Upload
dodieu
View
243
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN DI SMP ISLAM
PARUNG BOGOR
Oleh
ANDRIANI
NIM 204011002680
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR`AN
DI SMP ISLAM PARUNG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
Andriani NIM 204011002680
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Rif`at Syauqi Nawawi, MA Drs. Safiuddin Shidiq, MA NIP 150 202 339 NIP 150 299 477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBItYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI. ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah................................................................. 8
D. Perumusan Masalah................................................................. 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian........................................................ 9
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an ......................................... 10
1. Pengertian Pembelajaran..................................................... 10
a. Pengertian Baca Tulis Al-Qur`an .................................. 14
b. Manfaat Baca Tulis Al-Qur`an...................................... 16
2. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an....................... 18
3. Aspek-aspek Metode Pembelajaran......................................... .20
4. Aspek-Aspek Pembelajaran BTQ........................................ 23
5. Macam-Macam Metode Pembelajaran ................................ 29
B. Kerangka Berfikir ..................................................................... 36
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................. 37
B. Populasi dan Sampel................................................................. 37
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 38
D. Teknik pengolahan data dan Analisa Data ................................ 38
1. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 38
2. Teknik Analisa Data ........................................................... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Parung ....................................... 42
1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung. .................................... 42
2. Visi dan Misi SMP Islam Parung ........................................ 43
3. Keadaan Siswa SMP Islam Parung ..................................... 44
4. Personalia dan Pengajar SMP Islam Parung ....................... 44
5. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................. 44
6. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung.......... 46
B. Deskripsi Data .......................................................................... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 61
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 69
B. Saran-saran. ............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 72
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Keadaan siswa Smp Islam Parung.............................................................. 44
2. Personalia dan Pengajar SMP Islam Parung Bogo...................................... 44
3. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung ................................. 46
4. Guru mempraktekkan materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an ............... 47
5. Guru memberikan materi pembelajaran BTQ diikuti dengan latihan........... 48
6. Guru memberikan keterangan jelas dengan materi yang disampaikan......... 48
7. Uraian materi BTQ mudah dipahami........................................................... 49
8. Guru memberikan materi siswa memperhatikan dengan baik...................... 49
9. Hal yang mendorong siswa mengikuti pembelajaran BTQ..... .................... 50
10. Pembelajaran yang disampaikan menambah keinginan belajar BTQ .......... 50
11. Baca tulis Al-Qur`an diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.................... 51
12. Guru memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individual ......... 51
13. Guru memantau kemajuan baca Tulis Al-Qur`an secara individual ............ 52
14. Di adakannya ujian/tes pembelajaran baca tulis Al-Qur`an siswa..... .......... 52
15. Mengalami kesulitan dalam mengikuti baca tulis Al-Qur`an ...................... 53
16. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.. .................................................. 53
17. Masalah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam baca tulis Al-Qur`an ... 54
18. Cara mengatasi kesulitan baca tulis Al-Qur`an........................................... 54
19. .Tempat siswa belajar baca tulis Al-Qur`an ................................................ 55
20. Hafalan surat-surat pendek Al-Qur`an........................................................ .. 55
21. Siswa belajar baca tulis Al-Qur`an dengan sungguh-sungguh..................... 56
22. Guru memberikan pertanyaan sebelum materi di mulai .............................. 56
23. Menambah pengetahuan materi yang disampaikan..................................... 57
24. Pentingnya menguasai materi pembelajaran BTQ guru .............................. 57
25. Pentingnya memiliki kemampuan dalam baca tulis Al-Qur`an ................... 58
26. Kemampuan BTQ dalam kehidupan sehari-hari ......................................... 58
27. Pembelajaran melalui diskusi dalam kelompok belajar............................... 59
28. Tanggapan membaca Al-Qur`an dengan tartil ............................................ 59
29. Membawa Al-Qur`an ketika materi berlangsung ........................................ 60
30. Pengawasan guru terhadap siswa dalam membaca Al-Qur`an .................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
AL-Qur`an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril. Kitab suci ini
memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun,
kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada rasul pilihan-Nya pada
permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individu dan
sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya.1
Pembacaan Al-Qur`an di pandang sebagai tindak kesalehan dan
pelaksanaan ajarannya merupakan kewajiban setiap muslim. Dengan
mempelajari dan sering membaca Al-Qur`an, berarti kita telah berupaya
melestarikan ajaran agama melalui kitab suci yang diturunkan kepada Rasul
pilihan-Nya. Dan kita akan mengetahui petunjuk-petunjuk ilahi dan rasul-Nya
sebagai pedoman hidup.
Pemahaman terhadap Al-Qur`an bukan hanya dijadikan untuk
memperoleh teoritik saja . tetapi harus diaplikasikan ke dunia pendidikan dalam
arti praktek. Pendidikan dalam arti praktek adalah suatu proses pemindahan
pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek
didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan
manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.2
Setiap mukmin mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Al-
Qur'an. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan
mengajarkannya. Sebagai kitab suci yang diagungkan dan sumber tertinggi
norma hukum hidup dan kehidupan, Al-Qur'an sendiri dalam ayat-ayatnya
banyak memberi norma-norma yang secara langsung memotivasi umatnya
1 Taufik Adnan Amai, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur`an, (Jakarta:pustaka Alvabet, 2005), cet
ke-1 h.1 2 H.M.Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)
cet,1 h. 89
untuk belajar, mentradisikan, dan mengaplikasikan kemampuan tulis menulis
dalam kehidupan.
Secara eksplisit Al-Qur'an menyebutkan hal tersebut dalain wahyu
pertama kali turun, yaitu surat Al-Alaq:
������� ����� ���� �� ������� ������ ��� ������
��� !"#$�� %��& '����( �)� *������� ��+ ���, (-���./���
3)3–1: ا����(
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Dia yang
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-Mulah
Yang Maha Pemurah”.
Bagi Thanthawi Jauhari,4 ayat-ayat ini mendobrak kejumudan
masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi penginderaan,
hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal lain yang tak kalah penting,
yaitu budaya baca tulis. Bahkan tidak semata menyodorkan, melainkan
mewajibkan membaca dan menulis. Di sini Al-Qur'an yang secara eksplisit
memerintahkan ummatnya untuk belajar menulis yaitu, "Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam". Pena (kalam) dijadikan sebagai sarana
komunikasi antara sesama manusia, sekalipun letaknya paling berjauhan.
sekaligus menjadi awal mula sejarah pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
Selain norma-norma eksplisit, dalam banyak kesempatan Al-Qur'an
juga menyebut seperangkat alat-alat tulis yang secara implisit memposisikan
aktivitas menulis sebagai sesuatu yang bersejarah, penting dan mesti didalami.
Urgenitas tersebut dapat terlihat antara lain pada aktivitas perdagangan,
sebagaimana firman Allah :
��012,34��2 +56������ 7�89(:�&��; �<=�> ?;@:�2��A<
CD�6�A� �E�F�> G'�H,� �IJ !1& �9�/LM��<* N …)ة )282: ا���
3 Al-Our`an dan terjemah digital
4 Thanthawi Jauhari, Wawasan AI-Qur'an; Tafsir maudu'i atas Berbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan, 1997), Cet. 1, h. 5
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan,hendaklah kamu menuliskannya dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya"
Secara pararel, perintah tulis menulis kemudian disebutkan lagi untuk
diaplikasikan, salah satunya, sebagaimana sabda Rasulullah:
� ا������ ���� ا�� ����%$#ن ر � ا� ��� و-��& +#ل () آ& (�� �$��� 5)#رىروا3 ا��2(م� 0���& ا�� /ن و
"Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya".
Dalam hadis lain disebutkan:
� و-��& 0���$5ا ا�� /ن (��� أب� ه ی ة +#ل +#ل ر-5ل ا� ���� ا� � 6)اب� م#?�روا3 ا�< م=ى وا��>#;� و(وا+ ءو3
“Belajarlah Al-Qur’an kemudian bacalah”.
Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman bahwa Islam
mengarahkan dan memandu umat untuk mempelajari agamanya secara
sistematis dan terencana melalui metode membaca. Dalam pengertian lain,
Islam mewajibkan kepada pemeluknya untuk belajar membaca dan menulis Al-
Qur’an. Bagi umat Islam, melalui membaca dan menulis Al-Qur’anlah mereka
berharap kontinuitas dakwah Islamiyah terus berlanjut.
Meskipun A1-Qur’an (hadits) tidak pernah menyebutkan secara
eksplisit bagaimana pembelajarannya, dan karenanya Islam memiliki
kelenturan dan resistensi dalam menghadapi setiap perubahan zaman. Dari
tujuan yang dihasilkannya, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berkaitan
dengan proses belajar seperti SDM, metode pembelajaran, instrument evaluasi,
sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan juga tidak dapat diabaikan
sebagai penyebab keberhasilan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an itu sendiri.
5 Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il al-Buhari, Shahih Buhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),
juz II, h. 224. 6 Muhammad bin Isa, Shahih Thurmudzi, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), juz Ii, h. 700
Al-Qur’an menjelaskan:
�'�P���, �Q��;R�S>�G�� T⌧V�R�< �� )A$� :4م@ ا (
“Bacalah Al-Qur'an dengan tartil”
Di dalam kitab “Al-Burhan fi Ulumul Qur’an” Az-Zarkasyi
menyebutkan, bacaan tartil yang sempurna adalah dengan memperjelas
lafaznya, huruf-hurufnya dan memperfasih semua bacaannya. Membaca dengan
ceroboh atau terlalu cepat, sehingga panjang pendeknya bacaan dan makhraj
hurufnya menjadi tidak jelas atau menghilangkan sebagian dari kata katanya.7
Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya
terutama dalam kemampuan baca tulis Al-Qur'an di kalangan umat Islam
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama RI no. 128/44 Tahun 1982 tentang Peningkatan Membaca dan
Menulis Al-qur'an di Kalangan Umat Islam, Instruksi Menteri Agama No. 3
Tahun 1990 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Membaca Al-Qur'an
serta instruksi Dirjen Dinas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang
Upaya Peningkatan Kemampuan Peningkatan Membaca Al-Qur'an di kalangan
umat Islam.8
Sejalan dengan hal tersebut, sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar
dan menengah harus menempatkan kemampuan baca tulis Al-Qur'an sebagai
salah satu kompetensi yang akan dicapai peserta didik dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama.9 Pemerintah juga memberikan peluang bagi sekolah, guru,
dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah,
berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain
7
Sebagaimana dikutip oleh Munif Suratmaputra & KK, Indahnya Hidup dan Berjuang
Bersama A1-Qur'an, (Jakarta, PT. Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dan Bank Muarnalat Indonesia (BMW. Cet. Pertama, April 2007. h. 22
8 Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur'an, (Bumi Aksara: Jakarta,1993),
h. 23 9 Depdiknas, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) SMP, (Jakarta; Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007), h.
73
sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang
dimiliki.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di
sekolah, dan salah satu materi atau bahan yang dipelajari dalam pendidikan
Agama Islam adalah baca tulis Al-Qur`an. Materi baca tulis Al-Qur`an ini
sangatlah penting dan merupakan pedoman hudup bagi setiap muslim dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap umat Islam dituntut untuk dapat membaca Al-
Qur`an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Untuk itu para Guru
Pendidikan Agama Islam tidak saja dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara
membaca Al-Qur`an dengan baik dan benar, tetapi juga dituntut untuk
mengajarkan bagaimana cara menulis dan menyalin tulisan latin kedalam
tulisan Al-Qur`an (bahasa arab).
Kemampuan membaca Al-Qur`an adalah kemampuan hasil belajar Al-
Qur`an yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka
menempuh pengalaman belajar. Kemampuan membaca Al-Qur`an dipengaruhi
oleh banyak faktor salah satunya adalah minat. Siswa yang mempunyai minat
yang tinggi dalam belajar akan senantiasa berusaha untuk mengatasi segala
hambatan dan tantangan.
Dalam implementasinya, SMP Islam Parung sebagai satuan pendidikan
juga tidak terlepas dari upaya sistematis pembelajaran baca tulis Al-Qur'an
dalam upaya peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur'an siswa. Setiap siswa
pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik
(academic performance) yang memuaskan. Namun, dalam realitas sehari-hari
tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan yang
terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya berikut
kesulitan dalam mempelajari baca tulis Al-Qur'an, sehingga menyebabkan
adanya implikasi serius pada proses pembelajaran yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan dan perbedaan pada
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Pada dasarnya prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh lembaga yang
menyiapkannya. Dalam konteks ini perlu dipahami bahwa prestasi yang
dimiliki siswa sebagian besar bertumpu pada kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh tenaga pendidik, di samping komponen-komponen
pendidikan di sekolah yang meliputi sistem pendidikan, sarana dan prasarana
yang memadai.
Mengacu substansi uraian tersebut di atas jelas sekali bahwa
pembelajaran yang berkualitas sangat berpengaruh besar terhadap prestasi
siswa; Artinya, keberhasilan yang diraih siswa terlebih dulu didesain oleh guru
yang berkompeten. Guru dalam konteks pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang yang profesional harus menguasai bahan ajar,
menguasai landasan-landasan kependidikan, menguasai psikologi belajar siswa,
dan kompetensi lainnya.
Sebagai penjabarannya, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, guru
dituntut menyusun pembelajaran yang tidak sekadar sebagai kegiatan transfer
ilmu (transfer of knowledge), tetapi, lebih dari itu, guru sebagai pelaksana
kurikulum dituntut untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran supaya dapat
memberikan dan mengembangkan berbagai pembelajaran yang bervariasi dan
menarik, sehingga dapat mengakomodasi perbedaan individual siswa
(perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa),
mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan Baru,
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, siswa diharapkan
memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan kesempatan luas
untuk berkembang.
Pada akhirnya siswa memiliki motivasi tinggi untuk belajar dan
pembelajaran dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik
dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu,
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah
dipelajari selama proses pembelajaran.
Dengan demikian, secara filosofis maupun praktis guru harus paham
hal-hal mendasar seperti prinsip belajar, pendekatan dan penerapannya di kelas.
Dari kondisi seperti itulah maka "pembelajaran yang berkualitas" menjadi lebih
relevan untuk dibicarakan. Permasalahan pengembangan pembelajaran harus
menjadi obsesi guru. Titik berat terletak pada upaya sistematis pemberdayaan
proses pembelajaran melalui tindakan optimal terhadap pembelajaran sehingga
memiliki kontribusi optimal terhadap penciptaan mutu proses dan hasil
pembelajaran
Dalam konteks SMP Islam Parung Bogor, pembelajaran baca tulis Al-
Qur'an merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien. Guru harus mempunyai fleksibilitas dalam
mengatur pembelajaran sesuai dengan kondisi dan potensi satuan pendidikan
(sekolah). Karena pembelajaran sejatinya merupakan cerminan serius atau
tidaknya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Kedua, refleksi dari
prioritas guru ke depan.
Dari latar belakang yang ada, masalah pembelajaran baca tulis Al-
Qur`an di SMP Islam Parung sangat serius. Maka dari itu penulis merasa perlu
untuk mengadakan penelitian atau mengkaji lebih luas lagi. Supaya lebih fokus
maka penulis tuangkan dalam sebuah judul "Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur'an di SMP Islam Parung Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa belajar baca tulis Al-Qur'an siswa SMP Islam
Parung Bogor
2. Fasilitas serta sarana yang kurang memadai khususnya pembelajaran BTQ
di SMP Islam Parung.
3. Metode pembelajaran yang kurang berjalan dengan baik dalam baca tulis
A1-Qur'an di SMP Islam Parung Bogor
C. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan untaian identifikasi masalah, maka perlu
adanya pembatasan masalah supaya penelitian dapat lebih terarah serta
mendekati pada fokus pencapaian tujuan. Masalah yang diangkat dalam
penelitian ini dibatasi pada pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam
Parung Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka masalah yang hendak dirumuskan untuk diteliti adalah:
"Bagaimana pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam Parung Bogor?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan solusi perbaikan bagi guru di SMP Islam Parung dalam hal
memilih pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan materi baca tulis Al-
Qur'an yang akan diajarkan pada masa mendatang.
2. Dengan menyusun rekomendasi-rekomendasi berdasarkan kendala dan
potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan
bagi para praktisi (sekolah, guru), orang tua, masyarakat, maupun akademis
berkenaan dengan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an dan upaya
memperbaiki kebijakan-kebijakan dalam penerapan pembelajaran baca tulis
Al-Qur'an selanjutnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi guru maupun calon guru agar dapat
memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada peserta
didik agar dalam proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran
baca tulis Al-Qur`an siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca dan menulis Al-Qur`an.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Baca Tulis A1-Qur'an
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan
suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut
mempersyaratkan perubahan yang relatif permanen berupa sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui
pengalaman.
Para ahli mengemukakan pengertian belajar secara terminologi
dengan rumusan yang bervariasi, James O. Whittaker menyatakan
"belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman".10
Dengan
kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.11
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar
tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah, yaitu ;
ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Dapat disederhanakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan tersebut dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk.
10
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1990), Cet. 3, h. 99 11
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.
84
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Hal ini ditegaskan oleh Nana
Sujana yang berpendapat bahwa belajar adalah "proses yang ditandai
dengan adanya perubahan di mana perubahan tersebut ditujukan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya penerimaan
dan lain-lain yang ada pada individu".12
Menurut Gagne, "belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi
atau kapabilitas manusia".13 Menurutnya, belajar terdiri dari dua
komponen penting yaitu kondisi eksternal berupa stimulus dari
lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan
keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang
menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Selanjutnya Robert M Gagne mengemukakan delapan tipe
belajar, yaitu:
1) Belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning)
2) Belajar Hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)
3) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning)
4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Vebal Assosiation)
5) Belajar membedakan atau diskriminasi (Diskrimination Learning)
6) Belajar konsep-konsep (Concept Learning)
7) Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning)
8) Belajar memecahkan masalah (Problem Solving)14
12
Nana Sujana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Aglesindo, 1988),
h. 28 13
Gagne, Robert, M., The Conditions of Learning, (New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1977), h. 49-50 14 Gagne, Robert, M., The Conditions of Learning..., h. 51
Belajar dalam prakteknya dilakukan di sekolah dan atau di luar
sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada
perubahan perilaku yang baik atau positif. Menurut Drs.H.M Arifin,
M.Ed. Sebagaimana dikutip oleh Ramayulis menyatakan bahwa,
"Belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi
serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar,
yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan".15
Sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh
individu dapat menghasilkan perubahan-perubahan perilaku yang positif
atau negatif. Dalam hal ini Cronbach sebagaimana yang dikutip oleh
Sumadi Suryabrata, menegaskan "Belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami, dan dalam mengalami ini si pelajar dengan
menggunakan inderanya".16
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah dipahami bahwa
belajar adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai
sesuatu baik pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang
dapat diketahui melalui perubahan tingkah laku yang baru.
Pembelajaran dalam istilah adalah sub bagian dari pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan
sumber belajar dan anak dengan pendidik. Dengan demikian,
pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi
dimaksud merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru,
peserta didik dan mata pelajaran.
Sebagai suatu proses di mana seseorang dengan sengaja dikelola
agar memungkinkan dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi
tertentu atau memberikan respons terhadap hal tertentu, "Pembelajaran
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), Cet. I, h. 26 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1989), Cet. 4, h. 24
pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan,
bahan, metode, alat dan penilaian"17
, demikian pendapat Tabrani.
Menurut Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.P.D adalah pembelajaran
dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa
agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran
sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari
tindakan pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang
mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2)
mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.
Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah mempreskripsikan
strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan
memudahkan belajar siswa. Ilmu ini lebih tepat dipandang sebagai ilmu
terapan yang menjembatani teori belajar dan praktik pembelajaran,
sesuatu yang oleh Dewey (1960), kemudian oleh Glaser (1976)
dikatakan merupakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian
pada upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Sementara itu, Gagne dan Briggs memandang bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat
mempengaruhi siswa, sehingga terjadi proses belajar.18 Artinya,
pembelajaran juga merupakan upaya untuk menciptakan suasana
sedemikian rupa, sehingga hubungan antara stimulus dan respons dapat
ditingkatkan.
Secara garis besar dapat dipahami, pembelajaran merupakan
suatu proses interaksi antar pengajar sebagai katalisator dengan pelajar
sebagai katalis dan mengkoordinasikannya terus menerus melalui
usaha-usaha yang terencana dan sistematis agar terjadi proses belajar
untuk mencapai perubahan-perubahan tertentu.
17
A. Fabrani, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Karya, 1989), Cet. 1,
h. 18 Arief, S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan..., h. 23
b. Pengertian Baca Tulis Al-Qur'an
Secara etimologi kata "baca" adalah bentuk kata benda dari kata
kerja "membaca" dan "tulis" adalah bentuk kata benda dari kata kerja
"menulis". Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, membaca
diartikan "melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang
tertulis itu".19
Sementara menulis diartikan "Membuat huruf atau angka,
melahirkan pikiran atau gagasan".20 Melahirkan pikiran atau perasaan
tidak dapat dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang menjadi sasaran
atau objek tulisan.
Membaca dalam hal berkenaan dengan Al-Qur'an dapat
diartikan melihat tulisan yang terdapat pada Al-Qur'an dan
melisankannya. Akan tetapi membaca Al-Qur'an bukan hanya
melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya,
serta mengamalkannya. Iman Al-Gha7Ali mengungkapkan sebagai
berikut:
“Adapun kalau menggerakkan lidah saja, maka akan makin sedikit yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada
perpaduan antara lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah
membenarkan bunyi huruf dengan jalan tartil (membaca perlahan-
lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang makna dan
tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan
peringatan dari apa yang dipahaminya”.21
Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh
struktur mental manusia sebagai seorang individu. Meski demikian,
bukan berarti membaca Al-Qur'an dalam arti melisankan huruf-huruf
yang terdapat di dalamnya tidak ada gunanya, is tetap merupakan suatu
kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah membaca yang berlaku.
19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h. 1058 20
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia..., h.1058 21
Muhammad Jalaluddin Alqasimi, Bimbingan untuk Mencapai Tingkai Mukmin, terj.
Muh. Abda'I Rathani, (Bandung: Diponogoro, 1073), h. 196-197
Sementara itu, dalam hal kemampuan menulis terdapat dua
pendekatan, yaitu proses dan produk. Setiap siswa pada prinsipnya
berbeda baik dari segi kemampuan, minat, kebutuhan, gaya belajar dan
sebagainya. Pendekatan proses memandang kegiatan menulis harus
dilaksanakan berdasarkan perbedaan tersebut. Hal mana siswa
membentuk sendiri topik dan gaya menulis. Sedangkan pada
pendekatan siswa diberi rambu-rambu oleh guru.
Menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang
grafik melainkan proses berpikir. tulisan dapat menolong manusia
dalam melatih dan berpikir kritis. Untuk menumbuhkan budaya menulis
siswa pada Al-Qur'an dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada
siswa bagaimana bentukbentuk tulisan yang benar.
Jadi, baca tulis Al-Qur'an merupakan kegiatan seseorang dalam
melisankan serta melambangkan huruf-huruf Al-Qur'an. Sementara
kompetensi baca tulis Al-Qur'an merupakan kesanggupan seseorang
dalam melisankan dan atau membunyikan serta melambangkan huruf-
huruf Al-Qur'an.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan Al-
Qur`an merupakan salah satu materi atau bahan pelajaran dalam
pendidikan Agama Islam untuk mengarahkan siswa kepada kemampuan
membaca, menulis, memahami dan menghayati Al-Qur`an
menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
c. Manfaat Baca Tulis Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an mempunyai beberapa manfaat. Al-Qur'an
secara tegas menyebutkan tentang hal tersebut sebagaimana yang
dijelaskan dalam Surat al-Baqarah/02: 121 berikut:
�D6������ (X0�PZ[<��; ���\]^�G�� _`�a9b�\�2
c��` de�`��,f⌧� ��g4�<G3,h� �Q9(:�&<(2
e�`� ^ ��&�, R�Sd^�2 e�`� ��g4�<G3,h3<* (Xbj
�Q,k]l�<2�m��) ة 22)121: ا���
“Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu
beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka
Smereka Itulah orang-orang yang rugi”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa membaca AI-Qur'an
merupakan kegiatan mulia dan terdapat banyak manfaat serta
keuntungan sehingga akan merugi orang-orang yang mengabaikannya.
Membaca Al-Qur'an adalah jalan untuk mengingat Allah, memuja,
memuji dan memohonkan do'a kepadaNya. Karena dalam membaca Al-
Qur'an terjadi hubungan rohani antara manusia dengan Tuhan-Nya.
Quraish Shihab menambahkan bahwa "Dengan membaca Al-
Qur'an yang berulang-ulang dapat menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin".23
Lebih lanjut, keutamaan bagi orang yang senantiasa membaca
Al-Qur'an disebutkan secara tegas dalam hadis Rasulullah, sebagaimana
yang dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim berikut:
� أب� أم#مD ا��#ه�� +�C ا� �� +#ل -$���E ر-5ل ا� 0Fی �� ی�5ل إ+ ؤوا ا�� /ن HIن�(��� ی5م ا��)#مMN D)�# ��� ا�
�24)روا3 م>�&. (P�Q#ب
"Dari Abu Umamah Al-Bahili, RA, is berkata saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Bacalah Al-Qur'an karena is pada hari
22
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah, (Semarang : Depag RI, 1989), h. 179 23
M. Quraish Shihab, Wawasan AI-Qur'an; Tafsir maudu'i atas Berbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. 1, h. 5 24 Imam Muslim bin al-Hajfij, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), juz II, h. 770
kiamat nanti akan datang untuk memberi syafaat kepada para
pembacanya"
Rasulullah SAW kemudian memberi tuntunan agar umatnya
membaca Al-Qur'an dengan sabda bcliau yang lain. Karena pahala
membaca satu huruf Al-Qur'an sama dengan satu amal kebajikan,
seperti disebutkan dalam hadis riwayat al-Turmudzi, yaitu:
�� اب�� +#ل�� +#ل ر-5ل ا� ��� ا� :م>�5د ر � ا� � و-�&(�� أ + �� ح>D�ح I# م�I �آ<#ب ا � واD�<P�, مX�ب
. فم)& ح و وYم ف ح أ�ب@ ف ح " /�&"أم%#�]#، Yأ+5ل 25)روا3 ا�< م=ى(
"Dari Abdullah bin masud, RA, is berkata Rasulullah bersabda
"barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur'an) maka
ia akan memperoleh pahala satu amal kebajikan dan satu amal
kebajikan itu dilipatkan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan bahwa
'alif-lam, mim' itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf dan mim juga
satu huruf"
Sementara itu, Al-Qur'an maupun hadits tidak menyebutkan
secara spesifik mengenai manfaat menulis Al-Qur'an kecuali keterangan
mengenai sejarah penulisan Al-Qur'an itu sendiri. Meski demikian,
menulis Al-Qur'an memiliki manfaat yaitu mengetahui dan memahami
huruf dari kitab Allah (Al-Qur'an) dengan baik dan benar. Selain itu
juga dapat memelihara dan mendekatkan diri dengan kitab Allah (Al-
Qur'an).
2. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an
a. Pengertian Metode Pembelajaran
25 Muhammad bin Isa, ShahIh Thurmudzi, (Beirut: Mr aI-Fikr, 1993), juz II, h. 780
Kata "Metode" dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Greek (Yunani). "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan
"Hodos" yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara
yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan.26 Sedangkan
dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah
"cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam
mencapai maksudnya".27
Dalam metodik khusus pengajaran agama Islam pengertian
metode adalah "Suatu cara kerja yang sistematik dan umum seperti cara
kerja ilmu pengetahuan".28
Pengertian metode yang lebih khusus diartikan sebagai "Suatu
cara atau siasat menyampaikan bahan pelajaran agar murid memahami,
mempergunakan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut.29
Dari perumusan tentang pembelajaran sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, pembelajaran tidak hanya berarti sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan
atau tindakan yang harus dilakukan agar hasil belajar bisa efektif. Hal
ini sesuai dengan pendapat Tabrani bahwa, "Pembelajaran pada
dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan,
metode, alat dan penilaian".30
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan dari pembelajaran ialah
agar pihak yang diberi pelajaran dapat menerima bahan yang disajikan,
dapat menguasai bahan-bahan yang telah diterima dan dikuasainya.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, setidaknya
dibutuhkan 4 unsur pokok pada proses pembelajaran yaitu, "(1) guru
26
Abdurrahman Getteng, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Ujung Pandang: Al-
Thahiriyah Indonesia, 1987), h. I 27
Peter Salim, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English,1991), h. 1126 28
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984, Cet. 2, h. 1 29
Departemen Agama RI, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: DEPAG RI,
1984), Cet. 2, h.1 30
A. Fabrani, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Karya, 1989), Cet. I,
h. 29
yang berpengetahuan, memiliki pengalaman dan terampil, (2) siswa
yang sedang berkembang, (3) metode penyampaian informasi atau
keterampilan penyampahan pesan, dan (4) respons atau perubahan
perilaku siswa"31
Unsur metode pembelajaran dalam hal ini adalah "suatu tekhnik
penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar
murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat
dicerna oleh murid dengan baik."32
Istilah metodologi pengajaran sebenarnya sama dengan metodik,
yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik
menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.33
Sementara Zuhairini menjelaskan bahwa metode mengajar
adalah; "Merupakan salah satu komponen daripada proses pendidikan,
Merupakan alat untuk mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat
bantu mengajar, Merupakan kebulatan dalam suatu sistem
pendidikan".34
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah diambil suatu
pengertian mengenai metode pembelajaran yaitu, bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan berfungsi
sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dan definisi-definisi yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan
adanya beberapa prinsip penting yang mencirikan metode pembelajaran,
yaitu:
31
Lutan, Rusli, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode, (Jakarta: Depdikbud, 1988) h. 97
32 Zakiyah, Drajat, Metodologi Pengajaran Islam, (Bumi Aksara: Jakarta, 1983) ,h. 60
33 M. Basyaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), Cet. I, h. 3 34
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet. 8, h. 79
1) Menyenangkan, yaitu metode dirancang secara khusus dalam
suasana yang mengembirakan dan menimbulkan kepuasan peserta
didik.
2) Menarik, pemahaman terhadap istilah "menarik diartikan dengan
metode yang "hidup", artinya dibawakan dalam suasana serius tetapi
santai, artinya siswa dapat mengikuti pelajaran tanpa merasakan
'beban atas apa yang dipelajarinya, karena siswa sudah menyenangi
pelajaran tersebut.
3) Efektif, yaitu metode harus dapat membangun proses pembelajaran
yang diarahkan kepada Sasaran akhir ketercapaian tujuan
pengajaran dengan baik dan berhasil.
4) Efisien, yaitu metode hendaknya diarahkan kepada Sasaran akhir
ketercapaian tujuan pengajaran dengan cepat dan tepat dalam
kurun waktu tertentu.
5) Fleksibel, metode yang digunakan hendaklah terbuka terhadap
perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu peserta
didik dalam memperoleh hasil yang diinginkan.
6) Keseimbangan, metode hendaknya memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi
sekolah.
b. Aspek-aspek Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran mencakup 8 (delapan) aspek, yaitu
"Peragaan, Minat dan perhatian, Motivasi, Apersepsi, Korelasi dan
konsentrasi, Kooperasi, Individualisasi, Evaluasi".35
1) Peragaan
Salah satu kegiatan yang tidak boleh diabaikan dalam
keseluruhan proses pembelajaran adalah peragaan. Substansi
35 M. Basyaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam..., h. 7
peragaan adalah "suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan
maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang
disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa".36
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
dengan menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan.
Terdapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam
proses pembelajaran, yaitu:
a) Peragaan langsung; dengan menunjukkan benda aslinya atau
mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh
siswa;
b) Peragaan tidak langsung; dngan menunjukkan benda tiruan
atau suatu model. Sebagai contoh: gambargambar, boneka,
foto, film, dan sebagainya.37
2) Minat dan perhatian
Pada prinsipnya minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan atau dapat
dikatakan suatu rasa lebih suka dan merasa terikat pada suatu
kegiatan tanpa adanya suatu perintah atau paksaan dari pihak luar.
Dalam pengertian ini, minat menghasilkan kecenderungan
yang tetap untuk perhatian penuh terhadap kegiatan pembelajaran.
Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang dan tidak mudah bosan karena kegiatan
tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan keinginan.
Artinya siswa dapat mengikuti pelajaran tanpa merasakan 'beban
atas apa yang dipelajarinya, karena siswa sudah menyenangi
pelajaran tersebut.
3) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan yang menjadi sebab
timbulnya segala suatu tingkah laku. Alisuf Sabri membagi motivasi
36
M. Basyaruddin Usman; Metodologi Pembelajaran Agama Islam..., h. 7 37 M. Basyaruddin Usman; Metodologi Pembelajaran Agama Islam..., h. 8
menjadi dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.38
Dalam pengertian kegiatan pembelajaran, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang
erat hubungannya dengan tujuan belajar. Sementara motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri individu dan
tidak berkaitan dengan tujuan belajar.
4) Apersepsi
Yaitu bersatunya memori lama dengan baru pada saat
tertentu. Apersepsi itu penting dalam kegiatan pembelajaran untuk
membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui. Tujuannya agar anak dengan mudah mempelajari sesuatu
yang baru, sekaligus untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa.
5) Korelasi dan konsentrasi
Yang dimaksud korelasi ialah konsep belajar yang membuat
hubungan/ mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan mata
pelajaran lain untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran. Dengan konsep ini, konsentrasi siswa akan
terbentuk dan hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa.
Sehubungan dengan itu, guru dituntut menerapkan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan Penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa
proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
c. Aspek-aspek Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an
1) Tajwid
38 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2 h. 77
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada,
yujawwidu, tajwidan yang artinya membaguskan atau membuat
jadi bagus. Dalam pengertian lain membaguskan menurut lughah,
tajwid dapat pula diartikan sebagai:
_�( ا0Y)#ن ب#�
Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.
Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah:
�� م��P><وم ���& ی� ف ب� ا�b#ء آ@� ح ف ح�� ذc� آ#�<�2M)& ون5Pه$#(eت وا�$_ود و#M�gا�
Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf,
baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru
yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi,
yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain
sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim, dan yang
semisalnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ruang lingkup
Ilmu Tajwid secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua bagian:
a) Haqqulharf ( ف ا���� ), yaitu segala sesuatu yang wajib ada
(lazimati) pada setiap huruf. Hak huruf meliputi sifat-sifat
huruf (shifatul harf) dan tempat-tempat keluarnya huruf
(makharijul harf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua
suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna
karena bunyinya menjadi tidak jelas. Begitu pun lambang suara
tidak mungkin diwujudkan dalam bentuk tulisan. Contohnya
ialah suara-suara alam yang sukar dipahami.
b) Mustahaqqul harf ( yaitu hukum-hukum baru ,( ا�ف�����
('aridlah) yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak-
hak huruf melekat pada setiap huruf. Hukum-hukum ini
berguna untuk menjaga hak-hak huruf tersebut, makna-makna
yang terkandung di dalamnya serta makna-makna yang
dikehendaki oleh setiap rangkaian huruf (lafazh). Mustahaqqul
harf meliputi hukum-hukum seperti Izhhar, Ikhfa', Iqlab,
Idgham, Qalqalah, Ghunnati, Tafkhfm, Tarqiq, madd, waqaf,
dan lain-lain.
Al-Quran merupakan firman Allah yang agung, yang
dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum Muslimin.
Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan
kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim
harus mampu membaca ayat-ayat al-Quran dengan baik sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah satu
tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh
Syekh Muhammad al-Mahmud rahimahullah:
e#ی<� ب5�غ ا���]#ی�I D ا0�#ن hM� ا�� ان ��� م# 0���� ة ا���5�ی�D اD�(PgIY و+)@ e#ی<� 5�ن CP�ا �م
� اb2�#ء I� آ<#ب ا� #�0��� ا���>#ن
Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) ialah agar dapat membaca
ayat-ayat al-Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang
diajarkan oleh Nabi saw., Dengan kata lain ,agar dapat
memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kibat
Allah Ta’ala.
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu
adalah fardu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Ini
artinya, mempelajari Ilmu Tajwid secara mendalam tidak
diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa
orang saja. Namun, jika dalam satu kaum tidak ada seorang pun
yang mempelajari Ilmu Tajwid, berdosalah kaum itu.
Adapun hukum membaca al-Quran dengan memakai
aturan-aturan tajwid adalah fardu ain atau merupakan kewajiban
pribadi. Membaca al-Quran sebagai sebuah ibadah haruslah
dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum
dalam Ilmu Tajwid. Dengan demikian, memakai Ilmu Tajwid
dalam membaca al-Quran hukumnya wajib bagi setiap orang, tidak
bisa diwakili oleh orang lain. Apabila seseorang membaca al-
Quran dengan tidak memakai tajwid, hukumnya berdosa.39
2) Qiraat
Ilmu Qiraat adalah ilmu yang membahas bermacam-macam
bacaan (qiraat) yang diterima dari Nabi saw. dan menjelaskan sanad
serta penerimaannya dari Nabi saw.. Dalam ilmu ini, diungkapkan
qiraat yang sahih dan yang tidak sahih seraya menisbatkan setiap
wajah bacaannya kepada seorang Imam Qiraat.
Asal muasal terjadinya perbedaan ini adalah karena bangsa
Arab dahulu mempunyai berbagai dialek bahasa (latyati) yang
berbeda antara' satu kabilah dengan kabilah lainnya. Dan al-Quran
yang ditu-runkan Allah swt. kepada rasul-Nya saw. menjadi
semakin sempurna kemukjizatannya karena ia dapat menampung
berbagai macam dialek tersebut sehingga tiap kabilah dapat
membaca, menghafal, dan mema-hami wahyu Allah.
Qiraat yang bermacam-macam ini telah mantap pada masa
Rasulullah saw. dan beliau mengajarkannya kepada para shahabat
r.a. sebagaimana beliau menerimanya dari Jibril a.s.. Kemudian
pada masa shahabat muncul para ahli bacaan al-Quran yang menjadi
panutan masyarakat. Yang termasyhur di antara mereka antara lain
Ubay bin Ka'b, 'Utsman bin Wfan, 'Ali bin Abi Thalib, 'Abdullah
bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, dan Abu Musa al-Asy'ari. Mereka
inilah yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar shahabat
dan tabi’in .
Namun dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan qiraat
ini menghadapi masalah yang serius karena munculnya banyak versi
39
Acep Iim Abdurrahim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Diponegoro, 2003),
h. 3-6
bacaan yang semuanya mengaku bersumber dari Nabi saw.. Untuk
itu dilakukanlah penelitian dan pengujian oleh para pakar qiraat
dengan menggunakan kaidah dan kriteria dari segi sanad, Rasm
'Utsmani, dan tata bahasa Arab.
Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan
pengujian yang mendalam terhadap berbagai qiraat al-Qur’an yang
banyak bereda tersebut, ternyata yang memenuhi syarat mutawatir,
menurut kesepakatan para ulama, ada tujuh qiraat. Tujuh qiraat ini
selanjutnya dikenal dengan sebutan Qiraat Sab'ab (bacaan yang
tujuh). Qiraat Satfah ini masing-masing dibawa dan dipopulerkan
oleh seorang imam qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh
orang imam qiraat. Sebagai penghargaan dan agar mudah diingat,
nama-nama mereka selanjutnya diabadikan pada qiraatnya masing-
masing. Contohnya: qiraat 'Ashim, qiraat Naff, qiraat Ibnu Katsir,
dan seterusnya. Tetapi patut dipahami, hal ini bukan berarti bahwa
merekalah yang menciptakan qiraatnya sendiri. Qiraat yang mereka
anut dan gunakan tetap bersumber dari Rasulullah saw. yang
diperolehnya secara talaqqi U dari generasi-generasi sebelumnya.40
3) Makhraj Huruf
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madli: ج�
yang artinya keluar. Lalu,dijadikan ber-wazan ���� yang ber-sighat
isim makan, maka menjadi ���رج. Bentuk jamaknya adalah: ���رج.
Karena itu, makha-rijul huruf (وف yang diindonesiakan (���رج ا��
menjadi makhraj huruf, artinya: tempat-tempat keluar huruf.
Secara bahasa, makhraj artinya:
مk 5 ا2� وجTempat keluar.
Sedangkan menurut istilah makhraj adalah:
فP�ا � ه5 ا-& ��$P@� ا��=ي یFX� م�
40 Ibid., h. 9-10
Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (atau diucapkan).
Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya
huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Ketika membaca al-Quran, setiap huruf harus dibunyikan
sesuai makhraj hurufnya: Kesalahan dalam pengucapan huruf atau
makhraj huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan
arti pada bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu,
kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala
seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar.
Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf adalah
pada ayat ��� segala puji bagi Allah Tuhan semesta) ا��! رب� ا����
alam). Jika lafazh ����� dibaca ا����� huruf 'ain berubah menjadi) ا"�
hamzati), maka artinya menjadi: segala puji bagi Allah "rajanya
segaja penyakit". Contoh lainnya, lafazh #�$ی pada potongan ayat:
ی��# dibaca (Tiada yang dapat memberi syafaat) �� ذا ا��'ي ی$�#
(suara syin berubah menjadi sin), maka artinya menjadi: tiada yang
dapat memberikan "tempelengan". Demikian pula bila kata ش*
(bersyukur) dibaca ."artinya berubah menjadi "mabuk ,س*
Cara Mengetahui Makhraj Huruf
Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf
tersebut disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu
huruf hidup di belakangnya, lalu bacalah! Tatkala suara tertahan,
maka tampaklah makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan.
Kaidah menerangkan:
� ه$Aة ا5��@ (�� ف او X0_�د3 و0_(@ P�ا �m<0 ان�? ث&� og0� ا�)� n(PI انkb� ا�5�gت آ#ن م2
Hendaklah kamu menyukunkan huruf atau mentasydidkannya, lalu
masukkan hamzah al-washal (alif berharakat). Kemudian ucapkan
(dan dengarkan). Saat suara tertahan, maka di sanalah letak
makhrajnya. 41
Contoh:
(dibaca: abb) اب atau (dibaca : ab) اب menjadi (’huruf ba) ب
(dibaca: abb) اس atau (dibaca : ab) اس menjadi (huruf sin) س
(dibaca: abb) اق atau (dibaca : ab) اق menjad (huruf qaf) ق
4) Metode Imla (dikte)
Metode imla atau dikte adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan menyuruh peserta didik apa-apa yang dikatakan
guru. Alat penyajian bahan yang digunakan guru dalam metode ini
adalah bahasa lisan. Sedangkan alat peserta didik yang terutama
dalam menyalin bahan pelajaran ialah berupa alat tulis dengan
perhatian mendengarkan guru.
Manfaatnya:
a) Membenarkan dan memperbaiki bacaan siswa sebelum mereka
menghafal
b) Memantapkan lisan ketika melafalkan ayat-ayat al-Qur’an
secara benar dan tartil.42
d. Macam-Macam Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an
Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-
masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka
diperlukan metode-metode yang berlainan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya. Apabila dijabarkan secara terinci,
faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya metode belajar-mengajar
antara lain adalah:
1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing pelajaran sesuai dengan
sifat maupun isi meteri pelajaran masmg-masmg. Misalnya dari segi
tujuan dan sifat pelajaran Tauhid yang membicarakan tentang
masalah keimanan tentunya lebih bersifat p mhilosophis, daripada
41
Ibid., h. 20-21 42 www.google.com
mata pelajaran Fiqih yang bersifat praktis dan menekankan pada
aspek keterampilan. Oleh karena itu cara penyajiannya/metode
yangdipakai harus berbeda.
2) Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berptkintya.
Oleh karena itu cara mengajar untuk tingkat perguruan tinggi tidak dapat disamakan dengan mengajar di Sekolah Dasar.
3) Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung; dengan pengertian bahwa di samping perbedaan jenis lembaga
pendidikan (sekolah) masingmasing, juga letak geografis dan perbedaan social kultural ikut menentukan metode yang dipakai
oleh guru.
4) Perbedaan pribadi dan kemampuan dart para pendidik masmg-
masmg. Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan
lisan, disertai mimik, gerak lagu tekanan suara, akan lebih berhasil
dengan memakai metode ceramah daripada guru lain yang karena
pembawaannya dia tidak pandai berbicara dan
5) Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi ……segi
kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap peralatan
sekolahnya baik sarana pergeduangan, kelas dan….metode
demonstrasi dan eksperimen sarana pendidikannya.43
6) Konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
7) Kooperasi Kooperasi diartikan belajar bersama atau belajar dalam tim. Yaitu
proses pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu
penting karena belajar akan lebih bermakna dan anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
8) Individualisasi
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses
belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya.
Pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan. Di sini basil belajar seorang peserta didik tidak
dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi
dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya.
Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru
tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
43 Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam..., h. 80-81
9) Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran Al-Qur'an, metode memegang peranan
yang tidak kalah penting dengan komponen-komponen lain. Metode
baca dan baca Al-Qur'an adalah suatu cara atau jalan untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an. Untuk dapat
membaca dan menulis Al-Qur'an seseorang harus terlebih dahulu
mengenal huruf-hurufnya, karena tanpanya adalah tidak dimungkinkan
bisa membaca ataupun menulis Al-Qur'an.
Pada dasarnya, metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-
Qur'an dibagi dua metodik yaitu, metodik umum dan metodik khusus.
Termasuk dalam metodik umum adalah:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan
di mana Cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada
anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
Untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat bantu
mengajar lain misalnya, gambar-gambar, peta, denah dan alat peraga
lainnya".44
Demikian penjelasan Zuhairini dalam bukunya Metodik
Khusus Pendidikan Agama.
Pelaksanaan metode ceramah yang wajar terletak dalam
pemberian fakta atau pendapat dalam waktu yang singkat kepada
jumlah pendengar yang besar dan apabila cara lain tidak mungkin
ditempuh, misalnya : karena tidak adanya bahan bacaan dan atau
untuk menyimpulkan dan untuk memperkenalkan sesuatu yang
baru.
44 Zuhairini, dkk, Melodik Khusus Pendidikan Agama Islam..., h. 83
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga
dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau
rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya bell dan daya paham
siswa.
Namun pada kenyataannya ditemukan beberapa kelemahan
metode ceramah tersebut yaitu : 1) Membuat siswa pasif. 2)
Mengandung unsur paksaan siswa. 3) Menghambat daya kritis
siswa.45
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru apabila:
a) Untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran.
b) Waktu terbatas, sedangkan materi/informasi banyak yang akan
disampaikan.
c) Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar, sedangkan
jumlah siswa banyak.46
Ciri yang menonjol pada metode ceramah, dalam
pelaksanaannya adalah peranan guru yang sangat dominan, di mana
murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang
disampaikan oleh guru.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an metode ini tepat
digunakan misalnya jika ingin menerangkan pelajaran mengenai
pengertian tajwid dan lain sebagainya.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawabnya. Atau
suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang
murid menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperoleh.47
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang
45
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), h. 204 46
Martinis Yam in, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2004), h. 65 47 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam..., h. 86
perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai appersepsi, selingan
dan evaluasi).
Metode ini biasanya digunakan apabila pelaksanaannya
ditujukan untuk:
a) Meninjau pelajaran atau ceramah yang lalu, agar anak didik
memusatkan perhatian lagi pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran
berikutnya. b) Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian anak
didik, atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan
mereka.
c) Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.48
Dalam proses pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, bertanya
memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik
dengan teknik pengajaran yang tepat akan:
a) Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap masalah yang dibicarakan.
b) Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar.
c) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif murid.
d) Menentukan perhatian murid terhadap masalah yang sedang
dibahas.
e) Menuntun proses berfikir siswa, sebab pertanyaan yang akan
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.49
Sebagai metode pembelajaran, seharusnya pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh guru disusun sedemikian rupa
sehingga pertanyaan yang satu mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang lain. Untuk itu perlulah pertanyaan-pertanyaan
disusun sekitar satuan pelajaran.
Guru mengharapkan dari murid-murid jawaban yang tepat
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan ada kalanya dari
48
H. Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan Universitas Terbuka:1995), Cet. 1, h.122 49 H. Mansyur, Strategi Belajar Mengajar..., h.122
pihak murid, (dalam hal ini guru atau murid yang menjawab).
Apabila murid-murid tidak menjawab barulah guru memberik an
jawabannya.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, metode tanya
jawab dapat diterapkan dalam menyajikan bahan pelajaran tajwid
serta pokok-pokok bahasan lainnya yang mengandung nilai tanya
jawab.
Kelebihan metode tanya jawab adalah:
a) Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum
dimengerti
c) Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang
dapat dibawa ke arah suatu diskusi50
Di antara kelemahan dari metode Tanya jawab adalah bahwa
tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan,
terlebih lagi jika kelompok siswa memberi jawaban atau
mengajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan masalah barn dan
menyimpang dari pokok persoalan.51
3) Metode Drill/Latihan Siap
Metode drilVlatihan siap ialah suatu metode dalam
pembelajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan
pelajaran yang sudah diajarkan.
Metode drill/latihan siap biasanya digunakan pada pelajaran-
pelajaran yang bersifat motoris seperti : pelajaran menulis, pelajaran
bahasa dan pelajaran keterampilan, dan pelajaran-pelajaran yang
bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berfikir
cepat.
50
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam..., h 68 51
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam..., h. 68
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, metode ini sering
dipakai untuk melatih ulangan pelajaran Al-Qur'an.
Kelebihan metode ini dalam waktu singkat, cepat dapat
diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan, para siswa
akan memiliki pengetahuan siap, dan akan menanamkan pada anak-
anak kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin.
Kekurangan dari metode ini adalah menghambat
perkembangan dan daya inisiatif murid, kurang memperhatikan
penyesuaiannya dengan lingkungan, membentuk kebiasaan-
kebiasaan yang kaku dan otomatis, membentuk pengetahuan
verbalis dan mekanis.
Sementara yang termasuk dalam metodik khusus mengutip
dari beberapa pakar yang dapat dijadikan acuan, antara lain:
1) Metode Iqra'
Metode Iqra' adalah metode temuan KH. As'ad Human
dari Yogyakarta. Metode ini terdiri dari 6 jilid dengan waktu
belajar 6 bulan, Model pengajaran metode Iqra' yaitu, a) Cara
belajar siswa aktif, guru tak lebih hanya sebagai penyimak,
bukan penuntun bacaan, b) Privat, guru menyimak seorang
dengan seorang, c) Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi,
murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid
yang lainnya.52
2) Metode Qa'dah Baqdhadiyyah
Metode Qa'dah Baqdhadiyyah berasal dari Baghdad Irak
dan dianggap sebagai metode tertua. Karena metode ini terlalu
mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil
(jelas dan tepat).
3) Metode Qiro'ati
52
Tombak Alain, Metode Membaca Menulis Al-Qur'an 5 Kali Pandai..., h. 134
Metode Qiro'ati adalah cara mengajar membaca Al -
Qur'an dengan buku Qiro'ati dan menawarkan pengajaran yang
sistematis dan mendetail. Metode ini di antaranya mengajarkan
bacaan gharib (bacaan yang langka, aneh) dalam Al-Qur'an
yang tidak terdapat dalam metode yang lain.
Metode Qiro'ati adalah yang mujawwad murattal
(mengajarkan tajwid dan cara baca tartil), dilakukan secara
klasikal yaitu, beberapa murid membaca dan menyimak bersama
dalam satu ruangan. Adapun sasarannya adalah untuk anak
sekitar 4-6 tahun, 6-12 tahun dan mahasiswa. Metode
pengajaran Qiro'at memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Praktis
b) Sederhana (realis, tidak teoritis)
c) Sedikit demi sedikit (tidak menambah sebelum bisa dengan
lancar)
d) Merangsang murid untuk Baling berpacu
e) Tidak menuntun membaca
f) Waspada/teliti terhadap bacaan salah, terutama pada bacaan
yang salah kaprah
g) Driil (bisa karena dibiasakan)53
4) Metode Hattahiyyah
Metode hattahiyyah adalah metode baca Al-Qur'an yang
paling fantastis karena membaca Al-Qur'annya hanya dalam
waktu 4,5 jam saja, dan dengan pendekatan Bahasa Indonesia,
metode ini diperuntukkan dan diterapkan untuk peserta didik
yang sudah mampu baca tulis huruf latin.
5) Metode Insani
Yaitu metode yang hanya memakai satu jilid dengan 71
halaman, metode ini disusun sejak tahun 1994. Waktu belajar
yang diperlukan adalah 6 bulan, yaitu melafazkan Al-Qur'an
secara baik.
53
http://www.q iraati.org/in dex.php?option=com_content&task=view&id=2 I &Item
id=26
B. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an dapat dipandang sebagai
suatu proses selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan belajar (hasil belajar) yaitu memiliki kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur'an dengan baik dan benar, sedangkan untuk
mencapai kemampuan yang diharapkan, diperlukan suatu dukungan
pembelajaran yang berkualitas.
Pembelajaran yang berkualitas berhubungan erat dengan 8 (delapan)
aspek metode pembelajaran, yaitu "peragaan, minat dan perhatian, motivasi,
apersepsi, korelasi dan konsentrasi, kooperasi, individualisasi, evaluasi hasil
belajar. Makin berkualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat
keberhasilannya akan tinggi. Sebaliknya, makin tidak berkualitas pembelajaran
yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya akan rendah.
Dapat diduga bahwa pembelajaran baca tulis Al-Qur'an yang dilakukan
di SMP Islam Parung Bogor berkualitas, maka tingkat keberhasilan akan tinggi
pula, sedangkan pembelajaran yang tidak berkualitas, akan mencapai tingkat
keberhasilan yang rendah pada pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai bulan maret 2009 dengan tempat di SMP
Islam Parung yang berlokasi JL. Raya Parung Bogor No. 648
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah "Keseluruhan subjek penelitian"54
, yang meliputi
subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Islam Parung yang
berjumlah 140 siswa/I.
Dari populasi yang ada, penulis mengambil sampel sebanyak 40 siswa/I
atau kira-kira sama dengan 25% dari jumlah populasi. Dalam menentukan
sampel ini peneliti menggunakan teknik random sampling, dipilih dengan cara
diundi dari absen yang dimaksudkan agar semua individu dalam populasi baik
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mendapat kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel untuk mewakili sebagian responden
dalam memberikan pandangannya tentang pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan beberapa tekhnik yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan jalan
mengdakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek yang
sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian yaitu pembelajaran baca
tulis Al-Qur`an.
54Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 115
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur
dan sistematis yang dilakukan kepada guru bidang studi baca tulis Al-
Qur`an untuk memperoleh data yang valid.
3. Angket (Kuesioner) yaitu, sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, yakni siswa
kelas IX SMP Islam Parung untuk mengetahui pembelajaran baca tulis Al-
Qur`an.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan bersifat
tertutup. Angket ini mengandung 27 butir item pertanyaan. Setiap butir
pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu untuk jawaban A skor = 4,
B skor = 3, C skor = 2, dan D skor = 1.
D. Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data
1. Teknik pengolahan data
Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis melakukan
langkah-langkah analisa data sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan
adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data
yang terpakai saja yang tinggal. Bila ada jawaban yang diragukan atau
tidak dijawab oleh responden, penulis menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabanya agar angket tersebut
sah. Langkah editing ini bermaksud merapihkan data agar bersih, rapi,
dan tinggal mengadakan pengolahan lebih lanjut.
b. Tabulating
Langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan
memindahkan jawaban yang terdapat di dalam angket ke dalam
tabulasi.
Kisi-kisi Angket
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di SMP Islam Parung
No Pertanyaan
Pokok Sub Pertanyaan Indikator
No.
Item
Jumlah
Item
1 Bagaimana
pembelajaran
baca tulis al-
Qur’an yang
berlangsung
di SMP Islam
Parung
1.1.Perhatian
1.2.Materif
1.3.Pengetahuan
materi
pembelajaran
BTQ
1.4.Kemampuan
menguasai
dan memiliki
BTQ
1.5.Latihan
1.6.Kesulitan
- Perhatian siswa
terhadap
pembelajaran BTQ
- Guru
mempraktekkan
materi
pembelajaran BTQ
- Pengetahuan
sebelum materi di
sampaikan
- Pentingnya
menguasai
pembelajaran BTQ
- Pentingnya
memiliki
kemampuan BTQ
- Sebelum dan
sesudah
pembelajaran BTQ
guru memberikan
ujian/tes
- Siswa mengalami
5
1
20
21
22,23
2,11,
19,24,
27
12,13,
1
1
2
1
2
5
3
kesulitan
mengikuti
pembelajaran BTQ
- Guru mengatasi
kesulitan BTQ
14
15
1
2 Faktor-faktor
kesulitan
dalam
pembelajaran
BTQ
1.1. Motivasi
1.2. Sikap
- Siswa mempunyai
keinginan (minat)
mengikuti
pembelajaran BTQ
- Tanggapan siswa
BTQ diperlukan
dalam kehidupan
sehari-hari
- Siswa belajar
secara individual
- Siswa bersungguh-
sungguh
mempelajari
pembelajaran BTQ
6,7
8
9,10
18
2
1
2
1
E. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data dilakukn prosedur
sebagai berikut:
1. Mengamati apa saja yang terjadi pada tiap tahapan tersebut. Dari hasil
pengamatan tersebut akan terkumpul data yang dibutuhkan delam penelitian
dan dianalisis.
2. Untuk data kuesioner disusun peritem, diklasifikasikan di beri skor, di
deskripsikan dan dianalisis. Adapun analisis data dengan statistik distribusi
frekuensi dengan rumus:
P = N
F X 100%
Keterangan:
P = persentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N = Number of Cases (jumlah responden)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Parung
1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung
Yayasan pendidikan Islam Parung (YAPIP) yang sekarang menjadi
SMP Islam Parung, didirikan sejak tahun 1956, yang dipelopori oleh tokoh-
tokoh masyarakat Parung yang memiliki dedikasi tinggi terhadap masalah
pendidikan dan mempunyai semangat dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut adalah (1) KH.Ahmad Mansyur,
seorang tokoh pejuang dan ulama; (2) H. Muhammad Yatim, seorang tokoh
pejuang dan umara; (3) H. Adung Abdul Muhyi, seorang tokoh pejuang dan
umara; (4) H. Abdul Halim, tokoh masyarakat; (5) H. Abdul Fatah, ulama
ahli qiraat; dan (6) H. Juhri, tokoh masyarakat.
Berdirinya yayasan tersebut bermula dari perkumpulan arisan
pengajian mingguan masyarakat Parung dan sekitarnya.di dalam pengajian
tersebut di himpun dana untuk mendirikan lembaga pendidikan, dan
akhirnya dengan dana tersebut dapat membeli sebidang tanah yang
diperuntukkan wakaf, dengan luas kurang lebih 4.500 m2, terletak dijalan
Raya Parung Bogor.
Tujuan didirikanya yayasan pendidikan Islam Parung (YAPIP)
adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia pada
umumnya, dan masyarakat Parung pada khususnya, Karena pada masa itu
di Parung belum ada lembaga pendidikan yang bersifat formal apalagi
untuk tingkat lanjutan pertama.
2. Visi dan Misi SMP Islam Parung
a. Visi
Menjadi sekolah dengan lulusan terbaik dalam bidang
akademis, ekstrakurikuler & budi pekerti.
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran yang efektif bagi semua guru & siswa
2) Melaksanakan pembinaan terhadap guru & siswa sesuai dengan
bakat & minat secara intensif dan terjadwal
3) Menumbuhkan semangat keunggulan warga sekolah dalam berkarya
4) Mendorong siswa mengenali potensi dirinya untuk meningkatkan
motivasi berprestasi
5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama Islam
6) Menciptakan sekolah sehat
7) Melaksanakan pembinaan disiplin pada peraturan yang berlaku,
teladan dalam sikap & tindakan atau perbuatan
8) Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau komite sekolah
9) Menumbuhkan dan mengembangkan potensi internal & eksternal di
lingkungan sekolah
10) Menumbuhkan inovasi, kreativitas & demokrasi dalam
pembelajaran
11) Memberikan pelayanan pendidikan secara profesional &
proporsional sesuai dengan tuntutan & perkembangan zaman
12) Meningkatkan prestasi hasil belajar sesuai dengan pencapaian
standar kompetensi lulusan
13) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
pendidikan & pengajaran
14) Menciptakan lingkungan pendidikan sebagai tempat siswa belajar
yang menyenangkan
15) Mengembangkan layanan dalam menggunakan perpustakaan &
internet sebagai sumber belajar.
3. Keadaan Siswa
Keadaan siswa SMP Islam Parung tahun ajaran 2008 berjumlah 317
orang siswa dan 260 siswi, untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Keadaan Siswa SMP Islam Parung menurut jenis kelamin
Tahun Ajaran 2008
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2
3
1 2
3
121 123
73
89 104
67
210 227
140
Jumlah 317 260 577
Sumber: Kantor Kaur Tata Usaha SMP Islam Parung
Keadaan guru dan karyawan
Keadaan guru di SMP Islam Parung pada umumnya sudah
memenuhi syarat sebagai guru. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel
berikut:
Tabel 2
Keadaan guru dan karyawan SMP Islam Parung
Tahun Ajaran 2008 menurut jenis kelamin, pendidikan
dan bidang tugas
No Nama Guru Pendidikan Terakhir Jabatan
1 Drs. H. Jarkasih S1 STAI La Roiba Kepala Sekolah
2 Drs. Murdiyantoro S1 IKIP Jogjakarta Wakasek
3 Yayan Herdiyana Yazid D3 PGSLTP Guru PLH
4 Saefudin D3 PGSLTP Guru Matematika
5 Drs. Rusdi D3 PGSLTP Guru PKN
6 Drs. Edi Susanto S. S1 IKIP Guru Fisika
7 Drs. Muslim S1 IAIN Jakarta Guru PAI
8 Dra. Yuliamis S1 IKIP Padang Guru Sejarah
9 Dra. Suparti S1 IAIN Jakarta Guru B. Indonesia
10 Acep Haryadi SMA Guru Penjaskes
11 Maryanih, S.Ag. S1 IAIN Jakarta Guru Bahasa Inggris
12 Neni Rukmini, S.Ag S1 AL KARIMIYAH Guru Bahasa Sunda
13 Dra. Sri Sunaryati S1 IKIP Jogjakarta Guru B. Indonesia
14 H. Saimin Rukhyat, S.Ag S1 IKIP Jogjakarta Guru Biologi
15 Supriyadi D1 STIKIP Purnama Guru Kertakes
16 Ahmad Dahlan. S.Ag S1 UIKA Guru PAI
17 Dra. Neneng dinarti S1 IKIP Jakarta Guru B. Indo
18 Irawati Picziani D1 Bina bangsa Guru Komputer
19 Fajar syah alam.S.T S1 ITI Guru Matematika
20 Ir. Dwi Agustina S1 UGM Guru Fisika
21 Nining indraningsih, Spd S1 UT Jakarta Guru B.Indonesia
22 Rahmat hermawan, S.Ag S1 UMJ Guru PAI
23 Ajat Munajat, S.Ei. S1 UMJ Guru Ekonomi
24 Dian Andriani, S.E. S1 UIKA Guru Ekonomi
25 Heryani, S.Pd S1 IKIP PGRI Jogja Guru Sejarah
26 Agung W.K, S.Ag S1 IAIN Cirebon Guru PAI
27 Nur Rohayati, S.Tp. S1 UGM Guru Biologi
28 M. Arif Rahman, S.H. S1 UMJ Guru Matematika
29 Rahmat Mustopa, S.Ag S1 UNPAD Guru PKN
30 Yudith Evianti S1 UNIV Indrapasta Guru B. Inggris
31 Rina Anggraeni D3 UNIV Guru Biologi
32 Lindayanti, S.Pd S1 UIN Jakarta Guru B. Inggris
33 Dra. Susila Herawati S1 DJUANDA Guru Matematika
34 Dian kusumawati, S.Pd S1 UNILA Guru B. Indonesia
35 Sodikin, S.Pd S1 UN Semarang Guru PKN
36 Ir. Suud Hamid S1 UNTAG Guru Matematika
37 Ade Septika Sari, S.Pd S1 STIKIP Purnama Guru Geografi
38 Neneng hasanah D3 APP Derprin Guru Geografi
39 Sri Lestari, SS S1 UN Surakarta Guru B. Inggris
Sumber: Kantor Kaur Tata Usaha SMP Islam Parung
4. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana di SMP Islam parung pada umumnya
sudah memenuhi syarat, untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:
Tabel 3
Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung
Tahun ajaran 2008
No. Jenis Jumlah Keadaan
1 Ruang Kepala sekolah 1 Baik
2 Ruang Wakasek 1 Baik
3 Ruang Guru 1 Baik
4 Ruang TU 1 Baik
5 Ruang Perpustakaan 1 Baik
6 Ruang Lab Komputer 1 Baik
7 Ruang Lab IPA 1 Baik
8 Ruang BP/BK 1 Baik
9 Ruang Osis 1 Baik
1o Ruang Pramuka 1 Baik
11 Ruang Kantin 1 Baik
12 Ruang Mushallah 1 Baik
13 Ruang Kelas Belajar 1 Baik
14 Kamar mandi guru 4 Baik
15 Kamar Mandi Siswa 5 Baik
Sumber: Kantor Kaur Tata Usaha SMP Islam Parung
B. Deskripsi Data
Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan
angket dan wawancara.
Angket disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti. Angket yang
dibuat terdiri dari 27 item pertanyaan mengenai pembelajaran baca tulis Al-
Qur`an
Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik
dalam bentuk prosentase, artinya setiap data diprosentasekan setelah
ditabulasikan dalam bentuk frekuensi untuk setiap jawaban.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi data. Data yang
disebarkan kepada siswa kelas IX yang berjumlah 40 siswa dalam bentuk
angket harus dikembalikan dalam jumlah yang sama dan semuanya dapat
diolah.
Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan
tabulasi frekuensi. Frekuensi tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase,
sehingga kecenderungan setiap jawaban dapat diketahui dengan kemungkinan
yang telah disediakan. Dengan begitu berarti setiap item pertanyaan
menggunakan satu tabel yang langsung dibuat frekuensi dan prosentasenya.
Setelah itu jawaban hasil angket tentang pembelajaran baca tulis Al-
Qur`an yang diadakan di SMP Islam Parung yang telah disebarkan, dianalisa
dan diinterpretasikan dalam bentuk item per item. Untuk mengetahui lebih
jelasnya dapat dilihat melalui tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 4
Guru mempraktekkan materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
21
12
7
0
52,5 %
30%
17,5%
0 %
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa guru mempraktekkan materi
pembelajaran baca tulis Al-Qu`an responden yang menjawab selalu sebanyak
52,5%, yang menjawab sering adalah 30%, responden dengan jawaban kadang-
kadang sebanyak 17,5% .
Tabel 5
Guru memberikan uraian tentang materi pembelajaran
baca tulis Al-Qur`an diikuti dengan latihan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
30
6
3
75 %
15 %
7,5%
4 D. Tidak pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa guru memberikan uraian tentang
materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an diikuti dengan latihan responden
yang menjawab selalu sebanyak 75%, yang menjawab sering adalah 15%,
responden yang.menjawab kadang-kadang sebanyak 7,5%, sedangkan
responden dengan jawaban tidak pernah sebanyak 2,5%
Tabel 6
Guru memberikan keterangan yang jelas
dan membantu dalam memahami materi yang disampaikan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
25
12
2
1
62.5%
30%
5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa guru memberikan keterangan yang
jelas dan membantu dalam memahami materi yang disampaikan responden
yang menjawab selalu sebanyak 62.5 %, yang menjawab sering sebanyak 30%,
siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5%, sedangkan dengan
jawaban tidak pernah sebanyak 2,5%
Tabel 7
Uraian materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
yang disampaikan mudah dipahami
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
A. Selalu
B. Sering
25
10
62,5%
25%
3
4
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
4
1
10%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan dari 40 orang responden bahwa uraian materi
pembelajaran baca tulis Al-Qur`an yang disampaikan mudah dipahami yang
menjawab selalu sebanyak 62,5%, yang menjawab sering sebanyak 25%, yang
menjawab kadang- kadang 10%, sedangkan responden dengan jawaban tidak
pernah sebanyak 2,5%
Tabel 8
Saat guru memberikan uraian materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
apakah siswa memperhatikan dengan baik
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
18
15
7
0
45%
37,5%
17,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan dari 40 orang responden bahwa saat guru
memberikan materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an apakah siswa
memperhatikan dengan baik yang menjawab selalu sebanyak 45%, responden
yang menjawab sering sebanyak 37,5%, sedangkan yang menjawab kadang-
kadang sebanyak 17,5%
Tabel 9
Hal yang mendorong siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
A. Selalu
B. Sering
34
4
85%
10%
3
4
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
2
0
5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan dari 40 orang responden bahwa hal yang
mendorong siswa mengikuti kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur`an yang
menjawab selalu sebanyak 85%, yang menjawab sering sebanyak 10%, dan
dengan jawaban kadang-kadang sebanyak 5%
Tabel 10
Pembelajaran yang disampaikan menambah
keinginan belajar baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
16
21
3
0
40%
52,5%
7,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan dari 40 orang responden bahwa pembelajaran
yang disampaikan menambah keinginan belajar baca tulis Al-Qur`an yang
menjawab selalu sebanyak 40%, yang menjawab sering sebanyak 52,5%,
sedangkan dengan jawaban kadang-kadang sebanyak 7,5%
Tabel 11
Baca tulis Al-Qur`an diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
30
6
4
75%
15%
10%
4 D. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan dari 40 orang responden bahwa baca tulis Al-
Qur`an diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yang menjawab selalu
sebanyak 75%, siswa yang menjawab sering sebanyak 15%, sedangkan dengan
jawaban kadang-kadang sebanyak 10%
Tabel 12
Guru memberikan kesempatan untuk belajar
secara individual sesuai dengan kemampuan siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
25
10
5
0
62,5%
25%
12,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan dari 40 orang responden bahwa guru
memberikan kesempatan untuk belajar secara individual sesuai dengan
kemampuan siswa yang menjawab selalu sebanyak 62,5%, yang menjawab
sering sebanyak 25%, sedangkan dengan jawaban kadang-kadang sebanyak
12,5%
Tabel 13
Guru memantau kemajuan belajar baca tulis Al-Qur`an secara individual
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
A. Selalu
B. Sering
15
10
37,5%
25%
3
4
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
9
6
22,5%
15%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan dari 40 orang responden bahwa guru
memantau kemajuan belajar baca tulis Al-Qur’an secara individual yang
menjawab selalu sebanyak 37,5 %, yang menjawab sering sebanyak 25%, yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 22,5% sedangkan dengan jawaban tidak
pernah sebanyak 15%.
Tabel 14
Setelah kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an
guru mengadakan ujian/tes
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
30
5
5
0
75%
12,5%
12,5%
0 %
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, bahwa
setelah kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ujian/tes yang menjawab
selalu sebanyak 75%, yang menjawab sering dan kadang-kadang sebanyak
12,5%, dan yang menjawab tidak pernah 0%.
Tabel 15
Mengalami kesulitan dalam mengikuti
dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
10
15
9
6
25%
37,5%
22,5%
15%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
25% siswa menjawab selalu mendapat prestasi yang bagus, 37,5% siswa
menjawab sering, 22,5% siswa memberikan jawaban kadang-kadang dan 15%
yang memberikan jawaban tidak pernah.
Tabel 16
Kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Tajwid
B. Qira’at
C. Tafsir
D. Menulis
15
10
5
10
37,5%
25%
12,5%
25%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
37,5% siswa menjawab tajwid dalam kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi,
25% siswa menjawab Qira’at, 12,5% siswa memberikan jawaban tafsir dan
25% yang memberikan jawaban menulis.
Tabel 17
Masalah yang menyebabkan kesulitan baca tulis Al-Qur,an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1 A. Minat dalam belajar 20 50%
2
3
4
B. Motivasi
C. Sarana dan Prasarana
D. Strategi belajar
13
5
2
32,5%
12,5%
5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
50% siswa menjawab minat dalam belajar pada masalah yang menyebabkan
kesulitan baca tulis Al-Qur’an., 32,5% siswa menjawab motivasi, 12,5% siswa
memberikan jawaban sarana dan prasarana 5% yang memberikan jawaban
strategi belajar.
Tabel 18
Guru mengatasi kesulitan baca tulis Al-Qur’an dengan cara
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Privat
B.Menambah jam belajar
C. Membentuk kelompok
belajar
D.Memberikan bimbingan
15
9
10
6
37,5%
22,5%
25%
15%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
37,5% siswa menjawab privat bila guru mengatasi kesulitan baca tulis Al-
Qur’an, 22,5% siswa menjawab membentuk kelompok belajar sebanyak 25%
dan dengan jawaban memberikan bimbingan sebanyak 15%.
Tabel 19
Tempat siswa baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Di rumah
B. Di sekolah
C. Masjid
D. Pengajian
9
21
2
8
22,5%
52,5%
5%
20%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden,bahwa
selain di dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur`an siswa belajar Al-Qur`an
sebanyak 22,5% siswa menjawab di rumah,yang menjawab di sekolah
sebanyak, 52,5%, dengan jawaban di masjid sebanyak 5%,sedangkan yang
menjawab pengajian sebanyak 20%.
Tabel 20
Hafal surat-surat pendek (Al-Qur`an)
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A Sangat hafal
B. hafal
C.Kurang hafal
D. Tidak hafal
10
25
5
0
25%
62,5%
12,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
25% siswa menjawab sangat hafal surat-surat pendek Al-Qur`an, 62,5% siswa
menjawab hafal, sedangkan dengan jawaban kurang hafal sebanyak 12,5%
Tabel 21
Pembelajaran baca tulis Al-Qur`an yang disampaikan membuat siswa
bersungguh-sungguh mempelajari baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
15
9
8
8
37,5%
22,5%
20%
20%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
37,5% siswa menjawab selalu bersungguh-sungguh dalam mempelajari baca
tulis Al-Qur`an, 22,5% siswa menjawab sering, 20% siswa memberikan
jawaban kadang-kadang dan tidak pernah.
Tabel 22
Sebelum menjelaskan materi baca tulis Al-Qur`an guru memberikan
pertanyaan terlebih dahulu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
22
10
5
3
55%
25%
12,5%
7,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden,bahwa
dalam sebelum menjelaskan materi baca tulis Al-Qur`an guru memberikan
pertanyaan terlebih dahulu yang menjawab selalu sebanyak 55%, 25% yang
menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12,5%, sedangkan
dengan jawaban tidak pernah sebanyak 7,5%
Tabel 23
Menambah pengetahuan sebelum materi disampaikan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
19
12
8
1
47,5%
30%
20%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
47,5% siswa menjawab selalu menambah pengetahuan sebelum materi
disampaikan, 30% siswa menjawab sering, 20% siswa memberikan jawaban
kadang-kadang dan 2,5% yang memberikan jawaban tidak pernah
Tabel 24
Penjelasan guru mengenai pentingnya menguasai materi pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
23
15
1
1
57,5%
37,5%
2,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
57,5% siswa menjawab selalu penjelasan guru mengenai pentingnya menguasai
materi pembelajaran, 37,5% siswa menjawab sering, 2,5% siswa memberikan
jawaban kadang-kadang dan yang memberikan jawaban tidak pernah.
Tabel 25
Pentingnya memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
30
6
3
1
75%
15%
7,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
75% siswa menjawab selalu pentingnya memiliki kemampuan baca tulis Al-
Qur`an, 15% siswa menjawab sering, 7,5% siswa memberikan jawaban
kadang-kadang dan 2,5% yang memberikan jawaban tidak pernah.
Tabel 26
Memilki kemampuan baca tulis Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
30
5
5
0
75%
12,5%
12,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
75% siswa menjawab selalu memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur`an dalam
kehidupan sehari-hari, 12,5% siswa menjawab sering, 12,5% siswa
memberikan jawaban kadang-kadang.
Tabel 27
Pembelajaran melalui diskusi dalam kelompok belajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
25
10
1
4
62,5%
25%
2,5%
10%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
62,5% siswa menjawab selalu pembelajaran melalui diskusi dalam kelompok
belajar, 25% siswa menjawab sering, 2,5% siswa memberikan jawaban kadang-
kadang, sedangkan dengan jawaban tidak pernah sebanyak 10%
Tabel 28
Tanggapan tentang membaca Al-Qur`an dengan tartil
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
21
10
8
1
52,5%
25%
20%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
52,5% siswa menjawab selalu tanggapan tentang membaca Al-Qur`an dengan
tartil, 25% siswa menjawab sering, 20% siswa memberikan jawaban kadang-
kadang, sedangkan dengan jawaban tidak pernah sebanyak 2,5%
Tabel 29
Membawa kitab suci Al-Qur`an ketika materi berlangsung
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
15
10
10
5
37,5%
25%
25%
12,5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
37,5% siswa menjawab selalu membawa kitab suci Al-Qur`an ketika materi
berlangsung, 25% siswa menjawab sering, 25% siswa memberikan jawaban
kadang-kadang, sedangkan dengan jawaban tidak pernah sebanyak 12,5% .
Tabel 30
Pengawasan guru terhadap siswa dalam membaca Al-Qur`an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
27
8
3
2
67,5%
20%
7,5%
5%
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang responden, sebanyak
67,5% siswa menjawab selalu pengawasan guru terhadap siswa dalam
membaca Al-Qur`an, 20% siswa menjawab sering, 7,5% siswa memberikan
jawaban kadang-kadang, sedangkan dengan jawaban tidak pernah sebanyak 5%
.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Mengajarkan prinsip-prinsip agama Islam kepada siswa seperti
membaca dan menulis Al-Qur'an adalah masalah penting yang harus disadari
dan diperhatikan oleh pendidik (guru), karena hal tersebut turut menentukan
masa depan siswa ke jenjang keluhuran dan kesempurnaan. Sering kali para
orang tua mengabaikan bimbingan dalam proses pengajaran Al-Qur'an,
bersandar pada asumsi bahwa kelak jika telah dewasa, maka dengan sendirinya
akan berkeinginan untuk belajar membaca dan menulis Al-Qur'an, dengan
berharap penuh pada lembaga pendidikan formal, seperti sekolah.
Untuk itu ada baiknya memperhatikan bagaimana pembelajaran baca
tulis Al-Qur'an yang dilaksanakan di SMP Islam Parung untuk mewujudkan
pribadi muslim yang mampu membaca dan menulis Al-Qur'an dengan
sempurna (baik dan benar).
Berikut uraian secara ringkas analisa pembelajaran baca tulis Al-Qur'an
untuk ditindaklanjuti sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan dalam tata
laksana aturan, bentuk maupun metode di lapangannya guna peningkatan mutu
hasil pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di sekolah.
Penelitian memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran baca tulis Al-Qur'an yang dilaksanakan di SMP Islam Parung
Bogor masih tergolong kecil. Hal ini diperjelas oleh kepala sekolah yang
menyatakan bahwa siswa yang melaksanakan pembelajaran di sekolah hanya
sebagian kecil saja. Alasan yang di kemukakan siswa bermacam-macam,
namun alasan yang paling sering di kemukakan adalah kelelahan, dan berbagai
alasan lainnya sehingga pihak sekolah dapat Keadaan semacam ini sangat
disayangkan mengingat pentingnya pembelajaran baca tulis Al-Qur'an bagi
peserta didik.
Mengenai penilaian terhadap peragaan oleh guru dalam memberikan
uraian tentang materi pembelajaran baca tulis Al-Qur'an diketahui cukup
memadai. Namun demikian, peragaan yang dilakukan belum memberikan
kontribusi besar dalam membantu siswa memahami materi, hanya sebagian
kecil siswa yang mengatakan sebaliknya. Akibatnya, kecenderungan sebagian
besar siswa menganggap uraian guru tentang materi pembelajaran kurang
menarik.
Berdasarkan analisis data, dijumpai bahwa permasalahan kurang
menariknya uraian guru atau tersendat-sendatnya pemahaman materi tidak
mengurangi atau bahkan menghentikan sama sekali siswa untuk tetap
memperhatikan uraian guru. Penyebabnya adalah bahwa pembelajaran baca
tulis Al-Qur'an di sekolah merupakan kegiatan ekstrakulikuler(Muatan Lokal)
yang berarti sesuai dengan keinginan dan diikuti siswa secara sukarela di satu
sisi. Dan di sisi lain, berdasarkan data diketahui bahwa dorongan untuk pandai
baca tulis Al-Qur'an adalah motivasi terbesar siswa mengikuti pembelajaran.
Meski uraian guru kurang menarik, sebagian besar siswa tetap
menyatakan pembelajaran yang disampaikan cukup menambah keinginan
belajar baca tulis Al-Qur'an mereka, juga secara umum menunjukkan dapat
membuat siswa bersungguh-sungguh mempelajari baca tulis Al-Qur'an.
Lebih lanjut, kecenderungan terbesar siswa menyatakan bahwa guru
tidak selalu memberikan pertanyaan mengenai materi pembelajaran baca tulis
Al-Qur'an sebelumnya padahal hal yang demikian membantu ingatan siswa.
Permasalahan lainnya bahwa secara menyeluruh menandakan rendahnya
kualitas pemberian pertanyaan mengenai materi yang akan dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran meski guru sering menerangkan pentingnya menguasai
materi.
Seharusnya kesadaran siswa bahwa memiliki kemampuan baca tulis Al-
Qur'an penting dan cenderung berpandangan bahwa keahlian tersebut
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan modal dasar oleh guru
dalam mengelola pembelajaran di kelas, namun pada kenyataannya guru
kurang memberikan jadwal untuk melaksanakan pembelajaran melalui diskusi
dalam kelompok belajar. Patut dicatat, pembelajaran secara kooperasi
memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran
yang diberikan selain memungkinkan siswa dapat belajar secara baik.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah kurangnya perhatian
guru terhadap kondisi masing-masing siswa baik dalam penyampaian materi
maupun pemantauan hasil belajar.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran seyogyanya diukur atau dinilai
berdasarkan tercapai atau tidak tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin
diwujudkan. Salah satu cara yang direkomendasikan adalah dengan melakukan
ujian/tes. Data penelitian menyebut pembelajaran yang telah dicapai tidak
selalu diikuti dengan pemberian ujian/tes. Hal ini menjelaskan bahwa guru baca
tulis Al-Qur'an harus selalu mengadakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
guna meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Bahwa kondisi lapangan untuk pelaksanaan metode pembelajaran cukup
beragam adalah benar. Namun demikian, kiranya dapat disampaikan beberapa
hal yang cukup signifikan untuk tidak lanjut perbaikan pembelajaran yang akan
datang.
Metode pembelajaran menjadi penting karena kenyataan materi
pendidikan tiada mungkin dipelajari secara efisien, kecuali disampaikan dengan
cara-cara tertentu. Ketiadaan metode pembelajaran yang efektif bakal
menghambat atau membuang secara sia-sia waktu dan upaya pendidikan.
Ketersediaan metode pembelajaran yang akurat, sangat penting bagi
kegiatan monitoring dan pengendalian pembelajaran secara umum. Metode
pembelajaran tersebut diperlukan untuk memantau kemajuan pembelajaran oleh
masing-masing siswa, mengidentifikasi apabila terjadi kesulitan-kesulitan, serta
mengambil langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan untuk memastikan
bahwa pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan hasil yang
direncanakan.
Pada kenyataannya, ketersediaan metode pembelajaran secara tepat
merupakan hambatan utama dalam kegiatan pembelajaran, selain waktu belajar.
Metode pembelajaran cenderung tidak menyenangkan dan tidak menarik, juga
efektif dan efisien dalam penyampaian materi, padahal metode tersebut
merupakan sumber utama untuk memonitor siswa. Yang terjadi adalah bahwa
waktu dan energi justru habis hanya untuk mendistribusikan dan
mengumpulkan materi daripada untuk melakukan analisis dan evaluasi
ketercapaian tujuan atas pembelajaran yang dilaksanakan.
Penggunaan metode terutama menulis Al-Qur'an dipandang perlu untuk
ditingkatkan. Bahwa "menarik" bagi suatu metode belum sepenuhnya dapat
diterima oleh siswa. Mereka masih banyak yang menganggap metode berarti
kewajiban dan bukan hak. Akibatnya penerapan metode adalah hak monopoli
guru. Sejauh cara pandang ini belum berubah, tingkat keberhasilan
pembelajaran jangan terlalu diharapkan segera menjadi lebih baik. Di sini peran
pemahaman guru ataupun lainnya menjadi sangat menentukan tingkat
keberhasilan pembelajaran. Di samping itu, sebenarnya metode pembelajaran
tidak bisa berdiri sendiri, namun harus ditunjang oleh komponen pendidikan
yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam Parung
Bogor, yang secara substansi mempengaruhi tingkat keberhasilannya. Faktor-
faktor pendukung antara lain adalah sebagai berikut :
1. Sarana musholla yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan
operasional kegiatan agama terutama pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
2. Adanya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan/program keagamaan
pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
3. Adanya Kemauan yang besar dari siswa untuk belajar.
4. Adanya metode yang variatif dan cukup memadai untuk pelaksanaan
pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
5. Tersedianya banyak buku-buku sumber tentang baca tulis Al-Qur'an.
Selain faktor-faktor pendukung tersebut, pembelajaran baca tulis Al-
Qur'an yang diberikan kepada siswa di SMP Islam Parung Bogor pun tidak
terlepas dari hambatan-hambatan sebagai berikut:
1. Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran
baca tulis Al-Qur'an masih terbatas. Masjid sebagai alat untuk mengelola
kegiatan terlalu kecil namun dipergunakan untuk mengelola hampir semua
kegiatan. Sedangkan kebutuhan dan kelengkapan sarana dalam menunjang
kegiatan dan kelancaran operasional sangat penting karena dengan
terbatasnya sarana akan menghambat kelancaran kegiatan.
2. Masih rendahnya kuantitas siswa yang mengikuti pembelajaran baca tulis
Al-Qur'an di sekolah dengan berbagai alasan, sehingga berpengaruh
terhadap kesulitan terjangkau dan terpantaunya siswa kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur'an secara umum.
3. Terbatasnya waktu yang tersedia sehingga berakibat kepada rendahnya
frekuensi kegiatan dan bentuk Pembelajaran yang dilaksanakan.
Memperhatikan hasil analisis data diketahui bahwa sistematika dan
efisiensi serta efektivitas metode yang dilakukan guru dalam pembelajaran baca
tulis Al-Qur'an belum memuaskan, Dalam kaitan ini pula dinyatakan metode
belum menark dan menyenangkan. Hasil akhirnya adalah hasil belajar siswa
masih belum sesuai harapan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya hasil belajar
siswa dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an berhubungan dan atau banyak
ditentukan oleh faktor metode yang digunakan oleh guru. Hal ini juga
menunjukkan bahwa secara umum metode guru dalam penyajian pembelajaran
baca tulis Al-Qur'an masih sangat perlu ditingkatkan.
Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan cara terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam pembelajaran,
sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama
konsep tersebut.
Sebagian besar dari siswa kesulitan untuk memahami konsep
sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang
abstrak dan metode ceramah. Karenanya, bagaimana seorang guru dapat
berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya
tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang
mereka pelajari.
Pengembangan diri melalui baca tulis Al-Qur'an adalah bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi
dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah.
Langkah-langkah atau upaya yang dapat dilakukan guru dalam rangka
mengatasi masalah sehubungan dengan metode pembelajaran untuk jangka
pendek antara lain:
1. Pembelajaran disampaikan melalui berbagai metode yang variatif untuk
mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi
siswa yang menunjang proses pembelajaran, mulai dari memperagakan
dalam pembelajaran, hingga latihan. Peragaan, latihan merupakan jenis
metode yang efektif bila dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan
dan menyenangkan dan tidak takut dengan hukuman. Hal ini menjelaskan
bahwa siswa selalu merasa dalam suasana yang menggembirakan dan
menimbulkan kepuasan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut
sehingga tidak pernah merasakan kejenuhan ketika berada dalam proses
pembelajaran.
2. Pembelajaran baca tulis Al-Qur'an dapat memakai beberapa metode dalam
penyampaian materi pembelajaran, mulai dari pemberian ceramah, metode
tanya jawab, metode diskusi, dan metode interaktif. Namun demikian,
metode perpaduan secara intens sebaiknya banyak digunakan (ceramah,
demonstrasi, dan latihan).55
Akhirnya, selain kombinasi sebagaimana telah disebutkan, terbuka
kemungkinan adanya kombinasi lain. Semua hal tersebut bertujuan agar
para peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh di saat mengikuti kegiatan
pembelajaran dan agar mudah dipahami segala materi yang disampaikan
oleh guru.
3. Metode dalam penyampaian materi pembelajaran hendaknya
memperhatikan dan atau memenuhi kriteria berikut:
a. Kerja sama
b. Saling menunjang
c. Belajar dengan bergairah
55
Ceramah digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan, tujuannya memberikan
penjelasan mengenai keterampilan tertentu yang telah atau akan dilakukan. Sementara demonstrasi
dimaksudkan untuk mempertunjukkan keterampilan yang dipelajari dan siswa memperhatikan.
Setelah itu siswa melakukan latihan seperti yang dilakukan guru.
d. Pembelajaran terintegrasi
e. Menggunakan berbagai sumber
f. Siswa aktif
g. Sharing dengan teman
h. Siswa kritis guru kreatif
Sedangkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dapat ditempuh di
antaranya melalui pengumpulan data, pengolahan data, diagnosa, prognosa,
treatment (perlakuan), evaluasi dan follow tip (tindak lanjut). Selain itu,
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan buku-buku agama dan
praktek secara langsung perlu ditingkatkan, sehingga memudahkan siswa untuk
memahami secara langsung.
Sementara solusi jangka panjang yang direkomendasikan untuk
dilaksanakan adalah penggunaan metode khusus (Iqra, dll) meliputi pendidikan
membaca maupun menulis yang bersifat informatif dan teknis sebagai salah
satu upaya transformasi dari metode tradisional yang telah ada. Penggunaan
metode dimaksud tentunya harus disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa sehubungan dengan peningkatan
hasil belajar siswa, maka faktor-faktor penghambat segera ditanggulangi paling
kurang diminimalkan dan yang menjadi faktor pendukung dapat lebih
ditingkatkan pula baik kualitas maupun kuantitasnya.
Berkaitan dengan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam
Parung Bogor, meskipun dengan tenaga guru yang sedikit, tetapi mampu
memberikan pelayanan yang cukup berhasil secara umum sudah cukup menjadi
pendorong utama bagi pengembangan metode dan bentuk pembelajaran baca
tulis Al-Qur'an untuk berusaha agar pembelajaran berjalan dengan lebih baik.
Lebih lanjut, apabila dalam proses pembelajaran siswa mempunyai
kesadaran yang penuh tentang apa sebenarnya yang ada sangkut pautnya
(hubungannya) dengan dirinya selama ia hidup, maka hal ini merupakan suatu
penolong yang sangat penting. Karena Al-Qur'an (membaca dan menulis)
sebagai kontrol diri dan kontrol sosial, jika diyakini dan dipahami dengan baik
akan dapat menjadi pedoman bagi setiap siswa.
Pembelajaran baca tulis Al-Qur'an merupakan kegiatan pengembangan
diri di luar mata pelajaran dan bagian integral dari kurikulum sekolah. Sebagai
kegiatan ekstra kurikuler, pembelajaran baca tulis Al-Qur'an mempunyai jiwa
yang bertujuan sangat mulia. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, minat, serta
kondisi diri mereka, yang dalam hal ini membekali siswa secara luas dengan
memberi peluang dan kemudahan untuk memahami ajaran-ajaran agamanya.
Sejauh ini perangkat yang telah terbangun belum begitu membantu
dalam pembelajaran. Diduga permasalahan tersebut tidak terlepas dari belum
optimalnya baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap akhir
atau evaluasinya.
Bentuk keseriusan peningkatan adalah dengan membangun
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pengembangan diri, yaitu membina
dan menumbuhkan minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan belajar para siswa,
di samping tentu saja alokasi waktu pengembangan diri. Karena sejatinya
patokan waktu 2 jam untuk pengembangan diri mengandung makna : setiap
kegiatan ekstra kurikuler (muatan lokal) yang waktunya sangat tergantung pada
substansinya, dapat di ekuivalen senilai 2 jam pelajaran.
Dengan demikian, isu-isu yang muncul menyangkut efektivitas metode
kegiatan/program dapat diatasi, tinggal bagaimana guru yang bersangkutan
memanfaatkannya untuk kepentingan pengembangan dirinya dan tugasnya.
Oleh sebab itu, prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara guru
dengan unit-unit pendidikan lain yang terkait harus betul-betul diperhatikan dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka di kemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
6. Bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an cukup
baik, bahwa terdapat kelemahan- kelemahan pada pembelajaran baca tulis
Al-Qur`an yaitu peragaan yang dilakukan guru belum memberikan
kontribusi besar terhadap pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran,
guru tidak selalu memberikan pertanyaan mengenai materi pembelajaran
baca tulis Al-Qur`an sebelumnya, kesulitan-kesulitan siswa dalam
pembelajaran baca tulis Al-Qur`an, kurangnya perhatian guru terhadap
kondisi masing-masing siswa baik dalam penyampaian materi maupun
pemantauan hasil belajar.
7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
cukup baik. Dalam kaitannya dengan baca tulis Al-Qur`an terhadap siswa
dan juga pelaksanaan pengajaran baca tulis Al-Qur`an peran kepala sekolah
dan juga guru BTQ dapat memberikan kontribusi yang besar dalam rangka
meningkatan prestasi belajar siswa dalam hal membaca huruf Al-Qur`an
dengan tartil serta penulisan ayat-ayat Al-Qur`an agar lebih maksimal.
8. Bahwa langkah dan upaya yang direkomendasikan untuk dilaksanakan
adalah; Pertama, jangka pendek, yaitu mengembangkan metode yang
variatif, rileks, menggembirakan dan menyenangkan, juga menerapkan
metode perpaduan secara intens berbasis peserta didik. Kedua, jangka
panjang, yaitu penggunaan metode khusus (Iqra, dll) yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah.
B. Saran-Saran
1. Ada beberapa saran yang dapat menjadi masukan guna meningkatkan
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an terhadap siswa yang lebih baik. Bagi
SMP Islam Parung yaitu kepada para siswa hendaknya mengikuti kegiatan
atau tambahan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an disekolah yang dibidangi
oleh guru BTQ itu sendiri, karena hal itu biisa menjadi pengalaman dan
penambahan pengetahuan keagamaan dan meningkatkan bacaan dan tulisan
Al-Qur’an dan terdapat kekurangan terhadap pembelajaran baca tulis Al-
Qur’an terhadap siswa salah satunya bacaan Al-Qur’an dan tulisan ayat Al-
Qur’an dan hendaknya guru senantiasa berupaya memperbaiki dan
meningkatkan komunikasi dalam penyajian materi demi efektifnya
pembelajaran dengan selalu bersedia mencoba mengadakan eksperimen,
memilih dan menilai mana yang kiranya paling baik paling tepat digunakan,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dan dapat lebih
bermanfaat.
2. Bagi kepala sekolah diharapkan senantiasa memberikan motivasi dan
pembinaan kepada guru, agar dalam menjalankan tugasnya tetap semangat,
amanah dan berusaha untuk melaksanakan program pembelajaran Al-Qur’an
yang lebih baik.
3. Bagi masyarakat Islam, khususnya orang tua siswa, penulis menghimbau
agar memberi perhatian, dukungan dan motivasi yang terus-menerus kepada
anaknya dalam hal pembelajaran Al-Qur’an.
4. Kepada Pemerintah pusat dan daerah agar memberikan bantuan baik berupa
sarana dan prasarana, ataupun berupa finansial, agar terbentuknya lembaga-
lembaga Al-Qur’an yang lebih baik yang mampu melahirkan generasi-
generasi muda yang dekat dengan Al-Qur’an.
5. Kepada para guru Baca Tulis Al-Qur’an hendaknya merubah paradigma
lama yang menganggap Al-Qur’an hanya sekedarnya saja, kepada
paradigma baru yaitu mengajar Al-Qur’an itu sebagai ibadah, dan sebagai
mana dikatakan dalam hadist Nabi, orang yang paling baik diantara kalian
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, oleh sebab itu
lakukanlah dengan profesional serta dengan penuh tanggung jawab.