Pembantaian Orang Utan Sebagai Kajian Permasalahan Lingkungan Hidup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembantaian orang utan yang terjadi di Kalimantan Timur sebagai bentuk permaslahan lingkungan Hidup

Citation preview

Pembantaian Orang Utan sebagai Kajian Permasalahan Lingkungan HidupOleh : Ludi Jalaludin1406529531Ekologi dan Ilmu Lingkungan PendahuluanLingkungan hidup merupakan ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Persepsi orang terhadap lingkungan berbeda-beda, seringkali penggunaan lingkungan dilakukan tanpa melihat dampak baik dan buruknya demi mendapatkan keuntungan didalamnya. Pengelolaan lingkungan juga kadang mengabaikan apa yang ada disekitarnya untuk mendapatkan sesuatu yang maksimal yang hanya didasarkan pada pertimbangan untung dan rugi. Manusia bersedia untuk mengurangi atau mengorbankan suatu keuntungan untuk mendapatkan keuntungan lain.Isu lingkungan sudah menjadi keprihatinan dalam hubungan Internasional yang telah bergeser dari isu pinggiran menjadi isu pusat perhatian dunia. Persoalan ini merupakan faktor yang berdampak luas diberbagai segi kehidupan. Isu lingkungan dapat juga digolongkan sebagai isu politik, sebab perdebatan tentang suatu masalah ekologis, tidak terlepas dari interaksi kekuatan politik serta peristiwa sejarah tertentu dalam suatu masyarakat atau negara, disamping tingkat pengetahuan masyarakat atau bangsa itu tentang masalah lingkungan yang bersangkutan. Meluasnya usaha perkebunan sawit di Indonesia, karena pemerintah Indonesia justru memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) terhadap beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar diberbagai kawasan di Indonesia terutama di Kalimantan Timur (Merah Johansyah Ismail, 2010 : 56).Keberadaan Orangutan (Pongo Pygmaeus Morio) sebagai salah satu penyangga dan penjaga keseimbangan ekosistem ekologi tidak lagi berlaku karena primata Borneo ini justru dianggap hama yang perlu dibasmi. Hal ini menjadi ironi karena jauh sebelum kehadiran perusahaan sawit, orangutan sudah hidup di habitatnya tanpa harus dianggap sebagai pengganggu dan hama kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit ini menganggap orangutan sebagai pengganggu atau hama yang dapat mengganggu hasil sawit (Tony Suhartono,2007 : 25) GambaranPembunuhan Orangutan di Muara Kaman yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT KAM (Khaleda Agroprima Malindo) adalah peristiwa yang mengundang keprihatinan banyak pihak. Bukan hanya menimbulkan pemberitaan media massa tetapi menuai banyak protes dari berbagai kalangan. Orangutan yang dilindungi oleh negara dengan Undang Undang nomor 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 ini dibantai satu persatu setiap masuk ke lahan perkebunan PT KAM. Mereka menyewa warga yang juga karyawan buruh tani perkebunan kelapa sawit dengan memberikan imbalan rata rata 1 juta rupiah setiap bisa membunuh orangutan. Perusahaan menganggap orangutan sebagai salah satu hama yang perlu dibasmi. Orangutan dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan mengganggu produksi kelapa sawit mereka. Pemerintah Indonesia dianggap mengabaikan terhadap keberlangsungan kehidupan orangutan sebagai salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia. Pembunuhan orangutan ini memicu reaksi dan menimbulkan dampak dari berbagai aspek baik didalam negeri Indonesia maupun di dunia Internasional. ImplikasiDampak dari kasus pembunuhan orangutan yang terjadi di Muara Kaman yakni berkurangnya habitat orangutan yang berakibat berkurang juga keberadaan populasi satwa tersebut. Populasi orangutan semakin berkurang dikarenakan adanya aktivitas perusahaan kelapa sawit. Kejadian ini menyebabkan deforestasi dan degradasi lingkungan yang mengancam keberlangsungan hayati (orangutan) sehingga terjadi kepunahan secara terus-menerus. Hal ini dipicu oleh pandangan yang tidak menghubungkan bahwa hutan dan habitat orangutan adalah mata rantai ekosistem yang menyangga keberlanjutan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Para pengusaha perkebunan kelapa sawit hanya memandang keuntungan ekonomis semata dengan mengabaikan hak-hak ekologi, budaya dan sosial yang berlaku dalam kawasan dimana mereka mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Alternatif solusiAda berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk melindungi orangutan yang ada di Kalimantan Timur setelah terjadinya kasus pemusnahan orangutan yang terjadi di Muara Kaman:1. Penegakan sanksi hukum yang sangat tegas terhadap pembantai orangutan. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir kasus pembantaian orangutan. Pelaku pembantaian divonis minimal penjara seumur hidup.2. Membangun pusat rehabilitasi orangutan, dan melakukan operasi penyelamatannya3. Melakukan penyuluhan tentang pendidikan dan penyadartahuan masyarakat secara masif bahwa keberadaan habitat orangutan sangat penting dalam lingkungan ekosistem.4. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas perusahaan agar tidak terjadi deforestasi lingkungan yang akan mengakibatkan kerugian pada lingkungan di sekitarnya.Sumber:http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/03/8.Hal_.-77-90.pdf Diakses pada tanggal 3 Desember pukul 06.00 WIB.