24
KESEHATAN INFOBPJS MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 72 UNTUK PERBAIKAN SISTEM KESEHATAN DI INDONESIA PEMANFAATAN DATA JKN

PEMANFAATAN DATA JKN - bpjs-kesehatan.go.id · 2017, lanjut Bayu, pada tahun 2018 BPJS Kesehatan menyerahkan 3.224 Surat Kuasa Khusus (SKK) kepada kejaksaan di seluruh Indonesia untuk

  • Upload
    dodung

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

K E S E H A T A N

I N F O B P J S

MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 72

UNTUK PERBAIKAN SISTEM KESEHATAN DI INDONESIA

PEMANFAATANDATA JKN

penelitian dan pengambilan kebijakan juga telah dilakukan

oleh National Health Insurance Service (NHIS) melalui

NHIS-National Sample Cohort. Hal serupa juga dilakukan

oleh Taiwan melalui National Health Insurance Research

Database (NHIRD).

Sebagai wujud keterbukaan informasi publik dan untuk

mendukung penelitian serta pengambilan kebijakan

(evidence based policy), BPJS Kesehatan memberikan

kemudahan akses atas data-data yang dimiliki, sehingga

seluruh pemangku kepentingan baik mahasiswa,

peneliti, akademisi serta masyarakat secara umum dapat

memanfaatkan data tersebut. Namun, seringkali pengelola

data mengalami kesulitan dalam mengolah data jumlah

kepesertaan dan pelayanan yang besar, sehingga diperlukan

upaya untuk menyederhanakan data tanpa mengurangi

mutu data tersebut. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan

memiliki inisiatif untuk membentuk data sampel yang

merupakan perwakilan dari data administrasi BPJS

Kesehatan.

Saya berharap, data sampel ini dapat mempermudah

proses penelitian dan analisis sebagai dasar pengambilan

kebijakan dalam Program Jaminan Kesehatan. Saya juga

berharap, kemudahan akses data melalui data sampel ini

dapat menarik partisipasi masyarakat, baik dari kalangan

pemerintah, akademisi, maupun peneliti untuk mendukung

pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan (JKN-KIS) yang

berkualitas melalui kegiatan penelitian.

Menutup CEO Message ini, kami sampaikan bahwa

BPJS Kesehatan tentu tidak akan berjalan sendiri

dalam menyelenggarakan program yang mulia ini.

Kami memerlukan dukungan dan kerja sama seluruh

pemangku kepentingan serta masyarakat dalam peran

dan tugas di bidang kerja masing-masing untuk menjaga

keberlangsungan program jaminan kesehatan. Karena

sejatinya, progam ini merupakan program strategis yang

mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat, khususnya

di bidang jaminan kesehatan.

Fachmi Idris

Ceo Note

Apa yang paling berharga di era

industri 4.0 ini? Apakah emas,

minyak dan barang tambang lainnya

masih menjadi aset yang paling

berharga? Mungkin barang tambang

masih tetap bernilai harganya, tetapi

di era disrupsi ini ada hal yang sangat

berharga yaitu data. Saya mencoba menggambarkan betapa

data telah menjadi bagian berharga dalam kehidupan masa

kini. Di era kekinian, tentu kita memiliki laptop, ponsel dan

media penyimpanan lainnya. Sering kali kita menyimpan

banyak dokumen pekerjaan atau foto kenangan bersama

orang-orang tercinta dalam gadget yang kita miliki. Namun

ketika kita kehilangan gadget tersebut, rasa kehilangan

justru muncul karena data yang tersimpan di dalamnya

turut hilang bersama gadget yang kita miliki. Bahkan

data tersebut sering kali lebih berharga nilainya daripada

gadget yang hilang itu. Hal ini menunjukkan betapa data

telah menjadi sesuatu yang berharga layaknya minyak pada

era sebelum ini. Data adalah new oil atau minyak di era

digital.

Dewasa ini, data menjadi aset berharga sebuah organisasi

atau perusahaan. Google tanpa data mungkin tidak akan

menjadi perusahaan teknologi search engine terbesar

di dunia. Bahkan pengelolaan data yang tepat dapat

membantu Go-Jek dalam memetakan perilaku pelanggan

(customer behavior) sehingga dapat menjadi bahan

pengembangan bisnis secara berkelanjutan. Hal ini

membuktikan bahwa pengelolaan data yang tepat dapat

mendukung operasional suatu perusahaan atau organisasi

serta menjadi dasar pengambilan kebijakan untuk

mendukung pencapaian tujuan.

Dalam hal besaran jumlah data, dengan total jumlah

peserta sebesar 221.580.743 per tanggal 10 Mei 2019

serta tingginya jumlah akses masyarakat terhadap

program jaminan kesehatan (JKN-KIS), maka data yang

dikelola oleh BPJS Kesehatan tentu memiliki jumlah

yang besar. Data-data tersebut merupakan aset berharga

organisasi. Kami melihat data tersebut bisa dimanfaatkan

secara optimal sebagai dasar penelitian dan pengambilan

kebijakan (evidence based policy). Di bidang jaminan

kesehatan, upaya pemanfaatan data untuk keperluan

Pemanfaatan Data, Dukung Kualitas Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

KILAS & PERISTIWA

5

FOKUS

6

PELANGGAN

12

14

BENEFIT

18INSPIRASI

19

SEHAT & GAYA HIDUP

SALAM REDAKSI

PERSEPSI

DAFTAR ISI

BINCANG

10 20

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :

Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

TESTIMONI

16

ini penting segera laporkan peserta jkn-kis yang meninggal

ke bpjs kesehatan

peneliti ugm : data bpjs kesehatan sangat kaya informasi

mengapa minum obat harus sampai habis?

Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan,

Sebagai penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan

memiliki data yang sangat besar dan bernilai. Data tersebut merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

penelitian dan pengambilan kebijakan yang kredibel berbasis bukti (evidence based policy) untuk perbaikan sistem

kesehatan di Indonesia.

Basis data kepesertaan dan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan merupakan salah satu yang

terbesar di dunia. Data transaksi BPJS Kesehatan juga terus bertambah setiap hari dari berbagai titik layanan, mulai

dari kantor cabang, hingga fasilitas kesehatan.

Seperti apa pemanfaatan data BPJS Kesehatan, lebih jauh Info BPJS Kesehatan akan mendalaminya dalam rubrik

FOKUS. Dalam rubrik BINCANG lebih jauh pemanfaatan data akan dibahas langsung oleh Direktur Perencanaan

Pengembangan dan Manajemen Resiko BPJS Kesehatan Mundiharno.

Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan

tanggapan atas terbitnya media ini. Diharapkan melalui penerbitan Media ini informasi yang berkualias, baik, akurat

dapat terus kami sajikan dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS

Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.

Redaksi

Pemanfaatan Data JKN Untuk Masa Depan Kesehatan Indonesia

CEGAH POTENSI FRAUD, BPJS KESEHATAN GANDENG INDONESIA

CORRUPTION WATCH

pemanfaatan data jkn Untuk Perbaikan Sistem Kesehatan

di Indonesia

membangun Budaya Evidence

Based Policy

Dua Obat Kanker Kolorektal TAk masuk paket jkn-kis

Puskesmas Turikale Di Kabupaten Maros Terapkan Layanan

Antar Obat

Kenapa JKN-KIS Tidak Menjamin Pengobatan ke Luar Negeri?

PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Mira Anggraini PEMIMPIN UMUM Irfan Humaidi PENASIHAT

Nasihin Masha PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari, Paramita Suciani REDAKTUR

Elsa Novelia, Widianti Utami, Sri Wahyuningsih, Dede Chandra S, Upik Handayani, Angela Dian, Tati Haryati Denawati, Juliana Ramdhani, Diah

Ismawardani, Ranggi Larissa Izzati, Darusman Tohir, Alhafiz DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna, Erry Endri, Asto

Bawono, Muhammad Arsyad, Imam Rahmat Muhtadin, Eko Yulianto

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 5

KILAS & PERISTIWA

Jakarta – Salah satu upaya menerapkan prinsip good governance, BPJS Kesehatan melibatkan pengawasan

dari lembaga independen masyarakat khususnua

untuk menekan potensi fraud dalam penyelenggaraan

JKN-KIS. Untuk itu, BPJS Kesehatan menggandeng

Indonesia Corruption Watch (ICW) untuk memperkuat

lini pengawasan penyelenggaraan Program JKN-KIS.

Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota

kesepahaman yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan

Hukum dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan

Bayu Wahyudi dan Koordinator Indonesia Corruption

Watch Adnan Topan Husodo yang di Kantor Pusat BPJS

Kesehatan, Kamis (14/03).

"Dengan ditandatanganinya nota kesepahaman

antara BPJS Kesehatan dengan Indonesia Corruption

Watch, kami berharap hal tersebut bisa mendukung

penyelenggaraan Program JKN-KIS yang bersih dari

fraud," ujar Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan

Antar Lembaga Bayu Wahyudi.

Tak Ada Lagi Pungutan Ilegal

Sementara itu, Koordinator Indonesia Corruption Watch

Adnan Topan Husodo mengungkapkan bahwa fasilitas

kesehatan sudah semakin optimal, hal tersebut ditandai

dengan peserta sudah tidak dikenakan biaya tambahan

pada saat berobat.

“Selama 2 tahun kita memonitoring di beberapa daerah

telah terjadi perbaikan yang signifikan. Dimana saat kita

bertanya kepada pasien apakah mereka diminta sesuatu

yang lebih yang bersifat ilegal dan mereka mengatakan

sudah tidak diminta lagi,” ujar Adnan.

Adnan menambahkan bentuk sinergi ICW dengan BPJS

Kesehatan membuktikan bahwa Program JKN-KIS yang

merupakan program strategis nasional membutuhkan

dukungan semua pihak termasuk ICW. “BPJS Kesehatan

sudah proaktif membuka diri dan mau bersinergi dengan

lembaga seperti ICW yang di mata masyarakat atau

lembaga lain adalah lembaga yang menakutkan,” ujar

Adnan.

Jakarta - Demi memantapkan implementasi tata

kelola yang baik dan bersih dalam Program Jaminan

Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-

KIS), BPJS Kesehatan kembali memperkuat sinergi

dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi DKI Jakarta melalui

penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama, Kamis

(28/03).

Direktur Kepatuhan, Hukum, dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi mengatakan

kesepakatan tersebut juga dimaksudkan untuk

mengoptimalkan peran dan tugas para pihak dalam

menyelesaikan persoalan hukum bidang perdata dan

tata usaha negara. Adapun ruang lingkup kesepakatan

bersama tersebut meliputi pemberian bantuan hukum,

pertimbangan hukum, tindakan hukum lainnya, serta

konsultasi hukum sesuai kebutuhan BPJS Kesehatan.

“Di samping itu, kerja sama ini kami harapkan mampu

meningkatkan efektivitas penyelesaian masalah hukum

di bidang perdata dan tata usaha, baik di dalam maupun

luar pengadilan, sehingga BPJS Kesehatan dapat menjadi

lembaga yang memiliki reputasi clean governance. Kami

juga berharap Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta juga dapat

ikut mendorong badan usaha di Jakarta untuk segera

menuntaskan kewajibannya untuk mendaftarkan entitas,

pekerja dan anggota keluarganya menjadi peserta JKN-

KIS,” ucap Bayu.

Berlandaskan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun

2017, lanjut Bayu, pada tahun 2018 BPJS Kesehatan

menyerahkan 3.224 Surat Kuasa Khusus (SKK) kepada

kejaksaan di seluruh Indonesia untuk mengambil langkah

tegas terhadap perusahaan yang belum patuh mendaftar

serta membayar iuran JKN-KIS sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

“Kami ucapkan terima kasih kepada pihak Kejaksaan

Negeri yang telah membantu menyelamatkan uang

negara dalam bentuk piutang Rp 26 miliar. Kami berharap

seluruh masyarakat dan elemen lembaga dapat turut

membantu tercapainya Universal Health Coverage (UHC),” ucap Bayu.

Sementara itu, Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta

Warih Sadono mengatakan bahwa khusus di wilayah

Jakarta, pada tahun 2018 pihaknya telah melakukan

upaya penagihan piutang sebesar Rp 3,6 miliar dari 79

badan usaha. Ia pun menegaskan bahwa Kejaksaan

Tinggi DKI Jakarta siap berada di garis terdepan dalam

upaya penegakan kepatuhan.

CEGAH POTENSI FRAUD, BPJS KESEHATAN GANDENG INDONESIA CORRUPTION WATCH

BERSIH DAN TRANSPARAN, PRINSIP BPJS KESEHATAN SELENGGARAKAN JKN-KIS

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 6

F O K U S

PEMANFAATAN DATA JKN

Di era digital di mana teknologi memiliki peran

yang sangat besar dalam kehidupan, data

telah menjadi new mine atau tambang baru

yang sangat bernilai. Melalui kekuatan data,

orang-orang terkaya di dunia atau perusahaan dengan

kapitalisasi pasar tertinggi saat ini justru banyak dikuasai

oleh perusahaan teknologi yang bisa memanfaatkan

data, bukan lagi orang-orang yang menguasai minyak

atau pertambangan batu bara.

“Data telah menjadi new mining di dunia industri

4.0. Peran data sangat penting untuk mengetahui

perilaku seseorang, bagaimana ekonomi bekerja, serta

bagaimana sebuah keputusan diambil,” kata Menteri

Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani mencontohkan bagaimana perusahaan

rintisan atau startup begitu menarik perhatian para

investor. Contohnya saja para startup unicorn di Indonesia

seperti Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak yang

memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar.

Dalam upaya membangun budaya evidence

based policy, dan juga sebagai salah satu wujud

transparansi dalam memberikan informasi pada

publik, BPJS Kesehatan telah menyediakan

data sampel yang merupakan perwakilan dari

basis data kepesertaan dan jaminan pelayanan

kesehatan untuk dapat dipergunakan oleh publik.

Pembentukan data sampel ini dimaksudkan untuk

mempermudah akses dan analisis data oleh publik,

serta dapat dipergunakan dalam proses analisis

untuk menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan,

demi perbaikan sistem kesehatan di Indonesia.

Untuk Perbaikan Sistem Kesehatan di Indonesia

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 7

FOKUS

Menteri Keuangan RI

Sri Mulyani

“Anda mungkin tidak pernah membayangkan,

perusahaan-perusahaan unicorn kita yang masih baru,

tetapi begitu banyak orang yang mau invest, itu karena

mereka ingin mengetahui apa yang disebut tambang

(data) itu. Ketika data tersebut menjadi aset, valuasi

asetnya akan muncul, itulah yang diincar oleh para

investor," ujar Sri Mulyani.

Sebagai penyelenggara program Jaminan Kesehatan

Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS

Kesehatan juga memiliki data yang sangat besar

dan bernilai. Data tersebut merupakan aset yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian dan

pengambilan kebijakan yang kredibel berbasis bukti

(evidence based policy) untuk perbaikan sistem

kesehatan di Indonesia.

Karenanya, Sri Mulyani sangat mengapresiasi langkah

BPJS Kesehatan yang telah meluncurkan data sampel

untuk digunakan oleh para peneliti dan akademisi.

Data sampel yang diluncurkan BPJS Kesehatan ini

merupakan perwakilan dari basis data kepesertaan dan

jaminan pelayanan kesehatan sepanjang tahun 2015 dan

2016, yang diambil dengan menggunakan metodologi

pengambilan sampel yang melibatkan banyak pihak,

termasuk akademisi.

Pembentukan data sampel ini dimaksudkan untuk

mempermudah akses dan analisis data oleh publik,

serta dapat dipergunakan dalam proses analisis untuk

menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan. Hal ini juga

sebagai salah satu wujud transparansi BPJS Kesehatan

dalam memberikan informasi pada publik.

Data Sampel BPJS Kesehatan

Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen

Risiko BPJS Kesehatan, Mundiharno menyampaikan,

sebagai penyelenggara Program JKN-KIS, basis data

kepesertaan dan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh

BPJS Kesehatan merupakan salah satu yang terbesar

di dunia. Data transaksi BPJS Kesehatan juga terus

bertambah setiap hari dari berbagai titik layanan, mulai

dari kantor cabang, hingga fasilitas kesehatan.

Sampai dengan 10 Mei 2019, peserta Program JKN-KIS

sudah mencapai 221.580.743 jiwa. Menurut Mundiharno,

penambahan peserta JKN-KIS per tahunnya rata-rata

mencapai 12-14 juta jiwa. Sementara itu di titik layanan,

kunjungan ke FKTP rata-rata mencapai sekitar 400.000

kunjungan per hari, sedangkan kunjungan ke rumah sakit

sekitar 26.000-27.000 kunjungan per hari.

“Data yang dimiliki BPJS Kesehatan ini makin hari

semakin meningkat, baik itu data kepesertaan maupun

data pelayanan. Adanya data yang besar ini tentunya

jadi satu hal yang berharga untuk banyak hal, terutama

menjadi dasar dalam perumusan kebijakan,” kata

Mundiharno.

BPJS Kesehatan juga berkomitmen untuk memanfaatkan

basis data sebagai dasar dalam menyusun perbaikan

kebijakan, baik itu kebijakan internal maupun kebijakan

makro terkait Program Jaminan Kesehatan Nasional.

“Di dalam penggunaan data untuk kebijakan internal,

kita sudah memiliki Business Intelligence (BI), ada

dashboard yang bisa menampilkan data jumlah peserta,

berapa peserta yang berkunjung ke puskesmas, rumah

sakit, jumlah iuran, dan sebagainya. Di sisi lain, kita

juga ingin mengajak banyak pihak untuk mengolah dan

menganalisis raw data yang kita miliki untuk perbaikan

kebijakan makro JKN. Tetapi, kalau ingin mengakses

data yang sangat besar, tentu akan kesulitan karena ada

miliaran record. Karena itu, kita membuat data sampel

agar para peneliti bisa mengakses data yang dikelola

BPJS Kesehatan dengan kecepatan yang cukup dan

bisa diolah, tetapi juga merepresentasikan populasi yang

ada,” terang Mundiharno.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris

menyampaikan, pengelolaan data sampel sebagai

pertimbangan pengambilan kebijakan dalam program

jaminan kesehatan sebetulnya bukanlah hal baru di dunia.

Misalnya, sebagai penyelenggara jaminan kesehatan

Korea Selatan, National Health Insurance Service (NHIS)

memiliki NHIS-National Sample Cohort, yang merupakan

database data sampel 2% dari total populasi Korea

Selatan.

“NHIS-NSC menjadi sumber data sampel yang digunakan

untuk mendukung penelitian dan pengambilan kebijakan

kesehatan di Korea Selatan, baik oleh akademisi, peneliti,

maupun pemerintah,” ungkap Fachmi Idris.

Begitu pula di Taiwan. National Health Insurance Research

Database (NHIRD) menjadi sumber data yang powerful

bagi pengambil kebijakan dan penelitian kesehatan.

NHIRD akan memberikan data set dalam 3 bentuk, yaitu

data sampel yang mencakup 2 juta subjek yang dide-

identifikasi, dataset penyakit, dan data populasi lengkap.

Dalam data sampel BPJS Kesehatan, disajikan 111

variabel yang bisa diolah, yang terdiri atas 15 variabel

kepesertaan, 23 variabel pelayanan kapitasi Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), 20 variabel pelayanan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 8

non-kapitasi FKTP, dan 53 variabel pelayanan Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang saling

terhubung melalui variabel nomor kartu peserta.

Proses penyusunan data sampel ini harus melewati

sejumlah tahap. Data mentah (raw data) dipisah menjadi

3 kelompok berdasarkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan, yaitu 1) peserta yang belum pernah

mendapatkan pelayanan kesehatan, 2) peserta yang

sudah pernah mendapat pelayanan kesehatan di FKTP,

dan 3) peserta yang sudah pernah mendapat pelayanan

kesehatan di FKRTL. Selanjutnya, dari setiap kelompok

tersebut diambil secara acak 10 keluarga dan setiap

anggota keluarga dihitung bobotnya.

Berdasarkan sampel data kepesertaan ini, diambillah

sampel data pelayanan kesehatan di FKTP dan FKRTL.

Proses pengambilan data sampel ini dilakukan bersama

statistisi, sehingga bisa menghasilkan akurasi yang baik.

Seluruh masyarakat bisa mengakses data sampel ini.

Untuk mengaksesnya, masyarakat dapat mengajukan

permohonan kepada Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi (PPID) BPJS Kesehatan dengan

melampirkan surat pengantar dari instansi, formulir

permohonan informasi publik, pakta integritas, proposal

penelitian, dan salinan (fotocopy) identitas diri seperti

KTP. Selanjutnya, BPJS Kesehatan akan memverifikasi

berkas permohonan tersebut. Jika lengkap, PPID BPJS

Kesehatan akan menyerahkan data sampel kepada

pemohon.

Pentingnya Evidence-Based Policy

Diluncurkannya Data Sampel BPJS Kesehatan ini juga

disambut baik oleh para peneliti dan akademisi, seperti

F O K U S

yang diungkapkan salah satu peneliti dari Universitas

Gadjah Mada (UGM), Yulita Hendrartini. “Kami dari

akademisi memang sangat menantikan adanya data

sampel ini. Bukan hanya untuk para peneliti, kami

juga memiliki banyak mahasiswa S2 dan S3 yang

membutuhkan data ini untuk meneliti tentang Jaminan

Kesehatan Nasional,” kata Yulita Hendrartini.

Peneliti UGM

Yuli Hendrartini

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 9

FOKUSHal yang sama juga diungkapkan Sri Mulyani.

Menurutnya, evidence based policy menjadi sangat

kritikal pada situasi saat ini yang seringkali mengaduk-

aduk perasaan. Apalagi dengan adanya tren penggunaan

media sosial, di mana perasaan gembira, terharu, bahkan

marah mudah sekali disulut. Hanya dengan evidence

based policy, suatu kebijakan lebih bisa diterima tanpa

emosi.

“Inisiatif BPJS Kesehatan ini saya hargai. Saya tentunya

juga berharap agar para akademisi, peneliti, dan policy

maker, semuanya melihat ini sebagai suatu inisiatif

untuk saling transparan dan akuntabel. Karena JKN-KIS

merupakan program yang menyangkut seluruh hajat

hidup orang banyak, program yang merupakan fondasi

untuk Indonesia maju ke depan,” kata Sri Mulyani.

Bila fondasi tersebut tidak pernah diperbaiki dan

diperkuat, Sri Mulyani mengatakan ke depannya

Indonesia akan terus goyang. Tentunya pemikiran dari

seluru stakeholder, terutama kelompok akademik, para

peneliti, dan para pengamat kebijakan akan menjadi

penting dalam membantu merumuskan sebuah kebijakan

yang berdasarkan data.

“Tentunya saya juga berharap agar mereka memiliki

kompetensi, etika, dan kemampuan untuk bisa bersama-

sama menggunakan data sebagai suatu evidence atau

bukti, sehingga kita bersama-sama secara rasional

terus memperbaiki sistem jaminan kesehatan nasional.

Setelah diluncurkannya data sampel ini, saya berharap

akan ada banyak penelitian yang memunculkan

rekomendasi kebijakan. Misalnya, apakah tarif yang saat

ini ditetapkan sudah sesuai, atau bagaimana dengan

sistem pembayaran di FKTP. Saya juga berharap akan

ada penelitian yang melihat data mengenai klaim rumah

sakit, apakah memang per unit cost-nya itu make sense.

Dokter dan rumah sakit tentunya juga ingin tahu karena

ini bagian dari akuntabilitas,” kata Sri Mulyani.

Manajemen data di BPJS Kesehatan sendiri sudah

berlangsung cukup lama, bahkan dimulai pada tahun

2013 sebelum BPJS Kesehatan beroperasi. Seiring tahun

berjalan, BPJS Kesehatan melakukan pengembangan

manajemen data (termasuk data riset), pengembangan

business intelligence, pelaksanaan fungsi dan tugas

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, hingga

akhirnya merilis data sampel di tahun 2019 ini. BPJS

Kesehatan juga berencana meluncurkan data sampel

yang merupakan perwakilan dari basis data kepesertaan

dan jaminan pelayanan kesehatan sepanjang tahun 2017

dan 2018. Data-data tersebut saat ini masih dalam tahap

cleansing.

“Data sampel BPJS Kesehatan masih akan terus

dikembangkan sejalan dengan pertumbuhan peserta

dan perkembangan pelayanan kesehatan. Oleh karena

itu, kami butuh masukan dari berbagai pihak, baik dari

akademisi, peneliti, maupun khalayak lainnya untuk

menyempurnakan kualitas data sampel ini,” ujar Fachmi

Idris.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 10

B I N C A N G

MEMBANGUN

Sebagai penyelenggara jaminan kesehatan

dengan jumlah peserta paling banyak di dunia,

BPJS Kesehatan menjadi salah satu sumber data

terbesar di Indonesia yang dilirik banyak pihak,

termasuk para peneliti dan akademisi. Namun, besarnya

data kepesertaan dan data jaminan pelayanan kesehatan

memerlukan perhatian dan perlakuan yang khusus untuk

dapat dipergunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan

Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia

Sehat (JKN-KIS).

Budaya Evidence Based Policy

BPJS Kesehatan berupaya memudahkan pengelolaan

data dengan menyediakan data sampel yang bisa

mewakili seluruh data kepesertaan maupun pelayanan

kesehatan. Data ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan

penelitian dan pengambilan kebijakan yang kredibel

berbasis bukti sekaligus membangun budaya evidence

based policy dalam penyelenggaraan program JKN-

KIS. Nah, apa saja yang menjadi pertimbangan

BPJS Kesehatan membuat data sampel, bagaimana

Direktur Perencanaan Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan, Mundiharno.

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 11

BINCANG

pengelolaan dan pemanfaatannya?

Berikut penjelasan Direktur

Perencanaan Pengembangan dan

Manajemen Risiko BPJS Kesehatan,

Bapak Mundiharno.

Apa yang mendasari atau jadi

pertimbangan BPJS Kesehatan

membuat dan meluncurkan data

sampel ?

Ada beberapa pertimbangan, bahwa

memang BPJS Kesehatan memiliki

data yang sangat besar. Dari sisi

kepesertaan saja sudah mencapai

218 juta jiwa lebih. Data ini makin hari

ini makin besar. Peningkatan jumlah

data besar (big data) ini tentu sangat

berharga bagi banyak hal termasuk

di dalamnya untuk menjadikan dasar

dalam merumuskan kebijakan. Maka

BPJS Kesehatan berkomitmen

untuk menggunakan data ini menjadi

dasar dalam melakukan perbaikan

kebijakan baik itu kebijakan internal

BPJS Kesehatan maupun kebijakan

makro tentang JKN-KIS.

Di dalam penggunaan data untuk

kebijakan internal, kita sudah punya

dashboard yang memperlihatkan

jumlah peserta, berapa kunjungan ke

puskemas, rumah sakit atau fasilitas

kesehatan lain, dan lain-lain. Kita

mengelola dan memonitor seluruh

pengelolaan JKN melalui dashboard

tersebut. Kami juga ingin mengajak

banyak pihak untuk mengelola dan

menganalisis data yang kita miliki

untuk perbaikan kebijakan makro

JKN-KIS. Karena penyelenggaraan

JKN-KIS sangat tergantung terhadap

kebijakan atau regulasi, dan itu akan

lebih banyak kalau berdasarkan data

yang ril yang memang terjadi di

masyarakat.

Pertumbuhan peserta JKN-KIS

makin meningkat dan setiap hari

pertambahannya sekitar 55.000

orang atau sekitar 12 juta sampai

14 juta orang per tahun. Kemudian

di pelayanan, ada rata rata 400.000

orang berkunjung ke fasilitas

kesehatan tingkat pertama (FKTP)

dan sekitar 26.000 sampai 27.000

ke fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan (FKRTL) setiap hari.

Di hari Senin-Selasa bahkan rata-

rata kunjungan sampai 700.000

kunjungan di seluruh faskes.

Dengan data besar ini tentu kalau

masyarakat ingin mengaksesnya

terutama para peneliti dan akademisi

akan kesulitan. Mengolahnya saja

mungkin tiga hari tiga malam baru

keluar satu tabel. Oleh karena

itu, kita berupaya bagaimana para

peneliti dan akademisi universitas

bisa mengakses data ini dengan

kecepatan yang cukup, yang bisa

diolah tetapi juga merepresentasikan

populasi yang ada. Karena itulah kita

keluarkan data sampel.

Bagaimana proses mengolah data

sampel?

Dimulai dari proses cleansing yang

makan waktu cukup banyak. Tahun

lalu kita mulai lakukan cleansing data

dibantu banyak pihak. Kemudian

data yang sudah di-cleanse itulah

yang kita olah sebagai data sampel.

Untuk memastikan apakah data

sampel ini merepresentasikan

populasi, kita coba buat analisis

beberapa variabel. Misalnya dari

sisi persebaran geografis, ini

sudah mewakili seluruh kabupaten,

cabang, FKTP yang tersebar di

seluruh Indonesia. Kalau dilihat

dari komposisi pada data sampel

sekitar 56% peserta ada di Jawa, itu

mirip dengan komposisi pada data

populasi yaitu sekitar 57% lebih.

Demikian pun kalau dilihat dari

piramida kelompok umur dan jenis

kelamin, data segmentasi peserta,

status kepesertaan , sebaran peserta

terdaftar di FKTP, dan lain-lain, data

sampel dan data populasi juga relatif

mirip. Contohnya di data sampel

sekitar 77% peserta terdaftar di

puskesmas, sedangkan komposisi

di data populasi sekitar 78%. Begitu

pula kemiripan pada data diagnosis

dan pelayanan kesehatan.

Dengan kemiripan antara data

sampel dan data populasi ini, maka

analisis untuk sebagian besar variabel

kita pastikan mewakili dari populasi.

Hanya, perlu dicatat, untuk angka-

angka yang krusial, seperti tingkat

penggunaan pelayanan (utilization rate) dan unit cost, kesimpulan dari

analisis akan dicek dengan data

laporan total populasinya. Tetapi

untuk variabel lainnya, hampir

mirip kalau kita melakukan analisis

inferensial di dalam data tersebut.

Nah, untuk memastikan data sampel

yang kita luncurkan ini adalah data

sampel yang sudah matur untuk

dilakukan analisis, maka para

akademisi dan peneliti yang punya

ide untuk melakukan analisis boleh

menghubungi pejabat pengelola

informasi dan dokumentasi BPJS

Kesehatan.

Kita berharap banyak peneliti

termasuk mahasiswa S2 dan S3

yang akan membuat disertasi

atau tesis terkait JKN-KIS dengan

memanfaatkan data sampel. Data

sampel ini masih tahun 2015-2016,

kami sadari ini belum update. Untuk

yang tahun 2016-2017 sedang proses

cleansing dan tahun depan semoga

diluncurkan lagi yang terbaru. Data

sampel tahun ini yang pertama

dulu, sambil kita melihat bagaimana

respon universitas atau para peneliti.

Apakah kemudian akan ada usulan

riset yang nantinya kita diskusikan

dalam rangka membangun budaya

evidenced based policy.

Adakah topik-topik yang sudah

dilakukan analisis?

Ada beberapa topik penting,

seperti bagaimana cakupan peserta

(coverage), pelayanan, affordability

dan sustainability. Selain itu,

kita sudah coba lakukan analisis

terkait moral hazard, ada potensi

upcoding, dan lain-lain. Kemudian

kajian tentang pembiayaan penyakit

katastropik, dan beberapa pelayanan

seperti seksio sesaria, fisioterapi

dan operasi katarak. Juga analisis-

analisis lebih detil, termasuk

perhitungan kecukupan iuran.

Dalam tiga tahun ini kami juga punya

tiga fokus riset yang diharapkan

bisa memperbaiki kebijakan internal

BPJ Kesehatan maupun kebijakan

makro. Misalnya, kajian mengenai

bagaimana perilaku peserta PBPU

yang menunggak iuran, fungsi

Puskesmas sebagai gate keeper, dan topik-topik terkait perbaikan

sistem pembayaran fasilitas

kesehatan (provider payment). Saya

rasa semua itu bisa kita lakukan di

BPJS Kesehatan.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 12

B E N E F I T

12

Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan

baru terkait dengan dua obat terapi target untuk

kanker kolorektal (kanker usus besar) metastatik,

yaitu Bevaxizumab dan Cetuximab.

Obat Bevaxizumab dan Cetuximab tidak lagi masuk

dalam Formularium Nasional sebagai terapi target untuk

pasien peserta JKN-KIS yang menderita penyakit kanker

kolorektal. Ini sebagaimana tertuang di dalam Keputusan

Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/2018

tentang Perubahan Atas Kepmenkes Nomor 01.07/2017

tentang Formularium Nasional (Fornas).

Menurut Kepmenkes tersebut, Bevaxizumab dikeluarkan

seluruhnya daftar Fornas, yang artinya tidak termasuk

lagi dalam paket manfaat Program JKN-KIS. Sedangkan

Cetuximab masih tetap dijamin dalam paket JKN-KIS,

tetapi bukan untuk kanker kolorektal metastatik dan

nasofaring seperti sebelumnya.

Cetuximab kini dibolehkan dalam paket JKN-KIS, tetapi

dengan restriksi atau pembatasan. Restriksi tersebut,

yaitu obat Cetuximab hanya diberikan sebagai terapi

lini kedua pada kanker kepala dan leher jenis squamous

dan dikombinasikan dengan kemoterapi atau radiasi.

Rekstrisi lainnya, ialah pemberian Cetuximab kepada

pasien diberikan tiap minggu dengan dosis pertama

400 mg/m2. Dosis selanjutnya 250 mg/m2 tiap minggu.

Diberikan maksimal 6 siklus atau sampai terjadi progres

atau timbul efek samping yang tidak dapat ditoleransi,

mana yang terjadi lebih dulu.

Kepmenkes ini mulai efektif sejak tanggal 1 Maret 2019.

Mengacu pada aturan dari Kementerian Kesehatan

tersebut, terhitung sejak 1 Maret 2019, BPJS Kesehatan

tidak menjamin menjamin penggunaan obat zetuximab

untuk indikasi kanker kolorektal metastasik dengan hasil

pemeriksaan KRAS wild type positif (normal).

Tak Masuk Paket JKN-KIS

Dua Obat Kanker Kolorektal

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 13

BENEFIT

13

Pasien lama yang masih menjalani terapi obat Cetuximab

dengan protokol terapi sebelum tanggal 1 Maret 2019

akan tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan maksimal

sampai 12 kali pemberian sesuai dengan peresepan

maksimal Fornas.

Sedangkan untuk obat Bevaxizumab, BPJS Kesehatan

tidak lagi menjamin penggunaannya untuk peserta JKN-

KIS. Pasien lama yang menjalani terapi obat Bevaxizumab

dengan protokol peresepan sebelum 1 Maret 2019 akan

tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan maksimal sampai

dengan 12 kali pemberian sesuai dengan peresepan

maksimal Fornas.

BPJS Kesehatan tetap menjamin pengobatan kanker

kolorektal metastatik baik yang diberikan radioterapi atau

kemoterapi standar dengan obat-obatan yang mengacu

pada Fornas sesuai indikasi medis dan standar pelayanan

medis.

Pertanyaannya, apakah ada obat lain sebagai pengganti

? Ya. Masih ada obat lain untuk terapi kanker kolorektal

metastatik dalam Fornas. Di antaranya, obat terapi

Fluorourasli dengan peresepan untuk kanker nasofaring

1.000 mg/m2 per hari selama seminggu, sedangkan

untuk kanker kolorektal dosisnya 2.800 mg/m2 per 46

jam sekali, dan diulang tiap 2 minggu. Selanjutnya ada

Irinotekan, yang hanya digunakan untuk kanker kolorektal.

Restriksinya, harus diberikan bersamaan dengan 5-FU

dan kalsium folinat (leukovorin, Ca). Dosis pemberiannya

125 mg/m2 LPT setiap minggu, diulang tiap 3 minggu

atau 180 mg/m2 LPT tiap 2 minggu.

Kemudian ada obat Kapesitabin yang selain untuk kanker

kolorekatal, juga buat kanker payudara metastatik setelah

gagal dengan terapi lain. Pemberiannya 2.500 mg/m2 tiap

hari selama 2 minggu, kemudian diulang tiap 3 minggu.

Obat lainnya, yaitu Oksaliplatin untuk terapi ajuvan kanker

kolorektal stadium III. Dapat pula digunakan untuk kanker

kolorektal metastatik dengan dosis 12 kali pemberian.

Terakhir, ada kalsium folinat (leukovorin, Ca). Ini untuk

mencegah efek toksik metotreksat dan memperkuat

efek 5 fluorourasli. Pemberiannya sesuai dengan dosis

metroteksat atau 400 mg/m2 setiap minggu bersama

dengan 5-FU.

Namun, terkait pelaksanaan obat Bevaxizumab dan

Cetuximab ini, Komisi IX DPR RI meminta Kementerian

Kesehatan untuk menundanya sementara waktu.

Permintaan Komisi IX ini disampaikan pada rapat

dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan, Direktur

Utama BPJS Kesehatan, Perhimpunan Dokter Bedah

Digestif (IKABDI) dan organisasi profesi doker lainnya di

Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/03/2019). Penundaan ini

dimaksudkan untuk memastikan bahwa kebijakan terkait

dua obat itu tidak merugikan pasien.

Kementerian Kesehatan dan IKABDI sedang

merumuskan mengenai efikasi dan cost efective dari dua

obat ini. Selanjutnya akan diputuskan apakah Kepmenkes

No HK.01.07/2018 tetap dilaksanakan seperti semula,

atau ditambahkan dengan restriksi secara ketat.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 14

P E L A N G G A N

14

Data kepesertaan sangat penting bagi BPJS

Kesehatan dalam mengelola program Jaminan

Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS). Data itu menjadi salah satu acuan

bagi BPJS Kesehatan untuk memberi penjaminan

kepada peserta. Ada kalanya data kepesertaan bisa

berubah, misalnya peserta sudah tidak lagi tinggal di

Indonesia, sudah bekerja di badan usaha sehingga status

kepesertaannya harus diubah menjadi pekerja penerima

upah (PPU), atau peserta meninggal dunia.

Peserta JKN yang data dirinya berubah wajib melapor

kepada BPJS Kesehatan untuk memperbarui datanya.

Jika tidak melaporkan perubahan data itu, akan

mempengaruhi keaktifan kepesertaan jika iuran yang

ditagih tidak dibayar. Ketentuan ini telah diatur dalam

sejumlah peraturan perundang-undangan antara lain

Peraturan Pemerintah (PP) No.86 Tahun 2013 tentang

Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap

Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima

Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Ketentuan wajib lapor perubahan data kepesertaan juga

diperintahkan pasal 23 Peraturan Presiden (Perpres)

No.82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Ketentuan

ini menegaskan peserta bukan penerima upah (PBPU)

dan peserta bukan pekerja (BP) wajib menyampaikan

perubahan data kepesertaan kepada BPJS Kesehatan.

Secara umum peserta JKN-KIS harus memberikan

data diri dan anggota keluarganya secara lengkap dan

benar kepada BPJS Kesehatan. Termasuk ketika terjadi

perubahan data diri dan anggota keluarganya, harus

yang Meninggal ke BPJS Kesehatan!

INI PENTINGSEGERA LAPORKAN PESERTA JKN-KIS

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 15

PELANGGAN

15

diberikan secara lengkap dan benar serta melaporkannya

kepada BPJS Kesehatan. Perubahan data ini harus

dilaporkan kepada BPJS Kesehatan paling lambat 7 hari

kerja sejak terjadinya perubahan data diri peserta dan

anggota keluarganya.

Untuk peserta JKN yang meninggal dunia, anggota

keluarganya harus melapor ke kantor BPJS Kesehatan

terdekat. Jika pelaporan ini tidak dilakukan maka iuran

peserta JKN-KIS yang meninggal akan terus berjalan.

Konsekuensinya, iuran sebagaimana tertagih pada setiap

bulan berjalan harus dibayar. Tagihan ini akan berhenti

setelah ada pelaporan perubahan data kepesertaan.

Pelaporan ini bisa dilakukan oleh anggota keluarga dari

peserta JKN-KIS yang meninggal dunia.

Jika kewajiban pelaporan ini tidak dilaksanakan dan

tagihan iuran dari peserta yang meninggal ini tidak

dibayar, maka akan mempengaruhi tidak aktifnya

pelayanan kesehatan anggota keluarga lain yang ada

dalam satu kartu keluarga. Untuk mencegah agar hal

ini tidak terjadi, dan menjaga agar kepesertaan tetap

aktif lebih baik segera melakukan pelaporan ke BPJS

Kesehatan.

Untuk melakukan pelaporan ini caranya sangat mudah,

hanya ada 2 persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama,

pelapor hanya perlu membawa surat keterangan

kematian dari rumah sakit atau klinik/dokter keluarga/

Puskesmas, atau dari kelurahan. Kedua, pelapor harus

membawa bukti pembayaran iuran BPJS Kesehatan

bulan terakhir.

Setelah dokumen persyaratan itu lengkap pelapor segera

menyambangi kantor BPJS Kesehatan terdekat dan

mengambil antrian. Petugas di kantor BPJS Kesehatan

akan segera memprosesnya. Setelah proses itu selesai

maka data peserta JKN-KIS yang dilaporkan itu langsung

diperbarui dan penagihan iuran untuk peserta yang

bersangkutan dihentikan.

Wajib lapor ini sangat penting bukan hanya untuk peserta

dan anggota keluarganya, tapi juga peserta JKN-KIS

lainnya. Sebab, BPJS Kesehatan masih terus membayar

kapitasi dari peserta yang bersangkutan. Pembayaran

kapitasi ini berakhir setelah data peserta diperbarui dan

penagihan iuran dihentikan. Pelaporan ini juga penting

untuk mencegah agar kepesertaan dari peserta yang

meninggal itu tidak disalahgunakan oleh pihak lain.

Penting untuk diketahui, program JKN-KIS tidak memberi

manfaat berupa santunan kematian kepada peserta yang

meninggal dunia. Sebagaimana peraturan perundang-

undangan yang berlaku, manfaat yang diberikan program

ini hanya untuk pelayanan kesehatan perorangan,

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Pelayanan ini termasuk obat, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan medis

yang diperlukan.

Manfaat jaminan kesehatan dalam program JKN-KIS

terdiri atas manfaat medis dan non medis. Manfaat

medis diberikan sesuai indikasi medis dan standar

pelayanan, serta tidak dibedakan berdasarkan besaran

iuran peserta. Manfaat non medis diberikan berdasarkan

besaran iuran peserta.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 16

T E S T I M O N I

Banyak pihak yang menyebut jumlah peserta

Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia

Sehat (JKN-KIS) paling besar di dunia. Tercatat

jumlah peserta JKN-KIS per 10 Mei 2019

221.580.743 jiwa. Jumlah kepesertaan itu diraih dalam

waktu relatif singkat, sekitar 5 tahun. Besarnya jumlah

peserta yang dikelola itu membuat BPJS Kesehatan

menjadi lembaga yang memiliki banyak data dan

informasi mengenai pelaksanaan program JKN-KIS.

Pada era revolusi industri 4.0 seperti saat ini data dan

informasi merupakan sesuatu yang sangat berharga.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan di ranah

internasional data dan informasi dinilai sebagai sumber

tambang baru. Artinya data dan informasi nilainya

berharga seperti emas.

Data dan informasi sangat membantu pembuat

keputusan untuk menerbitkan kebijakan yang tepat

Sangat Kaya Informasi

PENELITI UGM:

Data BPJS Kesehatan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 17

TESTIMONI

Peneliti Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan UGM

Yulita Hendrartini

sasaran. Peneliti dan akademisi dapat memanfaatkan

data dan informasi ini untuk melakukan analisa dan

penelitian yang hasilnya bisa berbentuk rekomendasi

atau solusi untuk perbaikan kebijakan.

Mengingat pentingnya data dan informasi, BPJS

Kesehatan meluncurkan data sampel program JKN.

Semua pihak diharapkan bisa memanfaatkan data

dan informasi tersebut secara baik sehingga mampu

menghasilkan kebijakan yang berbasis pada bukti dan

fakta. Melalui cara tersebut diharapkan penyelenggaraan

program JKN-KIS bisa lebih baik.

Berbagai kalangan menyambut baik inisiatif yang

dilakukan BPJS Kesehatan ini, termasuk dari akademisi

dan peneliti. Peneliti Pusat Kebijakan Pembiayaan

dan Manajemen Asuransi Kesehatan UGM, Yulita

Hendrartini, mengaku beberapa kali pernah melakukan

penelitian dengan menggunakan data sekunder dari

BPJS Kesehatan.

Sejumlah penelitian yang pernah menggunakan data

BPJS Kesehatan antara lain mengenai Kapitasi Khusus,

Rujukan Berjenjang, mendeteksi kecurangan (fraud),

evaluasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

dan pelayanan gigi. Secara singkat Yulita menjelaskan

penelitian tentang fraud ditujukan untuk melihat kasus

mana saja dalam penyelenggaraan JKN-KIS yang

berpotensi menimbulkan fraud.

Mengenai FKTP, penelitian dilakukan untuk melihat

apakah besaran kapitasi saat ini cukup atau tidak untuk

memberikan layanan terhadap peserta JKN. Penelitian

juga sempat dilakukan terhadap implementasi kapitasi

khusus. “Dalam melakukan berbagai penelitian itu kami

menggunakan data sekunder dari BPJS Kesehatan,” kata

Yulita kepada Media Info BPJS Kesehatan belum lama

ini di Jakarta.

Penelitian lain yang pernah dikerjakan Yulita dengan

menggunakan data BPJS Kesehatan terkait rujukan

berjenjang. Dalam penelitian itu Yulita mengukur

efektivitas pelaksanaan rujukan berjenjang karena ada

kasus dimana tingkat rujukan di Fasilitas Kesehatan

Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) cenderung meningkat.

Dari hasil penelitian itu disimpulkan kebijakan ini perlu

disempurnakan.

Yulita berpendapat data dan informasi yang dihimpun

BPJS Kesehatan sangat besar data sampel yang ada

sekitar 1,6 juta. Jika data ini dapat dimanfaatkan dengan

baik, maka dapat melihat potret pelaksanaan JKN-KIS.

Selain itu bisa juga digunakan untuk menelusuri apa

tantangan yang dihadapi program JKN-KIS misalnya

pemasukan yang diperoleh belum maksimal sehingga

ada potensi defisit. “Data BPJS Kesehatan ini sangat

kaya, jika dimanfaatkan dengan baik kita bisa melihat apa

yang terjadi dalam program JKN,” ujarnya.

Yulita berharap ke depan kualitas data sampel BPJS

Kesehatan terus diperbaiki. Saat ini data yang bisa

diakses hanya untuk periode 2015-2016. Mengingat

perkembangan program JKN sangat cepat, begitu pula

dengan regulasinya, akan lebih baik jika data sampel

yang bisa diakses merupakan data terbaru. Misalnya,

data periode 2017-2018.

Semakin baru data yang diberikan menurut Yulita para

peneliti atau pihak yang menggunakan data itu akan

sangat terbantu. Kesimpulan dari hasil analisa dan

penelitian yang menggunakan data terbaru itu bakal lebih

relevan dengan kondisi terkini program JKN-KIS.

Sebagai informasi, untuk saat ini data sampel yang

dirilis BPJS Kesehatan merupakan perwakilan dari basis

data kepesertaan dan jaminan pelayanan kesehatan

periode 2015-2016. Pembentukan data sampel ini untuk

memudahkan akses dan analisis data oleh masyarakat,

dapat digunakan juga untuk proses analisis guna

menghasilkan rekomendasi kebijakan.

Data sampel itu terdiri dari 11 variable yang bisa diolah,

meliiputi 15 variabel kepesertaan, 23 variabel pelayanan

kapitasi FKTP, 20 variabel pelayanan non-kapitasi FKTP,

dan 53 variabel pelayanan FKRTL yang saling terhubung

melalui variabel nomor peserta.

Untuk mengakses data sampel tersebut, masyarakat

bisa mengajukan permohonan kepada Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi (PPID) BPJS Kesehatan.

Pemohon harus melampirkan surat pengantar dari

instansi, formulir permohonan informasi publik, pakta

integritas, proposal penelitian, dan salinan identitas diri.

Setelah menerima berkas pemohon BPJS Kesehatan

melakukan verifikasi. Jika berkas sudah lengkap, PPID

BPJS Kesehatan akan menyerahkan data sampel kepada

pemohon.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 18

I N S P I R A S I

Untuk meningkatkan kualitas hidup peserta

Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia

Sehat (JKN-KIS) yang menderita penyakit

kronis seperti hipertensi atau diabetes

mellitus, BPJS Kesehatan bersama Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) telah mengembangkan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis atau disingkat Prolanis.

Dalam program tersebut, layanan yang dihadirkan FKTP

cukup beragam, contohnya layanan antar obat yang

dikembangkan oleh Puskesmas Turikale di Kabupaten

Maros, Sulawesi Selatan.

Apoteker Puskesmas Turikale, Tina Novita menyampaikan,

layanan tersebut sudah dihadirkan sejak 2016 karena

dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kesadaran minum

obat pada sebagian pasien Prolanis.

"Pasien penyakit kronis ini kan harus rutin minum obat

yang diambil setiap bulan. Tetapi dalam prakteknya, ada

saja yang tidak disiplin minum obat dan jarang kontrol

ke puskesmas. Karena badannya sudah enakan, mereka

merasa penyakitnya itu sudah sembuh. Padahal kan

penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes tidak

boleh berhenti minum obat," kata Tina Novita.

Lantaran kualitas hidup pasien penyakit kronis sangat

bergantung pada obat dan juga gaya hidup, Puskesmas

Turikale kemudian menghadirkan layanan antar obat ke

rumah pasien, sekaligus memberikan edukasi kepada

keluarga pasien perihal cara merawat pasien penyakit

Puskesmas Turikale Di Kabupaten Maros Terapkan Layanan Antar Obat

kronis. Saat ini ada sekitar 300 peserta Program JKN-KIS

di Puskesmas Turikale yang menjadi peserta Prolanis.

"Selain kurangnya pemahaman tentang penanganan

penyakit kronis, alasan pasien tidak ambil obat bisa

juga karena tidak ada yang mengantarkan, atau kondisi

penyakitnya memang sedang parah. Kebetulan di sini

banyak pasien Prolanis yang sudah manula dan tidak

lagi tinggal bersama anak mereka, tidak ada yang bisa

dimintai tolong," ujar Tina.

Karena Puskesmas Turikale membawahi tujuh

kecamatan, layanan antar obat untuk pasien penyakit

kronis ini diberikan secara merata ke setiap kecamatan.

Dalam sebulan, biasanya ada tujuh hingga 10 pasien yang

mendapatkan layanan tersebut.

"Karena keterbatasan SDM untuk mengantar obat, kami

juga bisa titip ke tetangga pasien yang kebetulan berobat.

Tetapi kalau memang tidak ada yang bisa dititipkan,

kami sendiri yang akan mengantarkan sambil diedukasi,

supaya di bulan-bulan berikutnya mereka mau kontrol

dan ambil obat sendiri," ujar Tina.

Selain layanan antara obat, Puskesmas Turikale juga

rutin mengadakan kegiatan senam sehat untuk pasien

Prolanis setiap hari Jumat. Dalam kegiatan tersebut,

selain disediakan sarapan bubur Manado secara gratis,

dokter di Puskesmas Turikale secara bergantian juga

memberikan edukasi penerapan gaya hidup sehat untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien Prolanis.

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 19

P E R S E P S I

Ada sebagian masyarakat yang menganggap

pelayanan kesehatan di luar negeri relatif lebih

baik, begitu pula dengan cara pengobatannya.

Oleh karenanya ada kalangan yang bertanya

kenapa program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu

Indonesia Sehat (JKN-KIS) tidak menjamin pelayanan

kesehatan dan pengobatan ke luar negeri?

Konstitusi mengamanatkan setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap

orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia

yang bermartabat.

Selaras itu terkait kesejahteraan sosial konstitusi

memerintahkan negara untuk mengembangkan sistem

jaringan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan. Oleh karenanya negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Untuk menjalankan amanat konstitusi itu pemerintah

dan DPR telah menerbitkan sejumlah regulasi antara lain

UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Beleid ini menjelaskan program jaminan

kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan

prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Jaminan

kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan.

Sebagaimana pasal 19 UU SJSN yang menjelaskan

program Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara

nasional, maka pelayanan, pengobatan dan penjaminan

manfaat hanya berlaku di wilayah Indonesia. Program

Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS) tidak menjamin pelayanan di luar wilayah

Indonesia karena regulasi yang ada tidak memberi

kewenangan bagi BPJS Kesehatan untuk melakukan

penjaminan tersebut.

Selaras itu pasal 52 Peraturan Presiden (Perpres) No.82

Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan mengatur

sejumlah pelayanan kesehatan yang tidak dijamin JKN-

KIS. Dari 21 jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin

itu salah satunya pelayanan kesehatan yang dilakukan di

luar negeri.

Program JKN-KIS juga tidak menjamin pelayanan

kesehatan bagi peserta yang tinggal di luar negeri.

Oleh karena itu pasal 37 Perpres No.82 Tahun 2018

membolehkan peserta JKN-KIS yang tinggal di luar

negeri selama 6 bulan berturut-turut dapat menghentikan

kepesertaannya untuk sementara. Tapi penghentian

kepesertaan ini tidak berlaku bagi peserta kategori

pekerja penerima upah (PPU) yang masih mendapat gaji

di Indonesia.

Kenapa JKN-KIS Tidak Menjamin Pengobatan ke Luar Negeri?

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 20

S E H A T & G A Y A H I D U P

Mengapa minum obat harus sampai habis?

Pertanyaan ini seringkali dilontarkan

manakala seseorang merasa sudah

sembuh, tetapi obat yang diberikan dokter

belum habis. Dan masih banyak lagi pertanyaan seputar

penggunaan obat yang muncul dari ketidakpahaman.

Obat berbeda dengan makanan meskipun sama-sama

masuk dalam tubuh kita. Ada efek yang diharapkan, yaitu

khasiat (efikasi), dan juga efek yang tidak diharapkan,

yaitu efek samping. Obat akan berkhasiat bila digunakan

dengan tepat dan bijak.

Sayangnya, sebagian dari kita seringkali buat kesalahan

dalam menggunakan obat. Peraturan minum obat sering

kita langgar. Apa saja itu? Pertama, berhenti minum obat.

Merasa diri sudah sembuh, lalu berhenti minum obat.

Padahal dosis yang diberikan telah diperhitungkan untuk

membunuh bakteri atau mencegah perburukan penyakit

tertentu.

Apabila obat tidak dihabiskan, maka bakteri di dalam

tubuh yang harusnya mati akan tetap hidup, bahkan

tidak kebal terhadap pengobatan berikutnya. Yang

sering terjadi adalah obat antibiotik. Obat antibiotik

yang tidak dihabiskan sesuai resep dokter membuat

bakteri dalam tubuh menjadi lebih kuat, dan akan

sulit dilawan. Resistensi antibiotik sekarang ini makin

mengkhawatirkan karena penggunaan yang tidak tepat.

Kedua, minum obat sisa. Obat dari dokter yang

seharusnya dihabiskan, malah disimpan buat stok untuk

sakit berikutnya. Perilaku buruk ini masih dilakukan

sebagian orang. Bukan hanya obat resep dokter, pada

obat yang dibeli sendiri untuk penyakit ringan seperti

obat sakit kepala, nyeri otot, mual dan flu pun demikian.

Kebiasaan ini mungkin tidak terlalu membahayakan

atau berakibat fatal, tapi justru tidak membantu. Karena

bisa jadi penyakit saat ini dengan penyakit sebelum

atau sesudahnya berbeda, hanya saja gejalanya mirip.

Percuma, karena obat sisa tersebut tidak mempan.

Minum Obat Harus Sampai Habis ?MENGAPA

INFO BPJS KESEHATANEDISI 72 21

SEHAT & GAYA HIDUP

Ketiga, minum obat orang lain. Mungkin karena alasan

berhemat atau sulit akses fasilitas pelayanan, obat yang

pernah digunakan seorang penderita diberikan kepada

penderita lain. Kesalahan ini biasanya dilakukan ketika

ada anggota keluarga yang lebih dulu sakit dengan gejala

yang mirip. Ini keliru besar. Meski gejala penyakitnya

sama, riwayat medis dan kemungkinan alergi tiap individu

itu berbeda. Efek yang ditimbulkan pun jadinya berbeda.

Bukannya sembuh, penderita kedua yang menggunakan

obat dari penderita pertama bisa jadi menyebabkan

dampak buruk lainnya. Karenanya tidak dianjurkan minum

obat orang lain walaupun gejala penyakit yang dirasakan

mirip.

Keempat, menambah dan mengurangi dosis. Dokter

telah mengatur dosis obat agar sesuai dengan

kebutuhan medis pasien. Mengurangi dosis bisa

membuat khasiat obat jadi kurang efektif. Bila terus

dibiarkan malah membuat penyakit tambah parah. Obat

yang dikonsumsi belum mengurangi gejala penyakit

sesuai harapan, membuat penderita tergoda untuk

menambah dosis obat agar cepat sembuh. Keputusan ini

tidak disarankan. Sebab, beberapa obat yang dikonsumsi

dalam dosis tinggi dapat menyebabkan overdosis yang

membahayakan tubuh. Oleh karena itu penting untuk

tetap mematuhi aturan minum obat dari dokter.

Kelima, tidak sedikit pula masyarakat yang mengonsumsi

satu obat dengan harapan bisa. Bisanya sebagian

masyarakat mengonsumsi produk obat jenis anti-

inflamasi hormon untuk mendapatkan efek gemuk.

Namun, harus diingat bahwa efek gemuk tersebut

sebenarnya adalah efek samping obat yang disebut

oedem.

Karena efek gemuk yang terjadi adalah efek samping

obat, maka efek gemuk yang terjadi terlihat tidak

proporsional, misalnya hanya di bagian wajah. Jika

diteruskan akan berdampak negatif bagi tubuh karena

akan merembet kepada hal-hal lain, seperti penekanan

pada kelenjar adrenal yang akan mengakibatkan gangguan

pertumbuhan pada anak. Selain itu penggunaan jangka

lama dapat menyebabkan efek samping diabetes dan

osteoporesis.

Keenam, obat keperkasaan pria. Banyak terjadi salah

persepsi di mana obat ini dipahami sebagai obat kuat.

Padahal banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal

tersebut. Untuk masalah yang disebabkan oleh faktor

psikis tentunya dapat diatasi tanpa intervensi atau tanpa

penggunaan obat.

Tak kalah penting adalah sebelum konsumsi obat,

terutama obat bebas, hal pertama yang harus dilakukan

adalah mengecek nomor izin edar atau nomor registrasi

serta tanggal kadaluarsa. Obat yang tidak mencantumkan

nomor ijin edar atau nomor registrasi berarti belum

terdaftar di BPOM RI. Menggunakan obat seperti ini

beresiko tinggi, bisa saja tidak terjamin kebenaran

kandungan dan mutunya.

Cek masa kadaluarsa obat. Ini penting untuk

menghindari konsumsi obat yang sebenarnya sudah

tidak layak konsumsi. Mengonsumsi obat kadaluarsa

banyak risikonya, misalnya obat tidak bekerja optimal

atau mungkin menjadi toksik. Hal ini berbahaya terutama

untuk obat-obat jenis antibakteri, anti hipertensi, dan anti

diabetes. Obat kadaluarsa juga tidak optimal kerja karena

menurunnya kadar/potensi obat, sehingga memberikan

dampak lain seperti mengacaukan diagnosa penyakit,

menimbulkan/meningkatkan kasus resistensi antibiotik,

dan meningkatkan biaya pengobatan.

Cek nomor batch yang tercantum pada kemasan. Ini

kode yang diberikan oleh industri farmasi bersangkutan,

sehingga memudahkan dilakukan penelusuran bila

terjadi masalah pada produk obat yang beredar dipasaran

baik keamanan maupun mutunya. Memperhatikan cara

penyimpanan. Menyimpan obat sesuai dengan yang

dianjurkan berarti ikut menjaga kondisi dan keadaan obat

tersebut tetap stabil hingga masa kadaluarsa.

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 72 22

KO N S U LTA S I

J A W A B :

J A W A B :

01

02

Katanya kalau gawat

darurat bisa langsung

ke rumah sakit. Kondisi

bagaimana yang bisa

disebut darurat?

[email protected] -

Surabaya

Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan atau

kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan. Dalam keadaan gawat darurat peserta JKN-KIS dapat langsung mendapatkan

pelayanan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) terdekat dengan lokasi kejadian tanpa perlu surat rujukan dari Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Apabila peserta JKN-KIS pada kondisi gawat darurat datang ke FKRTL yang tidak bekerja sama dengan

BPJS Kesehatan, maka peserta dapat tetap dilayani sampai dengan keadaan kondisi gawat daruratnya teratasi/stabil. Setelah keadaan

stabil, pasien JKN-KIS dapat dipindahkan ke rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Selama peserta JKN-KIS mengikuti

prosedur dan ketentuan yang berlaku, biaya pelayanan kesehatan peserta tersebut akan ditanggung BPJS Kesehatan.

Rumah sakit tempat rujukan peserta disesuaikan dengan kebutuhan medis peserta yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan

kompetensi, jarak dan kapasitas rumah sakit tersebut. Ilustrasinya, jika berdasarkan indikasi medis, peserta harus dirujuk ke rumah sakit

kelas D atau kelas C, maka peserta tersebut tidak dapat memilih dirujuk ke rumah sakit kelas B atau kelas A. Tak perlu khawatir, karena

rumah sakit kelas D atau C memiliki kompetensi yang Anda butuhkan untuk menangani kondisi Anda. Jika kondisi Anda secara medis

memerlukan penanganan khusus atau sub spesialistik, maka Anda akan dirujuk ke rumah sakit kelas B atau kelas A. Proses rujukan

berjenjang seperti ini dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan di rumah sakit tertentu, sehingga tenaga medis bisa menjalankan

fungsinya dengan optimal kepada pasien JKN-KIS.

Kenapa kita tidak bisa

bebas memilih rumah sakit

untuk berobat?

[email protected] -

Banten