5
 Pembahasan 1. Penjernihan Air dengan Biji Kelor Terdapat dua cara penjernihan air yang kami lakukan yaitu secara  biologis dengan menggunakan biji kelor dan secara mekanis melalui  penjernihan air sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan dalam penjernihan air menggunakan biji kelor, kami melakukan tiga kali percobaan dengan membandingkan hasil penjernihan air dengan menggunakan banyaknya biji kelor sebanyak , 1, dan 2 biji dalam 250 mL air kotor. Setelah penambahan  biji yang telah dihaluskan dicampurkan ke dalam air kotor, kemudian ditunggu selama kurang lebih tiga jam untuk proses pengendapan, maka dapat terlihat hasil dari proses penjernihan air. Pada percobaan pertama dengan penambahan  biji kelor, air menjadi lebih bening dari pada kontrol atau air tanpa campuran biji kelor dan terlihat seperti air bersih pada umumnya. Selain itu juga dapat terlihat endapan di  bawah permukaan gelas yang berwarna kekuningan. Jika dicium dari aromanya, sebelum 24 jam itu tidak ada bau, tetapi setelah 24 jam ada sedikit  bau tercium dari air. Pada percobaan kedua dengan penambahan 1 biji kelor, air terlihat lebih bersih dari kontrol tetapi masih terlihat sedikit keruh sehingga tidak terlalu bening jika dibandingkan hasil penjernihan air dengan penambahan   biji kelor. Selain itu, terdapat endapan putih di bawah gelas yang jumlah endapannya lebih banyak dibandingkan dengan percobaan pertama. Adapun aroma yang dihasilkan setelah 24 jam itu cukup bau atau lebih bau jika dibandingankan dengan percobaan pertama, tetapi pada sebelum 24 jam tidak ada bau yang tercium. Kemudian pad a percobaan terakhir dengan penambahan 2 biji kelor, air terlihat lebih bersih dari kontrol tetapi terlihat cukup keruh atau lebih keruh dari percobaan kedua. Selain itu, jumlah endapannya pun lebih banyak dari hasil endapan percobaan pertama dan kedua. Jika dicium dari aromanya,

Pembahasan Dan Saran Penjernihan Air

  • Upload
    rahayu

  • View
    418

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penjernihan air

Citation preview

Pembahasan 1. Penjernihan Air dengan Biji KelorTerdapat dua cara penjernihan air yang kami lakukan yaitu secara biologis dengan menggunakan biji kelor dan secara mekanis melalui penjernihan air sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan dalam penjernihan air menggunakan biji kelor, kami melakukan tiga kali percobaan dengan membandingkan hasil penjernihan air dengan menggunakan banyaknya biji kelor sebanyak , 1, dan 2 biji dalam 250 mL air kotor. Setelah penambahan biji yang telah dihaluskan dicampurkan ke dalam air kotor, kemudian ditunggu selama kurang lebih tiga jam untuk proses pengendapan, maka dapat terlihat hasil dari proses penjernihan air. Pada percobaan pertama dengan penambahan biji kelor, air menjadi lebih bening dari pada kontrol atau air tanpa campuran biji kelor dan terlihat seperti air bersih pada umumnya. Selain itu juga dapat terlihat endapan di bawah permukaan gelas yang berwarna kekuningan. Jika dicium dari aromanya, sebelum 24 jam itu tidak ada bau, tetapi setelah 24 jam ada sedikit bau tercium dari air. Pada percobaan kedua dengan penambahan 1 biji kelor, air terlihat lebih bersih dari kontrol tetapi masih terlihat sedikit keruh sehingga tidak terlalu bening jika dibandingkan hasil penjernihan air dengan penambahan biji kelor. Selain itu, terdapat endapan putih di bawah gelas yang jumlah endapannya lebih banyak dibandingkan dengan percobaan pertama. Adapun aroma yang dihasilkan setelah 24 jam itu cukup bau atau lebih bau jika dibandingankan dengan percobaan pertama, tetapi pada sebelum 24 jam tidak ada bau yang tercium. Kemudian pada percobaan terakhir dengan penambahan 2 biji kelor, air terlihat lebih bersih dari kontrol tetapi terlihat cukup keruh atau lebih keruh dari percobaan kedua. Selain itu, jumlah endapannya pun lebih banyak dari hasil endapan percobaan pertama dan kedua. Jika dicium dari aromanya, sebelum 24 jam itu tidak ada bau, tetapi setelah 24 jam tercium cukup bau dari air yang tingkat baunya hampir sama dengan percobaan kedua.Terjadinya perubahan pada air setelah penambahan biji kelor, dikarenakan biji yang digunakan dalam ketiga percobaan ini menggunakan biji kelor yang sudah tua betul dan sudah kering. Hal ini dikarenakan biji kelor yang sudah tua dan kering mudah ditumbuk menjadi halus karena kadar air dalam biji kelor sudah menipis atau menghilang. Jika biji yang digunakan adalah biji basah dan masih muda akan menyulitkan proses penumbukan karena kadar air dalam biji kelor masih tinggi. Jika kadar air tinggi, proses penumbukan untuk menghasilkan biji yang halus sangat sulit, namun jika yang digunakan adalah biji yang sudah tua dan kering, maka proses penumbukan untuk menghasilkan biji kelor yang halus akan lebih mudah.Dari paparan hasil tersebut, maka perbandingan jumlah biji kelor yang paling baik dalam proses penjernihan air yaitu menggunakan biji kelor dalam 250 mL air. Jika biji kelor yang digunakan lebih banyak, maka hasil yang didapatkan, air akan menjadi tampak lebih keruh. Tetapi perbandingan jumlah biji kelor ini tidak mutlak digunakan dalam semua kasus air kotor karena perbandingan ini harus berdasarkan seberapa tinggi tingkat kandungan zat terlarut dalam air yang akan digunakan dalam proses penjernihan air. Dikarenakan air yang kelompok kami gunakan itu tidak terlalu keruh, maka kami menggunakan biji kelor dalam 250 mL air sebagai perbandingan minimalnya dan 2 biji kelor dalam 250 mL air sebagai perbandingan maksimalnya.Adanya perubahan air menjadi lebih bersih dan bening sesudah penambahan biji kelor pada ketiga percobaan yang telah dilakukan, dikarenakan biji kelor mengandung zat aktifrhamnosyloxybenzil isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisirpartikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air. Selain itu, pada prinsipnya biji kelor mengandung protein, karbohidrat, serta lemak yang berperan sebagai flokulan. Flokulan adalah protein yang larut dalam air yang akan menghasilkan protein larut dalam air yang bermuatan positif. Larutan tersebut memiliki sifat seperti polielektrolat alum dan merupakan polimer yang dapat mengendapkan partikel koloid dan membentuk flok yang dapat mengendap. Mekanisme perubahan menjadi air yang lebih jernih dimungkinkan karena adanya aktivitas asam amino bioflokulan yang mampu mengadsorpsi dan membentuk ikatan antar partikel air kotor dan bioflokulan sehingga terbentuk ikatan-ikatan yang stabil yang akan mengendap. Karena itulah mengapa jika biji kelor yang digunakan terlalu banyak (terlihat pada percobaan kedua dan ketiga), maka tidak semua asam amino bioflokulan membentuk ikatan antar partikel sehingga protein atau asam amino yang tidak berikatan akan membentuk endapan putih di bawah permukaan wadah. Sehingga semakin banyak biji kelor yang digunakan tidak akan membuat air menjadi lebih jernih tetapi akan menjadi lebih keruh walaupun akan terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Karena itulah penambahan biji kelor pada 250 mL air kotor yang kelompok kami gunakan didapatkan hasil penjernihan yang paling bagus. Tetapi ada hal yang harus diperhatikan yaitu lamanya proses pengendapan yang tidak bisa terlalu lama. Jika terlalu lama, maka ikatan antar partikel oleh bioflokulan akan kembali lagi terlepas sehingga air akan menjadi kotor kembali.Selain itu, terciumnya bau setelah 24 jam itu berasal aroma khas kelor sehingga pada percobaan kedua dan ketiga bau yang tercium lebih menyengat dibandingkan dengan hasil percobaan pertama dikarenakan biji kelor yang digunakan pun lebih banyak. Sehingga, akan lebih baik jika adanya gabungan cara penjernihan air secara biologi dan mekanis. Aroma kelor yang tercium dari hasil penjernihan air bisa ditambahkan dengan arang karena arang berfungsi menyerap aroma kelor tersebut.

2. Penjernihan Air SederhanaDalam proses penjernihan air secara mekanis ini, kami melakukan empat kali pengulangan untuk melihat hasil penjernihan air. Jika dibandingkan dengan kontrol, hasil penjernihan air terlihat menjadi lebih bersih dan bening walaupun terlihat sedikit kuning dan tidak sejernih air bersih pada umumnya, tetapi ada perubahan yang cukup signifikan terjadi. Perubahan ini terjadi dikarenakan peran dari setiap bahan yang digunakan dalam alat penjernihan air sederhana yang telah kami buat. Bahan-bahan tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam penjernihan air, yaitu diantaranya saringan kain katun yang dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh; ijuk yang berfungsi mengadsorpsi partikel-partikel yang terlarut dalam air kotor; kapas digunakan sebagai pembatas antara material yang satu dengan yang lainnya; kerikil digunakan sebagai penyaring material yang besar; arang digunakan untuk menyaring atau menghilangkan bau, warna, dan kontaminan dalam air; pasir berfungsi untuk menyaring kotoran yang halus. Gabungan dari penggunaan bahan-bahan tersebut mampu menjernihkan air tetapi hasil air yang dijernihkan akan bergantung kepada tingkat ketebalan masing-masing bahan dan banyaknya proses pengulangan penjernihan air. Ketidakhadiran beberapa bahan akan berpengaruh terhadap hasil penjernihan air. Dalam percobaan yang kami lakukan hasilnya kurang maksimal, kemungkinan dikarenakan kurang besarnya botol yang digunakan sehingga ketebalan masing-masing bahan menjadi kurang tebal. Selain itu juga ada kemungkinan kurangnya tawas sebagai bahan tambahan dalam alat yang kami gunakan. Padahal tawas dapat berfungsi untuk mengendapkan kotoran.Jika menginginkan hasil penjernihan yang lebih maksimal, ada baiknya menggabungkan dua cara penjernihan air yaitu secara biologis dan mekanis. Air hasil penjernihan dengan bantuan biji kelor dapat kemudian disaring melalui proses penjernihan air sederhana, sehingga hasil air yang didapatkan lebih bersih, bening, dan tidak berbau, juga kandungan mikroorganismenya berkurang.

SaranBerdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, adapun beberapa saran untuk meningkatkan hasil penjernihan air, sebagai berikut :1. Air yang digunakan untuk dijernihkan lebih baik air permukaan atau air tanah. Air permukaan meliputi air waduk, air telaga, air sungai atau air rawa, sedangkan yang dimaksud air tanah adalah air yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya air sumur. Untuk air yang telah tercemar logam atau air payau kurang baik bila dijernihkan dengan menggunakan biji kelor.2. Biji kelor yang digunakan harus dipastikan yang sudah tua dan sudah kering.3. Lebih baik juga dicoba menjernihkan air dengan biji kelor yang utuh dengan sayapnya dan biji kelor yang sudah dikupas untuk dilihat dan dibandingkan hasil mana yang lebih baik.4. Lebih baik waktu pengendapan dalam proses penjernihan air dengan biji kelor tidak lebih dari 24 jam karena air akan kembali keruh.5. Lebih baik cara penjernihan air dengan biji kelor dikombinasikan dengan cara penjernihan air sederhana.6. Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya.