.go.id . Diakses pada 23 Mei 2018.
114
Mardikonto, Totok dan Poerwoko Soebinto. 2015.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta.
Marjaya. 2018. Pokdakan Curug Jaya I.
Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosadakarya.
Mulyana, M.A.,Ph.D, Dr. Dedy. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya. Bandung: Rosda Karya.
Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Riana. 2015. Pokdakan Curug Jaya I, Sukses Jajakan Ikan Hias
Tetra Orientasi Ekspor. www.jitunews.com . Diakses pada 20
Desember 2017.
Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerja Sosial.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rody. 2018. Pokdakan Curug Jaya I.
Sugiyono.2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama.
115
LAMPIRAN
Transkip Wawancara
Wawancara I
Hari dan Tanggal : Senin, 4 Juni 2018
Nama : Roddy
Jabatan : Penasihat / Pendiri / ketua Pokdakan
(Priode 2006-2015)
Bagaimana latar belakang
didirikannya Pokdakan
Curug Jaya I ? dan siapa
saja yang terlibat?
Pokdakan curug Jaya I berdiri
pada tahun 2006 tepatnya pada
tanggal 13 Mei 2006, lokasi
kami berada di Kelurahan
curug, Kecamatan Bojongsari-
Depok.
Awalnya saya yang pertama kali
bergelut dibidang Budidaya
Ikan hias jenis Tetra. Pas saya
seriusin budidaya ini banyak
masyarakat yang tertarik
akhirnya saya ajarin cara
budidayanya, yang ngga punya
modal juga saya pinjemin modal
bayarnya pas panen dan
sekaligus saya bersedia jadi
116
supplyer mereka. Akan tetapi
tidak terikat, jadi mereka bebas
ngejualnya kesiapa aja dan saya
juga ngga bisa ngambil hasil
produksi mereka dengan jumlah
banyak. Akhirnya pada tahun
2005 akhir itu permasalahan kita
banyak yang ngga bisa nerusin
usaha karena keterbatasan
pengetahuan mereka dan
bingung juga jualnya kemana.
Waktu itu saya diundang ikut
pelatihan sama Dinas Pertanian
dan Perikanan Kota Depok.
Untuk bulan apanya saya agak
lupa, pokonya acaranya sekitar
akhir 2005 atau awal tahun
2006an lah. Pembahasan nya
waktu itu tentang cara
membudidaya ikan hias secara
umum dan peluang-peluang
bisnis nya. Saya mendapat
pointnya sih kalo mau dapet
konsumen PT atau CV itu harus
dalam jumlah yang besar, hasil
produksi yang berkualitas dan
117
pastinya komitmen yah dengan
konsumen jangan sampai
jumlah nya bisa banyak tapi
produksinya dikit.
Dari hasil yang saya dapet di
pelatihan itu saya ngobrol-
ngobrol sama Pak Ahmad dan
beberapa temen saya yang
menggeluti usaha ini. Kita nih
ngerasa kayanya kalo kita
jalanin ini masing-masing bakal
susah, produksi bisa banyak tapi
kan kualitasnya belum tentu
stabil. Dan bakal jadi persaingan
usaha satu sama lain yang
belum tentu bakal berhasil juga,
karena kan ngga gampang yah.
Buat seriusan obrolan saya sama
temen-temen, saya undang
masyarakat sini yang
menggeluti usaha ikan hias
Tetra. waktu itu yang datang
sekitar 20 orang sama saya jadi
21 orang. Kami jelasin ke
mereka alasan saya mau bikin
kelompok, terus peluang-
118
peluangnya gimana.
Alhamdulillah mereka mau
untuk ngembangin usaha kita
bareng-bareng secara
kekeluargaan dan usaha kita
seperti sebagai suatu kesatuan
usaha yang besar dan
berkualitas melalui Kelompok.
Akhirnya pada tanggal 13 Mei
2006 kita undang aparat
pemerintah Kelurahan Curug,
Dinas Pertanian dan Perikanan
Kota Depok dan para tokoh
masyarakat sekitar. Kita bahas
tujuan kelompok ini, meminta
dukungan dari aparat
pemerintah dan masyarakat sini,
dan kita juga bahas mengenai
nama kelompok yang baik untuk
kelompok ini. Setelah kita
berdiskusi akhirnya munculah
nama Kelompok Budidaya Ikan
Hias (Pokdakan) Curug Jaya I,
dengan alasan semoga
Pokdakan ini menjadi solusi
untuk kejayaan atau
119
kesejahteraan bagi masyarakat
Kelurahan Curug.
Apakah pemerintah
memberikan bantuan atau
dukungan untuk Pokdakan
curug Jaya I?
Waktu itu kita pernah dapat
bantuan yah dari Dinas
Pertanian dan Perikanan Kota
Depok beberapa kali, pertama
setelah satu tahun Pokdakan
berdiri kita dapat bantuan
berupa uang kurang lebih 28juta
rupiah yang kemudian kita
beliin alat-alat operasional
budidaya ikan seperti
aquarium,radiator, bibit ikan
dan sebagai modal awal
pembangunan Mini Raiser atau
usaha pembesaran ikan hias
sebagai aset kelompok. Terus
pas Pokdakan bikin mini riser
kita dikasih TV sama
pemerintah itu di akhir tahun
2007 Cuma kita cairkan jadi
uang buat modal Warung
Kelompok. Berkat bantuan dari
pemerintah, masyarakat sekitar
dan partisipasi aktif anggota
alhamdulillah pada tahun 2010
120
mini raiser kelompok berdiri di
lahan seluas 150 bertepat di
Jalan Pelopor RT 01 RW 08,
Kelurahan Curug, Kecamatan
Bojongsari-Depok. Lokasi ini
berdekatan dengan para
pengurus dan beberapa anggota
kelompok. Selain itu kita juga
sering diundang sama
pemerintah Depok buat ikut
penyuluhan-penyuluhan
wirausaha, pemanfaatan bisnis
di halaman rumah sampe
penyuluhan buat budidaya ikan
hias sama peluang-peluang
bisnisnya juga dikasih tau di
pelatihan itu.
Bagaimana partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
Pokdakan Curug Jaya I?
Dari awal didiriinnya kelompok
saya merasa masyarakat sini
bener-bener ngedukung. Karena
kita juga merangkul dan sangat
terbuka bagi masyarakat yang
ingin belajar budidaya ikan
tetra. Alhamdulillah berkat
kerjasama Pokdakan dengan
masyarakat sekitar dimulai pada
121
tahun 2008 kita bisa bikin
program bersama buat para
yatim disekitar sini yang kita
kasih nama Saung Yatim.
Tujuan program ini agar para
pemuda khususnya anak yatim
di lingkungan tersebut memiliki
kemampuan dan mendapat
pemasukan secara
berkesinambungan dengan
kemampuan mereka sendiri.
Lingkup program ini per RW
dan Alhamdulillah program
tersebut berjalan lancar dan
bermanfaat untuk aset yang
dimiliki RW tersebut. Akhirnya
kami kembangin lagi program
tersebut dan sampe sekarang
sudah berjalan di tiga RW
sekitar sini yaiu 124 aquarium
di RW 06, 153 aquqrium di RW
07 dan 60 aquarium di RW 08.
Bagaimana anda
mengelola Pokdakan
Curug Jaya I?
Kalo buat pengelolaan
Pokdakan saya lebih mentingin
sistem kekeluargaan, semua
kebijakan, kegiaan-kegiatan
122
Pokdakan kita diskusi di rapat
bulanan anggota. Di rapat itu
kita mulai berbagi pikiran kita,
mulai dari permasalahan kita,
kebutuhan-kebutuhan kita dan
solusinya juga kita obrolin
bareng-bareng. Saya juga buat
struktur keanggotaan yang
masing-masing udah di tentuin
tugas-tugasnya. Tujuannya si
buat mereka punya rasa
memiliki dan tanggung jawab.
Yang penting buat saya
kedisplinan, saya ngga suka
kalo ada anggota yang males-
malesan dateng ke rapat bulanan
dan kegiatan-kegiatan lainnya,
ada satu anggota kita yang
kurang partisipasi dan tidak
disiplin untuk ikut rapat bulanan
maupun kegiatan-kegiatan lain.
Akhirnya kami memutuskan
untukmengeluarkan anggota
tersebut. Jadi saat ini anggota
kami hanya 20 orang.
123
Menurut anda bagaimana
penilaian masyarakat
terhadap Pokdakan Curug
Jaya I?
Kalo saya lihat dari partisipasi
masyarakat sini buat kerjasama
bikin kegiatan sama kita
maupun antusias masyarakat
sini juga lumayan banyak yang
mau belajar berbisnis budidaya
ikan, saya rasa masyarakat
menilai Pokdakan Curug Jaya I
sebagai sebuah kelompok yang
positif lah. Karena bagi saya
Selama tujuan dan kegiatan kita
positif bagi masyarakat dan juga
selalu membangun komunikasi
yang baik sama masyarakat,
Insha Allah mereka menilai
kelompok ini sebagai kelompok
yang membawa sesuatu yang
positif buat mereka.
Apa yang anda harapkan
dengan dibentuknya
Pokdakan Curug Jaya I?
Kalo harapan saya si yang
penting Pokdakan Curug Jaya I
dapat terus berkembang
bersama masyarakat sekitar dan
Insha Allah dengan adanya
kelompok ini bisa membantu
masyarakat buat ngembangin
usaha ikan mereka dan dapat
124
menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan kesejahteraan
mereka.
Peneliti Informan
125
Wawancara II : Informan Ketua Kelompok
Hari dan Tanggal :Senin, 11 Juni 2018
Nama : Ahmad
Jabatan : Ketua Pokdakan curug Jaya I (Priode
2015-sekarang)
Bagaimana pemberdayaan
menurut anda?
Kalo menurut saya
pemberdayaan itu kita belajar
supaya bisa ningkatin
kemampuan yang kita punya,
ya walaupun kita cuma bisa
ngerawatin ikan kalo itu kita
pelajarin, tekunin dan kita tau
nih ngejualnya kemana Insha
Allah bisa bantu nyejahteraan
kita. Intinya mah kan kita bisa
sejahtera lewat usaha dan
kemampuan kita sendiri.
Bagaimana proses
pemberdayaan yang dilakukan
Pokdakan Curug Jaya I?
Kalo proses pemberdayaan
yang kita lakukan awalnya para
pembudidaya diundang oleh
Pak rody buat kumpul sesama
pembudidaya ikan itu di awal
tahun 2006.dalam kumpul
tersebut ada 21 orang
126
pembudidaya ikan disekitar
Curug yang datang. Di kumpul
ini Pak Rody ingin mengajak
masyarakat untuk bikin
kelompok sesama pembudidaya
ikan hias tetra. tujuannya
dibuatnya kelompok ini karena
dia ingin membuat satu
kesatuan usaha yang memiliki
produksi ikan yang berkualitas
dan dalam jumlah yang banyak.
Karena dengan cara ini
diharapkan kita bisa memiliki
konsumen. Akhirnya kami
sepakat untuk membuat sebuah
kelompok. Kegiatan pertama
kita yaitu Rapat bulanan yang
diwajibkan untuk seluruh
anggota Pokdakan, sesuai
kesepakatan, rapat tersebut
diadakan di minggu kedua
setiap bulannya. Selanjutnya
kita ada kegiatan-kegiatan
budidaya. Pada awal Pokdakan
berdiri kita belum memeilki
secretariat, jadi sarana untuk
127
berkumpul kita masih dirumah
Pak Rody. Pemberdayaan itu
kita sepakati kegiatan-kegiatan
budidaya apa yang akan kita
lakukan di Pokdakan ini,
akhirnya kita sepakati bahwa
kegiatan-kegiatan yang akan
kita lakukan harus bertujuan
untuk kesama rataan
kemampuan setiap anggotanya
dalam membudidaya ikan.
kegiatan-kegiatan tersebut
mencakup mulai dari
pemijahan, pemeliharaan larva
dan benih, pembesaran,
penyeleksian ikan dan
pengemasan ikan. Saya dan
Pak Rody melakukan
pembinaan dan pengawasan di
rapat bulanan dan datang
langsung ke budidaya anggota-
anggota kami.
Apakah tujuan pemberdayaan
yang dilakukan oleh Pokdakan
Curug Jaya?
Tujuan pemberdayaan yang
kita lakukan adalah agar
masyarakat punya kemauan
dan kemampuan buat
128
manfaatin peluang yang kita
punya, air yang kita punya
bagus, orang yang ngerti
budidaya kita punya dan
pemerintah juga mendukung
program ini. Jadi, kita berusaha
buat fasilitasin masyarakat
yang mau fokus di budidaya
ikan tetra. Dengan usaha yang
kita lakuin semoga masyarakat
mampu ningkatin kejayaannya
dan ekonominya dengan
kemampuannya sendiri.
Apakah capaian yang sudah
terlaksana dari pemberdayaan
tersebut?
Tujuan utama kami adalah
meningkatkan kejayaan dan
kesejahteraan kami dengan
memaksimalkan kemampuan
dan peluang yang kami miliki.
Saat ini capaian terbesar kami
adalah kami mampu
memproduksi ikan hias tetra
dalam jumlah yang besar dan
kualitas ikan kami merupakan
kualitas unggulan, setiap
bulannya kami mampu
meproduksi 400.000-500.000
129
ekor ikan. bagi kami hasil ini
merupakan wujud nyata bahwa
saat ini para anggota dan mitra
kelompok sudah memiliki
kemampuan dalam
memproduksi ikan hias
berkualitas. Seperti sangat
memperhatikan kualitas
air,pakan, dan menjaga
kesehatan ikan daari jamur dan
bakteri. Saat ini kami sudah
bekerjasama dengan eksportir
dari berbagai daerah. Seperti
CV Indopisces Exotica di
Cinangka-Depok, PT
Indotropica Agung Lestari di
Bekasi, serta kita juga bekerja
sama dengan Supplyer-
supplyer ikan hias di
Jabodetabek dan di Surabaya.
Selain capaian produksi kita
juga pernah mendapat
beberapa kali juara. Pada tahun
2009 kita memenangi lomba
kinerja kelompok pembudidaya
perikanan tingkat kota Depok.
130
Selanjutnya pada tahun 2010
kita menjadi kelompok
pembudidaya ikan hias terbaik
tingkat Provinsi Jawa Barat,
dan kemudian pada bulan
Desember 2010 alhamdulillah
kita dapat penghargaan
AdiBakti Mina Bahari dari
Menteri Kelautan dan
Perikanan sebagai juara I
Bidang Perikanan Budidaya
Kategori ikan hias yang
merupakan penghargaan
puncak tingkat nasional. Kalo
kata bapak ketua Penyuluh
Pertanian dan Perikanan Kota
Depok yang menjadi salah satu
tim penilai lomba tersebut
Pokdakan ini terpilih jadi juara
salah satunya karena Pokdakan
Curug Jaya I memiliki
kepedulian sosial yang tinggi
dan sistem penjualan satu pintu
kita yang baik.
Apakah faktor penghambat dan
faktor pendukung dalam
Karena keterbatasan
pengetahuan yang kita miliki
131
pemberdayaan tersebut? sering kali kami menghadapi
hambatan-hambatan baik di
internal maupun eksternal
kelompok. Hambatan di
internal kelompok kami adalah
kurang nya kemampuan kami
dalam mendata keuangan kami,
padahal pada tahun 2010 kami
sudah di bantu untuk
pencatatan pendapatan dan
pengeluaran kelompok, namun
sampai saat ini blum berjalan
maksimal atau belum rapih lah.
Untuk hambatan eksternal kami
terutama dalam
mengembangkan konsumen
yang kami miliki, karena
bermunculan beberapa
kelompok sejenis Pokdakan
Curug Jaya I, sehingga
persaingan kami semakin besar.
Faktor pengukung yang
membuat Pokdakan Curug Jaya
I sampai saat ini masih bisa
bertahan karena kekeluargaan
yang kami bangun sesama
132
anggota kelompok. Jadi,
dengan adanya kekeluargaan
ini anggota kelompok saling
membantu dalam
mengembangkan usaha mereka
dan berpartisipasi aktif dalam
mensukseskan program-
program kelompok.
Bagaimana anda memecahkan
masalah yang tengah dihadapi
oleh kelompok?
Permasalahan di suatu
kumpulan atau organisasi pasti
ada yah. Debat sesama anggota,
ngerasa dibeda-bedain lah
pernah kita alamin itu. disinilah
pentingnya kita kumpul
perbulan, kita keluarin dah
semua keluh kesah kita, kita
bahas capain program kita udah
sampe mana dan kita jabarin
harapan kedepan kita mau kaya
gimana. Yang menjadi
permasalahan di dalam
kelompok ini kita omongin,
kita cari jalan keluarnya
bersama dan timbulah
kebijakan-kebijakan dengan
tujuan kelompok ini bisa
133
berjalan sesuai dengan
kesepakatan bersama.
Bagaimana partisipasi anggota
kelompok dalam
mengembangkan kelompok?
Untuk membangun suatu
kelompok yang kuat bagi saya
itu bisa terjadi kalo kerjasama
antara pengurus dan anggota
kelompok bagus. Rapat
bulanan anggota yang
mewajibkan setiap anggota
kelompok hadir adalah salah
satu sarana untuk membangun
komunikasi kita, baik antara
pengurus dan anggota maupun
sesama anggota. Dalam rapat
bulanan ini segala keputusan
dan kebijakan merupakan
kesepakatan bersama bukan
keputusan ketua kelompok. Ya
intinya berkembangnya
Pokdakan Curug jaya I ini tidak
bisa lepas dari partisipasi aktif
para anggota kita. Keanggotan
kita memang terbatas tapi kita
punya 54 orang pembudidaya
yang menjadi mitra kelompok
kita. Jadi bagi masyarakat yang
134
mau belajar jadi pembudidaya
ikan itu kami ajarin prakteknya
dengan bekerja di budidaya
milik anggota-anggota kami.
tapi mereka tetep dibayar
dengan cara bagi hasil pas
panen. Pembagiannya itu kita
bagi rata, dari panen produksi
dikurang biaya operasional
selama sebulan, baru deh
sisanya 50 persen buat yang
punya budidaya atau anggota
kelompok nah yang 50 persen
lagi buat karyawan. Memang
lumayan besar yah tapi kami
menggagap bagi hasil itu bisa
dijadikan modal bagi karyawan
tersebut untuk membuka
usahanya sendiri.
Apakah harapan anda untuk
kedepannya?
Harapan saya buat Pokdakan
Curug Jaya I kedepannya
semoga tetep kompak buat
sama-sama ngebangun
Pokdakan ini sesuai dengan
tujuan kita bersama, bisa lebih
baik lagi buat ngasih manfaat
135
masyarakat sini. dan semoga
usaha ini bisa lebih stabil lagi,
ngasih yang terbaik buat
konsumen supaya kita dapat
ngembangin usaha ini lebih
luas lagi.
Peneliti Informan
136
Wawancara III : Informan Anggota Kelompok
Hari dan Tanggal : Minggu, 24 Juni 2018
Nama : Faisal
Jabatan : Anggota kelompok
Sejak kapan anda menjadi
anggota Pokdakan Curug Jaya
I?
Kalo buat mulai budidaya ikan
kurang lebih awal tahun 2005,
tapi kalo ikut di Pokdakan ya
pas Pokdakan berdiri yaitu pada
bulan Mei 2006. Awalnya saya
belajar budidaya ikan tetra
diajarin sama Pak rody tapi
sempet vakum karena beberapa
kali saya gagal jadi buat
ngumpulin modalnya lagi susah.
Pas Pak rody ngajakin bikin
kelompok itu sekitar awal tahun
2006, saya tertarik buat ikut.
Yang saya pikirin waktu itu ya
semoga usaha saya bisa berjalan
lagi dan berhasilah buat
ngembang biakin ikan. Ya
biarpun Cuma budidaya tapi
menurut saya lumayan susah.
Apakah alasan anda bergabung Alasan saya bergabung dengan
137
dengan Pokdakan curug jaya
I?
Pokdakan Curug Jaya I karena
saya ingin mengembangkan
usaha saya secara kelompok.
Saya rasa kita sebagai
pembudidaya ikan hias tetra
memiliki permasalahan yang
sama, yaitu kurangnya
pengetahuan khusus kita cara
membudidaya ikan, kurangnya
jaringan kita untuk
mendapatkan konsumen dan
dengan permasalahan yang
lumayan rumit kita sebagai
sesama pembudidaya bersaing
untuk mendapatkan konsumen.
Jadi, pas saya diundang sama
Pak Rody buat bahas
permasalahan kita dan dia juga
menjelaskan tujuan
dibuatkannya kelompok saya
sangat tertarik. Karena dengan
kelompok ini kita memiliki
wadah untuk bertukar pikiran,
dan pengetahuan kita.
Berapa modal awal yang anda
butuhkan atau keluarkan?
Biaya yang saya keluarkan
untuk memulai usaha budidaya
138
ikan tetra kurang lebih 10-15
jutaan. Memang lumayan besar
sih tapi namanya usaha ya harus
berani ngeluarin modal.
Apakah faktor penghambat
selama anda berada di
Pokdakan Curug Jaya I?
Hambatan saya selama menjadi
anggota Pokdakan Curug Jaya I
ya mungkin hambatan hampir
semua anggota yah pencatatan
keuangan saya masih belum
bisa tersusun rapih. Jadi untuk
pengeluaran dan pemasukan itu
kita manage masing-masing.
Bagaimana cara anda
mengatasi hambatan tersebut?
Cara saya sih paling pas panen
biaya untuk panen produksi
saya sisihin pertama kali ya
untuk pengelolaan kedepannya.
Sisanya baru saya sisihin buat
kebutuhan sehari-hari dan
sisanya saya tabung.
Bagaimana peran kelompok
ketika anda mengalami
hambatan?
Ya kalo untuk masalah ini
menurut saya peran dari
kelompok juga masih kurang
yah. Pokdakan juga pernah
dapat bantuan dari Dinas
Pertanian dan Perikanan Kota
Depok, tapi sampe sekarang pun
139
data pengeluaran dan
pemasukan kelompok maupun
anggota-anggota masih belum
tersusun rapih.
Apakah harapan dan saran
anda terhadap Pokdakan
Curug Jaya I?
Saran saya agar pencatatan data
dan keuangan yang dilakukan
oleh kelompok bisa lebih rapih
lagi. Karena sampai saat ini
baik kelompok maupun masing-
masing anggota belum mampu
membuat pencatatan pemasukan
dan pengeluaran dengan rapih.
Kalo harapan saya sih semoga
Pokdakan bisa bertahan di
keadaan apapun, ya namanya
produksi ikan gini kan kita juga
agak was was takutnya
musiman doang, tapi
alhamdulillah lebih dari 10
tahun kita masih bertahan dan
berkembang. Selain itu saya
pengen budidaya ini lebih
dikenal lagi sama masyarakat
lokal karena menurut saya
sangat menjanjikan kalo di
tekuni, itu aja sih.
140
Peneliti Informan
141
Wawancara IV : Informan Anggota Kelompok
Hari dan Tanggal : Rabu, 20 Juni 2018
Nama : Marjaya
Jabatan : Anggota Kelompok
Sejak kapan anda menjadi
anggota Pokdakan Curug Jaya
I?
Saya gabung sama kelompok
dari awal berdiri juga udah
gabung, karena kan waktu itu
saya diundang musyawarah
sama pak rody buat ngembangin
usaha kita bareng-bareng.
Apakah alasan anda bergabung
dengan Pokdakan curug jaya
I?
Alasan saya bergabung karena
saya mau ngembangin usaha
saya lewat kelompok ini, karena
kalo saya budidaya sendiri
banyak kendala yang saya harus
hadapin sendirian.
Berapa modal awal yang anda
butuhkan atau keluarkan?
Kalo buat awal bikin budidaya
waktu itu saya sesuain sama
modal yang saya punya kurang
lebih 10 juta lah buat aquarium,
beli bibit sama kebutuhan-
kebutuhan lainnya.
Bagaimana proses
pemberdayaan yang dilakukan
Manfaatnya saya jadi lebih tau
ngembangin usaha yang lebih
142
oleh Pokdakan Curug Jaya I ?
Apakah manfaat yang anda
rasakan?
efektif. Misalnya saya bisa bikin
bibit sendiri karena kita diajarin,
buat kebutuhan usaha saya juga
di Pokdakan ada mini raiser.
Jadi kalo saya butuh apa-apa
buat usaha saya bisa ngutang
dulu bayarnya kan nanti pas
udah panen, nah yang paling
penting saya ngga bingung mau
jual ikan kemana karena
Pokdakan yang ngambil ikan
saya buat di beli sama
konsumen. Selain itu saya juga
bisa ikut kegiatan-kegiatan buat
bantu warga sini, itu jadi
kepuasaan dan kebanggan saya
sendiri sih. Yang awalnya cuma
buat mikirin kebutuhan saya
doang disini saya bisa bantu
masyarakat.
Apakah faktor penghambat
selama anda berada di
Pokdakan Curug Jaya I?
Jujur hambatan buat usaha saya
sebelum masuk Pokdakan itu
banyak banget, apalagi urusan
biaya operasional. Kalo
sekarang si paling karena kan
namanya usaha ya kadang
143
permintaan tinggi kadang
kurang. Masih wajar sih yang
penting bisa management
keuntungan kita aja.
Bagaimana cara anda
mengatasi hambatan tersebut?
Ya kurang lebih kaya yang saya
bilang diatas, permasalahan
kaya gitu kan emang kita rasain
dan cari jalan keluar bareng-
bareng ya, jadi sebisa mungkin
saya management keuntungan
dan kebutuhan usaha saya.
Bagaimana peran kelompok
ketika anda mengalami
hambatan?
peran dari kelompok kalo kita
lagi ada hambatan operasional
kan udah ada mini raiser. Nah
kalo buat permaslahan turun
naiknya konsumen ya pengurus
ngejelasin ke kita buat
management keuntungan kita.
Misalnya ada kebijakan kita
bisa ngambil keuntungan 50
persen buat kita 50 persen buat
orang yang kerja sama kita, itu
sebelumnya udah dikurangin
sama biaya produksi. nah, kalo
lagi kurang konsumen kan biaya
produksi kita tetep tuh,
144
mangkanya Pokdakan
ngebolehin kita buat dapet 60
persen dari keuntungan
produksi tapi buat orang yang
kerja sama kita itu Cuma 40
persen. Selain itu, Pokdakan
kan sekarang udah punya
kerjasama yah sama beberapa
perusahaan yang jadi mitra kita,
jadi kita bisa ngukur harus
produksi ikan seberapa banyak.
Apakah harapan dan saran
anda terhadap Pokdakan Curug
Jaya I?
Saran saya sih supaya Pokdakan
bisa lebih inovatif dalam
melakukan kegiatan-kegiatan
baik itu kegiatan untuk anggota
maupun untuk masyarakat. kalo
untuk harapan saya kedepannya
supaya konsumen yang kita
udah punya bisa terus kerja
sama dengan kita, kan sekarang
posisi Pokdakan cuma supplyer
semoga kedepannya bisa jadi
eksportir ya walaupun kita
sama-sama tau kalo
kemungkinannya kecil. Jaya
terus lah buat Pokdakan buat
145
sama-sama wujudin tujuan dan
harapan kita.
Peneliti Informan
146
Wawancara V : Tanggapan masyarakat terhadap
Pokdakan Curug Jaya I
Hari dan Tanggal : Minggu, 8 Juli 2018
Nama : H. Jayadi
Jabatan : Masyarakat (Ketua RW O8 Kelurahan
Curug, Kecamatan Bojong Sari)
Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
Pokdakan Curug Jaya I?
Menurut saya Pokdakan curug
Jaya I sangat bermanfaat bagi
warga sini, karena dengan
adanya kelompok ini para
pembudidaya memiliki sarana
untuk mengembangkan usaha
mereka bersama-sama. Yang
saya rasakan sekarang
masyarakat mulai mendapatkan
solusi untuk meningkatkan
keadaan ekonomi mereka
dengan menekuni budidaya ikan
tersebut. Awalnya hanya ada
beberapa warga saja yang
nekunin budidaya ikan, karena
Rody kasih tau dan ngajarin kita
Bagaimana partisipasi
kelompok dalam kegiatan
Saya bisa bilang aktif sih kalo
buat partisipasi mereka. Waktu
147
yang dilakukan warga? itu pokdakan pernah ngasih
bantuan buat pembangunan
musholla, pengaspalan jalan
juga waktu itu kita dibantu
financial. Ya karena sebagian
besar mereka juga warga sini ya
kalo buat kerja bakti, gotong-
royong itu mah udah pasti
mereka pada ikut bantuin.
Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh Pokdakan
Curug Jaya I?
Pokdakan ini kan memang
anggotanya ya masyarakat sini
yah, jadi mereka udah pasti
ngajak dan ngelibatin
masyarakat sini buat ikut dan
bantuin kegiatan-kegiatan
mereka. Yah sasaran Pokdakan
juga kan buat bantu masyarakat
sini lebih baik lah, baik itu
ekonominya atau
pengetahuannya. Jadi, ya
menurut saya sih mereka terbuka
lah buat siapa aja yang mau
belajar sama mereka dibantu,
masyarakat yang udah bisa ya
ikut bantu ngedampingin yang
belum bisa.
148
Apakah Pokdakan Curug Jaya
I pernah memberikan program
atau kegiatan dalam bentuk
pelatihan untuk warga sekitar?
Kalo kegiatan pelatihan gitu
mungkin ada ya beberapa kali
yang diadakan di Pokdakan.
Yang saya tahu si kalo buat
pelatihan gitu mereka lebih
sering buat praktek langsung di
pembudidayanya. Di RW sini
juga ada budidaya buat yatim
sini. waktu itu kita musyawarah
buat penempatan lokasi
budidaya nya. Pokdakan ngasih
semua kebutuhan operasional,
warga yg udah bisa diminta buat
ngajarin warga sini cara budiaya
nya gimana tapi tetep
didampingin sama orang
Pokdakan. Kalo buat
pengeloalan keuntungan, siapa
aja yg bakal jadi pekerja itu
mereka serahin ke pihak RW.
Setau saya si program semacem
gini sekarang udah ada di 3 RW.
Apakah masyarakat memiliki
kritik,saran atau harapan
kedepan unuk Pokdakan
Curug Jaya I?
kalo kritik sih saya agak bingung
yah, mungkin saran dan harapan
saya sih Pokdakan nih lebih bisa
merangkul anak-anak muda sini
149
buat ikut kegiatan-kegiatan
positif, dari pada mereka
nongkrong-nongkrong kan lebih
baik belajar berbisnis yah. Ya
saya sih pengennya pemuda sini
dapet kerjaan yang bagus tapi
kalo di daerah kita ada peluang
ya kita manfaatin. Anak muda
juga kan pemikirannya lebih
modern lah, siapa tau mereka
ngasih inovasi buat Pokdakan.
Peneliti Informan
150
Hasil Observasi
N0 Tanggal Kegiatan Tempat
1 10
November
2017
Berkujung ke miniraiser dan
sekretariat Pokdakan Curug
Jaya I untuk mengamati
budidaya ikan hias tetra,
sekaligus berbincang dengan
pengurus miniraiser.
Sekaligus meminta ijin
melakukan penelitian dengan
Pak Ahmad selaku ketua
Kelompok
Sekretariat
Pokdakan
2 11 Juni
2018
Berkunjung kerumah Pak
Ahmad sebagai ketua
Pokdakan, kemudian
berbincang-bincang
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan oleh
Pokdakan Curug Jaya I.
Rumah Pak Ahmad
3 4 Juni
2018
Berkunjung kerumah Pak
Rody sebagai pendiri
kelompok untuk melakukan
wawancara terkait sejarah
berdirinya Pokdakan, proses
pemberdayaan yang
dilakukan Pokdakan dan
peran yang Pak Rody
lakukan.
Rumah Pak Rody
151
4 20 Juni
2018
Berkujung kerumah Pak
Marjaya sebagai anggota
Pokdakan Curug Jaya I untuk
melakukan wawancara
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan Pokdakan
Curug Jaya I yang beliau
rasakan.
Rumah Pak
Marjaya
5 24 Juni
2018
Berkunjung kerumah Pak
Faisal sebagai anggota
Pokdakan Curug Jaya I untuk
melakukan wawancara
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan Pokdakan
Curug Jaya I yang beliau
rasakan.
Rumah Pak Faisal
6 8 Juli 2018 Berkunjung kerumah Pak
H.Jayadi selaku ketua RW 08
untuk melakukan wawancara
terkait peran yang dilakukan
Pokdakan Curug Jaya I
terhadap masyarakat sekitar
Pokdakan.
Saung Yatim RW
08
152
DOKUMENTASI
Pelatihan budidaya ikan hias yang diadakan oleh Pokdakan Curug
Jaya I bersama dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Depok
Rapat Bulanan Anggota Kelompok
153
Mini Raiser Kelompok
154
Budidaya Milik Salah Satu Anggota Kelompok