5
Pembahasan praktikum modul 8, pencampuran sediaan obat injeksi Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai: Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara. Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan. Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF. alat ini digunakan dalam teknik sterilisasi radiasi (bekerja secara aseptis). Penggunaan alat tersebut adalah untuk mensterilisasikan udara di tempat kerja, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan dan pengambilan mikroba dapat dilakukan di sekitar laminar air flow. LAF vertikal Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan. (depkes, 2009) Pada praktikum ini dilakukan pencampuran sediaan obat injeksi, yang bertujuan setelah dari praktikum ini mahasiswa dapat melakukan pencampuran obat injeksi serta obat sitotastik. Pencampuran obat injeksi ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sediaan yang siap langsung diberikan, proses ini dilakukan secara aseptis. Biasanya obat yang dicampurkan yaitu

Pembahasan Praktikum Modul 8

Embed Size (px)

Citation preview

Pembahasan praktikum modul 8, pencampuran sediaan obat injeksi

Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai: Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara. Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan. Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.alat ini digunakan dalam teknik sterilisasi radiasi (bekerja secara aseptis). Penggunaan alat tersebut adalah untuk mensterilisasikan udara di tempat kerja, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan dan pengambilan mikroba dapat dilakukan di sekitar laminar air flow.LAF vertikal Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan. (depkes, 2009)

Pada praktikum ini dilakukan pencampuran sediaan obat injeksi, yang bertujuan setelah dari praktikum ini mahasiswa dapat melakukan pencampuran obat injeksi serta obat sitotastik. Pencampuran obat injeksi ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sediaan yang siap langsung diberikan, proses ini dilakukan secara aseptis. Biasanya obat yang dicampurkan yaitu obat yang berbentuk serbuk menjadi larutan ataupun melakukan pengenceran sediaan ke dalam larutan infus yang akan diberikan kepada pasien. Seperti pada buku Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika, sebelum melakukan pencampuran obat suntik perlu dilakukan penyiapan terlebih dahulu seperti memeriksa kelengkapan dokumen serta kondisi obat-obatan, menghitung kesesuaian dosis, memilih jenis pelarut yang akan digunakan serta menghitung volumenya, sampai membuat label dan menyiapkan alat kesehatannya.Proses pencampuran sediaan sitostatika dilakukan di dalam Biological Safety Cabinet (BSC) dengan tujuan untuk mencegah sediaan sitostatik yang sangat berbahaya tersebar luas sebab sediaan sitostatik tidak hanya berpengaruh pada sel yang terkena kanker namun juga sel normal. Obat-obat sitostatika merupakan suatu senyawa yang bersifat karsinogen dan dapat merusak jaringan hidup sehingga penanganan obat ini mulai dari penyiapan hingga pelabelan dan penyimpanan harus dilakukan secara khusus, contoh obat-obat golongan ini adalah mustin, siklofosfamid, mefalan, ifosfamid, vinkristin, doxorubicin, metotrexat dan lain-lain. Alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pencampuran perlu dipersiapkan terlebih dahulu dan dijamin bahwa semuanya bersih dan aman digunakan. Selain itu, personil yang terlibat dalam pencampuran harus memenuhi syarat seperti menggunakan masker, sarung tangan, dan headcap. Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah Aqua Pro Injection (API), larutan infus, alkohol swab, obat sitostatika, syringe 10 ml, dan pinset. Pada pencampuran obat sitostatika ini, tutup alumunium vial yang berisi obat sitostatika ini ditarik hingga terbuka, kemudian seka bagian mulut vial dengan alkohol swab agar tetap menjamin kesterilannya. Selanjutnya sebanyak 5 ml API diambil menggunakan syringe dengan posisi 45o untuk melarutkan obat sitostatika dalam vial yang telah dibuka. Obat yang telah dilarutkan tersebut, kemudian diambil kembali sebanyak 5 ml menggunakan syringe dan melarutkannya ke dalam larutan infus. Larutan infus yang telah dicampurkan, harus diberi label yang sesuai untuk mencegah kontak langsung dari obat-obat berbahaya, semua obat diberi label khusus yang berisi peringatan, label tersebut harus mencantumkan :1. Nama dan jenis sitostatika yang terdapat dalam sediaan1. Jumlah obat dan jumlah total volume1. Waktu kadarluarsa1. Kondisi penyimpanan

Proses pencampuran obat suntik secara aseptis pertama-tama memakai alat perlindungan diri lalu melakukan dekontaminasi dan desinfektasi, nyalakan LAF dan menyiapkan meja kerja LAF. Disebelah kiri merupakan tempat meletakkan alat dan bahan yang akan digunakan dan disebelah kanan dijadikan tempat untuk membuang bahan yang sudah tidak dipakai/limbah.. Obat yang dilakukan pencampuran yakni antibiotik (cari namanya) yang berasal dari vial dan vitamin B12 yang berasal dari ampul.Memindahkan obat dari ampul dengan membersihkan meja LAF dengan swab terlebih dahulu, pertama-tama buka ampul larutan obat dengan melakukan gerakan J-motion, lalu seka bagian leher ampul dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. Kemudian lilit ampul dengan kain kassa, posisikan ampul dengan 45 dan patahkan dengan arah menjauhi praktikan. Lalu bungkus patahan ampul dengan kassa, dan letakkan pada tempat buangan. Pegang ampul 45 lalu masukkan spluit ke dalam ampul kemudian tarik larutan dari ampul. Pegang spluit ke arah atas atau 90 lalu ketuk-ketukkan agar gelembung yang ada di dalam hilang kemudian baru keluarkan volume berlebih atau sesuaikan dengan kebutuhan yang seharusnya yakni 2 ml. letakkan tutup spluit lalu tutup spluit dengan memasukkan spluit ke tutup, ini bertujuan untuk meminimalisir tertusuknya praktikan oleh jarum spluit oleh karena itu posisi jarum menjauhi praktikkan. Setelah itu isi label sesuai dengan data sediaan yang dibuat dan tempel label pada spluit yang telah berisi sediaan tersebut.Kemudian memindahkan obat dari vial, sama seperti proses ampul dengan membersihkan meja LAF dengan swab terlebih dahulu. Pertama-tama buka vial larutan obat, dengan menyeka tutup dengan kapas yang telah dibasahi alkohol atau swab lalu tarik tutup alumunium vial menggunakan pinset. Buang tutup alumunium vial ke bagian sebelah kanan LAF atau bagian pembuangan. Ambil pelarut yakni API sebanyak 5ml dengan spluit, baru setelah itu masukkan API ke dalam vial melalui dinding vial guna meminimalisir bubuk yang menempel pada dinding. Homogenkan sediaan pada tangan kiri dan tangan kanan tetap memegang spluit dengan arah menjauhi praktikan guna meminimalisir resiko tertusuk jarum. Setelah homogen, ambil larutan dengan posisi vial 45 dan ambil dengan spluit. Sesuaikan panjang jarum spluit yang masuk untuk menarik larutan dengan ketinggian larutan agar meminimalisir yang tertarik ke dalam spluit adalah udara. Jika masih terdapat gelembung udara, hilangkan dengan mengetuk-ngetuk spluit. Setelah itu sesuaikan volume yang diambil yakni sebanyak 5ml. tutup spluit sama seperti cara menutup spluit saat memindahkan obat dari ampul diatas. Lalu beri label sediaan.