Upload
rizky-zuriati
View
25
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tpp fk ump blok 2
Citation preview
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dan pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini
kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam
praktik kedokteran.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
berbincang-bincang dengan pasiennya sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,
dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa
dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya
menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali
keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja.
Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan,
kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.
Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang
benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien
secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung
dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien dapat menceritakan sakit atau keluhan
yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi
pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan
komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah kepada dokter dan pasien sendiri.
Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien.
Permasalahan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus
diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif
dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan
baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa
tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan
nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.
FK UMP 2012 Page 1
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah
Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara dokter dan pasien ?
1.3 Tujuan
1.3.1Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui cara komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan dokter dan pasien yang telah terjalin di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
2. Untuk mengetahui cara melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien demi
tercapai pelayanan medis secara optimal.
1.4 Manfaat
Melalui pelaksanaan TPP ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Menambah pengetahuan tentang komunikasi efektif antara dokter dan pasien
sehingga pada saatnya menjadi seorang dokter mampu mengaplikasikannya dengan
kehidupan nyata.
2. Menambah pengalaman dan observasi lapangan.
FK UMP 2012 Page 2
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari manusia yang pada dasarnya merupakan
makhluk sosial. Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran. Johnson dan Jonshon (1997) mengatakan bahwa
komunikasi merupakan usaha menimbulkan respon-respon melalui lambang-lambang verbal.
Secara lebih luas, komunikasi diartikan sebagai bentuk tingkah laku seseorang, baik verbal
maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Konsep penting yang berhubungan
dengan komunikasi adalah umpan balik.
Apabila seorang berbicara dengan orang lain maka yang diharapkan adalah
jawabannya sehingga dapat diketahui pikiran, perasaan dan kemudian melaksanakan apa
yang dimaksud. Menurut Mulyana (2001) komunikasi adalah proses penyampaian informasi
dari pengirim kepada penerima, artinya informasi itu dapat dipahami oleh penerima, juga
oleh orang itu sendiri.
2.2 Dasar-dasar Komunikasi
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu
dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan,
dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
penyampai pesan dan penerima. Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter
dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun
dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada
tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan,
tulisan/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya
penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi
yang tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.
Selanjutnya, definisi tersebut menjadi dasar model proses komunikasi yang berfokus
pada pengirim pikiran-pikiran atau informasi (sender/source), saluran yang dipakai
FK UMP 2012 Page 3
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
(channel) untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau informasi, dan penerima pikiran-pikiran
atau informasi (receiver). Model tersebut juga akan mengilustrasikan adanya penghambat
pikiran-pikiran atau informasi sampai ke penerima (noise), dan umpan balik (feedback) yang
memfasilitasi kelancaran komunikasi itu sendiri. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)
2.3 Definisi Orientasi Komunikasi
Orientasi dapat diartikan sebagai peninjauan untuk menentukan kecenderungan
pandangan atau sikap yang tepat dan benar (Tim Redaksi KBBI, 1991). Orientasi komunikasi
secara harafiah merupakan suatu kecenderungan sikap dalam berkomunikasi antara dokter
dengan pasiennya. Dalam hubungan dokter dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat
berperan sebagai sumber atau pengirim pesan secara bergantian. Suatu komunikasi yang
berorientasi baik dan buruk erat kaitannya dengan komunikasi yang efektif (Ismawati, 2009).
Orientasi yang baik dari komunikasi diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam
sebuah interaksi dan dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif, sedangkan orientasi yang
buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi tersebut. Komunikasi efektif dapat
mengatasi kendala yang ditimbulkan baik pasien maupun dokter. Saat berkomunikasi, dokter
dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya begitupun pasien dapat
percaya sepenuhnya kepada dokter. Keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien
ditentukan oleh kemampuannya untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin
disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi pasien sesuai
kehendaknya (Ismawati, 2009).
Peningkatan keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien dapat dicapai
dengan cara berlatih mengungkapkan maksud, menerima umpan balik tentang tingkah
lakunya dan memodifikasi tingkah laku sampai pasien mempersepsikannya sebagaimana
yang dimaksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah lakunya
dalam diri pasien itu seperti yang diharapkan dokter. Komunikasi disebut efektif apabila
penerima menginterpretasikan pesan yang diterima sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim
(Supratiknya, 1995).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi komunikasi
adalah suatu kecenderungan sikap dalam menyampaikan informasi dari seseorang kepada
orang lain, secara verbal maupun non verbal sehingga dapat menimbulkan pengertian
bersama antara dokter dan pasien.
FK UMP 2012 Page 4
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
2.4 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien
Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh pasien dan
dokter. Bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya,
banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien
dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat
berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman
ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena
yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa
dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006)
Menurut Kurtz (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan bahwa
komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti
memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak
hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat
melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan
kebutuhan pasien.
Dalam membangun komunikasi efektif dokter dan pasien perlunya memberikan pedoman
(guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau
keluarganya (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Melalui pemahaman tentang hal-hal
penting dalam pengembangan komunikasi dokter dan pasien diharapkan terjadi perubahan
sikap dalam hubungan dokter dan pasien yang lebih baik. Menurut Kurtz (dalam Konsil
Kedokteran, 2006). Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya.
Menurut Kurzt (dalam Konsil Kedokteran, 2006) menyatakan dalam dunia kedokteran
ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan :
Disease centered communication style atau doctor centered communication style,
komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala
FK UMP 2012 Page 5
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
Illness centered communication style atau patient centered communication style,
komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta
kebutuhan pasien dalam patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan
waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi
antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan antara
dokter dan pasien, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu
mendapatkan empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki
ketrampilan mendengarkan dan berbicara yang dapat dipelajari dan dilatih. Menurut Carma
L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in
Physician-Patient Encounter (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan betapa
pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan
definisi berikut :
1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patient’s needs).
2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patient’s feelings).
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
2.5 Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter Pasien
2.5.1 Sikap Profesional Dokter
Menurut Silverman (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) sikap profesional
seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya (dealing with
task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya;
mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan
tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-self) dan mampu menghadapi berbagai
macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain
(dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini
FK UMP 2012 Page 6
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter yang merupakan
landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya
dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di
akhir konsultasi. Contoh sikap dokter ketika menerima pasien yaitu :
Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu menganggap
penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis,
dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-
lain).
Menilai suasana hati lawan bicara.
Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien.
Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak
perlu.
Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
2.5.2 Sesi Pengumpulan Informasi
Di dalam komunikasi dokter dan pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi
pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi
penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat
terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi
dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran
dokter. Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian
FK UMP 2012 Page 7
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (dalam Konsil Kedokteran Indonesia,
2006) dan digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.
Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by the
doctor).
Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan
tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through
closed question by the doctor).
Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan
negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both).
Sesi penggalian informasi terdiri dari (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) :
1. Menurut Silverman (1998) menggali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu
keluhan utama secara medis inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van
Dalen (2005). Pasien harus menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai
sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi sebagai orang yang
paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil
apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner), sedangkan
pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat
mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Dari
hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang
merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis.
2. Menurut Van Thiel (2000) penggalian riwayat penyakit dapat dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup
yang membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Inilah yang dimaksud dalam kotak
kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan
menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease perspective).
Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan keluhannya
dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak melakukan komunikasi
satu arah maupun rencana tindakan medis.
2.5.3 Sesi Penyampaian Informasi
FK UMP 2012 Page 8
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat menyampaikan
kepada pasien dalam sesi memberikan penjelasan informasi. Tanpa informasi yang
akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi
dengan pasien (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) yaitu:
1. Materi Informasi apa yang disampaikan
a) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit
saat pemeriksaan).
b) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
d) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e) Diagnosis, jenis atau tipe.
f) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara).
g) Prognosis.
h) Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a) Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b) Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c) Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung
jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a) Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk
disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.
b) Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.
5. Di mana menyampaikannya
a) Di ruang praktik dokter.
FK UMP 2012 Page 9
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
b) Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
c) Di ruang diskusi.
d) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a) Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
b) Persiapan meliputi :
materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim).
ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu
lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon.
waktu yang cukup.
mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih
dari satu orang).
c) Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.
d) Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan
amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.
2.5.4 Langkah-langkah Komunikasi Efektif
Menurut Poernomo (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) ada empat langkah
yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi efektif, yaitu SAJI (salam,
ajak bicara, jelaskan, dan ingatkan)
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :
1. Salam
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
2. Ajak Bicara
`Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya.
FK UMP 2012 Page 10
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali
informasi.
3. Jelaskan
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya
sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi,
atau apapun secara jelas dan detil.
4. Ingatkan
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu
melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap
hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan
pesan-pesan kesehatan yang penting.
2.6 Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien
2.6.1 Hak dan Kewajiban Dokter
Dalam Undang-undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dalam paragraf 6 berisi
tentang Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi.
Adapun Hak Dokter dalam Pasal 50 yaitu:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional.
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
d. Menerima imbalan jasa.
Sedangkan Kewajiban Dokter dalam Pasal 51 adalah:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
FK UMP 2012 Page 11
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan
atau pengobatan.
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
2.6.2 Hak dan Kewajiban Pasien
Dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dlam paragraf 7 berisi
tentang Hak dan Kewajiban Dokter.
Adapun Hak Pasien dalam Pasal 52, yaitu:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3).
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
d. Menolak tindakan medis.
e. Mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban Pasien dalam Pasal 53, yaitu:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
FK UMP 2012 Page 12
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter Pasien ini akan
dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
3.1 Waktu Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi ini akan dilaksanakan pada :
Hari dan Tanggal : 22 Oktober – 03 November 2012
Jam : 08.00 WIB s.d.selesai
3.3 Subjek Tugas Mandiri
Subjek untuk tugas mandiri ini adalah dokter di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
3.4 Langkah Kerja
Langkah kerja pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi :
No. Langkah kerja Tanggal Pelaksanaan
1. Konsultasi pembimbing 8– 13 Oktober 2012
2.Pembuatan proposal dan panduan
Observasi15 - 20 Oktober 2012
FK UMP 2012 Page 13
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
3.Meminta surat persetujuan dan
pelaksanaan TPP kepada pembimbing15– 20 Oktober 2012
4. Pelaksanaan TPP 22 Oktober 2012 – 03 November 2012
5. Pembuatan laporan pelaksanaan TPP 04 November2012
6 Pleno TPP 05-10 November 2012
3.5 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan, yaitu:
1. Alat tulis
2. Daftar panduan observasi
3. Kamera
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter
Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika, Hukum,
dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang ini
kami buat dengan harapan agar Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi
Dokter Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika,
Hukum, dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang ini dapat terlaksana dengan baik, semua berkat dukungan dari bapak/ibu.
Atas perhatian dan kerjasama ibu, kami haturkan terima kasih.
Palembang, Oktober 2012
Menyetujui,
Nurindah Fitria, M.Psi. Psi
FK UMP 2012 Page 14
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
DAFTAR PUSTAKA
Ismawati,wahyu.2009. http://etd.eprints.ums.ac.id/7436/2/F100030128.pdf, diunduh tanggal
10 Oktober 2012
Johnson, D. W. & Johnson. F. P. 1997. Joining Together : Group Theory and Skill. Boston :
Prentice Hall Interbational
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.Komunikasi Efektif Dokter Pasien .Jakarta:KKI
Kurtz, S., Silverman, J., Drapper, J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in
Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press
Mulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung :Rosda.
Mulyohadi, M. A., Ieda, P.S.S, & Huzna, Z. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
http://inamc.or.id/download/Manua l Komunikasi Efektif.pdf, di unduh tanggal 10 oktober
2012
Supratiknya, A. 1995.Komunikasi Antar Pribadi. Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:Kanisius
FK UMP 2012 Page 15
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
Tim Redaksi KBBI. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
LAMPIRAN
PANDUAN OBSERVASI KOMUNIKASI DOKTER PASIEN
Nama Dokter :dr. YF
Nama Pasien :RRP dan Bpk. M
NOObjek
Penilaian
Penilaian
Sangat
KurangKurang Baik
Sangat
Baik
1Dokter menyilahkan masuk dan
mengucapkan salam kepada pasien
2Dokter memanggil/menyapa pasien
dengan namanya
3Dokter menciptakan suasana yang
nyaman (bersikap ramah)
4 Dokter memperkenalkan diri
5 Dokter menjelaskan tugas/perannya
6Dokter menunjukkan raut wajah dan
sikap yang tenang kepada pasien
7Dokter menggunakan kontak mata
kepada pasien
FK UMP 2012 Page 16
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
8Dokter menggunakan pengucapan yang
jelas kepada pasien
9Dokter menunjukan empati kepada
pasien
10 Dokter menanyakan keluhan pasien
11 Dokter mendengarkan keluhan pasien
12Dokter tidak memotong pembicaraan
pasien
13Dokter menjelaskan mengenai penyakit
yang diderita oleh pasien
14 Dokter melakukan informed consent
15Dokter menjelaskan ulang pesan-pesan
penting kepada pasien
16Dokter melakukan negosiasi segala
sesuatu berdasarkan kepentingan pasien
17Dokter mengucapkan terima kasih dan
berdiri ketika pasien hendak pulang
FK UMP 2012 Page 17
Tugas Pengenalan Profesi Blok II
FK UMP 2012 Page 18
Catatan : Karena praktek dilapangan ternyata bukan di poliklinik RSMP seperti sebagaimana yang di rencanakan, tetapi di IGD RSMP, maka ada beberapa paduan observasi dokter pasien yang tidak dilakukan seperti: dokter menyilahkan pasien masuk, menjelaskan tugas dan peranannya serta berdiri ketika pasien hendak pulang. Hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi pasien yang berada di IGD yang harus dilakukan tindakan medis dengan segera. Tetapi dokter sudah menciptakan suasana yang nyaman, bersikap ramah dan menunjukkan sikap empati ke pasien dengan menanyakan dan mendengarkan keluhan yang disampaikan pasien.
Analisis :
Observasi mengenai komunikasi antara dokter dan pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, tepatnya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan dokter YF dapat dikatakan berjalan cukup lancar. Sesuai dengan pendapat Poernomo (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi efektif, yaitu SAJI (salam, ajak bicara, jelaskan, dan ingatkan), dokter YF dapat dikatakan sudah baik dalam menerapkan hal tersebut, dokter YF selalu dengan baik mengajak bicara dengan menanyakan keluhan, serta mendengarkan keluhan tersebut. Dokter juga menjelaskan penyakit dan mengingatkan agar pasien tidak melakukan hal-hal yang dapat memperparah penyakit pasien. Akan tetapi, dalam hal “salam” dirasa kurang, karena berdasarkan hasil observasi, pada saat awal memulai dan mengakhiri komunikasi, dokter tidak mengucapkan salam terlebih dahulu.
Dokter YF dapat menciptakan suasana yang nyaman, selalu menjaga kontak mata dengan pasien, menunjukkan raut wajah yang tenang pada pasien, selalu mendengar dan menanyakan keluhan pasien, serta tidak pernah memotong pembicaraan pasien. Hal tersebut sesuai dengan contoh dokter dalam menerima pasien yang tercantuk dalam Konsil Kedokteran Indonesia. Akan tetapi juga ada hal yang tidak dilakukan oleh dokter yang juga terdapat dalam Konsil Kedokteran Indonesia, seperti menyapa pasien dengan namanya serta kurang dalam memperkenalkan diri, menjelaskan tugas dan perannya serta negosiasi untuk kepentingan pasien. Hal-hal tersebut mungkin dikarenakan situasi dan kondisi dokter yang berada di IGD yang harus melakukan tindakan medis dengan segera kepada pasien.
Refleksi : Praktek dilapangan ternyata bukan di poliklinik RSMP seperti sebagaimana yang di rencanakan, tetapi di IGD RSMP, membuat saya sedikit bingung. Mungkin itu juga sebabnya ada beberapa paduan observasi dokter pasien yang kurang dilakukan dokter dengan baik. Oleh karena itu observasi selanjutnya, saya akan lebih mempersiapkan diri, karena memang saat praktek dilapangan banyak hal yang tidak sesuai seperti yang direncanakan. Setelah mempelajari dan melakukan observasi langsung ke lapangan, komunikasi efetif antara dokter dan pasien merupakan hal utama dalam hubungan dokter dan pasien. Untuk kedepannya, saya berharap dapat menerapkan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, untuk pelayanan mutu kesehatan yang lebih baik.