Upload
dinhminh
View
239
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA
TELEVISI DAN VIDEO
Dosen Pengampu: Saiful Amien, M.Pd
Oleh kelompok 3:
Andi Dokumalamo (201510010311015)
Ulfa’atun Sholihah (201510010311016)
Putri Nindia Aflakha (201510010311017)
Novita Asna Wardati (201510010311018)
Saleha Erlinda (201510010311019)
Alfia Agustina (201510010311020)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Televisi merupakan media eletronik yang saat ini sudah begitu akrab
dalam kehidupan masyarakat modern peranan televisi dalam memberikan
pengaruh pada masyarakat dunia sangat besar, karena televisi dapat menjadi
sumber hiburan, pendidikan ataupun sekedar informasi yang ingin
disampaikan pada masyarakat luas. Penikmat media elektronik satu ini juga
bukan lagi terbatas pada kalangan dan usia tertentu saja namun hampir
seluruh lapisan masyarakat dapat menyentuhnya. Rusman dkk (2011)
menuliskan dalam bukunya bahwa republik ouline mengatakan “saat ini
televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara
berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan
dan umur tertentu saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh
semua kalangan tanpa barasan usia. Siaran-siaran televisi akan memanjakan
semua orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis, bekerja bahkan
dalam suasana bekerja pun orang-orang masih menyempakatkan diri menintin
televise”.
Gambar bergerak yang dimilikinya menjadi nilai tambah tersendiri yang
membuat media Televisi akhirnya tetap eksis hingga saat ini dibandingkan
dengan media-media lainnya yang muncul pada saat yang sama. Rusman dkk
dalam bukunya menuliskan “tahun 1884 merupakan awal mula ditemukannya
Electrisce Telescope oleh seorang ilmuwan dari Berlin bernama Paul Nipkow,
alat ini berfungsi sebagai pengirim gambar dari satu tempat ke tempat lain.
Temuan inilah yang kemudian menjadi titik awal berkembangnya televisi, dan
sejak saat itu perkembangannya dari tahun ke tahun menjadi sangat pesat
hingga detik ini dan bahkan televisi mampu menunjukkan eksistensi maupun
dominasinya dibanding dengan media-media yang lainnya”.
dengan tayangan-tayangan televisi yang bervariasi maka peran televisi
menjadi lebih penting lagi karena tentu saja ia memiliki kewajiban moral untuk
berpartisipasi bukan hanya sebagai sumber informasi dan hiburan pemirsanya
namun juga sumber pendidikan kepada masyarakat. Anak-anak yang masih
dalam tahap belajar ternyata lebih banyak menjadi penikmat media televisi
Seperti yang ditulis oleh RG dalam berita KPI anak-anak Indonesia menempati
urutan teratas diantara Negara-negara ASEAN untuk urusan menonton siaran
televisi terlama. Menurut penelitian, rata-rata waktu yang dihabiskan anak-
anak Indonesia saat menonton siaran televisi mencapai 5 jam dan bahkan lebih
untuk harinya. Hal ini disampaikan oleh Atle Rachimiate, pengamat media
penyiaran. Di depan puluhan peserta bimbingan Teknis (Bimtek) Lembaga
Penyiaran di Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 22 November 2012.
Seperti yang dikutip pada jawapos.com berdasar dari Netizen, kurang
lebih 95% penduduk Indonesia menonton televisi. Angka ini jauh lebih banyak
dibandingkan dengan akses terhadap media-media lainnya. Dengan perolehan
data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media televise memiliki
pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.
Televisi memiliki potensi signifikan dalam kehidupan masyarakat
karena itu dalam rangka mencerdaskan bangsa pemerintah membuat program
televise edukasi (TV –e) yang hingga kini masih terus dikembangkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian televisi?
2. Apa kegunaan televisi sebagai media pembelajaran?
3. Apa kelebihan televisi dibandingkan dengan media lainnya?
4. Bagaimana sejarah munculnya televisi?
5. Apa pengertian vidio?
6. Bagaimana menggunakan Video sebagai media pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian televisi
2. Untuk mengetahui kegunaan televisi sebagai media pembelajaran
3. Untuk mengetahui kelebihan televisi dibandingkan media lainnya
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya televisi
5. Untuk mengetahui pengertian video
6. Untuk mengetahui cara menggunakan video sebagai media
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Media Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia media adalah alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk.
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sebagai salah satu
sumber perantara untuk menyampaikan pesan media tentu sangat efektif
digunakan dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan dalam ranah
pembelajaran disebut sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Banyaknya batasan
atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, diantaranya:
asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan yang secara umum dapat
dikatakan bahwa subtansi dari media pembelajaran adalah bentuk yang
digunkan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bentuk pelajaran kepada
penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
pembelajaran yang dapat menarik para pembelajar untuk belajar (Frima
:2013).
Dengan adanya media pembelajaran maka siswa atau peserta didik
dapat lebih terbantu dalam memahami pembelajaran yang ingin disampaikan
oleh pendidik karena media dapat menjelaskan konsep pembelajaran yang sulit
dijelaskan dengan hanya menggunakan bahasa verbal. Karena itu seorang
pendidik harus mampu merancang media pembelajaran dengan yang teratur
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga media pembelajaran dapat
dipergunakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan para pengajar.
2.2 Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya
penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-
gambar melalui gelombang radio (Kamus International Populer dalam
Rusman,dkk.,1996: 184). Televisi sama halnya dengan media massa lainnya
yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia di mana-mana, seperti
media massa surat kabar, radio, atau computer. Televisi sebagai sarana
penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi
kepada para penonton atau pemirsah di rumah. Rekaman-rekaman tersebut
dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain.
Televisi merupakan salah satu bentuk media sebagai alat komunikasi
massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah banyak orang. Media komunikasi yang
termasuk massa yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media
elektroni (Rema Karyanti, 2005: 3).
Televisi memberikan pengaruh sosial yang besar terhadap masyarakat,
baik bagi anak-anak maupun terhadap pemuda dan orang dewasa. Pengaruh
ini dapat dilihat antara lain dalam percakapan-percakapan dan perbuatan
mereka. Akan terlihat kemajuan mereka dalam hal pembicaraan tentang
kebudayaan dan menyebabkan berkurangnya minat mereka membaca surat
kabar atau majalah. Bahkan pengaruh itu juga dapat terlihat, bahwa televisi
seolah-olah menggantikan bioskop, akibatnya mereka menjadi jarang keluar
rumah untuk menonton bioskop, tetapi lebih betah tinggal di rumah nonton
televisi.
Adapun kekurangan dan kelebihan televisi, yaitu:
a) Kelebihan: Mampu menampilkan hal menarik yang ditangkap oleh
indera pendengaran dan penglihatan, mampu menampilkan secara
detail suatu peristiwa/kejadian, suatu produk dan pembicara, karena
mempengaruhi dua indera sekaligus, maka efek persuasinya lebih kuat
ketimbang media lainnya, jumlah pemirsanya lebih banyak, sehingga ia
merupakan media yang paling populer.
b) Kekurangan: Biaya produksi mahal, waktu yang dibutuhkan untuk
proses produksi sampai selesai sangat lama : khalayaknya sangat
heterogen, sehingga sulit menjangkau publik sasaran yang diinginkan,
peralatan peliputannya sangat mahal dan rumit penggunaannya, bila
tidak dipersiapkan dengan matang, maka pesan visual itu justru akan
menciptakan image buruk.
2.3 Fungsi Televisi
Menurut Effendy (dalam Rusman,dkk., 1997: 185) mengatakan bahwa,
seperti halnya media massa lain, televisi mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi penerangan (the information function)
Televisi mendapat perhatian yang besar kalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat
memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :
a) Immediacy (kesegaran)
Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh
stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat
peristiwa itu berlangsung.
b) Realism (kenyataan)
Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual
melalui perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.
2. Fungsi pendidikan (the education function)
Merupakan sarana untuk menyiarkan acara pendidikan kepada
khayalak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna
pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran
masyarakat.
3. Fungsi hiburan (the entertainment function)
Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu
kebutuhan manusia mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.
2.4 Karakteristik Media Televisi
1. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi melalui
media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa
(mass media communication). Media massa merupakan saluran atau media
yang digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk
media disini adalah televisi, surat kabar, majalah , radio, dan film.
Sering dijumpai istilah mass communications dan mass media. Arti mass
communications sama dengan mass media atau media massa. Sedangkan yang
dimaksud dengan mass communication adalah prosesnya, yakni proses
komunikasi melalui media massa.
a. Ciri-ciri Komunikasi Massa, yaitu:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Komunikasi massa tidak dapat feedback dari komunikan kepada
komunikator. Dengan kata lain, wartawan sebagai komunikator tidak
mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang
disiarkannya itu.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatuu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya
melembaga (institutionalized communicator/organized communicator)
komunikatornya pada komunikasi massa.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disampaikan media massa bersifat umum (public) karena
ditunjukkan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Hal itulah yang
membedakan antara media massa dengan media nir-massa.
4. Media komunikasi massa akan menimbulkan keserempakan
Komunikasi massa menimbulkan keserempakan (simultancity) pada
pihak khalayak dalam pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang
merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Keberadaan komunikan yang berada di mana-mana dan terpancar-
pancar, di mana satu sama lainnya tidak mengenal dan tidak memiliki kontak
pribadi. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang
komunikator dalam menyebarka pesannya melalui media massa, karena setiap
individu khalayak menghendaki agar keinginannya dipenuhi.
b. Fungsi komunikasi massa
1). Sebagai pengawasan
2). Interpretasi
3). Hubungan
4). Sosialisasi
5). Hiburan
c. Paradigma komunikasi
Mass communication atau communications diartikan sebagai saluran,
yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass
communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak
harus dilokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di
berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat
memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto,
2005) mengartikan massa sebagai semua orang yang menjadi sasaran alat-alat
komunikasi massa atau orang-orang pada ujung saluran.
d. Unsur-unsur komunikassi massa
Harlod D. Lasswell ( dalam Wiryanto, 2005) menginformasikan unsur-
unsur komunikasi dalam pernyataan sebagai berikut:
1. Unsur who (sumber atau kominikator). Sumber utama dalam komunikasi
massa adalah lembaga atau organisasi. Yang dimaksud lembaga adalam hal
ini adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud institusionalized person adalah redakturnya.
Pers atau media massa sering disebut lembaga sosial. Komunikator dalam
proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga
berperan sebagai gate keeper.
2. Unsur says what (pesan). Pesan –pesan komunikasi massa dapat diproduksi
dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang
sangat banyak.
3. Unsur in wich channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua
peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi
massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar,
mendengarkan radio, televisi, internet, dan sebagainya.
4. Unsur to whom ( penerima atau mass audience). Penerima pesan-pesan
komunikasi massa biasa disebut audience atau khalayak.
Menurut Charles Wright (dalam Wiryanto, 2005), mass audience memiliki
karaktristik-karakteristik sebagai berikut.
• Large, yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa berjumlah
banyak, merupakan individu-individu yang tersebar dalam berbagai lokasi;
• Heterogen, yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat;
• Anonim, yaitu anggota-anggota dari mass audience umumnya tidak saling
mengenal secara pribadi dengan komunikatornya.
6. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan
pesan-pesan media. David Berlo (dalam Wiryanto, 2005)
mengklasifikasikan dampak atau perubahan dalam tiga kategori, yaitu:
perubahan dalam ranah pengetahuan; sikap dan perilaku nyata. Perubahan
ini biasanya berlansung secara berurutan.
e. Komponen komunikasi
Menurut Laswell komponen komunikasi yang harus kita pahami agar
dalam pembuatan televisi lebih bermakna, yaitu:
• Komunikator (sender), yaitu orang yng menyampaikan pesan/ informasi
kepada pihal lain
• Pesan (massege), yaitu berupa isi pesan atau informasi yang akan dimpaikan
oleh komunikator kepada komunikan.
• Channel, yaitu alat atau saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan
informasi.
• Komunikan (receiver), yaitu orang yang menerima pesan atau informasi yang
diberikan oleh pihak lain
• Umpan balik ( feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.
• Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan.
2. Televisi sebagai Media Elektronik
Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita
jumpai dan dimiliki manusia dimana-mana. Televisi sebagai sarana
penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi
kepada para penonton. Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik
yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui
kabel ( Arsyad, 2002).
Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara
yang dapat di dengar. Pada saat ini televisi digunakan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pendidikan, hiburan, informasi, dan sebagainya,
a. Tujuan dan fungsi televisi sebagai media elektronik
Tujuan televisi sesuai dengan UU Penyiaran Nomor 24 tahun 1997, Bab
II Pasal 4, bahwa penyiaran bertujuan untuk mengembangkan sikap mental
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun
masyarakat adil dan makmur. Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya
televisi di Indonesia sudah diatur oleh undang-undangan ini. Fungsi televisi
sebagai alat untuk dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk
memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya.
b. Manfaat televisi
Televisi mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi
pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.
Manfaat yang bersifat kognitif adalah berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau
informasi yang ditayangkan. Manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan
karakter, sikap dan emosi. Manfaat psikomotor, yaitu berkaitan dengan
keterampilan, tindakan, dan perilaku positif. Televisi menarik minat baik
terhadap orang dewasa, remaja, maupun anak-anak yang senang melihat
televisi karena tayangan atau acara-acaranya menarik dan cara penyajiannya
yang menyenangkan dan menggugah pribadinya. Hal ini dikarenakan, televisi
mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh media massa
lainnya.
c. Kelebihan media pembelajaran televisi
Kelebihan media televisi sebagai media elektronik, yaitu:
• Menampilkan audio-visual (suara dan gambar)
• Menarik perhatian siswa
• Dapat diputar ulang
• Mampu mempercepat yang lambat dan memperlambat yang terlalu cepat
• Mampu memperbesar dan memperkecil gambar
d. Kelebihan media televisi sebagai media pembelajaran, yaitu:
Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk
gambar diam, film, objek, drama
Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa
Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan
mendengar diri sendiri
Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada
dunia nyata.
Hampir setiap mata pelajaran dapat ditayangkan melalui media televisi
Televisi sifatnya langsung dan nyata
Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal
mengintegrasikan pembelajaran dengan penggunaan media televisi
e. Kelemahan media pembelajaran televisi
Secara teknis media televisi sebagai media elektonik memiliki
kelemahan, yaitu:
Fine Details: televisi tidak mampu menampilkan gambar detail secara
detail dan sempurna
Area Lost : pada media televisi tidak semua gambar yang dipancarkan dari
studio dapat diterima utuh dan jelas di rumah
Size Information: media televisi tidak bisa menampilkan ukuran benda
yang sebenarnya
Third Dimention: pada media televisi kesan dua dimensi dapat diatasi
dengan pengambilan gambar, penyusupan properties, dan lighting
Distraction: yaitu pada media televisi sering terjadi kerusakan bentuk,
sehingga tidaj bisa menampilkan gambar secara utuh, ini bisa terjadi
karena cuaca, daya terima pemancar, dan sebagainya.
Opposition: sering kali gambar yang ditampilkan menimbulkan keraguan
dalam menafsirkan pesan yang disampaikan
Tints : televisi tidak dapat menampilkan warna secara utuh/sempurna
Setting : sering salah menafsirkan pesan yang disampaikan, untuk itu
gambar harus jelas dimana objek itu berada.
Secara umum media televisi sebagai media elektronik memiliki kekurangan
sebagai berikut:
Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan
untuk memahami pesan-pesan sesuai dengan kemampuan siswa.
Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi program TV sebelum
disiarkan.
Layar pesawat televisi tidak dapat menjangkau kelas yang besar sehinnga
sulit untuk siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi
dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama tayangan
berlangsung.
Program siaran televisi di luar kontrol guru.
Tayangan gambar di layar televisi relatif kecil, sehingga jumlah siswa yang
mengikuti dan memanfaatkannya terbatas.
f. Media televisi dan pembelajaran jarak jauh
Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh penggunaan TIK
telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian bahan ajar (digital
content) pada sistem pendidikan jarak jauh disampaikan melalui jenis media,
baik cetak maupun noncetak. Pemanfaatan media televisi dalam SPJJ
merupakan sebuah alternatif penyampaian bahan ajar yang cukup efektif
karena bersifat terbuka dan berdaya jangkau luas. Optimalisasi media televisi
sampai saat ini masih dapat diterima oleh masyarakat, hanya saja kita perlu
melihat bagaimana fakta saat ini ketika kita melihat media pembelajaran
khususnya televisi.
3. Televisi sebagai media audio-visual
Selain media massa televisi juga media audio-visual, karena media ini
bisa dilihat dari indera penglihatan dan pendengaran. Sehingga dengan
kemampuan audio-visualnya televisi merupakan media yang paling mudah di
cerna oleh khalayak semua umur.
2.5 Sejarah Media Televisi
Sejarah adanya media televisi tidak terlepas dari ditemukannya alat-alat
yang berkaitan dengan media televisi tersebut. Awal mula ditemukannya
televisi yaitu dengan ditemukannya hukum gelombang elektromagnetik oleh
Joseph Henry dan Michael Faraday. Hukum gelombang elektromagnetik
menjadi awal bagi hukum-hukum lainnya dan dasar bagi perkembangan
televisi.
Pada tahun 1925, sejarah perkembangan televisi menapaki babak baru
ketika John Logie Bird memperlihatkan televisi kepada umum untuk pertama
kalinya. Pada tahun 1939 untuk pertama kalinya sebuah pemancar televisi
dioperasikan di Berlin, Jerman. Dengan demikian dunia mulai berkenalan
dengan alat komunikasi secara visual. Teknologi yang digunakan pada televisi
hari ini berbeda dengan saat pertama kali ditemukan, meskipun memiliki
metode dasar yang sama.
2.6 Perkembangan Media Televisidi Indonesia
Indonesia pertama kali melakukan penyiaran melalui televisi sendiri
pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan pembukaan ASEAN GAMES
IV di Senayan Jakarta yang disiarkan melalui Biro Radio dan TVRI, selama 12
hari di bawah Yayasan Gelora Bung Karno. Setelah ASEAN GAMES IV pada
tahun 1963, TVRI mengudara satu jam perharinya.
Perkembangan televisi di Indonesia semakin marak sejak pemerintah
mengeluarkan izin kehadiran televisi swasta yang mengudara pada tahun 1989.
Stasiun televisi pertama yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia atau RCTI.
RCTI mengudara secara nasional pada tanggal 24 Agustus 1989. Stasiun TV
swasta lainnya antara lain Surya Citra Televisi (SCTV) mulai mengudara bulan
Agustus 1989, Televisi Pendidikan indonesia (TPI) [sekarang ini (2016) TPI
sudah berganti nama mejadi MNCTV] mulai populer tanggal 23 anuari 1991,
Andalas Televisi (ANTV) tahun 1993, Indosiar Januari 1995. Dan pada tahun
2001 mengudara pula beberapa Televisi Swasta Nasional lainnya, antara lain
Metro TV, Trans TV, TV7 [TV7 saat ini (2016) namanya diubah menjadi
Trans7], Global TV, Lativi [Lativi berubah namnya menjadi TV One Pada
tanggal 14 Februari 2008].
Disamping TV swasta nasional yang banyak mulai bermunculan, banyak
pula bermunculan Stasiun TV lokal atau wilayah, antara lain JTV di jatim, CTV
di Banten, Fajar TV di Makassar, Bali TV di Bali, dan banyak lagi TV swasta
daerah lain.
Media Televisi ini sangat berperan sebagai media pendidikan bagi
masyarakat, karena melalui penayangan yang beragam acara akan
memberikan pendidikan kepada masyarakat secara luas tentang banyak hal
yang belum diketahui dan ingin diketahui oleh masyarakat.
2.7 Konsep Televisi Pendidikan
1. Pengertian Televisi Pendidikan
Televisi pendidikan adalah penyampaian konten atau bahan-bahan
pendidikan yang disiarkan melalui media televisi ataupun program-program
(siaran) televisi yang mengandung pesan-pesan pendidikan:
a. Siaran Pendidikan Sekolah (School Broadcasting)
Sasaran school broadcasting adalah para murid sekolah, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai dengan para mahasiswa sekolah tinggi. Karena itu acara
pendidikan untuk sekolah mengacu kepada kurikulum yang berlaku pada
tahun ajaran tersebut, tentu saja akan memberikan pengaruh secara langsung
kepada siswa
b. Siaran pendidikan sepanjang masa (life long education)
Sasarannya adalah khalayak umum yang dibagi menurut tingkatan tertentu,
misalnya usia, jenis kelamin, agama, agama, pendidikan dan sebagainya.
Tujuan yang ingin dicapai melalui acara ini adalah, untuk mendorong khalayak
sasaran, agar berkeinginan untuk terus belajar dalam ruang lingkup yang lebih
luas tentang berbagai aspek sosial, seni, sastra, home economic dan hobi.
2. Belajar di Kelas Melalui Televisi
Ruang kelas yang menggunakan televisi sebagai media pendidikan,
biasanya menampung sejumlah 40-50 orang murid. Pada jumlah murid
sebanyak itu, masih mungkin mengamati acara televisi dengan baik. Ini berarti
tidak akan mengganggu dalam proses belajar mengajar. Apabila anak-anak
belajar melalui televisi mereka tidak hanya mengamati acaranya dengan
tenang, melainkan mereka juga memerhatikan perubahan-perubahan gambar
yang terjadi. Demikian pula mereka memerhatikan susunan kata-kata dan teks
yang ada.
Kegiatan belajar melalui media penyiaran ini, oleh Yoichi Nishimoto
disebut sebagai “Broadcasting Learning Activitis” (Darwanto dalam Rusman,
dkk., 2007: 136). Ketika belajar melalui media penyiaran ini, anak-anak
dituntut mampu berkosentrasi dengan penuh selama acara berlangsung. Hal
ini sesuai dengan sifat media penyiaran itu sendiri, dan daya kemampuan
berkosentrasi ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk mengerti dan
kemampuan untuk mereproduksi apa yang telah diamatinya. Ini berarti bahwa
anak-anak dituntut untuk mampu mengantisipasi isi pesan yang ada dalam
acara tersebut.
Menurut Cece (dalam Rusman, dkk., 1992: 149), faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penggunaan dalam penggunaan televisi untuk kelas
adalah:
1. Teknik pemilihan
Pemilihan siaran televisi yang sesuai untuk pembelajaran adalah
semacam proses evaluasi dan pemilihan film suara. Seperti dalam memilih
setiap media pengajaran audiovisual, pertanyaan dasar adalah apakah
televisi dapat membantu menciptakan situasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan media sebelumnya? Maka diperlukan pertimbangan
yang sama untuk validitas kurikulum dan pemilihan perangkat audivisual
adalah :
a. Tingkat usia kelompok yang memirsa.
b. Isi siaran yang lebih mudah dipahami. Apakah program memuat
suplemen yang panjang?
Akhirnya kualitas siaran itu sendiri harus dievaluasi sebagai contoh, apakah
kualitas program cukup tinggi. Di sini harus memiliki keahlian dalam
menilai kualitas perangkat pengajaran.
2. Kebijaksanaan penggunaan televisi
Kebijaksanaan penggunaan televisi untuk kelas merupakan salah satu
tanggung jawab guru. Demikian juga dalam perencanaan siaran di kelas.
Sebelum siaran, guru harus memberikan aktivitas-aktivitas yang akan
meningkatkan minat siswa. Para siswa akan bertanya-tanya, membahas
program, dan ingin mengetahui tujuan menyaksikan siaran tersebut.
Mereka akan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti program TV.
3. Tentang TV-Edukasi
TV- Edukasi atau sering disingkat dengan TV-E adalah sebuah stasiun
televisi yang khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang
pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi masyarakat.
a. Visi TV Edukasi : Menjadi siaran televise pendidikan yang santun
dan mencerdaskan.
b. Misi TV Edukasi : Menyiarkan program yang dapat mencerdasakn
masyarakat, menjadi tauladan, menyebarkan informasi dan
kebijakan Kemendiknas serta mendorong masyarakat gemar belajar.
c. Tujuan TV Edukasi : Memberikan layanan pendidikan berkualitas
untuk menunjang tujuan pendidikan nasional.
Sasaran TV Edukasi (TVE) adalah peserta didik dari semua jalur, jenjang
dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, dan masyarakat. Pembelajaran
dengan mempergunakan TVE penting dilakukan, karena dengan
mempergunakan tayangan TVE dalam pembelajaran, maka guru dapat
terbantu untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dibawa guru di kelas.
Melalui tayangan siaran televisi tersebut, siswa pada umumnya
memperoleh manfaat yaitu semakin luasnya khasanah pengetahuan atau
wawasan; sedangkan peserta didik pada khususnya memperoleh tambahan
pengetahuan di luar yang diperoleh dari gurunya. Mengingat besarnya
potensi siaran televisi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran, maka seyogianya para guru dapat menjadikannya sebagai
salah satu sumber belajar dan memanfaatkannya dalam kegiatan belajar-
mengajar (KBM).
4. Pemanfaatan TV-Edukasi
Ada 3 cara atau pola pemanfaatan siaran TVE, yaitu:
a. Pemanfaatan siaran TVE secara langsung, yang berati guru mata
pelajaran telah mempersiapkan RPP dan telah mengetahui jadwal
siaran TVE, dan kemudian mengkondisikan peserta didiknya untuk
mengikuti siaran TVE.
b. Pemanfaatan siaran TVE sebagai penugasan, di mana guru mata
pelajaran menugaskan peserta didiknya untuk mengikuti siaran
TVE, baik secara individual maupun kelompok kecil, baik di sekolah
maupun di rumah.
c. Pemanfaatan siaran TVE sebagai pengisi jam-jam pelajaran kosong,
di mana guru pembina mata pelajaran berhalangan hadir sehingga
RPP yang telah dipersiapkan diserahkan kepada Kepala Sekolah
untuk kemudian menugaskan guru piket atau guru serumpun untuk
melaksanakannya.
5. Kelebihan TV-Edukasi
TV Edukasi memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
a. TV Edukasi membuka pemahaman mengenai informasi baru,
biasanya terdapat dalam program-program berita (politik, wisata,
kuliner dan sebagainya).
b. TV Edukasi juga bertindak pendorong anak-anak untuk belajar acara
edukasi dan dapat mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai yang
penting serta pelajaran mengenai kehidupan nyata.
c. TV Edukasi Merupakan Alternatif tontonan bermanfaat yang hadir
di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
d. TV Edukasi memberikan informasi kepada masyarakat akan dunia
pendidikan.
e. TV edukasi menyemarakkan entertainment dengan kemauan yang
berbeda yakni dikemas dalam bentuk lebihmendidik, jadi tidak
hanya saja mengibur lewat televise tetapi juga bissa mendidik
masyarakat.
f. TV Edukasi merupakan Solusi akan permasalahan tayangan-
tayangan televise yang tidak sehat.
6. Kelemahan Televisi Edukasi
Televisi Edukasi memiliki beberapa kekurangan, antara lain :
a. Dari segi pengemasan program kurang menarik, sehingga program-
program yang ditawarkan kurang dapat diterima.
b. Program tidak didukung oleh pendukung acara yang dikenal
masyarakat, dengan kata lain siaran-siaran TV-E tidak
diperankanoleh artis-artis yang terkenal.
c. TV-E kurang dapat pada sasaran.
7. Peranan orang tua dalam menghadapi dampak negative acara televisi
a. Pilih acara yang sesuai dengan usia anak.
b. Dampingi anak memonton TV.
c. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.
d. Tanyakan acara favorit mereka dan buntu memahami pantas
tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton,
ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana
dan positif
e. Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah
dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan
f. Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan,
bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
g. Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan
musik sebagai mengganti menonton TV.
2.8 Media Televisi sebagai Sarana Pembelajaran
Sejak ditemukannya Televisi pada permulaan abad ke-19, kita dapat
dengan mudah mengakses berbagai peristiwa dunia dengan hanya menekan
tombol-tombol kotak elektronik dirumah.
Televisi dapat dijadikan sarana pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kita tinggal memilah dan memilih tayangan atau saluran-saluran televisi yang
mana yang akan kita jadikan sebagai sarana pembelajaran. Dengan Televisi kita
dengan mudah dapat mengakses berita terkini di seluruh dunia dengan waktu
yang amat cepat, dan Televisi disini sebagai media pertukaran informasi yang
efektif, menghemat waktu dan biaya.
Menurut (Arsyad, 2003: 51), sebagai media pembelajaran, televisi
memiliki beberapa kelebihan dalam menyampaikan pesan dan juga
mempunyai kelemahan. Di antara kelebihan media televisi adalah seperti
berikut.
a. Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk
gambar diam, film, objek, spesimen dan drama.
b. Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi peserta
didik.
c. Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti
orang, tempat-tempat dan peristiwa, melalui penyiaran langsung atau
rekaman.
d. Televisi dapat memberikan kepada peserta didik peluang untuk melihat dan
mendengar diri sendiri.
e. Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh
peserta didik dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
f. Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada
dunia nyata; misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.
g. Televisi dapat menghemat waktu guru dan peserta didik, misalnya dengan
merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika
diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali. Disamping itu,
televisi merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar
peserta didik pada lokasi yang berbeda-berbeda untuk penyajian yang
bersamaan.
Kelemahan Media Televisi
a. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
b. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan
untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual
siswa.
c. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
d. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit
bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
e. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi
dengan guru, dan siswa bisa jadi besikap pasif selama penayangan.
Kelebihan Televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajiakan
berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan
dengan sangat memuaskan. Penonton TV tak perlu bersusah-susah pergi
kegedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV menyajikan di
rumahnya. Ia tak perlu pergi ke Amerika untuk menonton Mohammad Ali
bertanding, atau pergi kesenanyan untuk menonton kebolehan Liem Swie King,
sebab peristiwa- peristiwa seperti itu dapat dinikmati dirumah sambil berleha-
leha.
2.9 Media Video Pembelajaran
1. Pengertian Media Video Pembelajaran
Salah satu bentuk dari media audio visual adalah video pembelajaran.
Media video pembelajaran dapat di golongkan dalam jenis audio visual aids
(AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
Menurut Heinich Molenda Russel (dalam Rusman,dkk.,1993: 218),
video dapat diartikan sebagai berikut,
“The primary meaning of video is the display of pictures on a television type
screen (the latin world video literally means “I see” Any media format that
employs a chatode-ray screen to present the picture portion of the massage can
be reffered to as video.
Media video pembelajaran termasuk ke dalam media video cassette
recorder (VCR) yaitu media audio visual gerak yang perekamannya dilakukan
dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat
televisi.
Seperti halnya film, berbagai frame video tersebut pada dasarnya adalah
gambar diam. Hanya saja, pergantian setiap frame ke frame selanjutnya itu
berlangsung sangat cepat, sehingga berbagai frame tersebut terlihat sebagai
gambar yang bergerak. Hal ini berlangsung secara terus menerus hingga
mampu menciptakan daya lihat yangmenakjubkan dari sebuah tampilan video
dibuat dengan cara direkam secara magnetik pada sebuah pita video seperti
halnya perekam audio.
2. Format Video
Pada umumnya, format video saat ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu
format piringan (disk) dan pita yang dikemas ke dalam bentuk paket kaset
dengan ukuran yang bermacam-macam, model yang bergam, tingkat kecepatan
yang berbeda hingga mesin pemutar yang khusus. Adapun beberapa format
video menurut Heinich, Molenda, Russel adalah sebagai berikut,
a. Pita Video (Video Tape), adalah format media video yang terpaket dalam
bentuk gulungan pita yang terbuka (open reel) atau yang tertutup dalam
sebuah kaset.
b. Kaset Video (Video Cassettes), adalah format media video yang terpaket
dalam bentuk kaset yang berisi pita-pita video.
c. Piringan Video (Video Disc), adalah jenis format video yang
memanfaatkan pancaran cahaya optik seperti tipe laser. Format video
ini lebih mirip dengan jenis gramophon (piringan hitam), bedanya ia
berwarna keperakan dan berkilauan.
d. Compact Disc, dulu CD tidak di gunakan untuk merekam , tetapi
sekarang CD dapat langsung digunakan untuk merekam dengan cara
menggunakan handycamp khusus yang dapat langsung merekam
menggunakan CD.
3. Kelebihan Media Video
Media video memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat
menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan itu
dapat berupa rangsangan yang serasi, atau berupa respon yang
diharapkan dari siswa.
b. Dengan video, penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk
dikritik atau dievaluasi.
c. Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses
belajar maupun nilai hiburan dari penyajian itu.
d. Akan mendapatkan isi dan susunan yang utuh dari materi pelajaran.
e. Suatu kegiatan belajar mandiri dimana siswa belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing dapat dirancang. Rancangan kegiatan yang
mandiri ini biasanya dilengkapi atau dikombinasikan dengan bantuan
komputer atau bahan cetakan.
4. Kekurangan Media Video
a. Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di
tempat penggunaan dan harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita
video yang akan digunakan.
b. Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah
dan menyita waktu.
c. Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu
mengerjakannya.
d. Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film hasilnya jelek.
e. Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali
jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.
f. Jumlah huruf pada gafis untuk video terbatas, yakni separuh dari jumlah
huruf grafis untuk film atau gambar diam.
g. Perubahan yang sangat pesat dalam teknologi menyebabkan
keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.
5. Keuntungan Video dalam Proses Pembelajaran
Dengan menggunakan media video, siswa diharapkan dapat
memperoleh persepsi dan pemahaman yang benar. Guru diharapkan dapat
membantu siswa mengingat kembali berbagai pengetahuan dan keterampilan
yang telah dipelajari. Media video pembelajaran termasuk kedalam kategori
motion pictures, video pembelajaran dalam format disk di operasikan dengan
menggunakan VCD/DVD player yang di jalankan dengan disk atau lempengan
serta ditampilakan melalui televisi atau LCD atau dapat di putar langsung
melalui PC komputer.
2.10 Pembuatan Garis Besar Isi Media Siaran (GBIMS)
Dalam membuat naskah program media, maka para penulis naskah
harus mempunyai suatu pedoman atau acuan untuk merencanakan dan
menulis informasi dalam bentuk viual, grafis dan audio sebagai acuan
pembuatan media tertentu. Oleh karena itu dibutuhkannya pembuatan Garis
Besar Isi Media(GBIMS). GBIMS sendiri dibuat atas dasar analisis kebutuhan,
tujuan, dan materi yang telah dikembangkan untuk program media. Dalam
menyusun GBIMS itu sendiri, harus dilakukan setelah pengkajian topik yang
akn dibuat programnya. Hal itu atau pengkajian terhadap topik harus
dilakukan, karena tidak semua topik yang ada dalam silabus cocok atau selaras
untuk dibuat media tertentu misalnya video, radio atau media komputer
Untuk menghilangkan rasa kekhawatiran durasi program, maka
memprediksi atau mengantisipasi hal itu, diperlukan yang namanya GBIMS.
Untuk program pembelajaran identifikasi topik yang akan ditampilkan
seyogianya mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
GARIS BESAR ISI MEDIA SIARAN
(GBIMS)
Saluran : ..........................................................
Ketegori : .........................................................
Program : ..........................................................
Mata Pelajaran : ..........................................................
Semester : ..........................................................
Kompetensi : ..........................................................
Topik/Judul : ..........................................................
Penulis : ..........................................................
Pengkaji Materi : ..........................................................
Pengkaji Media : ..........................................................
Durasi : ..........................................................
Episode : ..........................................................
Eps Standar
Kompetensi
Lulusam
Kompetensi
Dasar
Indikator Materi
Pokok
Pustaka
Pengembangan GBIMS dan Jabaran Materi:
Topik Program:
Merupakan salah satu bagian dari pokok bahasan. Pokok bahasan inilah yang
dapat dikembangkan lagi menjadi beberap topik nantinya. Topik-topik ini
biasanya juga dapat kita jumpai dalam silabus (kurikulum).
Judul Program:
Topik yang telah dikaji dan dipilih, kemudian ditentukan judul programnya. Judul
program kemudian dibuat semenarik mugkin, sehingga mendapatkan peharhatian
sasaran yang membuat keingintahuan mereka terhadap program di dalamnya.
Sasaran:
Sasaran adalah mereka yang menjadi target dari program yang disajikan.
Pengembangan program yang baik didasarkan pada kesesuaian kebutuhan dari
yang memanfaatkan program dengan materi yang disajikan. Oleh karenanya
materi yang disajikan harus sesuai dengan tingkat.
Tujuan Pembelajarau/Kompetensi:
Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang ingin digapai pada setiap kegiatan
pembelajaran, sehingga nantinya target dapat digambarkan secara umum atau
khusus. Tujuan ini sering kali dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan
pembelajaran umum (TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan pembelajaran yang belum dapat
dispesifikan sehingga belum bisa menggambarkan tingah laku yang lebih
terperinci, oleh karena sifatnya masih general atau umum. Tujuan pembelajaran
umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu mata pelajaran
yang ada di dalam silabus atau kurikulum.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Agar mudah mengukur ketercapain tujuan pembelajaran khusus maka perlu
penjabaran dari tujuan pembelaran umum. Tujuan ini dirancang oleh guru
sehingga lebih spesifik dan mudah dalam mengukr tingkatan ketercapainnya.
Dalam menyusun tujuan pembelajaran khusus, guru harus memperhatikan
penyusunan tujuan pembelajaran khusus yang baik, yaitu kata kerja operasional
yang dirumuskan dalam bentuk hasil belajar dan dalam bentuk perilaku sasaran
yang dapat berunsur satu kemampuan.
c. Indikator
Dalam KTSP tujuan khusus disebut indikator. Indikator merupakan rumusan
kompetensi yang lebih spesifik dan oparasional yang menunjukkan ciri-ciri
penguasaan suatu kompetensi atau subkompetensi. Di dalam merumuskan
indikator pembelajaran ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan patokan, yaitu:
1) Menggunakan kata kerja operasional (KKO). Contohnya: Siswa dapat
membedakan antara pendekatan dan strategi pembelajaran.
2) Harus dalam bentuk hasil belajar.
Contohnya: Siswa dapat menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
dengan benar.
3) Harus dalam bentuk kegiatan atau perilaku siswa.
Contohnya: Siswa dapat menunjukkan letak Pulau jawa dalam petoilk.a dengan
benar.
4) Harus mengandung satu jenis kemampuan. Contoh: Siswa dapat
menjelaskan pengertian kurikulum dengan benar. Tetapi tidak mengandung
beberapa kemampuan seperti: siswa dapat menjelaskan pengertian,
komponen, prinsip dalam pengembangan kurikulum.
5) Idealnya mengandung unsur ABCD, yaitu Audience, Behavior, Condition,
dan Degree (Baker, 1971). Contohnya: Siswa dapat menyebutkan tiga ciri-ciri
makhluk hidup dengan benar.
Audience; yaitu siswa atau siapa yang melakukan kegiatan belajar.
Contohnya: Siswa dapat menyebutkan tiga ciri-ciri makhluk hidup dengan
benar
Behavior; yaitu perilaku spesihk yang diharapkan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Rumusan perilaku ini berupa kata kerja aktif dan objeknya.
Contohnya: Siswa dapat menyebutkan tiga ciri-ciri makhluk hidup dengan
benar
Condition; yaitu suatu keadaan atau syarat yang harus dipenuhi/ dikerjakan
siswa. Contohnya: Siswa dapat menyebutkan tiga ciri-ciri makhluk hidup
dengan benar
Degree; yaitu batas minimal yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku
yang disyaratkan dalam tujuan. Contohnya: Siswa dapat menyebutkan tiga
ciri-ciri makhluk hidup dengan benar.
Materi Pokok:
Berisi materi-materi pokok yang akan disiarkan berdasarkan program siaran yang
akan dibuat. Biasanya memuat topik-topik inti dan uraian penjelas dari topik atau
amateri inti tersebut.
Pustaka:
Berisi sumber-sumber rujukan yang digunakan. Biasanya ditulis berdasarkan
rambu-rambu yang sudah baku, seperti pengarang, tahun terbit, judul, kota
penerbit, dan nama penerbit.
Contoh Garis Besar Isi Media Siaran:
Contoh Garis Besar Isi Media Siaran program TV-E di PUSTEKOM Kemendiknas
Jakarta yang ditayangkan pada bulan Mei sampai Juli 2011.
GARIS BESAR ISI MEDIA SIARAN INTERAKTIF TAHUN 2011
Saluran : 2 (Guru)
Ketegori : Formal PJJ-S1 PGSD
Program : TV-E
Mata Pelajaran : Pengembangan Kurikulum
Semester : IX (Sembilan)
Kompetensi : Memahami secara komprehensif tentang hakikat dan
komponen kurikulum
Topik/Judul : Hakikat dan Komponen Kurikulum
Penulis : Dr. Rusman, M.Pd.
Pengkaji Materi : Tri Budi Gunawan
Pengkaji Media : Dr. Oos M. Anwas, M.Si.
Durasi : 50 menit
Episode : 01 (satu)
Eps Standar
Kompetensi
Lulusam
Kompetensi
Dasar
Indikator Materi Pokok Pustaka
1 Mahasiswa
diharapkan
memahami
secara
komprehensif
tenntang
kurikulum dan
1.Mahasiswa
dapat
menjelaskan
hakikat
kurikulum
dan
Setelah
melihat
program ini
mahasiswa
diharapkan
dapat:
Hakikat dan
Komponen-
komponen
Kurikulum
1.Hakikat
Kurikulum
Rusman(2009)
Manajemen
Kurikulum,
Jakarta.
RajaGrafindo
Persada
pembelajaran
serta mampu
berperan serta
dalam
pengembangan
kurikulum dann
pembelajaran,
baik pada
tingkat satuan
pedidikan,
regional,
maupun
nasional.
komponen
kurikulum
1.Menjelaskan
pengetian
kurikulum
2.Menjelaskan
kurikulum
sebagai suatu
sistem
2.Menjelaskan
kurikulum
dan seterusnya...
2.11 Penulisan Naskah Media Televisi/Video
1. Pengertian Naskah Media
Secara umum naskah dalam perencanaan program media dapat
diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual,
grafis, dan audio sebagai acuan dalam pembuatan media tertentu, sesuai
dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Secara sederhana naskah juga dapat
berupa gambaran umum media atau juga outline media yang akan dibuat.
Setiap media apapun yang akan di buat membutuhkan naskah dan perlu
di buat naskahnya, karena fungsi dari naskah adalah pedoman bagi pengguna
dan terutama pembuat media. Dilihat dari formatnya naskah memiliki
bermacam-macam jenis, tiap jenis memiliki bentuk yang berbeda. Namun
demikian, dilihat dari fungsinya sama, yaitu sebagai penuntun dalam
memproduksi media, unsur-unsur audio, teks, dan visual yang harus
ditampilkan dalam media beserta urutannya dengan jelas tertera dalam
naskah.
Bagaimana naskah bisa terwujud?, tahapan pertama adalah berawal dari
adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sipnosis dan
treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau review naskah, revisi
naskah sampai naskah siap untuk diproduksi.
Pembuatan naskah media diawali dengan sebuah ide atau gagasan.
Produk media yang baik memerlukan ide dan kreativitas yang tinggi. Pemikiran
yang cemerlang untuk mengungkapkan ide yang baik sangat diperlukan pada
tahap pertama ini.
Tahap kedua dalam pengembangan naskah adalah mengumpulkan data
dan informasi untuk membuat, melengkapi, dan memperkaya naska tersebut.
Mengumpulkan bahan ini dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai literatur,
melakukan survei dan observasi atau terlebih dahulu dilakukan penelitian
secara mendalam.
Tahap ketiga adalah membuat sinopsis dan treatmen. Sinopsis ini
diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang
tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah
mempermudah pemesan menangkap konsepnya, mempertimbangkan
kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan
persetujuannya. Dalam istilah yang sederhana sinopsis dapat diartikan sebagai
ringkasan cerita.
Treatmen merupakan pengembangan dari sinopsis. Sinopsis dan
treatmen khususnya dibuat untuk media sound slide, film, video, program
media audio. Setiap media sebaiknya memiliki sinopsis, namun untuk
treatmen tidak perlu semua media, terbatas pada media yang membutuhkan
gambaran alur cerita atau plot program dari awal hingga akhir penayangan.
2. Naskah Media Video
Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk
suara dan visual. Unsur suara yang ditampilkan berupa: narasi, dialog, sound
effect, dan musik, sedangkan unsur visual berupa: gambar/foto diam (still
image), gambar bergerak (motion picture), animasi, dan teks.
a. Format Naskah
Dalam pembuatan program video, skrip atau naskah program ini
merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi
gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar yang
ingin dicapai.
Format penulisan skrip untuk program video pada prinsipnya sama, yaitu
dalam bentuk halaman berkolom dua (double colom); sebelah kiri untuk
menampilkan bentuk visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu
yang berhubungan dengan suara termasuk dialog, narasi, musik maupun efek
suara. Tujuan suatu naskah program adalah sebagai peta atau bahan pedoman
bagi sutradara dalam mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam
suatu program. Karena itu skrip yang baik akan dilengkapi dengan tujuan,
sasaran, sinopsis, treatment. Paling penting dalam sebuah storyboard termuat
unsur video dan audio, memudahkan bagi pemain, sutradara dan kameramen
dalam kegiatan latihan dan persiapan shooting. Para pemain yang berperan
dalam video tersebut menghapalkan naskah dan dialog berdasarkan naskah.
b. Shooting Skript/Skenario
Skenario merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi
atau pembuatan programnya. Jadi skenario sangat bermanfaat bagi teknisi
operasional. Petugas yang membutuhkan diantaranya: editor/penyunting
gambar, kameramen, pencatat adegan, soundman, dan lain-lain. Dalam
skenario, beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai
efek visual tertentu yang tidak dimiliki oleh media film, misalnya dissolve, wipe,
superimpose, split image, dan sebagainya.
Pengaruh lain yang juga akan tercermin dalam penulisan skenario adalah beda
dalam pendekatannya. Skenario untuk program video mempergunakan lebih
banyak istilah-istilah atau "bahasa" produksi dan petunjuk-petunjuk teknis
operasional bagi kerabat dan teknisi produksi. Seorang penulis naskah dan
shooting skript video harus memahami istilah-istilah teknis yang ada dalam
teknik produksi video.
c. Petunjuk Pengambilan Gambar
Petunjuk pengambilan gambar adalah posisi pengambilan oleh kamera
pada objek yang diambil. Secara mendasar terdapat tiga cara pengambilan,
yaitu :
1. Long shot (LS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan latar secara
keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya.
2. Medium shot (MS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan pokok
sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan latar-belakang
maupun detail yang kurang perlu.
3. Close-up (CU), yaitu pengambilan yang memfokuskan pada subjeknya atau
bagian tertentu.
Kadang-kadang diluar ketiga pengambilan dasar (basic shots) tersebut orang
masih menambahkan dua lagi, yaitu XLS (extreme long shot) dan XCV
(extreme close-up). Sedangkan di antara LS dan CU ditambahkan dua lagi,
yaitu MLS (medium long shot) diantara LS dan MS, dan MCU (medium close-
up) diantaranya MS dan CU.
d. Gerakan Kamera
Visualisasi yang tampak pada layar pada dasarnya hasil dari kerja
kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berbeda-beda. Seorang
skriptwriter harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan
gerakan kamera, seperti:
1. Pan right, menggerakkan kamera ke kanan.
2. Pan left, menggerakkan kamera ke kiri.
3. Tilt up, menggerakkan kamera ke atas.
4. Tilt down, menggarakkan kamera ke bawah.
5. Zoom in, mengatur pengambilan ke arah CU.
6. Zoom out, mengatur pengambilan ke arah LS.
7. Dolly in (track in), mendorong kamera ke arah subjek.
8. Dolly out (track out), menarik kamera menjauhi subjek camera follow,
kamera mengikuti kemana perginya subjek.
e. Efek Visual Dasar
Efek visual dasar sering disebut dengan transition devise. Penggunaan efek
visual dasar seperti:
1. Fade in, pengambilan oleh kamera tertentu mulai masuk perlahan-lahan.
2. Fade out, pengambilan oleh kamera tertentu mulai memutar secara
perlahan.
3. Super atau superimpose, pengambilan sesuatu (biasanya titel atau caption)
ke atas pengambilan yang ada.
4. Dissolve, pembauran secara perlahan menggantikan yang sebelumnya.
5. Wipe, mengganti pengambilan sebelumnya dengan efek penghapusan.
Pentahapan dari konsep ke skenario ini tidaklah merupakan keharusan,
misalnya ada yang menganggap storyboard tidak perlu sebab koreksi atas
kelancaran arus cerita dan kontinuitas akan dilaksanakan dalam proses
penyuntingan (editing). Bahkan tata urutan atau sekuens instruksional episode
biasanya sudah terikat pada garis ceritanya (plot).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Televisi merupakan media yang paling dikenal di masyarakat, daripada
media-media lainnya. Televisi hadir sebagai media yang pada dasarnya,
bertujuan untuk menginformasikan segala bentuk acaranya kepada
masyarakat. Oleh karena itu, televisi mempunyai peran penting ikut serta
dalam mengembangkan pendidikan masyarakat melalui tayangan-tanyangan
yang akan disiarkan. Hendaknya televisi sebagai media yang mempunyai
kewajiban moral untuk menginformasikan, mendidik, dan menghibur
masyarakat yang dapat menunjang pendidikan sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
KBBI
Onong Uchjana Effendy, 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktiek. Bandung: CV.
Remaja Karya.
Prasetya, wisnu. 2016. Revleksi Hari Televisi Nasional: Isi Siaran dan Keresahan
Publik.
Jawapos.com
RG, 2012. Anak Indonesia Kedapatan Paling Lama Menonton Tv. Jakarta: Komisi
Penyiaran
Indonesia Pusat.
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembamgan Media untuk Pembelajaran,
penerjemah: Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta : Rajawali Pers, 1983).
Rusman, dkk.2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi;
Mengembangkan Profesionalitas Guru, cetakan ke-2. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.