Upload
henry-pangaribuan
View
134
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mata kuliah sanitasi dan penanganann limbah pangan, Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran.
Citation preview
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
VI. PEMBAHASAN
Makanan merupakan sumber gizi bagi pertumbuhan manusia, tetapi juga
dibutuhkan bagi pertumbuhan makhluk lain khususnya mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat tumbuh secara menyebar di alam ini, baik di udara, tanah,
ataupun air, dan dapat mengkontaminasi maknana ataupun bahan-bahan lain yang
cocok untuk pertumbuhannya. Makanan yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme dapat menyebabkan kebusukan, dan apabila dikonsumsi oleh
manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit infeksi dan keracunan. Contoh
mikroorganisme pengkontaminasi makanan adalah Salmonella sp., Vibrio
cholera, Bacillus sp., dan lain-lain.
Dalam industri pangan, kebersihan sangat diutamakan, terlebih kebersihan
makanan dan peralatan serta ruangan dari mikroorganisme membahayakan.
Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan
usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan
penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka
keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi.
Kontaminasi dapat disebabkan oleh berbagai hal dan karena ukurannya yang
sangat mikroskopis, kadang tidak disadari kalau lingkungan tersebut telah
mengandung banyak mikroorganisme. Dalam industri pangan, sanitasi lingkungan
tempat bekerja dapat diperhatikan dari sanitasi udara dan sanitasi ruangan pekerja.
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding,
dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah
dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan
tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi
bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi,
struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan
bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
Praktikum kali ini, melakukan percobaan untuk mengetahui kandungan
mikroorganisme di udara pada tempat-tempat tertentu, serta mengetahui
kandungan mikroorganisme dalam ruangan pekerja.
6.1 Uji Sanitasi Udara
Pengujian sanitasi udara dilakukan dengan media NA (Nutrient Agar) dan
PDA (Potato Dextrose Agar) dimana media NA untuk tempat pertumbuhan
bakteri, sedangkan PDA untuk mikroorganisme jenis kapang dan khamir.
Pertama, media tersebut dituangkan ke cawan petri yang berbeda hingga setengah
beku, lalu didiamkan hingga beku. Cawan petri yang telah terisi media tersebut
lalu diletakkan terbuka di berbagai tempat yaitu di lab pendidikan 2, koridor lantai
2 gedung 4, tangga gedung 4, dan di perpustakaan gedung 4 selama 30 menit.
Setelah itu selanjutnya ditutup dan diinkubasi dengan suhu 30oC selama dua hari.
Tahap selanjutnya dihitung koloni dan menghitung kepadatan(densitas) bakteri,
kapang, dan khamir tersebut. Perhitungan densitas tersebut secara matematis
dinyatakan sebagai berikut:
Kepadatan mikroorganisme di udara= Jumlah koloni/cawan×60 menit30 menit
× Lcawan
Hasil pengamatan jumlah koloni dan densitasnya dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah dan Densitas Koloni
Kelompok LokasiJumlah Koloni DensitasNA PDA NA PDA
1 Lab Pendidikan 38 7 1675,85 308,71
2Koridor Lantai
240 22 970,2 1764
3 Tangga 24 18 980,0568 735,044 Perpustakaan 21 17 961,38 749,75 Lab Sensori 24 15 942,24 588,9Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat dilihat, dari seluruh tempat
yang diamati koridor lantai 2 yang paling banyak mengandung jumlah koloni
bakteri , lalu lab pendidikan, tangga, lab sensori, dan perpustakaan. Sedangkan
berdasarkan kepadatan bakterinya, lab pendidikan yang memiliki nilai densitas
tertinggi. Densitas atau kepadatan mikroorganisme di udara ini maksudnya adalah
jumlah mikroorganisme yang jatuh pada permukaan agar per cm2 selama 1 jam.
Nilai densitas ini menunjukkan bahwa kontaminasi yang ada di lab pendidikan
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
yang paling tinggi dibandingkan ketiga tempat uji lainnya. Berdasarkan hasil
pengamatan densitas kapang dan khamir yang paling banyak tumbuh ada di
koridor lantai 2. Sedangkan jumlah koloni kapang dan khamir terbanyak juga
terdapat di koridor lantai 2.
Hasil pengamatan tersebut menyatakan bahwa koridor lantai 2 yang paling
banyak mengandung mikroorganisme baik bakteri maupun kapang atau khamir.
Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan densitas di tempat tersebut.
Mikroorganisme yang ada di udara bebas dapat dalam bentuk debu maupun
droplet air. Kebanyakan dari kontaminasi tersebut merupakan jenis
mikroorganisme yang tahan udara kering dan tempat yang kering.
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan
orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan
dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan
bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai
ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang
ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara
sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau
permukaan benda lain. (Pelczar, 1994). Ada beberapa jenis bakteri di udara yang
dapat menginfeksi saluran pernafasan pada manusia.salah satu contohnya adalah
Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Pneumococcus sp. dan
Clostridium sp. ( Bibiana, 1992 ).
Sedangkan kapang yang pada umumnya terdapat pada udara adalah
Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium dan Trichoderma. Kapang
bereproduksi dan melakukan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang
terdiri dari spora seksual dan spora aseksual. Spora dapat menyebabkan gangguan
kesehatan terutama pernafasan manusia apabila terhirup baik dalam skala kecil
maupun besar. Gangguan kesehatan pernafasan yang disebabkan oleh gangguan
kapang diantaranya adalah asma, alergi rintis dan sinusitis. Penyakit yang
disebabkan oleh spora kapang adalah mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang
umum adalah Aspergillosis yang disebabkan oleh spora yang dihasilkan oleh
kapang Aspergillus ( Soubani dan Chandrasekar, 2002).
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
6.2 Uji Sanitasi Ruangan
Selain pengujian sanitasi udara, juga dilakukan pengujian sanitasi ruangan.
Pengujian ini menggunakan media PCA (Plate Count Agar) sebagai media
pertumbuhan. Uji kontaminasi ruangan dilakukan terhadap dinding, lantai,
maupun meja ruangan pengolahan dan menggunakan metode agar kontak (metode
Rodac).
Tahapan yang dilakukan adalah pertama cawan petri kecil dimasukkan ke
dalam cawan petri yang besar, lalu cawan petri kecil diisikan media PCA hingga
penuh sehingga cawan petri besar sebagai alas tempat media yang tumpah.
Setelah itu ditutup dan dibiarkan hingga beku. Setelah beku, tekan permukaan
agar pada posisi terbalik ke tempat-tempat tertentu selama 4 detik. Tempat
tersebut adalah ke meja yang tidak dibersihkan, meja yang dibersihkan dengan air,
meja yang dibersihkan dengan desinfektan, lantai yang tidak dibersihkan. Dan
lantai yang dibersihkan dengan desinfektan. Selanjutnya ditutup dan diinkubasi
selama 2 hari dengan suhu 300C. Hasil pengamatan dapat dilihat di tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2. Hasil Pengujian Sanitasi Ruangan
Kel. PerlakuanJumlah Koloni (PCA)
Unit Koloni
1 meja yang tidak dibersihkan 5 22,682 meja yang dibersihkan dengan air 7 31,743 meja yang dibersihkan dengan disinfektan 0 04 lantai yang tidak dibersihkan 3 13,65 lantai yang dibersihkan dengan disinfektan 6 30,57
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2, dapat dilihat pada meja yang
sama, jumlah koloni lebih banyak pada bagian meja yang dibersihkan dengan air
dibandingkan dengan meja yang tidak dibersihkan. Selain itu pada meja yang
dibersihkan dengan desinfektan tidak ditemukan mikroorganisme yang tumbuh.
Meja yang dibersihkan dengan air lebih banyak jumlah koloninya kemungkinan
karena air yang digunakan tidak bersih. Air memiliki suasana lembab dan
mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada suasana lembab. Meja yang
hanya dibersihkan dengan air, akan menjadi memiliki suasana lembab, hal
tersebut yang kemungkinan menyebabkan mikroorganisme lebih banyak tumbuh
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
dibandingkan pada bagian meja yang belum dibersihkan. Pada bagian meja yang
dibersihkan dengan desinfektan, tidak mengandung mikroorganisme karena
mikroorganisme tersebut telah mati akibat desinfektan tersebut. Kemungkinan
masih terdapat spora mikroorganisme meskipun dalam jumlah yang jauh lebih
sedikit.
Pada lantai, terjadi perbedaan dengan pengujian pada meja. Lantai yang
tidak dibersihkan memiliki jumlah koloni mikrorganisme lebih sedikit
dibandingkan dengan lantai yang dibersihkan dengan desinfektan. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena lokasi tempat lantai yang digunakan berbeda.
Karena, perbedaan tempat pengujian juga akan membedakan jumlah
mikrooragnismenya. Berdasarkan hasil pengamatan ini juga dapat diasumsikan
bahwa desinfektan belum mampu membunuh mikroorganisme secara baik. Hal ini
berkaitan dengan daya kerja disinfektan sendiri yang berfungsi untuk mereduksi
jumlah mikroba pada berbagai peralatan pengolahan pangan, perlengkapan
pabrik /ruangan dan konstruksi rungan seperti lantai, dinding dan kaca. Pada
umumnya makin pekat suatu disinfektan, kerjanya makin efektif dan makin cepat.
Adapun efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh waktu kontak, suhu, konsentrasi,
pH, kebersihan alat dan kesadahan air.
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
VII. KESIMPULAN
Dalam industri makanan, tingkat sanitasi sangat diperhatikan. Salah
satunya adalah sanitasi udara dan ruangan. Sanitasi udara adalah untuk
mengetahui kandungan mikroorganisme di udara, sedangkan sanitasi
ruangan adalah mengetahui kandungan mikroorganisme pada dinding,
meja, lantai pada ruangan tempat pengolahan makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan densitas koloni pada uji sanitasi ruangan,
lab pendidikan memiliki jumlah bakteri terbesar sebesar 1675,85 koloni
per cm2. Sedangkan ruangan dengan kandungan udara yang mengandung
kapang dan khamir terbesar adalah daerah koridor lantai 2. Banyak atau
sedikitnya mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju
ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang
menempati ruangan tersebut.
Hasil pengamatan uji sanitasi ruangan menyatakan bahwa pada meja, yang
memiliki jumlah mikroorganisme terbesar adalah meja yang dibersihkan
dengan air. Hal tersebut kemunkinan karena air yang digunakan tidak
bersih, peralatan untuk membersihkan yang tidak bersih.
Hasil pengamatan uji sanitasi ruangan pada lantai menyatakan, yang
memiliki jumlah mikroorganisme terbesar adalah pada lantai yang
dibersihkan dengan desinfektan. Seharusnya desinfektan lebih banyak
membunuh mikroorganisme, kemungkinan karena tempat pengujian lantai
yang berbeda.
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh waktu kontak, suhu, konsentrasi,
pH, kebersihan alat dan kesadahan air.
Henry Pangaribuan240210100046Kelompok 7-A
DAFTAR PUSTAKA
Bibiana, W dan Hastowo,S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi ( Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang: Universitas Negeri Malang.
Dwidjoseputro,D. 2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.
Irianto, Agus. 2002. Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sri Laksmi, Betty dan Winiati Pudji Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta.Kanisius.
Pelczar, Michael. J. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI PRESS : Jakarta