Upload
ngokhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN LEARNING CYCLE SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA
PENELITIAN KEGIATAN MAHASISWA GAGASAN TERTULIS
(PKM GT)
DI SUSUN OLEH :
1. MUSTARIKHA K 3306021
2. MAR’ATTUS SOLIKHAH K 3307007
3. SYLVIA OCTAVIANTI K 3306011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penulisan : Pembelajaran Problem Solving dan Learning Cycle Sebagai
Upaya Meningkatkan Keterampilan Metakognisi Siswa.
2. Penulis :
1. Nama : 1. Sylvia Octavianti K3306011
2. Mustarikha K3306021
3. Mar’attus Solikhah K3307007
Universitas : Universitas Sebelas Maret
Bidang Penulisan : PKM GT
Dosen Pebimbing : Sri Yamtinah
3. Tulisan ini telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pebimbing
Nurma Yunita, S.Pd
NIP. 132318021
Ketua Kelompok Penulis
Sylvia Octavianti
K3306011
Pembantu Dekan III
Drs. Amir Fuady, M.Hum
NIP. 130890437
Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS
Dra. Kus Sri Martini, M.Si
NIP. 130516315
Surakarta, Februari 2009
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
2
Salah satu cita-cita Nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa
Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan Nasional.
Masa depan dan keunggulan bangsa kita ditentukan oleh keunggulan sumber daya
manusia (SDM) yang dimilikinya, disamping sumber daya alam dan modal. SDM
yang berkualitas tinggi diharapkan secara signifikan dapat menjadi subyek
pembangunan untuk lebih berhasil mengelola sumber daya (resources) bagi
kepentingan kesejahteraan masyarakat. Pada gilirannya adalah upaya bangsa ini
dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya melalui pelaksanaan pembangunan
agar dapat berlangsung efektif.
Sudah saatnya pendidikan Nasional kita dikelola dengan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan watak dan sikap siswa. Oleh karena itulah penulis
mencoba menganalisis metode pembelajaran problem solving dan learning cycle
sebagai metode pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan pola fikir atau watak
siswa dan sikap siswa.
Penulis berharap, dengan sedikit karya ini mudah-mudahan dapat menjadi
masukan bagi semua pihak yang merasa berkepentingan dengan masalah yang sedang
dikaji. Walaupun penlis menyadari masih kurang dan terbatasnya wawasan dan
kemampuan yang penulis miliki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan karya di waktu yang akan datang.
Surakarta, 6 April 2009
\Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Lembar Pengesahan..................................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................iv
Ringkasan..................................................................................................................v
BAB. I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................2
3. Tujuan Masalah........................................................................................2
4. Manfaat Penulisan....................................................................................3
BAB. II Telaah Pustaka
1. Kerangka Teoritik..................................................................................4
1). Telaah Pustaka tentang Problem Solving........................................4
2). Telaah Pustaka tentang Learning Cycle..........................................
3). Telaah Pustaka tentang Keterampilan Metakognisi......................
2. Kerangka Berfikir...................................................................................
BAB. III Metode Penulisan
1. Jenis Data................................................................................................
2. Rancangan Penulisan.............................................................................
3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................
4. Teknik Pengolahan Data........................................................................
5. Teknik Analisis dan Sintesis..................................................................
6. Tenknik Menarik Kesimpulan..............................................................
7. Sistematika Penulisan............................................................................
BAB. IV Pembahasan
1. Indikator Berdasarkan Metode pembelajaran Learning cycle...........
2. Indikator Berdasarkan Metode pembelajaran Problem Solving........
4
BAB. V Penutup
1. Kesimpulan .............................................................................................
2. Saran.........................................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................................................vi
Lampiran....................................................................................................................vii
5
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pembaharuan pendidikan atau inovasi pendidikan adalah konsep yang sering
didengar dalam dunia pendidikan Indonesia. Hal ini pula yang sejak lama sudah
didambakan oleh masyarakat. Usaha ke arah pembaharuan pendidikan dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional dengan berbagai cara, antara lain melalui
pengubahan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman (Fajaroh,
2003). Perubahan kurikulum telah terjadi beberapa kali, dan perubahan paling akhir
adalah sesuai Peraturan Mendiknas ditetapkan kurikulum operasional Tingkat Satuan
Pendidikan atau sekarang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara
efektif, peserta didik (siswa) memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya,
dan produk pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi
masyarakat dan pembangunan bangsa. Selain itu peserta didik berbeda dalam
berbagai hal, terutama intelegensinya. Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan
individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif. Banyak siswa yang prestasi belajarnya kurang bukan
disebabkan oleh kemampuan intelegensi yang belum optimal. Namun hal ini lebih
disebabkan kemampuan berfikir untuk memanfaatkan apa yang mereka ketahui atau
disebut juga dengan kemampuan metakognisi, kurang berkembang.
Oleh karena itu 3 aspek penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang saling
terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking,
dan teaching about thinking harus terus ditumbuhkembangkan sehingga dibutuhkan
metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman berfikir operasional formal
yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai tingkah laku problem solving dan
sebuah konsep pembelajaran sistematik atau sering disebut juga dengan metode
6
pembelajaran learning cycle. Dengan adanya kedua penekanan ini diharapkan siswa
akan dapat mengembangkan keterampilan metakognisinya sehingga menyebabkan
prestasi belajarnya meningkat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana pembelajaran problem
solving dan learning cycle dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan
metakognisi siswa ?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan adalah (a). untuk mengetahui pentingnya pengetahuan
dan keterampilan metakognisi yang berperan dalam peningkatan hasil belajar siswa,
(b). untuk mengetahui metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan metakognisi siswa dan (c). untuk mengkaji penerapan
metode problem solving dan learning cycle sebagai upaya untuk meningkatkan
keterampilan metakognisi siswa.
4. Manfaat Penulisan
Manfaat diadakannya penulisan ini bisa ditinjau dari dua sisi yaitu :
1. Teoritis, yaitu untuk menambah temuan empiris tentang penggunaan
pembelajaran problem solving dan learning cycle untuk peningkatan kemampuan
kognitif siswa.
2. Praktis, yaitu (a). Bagi pendidikan Indonesia diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan refrensi metode pembelajaran dalam pendidikan
Indonesia yang dapat meningkatkan keterampilan metakognisi siswa, (b). Bagi
pembangunan nasional diharapkan dapat mendukung langkah menuju
pembangunan nasional yang relevan dengan perkembangan dunia global, dan (3).
Bagi penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengembangan
pemikiran dalam dunia pendidikan Indonesia.
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Kerangka Teoritik
1. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstuktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita
sendiri ( Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan,
pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu knstruksi kognitif dari kenyataan
yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (siswa). Siswa membentuk
skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk
pengetahuan. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat,
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap kali
terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Menurut Von Glaserfeld dalam Paulinan Panen ( 2005 ) dikemukakan bahwa
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan maka dibutuhkan :
a. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu
siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
b. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan mengenai
persamaan dan perbedaan suatu hal. Hal ini agar siswa dapat menarik hal yang
umum dari pengalaman-pengalaman khusus sehingga dapat membuat klasifikasi
dan mengkonstruksi pengetahuannya.
c. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pengalaman
yang lain, sehingga dapat dijadikan landaan bagi pembentukan pengetahuannya.
Dengan demikian maka guru harus dapat menjembatani kepentingan tersebut,
dan sebagai konsekuensinya guru harus dapat memilih metode-metode pembelajaran
8
yang dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasakan penalaman-
pengalaman belajar yang dilakukannya. Hal tersebut dapat dilakukan jika guru :
a. Membebaskan siswa dari ikatan beban kurikulum dan memperbolehkan siswa
untuk berfokus pada ide-ide menyeluruh.
b. Memberikan wewenang pada siswa untuk mengikuti minatnya, mencari
keterkaitan, mereformulasi ide dan mencapai kesimpulan unik.
c. Berbagi informasi dengan siswa tentang kompleksitas kehidupan yang di
dalamnya terdapat berbagai perspektif dan kebenaran merupakan interpretasi
siswa per siswa. ( Paulina Panen, 2005 )
2. Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah. Jadi aktivitas
problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban
telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Konsep konstruktivisme nampak jelas
menjadi dasar pijakan metode pembelajaran problem solving ini.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
(http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2008/12/25/metode-pembelajaran-efektif-2/)
Problem solving memiliki lima asumsi utama :
a. Permasalahan sebagai pemandu, dalam hal ini permasalahan menjadi acuan
konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan dan materi diberikan sejalan
dengan permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi siswa dalam
mengerjakan tugas.
9
b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, di sini permasalahan diberikan
setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuan utamanya memberikan
kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
dalam memecahkan masalah.
c. Permasalahan sebagai contoh, di sini permasalahan adalah salah satu contoh dan
bagian dari bahan belajar siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan
teori, konsep atau prinsip dan dibahas dalam diskusi antara guru dan siswa.
d. Permasalahan sebagai sarana untuk memfasilitasi terjadinya proses, dalam hal ini
fokusnya adalah kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan
permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan
berpikir kritis.
e. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya
adalah pengembangan ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa.
Ketrampilan tidak diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan dikembangkan
sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah ( Paulina Panen, 2005:86-
87 )
Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu metode
pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme.
3. Pembelajaran Learning Cycle
Salah satu tantangan besar yang dihadapi guru saat ini yakni bagaimana
membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir (thinking skills), melangkah
dari pengalaman konkret ke berpikir abstrak yang dapat menghasilkan “loncatan
intuitif” melalui sebuah desain pembelajaran aktif. Piagetian-based education
mengakui pentingnya menyiapkan lingkungan di mana anak dapat melangkah dari
pengalaman konkret menuju ke menemukan konsep, dan mengaplikasikan konsep.
Mengetahui sebuah objek atau peristiwa, tidak sesederhana melihatnya dan
menggambarkannya. Mengetahui objek berarti berbuat terhadapnya,
10
memodifikasinya, mentransformasi dan memahami proses transformasinya, dan
sebagai konsekuensi dari pemahaman terhadap objek adalah mengkontruksinya.
Pembelajaran meliputi tiga hal utama yaitu fakta, konsep dan nilai. Fakta-fakta
yang dieksplorasi harus dapat dikonseptualisasi untuk melahirkan nilai-nilai yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dengan demikian, ketika anak belajar maka
sesungguhnya diharapkan dapat melatih dan mengembangkan skill belajar (soft skill)
yang meliputi self management skills, thinking skills, research skills, communication
skills, social skills, dan problem solving skills.
Dengan semakin meningkatnya tantangan kehidupan di masa depan, menuntut
pengembangan teori dan siklus belajar secara berkesinambungan. Siklus belajar yang
dikembangkan dalam sebuah sistem pembelajaran menentukan terbentuknya karakter
yang diharapkan pada diri anak. Karakter berpikir yang kreatif dan membebaskan
dapat menjadi modal utama bagi anak untuk menjadi manusia mandiri dalam
kehidupan masa depan yang kompetitif. Proses pembelajaran yang berkarakter,
membiasakan anak belajar dan bekerja terpola dan sistematis, baik secara individual
maupun kelompok dengan lingkungan yang menyediakan ruang bagi anak untuk
berkreasi dan mencipta.
Untuk membentuk karakter kreatif dan produktif menuju terciptanya
kemandirian bagi anak, maka dikembangkan siklus belajar yang meliputi lima aspek
pengalaman belajar sebagai berikut:
1) Exploring, merespon informasi baru, mengeksplorasi fakta-fakta dengan petunjuk
sederhana, melakukan sharing pengetahuan dengan orang lain, atau menggali
informasi dari guru, ahli/pakar atau sumber-sumber yang lain.
2) Planning, menyusun rencana kerja, mengidentifikasi alat dan bahan yang
diperlukan, menentukan langkah-langkah, desain karya dan rencana lainnya.
3) Doing/acting, melakukan percobaan, pengamatan, menemukan, membuat karya
dan melaporkan hasilnya, menyelesaikan masalah.
4) Communicating, mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil percobaan,
pengamatan, penemuan, atau hasil karyanya, sharing dan diskusi.
11
5) Reflecting, mengevaluasi proses dan hasil yang telah dicapai, mencari
kelemahan-kekurangan guna meningkatkan efektivitas perencanaan
Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pembelajar (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-
tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan
jalan berperanan aktif. Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi
(exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep
(concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988).
a. Fase exploration
Pada tahap eksplorasi, pembelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca
inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan
fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain.
b. Fase concept introduction / Expalanation
Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan
mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi.
c. Fase concept application (elaboration)
Siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-
kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti
dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi
dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap
konsep-konsep yang dipelajari. Metode pembelajaran problem solving akan dapat
berhasil dengan baik jika diterapkan bersama-sama dengan metode learning cycle.
Paduan kedua metode ini akan membawa siswa mencapai pengetahuannya dengan
cara-cara yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme.
12
4. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Flavell & Brown (Veenman, 2006) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya.
Namun belakangan ini, perbedaan paling umum dalam metakognisi adalah
memisahkan pengetahuan metakognisi dari keterampilan metakognisi. Pengetahuan
metakognisi mengacu kepada pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan kondisional seseorang pada penyelesaian masalah (Brown & DeLoache,
1978; Veenman, 2006). Sedangkan keterampilan metakognisi mengacu kepada
keterampilan prediksi (prediction skills), keterampilan perencanaan (planning skills),
keterampilan monitroring (monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation
skills).
Pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas sangat
beragam, namun pada hakekatnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir
seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Keterampilan metakognisi berkaitan
dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring,
dan keterampilan evaluasi.
Model problem solving dan learning cycle adalah alternatif model pembelajaran
inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Esensi dari
model pembelajaran tersebut adalah adanya reorientasi pembelajaran dari semula
berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Model problem solving dan
learning cycle memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam
aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks
kehidupan dunia nyata yang kompleks.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran pembelajaran problem solving dan learning cycle adalah
sebagai upaya meningkatkan keterampilan metakognisi siswa.
13
Keterangan :
Keterampilan metakognisi siswa merupakan keterampilan berfikir dalam
berfikir, dimana peserta didik tahu dan paham akan kemampuan dirinya sendiri.
Sehingga peserta didik dapat mengatur atau memanajemen dirinya sendiri dimana hal
ini akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Dari bagan kerangka berpikir tersebut
dapat ditunjukkan bagaimana metode pembelajaran problem solving dan learning
cycle dapat meningkatkan keterampilan metakognisi siswa yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan harapan KTSP.
14
BAB. III
METODE PENULISAN
A. Jenis Data
Jenis data, fakta atau informasi primer yang dikumpulkan berasal dari jurnal
ilmiah, komunikasi pribadi dan focus group discussion (FGD). Data sekunder berupa
buku, majalah atau lainnya. Beberapa artikel ilmiah ditelusur dengan menggunakan
jasa penelusuran, yaitu melalui Google, sedangkan sebagian besar artikel ilmiah
diperoleh dari internet.
B. Rancangan Penulisan
Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan
berdasarkan topik tulisan yang diangkat. Berdasarkan kerangka tulisan itulah
kemudian data dikumpulkan, disarikan, disusun, diolah, dan ditafsirkan. Hasil tafsiran
kemudian dianalisis dan disintesis yang kemudian dihasilkan simpulan. Hasil analisis
dan síntesis ini berupa gagasan baru untuk memecahkan permasalahan yang
ditemukan dalam literatur.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari sumber-sumber bacaan berupa jurnal, majalah, buku,
artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber-sumber lain yang relevan
dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan informasi dicari dan
diidentifikasi. Data diseleksi, yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan dari yang
tidak sesuai. Data yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan berdasarkan
kesesuaiannya dengan sub-sub judul dalam kerangka tulisan.
15
D. Teknik Pengolahan Data
Data, fakta atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis
deskriptif dalam bentuk teks. Data yang telah diolah kemudian ditafsirkan dengan
menggunakan metode analisis isi.
E. Teknik Analisis dan Síntesis
Analisis dilakukan dengan cara membandingkan intisari-intisari sumber bacaan
sebagai hasil pengolahan dan penafsiran data, fakta atau informasi. Pada tahapan ini,
dibandingkan pula antara data yang tersedia dengan teori-teori yang relevan.
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka diungkap permasalahan-
permasalahan, kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan atau manfaat-manfaatnya.
Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dicari alternatif pemecahannya. Disini,
penulis juga mengemukakan argumentasi untuk mendukung alternatif pemecahan
masalah yang penulis kemukakan.
F. Teknik Penarikan Kesimpulan
Simpulan dibuat dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu menarik
simpulan dari preposisi-preposisi yang khusus yang kemudian digeneralisasikan.
Saran atau rekomendasi dibuat berdasarkan hasil simpulan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: a) halaman judul,
b) halaman pengesahan, c) kata pengantar, d) ringkasan, e) pendahuluan, f) telaah
pustaka, g) metode penulisan, h) pembahasan, i) penutup, j) daftar pustaka, k)
lampiran.
16
BAB. IV
ANALISIS DAN SINTESIS
Pendidikan adalah proses yang sangat kompleks, keberhasilan terselenggaranya
suatu proses pendidikan di pengaruhi oleh tiga (3) faktor. Pertama Raw input,
Environmental input, dan Instrumental input. Artinya untuk menghasilkan suatu
lulusan, maka hasil dari output lulusan tersebut sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor
tersebut. Raw input berhubungan dengan masukan bahan mentah. Dalam hal ini yang
dimaksud bahan mentah adalah siswa sebagai subyek dan obyek pembelajar.
Environmental input berkaitan dengan faktor lingkungan dimana siswa tersebut
melakukan proses belajar. Wujudnya bisa berupa lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis. Baik lingkungan sekolah, masyarakat maupun lingkungan
keluarga. Faktor ketiga adalah Instrumental input yaitu berkaitan dengan sarana-
sarana pendukung seperti adanya guru, fasilitas dan sarana pendukung lainnya.
Keterampilan metakognisi merupakan bagian yang menjadi faktor keberhasilan
pencapaian prestasi belajar siswa sebagai persiapan output pembelajaran.
keterampilan metakognisi ini erat hubungannya dengan environmental input.
Keterampilan ini bergantung pada pengalaman berfikir siswa sebagai faktor
psikologis dalam menghadapi pemasalahan-permasalahan pembelajaran yang muncul
dari lingkungan.
Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi ini dapat dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut : (a). Kenalan, yaitu siswa dikenalkan pada materi
pelajaran yang mana akan menimbulkan keingintahuan siswa terhadap pelajaran, (b).
Ajar, yaitu menyatakan cara untuk memperoleh keterampilan dari materi pelajaran
dengan memberikan urutan langkah-langkah tertentu dan apa yang harus dilakukan
dalam setiap langkah, (c). Demonstrasi, menunjukkan keterampilan yang diperoleh
dari proses ajar dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan merujuk dari contoh
tertentu, (d). Aplikasi, mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh dalam
17
kehidupan sehari-hari, (e). Refleksi, siswa merefleksi tentang keterampilan yang
digunakan.
Dan metode pembelajaran yang tepat untuk merefleksikan tahapan-tahapan
tersebut yaitu metode pembelajaran learning cycle dan problem solving .
A. Analisis Berdasarkan Metode Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan sebuah permasalahan yang setiap
peserta didik wajib memecahkan permasalahan tersebut untuk mencapai suatu proses
belajar yang optimal dan prestasi belajar yang terbaik. Sehubungan dengan hal ini
problem solving merupakan metode pembelajaran yang tepat.
Metode pembelajaran problem solving memiliki sejumlah karateristik yang
membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu 1) pembelajaran
bersifat student centered, 2) pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, 3)
dosen atau guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, 4) masalah menjadi fokus
dan merupakan sarana untuk mengembangkan ketrampilan problem solving, 5)
informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).
Problem solving memiliki tahapan-tahapan pembelajaran mulai dari
mengidentifikasi masalah, menentukan altenatif solusi, menganalisis masing-masing
solusi dan berbagai kemungkinannya, memilih solusi, mengimplementasikan solusi
tersebut dan pada akhirnya mengevaluasi hasil yang ditimbulkan oleh solusi itu. Dari
tahap-tahap inilah maka siswa dituntut untuk berfikir secara sistematis, aktif, dan
solutif .
Problem solving sangat berhubungan dengan pembelajaran learning cycle.
Hanya saja problem solving lebih menekankan pada solusi yang solutif dari
permasalahan riil yang terjadi. Dengan kata lain pembelajaran problem solving dapat
menguji kesadaran berfikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri yang sering
disebut dengan keterampilan metakognisi. Dimana hal ini dapat meningkatkan
prestasi belajar.
18
B. Analisis Berdasarkan Metode pembelajaran learning cycle
Tahap-tahap pembelajaran learning cycle terbagi menjadi 3 fase yaitu Fase
exploration, yang diharapkan dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam struktur
mental siswa (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level
reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana.
Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan
siswa untuk menempuh fase kedua yaitu fase concept introduction / Expalanation.
Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep
yang telah dimiliki pembelajar dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka
dan berdiskusi. Dan pada fase terakhir yaitu fase concept application (elaboration),
siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti
problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau
melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena pembelajar mengetahui penerapan
nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Dari tahapan-tahapan diatas menunjukan bahwa proses pembelajaran learning
cycle merupakan cerminan dari tahapan-tahapan yang dapat meningkatkan
keterampilan metakognisi. Tahapan exploration merupakan wujud dari kenalan,
tahapan concept introduction / Expalanation merupakan ajar dan demonstrasi
sedangkan pada tahapan concept application (elaboration) adalah tahap aplikasi dan
refleksi. Sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
19
BAB. V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengetahuan dan keterampilan metakognisi sangat penting untuk ditingkatkan,
karena keterampilan metakognisi berperan dalam keberhasilan siswa mencapai
prestasinya.
2. Guru perlu terus belajar untuk menemukan metode-metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan ketrampilan metakognisi siswa, di antaranya metode
problem solving dan learning cycle.
3. Pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan metakognisi
siswa karena siswa diajak untuk selalu berpikir mandiri dalam mencari solusi
sebuah permasalahan. Pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan
keterampilan metakognisi siswa karena pembelajaran merupakan cerminan dari
tahapan-tahapan proses berpikir mandiri, kreatif dan aktif. Paduan keduanya
akan membawa keberhasilan meningkatkan ketrampilan metakognisi dan pada
gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memiliki beberapa saran dan
rekomendasi hal-hal sebagai berikut :
1. Kurikulum pendidikan di Indonesia seharusnya lebih memperhatikan
keterampilan metakognisi siswa.
2. Pendidik diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang menekankan
pada pengalaman berpikir operasional formal.
20
LAMPIRAN
Curiculum Vitae
A. Penulis 1
1. Nama Lengkap : Sylvia Octavianti
2. NIM : K 3306011
3. Tempat, Tanggal Lahir : Muara Enim, 05 Oktober 1988
4. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Riwayat Organisasi :
a. Staff Departemen Luar Negeri BEM FKIP UNS Tahun 2006-2007
b. Kepala Divisi Informasi dan Penerbitan BEM FKIP UNS Tahun
2007-2008
c. Kepala Deputi Riset BEM UNS tahun 2008-2009
6. Karya Tulis Yang Pernah di Buat :
a. Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Tahu (di tulis tahun 2008).
b. Sistem Pendidikan Multi Dimensi Menuju Indonesia Yang
Bermartabat, Berilmu Dan Berahlak Mulia Dalam Rangka
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Untuk Mendukung Pembangunan
Nasional (Ditulis tahun 2009).
7. Pengalaman Penelitian :
a. Ketua Pelaksanaan Penelitian yang diadakan oleh Riset BEM UNS
tahun 2008 dengan judul : ” Relokasi PKL (Pedagang Kaki Lima) di
Wilayah Kampus UNS ”.
b. Penanggung Jawab Pelaksanaan penelitian yang diadakan oleh Riset
BEM UNS tahun 2009 dengan judul : ” Penelitian Pemilu dan Caleg
Terpuji tahun 2009”.
B. Penulis 2
1. Nama Lengkap : Mustarikha
2. NIM : K 3306021
3. Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 03 Juli 1989
21
4. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Riwayat Organisasi :
a.Staff Departemen Dalam Negeri BEM FKIP UNS Tahun 2006-2007
b. Kepala Divisi Kebijakan Kampus BEM FKIP UNS Tahun 2007-2008
c.Kepala Komisi Kelembagaan dan Organisasi DEMA FKIP UNS tahun
2008-2009
6. Karya Tulis Yang Pernah di Buat :
Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Tahu (di tulis tahun 2008).
C. Penulis 3
1. Nama Lengkap : Mar’attus Solikhah
2. NIM : K 3307007
3. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 26 Agustus 1989
4. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Riwayat Organisasi :
a. Staff Departemen Luar Negeri BEM FKIP UNS Tahun 2007-2008
b. Kordinator LSP BEM FKIP UNS Tahun 2008-2009
6. Karya Tulis Yang Pernah di Buat :
a. Pemanfatan Biji Buah Trembesi Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan
Tempe di Desa Eromoko Kabupaten Wonogiri (2009)
b. Pembuatan Nugget dari bahan ampas tahu
D. Pembimbing
1. Nama Lengkap dan Gelar Akademik : Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd1. Tempat dan Tgl Lahir : Surakarta, 4 Desember 19692. Jenis Kelamin : Perempuan3. Fakultas/Jurusan/Program Studi : KIP/P.MIPA- Kimia4. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda / III-a / 132 308 8715. Bidang keahlian : a. Pendidikan Kimia
b. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
6. Tahun gelar Akademik Terakhir : 19997. Alamat kantor : Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126
22
a. Telepon/Faksimili : 0271-646994 Psw. 376 / 0271- 648939
b. E-mail : [email protected]. Alamat Rumah : Ngronggah RT 03 RW 12
Sanggrahan Grogol Sukoharjoa. Telepon/Faksimili : 081-329 214 728
9. Pengalaman Riset:
No. Judul Riset Tahun
1. Peningkatan Kualitas Proses Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Metode STAD Disertai Media VCD ( Ketua, DIPA PNBP UNS)
2008
2. Penerapan Metode Cooperative Learning Model STAD disertai Collective Responsibility Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa ( Ketua, PDM)
2008
3. Kesiapan guru-guru IPA SMP dan MTs Menghadapi Masuknya Materi Kimia dalam Mata Pelajaran IPA di SMP dan MTs se-Kota Surakarta dalam Penerapan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (anggota, PDM)
2008
4. Studi Pembuatan Minyak Kelapa secara Fermentasi Menggunakan Agar-agar sebagai Fase Amobil (penelitian Dosen Muda, anggota peneliti)
2007
5. Persepsi Mahasiswa P.MIPA FKIP UNS terhadap Penilaian yang Diberikan oleh Dosen. (Penelitian kelompok didanai DIPA, ketua peneliti)
2007
6. Pandangan dan Sikap Santriwati terhadap Belajar Sains (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta) ( Studi Kajian Wanita didanai DP3M Dirjen Dikti, ketua peneliti)
2007
7. Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Group Investigation Berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Kimia Inti di SMA( Penelitian Tindakan Kelas didanai oleh Ditjen Dikti, sebagai Peneliti Mitra )
2005
8. Inovasi Pembelajaran Kimia dengan Visualisasi Komputer Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman 2003
23
Konsep – konsep Abstrak pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia di SMU ( Penelitian Tindakan Kelas didanai oleh Ditjen Dikti, sebagai Peneliti Mitra )
9. Evaluasi Program Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Pesantren Al Muayyad Surakarta ( Tesis S-2)
1999
10. Identifikasi Miskonsepsi serta Alternatif Pemecahannya pada pokok bahasan Stoikiometri ( Skripsi S-1)
1993
10.Pelatihan / Seminar:
No. Nama Kegiatan Tahun
1. Seminar Nasional : Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi dalam dalam Rangka Dies Natalis UNS ke 33 (pemakalah)
2009
2. Seminar Nasional : Kimia dan Pendidikan Kimia FKIP UNS (pemakalah )
2009
3. Seminar Nasional : Pendidikan dalam Rangka Dies Natalis UNS ke 32 (pemakalah)
2008
4. Seminar Nasional : Kimia dan Pendidikan Kimia di UNY Yogyakarta ( pemakalah )
2008
5. Seminar Nasional: Eksplorasi dan Diseminasi Karya Dalam Meningkatkan Mutu Pendidik dan Pendidikan di Pendidikan dasar dan Menengah (pemakalah)
2007
6. Lokakarya Nasional : Substitusi Issu-issu Gender ke Dalam Mata Kuliah
2007
7. Seminar Nasional : Pendidikan Berperspektif Gender 2007
8. Kongres Nasional : Sekolah Unggul V 2007
9. Seminar : Peran LPTK sebagai Tiang Penyangga Pendidikan Nasional
2006
10. Seminar : Asesmen Aspek Afektif dan Psikomotor 2005
11. Pelatihan Penyusunan Asesmen Berbasis Kompetensi, diselenggarakan oleh P2TK & KPT Dirjen Dikti
2005
12. Seminar Nasional : Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar 2005
24
serta Pengelolaannya
13. Pelatihan Pembuatan Media Ajar dengan Aplikasi Multimedia 2005
14. The 3rd National Congress of Outstanding School 2005 2005
15. Seminar dan Lokakarya Nasional : Pelatihan Pengelolaan dan Penulisan Artikel Ilmiah di Jurnal Nasional”
2005
13. Pengabdian Pada Masyarakat :
No. Nama Kegiatan Tahun
1. Pelatihan Model-model pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kemampuan guru Mengelola Pembelajaran
2008
2. Pelatihan Menyusun Perangkat Asesmen untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Classroom Assessment bagi Guru-guru SMA Swasta di Surakarta
2007
3. Pelatihan Mengelola Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru 2007
4. Pelatihan Analisis Data Penelitian untuk Pembimbingan Karya Ilmiah Siswa bagi Guru-guru SMA Al Muayyad Surakarta
2007
5. Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah bagi Siswa-siswa SMA Al Muayyad Surakarta
2006
6. Pelatihan Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) bagi Ibu-ibu PKK Desa Ngronggah RT 03 / RW 12 Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo
2006
Surakarta, 6 April 2009
Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd
25