Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

baca

Citation preview

  • 5/24/2018 Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

    1/5

    3. Pembelajaran di Perguruan Tinggi3.1. Standar Proses Pembelajaran

    Standar proses pembelajaran adalah keseluruhan tolok ukur pencapaian minimal pada

    siklus penjaminan mutu proses akademik, pada setiap fakultas/jurusan/program studi yang

    diselenggarakan oleh perguruan tinggi, serta pengembangannya secara berkelanjutan.

    Standar proses pembelajaran sangat penting karena lulusan Perguruan Tinggi harus mampu

    menjadi pelaku pembangunan maupun pembaharu dalam tatanan masyarakat yang memiliki

    wawasan imtaq dan iptek yang tinggi sesuai format Tridarma Perguruan Tinggi. Salah satu

    implementasi yang perlu diperhatikan dalam Tridarma Perguruan Tinggi adalah pendidikan

    dan pembelajaran. Menurut Undang-undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003, pembelajaran

    adalah interaksi antara peserta didik dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar tertentu,

    sehingga dengan mendiskripsikan setiap unsur yang terlibat dalam proses tersebut, dapat

    ditengarai ciri pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning).

    Dalam lingkungan pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dan

    dosen, yang berpusat pada mahasiswa. Interaksi dilakukan melalui proses pembelajaran,

    yaitu pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti

    perkuliahan, praktikum/praktek, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-

    tugas pembelajaran lainnya. Interaksi tersebut, akan terjadi proses perubahan mahasiswa

    dalam empat ranah, sebagai berikut: 1) ranah kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan

    dengan pengetahuan, penalaran, atau pikiran; 2) ranah afektif, yaitu kemampuan yang

    mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran,

    misalnya penerimaan, partisipasi, penentuan sikap; 3) ranah psikomotorik, yaitu kemampuan

    yang mengutamakan keterampilan jasmani, misalnya esepsi, kreativitas; serta 4) ranah

    kooperatif, yaitu kemampuan untuk bekerjasama. Menurut OBanion, Terry., 1996

    pembelajran di Perguruan tinggi didasarkan pada enam prinsip utama:

    1. Perguruan tinggi menciptakan perubahan substantif dalam setiap peserta didik.

  • 5/24/2018 Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

    2/5

    2. Pembelajaran melibatkan peserta didik sebagai mitra penuh dalam prosespembelajaran, dengan asumsi tanggung jawab utama adalah pilihan mereka sendiri .

    3. Perguruan tinggi menciptakan dan menawarkan banyak pilihan untuk belajarsebanyak mungkin .

    4. Pembelajaran membantu peserta didik untuk membentuk dan berpartisipasi dalamkegiatan pembelajaran kolaboratif .

    5. Pembelajaran perguruan tinggi mendefinisikan peran fasilitator pembelajaran dengankebutuhan peserta didik.

    6. Perguruan tinggi sebagai fasilitator belajar hanya berhasil ketikamemajukan/memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran yang terlihat dari

    kemajuan peserta didik .

    3.2. Pendekatan Proses pembelajaranDalam pelaksanaan proses pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, strategi, dan

    teknik yang menantang, agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis,

    bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen, dengan memanfaatkan berbagai sumber ajar

    yang mendukung alam proses pembelajaran tersebut. Pendekatan metode pembelajaran

    diarahkan agar berpusat kepada mahasiswa (student centered learning), dengan kondisi

    pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan berkelompok.

    Proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan secara maksimal berbagai

    sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing perguruan tinggi, baik itu yang meliputi

    sumber daya manusia (dosen, tenaga kependidikan, alumni), sarana dan prasarana, serta

    keuangan. Dalam pasal 19 ayat 1 PP No 19/2005 dinyaatakan bahwa proses pembelajaran

    pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang,

    memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi

  • 5/24/2018 Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

    3/5

    prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

    fisik, serta psikologis peserta didik.

    Menurut David W, Johnson., dkk (1998) pembelajaran kooperatif adalah tepat untuk

    pendidikan tinggi meskipun, tidak pernah mudah untuk menerapkan, ketika semua bagian

    elemen penting ada. Pembelajaran kooperatif adalah jantung dari pembelajaran berbasis

    masalah (problem based learning). Hal ini terkait dengan pembelajaran kolaboratif, yang

    menekankan "natural learning" (sebagai lawan dari pelatihan yang dihasilkan dari situasi

    belajar yang sangat terstruktur) yang terjadi sebagai akibat dari masyarakat yang mana siswa

    bekerja sama dalam kelompok terstruktur dan menciptakan situasi belajar mereka sendiri.

    Kekuatan pembelajaran kooperatif terletak pada keterkaitan antara teori, penelitian, dan

    praktek.

    Pembelajaran kooperatif harus dibedakan dari istilah yang lebih umum pembelajaran

    kolaboratif, yang mengacu hanya pada situasi dimana bekerja bersama dalam kelompok.

    Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok untuk bekerja menuju tujuan bersama

    dengan saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, dan kelompok yang

    heterogen (Cooper & Mueck, 1990). Kemudian, teknik pembelajaran aktif adalah kegiatan

    seorang instruktur menggabungkan ke dalam kelas untuk mendorong pembelajaran aktif.

    Metode pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat dalam kelas besar (Frederick, 1987).

    Sebagai tantangan seringkali untuk memasukkan sejumlah besar siswa dalam diskusi kelas,

    dan kemampuan instruktur untuk memonitor pemahaman siswa tampaknya berbanding

    terbalik dengan ukuran kelas. Menggunakan kecil dalam kelompok pembelajaran kooperatif

    adalah cara yang efektif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada.

  • 5/24/2018 Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

    4/5

    3.3. Evaluasi Proses PembelajaranEvaluasi terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa

    merupakan proses sistematis untuk mengukur dan menilai mutu proses dan hasil belajar.

    Evaluasi akhir studi adalah suatu proses penilaian prestasi peserta didik untuk menentukan

    kelulusannya dalam suatu program studi. Penentuan standar kelulusan sesuai dengan

    Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) tahun 2013, Pasal 6 tentang Standar

    Kompetensi Lulusan:

    (1) Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikantinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    (2) Capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan capaianpembelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan pendidikan tinggi yang dicapai secara

    kurikuler, dan dapat ditambah secara kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler.

    (3) Capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:a. Capaian pembelajaran minimal yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini; dan

    b. Capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh perguruan tinggi masing - masing sesuaivisi dan misinya yang melampaui capaian pembelajaran minimal;

    (4) Capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan ke dalamdeskripsi yang mencakup aspek:

    a. sikap dan tata nilai;

    b. penguasaan pengetahuan/keilmuan;

    c. keterampilan kerja umum; dan

    d. keterampilan kerja khusus.

    3.4. Penjaminan Mutu Proses PembelajaranPenjaminan mutu proses pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk

    mempertahankan dan meningkatkan mutu proses pembelajaran secara terus menerus dan

  • 5/24/2018 Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

    5/5

    berkesinambungan (continous improvement). Penjaminan mutu proses pembelajaran

    dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan mutu secara internal pada aras

    universitas, di laksanakan melalui kegiatan evaluasi dan penilaian (assessment) yang

    dikoordinasikan oleh Pusat Penjaminan Mutu (PPM) pada masing-masing perguruan tinggi

    tersebut.

    Penjaminan mutu proses pembelajaran juga dilakukan melalui kegiatan evaluasi

    eksternal untuk keperluan akreditasi, yang merupakan bentuk pengakuan terhadap mutu

    perguruan tinggi sebagai wujud akuntabilitas kepada pemangku kepentingan. Kegiatan

    evaluasi internal dan eksternal dilakukan oleh masing-masing perguruan tinggi secara

    terstruktur dan terencana, sesuai dengan prinsip Kaizen (continous improvement) yang

    terdiri atas perencanaan (plan), pelaksanaan (do), evaluasi (check), serta penyempurnaan

    dan pengembangan (action).