Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA KERAPU BEBEK
(Cromileptes altivelis) SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN MIKROALGA
Dunaliella sp.
(Skripsi)
Oleh
FAJRIZA HARIS SULTHONI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA KERAPU BEBEK (Cromileptes
altivelis) SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN MIKROALGA Dunaliella sp.
Oleh
Fajriza Haris Sulthoni
Dunaliella sp. merupakan jenis mikroalga yang digunakan sebagai pakan alami ikan kerapu bebek karena mudah dicerna. Dunaliella sp. dapat memanfaatkan nutrien yang berasal dari limbah menjadi nutrien bagi perkembangan tumbuh tubuhnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah budidaya kerapu bebek (Cromileptes altivelis) sebagai media pertumbuhan mikroalga Dunaliella sp. Penelitian dilakukan dengan 5 perlakuan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu media dengan dosis limbah 100 % limbah, 75 % limbah + 25 % air laut, 50 % limbah + 50 % air laut, 25 % limbah + 75 % air laut dan 0 % limbah + 100 % air laut + Pupuk Walne. Parameter yang di amati yaitu amoniak, nitrat, nitrit, dan fosfat. Penelitian dilaksanakan pada Januari - Maret 2018 di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dunaliella sp. dapat memanfaatkan limbah budidaya kerapu bebek (Cromileptes altivelis) sebagai media pertumbuhan. Kepadatan tertinggi Dunaliella sp. (20,4 x 10
4 sel/ml) terdapat pada perlakuan C limbah budidaya kerapu bebek dengan
konsentrasi sebesar 50% limbah dan 50% air laut adalah konsentrasi terbaik bagi pertumbuhan Dunaliella sp.
Kata Kunci : Dunaliella, limbah, kerapu bebek, nutrien, pupuk Walne
ABSTRACT
UTILIZING WASTE OF HUMPBACK GROUPER (Cromileptes altivelis)
CULTIVATION AS MEDIA GROWTH OF MICROALGA Dunaliella sp.
By
Fajriza Haris Sulthoni
Dunaliella sp. is a type of microalga that is used as a natural feed of humpback
grouper because it is easily digested. Dunaliella sp. can utilize nutrients derived from
waste into nutrients for the growth of the body grows. The purpose of this study is to
determine the effect of utilization of humpback grouper (Cromileptes altivelis)
culture as a medium for growth of microalgae Dunaliella sp. The research was use 5
treatments 3 replications. The treatment used is the media with the dose of waste
100% waste, 75% waste + 25% sea water, 50% waste + 50% sea water, 25% waste +
75% sea water and 0% waste + 100% sea water + Walne Fertilizer . Parameters
observed were ammonia, nitrate, nitrite, and phosphate. The research was conducted
in January - March 2018 at Fishery Aquaculture Laboratory, Department of Fisheries
and Marine, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The results showed that
Dunaliella sp. can utilize humpback grouper cultivation waste (Cromileptes altivelis)
as a growth medium. The highest density of Dunaliella sp. (20.4 x 104 cells / ml)
found in treatment C duck grouper culture waste with a concentration of 50% waste
and 50% sea water is the best concentration for the growth of Dunaliella sp.
Keywords : Dunaliella, waste, humpback grouper, nutrient, Walne fertilizer
PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA KERAPU BEBEK
(Cromileptes altivelis) SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN MIKROALGA
Dunaliella sp.
Oleh
FAJRIZA HARIS SULTHONI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
pada
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 April 1993, anak kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Isa Rasyidi dan Ibu Sri Hartati
Penulis memulai pendidikan dari (TK) Kartini Tanjung Karang, Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2000 dilanjutkan ke sekolah Dasar Persit (SD) Bandar
Lampung sampai dengan kelas 3 sd kemudian dilanjutkan ke (SDN) 02 Harapan Jaya Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-AZHAR 3
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) YP-UNILA
Bandar lampung diselesaikan pada tahun 2010 kemudian dilanjutkan (SMAN) 12 Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2011 Selanjutnya, pada tahun 2012 penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur
Mandiri, dan menyelesaikan pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya
Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota Minat dan Bakat pada tahun 2012-2013. Penulis
telah melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tanggal 18 juli – 18 agustus 2016 di Balai Riset
Pemuliaan Ikan (BRPI) Subang Jawa Barat “Pembenihan Ikan Gurami” (Osphronemus guramy).
Dan pada Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Terbanggi Ilir pada
bulan Januari-Februari 2017, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan menulis skripsi yang
berjudul “Pemanfaatan Limbah Budidaya Kerapu bebek (Cromileptes altivelis) sebagai
Media Petumbuhan Dunaliella sp.”
PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT atas kenikmatan dan kemudahan yang selalu mengiri langkah untuk semua
hambanya.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Bapak dan ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, pengorbanan dan do’a yang menjadi jalan
kemudahan dalam penyelesaian studi. Tanpa kalian saya tidak akan jadi apa-apa. Terimakasih
Kakak dan adik tersayang dan seluruh keluarga besar yang telah
memberikan do’a serta dukungan selama masa studi.
Sahabat-sahabatku yang telah menambah warna dalam indahnya bintang kehidupanku.
Teman-teman Pengejar Toga 2012 yang telah memberikan
Kebersamaan, semangat, serta motifasi dari awal hingga akhir masa studi.
Dan
Almamater tercinta “UNIVERSITAS LAMPUNG”
MOTTO
Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut
ilmu berarti menjalankan rukun islam dan pahala yang diberikan kepada
sama dengan para Nabi
- HR. Dailani dari Anas r.a –
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyaknya kesabaran (yang
kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa
betapa pedihnya rasa sakit
-Ali bin Abi Thalib-
Do the best and pray. God will take care of the rest, because there is no limit
of struggling
Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sebuah kebetulan yang
amat kebetulan adalah tetap rencana Tuhan yang tidak pernah meleset walau
seperjuta mil
-Tere Liye-
Jika doa bukan sebuah permintaan, setidaknya itu adalah sebuah pengakuan
atas kelemahan dari manusia di hadapan Tuhannya
-Pidi Baiq-
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan
Limbah Budidaya Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) sebagai Media
Pertumbuhan Mikroalga Dunaliella sp.”.
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Kedua orang tuaku tercinta, , Bapak isa Rasyidi dan Ibu Sri Hartati untuk
setiap do’a, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetesan keringat yang
selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku serta Kakaku
Muammar Haris Prasanto dan Adikku Sabilla Farin Laurasta yang menjadi
motivasi terbesar dalam hidupku.
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
4. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan nasihat, bimbingan, dan motivasi selama
menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
5. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Utama yang
membimbing dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga skripsi ini
menjadi semakin baik.
6. Ibu Henni Wijayanti M, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Kedua yang
telah membimbing dengan memberikan arahan dan saran dengan baik.
7. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si., selaku dosen Penguji yang memberikan saran
dan masukan yang amat membangun.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan
motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
9. Teman-teman presidium Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA)
periode 2013/2014 atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.
10. Teman tim perjuangan skripsi (septa triasa butros dan Jupri), serta teman-
teman angkatan 2012 (ando, dhiah,doni p, dharta, abay, ata, dede, denti, nurul
fajri, gomgom, firman, haryanti, mita, renaldo, suliswati, sulstiyowati,
sundari, weni, wijay, ayi, ike, heidy, puji, ayu yp, ayu noviyanti, hanif) teman-
teman angkatan 2013 (arga, Tania, desti, ida, rio, ayu wede, dll) teman-teman
angkatan 2014 (ica, astri, ariful, fitri, dian, arum, farida, fajri, fatma, dll)
terima kasih selalu memberikan semangat dan motifasi dalam penyelesaian
penulisan skrispi.
11. Perfect partner Winda Waryanti yang selalu menemani, memberikan
semangat(support), motifasi, canda dan tawa, serta mewarnai hari-hari selama
proses berjalannya skripsi sampai selesai.
12. Karyawan BRPI Subang Sukamandi Jawa Barat ( Pak Nur, Pak subian, Pak
Larto, Pak Ali)
13. Karyawan BBPBL Lampung (Pak Safei, Pak , Pak Andi, Pak sil, Pak Dauri,
Pak Rojuli, Ibu emi, Ibu valen, Bang wanda, dll) yang telah membantu dan
memberikan saran selama proses penelitian.
14. Mas Ngadiman Bambang R, Mba Trinanda Mega K, Ibu Dwi Lestari, Ibu
Syifa, Ibu yeni, Ibu oktora, Ibu cyntia, Ibu Ismini, dan Ibu mumun yang telah
membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.
15. Teman teman FISIP UNILA (Farrah, Fitra, Iid, Ibnu, Tiwi, Rendy, Nanda,
Riko, Vike)
16. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca, Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
Fajriza Haris Sulthoni
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan peneitian ...................................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 3
1.5 Hipotesis .................................................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi ...................................................................................... 6
2.2 Pertumbuhan Dunliella sp. ...................................................................................... 6
2.3 Faktor Pertumbuhan Dunliella sp. .......................................................................... 9
2.3.1 Kualitas Air .................................................................................................... 9
2.4 Limbah Budidaya Pendederan Kerapu Bebek ...................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................................... 13
3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................................... 13
3.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................................ 13
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................................ 14
3.4 Prosedur Penelitian................................................................................................ 14
3.4.1 Persiapan Wadah ........................................................................................... 14
3.4.2 Persiapan Media ............................................................................................ 14
3.4.3 Penghitungan Kepadatan Dunaliella sp. ....................................................... 15
3.4.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 16
3.4.4.1 Pengamatan ......................................................................................... 16
3.4.4.2 Kualitas Air ......................................................................................... 17
3.4.4.3 Analisis data ........................................................................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil. ..................................................................................................................... 18
4.1.1 Pertumbuhan Populasi Dunaliella sp. ........................................................... 18
4.1.2 Kelimpahan sel Dunaliella sp. ...................................................................... 20
xviii
4.1.3 Diameter Sel Dunaliella sp. .......................................................................... 21
4.1.4 Kualitas air .................................................................................................... 24
4.1.5 Faktor Kimia .................................................................................................. 25
4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 35
5.2 Saran ...................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Berfikir....................................................................................... 4
2. Dunaliella sp. ............................................................................................................ 6
3. Fase Pertumbuhan Mikroalga ................................................................................... 9
4. Skema Penelitian ..................................................................................................... 13
5. Pengamatan Jumlah Sel Menggunakan Haemacytometer ...................................... 16
6. Pertumbuhan Dunaliella sp. .................................................................................... 18
7. Kelimpahan Sel Dunaliella sp. ............................................................................... 20
8. Rerata Diameter Sel Dunaliella sp. Selama Kultur ................................................ 22
xx
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Faktor Lingkungan Selama Kultur Mikroalga Dunaliella sp. ................................ 24
2. Faktor kimia Selama Kultur Mikroalga Dunaliella sp. ........................................... 25
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan jenis ikan laut bernilai ekonomi yang mempunyai pangsa
pasar luas dengan harganya pun relatif tinggi sebesar Rp 350.000/kg untuk kerapu
bebek hidup ukuran siap konsumsi (Giri, 2001). Tingginya permintaan pasar akan
ikan kerapu menyebabkan para pembudidaya melakukan budidaya secara intensif.
Dampak budidaya secara intensif terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan
berupa penurunan kualitas lingkungan budidaya disebabkan limbah organik dari
sisa pakan dan kotoran didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang
beracun. Tingginya penggunaan pakan buatan berprotein tinggi pada budidaya
intensif menyebabkan pencemaran lingkungan budidaya dan memberi peluang
terjadinya penyakit (Asaduzzaman et al., 2008).
Fitoplankton merupakan salah satu bioremediator yang dapat menetralisir limbah
pendederan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Mikroalga sebagai salah satu
komoditi hasil perairan dewasa ini telah menjadi alternatif untuk dikembangkan
karena memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein
maupun sebagai sumber pangan, mikroalga yang berbasis pangan tidak memberi
efek negatif bagi tubuh meski dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu lama
maupun singkat. Dalam hubungannya dengan pangan fungsional, mikroalga dapat
berfungsi sebagai penyedia sumber protein, karbohidrat, dan lemak alami yang
bermanfaat dalam penyediaan energi dalam tubuh. Mikroalga fungsi sebagai
sumber vitamin dan bahkan memberikan efek penyembuh dan detoksifikasi dalam
tubuh.
Beberapa mikroalga bahkan digunakan sebagai sumber bahan baku dalam industri
farmasi. Mikroalga juga sebagai sumber protein dapat dijumpai di pasaran dalam
bentuk tablet, kapsul, minuman kaleng, permen, atau dicampur dalam pangan lain
2
untuk meningkatkan nilai nutrisi dan rasa. Mikroalga juga digunakan sebagai
sumber vitamin, baik digunakan sebagai asupan tambahan yang diperlukan oleh
tubuh, dengan sumber pigmen alami yang aman digunakan sebagai zat aditif
maupun dalam kosmetik. Beberapa mikroalga menghasilkan pigmen selain dari
pigmen hijau yang dihasilkan dari proses fotosintesis.
Limbah sisa pakan dan feses budidaya kerpu bebek berpotensi sebagai sumber N
(nitrogen) dalam bentuk ammonia yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan
mikroalga Dunaliella sp. kandungan amonia yang ada di dalam limbah
merupakan hasil katabolisme protein yang dieksresikan oleh organisme serta
merupakan hasil penguraian zat organik oleh bakteri dan eksresi hewan perairan
menjadi bentuk amonia. Total ammonia Nitrogen (TAN) di dalam air terdapat
dalam bentuk tak terionisasi (NH3) atau amoniak dan dalam bentuk terionisasi
(NH4+) atau ammonium (Supono, 2016). Amoniak merupakan hasil ekskresi
utama dari hewan akuatik, tetapi jumlah. ini kecil jika dibandingakan dengan
amonia yang berasal dari hasil akhir perombakan protein yang berasal dari sisa
pakan. Konsentrasi amoniak dalam ekosistem perairan juga dipengaruhi oleh
keberadaan tanaman akuatik. Amoniak merupakan sumber nitrogen utama bagi
tanaman akuatik (Izzati, 2011). Ammonium atau dalam bentuk terionisasi (NH4+)
tidak bersifat beracun pada ikan dan udang, sedangkan amoniak atau dalam
bentuk tak terionisasi (NH3) bersifat beracun dalam konsentrasi yang tinggi
(Supono, 2016).
Kandungan nutrisi dari Dunaliella sp. dan kemampuan adaptasi yang tinggi
diharapkan dapat meminimalkan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
pendederan kerapu bebek. Ketersediaan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K) dan unsur mikro lainnya seperti karbon, sulfur dan lain–lain
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
mikroalga (Sen et al., 2005).
Selain ketersediaan nutrisi pada media kultur, salinitas merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroalga (Kawaroe et al., 2010). Nutrien
3
merupakan unsur yang sangat penting dalam kultur mikroalga karena berfungsi
sebagai sumber energy dan bahan pembangun sel mikroalga (Sylvester et al.,
2002). Ketersedian nutrient yang rendah akan mengakibatkan pertumbuhan
mikroalga terganggu dan tidak optimal. Cara untuk memenuhi kebutuhan nutrien
yang digunakan dalam pertumbuhan mikroalga salah satunya yaitu dengan
pemberian media sintetis seperti Media Walne.
Media sintetis merupakan media yang digunakan dalam kultur mikroalga untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroalga.
Oleh karena itu dibutuhkan solusi alternatife jenis media yang ramah lingkungan
tetapi tetap memperhatikan unsur-unsur yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
Dunaliella sp. untuk tumbuh dan berkembang yaitu berasal dari nutrien dan fosfor
di dalam limbah budidaya kerapu bebek.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah
budidaya kerapu bebek (Cromileptes altivelis) sebagai media pertumbuhan
mikroalga Dunaliella sp.
1.3 Manfaat Pnelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
praktisi budidaya tentang pemanfaatan limbah pendederan kerapu bebek
(Cromileptes altivelis) sebagai media pertumbuhan mikroalga Dunaliella sp.
1.4 Kerangka Pemikiran
Dunaliella sp. merupakan mikroalga yang diagunkan sebagai pakan alami ikan
kerapu bebek karena mudah dicerna (Kurniastuty dan Julinasari, 1995 dalam
Tjokorde et al., 2013). Kandungan nutrisi Dunaliella sp. berdasarkan berat kering
adalah protein (57%), karbohidrat (32%) dan lemak (6%) (Becker, 2004),serta
pigmen alami, pro-vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan, imunostimulan,
meningkatkan pertumbuhan dan anti bakteri serta membantu proses pigmentasi
ikan (Yudha, 2008). Limbah sisa pakan dan feses budidaya kerpu bebek
berpotensi sebagai sumber N (nitrogen) dalam bentuk ammonia yang
4
dimanfaatkan oleh mikroalga Dunaliella sp. dapat tumbuh dengan memanfaatkan
nutrien yang berasal dari limbah budidaya ikan kerapu bebek untuk
pertumbuhannya dan meningkatkan kelimpahan sel Dunaliella sp. Oleh karna itu,
perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan limbah budidaya ikan kerapu
bebek terhadap pertumbuhan dan kelimpahan Dunaliella sp. Kerangka berfikir
penelitian ini dapat dijelaskan secara sistematis melalui diagram alir penelitian
(Gambar 1).
Gambar 1. Diagram Kerangka Berfikir
Kultur Dunaliella sp.
Media Alami Mudah diperoleh
Limbah sisa pakan
dan feses
pendederan kerapu
bebek berpotensi
sebagai sumber N
(nitrogen) dalam
bentuk amoniak
Media Sintetik
pupuk Walne
Ketersediaan Terbatas
Dunaliella sp. mampu menyerap serta
memanfaatkan N (nitrogen) untuk
pertumbuhan
Meningkatkan kelimpahan
Dunaliella sp.
1. Amoniak
2. Nitrat
3. Nitrit
4. fosfat
5
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 : τi = 0 Penggunaan limbah budidaya kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
sebagai media pertumbuhan mikroalga Dunaliella sp. berpengaruh
terhadap populasi Dunaliella sp. (α = 0,05).
H0 : τi ≠ 0 Minimal ada satu perlakuan penggunaaan limbah budidaya kerapu
bebek (Cromileptes altivelis) sebagai media pertumbuhan mikroalga
Dunaliella sp. yang berpengaruh terhadap populasi Dunaliella sp.
(α = 0,05).
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi
Dunaliella sp. merupakan fitoplankton yang memilik dua flagel yang sama
panjang dan mempunyai kloroplas sehingga sel berwarna kuning kemerahan
hingga berwarna hijau, sel berbentuk bervariasi seperti oval, elips dan silindris
(Gambar 2).
Gambar 2. Dunaliella sp. (www.bio.utexas, 2015)
Adapun klasifikasi Dunaliella sp. menurut Tjahjo et al., (2002), sebagai berikut :
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Volvocales
Family : Polyblepharidaceae
Genus : Dunaliella
Spesies : Dunaliella sp.
2.2 Pertumbuhan Dunaliella sp.
Pertumbuhan dan perkembangan mikroalga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) dan unsur mikro lainnya seperti
karbon, sulfur dan lain-lain (Sen et al., 2005). Nutrien merupakan unsur yang
7
sangat penting dalam kultur mikroalga karena berfungsi sebagai sumber energi
dan bahan pembangun sel mikroalga. Ketersedian nutrien yang rendah akan
mengakibatkan pertumbuhan mikroalga terganggu dan tidak optimal.
Menurut Kawaroe et al., (2010) pola pertumbuhan mikroalga pada sistem
kultivasi terbagi menjadi 5 tahapan yaitu : fase adaptasi (lag phase), fase
eksponensial (log phase), fase stasioner fase penurunan laju pertumbuhan
(declining growth), fase kematian (death phase). Fase - fase tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
a. Fase adaptasi (lag phase)
Fase adaptasi merupakan pertumbuhan fase awal dimana penambahan kelimpahan
mikroalga terjadi dalam jumlah sedikit. Fase lag adalah fase adaptasi dimana
terjadi penyesuaian sel terhadap lingkungan baru. Pada saat adaptasi, sel
mengalami defisiensi enzim atau koenzim, sehingga harus disintesis dahulu untuk
berlangsungnnya aktivitas biokimia sel selanjutnya. Lamanya fase adaptasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu media, lingkungan pertumbuhan, dan
jumlah inokulan. Pada fase lag, populasi mikroalga tidak mengalami perubahan,
tetapi ukuran sel meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme
mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga
kepadatannya belum meningkat (Brock dan Madigan, 1991).
b. Fase eksponensial (log phase)
Fase eksponensial merupakan tahapan pertumbuhan fase pertumbuhan lanjut yang
dialami mikroalga setelah fase lag. Mikroalga yang dikultivasi akan mengalami
pertambahan biomassa secara cepat. kandungan protein dalam sel sangat tinggi,
sehingga kondisi mikroalga berada pada kondisi yang paling optimal. Pada fase
eksponensial mikraolga lebih banyak membutuhkan energi dari pada fase lainnya
dan paling sensitif terhadap keadaan lingkungannya (Vonshak et al. 2004).
8
c. Fase stasioner
Fase stasioner diindikasikan dengan adanya pertumbuhan mikroalga yang terjadi
secara konstan akibat dari keseimbangan katabolisme dan anabolisme di dalam
sel. Fase ini ditandai dengan rendahnya tingkat nutrien dalam sel mikroalga dan
pada fase ini pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan fase
eksponensial. Umumnya untuk kelimpahan yang rendah dalam kultivasi terjadi
fase stasioner yang pendek, sehingga menyulitkan pada saat pemanenan. Pada saat
kultur berada pada fase stasioner, komposisi mikroalga berubah secara signifikan
karena terbatasnya kandungan nitrat pada media kultur yang mengakibatkan
kandungan karbohidrat meningkat hingga dua kali lipat dari kandungan protein
Brown et al. (1997)
d. Fase penurunan laju pertumbuhan (declining growth)
Fase penurunan pertumbuhan (Declining Growth Phase) terjadi dengan indikasi
pengurangan kecepatan pertumbuhan sampai sama dengan fase awal
pertumbuhan, yaitu kondisi dimana tidak terjadi penambahan sel. Fase ini ditandai
dengan berkurangnya nutrien dalam media, sehingga mempengaruhi kemampuan
pembelahan sel yang menyebabkan jumlah sel semakin menurun (Lavens and
Sorgeloos, 1996).
e. Fase kematian (death phase)
Fase kematian diindikasikan menjadi kematian sel mikroba yang terjadi karena
adanya perubahan kualitas air ke arah yang buruk, penurunan kandungan nutrien
dalam media kultivasi dan kemampuan metabolisme mikroalga yang menurun
akibat umur yang sudah tua. Penurunan jumlah sel yang cepat dan secara
morfologi pada fase ini ditandai dengan banyaknya mikroalga mengalami
kematian, dibandingkan melakukan pertumbuhan melalui pembelahan. Warna air
media kultivasi berubah, terjadi buih di permukaan media kultivasi dan warna
yang pudar serta gumpalan mikroalga yang mengendap di dasar wadah kultivasi
(Lavens and Sorgeloos, 1996).
9
Gambar 3. Fase Pertumbuhan Mikroalga (Lavens dan Sorgeloos, 1996).
2.3 Faktor Pertumbuhan Dunaliella sp.
Menurut Kawaroe et al., (2010), komunitas mikroalga pada suatu perairan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan antara lain temperatur (suhu), nutrien (unsur
hara), intensitas cahaya, derajat keasaman (pH), aerasi (sumber O2), dan salinitas.
2.3.1 Kualitas Air
Unsur hara yang dibutuhkan mikroalga terdiri dari mikronutrien dan
makronutrien. Makronutrien antara lain C, H, N, P, K, S, Mg, dan Ca.
Mikronutrien yang dibutuhkan antara lain adalah Fe, Cu, Mn, Zn, Co, Mo, Bo,
Mn, dan Si. Diantara nutrien tersebut, N dan P menjadi faktor pembatas
pertumbuhan mikroalga. Khusus bagi mikroalga yang memiliki kerangka dinding
sel yang mengandung silikat, misalnya diatom, unsur Si berperan sebagai faktor
pembatas.
Pada umumnya kurangnya nutrien pada mikroalga dapat mempengaruhi
penurunan kandungan protein, pigmen fotosintesis dan kandungan produk
karbohidrat serta lemak. Unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara
(nutrisi) yang diperlukan oleh flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya. Unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk nitrat (NO3-)
dan fosfat (PO4-). Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, nitrat
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Fosfat dijumpai dalam
bentuk terikat dengan unsur lain membentuk senyawa.
10
Konsentrasi nitrat yang dikurangi pada media dapat meningkatkan kandungan
lemak yang terbentuk pada fase stasioner (Montoya et al., 2010). Pengaruh
pengurangan konsentrasi nitrat pada medium dapat meningkatkan kandungan
lemak dari 7,88% berat kering menjadi 15,86% berat kering. Penelitian yang
dilakukan Widianingsih (2011), menunjukkan bahwa perubahan pengurangan
prosentase nutrien fosfat dan nitrat berpengaruh terhadap proses fisiologi
mikroalga dan berdampak pada pertumbuhan dengan menghasilkan lemak sebesar
67,7% berat kering.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran suatu oarganisme. pengaruh suhu secara langsung
terhadap plankton adalah meningkatkan reaksi kimia terhadap laju fotosintesis
meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Dunaliella sp merupakan fitoplankton
yang dapat bertahan hidup terhadap kisaran suhu yang lebar. Alga ini dapat
bertahan pada suhu rendah hingga dibawah titik beku sampai suhu tinggi yaitu
40oC. Suhu air yang baik untuk Dunaliella sp berkisar antara 20 – 40°C. Suhu air
yang mempengaruhi proses pertukaran zat, kadar oksigen dan laju reaksi kimia.
Suhu air dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang berasal dari lampu dan juga
radiasi sinar matahari. selain itu juga disebabkan ruangan yang digunakan untuk
kultur merupakan ruangan yang berada di dalam, dimana suhu tersebut dapat
terkontrol (Ekawati, 2005). Dunaliella sp dapat bertahan pada suhu rendah hingga
di bawah titik beku dan pada suhu di atas 40oC Dunaliella sp. dapat tumbuh pada
suhu 25-40oC (Juneja et al., 2013). Suhu optimal untuk kultivasi mikroalga antara
24-30oC, dan dapat berbeda beda tergantung lokasi, komposisi media yang
digunakan serta jenis mikroalga yang dikultivasi (Yudha, 2008). Namun sebagian
besar mikroalga dapat mentoleransikan suhu antara 16-35oC. Temperatur di
bawah 16oC dapat memperlambat pertumbuhan dan suhu diatas 35
oC dapat
menimbulkan kematian pada beberapa spesies mikroalga.
Nilai pH dapat didefinisikan sebagai bahan negatif logaritma konsentrasi ion
hidrogen dalam air atau tingkat keasaman dan kebasaan dalam air. (Edhy et al.,
11
2010). Umumnya air laut mempunyai pH yang lebih besar yang cenderung
bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah
sehingga menjadi bersifat asam. Kisaran pH baik untuk pertumbuhan fitoplankton
adalah 6-9 merupakan pH yang terbaik untuk kultur Dunaliella sp. (Boyd, 2011).
Dunaliella sp. merupakan fitoplankton yang mampu bertahan hidup dalam
lingkungan yang memiliki kadar garam yang tinggi. Salinitas yang sesuai untuk
kultur Dunaliella sp. berkisar antara 20 – 35 ppt. Secara biologis Dunaliella sp.
mampu hidup dan tumbuh pada rentang kadar garam yang sangat luas karena
komposisi dinding sel yang didominasi oleh gliserol yang menyebabkan
mudahnya proses adaptasi (Pisal dan Lele, 2004).
Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan
mikroalga, selain nutrien. Intensitas cahaya sangat diperlukan dalam proses
fotosintesis karena hal ini berhubungan dengan jumlah energi yang diterima oleh
mikroalga untuk melakukan fotosintesis (Becker, 2004). Semakin banyak jumlah
energi cahaya yang diterima oleh mikroalga untuk melakukan fotosintesis
(Hasanudin, 2012). Keberadaan cahaya menentukan pola pertumbuhan bagi
mikroalga yang melakukan fotosintesis (Edward 2010). Cahaya matahari dapat
diganti dengan sinar lampu TL dan kisaran optimum intensitas cahaya bagi
mikroalga antara 2000-8000 lux. Pada mikroalga hijau, pigmen yang menyerap
cahaya adalah klorofil a, disamping pigmen lain seperti karotenoid dan xantofil
(Kawaroe et al., 2009). Peningkatan intensitas cahaya yang diberikan pada
mikroalga akan menyebabkan laju pertumbuhan semakin meningkat.
2.4. Limbah Budidaya Kerapu Bebek
Kegiatan budidaya ikan kerapu bebek dapat menghasilkan limbah budidaya yang
mengandung bahan-bahan anorganik seperti ammonia (NH3) dan nitrat (NO3)
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrien oleh fitoplankton. Ammonia
(NH3) merupakan hasil ekskresi utama dari hewan akuatik, tetapi jumlahnya
sangat sedikit jika dibandingakan dengan ammonia yang berasal dari hasil akhir
perombakan protein yang berasal dari sisa pakan. Konsentrasi ammonia dalam
12
ekosistem perairan dapat dipengaruhi oleh keberadaan tanaman akuatik. Amoniak
merupakan sumber nitrogen utama bagi tanaman akuatik (Izzati, 2011).
13
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Januari - Maret 2018 di Laboratorium Budidaya
Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kultur bervolume 1000 ml
sebanyak 15 buah, pipet tetes, alumunium foil, gelas ukur, blower, thermometer,
kertas pH, haemocytometer, botol film, spektrofotometer, selang aerasi,
mikroskop binokuler, lampu TL 36 watt, luxmeter, timbangan digital, tabung
reaksi, wadah penampungan, kain strimin, hand counter, instalasi aerasi, kamera
dan alat tulis.
3.2.2. Bahan Penelitian
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut, alkohol 70%,
limbah pendederan ikan kerapu bebek dan Dunaliella sp. Peletakan botol
perlakuan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Lampu TL 36 Watt
Gambar 4. skema penelitian : Dunaliella sp.
14
3.3. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dengan jumlah limbah
kerapu bebek sebagai media pertumbuhan Dunaliella sp. yang berbeda dengan
volume maksimal 500 ml, sebagai berikut :
- Perlakuan A = 100 % limbah
- Perlakuan B = 75 % limbah + 25 % air laut
- Perlakuan C = 50 % limbah + 50 % air laut
- Perlakuan D = 25 % limbah + 75 % air laut
- Perlakuan E (Kontrol) = 0 % limbah + 100 % air laut + Pupuk Walne
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah
Botol kultur dan wadah penampungan limbah direndam menggunakan larutan
klorin dengan dosis 10 mg/l selama 1 hari kemudian dicuci dengan air bersih
dengan tujuan mensterilkan dari kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
3.4.2. Persiapan Media
Tahapan dari persiapan media :
1. Wadah penampungan limbah dengan volume 100 liter diletakan di bagian
bawah pipa outlet dari seluruh bak budidaya kerapu bebek agar air limbah dari
seluruh kolam pendederan dapat ditampung langsung saat proses pembuangan
kotoran.
2. Limbah yang terakumulasi dalam wadah penampungan kemudian diaerasi
agar limbah tidak mengendap.
3. Limbah yang sudah diaduk kemudian dimasukan kedalam botol kultur sesuai
jumlah yang ditentukan yaitu 100% (900 ml limbah); 75% (650 ml limbah +
150 ml air laut steril); 50% (400 ml limbah + 400 ml air laut steril); 25% (150
ml + 650 ml air laut steril). kemudian limbah diagitasi guna mencegah limbah
mengendap kembali pada botol kultur.
15
4. Perlakuan E (kontrol) menggunakan 0 % limbah dan 100 % Dunaliella sp.
yang diperkaya pupuk walne dengan dosis 1 ml untuk 1 liter air
5. Lampu TL 36 watt dipasang dengan intensitas rata-rata 3500 lux, sebagai
sumber cahaya selama kultur Dunaliella sp.
3.4.3. Penghitungan Kepadatan Dunaliella sp.
Penghitungan kepadatan awal Dunaliella sp. dilakukan untuk mengetahui
kepadatan sel inokulum yang digunakan dalam botol kultur. Kepadatan sel awal
dihitung menggunakan haemocytometer dengan tiga kali ulangan. Inokulan
Dunaliella sp. dimasukan ke dalam setiap botol kultur sebanyak 40 ml dengan
kepadatan 6,25 × 104 sel/ml. Adapun tahapan dalam perhitungan adalah sebagai
berikut :
1. Kultur starter yang digunakan dalam kultur (inokulan Dunaliella sp.) diambil
sebanyak 1 ml.
2. Haemocytometer yang digunakan dibersihkan menggunakan alkohol 70% dan
dikeringkan dengan menggunakan tissue, kemudian dipasang gelas penutup.
3. Dilakukan perhitungan kepadatan sel Dunaliella sp. sebanyak 1 ml kemudian
diteteskan pada bagian parit melintang hingga penuh dan mikroalga tersebar
merata, selanjutnya kepadatan sel dihitung dengan bantuan hand counter.
4. Mikroalga Dunaliella sp. yang terdapat pada kotak bujur sangkar yang
memiliki sisi 1 mm dihitung sebanyak 4 kotak dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 kali sebanyak 3 kali ulangan untuk mengetahui kerapatan sel
inokulum. Kemudian kerapatan sel dihitung menggunakan rumus sebgai
berikut :
10
4
Keterangan :
N = Jumlah sel mikroalga yang terhitung (sel/ml)
A1 – A4 = jumlah sel mikroalga pada kotak ke-1 sampai 4
5 = jumalah kotak dalam pengamatan Dunaliella sp.
104 = Volume kerapatan sel kotak (chamber)
16
Gambar 5. Pengamatan Jumlah Sel Menggunakan Haemacytomete
(Andersen, 2005).
5. Volume inokulum yang dibutuhkan untuk inokulasi dapat dihitung
menggunakan rumus (Chien, 1992) sebagai berikut :
Keterangan:
V1 = Volume inokulum yang digunakan (ml)
N1 = Kepadatan sel ino kulum Dunaliella sp. yang terhitung (sel/ml)
V2 = Volume media yang akan digunakan (ml)
N2 = Kepadatan sel inokulum Dunaliella sp. yang dibutuhkan (sel/ml)
3.4.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.4.1. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi parameter fisika, kimia dan biologi air yang
dilakukan selama penelitian, sebagai berikut:
1. Parameter Fisika dan Kimia Air
Pengukuran parameter fisika air yaitu suhu. Sedangkan parameter kimia air
berdasarkan APHA (2005) yaitu pH, salinitas, Total Ammonia Nitrogen
(TAN), Amonia (NH3-N), Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3
+) dan fosfat (PO4-P)
untuk mengetahui N/P rasio dalam media.
V1 V ×
1
17
Berikut tahapan pengukuran kualitas air setiap parameter :
a. Pengukuran suhu dilakukan setiap 24 jam sekali dan diukur menggunakan
termometer.
b. Pengukuran pH dilakukan setiap 24 jam sekali dan diukur menggunakan pH
paper.
c. Pengukuran salinitas dilakukan setiap 24 jam sekali dan diukur menggunakan
refraktometer.
2. Pengukuran Kelimpahan Mikroalga
Pengamatan yang dilakukan pada parameter biologi air adalah pengamatan
kepadatan fitoplankton. Pengamatan laju pertumbuhan Dunaliella sp. dilakukan
seperti saat perhitungan kepadatan sel inokulan. Kepadatan sel dihitung setiap 6
jam sekali mulai dari hari pertama sampai akhir penelitian atau saat memasuki
fase kematian.
3.4.4.2. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dalam penelitian meliputi pengukuran parameter kimia
air seperti pengukuran Total Ammonia Nitrogen (TAN), Ammonia (NH3),
Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3
+) dan fosfat (PO4
-) pengukuran tersebut dilakukan
pada saat awal dan akhir kultur untuk mengetahui N/P rasio dalam media.
3.4.4.3.Analisis Data
Data kerapatan sel pada puncak (peak), diameter sel dan fase pertumbuhan
Dunaliella sp. yang diperoleh selanjutnya diuji dengan menggunakan uji
normalitasi dan homogen. Kemudian dilakukan uji analisis sidik ragam atau
analysis of variance (ANOVA) dengan α = 0.05. setelah data diketahui
berpengaruh nyata, maka analisis data dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) dengan tingkat selang kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dunaliella sp. dapat memanfaatkan limbah budidaya kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
sebagai media pertumbuhan pada konsentrasi 50% limbah dan 50% air laut.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa uji proksimat seperti karbohidrat, protein dan lipid
pada mikroalga Dunaliella sp. yang dikultur pada media limbah budidaya pendederan kerapu
bebek (Cromileptes altivelis).
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Rezq, T. S., Al-Hooti, S., and Jacob, D. A. 2010. Optimum Culture Condition
Required the Locally Isolated Dunaliella salina. Journal Algal Biomass Utln.
1 (2): 12-19. Aquakultur. 803-807.
Amini, S. 2004. Pengaruh Umur Ganggang Jenis Chlorella sp. dan Dunaliella sp
Terhadap Pigmen Klorofil Dan Karotenoid Sebagai Bahan Baku Makanan
Kesehatan. Seminar Nasional & Temu Usaha. Fakultas Pertanian Universitas
Sahid. Jakarta.
Andersen, A. Robert. 2005. Alga Culturing Tehniques. Elsevier Academic Press.
USA.
APEC/SEAFDEC (Asia-Pacific Economic Cooperation/Southeast Asian Fisheries
Development Centre) 2001. Husbandry and Health Management of Grouper.
APEC: Singapore and SEAFDEC: Iloilo, Philippines.
APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Methods For the
Examination of Water and Wastewater. Amer. Publ. 17th Edition. New York
Health Association.
Asaduzzaman, M., M.A. Wahab, M.C.J. Verdegem, S. Huque, M.A. Salam, and M.E.
Azim. 2008. C/N Ratio Control and Substrate Addition for Periphyton
Development Jointly Enhance Freswater Prawn Macrobrachium rosenbergii
Production in Ponds. Aquaculture, 280: 117 – 123.
Balder, H.F., Vogel, J., Jansen, M.C., Weijenberg, M.P., Van den Brandt, P.A.,
Westenbrink, S., Van der Meer, R., dan Goldbohm, R.A., 2006, Heme and
chlorophyll intake and risk of colorectal cancer in the Netherlands cohort
study. Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention. Vol 15:717-725.
BBPBL. 2011. Budidaya Mikroalga dan Zooplankton. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung. Hal 9 - 30.
Becker, W. 2004. Microalgae for Aquaculture. The Nutritional Value of Microalgae
for Aquaculture. In: Richmond A (ed) Handbook of Microalgal Culture,
Blackwell, Oxford pp 380-391.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries
Boyd, C. E. 2011. Water Quality Standards pH. Global Aquaculture Alliance. USA.
pp. 42-44.
Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In :
Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology.
Brock, T. D. & M. T. Madigan. 1991. Biology of Microorganisms. 6 31th Ed.
Prentice-Hall International, Inc. New Jersey Cambridge University Press:
Cambridge. pp. 456-465.
Brown, M.R., Jeffrey, S.W., Volkman, J.K., & Dunstan, G.A. 1997. Nutritional
properties of microalgae for mariculture. Aquaculture, (151): 315331.
Celekli, A. and Donmez, G. 2006. Effect of pH, Light Intensity, Salt and Nitrogen
Concentrations on Growth and β-carotene Accumulation by a New Isolate of
Dunaliella sp. World Journal of Microbiology & Biotechnology. (22): 183-
189.
Chien, Y. H. 1992. Water Quality Requirement and Management for Marine Shrimp
Cultur. Review. Water Quality Managemen. 144-151.
Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier. and Verstraete. 2007. Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture,
(270) : 1-4.
Edhy, W. A., K. Azhary, J. Pribadi dan M. Chaerudin K. 2010. Budidaya Udang
Putih ( Litopenaeus vannamei). Penerbit Mulia Indah. Jakarta. hal. 78-87.
Edward. 2010. Freswater Algae Identification and Use as Bioindicators. India:
Wiley-Blackwell.
Ekawati, A. W. 2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya. Malang. Hal. 3-48.
Facta, M., Zainuri, M., Sudjadi, dan Sakti, P. E. 2006. Pengaruh Pengaturan
Intensitas Cahaya yang Berbeda terhadap Kelimpahan Dunaliella sp. dan
Oksigen Terlarut dengan Simulator TRIAC dan Mikrokontroller AT89S52.
Jurnal Ilmu Kelautan. 11 (2): 67-71.
Ferianita, M., Haeruman, H., Sitepu, L.C. 2005. Komunitas Fitoplankton sebagai
Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA
2005. FMIPA-Universitas Indonesia, 24-26 November 2005. Jakarta.
Ferruzi, M.G., Blakeslee, J., 2007. Digestion, absorption, and cancer preventive
activity of dietary chlorophyll derivatives. Nutrition Research, Vol. 27:1-12.
Giri, N.A. 2001. Pembenihan ikan kerapu batik (Epinephelus microdon) sebagai
upaya penyediaan benih untuk pengembangan budidaya laut. Warta penelitian
perikanan Indonesia, 7(1):3.
Hasanudin, M. 2012. Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Petumbuhan
dan Kadar Lipid Mikroalga Scenedesmus sp. yang Dibudidayakan pada
Limbah Cair Tapioka. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Malang.
Hermawan, J. 2016. Peningkatan Kandungan β-Karoten Pada Fitoplankton
Dunaliella salina Dengan Media Salinitas yang Berbeda. Fakultas Perikanan
dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Isnadina, D. R., dan Hermaana, J. 2013. Pengaruh Konsentrasi Bahan Organik,
Salinitas dan pH terhadap Laju Pertumbuhan Alga. Seminar Nasional
Pascasarjana XII .ITS-Surabaya.
Izzati, M. 2011. Perubahan Konsentrasi Oksigen dan pH Terhadap Perairan Tambak
Setelah Ditambahkan Rumput Laut Sargasum plagyopyllum dan Ekstraknya.
Skrips. Universitass Diponegoro.
Juneja A., R. M. Ceballos and G. S. Murthy. 2013. Effects of Environmental Factors
and Nutrient Availability on the Biochemical Composition of Algae for
Biofuels Production. Journal of Energies. 6 : 4607-4638.
Kawaroe, M., Prartono, T., Sunuddin, A., Wulan, D,S., Augustine, D. 2009. Laju
Pertumbuhan Spesifik Chlorella sp. dan Dunaliella sp. Berdasarkan
Perbedaan Nutrien dan Fotoperiode. Jurnal Ilmu_ilmu Perairan Indonesia,
Jilid 16. No. 1 : 73-77.
Kawaroe, M., T. Prartono, A. Sunuddin, D.W. Sari, dan D. Augustine. 2010.
Mikroalga : Potensi Dan Pemanfaatannya Untuk Produksi Bio Bahan
Bakar.Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.150 hlm. Kelautan. 18 (3), 143-
149.
Kurniastuty dan Julinasari. 1995 Pertumbuhan Alga Dunaleilla sp. Pada Media Kultur
Yang Berbeda dalam Skala Masal (Semi Out door) dalam Buletin Budidaya
Laut No 9 .BBL Lampung. 11 – 67 hal. Dalam Tjokorde, A. S. Boedi, S. R
dan Dewi. E. M. 2013. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Lemna minor Terhadap
Populasi Dunaliella sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5 : 1.
Kusdarwati, R., Mustofa, A., dan Rahardja, B. S. 2011. Pengaruh Penambahan
Vitamin B12 pada Media Blotong Kering terhadap Pertumbuhan Populasi
Dunaliella sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1), 73-77.
Lavens, P and Sorgelos =, P. 1996. Manual on the Production and Use of Live Food
for Aquaqulture. FAO Fisheries Teachnical Paper. Italy. Pp. 7-48.
Nur, A. M. A. 2014. Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional di
Indonesia (overview). Eksergi, 2 (11) : 1-6. Pascasarjana XII. ITS-Surabaya.
Mayasari, E. 2012. Efek Penambahan Fe2+
dan Mn2+
terhadap Produktifitas ß
Karoten oleh Fitoplankton Dunaliella salina, Isocrysis galbana, dan
Chlorella vulgaris. Tesis. Program Magister Ilmu Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Murdahayu Makmur et al., 2012. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of
Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 2,
Desember 2012 (Volume 15, Number 2 December 2012) Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center).
Montoya, J.E., et al. (2010). Nutritional Status of Cancer Patients Admitted for
Chemotherapy at the National Kidney and Transplant Institute. Singapore
Medical Journal, 51(11): 860-864.
Pisal, D. S. and S. S. Lele. 2004. Carotenoid Production from Microalgae Dunaliella
sp. Indian Journal of Biotechnology. 4 : pp. 476-483.
Rao, A. R., Dayananda, C., Sarada, R., Shamala, T. R., & Ravishankar, G. A. 2007.
Effect of Salinity on Growthof Green Algae Botryococcus braunii and its
Constituents. Bioresource Technology. (98): 560-564. Salinitas dan pH
terhadap Laju Pertumbuhan Alga. Seminar Nasional.
Sen B, Alp MT, and Kocer MAT. 2005. Studies on Growth of Marine Microalgae in
Batch Culture: II. Isochrysis galbana (haptophyta). Asian Journal of Plant
Sciences. 4(6): 639-641.
Septiana, I. 2016. Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Mikroalga Dunaliella sp.
dalam Media Ekstrak Daun Lamtoro (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Supono. 2016. Sistem Heterotof (Bioflog) Dalam Budidaya. Bandar Lampung.
Universitas Lampung.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Pengunaan. Jakarta : Rineka Cipta.
Tafreshi, A. H. Dan Shariati. 2009. Dunaliella sp. Biotechnology: Metdhods and
Applications. Journal of Applied Microbiology. 107 (1) : 14-35. Third Edition.
The University of Wisconsin Press.
Tjahjo, L., Erawati dan Hanung. 2002. Biologi Fitoplankton dalam Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung Dirjen
Perikanan Budidaya DKP. Lampung.
Tjokorde, A. S. Boedi, S. R dan Dewi. E. M. 2013. Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Lemna minor Terhadap Populasi Dunaliella sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 5 : 1.
Widianingsih, Hartati, R., Endrawati,Yudiati, E.,danIriani, V. R. 2011. Pengaruh
Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan
Lipid Total Nannochloropsis oculata. Semarang. Universitas Diponegoro.
Jurnal Ilmu Kelautan Maret 2011. Vol. 16 (1) 24-29.Hal 24-25.
Www.bio.utexas.edu. Diakses tanggal 11 Januari 2015 pukul 16.20 wib.
Vonshak, A., S. Boussiba; A. Abeliovich & A. Richmond. 2004. Production of
Sprirulina platensis biomass: Maintenance of monoalgal culturen outdoors.
Biotech and Bioengineering. 25 (2) : 341-349.
Yudha, A. P. 2008. Senyawa Anti bakteri dari Mikroalga Dunaliella sp. pada
Umur Panen yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.