Pembatasan HAM dan Perlindungan Hukum Bagi Polri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Polda Sulsel, 19 Juli 2012 KomisiNasionalHakAsasiManusia 1 Bagian Satu Bagian Satu 2

Citation preview

  • Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

    Yosep Adi Prasetyo

    Wakil Ketua

    Polda Sulsel, 19 Juli 2012

    1

  • Bagian SatuBagian Satu

    2

  • KEBEBASAN KEBUTUHAN

    Kebebasan Dasar/HakYang

    Tak Dapat Ditangguhkan

    (Freedom/Right In Itself)

    Kebebasan/Hak Sosial

    (Freedom/Right For Itself)Berhak Atas

    Mutlak: Kemauan/Niat:Relatif:

    Hak Individu/Kerlompok

    Mutlak:

    Tak boleh ditangguhkan

    (ditunda) maupun dibatasi

    atau dikekang

    Melalui:

    Norma hak-hak manusia,

    konstitusi

    Kemauan/Niat:

    Batas minimum tertentu, dapat

    ditunda pemenuhannya

    berdasar prioritas tp hrs direa-

    lisasikan scr bertahap

    Melalui:

    Perencanaan, kebijakan, atau

    program pengembangan

    sumber daya

    Relatif:

    Dalam situasi dan alasan

    tertentu boleh dibatasi atau

    dikekang berdasarkan hukum

    (UU)

    Melalui:

    Konstitusi, UU, sistem

    peradilan ,dan pengadilan

    MelindungiMenghormati Memenuhi

    Kewajiban Negara(-) tanpa intervensi (ommission) Intervensi penuh (commission) (+)

  • UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM mengatur

    pembatasan mengenai kebebasan dan HAM

    (Pasal 73) dengan menyebutkan bahwa

    kebebasan dan HAM hanya bisa diatur oleh

    dan berdasarkan undang-undang, semata-mata

    untuk menjamin pengakuan dan penghormatan

    terhadap HAM serta kebebasan dasar orang

    lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan

    kepentingan bangsa.

    4

  • Dalam kondisi tertentu, hak-hak asasi manusia yang tidak

    termasuk non-derogable rights dapat dilakukan pembatasan

    dan pengurangan. UUD 45 amandemen ke dua Pasal 28 J

    menyatakan (juga Pasal 73 UU No 39 Tahun 1999) :

    (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

    dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib

    tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang

    dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

    penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

    memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,

    nilai- nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

    masyarakat demokratis.

    5

  • Pasal 74 UU No. 39 Tahun 1999 kemudian menegaskan

    tidak satu ketentuan dalam Undang-undang ini boleh

    diartikan bahwa Pemerintah, partai, golongan atau pihak

    manapun dibenarkan mengurangi, merusak, atau

    menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar

    yang diatur dalam undang-undang ini

    Dengan demikian, pembatasan yang dilakukan

    pemerintah harus tetap menjamin, bahkan

    memperkuat, perlindungan HAM. Selanjutnya,

    pembatasan terhadap HAM yang tercantum dalam UU

    No. 39/1999 harus dilakukan melalui undang-undang

    6

  • Pembatasan terhadap hak untuk bebas

    menyatakan pendapat dan memperoleh

    informasi memang boleh dilakukan, asal

    berdasar hukum dan dibutuhkan untuk berdasar hukum dan dibutuhkan untuk

    menghormati hak atau nama baik orang lain

    dan melindungi keamanan nasional atau

    ketertiban umum atau kesehatan atau moral

    masyarakat.

    7

  • Pembatasan dan pengurangan HAM yang diatur di

    dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik

    (KIHSP) diterjemahkan secara detil di dalam Prinsip-

    Prinsip Siracusa (Siracusa Principles)

    Pembatasan hak tak boleh membahayakan esensi hak Pembatasan hak tak boleh membahayakan esensi hak

    Semua klausul pembatasan harus ditafsirkan secara

    tegas dan ditujukan untuk mendukung hak-hak. Semua

    pembatasan harus ditafsirkan secara jelas dan dalam

    konteks hak-hak tertentu yang terkait

    Pembatasan hak tak boleh diberlakukan secara

    sewenang-wenang

    8

  • Pembatasan itu tak boleh membahayakan hak itu

    sendiri

    Tak seorang pun boleh menjadi subyek pembatasan

    dan sanksi, serta dirugikan karena pendapat atau

    kepercayaannya

    Ekspresi dapat dihukum sebagai ancaman keamanan

    nasional jika pemerintah dapat menunjukkan bahwa

    ekspresi itu ditujukan atau dapat memotivasi kekerasan

    yang akan terjadi atau ada hubungan langsung dan

    dekat antara ekspresi dan kekerasan tersebut.

    Namun tak seorang pun boleh dihukum karena

    ekspresi yang mengandung kritik atau penghinaan

    terhadap kebijakan pemerintah atau pejabat publik.

    9

  • Tidak satupun pembatasan terhdp kebebasan

    berekspresi atau informasi dengan alasan

    keamanan nasional dapat diterapkan kecuali

    jika pemerintah dapat menunjukkan bahwa

    pembatasan tersebut sesuai dengan ketentuan

    hukum dan diperlukan dalam masyarakat

    demokratis untuk melindungi kepentingan

    keamanan nasional yang sah. Pemerintah harus

    menunjukkan validitas dari pembatasan

    tersebut.

    10

  • Untuk melindungi hak dan kebebasan orang

    lain (rights and freedom of others)

    Ketika terjadi konflik antar-hak, maka harus

    diutamakan hak dan kebebasan yang paling diutamakan hak dan kebebasan yang paling

    mendasar

    Klausul ini tidak bisa digunakan untuk

    melindungi negara dan aparatnya dari kritik

    dan opini publik

    11

  • Suatu pembatasan yang dijustifikasi dengan alasan

    keamanan nasional tidak sah jika tujuan yang

    sesungguhnya dan dampak yang dihasilkannya adalah

    untuk melindungi keberadaan suatu negara atau untuk melindungi keberadaan suatu negara atau

    integritas teritorialnya dari penggunaan atau ancaman

    kekerasan, atau kapasitasnya untuk bereaksi terhadap

    penggunaan atau ancaman kekerasan, baik yang

    berasal dari sumber eksternal seperti ancaman militer,

    maupun dari sumber internal seperti provokasi

    penggulingan pemerintah dengan cara kekerasan.

    12

  • Khususnya, pembatasan yang dijustifikasi dengan

    alasan keamanan nasional tidak sah jika tujuan yang

    sesungguhnya atau dampak yang dihasilkannya adalah

    untuk melindungi kepentingan-kepentingan yang tidak

    berhubungan dengan keamanan nasional, termasuk berhubungan dengan keamanan nasional, termasuk

    misalnya untuk melindungi suatu pemerintahan dari

    rasa malu akibat kesalahan yang dilakukan atau

    pengungkapan kesalahan yang dilakukan, atau untuk

    menutup-nutupi informasi tentang pelaksanaan fungsi

    institusi-institusi publiknya, atau untuk menanamkan

    suatu ideologi tertentu, atau untuk menekan kerusuhan

    industrial.

    13

  • Pada saat keadaan darurat publik yang mengancam

    kehidupan bangsa dan keberadaannya, yang

    dinyatakan secara resmi dan sesuai dengan hukum

    nasional dan internasional, suatu negara dapat

    menerapkan pembatasan terhadap kebebasan menerapkan pembatasan terhadap kebebasan

    berekspresi dan informasi tetapi hanya sampai pada

    batasan sebagaimana dibutuhkan oleh situasi tersebut

    dan hanya ketika hal tersebut tidak bertentangan

    dengan kewajiban pemerintah berdasarkan hukum

    internasional.

    14

  • Bagian DuaBagian Dua

    15

  • Menjaga keamanan

    Membasmi kejahatan (crime fighters)

    Melindungi masyarakat dari tindakan hukum yang semena-mena

    Menanggulangi kejahatan terhadap keamanan negara, seperti makar atau

    pemberontakan

    Turut serta dalam pembinaan hukum nasional

    Law Enforcement

    Turut serta dalam pembinaan hukum nasional

    Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian

    khusus, penyidik pegawai negari sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan

    swakarsa.

    Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

    dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangan lainnya.

    Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

    leboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

    kepolisian

    16

  • Memelihara ketertiban masyarakat

    Pembasmi kejahatan (crime fighters)

    Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari ganguan

    Order Maintenance

    masyarakat, dan lingkungan hidup dari ganguanketertiban dan/atau bencana termasukmemberikan bantuan dan pertolongan

    Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatanmasyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan

    Menjamin kelancaran lalulintas di jalan

    17

  • Melayani kepentingan warga masyarakat untuk

    sementara sebelum ditangani oleh instansi

    dan/atau pihak yang berwenang

    To Serve the

    People

    Memberikan pelayanan kepada masyarakat

    sesuai dengan kepentingannya dalam, lingkup

    tugas kepolisian

    Melaksanakan tugas lain sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan

    18

  • Lembaga Eksekutif/

    Pemerintah

    Birokrasi

    Militer

    Polisi

    Kejaksaan

    Intelijen

    Political SocietyRegulasi

    BUMN

    Partai Politik

    Regulasi

    State

    Posisi Ideal

    Polri

    19

    Civil SocietyEconomic Society

    BUMNOrmas

    Orsos Ornop/NGO

    Orag

    Gerakan Sosial

    Organisasi

    Profesi

    Organisasi

    Buruh

    Perusahaan

    PMAPasar

    Pasar ModalLegislatif

    Regulasi UUD

    UU

  • Negara (N)

    20

    Masyarakat (M) Pasar (P)

    Polri

  • N21

    PM

    m

    Polisi

  • NPolisi

    22

    PM

  • N23

    PMPolisi

  • Bagian TigaBagian Tiga

    24

  • Sikap

    Perilaku

    Sistem

    Kekerasan yg

    terlihat

    Perilaku sebagai kekerasan fisik secara

    langsung: Intimidasi, pemukulan,

    penyiksaan, pembunuhan

    terlihat

    Kekerasan Yang Tak

    Terlihat (di bawah

    permukaan)

    Sikap sebagai sumber kekerasan:

    Kebencian, kecurigaan, prasangka,

    ketakutan ketakpercayaan, rasialisme,

    seksisme, intoleransi, nilai-nilai budaya

    yang sempit

    Sistem sebagai model kekerasan yang

    melembaga: diskriminasi dalam pendidikan,

    pekerjaan, ekonomi, pelayanan umum,

    penyangkalan hak dan kemerdekaan,

    segregasi sosial oleh negara, kebijakan

    pemukiman, perlindungan politis, dll

  • 26

  • Adanya jaminan perlindungan danpemenuhan hak atas kebebasanberekspresi/berunjuk rasa

    Ada pengaturan tentang kontrolpengendalian secara situasionalpengendalian secara situasional

    Adanya kontrol terhadap situasi kamtibmas

    Adanya alih tanggungjawab secaraberjenjang

    Adanya tahapan mengenai penggunaankekuatan secara bertahap

    27

  • Prosedur Tetap

    Kapolri No:

    Protap/1/X/2010

    ttg

    Penanggulangan

    PERKAP No. 16 Tahun

    2006 tentang Pedoman

    Pengendalian Massa

    KondisiTertib

    KondisiMemanas

    KondisiAnarkis

    28

    Penanggulangan

    Anarki

    PERKAP No 8 Th 2009

    ttg Implementasi

    Prinsip Dan Standar

    HAM dlm

    Penyelenggaraan Tugas

    Kepolisian Negara RI

    PERKAP No 14 Th

    2011 ttg Kode Etik

    Profesi Polri

    Kapolsek

    Kapolres

    Kapolda

  • A. Enam Prinsip Penggunaan Kekuatan, yaitu:

    Legalitas (harus sesuai hukum)

    Nessesitas (keperluan dalam penggunaan kekuatan)

    Proporsionalitas (dilaksanakan seimbang antaraancaman yang dihadapi dan tindakan POLRI)ancaman yang dihadapi dan tindakan POLRI)

    Kewajiban Umum (Petugas bertindak denganpenilaiaannya sendiri berdasarkan situasi & kondisiyang bertujuan menciptakan kamtibmas)

    Preventif (mengutamakan pencegahan)

    Masuk akal (tindakan diambil dengan alasan yang logis berdasarkan ancaman yang dihadapi)

    29

  • B. Enam Tahapan Penggunaan Kekuatan:

    Kekuatan yang memiliki dampak deteren (berupa kehadiran

    aparat POLRI atau kendaran dengan atribut POLRI atau lencana)

    Perintah lisan (ada komunikasi atau perintah, contoh : "POLISI,

    jangan bergerak!")

    Kendali tangan kosong lunak (dengan gerakan membimbing atau

    kuncian tangan yang kecil timbulkan cedera fisik)

    Kendali tangan kosong keras (ada kemungkinan timbulkan

    30

    Kendali tangan kosong keras (ada kemungkinan timbulkan

    cedera, contoh dengan bantingan atau tendangan yang

    melumpuhkan)

    Kendali senjata tumpul (Sesuai dengan perlawanan tersangka,

    berpotensi luka ringan, contoh dengan menggunakan gas air

    mata dan tongkat polisi)

    Kendali dengan menggunakan senjata api (tindakan terakhir

    dengan pertimbangan membahayakan korban, masayarakat dan

    petugas)

  • C. Enam tingkat perlawanan tersangka atau massa:

    Perlawanan tingkat 1 (contoh diam di tempat dengan duduk di

    tengah jalan)

    Perlawanan tingkat 2 (berupa ketidakpatuhan lisan dengan tidak

    mengindahkan imbauan polisi)

    Perlawanan tingkat 3 (perlawanan pasif dengan tidur di jalan dan

    diam saja walau diperintahkan bergeser hingga harus diangkat

    petugas)

    31

    petugas)

    Perlawanan tingkat 4 (bertindak defensif dengan menarik,

    mengelak atau mendorong)

    Perlawanan tingkat 5 (bertindak agresif dengan memukul atau

    menyerang korban, petugas atau masyarakat lain)

    Perlawanan tingkat 6 (bertindak dengan ancaman yang dapat

    sebabkan luka parah atau kematian bagi korban, petugas dan

    masyarakat)

  • Dengan mengacu pada prinsip dan level-level tindakan danperlawanan yang ada , maka POLRI dalam melaksanakantugasnya dapat penggunaan kekuatan dengan tetapberpedomani 6 prinsip .

    Apabila tindakan yang lebih lunak sudah tidak efektif lagi, maka penggunaan senjata api harus merupakan opsi terakhirmaka penggunaan senjata api harus merupakan opsi terakhirkarena dalam kondisi demikian keselamatan korban, petugasdan masyarakat lain sudah terancam.

    Hal lain yang menarik dalam Perkap ini adalah dalam Pasal 13 Ayat (2 ) dinyatakan bahwa petugas POLRI di lapangan saatmenerima perintah dari atasannya namun tidakmelaksanakannya karena si petugas beranggapan bahwatindakan sang atasan bertentangan dengan peraturan, makadalam kondisi demikian, dibenarkan untuk tidak mengikutinya.

    32

  • POLISI Disiplin tinggi, terlatih Bertindak sesuai perintah/komando

    Bertindak sesuai kode etik profesi, Protap, dan Perkap

    PENDEMO

    Massa cair, kerap chaos Spontan dan tak memiliki komando

    Mudah terprovokasiTak memiliki peralatan, dan

    profesi, Protap, dan Perkap Dalam bertindak menggunakan peralatan sesuai standar

    Bekerja sebagai aparat penegak hukum (bisa bedakan posisi pasif dan aktif)

    Melumpuhkan sasaran sesuai target yang terukur dan bisa dipertanggungjawabkan

    Tak memiliki peralatan, dan kerap memungut benda sekitar

    Ingin menyampaikan aspirasu yang tersumbat

    Kerap terprovokasi untuk merusak fasum dan membuat kemacetan guna menarik perhatian

    33

  • 34

  • 35

  • Terlibat tawuran dengan massa pendemo

    Menggunakan senjata di luar standar untuk membalas aksi pendemo (lempar batu, lempar molotov dll)

    Menganiaya orang yang berstatus surrenderMenganiaya orang yang berstatus surrender

    Merusak barang-barang , alat pendukung, kendaraan yang digunakan pendemo

    Melakukan sweeping dan merusak sasaran sipil

    Menyerang dan merampas alat kerja wartawan (yang dijamin haknya berdasar UU)

    36

  • Bagian TigaBagian Tiga

    37

  • Norma umum dan prinsip tentang

    penggunaan kekerasan dan senjata api

    oleh aparat kepolisian (universal,

    internasional, dan nasional)internasional, dan nasional)

    Norma dan prinsip ini sebetulnya

    mengatur tentang pemberian diskresi

    bagi Polri dalam bertindak

    38

  • Hak atas imunitas dimiliki Polri saat

    menjalankan tugas dan tanggungjawabnya

    dalam menjada kamtibmas

    Hak imunitas (berdasar diskresi) dapat

    diterapkan sepanjang tak menghasilkan pola

    perilaku aparat polisi yang bertentangan

    dengan HAM mengabaikan aspek

    perlindungan dan penghormatan terhadap

    HAM)

    39

  • Kode etik profesi memberikan payung

    perlindungan hukum kepada setiap anggota

    Polri yang sedang bertugas terhadap ancaman

    untuk dibawa ke proses peradilan secara untuk dibawa ke proses peradilan secara

    langsung

    Kesalahan yang dilakukan akan diperiksa dan

    diadili secara internal (profesi) terlebih dulu

    Bagian dari mekanisme perlindungan profesi

    40

  • Aturan dalam berbagai bentuk RoE

    bertujuan mengatur tata cara, tahapan,

    dan proporsi penggunaan kekuatan

    (preemtif, preventif, dan represif)

    RoE dijabarkan dalam berbagai Protap

    dan Perkap

    41

  • Penyerangan kepada anggota Polri

    yang sedang menjalankan tugas

    diancam dengan ancaman

    pemberatan hukuman (Pasal 211-

    216 KUHP)

    Rancangan revisi KUHP

    42

  • Sesuai

    Norma dan

    Etik Sesuai RoE

    ProporsionalAkuntabel

    Kekerasan adalah

    pilihan paling

    ekstrem

    43

    Target

    Proporsional

    LegitimateUntuk melindungi

    kehidupan

    Necessity

    Akuntabel

    Untuk membela

    diri dan melindungi

    orang lain

  • Afeksi (sikap dan

    Menghargai perbedaan, menerima the others, tak

    diskriminatif, meng-hargai kesetaraan, membantu &

    melindungi kel. rentan, memiliki sikap toleransi, bisa

    membela diri, memilih kehidupan, dll

    44

    Tempat

    Pendidikan

    Tempat

    Tinggal

    Lingkungan

    Masyarakat

    Psikomotorik

    Kognisi (berpikir)

    Afeksi (sikap dan

    perilaku)

    Memiliki pengetahuan HAM,

    mengidentifikasi & mendefinisikan

    peristiwa, menganalisis, memban-

    dingkan kasus, menyusun/meng-

    usulkan/ merencanakan tindakan,

    menghindari tindakan,

    memecahkan masalah

    Berkomunikasi dgn cara

    mengapresiasi HAM,

    melakukan tindakan yang

    sesuai dengan nilai HAM,

    menolong kelompok

    diffable/rentan