15
POTENSI TENAGA SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK TERBARUKAN UNTUK DAERAH PERBATASAN DARAT DI INDONESIA Oleh : Tomi Yudha B ( 222012034 ) Eko Dani Setiawan ( 222012036 ) Sindunata Dheobema ( 222012039 ) Tugas EC421A Kapita Selekta IESP FEB UKSW Salatiga

Pembangunan Plts Sebagai Sumber Energi Berkelanjutan Di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

masih perlu diedit

Citation preview

POTENSI TENAGA SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK TERBARUKAN UNTUK DAERAH PERBATASAN DARAT DI INDONESIA

Oleh :Tomi Yudha B ( 222012034 )Eko Dani Setiawan ( 222012036 )Sindunata Dheobema ( 222012039 )

Tugas EC421A Kapita SelektaIESP FEB UKSWSalatiga2015

1. RUMUSAN MASALAHPentingnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia tertuang dalan UUD 1945 amandemen 2002 pasal 33 ayat 4. Pembangunan berkelanjutan ini di fokuskan untuk tujuan jangka panjang. Menurut Brundtland Report dari PBB, 1987, Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan, Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainabel development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.Salah satu fokus dari rencana pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan energi yang renewable atau dapat diperbaruhi. Banyak sekali sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai pengganti energi fosil. Salah satunya adalah energi surya atau tenaga panas matahari. Matahari sebagai sumber energi hampir tak terbatas dan tidak akan habis merupakan pilihan yang tepat sebagai sumber energi alternatif. Energi matahari merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi karbon berbahaya seperti energi fosil. Jika kita bisa menutup biaya investasi awal pemasangan panel surya, maka selanjutnya bisa dikatakan penggunaannya gratis. Panel surya sendiri beroperasi tanpa menimbulkan bunyi atau tanpa polusi suara seperti turbin angin, dapat dipergunakan selama 30 tahun, dan dengan biaya perawatan yang lebih terjangkau dibandingkan intalasi sumber energi lainnya. Energi surya juga merupaan pilihan energi yang memungkinkan dipasang di daerah daerah tepencil, bila jaringan distribusi listrik tidak memadahi atau tidak dimungkinkan terpasang.Meskipun begitu, kelemahan dari pemanfaatan energi surya adalah biaya awal yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan harga panel surya yang masih terlihat mahal bagi masyarakat umum. Pemasangan panel juga harus diletakkan di daerah yang terkena cahaya matahari langsung. Proyek proyek energi surya berskala besar akan membutuhkan lahan yang luas dan air yang berlimpah sebagai pendingin. Terdapat dua alat untuk membangkitkan listrik dengan tenaga surya. Yaitu menggunakan pemusatan energi surya (Concenterated Solar Power/CSP) dan Photovoltanic (PV).Pemusatan Energi Surya (CSP) menggunaan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi surya dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkit listrik biasa yang memanfaat panas untuk menggerakan generator. Sistem cermin parabola dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untu menggerakkan generator atau dijadikan media penyimpanan panas.Pembangkit listrik dengan tipe photovoltanic adalah pembangkit listrik dengan menggunakan perbedaan tegangan akibat efek fotoelekrik (pengeluaran elektron dari suatu permukaan ketika dikenai dan menyerap radiasi elektomagnetik) untuk menghasilkan listrik. Terdapat panel surya yang menjadi alat pengubah cahaya menjadi energi listrik (photovoltanic). Panel surya ini bergantung pada efek photovolanic untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan.Di Indonesia terdapat dua macam PLTS yang di kembangkan oleh pemerintah. Keduanya dibedakan dari penyebaran dari pembangkit itu sendiri. Keduanya adalah PLTS yang bersifat sentralisasi dan bersifat desentralisasi. Sentralisasi yang dimaksudkan adalah pemusatan panel surya sebagai pembangkit listrik di satu tempat, sedangkan desentralisasi adalah pemnyebaran panel surya sebagai pembangkit listrik di rumah tangga.Di sadari atau tidak, banyak daerah di Indonesia masih kesulitan dalam mengakses listrik dari PLN. Salah satunya adalah daerah perbatasan. Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan. (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara). Menurut wilayahnya, terdapat tiga daerah perbatasan darat di Indonesia, yaitu : 1. Pulau Kalimantan dengan wilayah perbatasan di 8 (delapan) daerah kabupaten, di Provinsi Kalimantan Barat 5 (lima) kabupaten (Kab. Sanggau, Kapuas Hulu, Sambas, Sintang, Bengkayang) sepanjang 966 km dan di Provinsi Kalimantan Timur 3 (tiga) kabupaten (Kab. Nunukan, Kutai Barat, dan Malinau) sepanjang 1.038 km. 2. Perbatasan antara Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste terletak di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Belu, Kupang, dan Timor Tengah Utara (TTU). Garis perbatasan di NTT tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Pintu perbatasan terdapat di beberapa kecamatan, namunyang sering digunakan sebagai akses lintas batas adalah di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.3. Perbatasan Papua dan PNG terletak di Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Peg. Bintang, Kab. Boven Digoel dan Kab. Merauke. Panjang perbatasan itu adalah 760 km dengan 52 (lima puluh dua) pilar batas.Daerah daerah ini secara umum memiliki sarana dan prasarana yang kurang baik. Salah satunya adalah sarana prasarana untuk kebutuhan listrik. Pemerintah melalui Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi telah berusaha mengembangkan elektrifikasi daerah perbatasan sejak tahun 2012 dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Pemerintah menganggarkan untuk elektrifikasi dan komunikasi sebesar 1,082 triliun rupiah. Rasio kebutuhan listrik di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, NTT, dan Papua menurut Rasio Elektrifikasi 2014 rata rata masih 76.825. Sedangkan untuk Indonesia secara keseluruhan sudah mencapai 80,51. Hal ini berarti tingkat perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di provinsi yang memiliki kawasan perbatasan masih lebih rendah dibandingkan dengan rata rata di Indonesia. Dengan melihat fakta bahwa pemanfaatan energi surya dapat dilaksanakan berkelanjutan dan kebutuhan listrik masyarakat daerah perbatasan yang belum terpenuhi, makalah ini disajikan untuk mengetahui seberapa 2. Rumusan Pertanyaan1. Apakah enenrgi surya lebih baik daripada energi lain ?2. Bagaimana kebutuhan listrik di Indonesia apakah sudah terpenuhi seutuhnya dan apakah pemanfaatan energi surya dapat memenuhi kebutuhan tersebut?3. Bagaimana potensi pengembangan PLTS di daerah perbatasan ?Metode Penelitian Landasan TeoriMakalah kami didasari oleh pengertian pembangunan berkelanjutan yang berbunyi Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan, menurut Brundtland Report dari PBB, 1987 dan UUD 1945 Pasal 33 ayat 4 yang berbunyi perekonomian nasional diselenggarakan dengan prinsip kebersamaan efisiensi berkadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Teknik pengumpulan dataKami mengambil data melalui studi literatur dari artikel artikel internet e-journal. Batasan PenelitianKami membatasi penelitian ini pada pengembangan energi surya yang dimanfaatkan sebagai sebagai pembangkit listrik.

3. AnalisaEnergi surya adalah salah satu dari energi baru terbarukan (EBT) yang dimanfaatkan di Indonesia. Kami memilih energi surya karena energi tersebut adalah energi yang mudah didapat dan dapat diperbaruhi. Salah satu manfaat energi surya di Indonesia adalah diubahnya energi tersebut kedalam energi listrik oleh PLTS. Penggunaan sumber energi fosil sebagai sumber energi listrik pada masa sekarang lebih dikesampingkan karena mengingat sumber energi fosil yang tidak dapat di perbaruhi dan menimbulkan gas emisi karbon yang berbahaya bagi bumi. Jika dibandingkan juga dengan sumber energi alternatif lain, energi surya menurut kami lebih unggul dari energi alternatif lainnya. Hal ini dikarenakan instalasi pembangkit energi surya yang lebih sederhana karena menggunakan panel surya yang bisa dikatakan tidak serumit energi alternatif lain, tidak menimbulkan polusi suara seperti turbin angin pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB), dapat dipasang di daerah terpencil menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan dapat di pasang dalam skala rumah tangga. Pemerintahpun mendukung dengan mempersilahkan masyarakat untuk membuat PLTS sendiri.Meskipun biaya investasinya terbilang lebih mahal dari pembangkit energi alternatif lain, dengan asumsi berdasarkan penelitian dari Amerika Serikat menurut Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana (2005), biaya investasi dari PLTS pada masa mendatang akan lebih murah. Banyak dari masyarakat yang juga mulai menjual instalasi PLTS ini, sehingga masyarakat dapat mendapatkan panel surya dengan mudah. Jika biaya investasi awal dapat terpenuhi, maka selanjutnya masyarakat bisa dikatakan memperoleh energi listrik secara cuma cuma.Berhubungan dengan hal tersebut, kondisi Indonesia saat ini adalah Indonesia mengalami peningkatan rata rata kebutuhan listrik sebesar 6,5 % per tahun dan didominasi oleh sektor industri meskipun apabila ditinjau per wilayah pola kebutuhan listrik akan berubah di mana semakin ke timur akan didominasi oleh sektor rumah tangga. Saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi 60 70 % dari total 5000 megawatt (MW) yang diperlukan tiap tahunnya. Dengan pemanfaatan yang tepat, menurut kami Indonesia dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan energi listriknya. PLTS sangat berperan penting dalam pemenuhan ini. Hal ini karena PLTS dapat memasuki daerah daerah yang sulit dimasuki oleh instalasi pembangkit listrik biasa. Daerah daerah yang sudah lama memanfaatkan PLTD harus dialihkan ke PLTS. Pemasangan Solar House System juga sangat berperan agar masyarakat yang kesulitan mendapat aliran listrik dapat terbantukan.Di daerah perbatasan,pemenuhan kebutuhan listrik melalui PLTS masih perlu ditingkatkan. Pada tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Timur, meskipun rasio elektrifikasinya mencapai 83,81%, tetapi hampir semua sistem pembangkit energi listriknya menggunakan tenaga diesel (Mahakam, Petung, Tanah Grogot, Melak, Sangatta, Berau). Pada tahun 2013, reasio elektrifikasinya mencapai 70,8% dengan sistem pembangkit yang semuanya merupakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Hanya di daerah Papua dan Nusa Tenggara Timur yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Pada RUPTL 2015-2014, potensi tenaga surya di Indonesia adalah 4,80 kWh/m2/hari dan sampai tahun 2024, akan dibangun 321 PLTS di seluruh Indonesia. Wilayahnya akan dikonsentrasikan menuju daerah terpencil dan terluar dari Indonesia. Diharapkan pengembangan PLTS ini akan mengurangi penggunaan BBM mengingat harga dan biaya angkutnya menjadi mahal ketika dibutuhkan di daerah perbatasan.Pemerintah mengakui jika pemenuhan kebutuhan listrik di daerah daerah perbatasan memang belum terpenuhi. Lebih parah lagi di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia, terjadi ketimpangan Infrastruktur listrik. pemerintah di Provinsi Kalimantan Timur dan Barat sampai harus membeli listrik dari Sarawak, Malaysia. Dengan memanfaatkan PLTS di daerah perbatasan negara, harusnya pemenuhan kebutuhan listrik di daerah perbatasan dapat teratasi. Lebih luas lagi, pemanfaatan PLTSpun dapat dikelola oleh swasta ataupun rumah tangga. Sehingga masyarakat daerah perbatasanpun tidak perlu mengalami kekhawatiran putusnya aliran listrik dari PLN.4. KesimpulanDari analisa diatas, dapat kami simpulkan bahwa pemanfaatan energi surya di Indonesia memang belum maksimal. Hal ini dikarenakan biaya investasi awal dari PLTS masih terbilang cukup mahal. PLTS juga belum dapat menutup kebutuhan listrik di Indonesia saat ini. Banyak daerah daerah yang mendapat pasokan listrik dari pembangkit listrik energi alternatif yang lain. Padahal, energi surya merupakan energi alternatif yang cocok sebagai energi berkelanjutan.Meskipun begitu, peran PLTS untuk masyarakat begitu besar. terutama di daerah perbatasan. Dengan memanfaatkan PLTS, masyarakat di daerah perbatasan dapat dengan mudah mendapatkan pasokan listrik dari energi surya karena dapa dipasang sebagai Solar Home System. Dengan kemudahan instalasi yang ada, PLTS bisa menjadi alternatif sumber energi yang tak terbatas, bebas emisi, dan sebagai energi yang berkelanjutan.Dengan tersedianya listrik di daerah perbatasan maka diharapkan akses pasokan listrik di daerah terpencil dapat di jangkau dengan mudah. Penggunaan PLTS pun tidak memerlukan konstruksi yang berat dan tetap, sehingga jika diperlukan, sebuah PLTS bisa dipindahkan ke daerah yang lebih baik atau lebih membutuhkan.

5. SaranPengembangan pemanfaatan energi surya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) cukup potensial di Indonesia. PLTS harus dimanfaatkan sebagai sumber energi yang difokuskan di daerah perbatasan karena kemudahannya dalam pemasangan sebagai Solar Home System. Pemerintah melalui Kementrian ESDM sudah melaksanakan pembangunan PLTS PLTS di Indonesia. Untuk jangka pendek menurut kami, PLTS kurang potensial untuk menutup kebutuhan listrik, tetapi, untuk jangka panjang, PLTS sangat berpotensi jika dimanfaatkan pada daerah daerah yang tepat. Baik itu karena letak geografisnya, ataupun kebutuhannya.Pemerintah harusnya juga bisa mengembangan panel panel surya agar bisa diproduksi dalam negeri agar investasi awal yang harus dikeluarkan masyarakat lebih terjangkau. Masyarakatpun harus diberi pembekalan dalam perawatan PLTS agar perawatannya bisa dipegang panuh oleh masyarakat dengan bantuan pemerintah. Pihak swastapun harusnya bisa membantu dalam pengadaan PLTS di daerah perbatasan, sehingga tidak terjadi kesenjangan pemenuhan energi listrik di Indonesia.

6. Daftar Pustaka1. Rahardjo, Irawan dan Fitriana, Ira (2005). Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Indonesia. http://www.reocities.com/markal_bppt/publish/pltkcl/plrahard.pdf, 1 Februari 2015.2. Nurdyastuti, Indyah (2006). Analisis Pemanfaatan Energi Pada Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia. http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slnurd.pdf, 1 Februari 2015.3. Muchlis, Mochammad dan Permana, Adhi Darma (2003). Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN tahun 2003 s.d 2020. http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf, 1 Februari 2015.4. Wahid, La Ode Muh Abdul (2008), Perbandingan Biaya Pembangkit Listrik di Indonesia, http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slwahid.pdf, 1 Februari 2015.5. KPDT, Humas. KPDT Penuhi Tiga Kebutuhan Penting di Daerah Tertinggal, http://www.kpdt.go.id/berita/1196/kpdt-penuhi-tiga-kebutuhan-penting-di-daerah-tertinggal, 1 Februari 20156. http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahan-energi-surya.html?m=1, di akses tanggal 31 Januari 20157. http://ceptt094.blogspot.com/2014/03/konsep-pembangunan-berkelanjutan.html?m=1, di akses tanggal 31 Januari 20158. http://alamendah.org/2014/12/08/pembangkit-listrik-tenaga-surya-di-indonesia/, di akses tanggal 31 Januari 20159. http://2frameit.blogspot.com/2012/01/pembangunan-berkelanjutan-tentang.html?m=1, di akses tanggal 31 Januari 201510. RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2015 2024, http://www.pln.co.id/dataweb/RUPTL/RUPTL%20PLN%202015-2024.pdf, diakses tanggal 31 Januari 201511. Statistik Ketenagalistrikan 2014, https://www.djk.esdm.go.id/images/pdf/statistik-ketenagalistrikan/Statistik%20Ketenagalistrikan%202014%20FINAL.pdf, diakses tanggal 1 Februari 2015.