22
PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BERBAGAI MACAM KERAJINAN MAKALAH SMALL RESEARCH PROJECT ETNOBOTANI Disusun oleh Ali Murtado (081810401011) Dina Dwi Anggraeni (091810401014) Narita Ayu Maharani (101810401003) Kunti Anis Azizah (101810401004) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER

Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BERBAGAI MACAM

KERAJINAN

MAKALAH SMALL RESEARCH PROJECT ETNOBOTANI

Disusun oleh

Ali Murtado (081810401011)

Dina Dwi Anggraeni (091810401014)

Narita Ayu Maharani (101810401003)

Kunti Anis Azizah (101810401004)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bambu merupakan anggota dari famili poaceae yang dimanfaatkan oleh

masyarakatindonesia secara luas, sejak jaman dahulu. Persebaran tanaman bambu

ini cukup luas meliputi asia tenggara,yang terdiri dari 20 genera. Dan berkisar 60

jenis bambu ditemukan di wilayah indonesia. Sejak jaman dahulu bambu telah

dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia untuk berbagai keperluan,antara lain

sebagai bahan bangunan, bahan kerajinan dan peralatan rumah tangga.

Adapun beberapa keuntungan dari tanaman bambu diantaranya, adalah

sebagai berikut ini;

Pertumbuhan tercepat dari semua tanaman:  30 hingga 90 cm perhari.

Sifat ketahanan yang lebih kuat dari pada kayu.

Pencapaian kekuatan maksimal saat baru berumur tiga hingga lima tahun.

Waktu panen yang lebih cepat daripada kayu (bambu dapat dipanen tiga

kali dalam 10 tahun).

Pemrosesan yang minimal saat setelah dipanen.

Tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrol terhadap erosi tanah.

Tanaman yang dapat menyerap polutan karbon.

Material yang dapat diperbaharui serta berkelanjutan.

Kebutuhan pemakaian penyubur serta air yang minimal.

Penghasil biomassa tujuh kali lipat lebih banyak daripada hutan

pepohonan biasa

Page 3: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

Selain beberapa keuntungan tersebut tanaman bambu juga memiliki sifat-sifat

fisik antara lain ulet, kulit yang tebal, mudah beradaptasi, memiliki kemampuan

tumbuh yang cepat dan mudah untuk dibiakan. Bagi masyarakat indonesia secara

luas bambu merupakan tanaman yang multifungsional selain sebagai bahan baku

peralatan rumah tangga, bahan bangunan dan bahan kerajinan menurut beberapa

literatur beberapa jenis bambu dapat digunakan sebagai obat. Masing-masing jenis

bambu memiliki karakter khusus sehingga sesuai dengan barang atau kerajinan

yang akan dibuat. Jenis bambu yang banyak dipergunakan sebagai bahan baku

kerajinan dan peralatan rumah tangga adalah bambu tali (Gigantochloa apus)

karena memiliki kelenturan atau elastisitas yang tinggi sehingga tidak mudah

patah dan ulet.

1.2 Permasalahan

Bambu tali atau yang lazim disebut bambu apus adalah jenis bambu yang

banyak di pergunakan sebagai bahan baku kerajinan oleh masyarakat secara luas

begitu juga di Desa Antirogo Dusun Jambuan, bambu dimanfaatkan sebagai

bahan baku kerajinan unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Pada

permasalahan ini kelompok ingin mengetahui seberapa besar potensi bambu

sebagai bahan baku kerajinan serta pemanfaatan dari produk kerajinan bambu

tersebut,sehingga diperlukan obsevasi lebih lanjut untuk mengetahui seberapa

besar potensi bambu apus serta pemanfaatannya dan didapatkan data yang

mendukung.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

seberapa besar potensi yang dimiliki bambu tali atau bambu apus sebagai bahan

baku kerajinan serta pemanfaatan dari produk kerajinan bambu tersebut di

masyarakat

Page 4: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bambu merupakan sumber daya hutan bukan kayu. Bambu termasuk

kedalam famili Gramineae, suku Bambuseae dan sub famili Bambusoideae,

memiliki karakteristik seperti kayu. Bambu terdiri dari batang, akar Rhizoma yang

kompleks dan mempunyai sistem percabangan dan tangkai daun yang

menyelubungi batang (Dransfield dan Widjaya, 1995).

Heyne (1987) menyatakan bambu merupakan tumbuhan yang batangnya

berbentuk buluh, beruas, berongga, mempunyai ranting, berimpang, mempunyai

daun buluh yang menonjol. Berbeda dengan rotan, buluh bambu sulit untuk

dibengkokkan. Bambu tidak memiliki elemen-elemen sel radial seperti dalam

kayu. Batang bambu berbentuk seperti pipa-pipa pada jarak-jarak tertentu

terdapat sekat.Bagian dalam dan bagian luar bambu dilapisi oleh kutikula (kulit)

yang keras. Batang mencapai tinggi lengkap dalam setengah tahun pertama dan

dalamdua tahun kemudian terjadi lignifikasi dan batang menjadi dewasa. Batang

dewasa pada bagian bawah lebih banyak mengandung lignin daripada bagian atas

dan bagian dalam lebih sedikit lignin daripada bagian luar (Yap, 1967).

Bambu seringkali menjadi pilihan utama untuk berbagai keperluan

(Morisco, 2005). Hal ini dikarenakan bambu sangat serba guna, pertumbuhannya

cepat dan pengerjaanya mudah (Dransfield dan Widjaya, 1995). Bahkan

dibanding kayu, bambu mempunyai beberapa keuntungan, yaitu, ratio energi

perunit tegangan yang rendah dan kekuatan lentur yang lebih baik, sehingga

bangunan yang terbuat dari bambu lebih aman terhadap gempa bumi.

Sifat anatomis bambu

Batang bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat dan 10% sel

penghubung (sel pembuluh dan sel pembuluh tapis). Parenkim dan sel pembuluh

lebih banyak ditemukan pada bagian dalam batang, sedangkan serat lebih banyak

terdapat pada bagian luarnya. Kisaran serat pada ruas penghubung antar buku,

Page 5: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

cenderung bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya makin

berkurang (Dransfield dan Widjaya, 1995).

Ikatan vaskular bambu terdiri dari xylem dan satu atau dua proto xylem

yang kecil dan dua meta xylem yang besar (40-120 mikron). Pori bagian dalam

dari batang lebih besar dan semakin kecil ke arah bagian luar. Batang, pori dan

phloem dikelilingi oleh selubung sklerenkim yang berbeda dalam bentuk, ukuran

dan lokasi menurut posisi didalam batang dan jenis bambu. Ikatan vaskular

memiliki bentuk, ukuran, susunan dan jumlah ruang yang memberikan ciri suatu

jenis bambu (Liese, 1985).

Menurut Liese (1985), sel parenkim merupakan jaringan didalam batang

bambu dan dapat dibedakan atas dua macam yaitu sel parenkim pendek yang

terletak berselang seling diantaranya. Sel parenkim panjang memiliki dinding sel

lebih tebal dan mengalami lignifikasi pada masa pertumbuhan awal pucuk,

sedangkan sel parenkim pendek berdinding tipis dengan sitoplasma yang tetap

aktif serta tetap mengalami lignifikasi walaupun telah dewasa. Sel parenkim

saling berhubungan satu sama lain melalui noktah sederhana yang terletak pada

dinding longitudinal.

Sifat fisis bambu

Menurut Dransfield dan Widjaya (1995), kadar air batang bambu

merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanisnya dan

sangat ditentukan oleh jumlah air yang terdapat dalam batang bambu. Kadar air

cenderung bertambah dari bawah ke atas pada batang bambu yang berumur 1-3

tahun dan lebih banyak persentasenya saat musim penghujan dibanding musim

kemarau. Biasanya bila batang bambu sudah berumur lebih dari 3 tahun, akan

mengalami penurunan kadar air. Pada batang bambu muda penurunan kadar air

berkisar antara 50-99%, sedangkan pada batang bambu tua bervariasi antara 12-

18%.

Keawetan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor

perusak bambu, misalnya ketahanan bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu

kering, dan jamur perusak bambu. Ketahanan alami bambu lebih rendah

Page 6: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

dibandingkan dengan kayu. Ketahanan bambu tergantung kepada kondisi iklim

dan lingkungan. Bambu tanpa perlakuan khusus dapat bertahan antara satu sampai

tiga tahun jika berinteraksi dengan tanah dan udara, jika berinteraksi dengan air

laut usianya kurang dari satu tahun jika diawetkan usianya dapat mencapai empat

sampai tujuh tahun, dan dalam kondisi tertentu dapat mencapai 10 sampai 15

tahun Menurut Elsppat(1999,hal 87).

Lebih lanjut Menurut Elsppat mengatakan bahwa, ketahanan bambu bergantung

pada:

Kondisi fisiknya, bambu yang sobek lebih sering rusak dibanding yang

tidak sobek;

Bagian bawah bambu lebih kuat daripada bagian atas;

Bagian dalam biasanya lebih dahulu terserang daripada bagian luar;

Spesies Dendrocalamus strictus lebih rendah resistensinya dibandingkan

Dendrocalamus longisphatus;

Kandungan pati, bambu yang kandungan patinya lebih tinggi lebih rentan

terhadap serangan kumbang bubuk dibanding bambu yang kandungan

patinya lebih rendah;

Waktu penebangan,bambu yang ditebang pada musim hujan lebih rentan

terhadap serangan kumbang bubuk dibandingkan yang ditebang pada

musim panas;

Kandungan air, kadar air yang tinggi menyebabkan kekuatan bambu

menurun dan mudah lapuk.

Bambu Tali (Gigantochloa apus)

Bambu tali termasuk dalam genus Gigantochloa yang memiliki rumpun

yang rapat. Nama ilmiah bambu tali adalah Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f.)

Kurz. Bambu tali dikenal juga sebagai bambu apus, awi tali, atau pring tali

(Berlian dan Rahayu, 1995).

Dalam sistem taksonomi bambu termasuk dalam famili rumput-rumputan

(Graminae) dan masih berkerabat dekat dengan tebu dan padi. Tanaman bambu

Page 7: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

dimasukkan dalam kelompok bambusoideae. Bambu biasanya memiliki batang

yang berlubang, akar yang kompleks, daun berbentuk pedang, dan pelepah yang

menonjol (Darnsfield dan Widjaja, 1995). Sistem taksonomi untuk bambu tali

atau bambu apus adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Klas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa apus (Bl. ex (Schult F.)Kurz.)

Bambu tali diduga berasal dari Burma dan kini telah menyebar luas ke

seluruh kepulauan Indonesia. Bambu tali tumbuh dengan baik di daerah tropik

didataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian sampai 1.000 m dpl.

Perkembang biakan bambu tali dengan akar rimpangnya dan juga dapat

diperbanyak dengan potongan buluhnya (Berlian dan Rahayu, 1995).

Berlian dan Rahayu (1995) menyatakan bahwa bambu tali dapat mencapai

tinggi hingga 20 meter lebih. Warna batang bambu tali adalah hijau sampai

kekuning-kuningan. Batang bambu tali tidak bercabang di bagian bawah.

Diameter batang antara 2,5 sampai 15 cm, tebal dinding 3 sampai 15 mm, dan

panjang ruas atau buluhnya 45 sampai 65 cm. Pemanfaatan batang bambu tali

antara 3 sampai 15 meter. Bentuk batang bambu tali sangat teratur. Pada

bukubukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan

miang berwarna cokelat kehitaman. Pelepah batang bambu tali tidak mudah lepas

meskipun batang tersebut telah berumur tua. Batang bambu apus dalam keadaan

muda dan masih basah berwarna hijau dan tidak keras. Jika telah kering warnanya

menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus atau patah. Bambu

tali memiliki kekuatan lentur 502,3 – 1240,3 kg/cm2, modulus elastisitas lentur

57.515 – 121.334 kg/cm2, keteguhan tarik 1.231 – 2.859 kg/cm2, dan keteguhan

tekan 505,3 – 521,3 kg/cm2. Sifat mekanis bambu tali tanpa buku lebih besar

dibandingkan dengan bambu tali dengan bukunya.

Page 8: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

BAB III

METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan small research project ini dilakukan pada 3 mei 2012 dan 17 mei

2012 di dusun Jambuan,desa Antirogo. Metode yang dipergunakan meliputi

observasi dan wawancara langsung kepada narasumber. Sebelum dilakukan

metode observasi dan wawancara secara langsung terlebih dahulu ditentukan jenis

anyaman dan lokasi dari narasumber, selain itu juga dipersiapkan beberapa

zkuisioner yang dapat dipergunakan sebagai panduan untuk mendapatkan

informasi secara maksimal dari narasumber.

BAB IV

Page 9: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Keterangan Hasil

1 Nama Ibu Ida

2 Alamat Dusun Jambuan ,Desa Antirogo

3 Bahan baku Bambu apus

4. Produk Kap lampu, tempat nasi,tempat tissu, wadah

parcel, genta angin, caping, tempat sendok dan

garpu, kursi bambu dll.

5. Pemasaran Outlet sebelah SMP N 2 Jember

6. Harga Mulai dari Rp.3000,-

7. Alat dan bahan yang

digunakan

Gunting ,tang, gergaji, lem G sejenis alteko,

pisau,ornamen, bambu apus (Gigantochloa

apus), pernis ,pewarna tekstil bila perlu

8. Asal bahan baku Dari para tetangga atau mencari dari desa ke

desa

4.2 Pembahasan

Bambu apus merupakan jenis bambu yang banyak dipergunakan sebagai

bahan baku berbagai kerajinan, bahan bangunan, serta peralatan rumah tangga.

Bambu apus ini dipilih karena kelenturannya yang tidak mudah patah saat dipakai

serta ulet dan memiliki kulit luar yang licin selain sifat umum bambu yang tidak

memerlukan proses yang rumit dalam pengolahan dibandingkan kayu. Bambu

Page 10: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

apus ini memiliki banyak kelebihan sehingga banyak para pengrajin yang melirik

bambu ini sebagai bahan baku kerajinan.

Begitu juga ibu ida yang memilih berbagai produk hasil kerajinannya

memakai bambu apus sebagai bahan baku dasarnya. Dari hasil wawancara dengan

ibu Ida diketahui bahwa bahan baku utama kerajinan diperoleh dengan cara

membeli dari satu desa ke desa lainnya.akan tetapi menurut ibu Ida bahan baku

kerajinannya diperoleh dari pemasok. Ibu ida menekuni usaha sebagai pengrajin

anyaman bambu sejak 22 tahun yang lalu, kemampuan yang di miliki oleh ibu ida

merupakan warisan turun temurun yang wajib dilestarikan. Beberapa produk

yang dihasilkan oleh home industri bu Ida antara lain tempat tissue, kap lampu,

tempat parcel, tempat botol minum, aneka macam souvenir, tempat nasi, kursi

bambu, genta angin serta masih banyak produk lain yang dihasilkan. Keragaman

produk yang dihasilkan juga bergantung dari pemesan.

Alat-alat yang dipergunakan oleh bu Ida untuk menunjang pekerjaannya

ini antara lain gergaji memotong bambu, pisau untuk memperkecil atau mengirat

bambu, tang, gunting. Sedangkan bahan yang dipakai antara lain bambu apus /tali

(Gigantochloa apus), pernis, pewarna kain serta lem G (sejenis alteko).

Pembuatan berbagai macam peralatan rumah tangga ini,mula-mula diawali

dengan cara memotong bambu sesuai dengan kebutuhan dari peralatan rumah

tangga yang akan dibuat. Peralatan rumah tangga yang dibuat adalah tempat tissu,

kap lampu, tempat nasi. Untuk membuat tempat tissu diperlukan potongan-

potongan bambu yang sesuai ukuran yang diinginkan. Setelah bambu dipotong

sesuai keinginan bambu diirat atau tipiskan dengan cara membuang kulit bambu

yang licin dan hanya bagian dalamnya saja yang di ambil. Bagian bambu sebelah

dalam yang di ambil dipotong menjadi ukuran yang lebih tipis lagi dan

dihaluskan. Setelah didapatkan potongan bambu selebar 1cm maka dibuat

anyaman tempat tissu. Anyaman tempat tissu yang telah dibuat untuk proses

finishingnya di lapisi pernis supaya tempat tissu yang dibuat awet dan lebih

menarik. Dan dijemur beberapa menit untuk mengeringkan pernis. Untuk

Page 11: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

membuat tempat tissu yang lebih menarik ditambahkan beberapa ornamen yang

berfungsi untuk menambah nilai estetika.

a.Gambar dari tempat tissu

Pembuatan kap lampu yang berbahan dasar bambu apus (Gigantochola

apus), proses awal dari pembuatan kap lampu ini sama dengan tempat tissu.

Hanya saja pada pembuatan kap lampu pola anyaman yang dipergunakan lebih

rumit. Kap lampu yang berbahan dasar bambu apus ini terdiri dari beberapa

bagian antara lain penutup yang berbentuk kerucut, rangka dalam yang terdiri dari

potongan bambu serta rangka luar yang terdiri dari bambu yang telah dianyam.

Bagian penutup terdiri dari anyaman bambu yang dibentuk kerucut dengan bagian

tepinya diperkuat dengan serutan bambu dengan ukuran tebal kira-kira sekitar 1

cm. Bagian yang berbentuk kerucut ini diletakkan di atas rangka luar dan rangka

dalam.

Page 12: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

b.Gambar kap lampu

Pembuatan tempat nasi ini tahap awalnya sama dengan tempat tissu dan

kap lampu hanya saja pada pembuatan tempat nasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu

bagian dasar dan bagian tutup. Ukuran dari anyaman ini menggunakan bambu

apus yang telah diirat dengan ukuran 0,5 cm. Bagian dasar dari tempat nasi ini di

buat pola yang menarik dengan tepi yang bergelombang. Supaya anyaman tidak

lepas bagian tepi diberi bambu yang lebih tebal dan diikat dengan tali. Untuk

bagian penutup bentuknya hampir sama dengan tempeh tetapi ukurannya lebih

kecil dan tepinya juga diberi bambu yang lebih tebal supaya anyaman tidak terurai

atau lepas. Selain itu bagian bawah dari tempat nasi ini juga terdapat penyangga

atau dasar yang juga berasal dari bambu apus.

Page 13: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

c. Gambar dari tempat nasi

Adapun proses pemasaran dari produk kerajinan yang di buat oleh bu Ida

melalui outlet yang berada di sebelah SMP N 2 Jember dan pasar tanjung. Selain

itu pemasaran dari berbagai produk ini juga berita dari mulut ke mulut sehingga

banyak pemesan yang datang dari luar daerah untuk memesan produk anyaman.

Misalnya saja tempat botol minum yang dibuat dengan bahan bambu apus ini

merupakan pesanan dari seorang dosen UNIVERSITAS JEMBER. Dalam

memenuhi pesanan terkadang bu ida meminta bantuan tetangganya yang juga

memiliki keahlian menganyam bambu.

Page 14: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

d.Gambar tempat botol minum

Kendala yang banyak dihadapi oleh bu Ida untuk perluasan usaha anyaman bambu

ini adalah pada sektor modal serta ketersediaan barang di sekitar tempat

tinggalnya. Karena pemanenan dari bambu apus yang gunakan sebagai bahan

baku ini tergantung pada musim juga. Semakin sedikit bambu apus dipasaran

semakin mahal juga harga bambu, tetapi kenaikn harga bambu tidak membawa

imbas pada kenaikan harga produk anyaman bambu. Sehingga hal ini dapat

memicu menipisnya modal dari para pengrajin

Page 15: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari observasi ini didapatkan bahwa bambu apus atau

bambu tali yang di pergunakan sebagi bahan baku kerajinan memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan bambu jenis lainnya antara lain elastis atau lentur

sehingga tidak mudah patah saat dianyam. Selain itu bambu apus juga ulet serta

tahan lama karena kulit luarnya yang licin. Pada proses pembuatan berbagai

peralatan rumah tangga antara lain tempat tissu, kap lampu dan tempat nasi hal

yang paling utama adalah pemotongan bambu sesuai ukuran, penganyaman serta

proses finishing dengan pelapisan pernis dan penambahan aksesoris.

5.2 Saran

Pemanfaatan bambu apus secara maksimal menjadi berbagai barang

peralatan rumah tangga memberikan banyak keuntungan kepada warga

masyarakat, selain itu ketrampilan dalam menganyam harus pula dilestarikan.

Karena anyaman bambu ini merupakan salah satu warisan budaya yang turun

temurun sehingga patut dijaga keberadaannya

Page 16: Pemanfaatan Bambu Tali Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Berbagai Macam Kerajinan

DAFTAR ACUAN

Berlian, Nur V. A. dan Estu Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis

Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dransfield, S and E. A Widjaya. 1995. Plant Reourch of South East Asia

(PROSEA) no. 7: Bamboo, Bachuys Publisher. Leiden

Liese, W. 1985. Anatomy of Bamboo Proceding Workshop Bamboo

Research in Asia, Singapore 28-30 May 1980. International

Development Research Center. Ottawa.

Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Morisco. 2005. Teknologi Bambu. Program magister teknologi bahan

bangunan UGM. Yogyakarta.

Sastrapraja, S, E A. Widjaja, S. Prawiroatmodjo, ddan S. Soenarko. 1980.

Beberapa Jenis Bambu. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor.

Yap F. K. H. 1967. Bambu Sebagai Bahan Bangunan. Lembaga

Penyelidikan Bahan Bangunan. Bandung.