181
PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI MANIFESTASI KESANTUNAN MASYARAKAT SUNDA DI KABUPATEN CIAMIS: KAJIAN ETNOPRAGMATIK TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister Oleh: NENENG TIA ATI YANTI NIM: 171232013 MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Januari 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL

SEBAGAI MANIFESTASI KESANTUNAN MASYARAKAT

SUNDA DI KABUPATEN CIAMIS: KAJIAN

ETNOPRAGMATIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister

Oleh:

NENENG TIA ATI YANTI

NIM: 171232013

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Januari 2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

i

PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL

SEBAGAI MANIFESTASI KESANTUNAN MASYARAKAT

SUNDA DI KABUPATEN CIAMIS: KAJIAN

ETNOPRAGMATIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister

Oleh:

NENENG TIA ATI YANTI

NIM: 171232013

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Januari 2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

iv

MOTTO

لا امح د لل العا للا مح Alhamdulillah ‘Ala Kulli Haal

Artinya:

“Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan”

(HR. Ibnu Majah)

“Mencintai diri sendiri dan selalu berdamai dengan keadaan”

(Neneng Tia Ati Yanti, 2018)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

vii

ABSTRAK

Yanti, Neneng Tia Ati. (2020). Pemakaian Bahasa Verbal dan Nonverbal sebagai

Manifestasi Kesantunan Berbahasa Masyarakat Sunda di Kabupaten Ciamis:

Kajian Etnopragmatik. Tesis. Yogyakarta: Program Magister Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mendeskripsikan wujud, fungsi, dan makna pragmatik

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi kesantunan

berbahasa masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis,

Jawa Barat. Kesantunan termanifestasi melalui tindak tutur yang disertai bahasa

nonverbal kinestetik. Bahasa nonverbal kinestetik tersebut diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu bahasa nonverbal fasial, gestural, dan postural.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan

pendekatan etnopragmatik. Artinya, penelitian ini mendeskripsikan manifestasi

kesantunan berbahasa masyarakat Sunda melalui pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal berdasarkan konteks yaitu siapa penutur dan mitra tuturnya, tempat

tuturan berlangsung, waktu, situasi/suasana, dan budaya kesantunan masyarakat

Sunda. Sumber data substantif yaitu bahasa verbal dan bahasa nonverbal yang

mengandung kesantunan. Sumber data tersebut ditranskripsi menjadi teks dari

hasil rekaman video dan hasil catatan saat pengumpulan data. Sumber data

lokasional penelitian ini, yaitu kegiatan rutin pada sembilan desa di Kecamatan

Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

mengadaptasi metode etnografi serta menggunakan metode simak. Teknik

analisis data penelitian ini menggunakan flow model yang terdiri dari reduksi

data, penyajian (display) data, penggambaran kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) wujud kesantunan bahasa verbal dan

nonverbal masyarakat Sunda yaitu tindak tutur yang disetai bahasa nonverbal

kinestetik berupa raut/ekspresi wajah menunjukkan pesan fasial, tindak tutur yang

diseratai gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan gerakan tangan yang

menunjukkan pesan gestural serta gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan

gerakan tangan yang menunjukkan kesantunan melalui bahasa nonverbal gestural;

serta tindak tutur yang disertai gerakan seluruh anggota badan yang menunjukkan

kesantunan melalui bahasa nonverbal postural; (2) fungsi kesantunan bahasa

verbal dan nonverbal masyarakat Sunda yaitu (a) komplemen (pelengkap) bahasa

verbal; (b) aksentuasi (penekan) bahasa verbal; (c) regulasi (mengatur) bahasa

verbal; dan (d) repetisi (mengulang) bahasa verbal; serta (3) makna pragmatik

kesantunan bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda dapat ditunjukkan

dengan maksud menyampaikan permohonan atau harapan, maksud

menyampaikan informasi, maksud menyampaikan perintah, dan maksud

menyampaikan permohonan maaf.

Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

viii

ABSTRACT

Yanti, Neneng Tia Ati. (2020). The Use of Verbal and Nonverbal Language as

Manifestation of Sundanese Politeness in Ciamis: Etnopragmatic Study.

Thesis. Yogyakarta: Magister of Indonesian Language and Literature

Education Programme, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata

Dharma University.

This research is describes the form, function, and pragmatic meaning of the

use of verbal and nonverbal language as a manifestation of the politeness of

Sundanese people in Sindangkasih, Ciamis, West Java. Politeness is manifested

through speech acts accompanied by non-verbal kinesthetic language. The

kinesthetic nonverbal language is classified into three, namely nonverbal,

gestural, and postural languages.

This research is classified as a descriptive qualitative research with

ethnopragmatic study. That is, this study describes the manifestation of politeness

in Sundanese language through the use of verbal and nonverbal language based

on context, namely who the speaker and speech partner are, where the speech

takes place, time, situation, and politeness culture of the Sundanese people.

Sources of substantive data are verbal and nonverbal languages that contain

politeness. The locational data source of this study was routine activities in nine

villages in Sindangkasih, Ciamis. Data collection techniques in this study adapted

ethnographic methods and used the method of listening. The data analysis

technique of this study used a flow model consisting of data reduction, data

display, drawing conclusions and verification.

The results showed that (1) the form of politeness of verbal and nonverbal

language of Sundanese people, namely speech act accompanied by kinesthetic

nonverbal language in the form of facial expressions showing facial messages,

speech acts accompanied by movements of some limbs namely eyes and hand

movements that show gestural messages and movements of parts of the limbs,

namely the eyes and hand movements that show politeness through nonverbal

gestural language; as well as speech acts accompanied by movements of all limbs

that show politeness through postural nonverbal language; (2) the function of

politeness of verbal and nonverbal language of Sundanese people, namely (a)

complement (complementary) of verbal language; (b) accentuation (suppressor)

of verbal language; (c) regulation of verbal language; and (d) repetition (repeat)

verbal language; and (3) the pragmatic meaning of the politeness of verbal and

nonverbal language of Sundanese people can be demonstrated with the intention

of conveying a request or hope, the purpose of conveying information, the purpose

of conveying an order, and the intention of delivering an apology.

Key words: Verbal language, nonverbal language, and politeness.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan hidayah dan karunia-nya sehingga tesis yang berjudul Pemakaian

Bahasa Verbal dan Nonverbal sebagai Manietasi Kesantunan Masyarakat Sunda

di Kabupaten Ciamis: Kajian Etnopragmatik dapat penulis selesaikan dengan

baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tesis ini berhasil diselesaikan karena bantuan,

dukungan, bimbingan, doa, nasehat, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

memperkenankan peneliti menjadi bagian dari mahasiswa FKIP Universitas

Sanata Dharma.

2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah mendanpingi peneliti secara akademis selama peneliti

menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Sekaligus sebagai

dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memotivasi

peneliti untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan

bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian membimbing, mengarahkan,

memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indoensia yang memiliki karakteristik masing-masing membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

x

5. Nicholaus Widiastoro selaku sekretariat Program Studi Magister Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan sabar memberikan pelayanan

administrasi kepada penulis dalam menyelesaikan urusan administratif.

6. Drs. Paulus Suparno, S.S., M.Hum. selaku Kepala Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma dan segenap staf perpustakaan yang telah menyediakan buku-

buku serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peneliti

untuk menggunakan fasilitas perpustakaan sehingga membantu proses

penulisan tesis ini.

7. Drs. Paulus Suparno, S.S., M.Hum. selaku Kepala Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma dan segenap staf perpustakaan yang telah menyediakan buku-

buku serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peneliti

untuk menggunakan fasilitas perpustakaan sehingga membantu proses

penulisan tesis ini.

8. Segenap masyakarat Sunda di Kecamatan Sindangkasih yang telah bersedia

menjadi sumber data dalam penelitian ini.

9. Bapak Tian Sutian dan Ibu Naning Sudiar, selaku kedua orang tua penullis

yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan dukungan untuk kelancaran

dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Bapak Maman Tarman dan Ibu Dede Pikoh, selaku kakek dan nenek penulis

yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan dukungan untuk kelancaran

penulisan tesis ini.

11. Kedua saudari kandung penulis, Ananda Apriliyanti dan Leysha Octora Putri

yang selalu menghibur dikala jenuh datang.

12. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa MPBSI 2017 yang telah bersama-

sama dalam semangat, suka, dan duka yang sama-sama berjuang selama

kurang lebih 2 tahun untuk meraih kesuksesan dalam dunia akademik.

13. Teman-teman Kos Putri 32B yang selalu menghibur saat jenuh datang dan

selalu mendengarkan keluh-kesah yang dirasakan oleh penulis.

14. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

MOTTO ....................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLISAN KARYA .................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 6

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.6 Definisi Istilah ...................................................................................... 10

1.7 Sistematika Penelitian ........................................................................... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xiii

BAB II: LANDASAN TEORI ..................................................................... 13

2.1 Kajian Teori ............................................................................................ 13

2.1.1 Bahasa Verbal dan Nonverbal sebagai Alat Komunikasi ........... 12

2.1.2 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 16

2.1.3 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 23

2.1.4 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal ....................... 26

2.1.5 Kajian Pragmatik ......................................................................... 27

2.1.6 Konteks........................................................................................ 28

2.1.7 Manifestasi Kesantunan Berbahasa ............................................. 35

2.1.8 Perspektif Etnopragmatik dalam Kesantunan Berbahasa............ 41

2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 46

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 48

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 48

3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................ 49

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................. 50

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 54

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................... 55

3.6 Triangulasi .............................................................................................. 58

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 60

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian............................................................ 60

4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................... 62

4.2.1 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 62

4.2.2 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 93

4.2.3 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal ....................... 105

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 119

4.3.1 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 122

4.3.2 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal ......................................... 131

4.3.3 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal ....................... 140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xiv

BAB V: PENUTUP ...................................................................................... 156

5.1 Simpulan ............................................................................................ 156

5.2 Saran ................................................................................................... 159

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 161

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 49

Bagan 3.1 Kerangka Teknik Pengumpulan Data ........................................ 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial ............................................. 66

Gambar 4.2 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial ............................................. 67

Gambar 4.3 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial ............................................. 69

Gambar 4.4 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial ............................................. 71

Gambar 4.5 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial ............................................. 74

Gambar 4.6 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural ......................................... 76

Gambar 4.7 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural ......................................... 79

Gambar 4.8 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural ......................................... 81

Gambar 4.9 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural ......................................... 83

Gambar 4.10 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural ....................................... 86

Gambar 4.11 Wujud Bahasa Nonverbal Postural ....................................... 87

Gambar 4.12 Wujud Bahasa Nonverbal Postural ....................................... 89

Gambar 4.13 Wujud Bahasa Nonverbal Postural ....................................... 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis Data ............................................................................... 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu merupakan bagian pendahuluan dari penelitian ini yang terdiri

atas enam hal, yaitu: (1) latar belakang; (2) batasan masalah; (3) rumusan

masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; (6) sistematika penyajian;

dan (7) definisi istilah. Berikut ini merupakan deskripsi ketujuh hal tersebut.

1.1 Latar Belakang

Setiap individu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan

sesamanya dalam suatu budaya tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa,

budaya, dan masyarakat merupakan satu-kesatuan yang erat hubungannya. Sejalan

dengan pernyataan tersebut, Rahardi (2009) mengemukakan bahwa bahasa,

masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat terpadu. Koentjaraningrat

(1994) menyatakan bahwa bahasa termasuk dalam salah satu dari tujuh sistem

budaya di suatu masyarakat. Jadi, bahasa merupaka salah satu aspek budaya suatu

bangsa.

Saat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa verbal dan bahasa

nonverbal agar dapat menyampaikan maksud dengan baik. Bahasa verbal

merupakan bahasa yang disampaikan melalui aspek linguistik (bunyi, kata,

kalimat, dan makna) baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, sedangkan bahasa

nonverbal adalah bahasa yang disampaikan melalui aspek nonlinguistik yaitu

penyampaian pesan yang mengacu pada beberapa cara selain kata, yaitu kontak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

2

mata, gerakan anggota badan seperti ekspresi wajah, gerakan mata, gerakan

kepala, gerakan tangan, gerakan badan, atau kombinasi yang satu dengan yang

lain. Artinya, kerjasama antara bahasa verbal dan bahasa nonverbal akan

memperlancar komunikasi setiap individu.

Knapp & Hall (2002) mengemukakan bahwa komunikasi verbal dan

komunikasi nonverbal merupakan komunikasi secara umum. Komunikasi verbal

adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, sedangkan komunikasi

nonverbal mengacu pada beberapa cara selain penggunaan kata-kata. Hal tersebut

menunjukkan bahwa bahasa diperlukan untuk berkomunkasi, baik dengan bahasa

verbal maupun bahasa nonverbal. Artinya, penutur dan mitra tutur membutuhkan

peran bahasa verbal dan bahasa nonverbal agar pesan tersampaikan dengan baik.

Masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis memakai

bahasa Sunda untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun saat situasi formal,

masyarakat Sunda tersebut juga menggunakan bahasa Indonesia. Penelitian ini

mengkaji tuturan dalam situasi formal. Kecenderungan bahasa yang digunakan

masyarakat Sunda dalam penelitian ini yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

Meskipun pada saat tertentu penutur seringkali beralih kode dari bahasa Indonesia

ke bahasa Sunda. Misalnya saat acara sosialisasi, penutur menyampaikan materi

memakai bahasa Indonesia lalu saat sesi tanya jawab beralih kode ke bahasa

Sunda. Hal tersebut menunjukkan masyarakat Sindangkasih, Kabupaten Ciamis

menjunjung tinggi bahasa Sunda sebagai kekhasan sekaligus kenyamanan

masyarakat Sunda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

3

Kerenyahan sifat ramah dan sikap santun yang ditunjukkan masyarakat

Sunda tentu telah menjadi kekhasan bagi masyarakat Sunda. Misalnya, topik

menyapa antara urang Sunda yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum

penutur menyapa mitra tutur dengan tuturan Neng bade kamana? (Bahasa verbal)

tentu akan hadir secara natural kontak mata, penutur dan mitra tutur akan saling

menunjukkan ekspresi wajah yang didukung oleh cara mengucapkan tuturan

tersebut, bahkan memungkinkan adanya gerakan anggota tubuh (seperti menepuk

bahu atau mungkin bersalaman). Hal tersebut merupakan wujud bahasa verbal dan

nonverbal yang mampu menyampaikan maksud kesantunan. Bahasa verbal dan

nonverbal tersebut akan mudah dipahami bila ada konteks yang melingkupinya.

Dengan demikian, maksud akan tersampaikan dengan baik tanpa terjadi salah

tafsir. Jika peran antara bahasa verbal dan nonverbal dapat diekspresikan dengan

maksimal tentu maksud akan tersampaikan dengan baik. Gaya berbahasa dengan

bahasa verbal dan nonverbal seseorang bergantung pada individu tertentu.

Bahfiarti (2013: 56) mengemukakan bahwa manusia disebut sebagai

makhluk sosial karena dalam diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk

beradaptasi, berinteraksi dengan orang lain. Manusia juga tidak dapat hidup

sendiri. Manusia memerlukan bahasa untuk berinteraksi. Bahasa verbal dan

bahasa nonverbal sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk orang-orang yang

memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Pragmatik sebagai ilmu bahasa

yang mengkaji pemakaian bahasa di lingkungan masyarakat berdasarkan konteks.

Levinson (1983: 7) mengemukakan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

4

hubungan antara bahasa dan konteks yang secara tata bahasa, atau dikodekan

dalam struktur bahasa.

Ellen (2006) mengemukakan bahwa kesantunan berbahasa merupakan salah

satu cabang pragmatik kontemporer yang lebih populer dan merupakan peranti

yang digunakan secara luas dalam berbagai kajian komunikasi antarbudaya.

Artinya, kajian pragmatik dapat menganalisis kesantunan berbahasa yang

berkaitan dengan pemakaian bahasa dalam lingkungan budaya masyarakat.

Gunawan (2013: 8) mengemukakan bahwa kesantunan berbahasa sangat perlu

untuk dikaji karena kegiatan berbahasa tidak luput dari kehidupan manusia.

Kesantunan merupakan sebuah istilah yang berkaitan dengan kesopanan, rasa

hormat, sikap yang baik, atau perilaku yang pantas. Sejalan dengan hal tersebut,

penelitian ini akan mengkaji pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai

manifestasi kesantunan berbahasa masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih,

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Pranowo (2009: 4) mengemukakan bahwa dalam bahasa lisan, kesantunan

juga dipengaruhi oleh faktor bahasa nonverbal, seperti gerak gerik anggota tubuh,

kerlingan mata, gelengan kepala, acungan tangan, kepalan tangan, tangan

berkacak pinggang, dan sebagainya. Saat penutur mengungkapkan gagasannya,

penutur dan mitra tutur harus memperhatikan kesantunan. Bahasa nonverbal

belum banyak dikaji oleh para linguis Indonesia, padahal bahasa nonverbal

berpengaruh besar dalam berkomunikasi. Saat ini penutur dan mitra tutur

seringkali tidak menyadari peran penting bahasa nonverbal dalam berkomunikasi.

Padahal, sebesar 93 % bahasa nonverbal mampu memperjelas pesan kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

5

saat berkomunikasi. Kesantunan dalam berkomunikasi yaitu tersampaikannya

maksud dari kedua pihak melalui bahasa verbal dan nonverbal dengan

kemampuan menjaga harga diri antara penutur dan mitra tutur berdasarkan norma.

Hal yang perlu disadari bahwa bahasa nonverbal pun memiliki peran

penting dalam menyampaikan maksud kesantunan. Faktanya bahwa selain bahasa

verbal, bahasa nonverbal pun mampu memberikan kontribusi besar dalam

berkomunikasi. Hasil penelitian Mehrabian (Lapakko, 2007: 2) mengatakan

bahwa saat berkomunikasi verbal lisan, justru didominasi oleh bahasa nonverbal,

93% menggunakan bahasa nonverbal dan sisanya sebesar 7 % hanya bahasa

verbal. Dalam kehidupan sehari-hari kesantunan berbahasa suatu masyarakat

bukan hanya berkaitan dengan bahasa verbal saja, tetapi juga berikatan dengan

bahasa nonverbal. Mehrabian (2017: 3) menunjukkan beberapa hasil penelitian

terdahulu bahwa bahasa nonverbal dalam berkomunikasi adalah fenomena

komunikasi yang kompleks dan berkontribusi besar pada penyampaian pesan.

Artinya, semakin jelas bahwa peran penting bahasa verbal dan nonverbal dalam

berkomunikasi bahwa pemakaian bahasa verbal dan nonverbal mampu

menunjukkan kesantunan. Bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi

kesantunan berarti bahwa bahasa sebagaai alat komunikasi yang mampu

menunjukkan maksud kesantunan dari kedua pihak (penutur dan mitra tutur).

Kajian etnopragmatik sebagai kajian yang relevan untuk memandang lebih

spesifik terhadap maksud pemakaian bahasa verbal dan nonverbal berdasarkan

latar belakang sosial dan budaya. Oleh karena itu, penelitian ini akan

mendeskripsikan wujud, fungsi, dan makna pragmatik pemakaian bahasa verbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

6

dan nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa.

Penelitian ini sebagai penelitian awal yang membenarkan bahwa kesantunan dapat

teridentifikasi melalui pemakaian bahasa verbal dan nonverbal. Etnopragmatik

menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini untuk mengungkapkan wujud,

fungsi, dan makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai

manifestasi kesantunan.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, kajian

ini akan meneliti kesantunan masyarakat Sunda melalui pemakaian bahasa verbal

dan nonverbal secara mendalam. Namun, mengingat akan kedalaman dari kajian

pustaka, ketepatan pembahasan, serta ketelitian hasil penelitian, penelitian ini

dibatasi oleh beberapa hal berikut.

1. Penelitian ini dibatasi pada bahasa nonverbal kinestetik atau gerak tubuh,

yaitu bahasa nonverbal fasial (ekspresi wajah), bahasa nonverbal gestural

(gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan gerakan tangan), dan bahasa

nonverbal postural (gerakan seluruh anggota badan seperti gerakan badan

yang berpindah posisi). Peneliti membatasi hal tersebut untuk mengkaji

secara mendalam bahasa nonverbal yang mengandung makna kesantunan.

2. Penelitian ini dibatasi pada pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih sebagai sumber data

penelitian. Peneliti membatasi penelitian ini hanya di Kecamatan

Sindangkasih sebagai penelitian awal dan sebagai upaya pemertahanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

7

kesantunan berbahasa dan sebagai bentuk sumbangsih penelitian

etnopragmatik di tanah kelahiran peneliti.

3. Penelitian ini juga dibatasi oleh kegiatan rutin dalam acara pengajian, PKK,

posyandu, dan sosialisasi pada sembilan desa sebagai bentuk interaksi

masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih. Peneliti membatasi hal

tersebut untuk mengkaji secara mendalam bahasa verbal dan nonverbal yang

mengandung makna kesantunan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah

utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pemakaian bahasa bahasa verbal

dan nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa?”

Berdasarkan rumusan masalah utama di atas, disusun submasalah sebagai

berikut.

1. Wujud bahasa verbal dan nonverbal apa sajakah yang dipakai masyarakat

Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa?

2. Fungsi bahasa verbal dan nonverbal apa sajakah yang dipakai masyarakat

Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa?

3. Makna pragmatik bahasa verbal dan nonverbal apa sajakah yang dipakai

masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

8

1.4 Tujuan Penelitian

Selaras dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini

yaitu untuk mendeskripsikan pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa. Kemudian tujuan

dari sub-sub tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan wujud pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat

Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa.

2. Mendeskripsikan fungsi pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat

Sunda dalam berkomunikasi sebagai manifestasi kesantunan berbahasa.

3. Mendeskripsikan makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi

kesantunan masyarakat Sunda diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak yang

memerlukan kajian ini. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas pada

subbab sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

khalayak baik manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gagasan baru dalam khazanah

linguistik, khususnya bidang kajian pragmatik. Penelitian pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal sebagai manifestasi kesantunan masyarakat Sunda dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

9

memperluas kajian dan memperdalam wawasan teoretis tentang kesantunan

berbahasa baik dalam konteks bahasa verbal maupun nonverbal sebagai salah satu

fenomena pragmatik yang baru dan perlu dikaji.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi

masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih dan para mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu dapat

memberikan sumbangan aplikatif dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat

memberikan sumbangan aplikatif dalam bidang pendidikan. Manfaat praktis

tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Bagi Masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih

Hasil penelitian tentang pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai

manifestasi kesantunan masyarakat Sunda diharapkan dapat memberikan

gambaran, masukan, dan pemahaman bagi para masyarakat Sunda di Kecamatan

Sindangkasih untuk mempertimbangkan bentuk-bentuk kesantunan berbahasa

melalui bahasa verbal dan nonverbal dalam praktik berkomunikasi. Hasil dari

temuan tersebut kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk

mengimplementasikan kesantunan agar masyarakat Sunda di Kecamatan

Sindangkasih tetap melestarikan kebudayaan sebagai norma dalam bermasyarakat

dengan memperhatikan kesantunan melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

10

b. Bagi Para Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Hasil penelitian tentang pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai

manifestasi kesantunan masyarakat Sunda ini diharapkan dapat dijadikan referensi

bagi para mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, baik jenjang S-1

dan S-2 untuk menambah wawasan mengenai kajian linguistik, khususnya bidang

kajian pragmatik. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada kesantunan melalui

bahasa verbal dan bahasa nonverbal masyarakat Sunda di Kecamatan

Sindangkasih. Hasil dari temuan tersebut kemudian dapat digunakan sebagai

acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. Bahkan hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan dalam praktik untuk mengimplementasikan kesantunan

melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

1.6 Definisi Istilah

Definisi istilah dalam penelitian ini merupakan istilah-istilah penting yang

digunakan peneliti untuk memahami dan membatasi informasi yang akan

ditemukan di lapangan. Peneliti akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan

informasi tersebut untuk menjawab rumusan dan subrumusan masalah yang telah

dituliskan sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa istilah yang digunakan

dalam penelitian ini.

1. Pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa berdasarkan konteks

pemakaiannya. Kajian ini difokuskan pada pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal sebagai konteks untuk mengidentifikasi kesantunan berbahasa

Sunda masyarakat di Kecamatan Sindangkasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

11

2. Etnopragmatik adalah kajian interdisipliner antara etnografi dan pragmatik.

Dengan demikian, etnopragmatik adalah kajian pemakaian bahasa suatu etnis

tertentu atas dasar latar belakang kebudayaannnya.

3. Bahasa nonverbal adalah bahasa selain kata yang digunakan sebagai konteks

bahasa verbal dalam berkomunikasi.

4. Kesantunan berbahasa Sunda adalah kesanggupan seseorang memakai bahasa

Sunda untuk menjaga harkat dan martabat dirinya tanpa menyinggung

perasaan mitra tuturnya.

5. Wujud bahasa verbal dan nonverbal adalah rupa atau bentuk bahasa nonverbal

yang digunakan kelompok masyarakat Sunda dalam berbahasa untuk menjaga

kesantunan.

6. Fungsi bahasa verbal dan nonverbal adalah peran bahasa verbal yang

digunakan untuk mengungkapkan pemakaian bahasa yang digunakan

kelompok masyarakat Sunda dalam berbahasa untuk menjaga kesantunan.

7. Makna pragmatik (maksud) adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penutur

kepada mitra tutur dalam berkomunikasi pada berbagai acara untuk

mengungkapkan kesantunan.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima bab, berikut ini adalah uraian sistematis

penelitian ini. Bab I berisi tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan

sistematika penelitian. Bab II merupakan landasan teori berisi integrasi hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

12

penelitian terdahulu dan teori-teori relevan serta kerangka berpikir. Bab III berisi

tentang metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data,

metode dan teknik pengumpulan data, instrumen, metode teknik analisis data,

serta triangulasi data. Bab IV berisi tentang deskripsi dan analisis data, serta

pembahasan. Bab V merupakan penutup yang berisi simpulan penelitian, dan

saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Penelitian ini mengacu pada teori-teori yang dijadikan landasan berpikir

bagi peneliti. Penelitian menggunakan beberapa kajian teori yang relevan,

meliputi teori pragmatik, kesantunan, bahasa verbal dan nonverbal, dan

etnopragmatik. Kajian teori tersebut menjadi fokus untuk digunakan dalam

penelitian ini. Kajian teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1 Bahasa Verbal dan Nonverbal sebagai Alat Komunikasi

Chaer (2012: 31) mengemukakan bahwa bahasa diartikan sebagai alat

komunikasi. Knapp & Hall (2002) mengemukakan bahwa komunikasi verbal dan

komunikasi nonverbal merupakan komunikasi secara umum. Komunikasi verbal

adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, sedangkan komunikasi

nonverbal mengacu pada beberapa cara selain penggunaan kata-kata yaitu kontak

mata, bahasa tubuh atau isyarat vokal.

Sejalan dengan hal tersebut, Pranowo (2009: 3) mengemukakan bahwa

bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-kata dalam bentuk

ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan

dalam bentuk mimik, gerak tubuh, sikap, atau perilaku. Memang, pemakaian

bahasa yang mudah dilihat dan diamati adalah bahasa verbal berupa kata-kata atau

ujaran. Namun, di samping itu terdapat pula bahasa nonverbal berupa mimik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

14

gerak gerik tubuh, sikap, atau perilaku yang mendukung pengungkapan maksud

penutur.

Dengan demikian, bahasa verbal dan nonvebal sebagai alat komunikasi

mengungkapkan pikiran atau perasaan individu. Bahasa verbal merupakan bahasa

yang disampaikan melalui aspek linguistik (bunyi, kata, kalimat, dan makna) yang

membentuk tuturan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang disampaikan

melalui aspek nonlinguistik yaitu penyampaian pesan yang mengacu pada

beberapa cara selain penggunaan kata, yaitu kontak mata, gerakan anggota badan

seperti ekspresi wajah, gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan

badan, atau kombinasi yang satu dengan yang lain. Jadi, dapat dipahami bahwa

bahasa sebagai alat komunikasi dalam suatu kelompok masyarakat untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang

atau simbol, seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang

digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi

memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti,

perasaan, dan pengalaman.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh besar bahasa nonverbal

adalah sebagai berikut. Mehrabian (2017: 3) menunjukkan beberapa hasil

penelitian terdahulu mengenai komunikasi bahasa nonverbal bahwa bahasa

nonverbal dalam berkomunikasi adalah fenomena komunikasi yang kompleks dan

berkontribusi besar pada penyampaian pesan. Jika berkomuniksi hanya dengan

bahasa verbal saja, komunikasi tersebut merupakan komunikasi yang tidak

konsisten dalam menyampaikan pesan (Arglye, Salter, Nicholson, Williams, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

15

Burgess, 1970; Beakel dan Mehrabian, 1969; Mehrabian, 1970e; Schuham, 1976;

Weakland, 1961). Mehrabian (1968) mengungkapkan bahwa danpak total dari

suatu pesan yang merupakan fungsi dari formula berikut: Danpak total = 0,07

verbal + 0,38 vokal + 0,55 wajah (DeVito, 2004: 198).

Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa

nonverbal berpengaruh besar dalam menyampaikan maksud. Knapp & Hall (2002)

mengemukakan bahwa komunikasi bahasa nonverbal mengacu pada beberapa cara

selain penggunaan kata-kata yaitu kontak mata, bahasa tubuh atau isyarat vokal.

Pranowo (2009: 3) mengemukakan bahwa bahasa nonverbal adalah bahasa yang

diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak tubuh, sikap, atau perilaku. Indriani

(2016: 39) mengemukakan bahwa komunikasi bahasa nonverbal adalah tindakan

seseorang dalam berkomunikasi yang bukan berupa ucapan dan kata-kata, tetapi

berupa gerakan anggota badan seperti ekspresi wajah, gerakan mata, gerakan

kepala, gerakan tangan, gerakan badan, atau kombinasi yang satu dengan yang

lain.

Argyle (1972) mempertimbangkan bahwa ada tiga bentuk komunikasi

bahasa nonverbal yaitu (1) komunikasi bahasa nonverbal sikap, emosi,

manipulasi, dan situasi langsung; (2) komunikasi bahasa nonverbal sebagai

pendukung dan pelengkap komunikasi verbal; (3) komunikasi bahasa nonverbal

sebagai pengganti bahasa. Berdasarkan tiga bentuk komunikasi bahasa nonverbal

tersebut, semakin jelas bahwa bahasa nonverbal berpengaruh besar dalam

penyampaian maksud dalam berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

saat berkomunikasi, kontak mata antara penutur dan mitra tutur, ekspresi wajah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

16

gerak anggota tubuh penutur atau mitra tutur menjadi aspek-aspek penting dalam

berkomunikasi yang dapat menyampaikan maksud.

Dengan demikian, pemakaian bahasa verbal dan nonverbal secara tepat

mampu menyampaikan maksud kesantunan saat berkomunikasi. Berkenaan

dengan hal tersebut, bahasa verbal merupakan bahasa yang disampaikan melalui

aspek linguistik (bunyi, kata, kalimat, dan makna) membentuk kalimat tuturan,

sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang disampaikan melalui aspek

nonlinguistik yaitu penyampaian pesan yang mengacu pada beberapa cara selain

penggunaan kata-kata yaitu kontak mata, gerakan anggota badan seperti ekspresi

wajah, gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan, atau

kombinasi yang satu dengan yang lain. Berdasarkan pertimbangan yang

dikemukakan oleh Argyle (1972) bahwa bahasa nonverbal mampu sebagai

pendukung dan pelengkap komunikasi verbal bahkan bahasa nonverbal juga

mampu mewakili bahasa verbal. Peran bahasa nonverbal jauh lebih banyak

dibandingkan dengan bahasa verbal. Secara umum, bahasa verbal hanya

mengambil porsi 7% dari seluruh tindak komunikasi, sedangkan bahasa nonverbal

mengambil peran mencapai 97%. Dengan demikian, para ahli pragmatik sudah

berada pada jalur yang benar memberi porsi kajian bahasa nonverbal sebagai salah

objek kajian yang penting.

2.1.2 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal

Ruesch dan Kees (dalam Wang, 2009) membagi bahasa nonverbal menjadi

tiga, yaitu (1) sign language atau sinyal bahasa; (2) action language atau gerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

17

bahasa; dan (3) object language atau kategori benda lainnya. Wang (2009)

mengklasifikasikan bahasa nonverbal yang berakar dari Ruesch dan Kees (1961)

menjadi tujuh, yaitu (1) body behavior atau sikap tubuh; (2) general appearance

and dress atau asesoris umum dan pakaian; (3) body movement atau gerak tubuh;

(4) posture atau postur; (5) space and distance atau jarak dan spasial; (6) silence

atau kesunyian; dan (7) sign and symbols atau tanda dan simbol. Kemudian,

Duncan (dalam Rakhmat, 2012: 285) mengemukakan bahwa bahasa nonverbal

diklasifikasikan menjadi enam yaitu pesan kinestetik, paralinguistik, proksemik,

olfaksi, sensitivitas kulit, dan artifaktual.

1) Pesan Kinestetik

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics) sebagai suatu

istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray

L.Bridwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan

pandangan mata), tangan, kepala dan kaki bahkan tubuh secara keseluruhan dapat

digunakan sebagai isyarat simbolik. Pesan kinestetik atau pesan gerak tubuh yaitu

pesan menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama

yaitu: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial

Pesan ini menggunakan raut muka untuk menyampaikan makna tertentu.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling

sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan,

kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

Leathers (1976) menyimpulkan penelitian tentang wajah sebagai berikut: 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

18

Wajah mengomunikasikan penilaian tentang ekspresi senang dan tak senang, yang

menunjukkan komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk. 2)

Wajah mengomunikasikan minat seseorang kepada orang lain atau lingkungan. 3)

Wajah mengomunikasikan intensitas keterlibatan suatu situasi. 4) Wajah

mengomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri.

5) Wajah mungkin mengomunikasikan kurangnya pengertian. Wainwright (1999)

mengemukakan bahwa seseorang melakukan kontak mata ketika: 1) mencari

informasi; 2) menujukkan perhatian dan ketertarikan; 3) mengajak dan

mengendalikan interaksi; 4) mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang

lain; 5) memberikan umpan balik pada saat berbicara; dan 6) mengemukakan

sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, pesan fasial

ditunjukkan oleh raut muka seseorang saat berkomunikasi. Penelitian pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi kesantunan masyarakat Sunda ini

menunjukkan bahwa pesan fasial sebagai salah satu komponen pesan kinestetik

yang dapat menyampaikan maksud kesantunan dalam komunikasi. Artinya, sikap

santun dapat ditunjukkan melalui raut muka untuk berbagai hal, seperti 1) mencari

informasi; 2) menujukkan perhatian dan ketertarikan; 3) mengajak dan

mengendalikan interaksi; 4) mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang

lain; 5) memberikan umpan balik pada saat berbicara; dan 6) mengemukakan

sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

19

b. Pesan gestural

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata

dan tangan untuk mengomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway, pesan

ini berfungsi untuk mengungkapkan: (1) Mendorong/membatasi; (2)

Menyesuaikan/mempertentangkan; (3) Responsif/tak responsif; (4) Perasaan

positif/negative; 5) Memperhatikan/tidak memperhatikan; (6) Melancarkan/tidak

reseptif; dan 7) Menyetujui/menolak. Pesan gestural yang mempertentangkan

terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan

lainnya. Pesan gestural tak responsif menunjukkan gestur yang yang tidak ada

kaitannya dengan pesan yang diresponnya. Pesan gestural negatif mengungkapkan

sikap dingin, merendahkan, atau menolak. Pesan gestural tak responsif

mengabaikan permintaan untuk bertindak.

Ruben dan Stewart (2013: 175) mengemukakan bahwa gerakan tubuh dapat

menyampaikan maksud, yaitu: (1) penegas dan pemandu bahwa isyarat tubuh

digunakan untuk menggarisbawahi atau menekankan komunikasi verbal; (2)

Sinyal ya-tidak bahwa isyarat dengan cara menggerakkan kepala sebagai wujud

persetujuan dan ketidaksetujuan; (3) salam dan memberi hormat bahwa isyarat

nonverbal yang dapat berbentuk jabat tangan, pelukan, bahkan ciuman sebagai

ungkapan rasa senang dan hormat terhadap orang lain; (4) tanda ikatan bahwa

salah satu kategori gestur yang menunjukkan dalam suatu hubungan; (5) gerak

isolasi bahwa gerak tubuh yang umum digunakan untuk menyembunyikan bagian

tubuh dari pandangan orang lain; dan (6) gerak isyarat lainnya bahwa berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

20

gerak lainnya yang memiliki makna simbolik tertentu seperti berdiri,

membungkuk, berlutut, dan sebagainya.

c. Pesan postural

Pesan postural berkaitan dengan keseluruhan anggota badan. Mehrabian

menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur: 1) Immediacy

merupakan ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain.

Postur yang condong ke jarah lawan bicara menunjukkan kesukaan atau penilaian

positif. 2) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. 3)

Responsiveness yaitu individu mengkomunikasikannya bila ia bereaksi secara

emosional pada lingkungan, baik positif maupun negatif.

2) Paralinguistik

Pesan paralinguistik merupakan pesan nonverbal yang berhubungan dengan

cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat

menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Hal-

hal yang membedakan antara lain: nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan

ritme. Secara keseluruhan, pesan paralinguistik merupakan alat yang paling

cermat unuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Nada dapat

mengungkapkan gairah, ketakutan, kesedihan, kesungguhan, atau kasih sayang.

Kualitas suara menunjukkan ‘penuh’ atau ‘tipisnya’ suara, sedangkan volume

menunjukkan tinggi-rendah suara.

3) Proksemik

Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada umumnya,

dengan mengatur jarak, kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

21

Pesan ini juga diungkapkan dengan mengatur ruangan objek dan rancangan

interior. Pesan ini dapat mengungkapkan status sosial, keterbukaan, dan

keakraban.

4) Olfaksi atau penciuman

Olfaksi atau penciuman adalah the most experience of sense. Penglihatan tidak

berfungsi ketika tidak ada cahaya. Telinga boleh mendengarkan, tetapi tidak

mendengar. Indera pencium bekerja setiap saat. Bau-bauan telah digunakan

manusia untuk berkomunikasi secara sadar dan tidak sadar. Dr.Harry Wiener dari

New York Medical College menyimpulkan bahwa menusia menyampaikan dan

menerima pesan kimiawi eksternal (external chemical messanger). Kebanyakan

komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara tidak sadar. Wewangian dapat

mengirim pesan sebagai godaan, rayuan, ekspresi femininitas atau maskulinitas.

5) Sensitivitas Kulit

Berbagai pesan atau perasaan dapat disampaikan melalui sentuhan, tetapi

yang paling sering dikomunikasikan antara lain: tanpa perhatian (detached), kasih

sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry), dan bercanda (playful). Bau-

bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar maupun tidak

sadar. Saat ini orang-orang telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti

parfum untuk menyampaikan pesan.

6) Artifaktual

Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian, kosmetik,

dan sebagainya. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan

identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

22

kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu pakaian

juga berguna untuk mengungkapkan perasaan (misal pakaian hitam berarti duka

cita) dan formalitas (misal sandal untuk situasi informal dan batik untuk situasi

formal). Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan

adalah suatu perilaku yang multimakna, dapat menggantikan seribu makna.

Sentuhan tidak bersifat acak, melainkan suatu strategi komunikasi. Beberapa studi

menunjukkan bahwa sentuhan bersifat persuasif.

Leathers (1976) mengklasifikasikan bahasa nonverbal menjadi tiga, adalah

sebagai berikut.

1. Pesan nonverbal visual, yaitu: kinestetik, proksemik, dan artifaktual.

2. Pesan nonverbal auditif, yaitu pesan paralinguistik.

3. Pesan nonverbal nonvisual nonauditif, yaitu sentuhan dan penciuman.

Berdasarkan klasifikasi jenis-jenis bahasa nonverbal yang telah dipaparkan

oleh para ahli tersebut, peneliti memfokuskan pada bahasa nonverbal kinestetik

sebagai wujud bahasa nonverbal masyarakat Sunda. Bahasa nonverbal kinestetik

terdiri atas pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Artinya, peneliti

memfokuskan pada ekspresi wajah, kontak mata, dan gerakan anggota badan,

seperti gerakan tangan dan gerakan kepala hingga gerakan seluruh anggota badan

sebagai wujud kesantunan berbahasa masyarakat Sunda. Wujud-wujud bahasa

nonverbal tersebut merupakan jenis bahasa nonverbal yang seringkali dipakai saat

berkomunikasi dalam kegiatan rutin di setiap desa.

Dengan demikian, wujud bahasa verbal dalam penelitian ini yaitu tindak

tutur yang disertai gerak kinestetik penutur dan mitra tutur saat berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

23

Tindak tutur sebagai wujud bahasa verbal dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: (1) lokusi, yaitu tuturan yang bermakna secara semantik; (2) ilokusi, yaitu

tuturan yang bermakna secara pragmatik; dan (3) perlokusi, yaitu makna yang

timbul sebagai hasil atau efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur. Jadi,

wujud bahasa verbal berupa aspek linguistik (kalimat dan makna) yang

membentuk tuturan yang disertai wujud bahasa nonverbal melalui pesan kinestetik

berupa: raut/ekspresi wajah menunjukkan pesan fasial. Sikap santun dapat

ditunjukkan melalui raut muka untuk berbagai hal, seperti 1) mencari informasi;

2) menujukkan perhatian dan ketertarikan; 3) mengajak dan mengendalikan

interaksi; 4) mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang lain; 5)

memberikan umpan balik pada saat berbicara; dan 6) mengemukakan sikap.

Kemudian, gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan gerakan tangan yang

menunjukkan pesan gestural serta gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan

gerakan tangan yang menunjukkan pesan gestural; gerakan seluruh anggota badan

yang menunjukkan pesan postural.

2.1.3 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal

Fungsi bahasa dalam berkomunikasi adalah peran bahasa verbal dan

nonverbal yang digunakan kelompok masyarakat sosial dalam berkomunikasi.

Argyle (1988) mengemukakan bahwa terdapat lima fungsi komunikasi bahasa

nonverbal adalah sebagai berikut. (1) Ekspresi emosi, yaitu emosi diekspresikan

terutama melalui wajah, tubuh, dan suara; (2) Komunikasi sikap interpersonal

yaitu pembentukan dan pemeliharaan hubungan jika sering dilakukan melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

24

sinyal bahasa nonverbal seperti nada suara, pandangan, sentuhan, dll.; (3)

Menemani dan mendukung pidato yaitu perilaku vokalisasi dan bahasa nonverbal

disinkronkan dengan ucapan dalam percakapan (menganggukkan kepala

seseorang atau menggunakan frasa seperti “uh-tuh” ketika orang lain berbicara);

(4) Self presentation yaitu mempresentasikan diri kepada orang lain melalui

atribut bahasa nonverbal seperti penampilan; serta (5) Ritual yaitu penggunaan

salam atau jabat tangan. Komunikasi bahasa nonverbal lebih dipercaya daripada

komunikasi verbal ketika keduanya tidak sesuai (Knapp, 1972; Malandro dan

Barker, 1983; Mehrabian, 1981).

Bahasa nonverbal memiliki fungsi yang dapat menjelaskan maksud dari

pesan-pesan yang disampaikan melalui bahasa verbal. Knapp (1972: 9)

mengemukakan lima fungsi pesan nonverbal yaitu: (1) repetisi, mengulang

kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; (2) subtitusi, menggantikan

lambang verbal; (3) kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna

yang lain terhadap pesan verbal; (4) komplemen, melengkapi dan memperkaya

makna pesan nonverbal; dan (5) aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau

menggaris bawahinya.

Bahasa nonverbal merupakan komponen pendukung untuk terciptanya

makna komunikasi. Meskipun sebagai pendukung, bahasa nonverbal mempunyai

peranan yang penting. Menurut Ekman (1965) dan Knapp (1978), komunikasi

nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. Berikut ini merupakan

fungsi komunikasi nonverbal yaitu: (1) Untuk menekankan, yaitu menonjolkan

atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal; (2) Untuk melengkapi, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

25

untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan

verbal; (3) Menunjukkan kontradiksi, yaitu komunikasi nonverbal dapat

digunakan secara sengaja untuk mempertentangkan pesan verbal kita dengan

gerakan nonverbal; (4) Untuk mengatur, yaitu gerak-gerik nonverbal dapat

mengendalikan atau mengisyaratkan keinginian untuk mengatur arus pesan

verbal; (5) Untuk mengulangi, yaitu kita dapat mengulangi atau merumuskan

ulang makna pesan verbal; (6) Untuk menggantikan, yaitu komunikasi nonverbal

juga dapat menggantikan pesan verbal (DeVito, 2004: 193).

Dengan demikian, fungsi bahasa verbal dan nonverbal yaitu sebagai alat

untuk menyampaikan ide atau gagasan secara utuh kepada mitra tutur. Bahasa

verbal sebagai wujud tuturan lisan yang dinyatakan melalui bunyi dan bahasa

nonverbal sebagai bahasa yang mampu memperjelas tuturan tersebut. Sejalan

dengan kedua pendapat yang dikemukakan oleh Ekman (1965) dan Knapp (1978),

fungsi bahasa nonverbal yaitu: (1) repetisi/pengulangan bahwa bahasa nonverbal

mampu merumuskan kembali tuturan verbal yang kurang mampu dipahami; (2)

subtitusi/penggantian bahwa bahasa nonverbal mampu menggantikan bahasa

verbal; (3) kontradiksi/mempertentangkan bahwa mampu menunjukkan

kontradiksi antara tuturan verbal dan bahasa nonverbal; (4)

komplemen/melengkapi tuturan bahwa bahasa nonverbal mampu melengkapi

tuturan verbal; (5) aksentuasi/penekanan bahwa bahasa nonverbal mampu

menekankan tuturan verbal; dan (6) regulasi/mengatur bahwa bahasa nonverbal

mampu mengatur dan mengisyaratkan bahasa verbal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

26

2.1.4 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal

Makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian

ini yaitu maksud penutur saat berkomunikasi. Makna pragmatik yang dimaksud

adalah makna yang ingin disampaikan oleh penutur berdasarkan konteks tuturan.

Oleh karena itu, makna pragmatik harus dipahami atas dasar konteks nonverbal

ketika penutur menyampaikan tuturan (bahasa verbal). Pranowo (2015)

mengemukakan mengenai tujuan studi bahasa dari sudut pandang pragmatik yaitu

ingin memahami maksud penutur melalui bahasa yang digunakan, atau

memahami fungsi komunikatif pemakaian bahasa. Artinya, ketika seseorang

berkomunikasi dengan orang lain, mereka ingin menyampaikan maksud tertentu

melalui makna-makna yang terdapat dalam bahasa. Namun, pada saat-saat

tertentu, makna yang terkandung dalam bahasa belum dapat dipahami oleh mitra

tutur karena ada gagasan penutur yang tidak dapat diwakili dengan kata-kata.

Gagasan yang tidak dapat diwakili oleh kata-kata padahal ingin diungkapkan oleh

penutur itulah yang dimaksud dengan konteks.

Fishman (1968) mengemukakan 4 ranah, yaitu (1) keluarga, (2)

ketetanggaan, (3) kerja, dan (4) agama. Greenfield (dalam Fasold, 1984: 181)

menggunakan 5 ranah dalam penelitiannya tentang pilihan bahasa orang Puerto

Rico di New York City, yaitu (1) keluarga, (2) kekariban, (3) agama, (4)

pendidikan, dan (5) kerja. Sementara itu, Sumarsono (2002: 266) menggunakan 7

ranah pengamatan dalam penelitian yang dilakukannya, yakni (1) keluarga, (2)

kekariban, (3) ketetanggaan, (4) pendidikan, (5) agama, (6) transaksi, dan (7)

pemerintahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

27

Pemakaian bahasa Sunda dapat menunjukkan perilaku sosial (social

behavior) yang mengacu pada norma atau aturan setempat. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pilihan bahasa merupakan suatu tanda solidaritas dan jati diri

kelompok. Fokus penelitian pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat

Sunda di Kecamatan Sindangkasih didasarkan pada ranah-ranah tertentu yang

disesuaikan dengan jadwal rutin kegiatan di sembilan desa, yaitu (1) kegiatan

pengajian dalam ranah agama; (2) PKK dalam ranah kekariban, keluarga,

ketetanggan; (3) posyandu dalam ranah kekariban, keluarga, ketetanggan.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat didasarkan pada ranah agama, kekariban,

keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada makna pragmatik

tuturan masyarakat Sunda yang sedang berkomunikasi dalam situasi formal untuk

menjaga kesantunan.

2.1.5 Kajian Pragmatik

Pragmatik merupakan kajian ilmu bahasa yang mampu mengungkapkan

maksud berdasarkan konteks. Levinson (1983: 7) mengemukakan bahwa

pragmatik merupakan kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang

secara tata bahasa, atau dikodekan dalam struktur bahasa. Nababan (1978: 2)

mengemukakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakaian

bahasa yang mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai

bagi kalimat-kalimat itu.

Kridalaksana (1993: 177) mengemukakan bahwa pragmatik juga diartikan

sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

28

dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang

memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Rohmandi (2004: 2)

mengemukakan bahwa pragmatik merupakan studi kebahasaan yang terikat

konteks. Kemudian, Rahardi (2009: 21) menegaskan bahwa pragmatik merupakan

ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia, pada

dasarnya sangat ditentukan oleh konteks situasi yang mewadahi bahasa itu.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, pragmatik memfokuskan aspek-aspek

di dalam dan di luar bahasa untuk diinterpretasi oleh penutur dan mitra tutur

sesuai dengan konteks yang mewadahi bahasa itu. Jadi, pragmatik adalah ilmu

bahasa yang mengkaji pemakaian bahasa untuk mengungkapkan maksud

berdasarkan konteks.

2.1.6 Konteks

McArthur (2001: 151) mengemukakan bahwa konteks didefinisikan sebagai

berikut: 1) Konteks atau ko-teks merupakan kalimat yang biasanya mendahului

dan mengikuti kalimat atau elemen bahasa lainnya; 2) Lingkungan linguistik,

situasional, sosial dan budaya dari unsur bahasa, tindakan, perilaku, dan lain-lain.

Malinowski (1923: 307) mengemukakan bahwa bahasa harus dianggap sebagai

modus tindakan, yaitu makna ucapan tidak berasal dari gagasan kata-kata yang

membentuknya tetapi dari hubungannya dengan konteks situasional di mana

ucapan itu terjadi. Malinowski menciptakan istilah "konteks situasi" ketika dia

mempelajari penduduk di Pulau Trobiand di Pasifik Selatan. Konteks situasi

mengacu pada gagasan konteks yang lebih luas atau kondisi umum di mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

29

bahasa diucapkan. Peran "konteks situasi" untuk menentukan makna dalam

penggunaan bahasa. Malinowski mencatat bahwa "... ucapan dan situasi terikat tak

dapat dipisahkan satu sama lain dan konteks situasi sangat diperlukan untuk

memahami kata-kata". Malinowski juga menunjukkan bahwa untuk memahami

arti dari apa yang dikatakan, seseorang seharusnya tidak hanya

mempertimbangkan konteks ujaran tertentu tetapi juga mempertimbangkan

karakteristik budaya masyarakat sebagaimana tercermin dalam konteks situasi di

mana tipe-tipe ujaran tertentu biasanya diproduksi sendiri dan dianggap tertanam

dalam konteks budaya.

Firth mengembangkan konsep tersebut bahwa konteks situasi tidak harus

ditafsirkan dalam istilah konkret sebagai semacam rekaman audiovisual dari 'alat

peraga' di sekitarnya, tetapi lebih merupakan representasi abstrak dari lingkungan

dalam hal kategori umum tertentu yang memiliki relevansi dengan teks (Halliday,

2001: 109). Firth menekankan sifat abstrak dari konteks dalam situasi, mencatat

bahwa konteks situasi bukan hanya latar belakang untuk kata-kata pada saat

tertentu, melainkan mencakup pengaturan budaya seluruh ujaran dan sejarah

pribadi para peserta. Konteks Firth mencakup konteks situasi mengenai faktor

linguistik dan konteks situasi mengenai faktor-faktor nonlinguistik.

Rahardi (2009: 21) menegaskan bahwa konteks yang dimaksud dapat

mencakup dua macam hal, yaitu konteks yang bersifat sosial dan konteks yang

bersifat sosietal. Konteks sosial adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari

munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam suatu masyarakat sosial dan

budaya tertentu, sedangkan konteks sosietal adalah konteks yang faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

30

penentunya adalah kedudukan (rank) dari anggota masyarakat dalam institusi-

institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa menurut pakar bahasa ini dasar dari munculnya

konteks sosietal adalah adanya kekuasaan (power), sedangkan dasar dari

kemunculan konteks sosial itu adalah adanya solidaritas (solidarity).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, konteks sangat berperan dalam

mengungkapkan maksud kesantunan. Penelitian pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal sebagai manifestasi kesantunan masyarakat Sunda didasarkan pada

konteks yang melingkupinya. Konteks tersebut meliputi: (1) Konteks situasi

bukan hanya latar belakang untuk kata-kata pada saat tertentu, melainkan

mencakup pengaturan budaya seluruh ujaran dan sejarah pribadi para peserta.

Konteks situasi mencakup faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor

linguistik yaitu konteks atau ko-teks merupakan kalimat yang biasanya

mendahului dan mengikuti kalimat atau elemen bahasa lainnya, sedangkan faktor

nonlinguitik yaitu konteks yang mengacu pada beberapa cara selain penggunaan

kata-kata yaitu kontak mata, gerakan anggota badan seperti ekspresi wajah,

gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan, atau kombinasi

yang satu dengan yang lain; (2) Konteks sosial dan budaya adalah hal-hal yang

timbul sebagai akibat dari munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam

budaya tertentu; dan (3) Konteks sosietal adalah hal-hal yang menjadi faktor

penentunya adalah kedudukan (rank) dari anggota masyarakat dalam institusi-

institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa munculnya konteks sosietal adalah adanya kekuasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

31

(power), sedangkan dasar dari kemunculan konteks sosial itu adalah adanya

solidaritas (solidarity). Dengan demikian, konteks yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu siapa penutur dan mitra tuturnya, tempat tuturan berlangsung,

waktu, situasi/suasana, dan budaya kesantunan masyarakat Sunda.

Pranowo (2015) mengemukakan mengenai tujuan studi bahasa dari sudut

pandang pragmatik yaitu ingin memahami maksud penutur melalui bahasa yang

digunakan, atau memahami fungsi komunikatif pemakaian bahasa. Artinya, ketika

seseorang berkomunikasi dengan orang lain, mereka ingin menyampaikan maksud

tertentu melalui makna-makna yang terdapat dalam bahasa. Namun, pada saat-saat

tertentu, makna yang terkandung dalam bahasa belum dapat dipahami oleh mitra

tutur karena ada gagasan penutur yang tidak dapat diwakili dengan kata-kata.

Gagasan yang tidak dapat diwakili oleh kata-kata padahal ingin diungkapkan oleh

penutur itulah yang dimaksud dengan konteks. Berikut ini merupakan identifikasi

dasar penentuan konteks.

a. Membangun dasar pemahaman yang sama

Pertanyaan seorang suami “Sudah jam berapa, ya Bu?” dan istri yang

ditanya kemudian menjawab “Kereta api belum lewat, tu Pak!”, penanya

kemudian mengatakan “O, ya sudah. Berarti masih ada waktu”. Komunikasi

antara suami dan istri seperti itu nampak tidak padu secara sintaktis (tidak

kohesif). Namun, kenyataannya sang suami merasa sudah cukup mendapat

informasi dari jawaban istrinya. Buktinya, suami tidak protes apa-apa tetapi justru

mengatakan “O, ya sudah berarti masih ada waktu”. Artinya, komunikasi tersebut

padu secara semantik (kohern). Hal tersebut terjadi karena suami dengan istrinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

32

sama-sama memiliki dasar pemahaman yang sama (common ground) mengenai

soal waktu. Dasar pemahaman yang sama yang dimaksud adalah sama-sama

memiliki pemahaman mengenai konteks yang dimaksud. Tuturan suami-istri di

atas menjadi kohern karena keduanya sama-sama memiliki dasar pemahaman

yang sama (common ground) bahwa pada jam tertentu kereta api pasti lewat.

Sementara itu, ketika suaminya bertanya “Jam berapa?”, si istri tidak perlu pergi

melihat arloji penunjuk waktu yang ada di kamar tetapi dengan spontan

mengatakan “Kereta api belum lewat, tu Pak”. Inilah yang dimaksud salah satu

wujud konteks dalam bidang pragmatik. Konteks seperti itu disebut “dasar

pemahaman yang sama” bahwa penutur dan mitra tutur memiliki persepsi yang

sama terkait hal tersebut, sehingga tidak menghambat proses komunikasi.

Konteks dalam pragmatik selalu berada di luar teks.

b. Mengenali latar belakang budaya

Tuturan yang biasa diungkapkan oleh anak-anak Indonesia bagian timur.

Mereka sering memotong-motong kata atau sering kita mendengar istilah “delisi”

penghilangan sebagian suku kata, seperti “Sapi main bola, Mah”. Jika mitra tutur

hanya memahami secara linguistik, tentu tidak dapat menangkap maksud penutur.

Bagaimana mungkin Sapi main bola. Padahal, penutur ketika berujar memotong

kata “saya” menjadi “Sa-” dan “pigi/pergi” menjadi “pi-“sehingga “Saya pingin”

hanya diucapkan menjadi “Sapi”. Bagi penutur yang sama-sama orang Indonesia

Timur, mendengar ujaran seperti itu dapat dengan mudah memahami maksud

penutur. Penutur tidak ingin mengatakan bahwa “Lembu bermain bola” tetapi

minta izin kepada Ibunya untuk pergi bermain bola. Hal demikian hanya dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

33

dipahami jika penutur dan mitra tutur sama-sama memahami latar belakang

budaya bertutur sehari-hari dalam masyarakat masyarakat memiliki latar belakang

budaya yang berbeda-beda tetapi saling dipahani oleh komunitasnya.

c. Menangkap asumsi penutur terhadap mitra tutur

Sebagai awal membangun asumsi dalam berkomunikasi, penutur dapat

melakukan berbagai cara untuk menjajagi mitra tutur agar dapat menemukan

persepsi yang sama. Misalnya, ketika berjumpa dengan seseorang di dalam

kereta api atau pesawat, mereka duduk berdanpingan. Kalau duduk

berdanpingan lalu tidak berkomunikasi juga aneh. Sebagai awal pembuka

percakapan, mereka dapat saling bertanya siapa namanya, tujuan kepergiannya

kemana, profesinya apa, dsb. Semakin lama, semakin banyak informasi yang

dapat digali dari mitra tutur. Inilah cara penutur membangun asumsi terhadap

mitra tutur.

d. Mengenali pengetahuan tentang dunia

Ketika penutur berkomunikasi dengan mitra tutur, dan mereka memiliki

knowledge of the world yang sama, berarti keduanya memiliki dasar pemahaman

yang sama mengenai topik yang dibicarakan sehingga mereka akan dapat

berkomunikasi secara lancar. Begitu juga dengan latar belakang budaya (culture

knowledge back ground). Latar belakang pengetahuan budaya dapat menjadi

salah satu dasar dapat atau tidaknya komunikasi berjalan lancar. Bagi orang

yang memiliki latar belakang pengetahuan budaya sama, kecenderungan

komunikasi dapat berjalan lancar lebih besar. Sebaliknya, jika orang yang

terlibat dalam komunikasi berbeda latar belakang pengetahuan budayanya, ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

34

kemungkinan dapat salah paham atau tidak “chun in” ketika mereka

berkomunikasi.

e. Mengenali kesantunan

Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat

dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak

menyinggung perasaan mitra tutur. Santun tidaknya suatu tuturan, di samping

ditentukan oleh unsur intralingual seperti kata-kata beraura santun (tolong,

terimakasih, berkenan, dll.) juga ditentukan unsur ekstralingual (empan papan,

adu rasa, angon rasa, khurmat, dll. Artinya, saat berkomunikasi setidaknya kita

mengenal siapa mitra tutur atau lawan bicara ketika proses komunikasi

berlangsung.

f. Mengenali bahasa nonverbal penutur

Bahasa nonverbal (sebagai unsur ekstralingual) juga tidak kalah penting

dalam berkomunikasi. Bahasa nonverbal biasa digunakan dalam bahasa lisan

tetapi ikut mendukung kejelasan komunikasi. Ketika seseorang berkomunikasi,

tidak selalu dalam berkomunikasi bahasa kata. Bagi seseorang yang

berkomunikasi secara lisan, peran bahasa nonverbal akan nampak jelas. Bahasa

nonverbal dapat berupa gesture adalah bahasa nonverbal yang berupa gerakan

tubuh atau bagian tubuh yang dapat berfungsi penting dalam berkomunikasi.

Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal selalu dikaitkan dengan konteks

agar dapat mengungkapkan maksud kesantunan. Hal ini juga menunjukkan

pentingnya konteks dalam berkomunikasi. Konteks sebagai sarana dalam

berkomunikasi yang membantu atau mendukung kejelasan makna berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

35

ide, situasi, peristiwa, atau informasi yang saling berhubungan dan

memungkinkan untuk dipahami sepenuhnya. Oleh karena itu, penelitian

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi kesantunan

memerlukan konteks agar maksud komunikasi tersampaikan dengan baik.

Penentuan konteks dapat dilakukan dengan (1) memiliki pemahaman yang sama;

(2) saling mengenal latar belakang budaya; (3) menangkap asumsi penutur

terhadap mitra tutur; (4) memiliki dasar pemahaman yang sama; (5) memahami

kesantunan; serta (6) mengenali bahasa nonverbal penutur.

Berdasarkan uraian di atas, konteks memiliki peranan penting dalam

menginterpretasi wujud, fungsi, dan makna pragmatik. Setiap tuturan verbal selalu

membutuhkan peran konteks bahasa nonverbal untuk menandai kesantunan

berbahasa masyarakat Sunda yang dijadikan fokus penelitian ini. Bahkan, konteks

bahasa nonverbal, seperti sudah diuraikan di bagian sebelumnya mengambil peran

sebagian besar dalam menentukan wujud, fungsi, dan makna pragmatik.

2.1.7 Manifestasi Kesantunan Berbahasa

Salah satu kajian eksternal bahasa yaitu kesantunan berbahasa. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pranowo (2014: 64)

mengemukakan bahwa kajian bahasa secara pragmatik merupakan kajian dari

linguistik. Keduanya mengkaji bahasa, namun yang menjadi pembeda ialah

linguistik mengkaji secara internal dan pragmatik mengkaji secara eksternal.

Thomas (1995: 57) mengemukakan bahwa:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

36

“Politeness can be regard as the strategy conducted by a

speaker to get various purposes, such as to interlace and

keep harmonious relationship”.

Artinya bahwa kesantunan dapat dianggap sebagai strategi yang

dilakukan oleh penutur untuk memperoleh berbagai tujuan, seperti menjalin atau

memelihara hubungan yang harmonis. Sejalan dengan hal tersebut, Pranowo

(2009) mengemukakan bahwa struktur bahasa yang digunakan diatur atau

disusun oleh si penutur supaya tidak menyinggung perasaan pendengarnya.

Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa kesantunan sebagai cara penutur

untuk mencapai tujuan serta kesan yang baik dalam berkomunikasi terlebih lagi

yaitu untuk menjaga perasaan mitra tutur. Ellen (2006) mengemukakan bahwa

kesantunan berbahasa merupakan salah satu cabang pragmatik kontemporer yang

lebih populer dan merupakan peranti yang digunakan secara luas dalam berbagai

kajian komunikasi antarbudaya. Artinya, kajian pragmatik dapat menganalisis

kesantunan berbahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa dalam

lingkungan masyarakat berbudaya.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat pakar mengenai parameter

kesantunan berbahasa. Pertama, hasil penelitian Brown dan Levinson (1987)

membuktikan bahwa kesantunan berkaitan dengan nosi “wajah negatif” dan

“wajah positif”. Wajah negatif terjadi mana kala pendengar merasa “kehilangan

muka” ketika mendengar tuturan, pembicara dapat merasa “terhina” atau

kehilangan harga diri”. Sementara itu, “wajah positif” merupakan danbaan setiap

orang yang terlibat dalam komunikasi. Brown dan Levinson membuktikan bahwa

setiap orang ingin agar apa yang dilakukan, apa yang dimiliki, nilai-nilai yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

37

diyakini dihargai oleh orang lain sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan,

patut dihargai, menguntungkan dan sebagainya. Dengan demikian, kesantunan

selalu berkaitan dengan kepentingan pihak pendengar dalam tuturan.

Kedua, Leech (1983) menyatakan bahwa kesantunan berbahasa

mencakup serangkaian maksim atau aturan tertentu. Leech memaparkan

kesantunan tersebut dalam tujuh maksim yaitu: (1) maksim kebijaksanaan “tact

maxim” yaitu memberi keuntungan bagi mitra tutur; (2) maksim kedermawanan

“generosity maxim” yaitu maksimalkan kerugian pada diri sendiri, (3) maksim

pujian “praise maxim” yaitu maksimalkan pujian kepada mitra tutur, (4) maksim

kerendahan hati yaitu minimalkan pujian kepada diri sendiri, (5) maksim

kesetujuan yaitu maksimalkan kesetujuan dengan mitra tutur, (6) maksim simpati

“sympathy maxim” yaitu maksimalkan ungkapan simpati kepada mitratutur, dan

(7) maksim pertimbangan “consideration maxim” yaitu minimalkan rasa tidak

senang pada mitra tutur dan maksimalkan rasa senang pada mitra tutur. Peringkat

kesantunan sebuah tuturan dengan memanfaatkan tentang maksim interpersonal.

Adapun lima macam skala pengukur kesantunan (Leech, 1983) sebagai

berikut:

1. Cost-benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah

tindak tutur pada sebuah pertuturan. Selain itu, dilihat dari kacamata si mitra

tutur dapat dikatakan bahwa semakin menguntungkan diri mitra tutur, tetapi

semakin dipandang tidak santunlah tuturan tersebut. Artinya semakin tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

38

itu danpak merugikan dirinya, kemudian mitra tutur akan dianggap semakin

santun tuturan yang dilontarkan mitra tutur.

2. Optionality scale atau skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya

pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan

percakapan bertuturan. Selain itu, berkaitan dengan pemakaian tuturan

imperatif dalam bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa tuturan imperatif

itu menyajikan banyak pilihan aspek tuturan yang menjadi semakin

bersantun pemakaian tuturan tersebut.

3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat

langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan. Semakin

tuturan bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturannya.

Sebaliknya, semakin tidak langsung tuturan yang dimaksudkan sebuah

tuturan akan dianggap semakin santun dalam bertuturan.

4. Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status

sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan.

Semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur

kemudian tuturan tersebut digunakan untuk berkomunikasi akan cenderung

menjadi santun tuturan yang dilontarkan. Sebaliknya, semakin dekat jarak

peringkat sosial di antara keduanya akan cenderung berkuranglah peringkat

kesantunan dalam bertutur.

5. Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat

hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan. Salah satu sisinya kecenderungan yang semakin dekat jarak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

39

peringkat sosial di antara keduanya menjadi semakin kurang santunlah

tuturan. Sebaliknya bahwa semakin jauh jarak peringkat sosial antara

penutur dengan mitra tutur yang digunakan tuturan semakin santun

tuturannya dan menentukan tingkat keakraban hubungan keduanya

memberikan danpak santun dalam kegiatan bertutur.

Ketiga, Grice (1975) menyatakan bahwa konsep kesopanan merupakan

seperangkat asumsi yang melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan dengan

prinsip kerjasama (cooperative principle). Hal tersebut diyakini Grice bahwa

agar komunikasi dapat dipahami dengan baik perlu memperhatikan prinsip

kerjasama, yaitu: (1) maksim kualitas yaitu jika berbahasa, apa yang dikatakan

harus didukung oleh data; (2) maksim kuantitas yaitu jika berbahasa, apa yang

dikatakan cukup seperlunya saja, tidak ditambah dan tidak dikurangi; (3) maksim

relevansi yaitu jika berbahasa, yang dikatakan harus dikatakan harus selalu ada

relevansinya dengan pokok yang dibicarakan; dan (4) maksim cara yaitu jika

berbahasa, di samping harus memikirkan pokok permasalahan yang dibicarakan,

harus memperhatikan bagaimana cara menyampaikannya.

Pranowo (2014: 182) mengemukakan bahwa faktor penentu kesantunan

adalah segala sesuatu yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi

santun atau tidak santun. Aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal lisan,

antara lain: (1) aspek intonasi, yaitu keras lembutnya intonasi ketika seseorang

berbicara; (2) aspek nada bicara, yaitu berkaitan dengan suasana emosi penutur:

nada resmi, nada bercanda atau bergurau, nada mengejek, nada menyindir; (3)

faktor pilihan kata; dan (4) faktor struktur kalimat. Aspek penentu kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

40

bahasa nonverbal berupa pranata sosial budaya masyarakat, seperti aturan bahwa

anak kecil harus selalu hormat kepada orang yang lebih tua, makan tidak boleh

berkecap, bersendawa sehabis makan, perempuan tidak boleh tertawa terbahak-

bahak, bercanda di tempat orang yang sedang berduka, dan sebagainya.

Berdasarkan aspek-aspek yang telah dipaparkan tersebut, penentu aspek

kesantunan bersumber dari bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

Kesantunan selalu berkaitan dengan serangkaian maksim atau aturan

tertentu. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Leech bahwa kesantunan

tersebut dibagi dalam tujuh maksim yaitu: (1) maksim keperdulian; (2) maksim

kebaikan hati; (3) maksim penghargaan; (4) maksim kesahajaan; (5) maksim

kesetujuan; (6) maksim simpati; (7) maksim pertimbangan. Lebih lanjut, Grice

menyatakan bahwa konsep kesopanan merupakan seperangkat asumsi yang

melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan dengan prinsip kerjasama

(cooperative principle). Hal tersebut diyakini Grice bahwa agar komunikasi

dapat dipahami dengan baik perlu memperhatikan prinsip kerjasama, yaitu: (1)

maksim kualitas; (2) maksim kuantitas; (3) maksim relevansi; dan (4) maksim

cara. Jadi, apabila antarwarga telah memiliki pemahaman untuk ‘saling menjaga’

sudah tentu kesantunan akan hadir dalam kehidupan bermasyarakat.

Penelitian pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda

perlu dilakukan agar mampu menyampaikan maksud kesantunan. Hal tersebut

berkenaan dengan aspek linguistik (pilihan kata dan kalimat) serta aspek

nonlinguistik (ekspresi, sikap, serta gerak-gerik tubuh) yang mengacu pada skala

pengukur kesantunan (Leech, 1983). Dengan demikian, kesantunan berbahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

41

masyarakat Sunda merupakan seperangkat norma/aturan serta cara yang telah

ditatapkan dan disepakati bersama oleh masyarakat Sunda. Hal tersebut tentu

dipengaruhi oleh bebagai aspek budaya Sunda itu sendiri.

Selain itu, kesantunan dipengaruhi oleh adanya konteks serta peran yang

terlibat dalam komunikasi itu sendiri. Kesantunan juga dapat diartikan sebagai

cara berbahasa dengan tujuan untuk mendekatkan jarak sosial antarwarga

masyarakat. Selain mengacu pada prinsip kerja sama, parameter kesantunan

berbahasa mayarakat Sunda ditentukan oleh pemahaman penutur dan mitra tutur

untuk saling menjaga harga dirinya saat berkomunikasi yaitu memperhatikan

aspek linguistik (kata, kalimat, dan makna) dan aspek nonlinguistik

(penyampaian pesan yang mengacu pada beberapa cara selain penggunaan kata-

kata yaitu kontak mata, gerakan anggota badan seperti raut/ekspresi wajah,

gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan, atau kombinasi

yang satu dengan yang lain) berdasarkan konteks bahwa aneka macam

kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul

dan dimiliki bersama-sama baik oleh penutur maupun oleh mitra tutur, serta

aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta

melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu.

2.1.8 Perspektif Etnopragmatik dalam Kesantunan Berbahasa

Goddard (dalam Darmajuwono, 2011:3) mengemukakan bahwa

enopragmatik merupakan konsep untuk memahami makna ilokusional bahasa

berdasarkan konteks budaya. Artinya, etnopragmatik sebagai bidang ilmu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

42

mengkaji maksud pemakaian bahasa berdasarkan latar belakang budaya tertentu.

Fauziah (2003: 1) mengemukakan bahwa etnopragmatik menempatkan

penggunaan bahasa dalam konteks sosial budaya yang jelas. Unit asas serapan

dalam etnopragmatik ialah tindakan pertuturan, seperti yang dikonsepsikan dalam

teori tindak tutur Austin (1962). Menurut Austin (1962), kesantunan dalam

berkomunikasi ada kaitannya dengan tindak tutur. Setiap ujaran dalam tindak

komunikasi selalu mengandung tindakan secara bersamaan, yaitu (1) tindak lokusi

(locutionary acts) yaitu ujaran yang dihasilkan oleh penutur; (2) tindak ilokusi

(illocutionary acts) yaitu maksud yang terkandung dalam tuturan; dan (3) tindak

perlokusi (perlocutionary acts) yaitu efek yang ditimbulkan oleh tuturan.

Jika penutur berniat menguratakan sesuatu yang pasti secara langsung, tanpa

keharusan bagi penutur untuk melaksanakan isi tuturannya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa niatannya disebut tindak tutur lokusi. Bila si penutur berniat

mengutarakan sesuatu secara langsung, dengan menggunakan suatu daya yang

khas, yang membuat penutur berntindak sesuai dengan apa yang dituturkannya,

niatannya disebut tindak tutur ilokusi. Dalam pernyataan lain, tindak ilokusi

adalah tindak dalam menyatakan sesuatu (performatif) yang berlawanan dengan

tindak menyatakan sesuatu (konstantif).

Sementara itu, jika penutur berniat menimbulkan respons atau efek tertentu

kepada mitra tuturnya, niatannya disebut tindak tutur perlokusi. Bila tindak lokusi

dan ilokusi lebih menekankan pada peranan tindakan penutur, tindak perlokusi

justru lebih menekankan pada bagaimana respon mitra tutur. Hal yang disebutkan

terakhir ini, menurut Austin, berkaitan dengan fungsi bahasa yang mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

43

pikiran dan perasaan manusia. Kendati demikian, ketiga tindak tutur tersebut

merupakan satu kesatuan yang koheren di dalam keseluruhan proses tindak

pengungkapan bahasa sehingga seharusnya mencerminkan prinsip adanya satu

kata dan tindakan atau perbuatan.

Hal tersebut dikemukakan oleh Fauziah (2003: 1) bahwa unit asas serapan

dalam etnopragmatik ialah tindakan pertuturan, seperti yang dikonsepsikan dalam

teori tindak tutur Austin (1962). Etnopragmatik menempatkan penggunaan bahasa

dalam konteks sosial budaya yang jelas bahwa ungkapan yang tersirat akan

terkesan lebih santun. Hal tersebut terjadi karena kesantunan dalam

berkomunikasi ada kaitannya dengan tindak tutur. Setiap ujaran dalam tindak

komunikasi selalu mengandung tindakan secara bersamaan, yaitu (1) tindak lokusi

(locutionary acts) yaitu ujaran yang dihasilkan oleh penutur; (2) tindak ilokusi

(illocutionary acts) yaitu maksud yang terkandung dalam tuturan; dan (3) tindak

perlokusi (perlocutionary acts) yaitu efek yang ditimbulkan oleh tuturan. Jika

penutur berniat menguratakan sesuatu yang pasti secara langsung, tanpa keharusan

bagi penutur untuk melaksanakan isi tuturannya.

Moleong (dalam Zakiah, 2005:183) mengemukakan bahwa istilah enografi

berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan). Artinya, etnografi

sebagai usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan.

Lebih lanjut, Spradley (2007) memaparkan bahwa etnografi adalah suatu

kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Inti dari etnografi adalah upaya

memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin

kita pahami. Beberapa makna ini terekspresikan secara langsung dalam bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

44

dan banyak yang diterima dan disampaikan hanya secara tidak langsung melalui

kata dan perbuatan.

Kajian etnografi dalam penelitian ini digunakan untuk menguraikan aspek-

aspek kebudayaan masyarakat Sunda melalui bahasa Sunda. Koentjaraningrat

(1994) memaparkan bahwa bahasa termasuk dalam salah satu dari tujuh sistem

budaya di suatu masyarakat. Bahasa sebagai salah satu aspek kebudayaan

masyarakat Sunda. Asumsinya bahwa saat berkomunikasi masyarakat Sunda perlu

menyadari bahwa pemakaian bahasa verbal dan nonverbal yang mampu

menyampaikan maksud kesantunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa

Sunda yang dipakai masyarakat sebagai cerminan sekaligus sebagai alat

pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri.

Etnografi sebagai metode untuk mengkaji pemakaian bahasa verbal dan

bahasa nonverbal dalam penelitian ini difokuskan untuk memahami dan

menginterpretasi maksud kesantunan berbahasa. Myers (dalam Sarosa, 2012: 127)

mengemukakan bahwa etnografi adalah metodologi penelitian yang sifatnya

paling mendalam dibandingkan dengan Action Research, Grounded Theory,

maupun Case Study. Etnografi memungkinkan peneliti mengamati dan bahkan

terlibat dari dekat ke dalam fenomena yang diamati. Peneliti dapat memperoleh

pemahaman konteks dimana partisipan beraktivitas. Spredley (1980) memberikan

penilaian atas etnografi sebagai cara untuk mengungkapkan apa yang ingin

dipikirkan para partisipan dan menunjukkan makna budaya yang dianut oleh para

partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

45

Malinowsky (dalam Nesi 2018: 84) mengemukakan bahwa etnografer harus

mampu menggali informasi secara mendalam dari berbagai sumber secara luas.

Berkaitan dengan metode etnografi, peneliti mengadaptasi metode alur maju

bertahap dari Spradley. Menurut Spradley (2007: 63), alur penelitian maju

bertahap merupakan langkah-langkah yang mesti ditempuh peneliti dalam

menghasilkan makna kebudayaan. Hal ini karena dalam penelitian etnografi,

peneliti terlibat langsung di lapangan. Alur penelitian maju bertahap terdiri atas

dua belas langkah agar dapat menggali sedalam mungkin suatu isu atau pokok

masalah dari sudut pandang penduduk atau penutur asli. Meskipun demikian,

peneliti tidak menggunakan seluruh tahapan dalam alur penelitian maju bertahap.

Penelitian ini merupakan penelitian bahasa dengan memanfaatkan metode

etnografi. Peneliti mengadaptasi metode alur maju bertahap menjadi empat tahap,

yaitu (1) menetapkan informan, (2) mewawancarai informan, (3) mengajukan

pertanyaan deskriptif, (4) menganalisis wawancara etnografis, (5) membuat

analisis domain, (6) membuat analisis komponen, dan (7) memerikan makna

bahasa dari sudut pandang budaya (Spradley, 2007: 315).

Duranti (1997: 27) bahwa mendeskripsikan suatu budaya sama halnya

dengan mendeskripsikan bahasa. Duranti menggunakan istilah antropologi

linguistik mengkaji ujaran dan bahasa dalam konteks antropologi. Artinya, bahasa

sebagai sumber budaya dan mengkaji bahasa sebagai tindakan budaya. Namun,

Foley menggunakan istilah linguistik antropologi. Foley (2001: 3) mengemukakan

bahwa linguistik antropologi memandang dan mengkaji bahasa dari sudut

pandang antropologi, budaya, dan bahasa untuk menemukan makna di balik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

46

pemakaiannya. Foley juga mengatakan bahwa linguistik antropologi adalah

disiplin ilmu yang bersifat interpretatif yang lebih jauh mengupas bahasa untuk

menemukan pemahaman budaya (cultural understanding).

Dengan demikian, perspektif etnopragmatik dalam penelitian ini akan

mengkaji kesantunan masyarakat Sunda melalui tindak tutur yang disertai bahasa

nonverbal kinestetik (fasial, gestural, dan postural). Sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Foley bahwa linguistik antropologi sebagai disiplin ilmu yang

bersifat interpretatif, yaitu menunjukkan bahwa social behavior masyarakat Sunda

tercermin melalui budayanya Oleh karena itu, pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal yang digunakan masyarakat Sunda menunjukkan bahwa bahasa sebagai

salah satu aspek budaya masyarakat Sunda yang akan dikaji dalam penelitian ini.

2.2 Kerangka Berpikir

Sebesar 93 % bahasa nonverbal berpengaruh besar dalam berkomunikasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mehrabian menunjukkan bahwa hanya 7%

hasil komunikasi ditentukan oleh penggunaan kata-kata atau bahasa verbal.

Pemahaman 38% berdasarkan pada nada suara, dan 55 % berdasarkan pada

ekspresi wajah, gerak tangan, posisi tubuh, dan bentuk-bentuk komunikasi bahasa

nonverbal lain. Pemakaian bahasa tidak dapat dilepaskan dari latar belakang

budaya pemilik sekaligus pengguna bahasa tersebut. Bahasa Sunda digunakan

oleh masyarakat Sunda sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai alat

pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda. Masyarakat Sunda

menggunakan bahasa verbal dan nonverbal untuk menyampaikan maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

47

kesantunan. Penelitian ini akan mengkaji pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan. Etnopragmatik sebagai

landasan berpikir untuk mendeskripsikan kesantunan masyarakat Sunda melalui

tindak tutur yang disertai bahasa nonverbal kinestetik (fasial, gestural, dan

postural). Penelitian ini akan mengkaji wujud, fungsi, dan makna pragmatik

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi

kesantunan. Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL

SEBAGAI MANIFESTASI KESANTUNAN MASYARAKAT

SUNDA DI KABUPATEN CIAMIS: KAJIAN

ETNOPRAGMATIK

Etnopragmatik

Makna

Pragmatik Wujud

Fungsi

KESANTUNAN

BERBAHASA

MASYARAKAT

SUNDA

Skala Kesantunan

Leech

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi cara dan alat yang digunakan peneliti untuk mendapatkan

data. Metodoloogi dalam penelitian ini meliputi: (1) jenis penelitian; (2) sumber

data dan data; (3) teknik pengumpulan data; (4) instrumen penelitian; (5) teknik

analisis data; dan (6) triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi

kesantunan berbahasa masyarakat Sunda menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif. Arikunto (2009: 291) mengemukakan bahwa penelitian

deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan ‘apa adanya’ tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Artinya, penelitian ini akan menggambarkan pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal sebagai manifestasi kesantunan berbahasa masyarakat Sunda.

Moleong (2014: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bermaksud

memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sejalan

dengan hal tersebut, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

bermaksud memahami fenomena pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

49

masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan. Berdasarkaan karakteristik

penelitian kualiatif bahwa penelitian ini akan mendeskripsikan wujud, fungsi,

dan maksud pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda sebagai

manifestasi kesantunan sebagai bentuk pemaknaan data (interpretasi data).

Penelitian ini didasarkan pada situasi yang alamiah yaitu lingkungan masyarakat

di Kecamatan Sindangkasih.

3.2 Sumber Data dan Data

Mahsun (2005: 28) mengemukakan bahwa sumber data merupakan hal lain

yang ada kaitannya dengan data adalah menyangkut sumber data, yang di

dalamnya terdapat masalah yang berhubungan dengan populasi, sampel, dan

informan. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu sumber data substanatif dan

sumber data lokasional. Sumber data substantitif dalam penelitian ini adalah

bahasa verbal dan bahasa nonverbal yang mengandung kesantunan. Sumber data

tersebut akan ditranskripsi menjadi teks dari hasil rekaman video dan hasil catatan

saat pengumpulan data. Sumber data lokasional dalam penelitian ini adalah

sembilan desa di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Kecamatan

Sindangkasih terdiri dari sembilan desa, yaitu Desa Budiasih, Desa Budiharja,

Desa Gunungcupu, Desa Sindangkasih, Desa Sukamanah, Desa Sukaraja, Desa

Sukaresik, Desa Sukasenang, dan Desa Wanasigra.

Creswell (2015: 261) mengemukakan bahwa sumber data diperoleh

langsung melalui lingkungan alamiah (natural setting), yaitu peneliti langsung

terjun ke lapangan di lokasi partisipan mengalami isu atau masalah yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

50

diteliti. Sumber data diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung.

Lingkungan alamiah yang akan diselidiki adalah bahasa yang digunakan sebagai

alat komunikasi masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten

Ciamis, Jawa Barat. Oleh karena itu, observasi yang dilakukan peneliti harus

terjadi secara alamiah sehingga memperoleh data dengan baik.

Dengan demikian, data dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori.

Pertama, data berupa tuturan (bahasa verbal) dan bahasa nonverbal kinestetik

yang mengandung kesantunan. Data diperoleh dari sumber data primer yang telah

ditranskripsi menjadi korpus data. Kedua, data berupa informasi yang diperoleh

dari sumber sekunder yaitu buku, artikel, dokumen relevan dan informan yang

dikutip peneliti untuk mengonfirmasi juga menegaskan interpretasi data primer.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan cara untuk mengumpulkan data. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Sugiyono (2013: 224) mengemukakan bahwa teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini mengadaptasi metode etnografi serta

menggunakan metode simak.

Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi

partisipan dan perekaman. Spradley (1980: 33) mengemukakan bahwa observasi

partisipan merupakan kegiatan mengobservasi aktivitias masyarakat,

karakteristik fisik situasi sosial, dan ikut merasakan menjadi bagian dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

51

aktivitas tersebut. Malinowsky (dalam Nesi 2018: 84) mengemukakan bahwa

etnografer harus mampu menggali informasi secara mendalam dari berbagai

sumber secara luas. Metode etnografi dalam penelitian ini berguna untuk

mengkaji, memahami, memaknai hingga menginterpretasikan bahasa verbal dan

nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan.

Metode etnografi komunikasi meliputi pengalaman langsung, observasi

partisipasi, dan wawancara. Peneliti melakukan observasi partisipasi sebagai

wujud penggalian informasi secara intensif sebagai proses pengumpulan data.

Peneliti bertindak sebagai observer sehingga mendapatkan pengalaman langsung

dari lapangan. Kemudian, peneliti juga menggunakan telaah dokumen. Esterberg

(dalam Sarosa, 2012: 81) mengemukakan bahwa dokumen adalah segala sesuatu

materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia berupa buku, artikel

media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman

web, foto, dan lainnya. Creswell (dalam Nesi, 2018: 83) mengemukakan bahwa

telaah dokumen digunakan untuk mengonfirmasi hasil interpretasi data. Telaah

dokumen dalam penelitian ini berupa sumber-sumber rujukan yang relevan

dengan topik penelitian yang berasal dari artikel jurnal, buku cetak, dan

dokumen lainnya. Teknik yang digunakan dalam metode dokumentasi adalah

teknik catat, yaitu peneliti mencatat bagian-bagian penting yang relevan dengan

masalah penelitian.

Berkaitan dengan metode etnografi, peneliti memanfaatkan alur maju

bertahap dari Spradley. Spradley (2007: 63) mengemukakan bahwa alur

penelitian maju bertahap merupakan langkah-langkah yang mesti ditempuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

52

peneliti dalam menghasilkan makna kebudayaan. Penelitian ini mengharuskan

peneliti untuk terlibat langsung di lapangan. Alur penelitian maju bertahap

terdiri atas dua belas langkah agar dapat menggali sedalam mungkin suatu isu

atau pokok masalah dari sudut pandang penduduk atau penutur asli. Penelitian

ini mengadaptasi alur maju dalam penelitian budaya untuk penelitian bahasa

menjadi empat tahap. Peneliti memodifikasi metode alur maju bertahap menjadi

empat tahap, yaitu 1) menetapkan informan, (2) membuat analisis domain, (3)

membuat analisis komponen, dan (4) memerikan makna bahasa dari sudut

pandang budaya.

Namun, hal terpenting yang harus diperhatikan bahwa fokus dari penelitian

ini adalah penelitian bahasa dan bukan penelitian budaya. Kasus objek kajian

penelitian bahasa berbeda dengan kasus penelitian budaya. Penelitian budaya

mencakup semua aspek dari suatu kebudayaan, termasuk bahasa. Aspek bahasa

merupakan salah satu aspek dari suatu kebudayaan. Dengan demikian, metode

penelitian ini juga dikombinasikan dengan teknik kebahasaan karena penelitian

ini merupakan penelitian bahasa. Metode simak sebagai cara yang digunakan

dalam penelitian bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini.

Mahsun (2007: 92) menjelaskan bahwa metode simak adalah cara yang

digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak

penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode simak

sebagai proses pengumpulan data. Metode simak digunakan untuk menggali

realitas pemakaian bahasa pada proses pengumpulan bahasa verbal dan

nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan. Sudaryanto (2015:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

53

9) mengemukakan bahwa peneliti membutuhkan teknik dalam mewujudkan

metode simak. Teknik tersebut merupakan cara peneliti dalam menerapkan

metode. Kemudian berdasarkan metode simak yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini, Sudaryanto (2015: 203) memaparkan bahwa terdapat dua teknik

dalam menerapkan metode simak, yaitu (1) teknik dasar dan (2) teknik lanjutan.

Teknik dasar, yaitu peneliti mendapatkan data dengan segenap kemampuan dan

kemauannya dapat menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa

orang. Sementara itu, terdapat empat teknik lanjutan, yaitu (1) teknik simak libat

cakap, (2) teknik simak bebas libat cakap, (3) teknik rekam, dan (4) teknik catat.

Peneliti menggunakan metode simak dengan kedua teknik tersebut, yaitu

teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

teknik dasar dan teknik lanjutan. Peneliti menggunakan teknik dasar untuk

mendapatkan data dengan segenap kemampuan dan kemauannya untuk

menyadap pemakaian bahasa seseorang atau beberapa orang, sedangkan teknik

lanjutan yang digunakan peneliti yaitu teknik simak libat cakap, teknik simak

bebas libat cakap, teknik rekam berupa video, dan teknik catat.

Pertama, teknik simak libat cakap dalam penelitian ini yaitu peneliti

berinteraksi langsung dengan masyarakat Sunda dengan menyimak bahasa

verbal dan memperhatikan bahasa nonverbal masyarakat Sunda. Kedua, teknik

bebas libat cakap dalam penelitian ini yaitu bahwa peneliti hanya mengamati

bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan mayarakat Sunda. Ketiga, teknik

rekam yaitu peneliti merekam pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda dengan memanfaatkan handycam. Keempat, teknik catat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

54

dilakukan dengan cara mencatat data yang nantinya dilanjutkan dengan

mengklasifikasi data tersebut. Secara ringkas tenik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Kerangka Teknik Pengumpulan Data

3.4 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2015: 306) mengemukakan bahwa instrumen adalah alat

pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan data-data penelitian. Dalam

penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri atau disebut

dengan human instrument. Human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas penemuannya.

Peneliti berperan sebagai human instrumen dalam penelitian ini. Peneliti

berbekal acuan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini

Peneliti

Metode

Etnografi

Metode

Simak

Teknik dasar dan

teknik lanjutan

Pengalaman langsung

dan observasi

partisipasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

55

mengacu pada teori-teori yang dijadikan landasan berpikir bagi peneliti. Kajian

teori yang relevan, meliputi teori bahasa verbal dan nonverbal, pragmatik,

kesantunan, dan etnopragmatik. Teori-teori tersebut dijadikan acuan untuk

memperoleh dan mengkaji informasi mengenai pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal masyarakat Sunda sebagai manifestasi kesantunan berbahasa.

Peneliti menjadi instrumen kunci, peneliti mengambil latar lingungan

alamiah, kemudian informasi yang diperoleh akan dimaknai dan

diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnopragmatik.

Artinya, peneliti menyajikan, menafsirkan, dan menginterpretasi pemakaian

bahasa verbal dan bahasa nonverbal yang berkaitan dengan situasi yang sedang

terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat. Hal tersebut

penting dilakukan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena yang terjadi saat

penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Sudaryanto (2015: 7) menyatakan bahwa teknik analisis data merupakan

upaya peneliti untuk menangani langsung masalah yang terkandung pada data.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode padan ekstralingual.

Mahsun (2007: 120) memaparkan bahwa metode padan ekstralingual digunakan

untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan

masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Oleh karena itu, peneliti

akan menghubungkan bahasa verbal dan nonverbal yang dipakai saat

berkomunikasi dengan konteks di luar bahasa yang melingkupinya untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

56

menemukan maksud yang sebenarnya. Mahsun (2007: 121) menambahkan catatan

khusus perihal metode padan ekstralingual tersebut, yakni menghubungkan unsur

bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa, misalnya “baju”

adalah kata benda karena menunjukkan benda. Kemudian membandingkan hal di

luar bahasa itu: makna dengan makna.

Creswell (2015: 274) mengemukakan bahwa analisis data merupakan proses

berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat

sepanjang penelitian. Data dalam penelitian ini berupa wujud bahasa verbal

(kalimat tuturan) dan bahasa nonverbal, meliputi gestur, ekspresi wajah, kontak

mata, dan postur. Wujud bahasa verbal dan bahasa nonverbal ditafsirkan

menggunakan fungsi bahasa verbal dan bahasa nonverbal untuk menginterpretasi

maksud bahasa nonverbal berdasarkan perspektif etnopragmatik.

Untuk menganalisis data tersebut, Milles and Huberman (1994:10)

menggunakan flow model yang terdiri dari reduksi data, penyajian (display) data,

penggambaran kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data merupakan proses

memilih, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah data yang muncul

dalam catatan lapangan tertulis atau transkrip. Data dalam penelitian ini berupa

tuturan (bahasa verbal) dan bahasa nonverbal yang kemudian dipilah unsur-unsur

yang diteliti untuk menemukan maksud kesantunan berbahasa. Oleh karena itu,

daya pilah supaya optimal perlu ada kriteria uraian berupa tipe-tipe bahasa

nonverbal dalam tiap tuturan. Kemudian, peneliti menyajikan data (display).

Milles and Huberman (1994:11) penyajian adalah sebuah kumpulan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

57

yang terorganisir dan terkompresi yang memungkinkan pengambilan kesimpulan

dan tindakan. Dalam tahap penyajian data, data yang telah dipilah kemudian

dimasukan ke dalam tabel. Sejalan dengan pendapat Miles dan Huberman bahwa

desain penyajian ditentukan melalui baris dan kolom yang dimasukan ke dalam

tabel sebagai aktivitas analisis. Tahap terakhir analisis data adalah kesimpulan dan

verifikasi. Data yang telah disajikan dengan berbagai aktivitas analisisnya

kemudian ditarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan tentu berkaitan dengan

pengumpulan data yang telah direduksi dan disajikan sehingga kesimpulan yang

dibuat merupakan kesimpulan berdasarkan analisis secara induktif. Berikut ini

merupakan langkah konkret tahap analisis data dalam penelitian ini.

1. Identifikasi, yaitu peneliti mengidentifikasi data, yaitu data primer berupa

bahasa verbal dan nonverbal direduksi menjadi data final berupa bahasa verbal

dan nonverbal yang mengandung kesantunan. Tahap reduksi data tersebut

dilaksanakan setelah pengumpulan data selesai dilakukan.

2. Klasifikasi, proses klasifikasi merupakan bagian dari proses penyajian

(display) data. Tahap klasifikasi yang dilakukan adalah data berupa bahasa

verbal dan nonverbal diklasifikasi ke dalam kolom-kolom dalam sebuah tabel.

Kolom tersebut terbagi menjadi tiga yang terdiri dari wujud bahasa verbal,

wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, dan makna pragmatik

bahasa nonverbal yang mengandung kesantunan. Berikut ini adalah tabel

proses penyajian data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

58

Tabel 3.1 Analisis Data

KODE FOTO DAN

KONTEKS

BAHASA VERBAL

DAN BAHASA

NONVERBAL

PENANDA

KESANTUNAN

3. Interpretasi, proses interpretasi juga masih bagian dari proses penyajian

(display) data. Tahap interpretasi dilaksanakan setelah tahap klasifikasi selesai.

Data-data yang telah diklasifikasikan sesuai kolom akan diinterpretasi.

Intepretasi cenderung pada proses memberikan penjelasan-penjelasan yang

spesifik dan mendalam terkait dengan masing-masing kolom.

4. Pelaporan hasil penelitian, proses tersebut merupakan proses

penarikan/verifikasi kesimpulan.

3.6 Triangulasi

Penelitian ini diperlukan adanya pemeriksaan keabsahan data sebagai wujud

pertanggungjawaban secara ilmiah. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Moleong (2007: 330)

mengemukakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di luar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

59

Patton (dalam Sutopo, 2002: 78) menyatakan bahwa ada empat teknik

triangulasi, yaitu: (1) triangulasi data, yaitu data yang sama atau sejenis, akan

lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda;

(2) triangulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau pun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti; (3) triangulasi metodologi, yaitu triangulasi ini dilakukan oleh

seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan

teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda; serta (4) triangulasi teoritis,

yaitu triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif

lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Triangulasi dalam penelitian ini yaitu triangulasi data dan triangulasi

teoritis. Triangulasi teoritis dalam penelitian ini yaitu peneliti mengacu pada

teori-teori yang relevan dengan penelitian ini untuk mengungkap permasalahan

yang telah dirumuskan. Kemudian, triangulasi data dilakukan untuk menguji

data yang terkumpul kepada ahli, ahli dalam kaitan dengan penelitian ini yang

dimaksud adalah ahli pragmatik. Ahli tersebut akan melihat bahwa data yang

dikumpulkan sudah dapat dikatakan memadai (representatif), serta untuk

mengkonfirmasi bahwa data yang diperoleh tersebut dikatakan mencukupi

hingga sudah tidak ditemukan data lagi. Selain itu, triangulasi data juga bukan

semata-mata untuk mencari kebenaran data penelitian tetapi juga untuk

mengecek kredibilitas data dan keterpercayaan hasil temuan yang diperoleh dari

berbagai sumber. Triangulator dalam penelitian ini, yakni Prof. Dr. I. Praptomo

Baryadi, M.Hum., dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab empat merupakan bagian hasil penelitian dan pembahasan dari

penelitian ini. Subbab dari bab empat ini terdiri atas: (1) deskripsi pelaksanaan

penelitian; (2) analisis data; (3) pembahasan. Berikut ini merupakan deskripsi dari

ketiga hal tersebut.

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sembilan desa, yaitu Desa Sukamanah,

Desa Sukaraja, Desa Budiasih, Desa Budiharja, Desa Gunungcupu, Desa

Sukasenang, Desa Sukaresik, Desa Sindangkasaih, dan Desa Wanasigra.

Kesembilan desa tersebut terdapat di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten

Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini memfokuskan pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih berdasarkan

kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan disetiap desa, walaupun ada beberapa

kegiatan yang tidak dapat peneliti ikuti karena keterbatasan peneliti. Beberapa

kegiatan yang berhasil diikuti oleh peneliti, yaitu kegiatan pengajian rutin,

pertemuan PKK, aktivitas belajar-mengajar, posyandu, posbindu, dan kegiatan

sosialisasi. Peneliti merekam kegiatan-kegiatan tersebut untuk dijadikan data

dalam penelitian ini sebagai manifestasi kesantunan berbahasa masyarakat Sunda.

Data penelitian berupa rekaman video kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

pada sembilan desa. Peneliti mengkaji pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

61

sebagai manifestasi kesantunan masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih.

Data tersebut diperoleh dalam waktu dua bulan, yaitu bulan Agustus hingga

September 2019. Sebanyak lima puluh lima analisis bahasa verbal dan bahasa

nonverbal dalam dua puluh lima video kegiatan rutin masyarakat Sunda di

Kecamatan Sindangkasih. Data tersebut dianalisis menggunakan teori bahasa

nonverbal menurut Duncan (2012) yang difokuskan pada gerak kinestetik dan

didukung oleh paralinguistik. Bahasa nonverbal dalam penelitian ini sebagai

konteks bahasa verbal untuk menunjukkan kesantunan berbahasa masyarakat

Sunda. Kesantunan tersebut dapat dianalisis menggunakan skala kesantunan

Leech (1983). Jadi, analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

teori untuk mengungkapkan maksud kesantunan masyarakat Sunda.

Masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih menggunakan bahasa Sunda

dan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari, termasuk dalam kegiatan-

kegiatan rutin yang dilaksanakan di setiap desa seperti kegiatan pengajian rutin,

pertemuan PKK, aktivitas belajar-mengajar, dan kegiatan sosialisasi. Kesantunan

saat berbahasa tersebut dapat termanifestasi ketika penutur mampu memakai

bahasa verbal yang terintegrasi dengan wujud bahasa nonverbal. Oleh karena itu,

peneliti menggunakan teori bahasa nonverbal, khususnya pesan kinestetik

menurut Duncan (2012) sebagai konteks bahasa verbal masyarakat Sunda untuk

mengungkapkan kesantunan. Peneliti juga menggunakan skala kesantunan Leech

(1983) untuk memahami maksud pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai

manifestasi kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

62

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilaporkan dengan model penyajian yang mengacu pada

wujud nonverbal sebagai pesan kinestetik. Wujud bahasa nonverbal kinestetik

tersebut terdiri atas wujud bahasa nonverbal fasial, gestural, dan postural.

Berdasarkan wujud-wujud tersebut, fungsi serta makna pragmatik pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal dapat diinterpretasi berdasarkan terpenuhinya skala

kesantunan Leech. Hasil triangulasi data penelitian ini bahwa triangulator, Prof.

Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. tidak menyetujui tiga data hasil analisis yang

dilakukan peneliti. Data-data yang tidak disetujui tersebut yaitu Data 7 (E1)

bagian analisis (I), Data 14 (J2), dan Data 16 (C1) bagian analisis (I). Berikut ini

merupakan uraian hasil uraian secara terperinci hasil penelitian dalam penelitian

ini.

4.2.1 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal

Wujud bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini yaitu tindak tutur

dalam konteks pragmatik yang disertai gerak kinestetik penutur dan mitra tutur

saat berkomunikasi. Tindak tutur sebagai wujud bahasa verbal dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut: (1) lokusi, yaitu tuturan yang bermakna secara

semantik; (2) ilokusi, yaitu tuturan yang bermakna secara pragmatik; dan (3)

perlokusi, yaitu efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Wujud bahasa nonverbal dalam penelitian ini yaitu gerak kinestetik

masyarakat Sunda saat berkomunikasi. Bahasa nonverbal kinestetik terdiri atas

pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial ditunjukkan oleh raut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

63

muka, pesan gestural ditunjukkan oleh gerakan mata dan gerakan anggota tangan,

serta pesan postural ditunjukkan oleh gerakan seluruh tubuh. Wujud-wujud bahasa

nonverbal tersebut merupakan jenis bahasa nonverbal yang seringkali dipakai saat

berkomunikasi dalam kegiatan rutin setiap desa di Kecamatan Sindangkasih.

Wujud-wujud bahasa nonverbal tersebut memang berperan penting dalam

penyampaian maksud kesantunan. Masing-masing analisis data tersebut disajikan

sebagai berikut.

a. Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

Berikut ini merupakan wujud-wujud bahasa nonverbal fasial yang dominan

dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Wujud bahasa nonverbal fasial

dalam penelitian ini yaitu tindak tutur dan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh

raut muka. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Data 1 (A1)

(I)

Bahasa Verbal:

Baru juga sepuluh hari bu, suami

saya tercinta dilantik di Desa

Sukamanah.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Kepala Desa Sukamanah

menatap ibu-ibu PKK dengan raut

muka yang serius dan

meyakinkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

64

(II)

Bahasa Verbal: Sudah kegiliran kegiatan PKK di

Kecamatan, tidak ada kata yang pantas

diucapkan selain kata syukur alhamdulillah

berarti itu kehormatan bagi kami.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Kepala Desa Sukamanah menatap ibu-ibu

PKK dengan raut muka yang serius dan

meyakinkan.

(III)

Bahasa Verbal:

Mudah-mudahan minta doanya dari

semuanya, kami bisa menjalankan tugas

amanah ya bu ya. Aamiin yarobal alamiin.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Kepala Desa Sukamanah menatap ibu-

ibu PKK dengan raut muka yang serius dan

meyakinkan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di aula Kantor

Kecamatan Sindangkasih. Penutur adalah

Kepala Desa Sukamanah, sedangkan mitra

tutur adalah ibu-ibu PKK sekecamatan yang

terdiri dari sembilan desa, yaitu Desa

Sukamanah, Desa Sukaraja, Desa Budiasih,

Desa Budiharja, Desa Gunungcupu, Desa

Sukamanah, Desa Sukaresik, Desa

Sindangkasih, dan Desa Wanasigra. Penutur

sedang memberikan kata sambutan untuk

mewakili ketua Tim Pengerak PKK dari desa

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

65

Data 1 (A1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan PKK Sekecamatan

Sindangkasih. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di aula Kantor Kecamatan Sindangkasih. Penutur adalah Kepala Desa

Sukamanah, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu PKK sekecamatan yang terdiri

dari sembilan desa, yaitu Desa Sukamanah, Desa Sukaraja, Desa Budiasih, Desa

Budiharja, Desa Gunungcupu, Desa Sukamanah, Desa Sukaresik, Desa

Sindangkasih, dan Desa Wanasigra. Penutur sedang memberikan kata sambutan

untuk mewakili ketua Tim Pengerak PKK dari desa lainnya.

Wujud bahasa verbal dalam data tersebut ada tiga, yaitu “Baru juga sepuluh

hari bu, suami saya tercinta dilantik di Desa Sukamanah”, “Sudah kegiliran

kegiatan PKK di Kecamatan, tidak ada kata yang pantas diucapkan selain kata

syukur alhamdulillah berarti itu kehormatan bagi kami”, dan “Mudah-mudahan

minta doanya dari semuanya, kami bisa menjalankan tugas amanah ya bu ya.

Aamiin yarobal alamiin”. Ketiga tuturan tersebut sebagai tindak tutur penutur saat

menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan

tersebut bermakna dan memiliki maksud yang ditimbulkan setelah tuturan tersebut

disampaikan pada audiens bahwa penutur meminta doa pada audiens atas jabatan

baru suaminya sebagai Kepala Desa Sukamanah. Wujud bahasa nonverbal fasial

pada Data 1 (A1) dalam penelitian ini yaitu Ibu Kepala Desa Sukamanah menatap

ibu-ibu PKK dengan raut muka yang serius dan meyakinkan. Artinya, wujud

bahasa nonverbal fasial dapat ditunjukkan dengan raut muka serius dan

menyakinkan didukung pesan paralinguistik (nada, ritme, volume, dan kecepatan

suara) untuk menyampaikan makna kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

66

Gambar 4.1 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

Data 2 (B1)

Bahasa Verbal:

Sing aya sodakoh ka budak yatim,

ngadungakeun budak yatim kuibu-ibu

sadayana sing janten murangkalih nu

sholeh jeung sholehah.

Harus sedekah pada anak yatim, ibu-ibu

doakan anak yatim agar semuanya

menjadi anak-anak yang saleh dan

salihah.

Bahasa Nonverbal:

Utadzah menatap pada para ibu-ibu

pengajian dengan raut muka yang serius.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di Majid

Jami’ Desa Sukamanah. Penutur merupakan seorang ustazah dan mitra tutur

adalah ibu-ibu pengajian Desa Sukamanah. Utadzah sedang memberikan ceramah

pada para ibu.

Data 2 (B1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian rutin setiap hari

Jumat. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di

Majid Jami’ Desa Sukamanah. Penutur merupakan seorang ustazah dan mitra

tutur adalah ibu-ibu pengajian Desa Sukamanah. Utadzah sedang memberikan

ceramah pada para ibu. Wujud bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Harus

sedekah pada anak yatim, ibu-ibu doakan anak yatim agar semuanya menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

67

anak-anak yang sholeh dan sholehah”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak

tutur penutur saat menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi dan ilokusi.

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud yang ditimbulkan

setelah tuturan tersebut disampaikan pada ibu-ibu pengajian. Wujud bahasa

nonverbal fasial pada Data 2 (B1) yaitu ustazah menatap ibu-ibu PKK dengan raut

muka yang serius dan meyakinkan. Artinya, wujud bahasa nonverbal fasial dapat

ditunjukkan dengan raut muka didukung pesan paralinguistik (nada, ritme,

volume, dan kecepatan suara) untuk menyampaikan makna kesantunan.

Gambar 4.2 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

Data 3 (D2)

(I)

Bahasa Verbal:

Ibu-ibu alhamdulillah urang sadaya

masih keneh dipaparing jatah nyuswa

tiasa keneh ngumpul ngariung dina

acara kagiatan rutin PKK Desa

Budiasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

68

Ibu-ibu alhamdulillah kita semua masih

bisa diberikan jatah usia masih bisa

berkumpul di acara kegiatan rutin PKK

Desa Busiasih.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader PKK menatap audiens

dengan raut wajah yang serius dan

menyakinkan.

(II)

Bahasa Verbal:

Langkung tipayun simkuring

nyuhunkeun dihapunten ibu-ibu tina

sapudaya kalepatan.

Selanjutnya, saya meminta maaf pada

ibu-ibu dari segala kesalahan.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader PKK menatap audiens dengan raut wajah yang serius dan menyakinkan.

(III)

Bahasa Verbal:

Sareng hatur nuhun kana doa na ti

sadayana simkuring tiaya deui calik

didieu. Kitu panginten muhun ibu-ibu

nya.

Terima kasih atas doa dari semuanya

saya bisa hadir disini. Gitu ya bu.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader PKK menatap audiens dengan raut wajah yang serius dan menyakinkan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Desa Budiasih. Penutur merupakan kader dalam anggota PKK dan mitra tutur

adalah ibu-ibu anggota PKK Desa Budiasih. Ibu kader PKK sedang memberikan

penjelasan tentang desa siaga pada ibu-ibu angoota PKK.

Data 3 (D2) terjadi saat pelaksanaan kegiatan PKK Desa Budiasih. Tuturan

terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula Desa

Budiasih. Penutur merupakan kader dalam anggota PKK dan mitra tutur adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

69

ibu-ibu anggota PKK Desa Budiasih. Ibu kader PKK sedang memberikan

penjelasan tentang desa siaga pada ibu-ibu angoota PKK. Wujud bahasa verbal

dalam data tersebut ada tiga, yaitu “Ibu-ibu alhamdulillah kita semua masih bisa

diberikan jatah usia masih bisa berkumpul di acara kegiatan rutin PKK Desa

Busiasih”, “Selanjutnya, saya meminta maaf pada ibu-ibu dari segala kesalahan”,

dan “Terima kasih atas doa dari semuanya saya bisa hadir disini. Gitu ya bu”.

Ketiga tuturan tersebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan

yang mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan

memiliki maksud setelah tuturan tersebut disampaikan pada audiens. Wujud

bahasa nonverbal fasial pada Data 3 (C2) yaitu penutur menatap ibu-ibu PKK

dengan raut muka yang serius dan meyakinkan. Artinya, wujud bahasa nonverbal

fasial dapat ditunjukkan dengan raut muka didukung pesan paralinguistik (nada,

ritme, volume, dan kecepatan suara) untuk menyampaikan makna kesantunan.

Gambar 4.3 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

Data 4 (E2)

(I)

Bahasa Verbal:

Ieu… Pinter…

Ini… pinter…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

70

Bahasa Nonverbal:

Ibu guru menatap siswa dengan raut

wajah dengan serius.

(II)

Bahasa Verbal:

iya… Pinter…

Bahasa Nonverbal:

Ibu guru menatap siswa dengan raut

wajah yang serius.

(III)

Bahasa Verbal:

Baca! Je a ja we awa jawa be aba el ili

bali.

Bahasa Noverbal:

Ibu guru menatap siswa dengan raut

wajah yang serius.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di ruang

kelas. Penutur merupakan ibu guru dan

mitra tutur adalah siswa. Ibu guru

sedang membimbing siswa belajar

membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

71

Berdasarkan Data 4 (E2), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

belajar di sekolah TK. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di ruang kelas. Penutur merupakan ibu guru dan mitra tutur adalah

siswa. Ibu guru sedang membimbing siswa belajar membaca. Wujud bahasa

verbal dalam data tersebut ada tiga, yaitu “Ini… pinter…”, “iya… Pinter…”, dan

“Baca! Je a ja we awa jawa be aba el ili bali”. Kedua tuturan tersebut disebut

sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan. Ketiga kalimat tersebut

mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna,

memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang ditimbulkan setelah tuturan

tersebut disampaikan pada siswa. Wujud bahasa nonverbal fasial pada Data 4 (E2)

dalam penelitian ini yaitu ibu guru menatap siswa dengan raut muka yang serius

dan meyakinkan. Artinya, wujud bahasa nonverbal fasial dapat ditunjukkan

dengan raut muka untuk menyampaikan maksud kesantunan. Raut muka ibu guru

menunjukkan maksud, yaitu mengajak dan mengendalikan interaksi, memberikan

umpan balik pada saat berbicara, dan mengemukakan sikap terhadap siswa. Hal

tersebut didukung pesan paralinguistik (nada, ritme, volume, dan kecepatan suara)

untuk menyampaikan makna kesantunan.

Gambar 4.4 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

72

Data 5 (G3)

(I)

Bahasa Verbal:

Engke teh unggal sasih, ibu teh unggal

sasih didieu diparios kitu.

Nanti setiap bulan, ibu tiap bulan.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader Posbindu menatap seorang

ibu ingin periksa dengan raut wajah

yang serius dan meyakinkan; ibu kader

mengangkat kedua tangannya dan

diletakkan di depan dada.

(II)

Bahasa Verbal:

Tos kaditu na mah nging wios kitu mung

masihan ieu hungkul kitu.

Kedepannya tidak perlu hanya

memberikan ini saja.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader POSBINDU menatap seorang ibu ingin periksa dengan raut wajah yang

serius dan meyakinkan; ibu kader mengangkat tangan kanan.

(III)

Bahasa Verbal:

Saha namina bu? Nyuswana?

Siapa namanya bu? Usianya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

73

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader Posbindu menatap seorang ibu

ingin periksa dengan raut wajah yang

serius dan meyakinkan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di ruang

Posbindu Desa Sukasenang. Penutur merupakan kader Desa Sukasenang,

sedangkan mitra tutur adalah ibu warga masyarakat Desa Sukasenang. Penutur

sedang memberikan pelayanan pada mitra tutur.

Berdasarkan Data 5 (G3), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

Posbindu. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung

di ruang Posbindu Desa Sukasenang. Penutur merupakan kader Desa Sukasenang,

sedangkan mitra tutur adalah ibu warga masyarakat Desa Sukasenang. Penutur

sedang memberikan pelayanan pada mitra tutur. Wujud bahasa verbal dalam data

tersebut ada tiga, yaitu “Nanti setiap bulan, ibu tiap bulan”, “Kedepannya tidak

perlu hanya memberikan ini saja”, dan “Siapa namanya bu? Usianya?”. Ketiga

tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan.

Ketiga kalimat tersebut mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Artinya,

tuturan tersebut bermakna, memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang

ditimbulkan setelah tuturan tersebut disampaikan pada audiens.

Saat penutur menyampaikan tuturan (bahasa verbal), bahasa nonverbal akan

secara otomatis hadir mengiringi bahasa verbal tersebut. Wujud bahasa nonverbal

fasial pada Data 5 (G3) dalam penelitian ini yaitu penutur menatap mitra tutur

dengan raut muka yang serius dan meyakinkan. Artinya, wujud bahasa nonverbal

fasial dapat ditunjukkan dengan raut muka untuk menyampaikan maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

74

kesantunan. Raut muka penutur tersebut menunjukkan maksud, yaitu mengajak

dan mengendalikan interaksi, mempengaruhi orang lain; dan mengemukakan

sikap.

Gambar 4.5 Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

b. Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

Berikut ini merupakan wujud-wujud bahasa nonverbal gestural yang dominan

dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Wujud bahasa nonverbal

gestural dalam penelitian ini yaitu bahasa verbal dan gerakan anggota badan, yaitu

gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan. Data-data tersebut disajikan

sebagai berikut.

Data 6 (B4)

(I)

Bahasa Verbal:

Siapa yang tahu penyakit cacing?

Bahasa Nonverbal: Ibu bidan menatap siswa/I; Ibu bidan

menggerakkan kepala ke kanan dan ke

kiri; ibu bidan mengangkat tangan kanan

yang diletakkan di dada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

75

(II)

Bahasa Verbal:

Penyakit cacing timbul akibat perilaku kita

yang kurang sehat, diantaranya satu tida

pernah cuci tangan kalau habis buang air

besar, tidak pernah cuci tangan kalau mau

makan, terus yang ketiga, kalau bermain

tidak pernah pake alas kaki osok nyeker

bahasa Sundannya mah. Saha nu sok

nyeker?

Bahasa Nonverbal: Ibu bidan menatap siswa/I; ibu bidan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri;

ibu bidan mengangkat tangan kanan yang diletakkan di dada, serta mengangkat

tangan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di kelas.

Penutur merupakan seorang bidan desa dan mitra tutur adalah para siswa/I SD

Sukamanah 2, Desa Sukamanah. Penutur memberikan sosialiasi mengenai

pentingnya obat cacing pada bapak/ibu guru dan para siswa/i.

Data 6 (B4) terjadi saat pelaksanaan sosialisasi obat cacing di SD

Sukamanah 2. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di kelas. Penutur merupakan seorang bidan desa dan mitra tutur

adalah para siswa/i SD Sukamanah 2, Desa Sukamanah. Penutur memberikan

sosialiasi mengenai pentingnya obat cacing pada bapak/ibu guru dan para siswa/i.

Wujud bahasa verbal dalam data tersebut ada tiga, yaitu “Siapa yang tahu

penyakit cacing?”, dan “Penyakit cacing timbul akibat perilaku kita yang kurang

sehat, diantaranya satu tida pernah cuci tangan kalau habis buang air besar, tidak

pernah cuci tangan kalau mau makan, terus yang ketiga, kalau bermain tidak

pernah pake alas kaki osok nyeker bahasa Sundannya mah. Saha nu sok nyeker?”.

Kedua tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan

tuturan. Ketiga kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

76

tersebut bermakna dan memiliki maksud yang disampaikan pada siswa. Wujud

bahasa nonverbal gestural pada Data 6 (B3) yaitu ibu guru menatap siswa, ibu

bidan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, ibu bidan mengangkat tangan

kanan yang diletakkan di dada, serta mengangkat tangan. Gerakan kepala dan

gerakan tangan mendukung dan melengkapi bahasa verbal agar maksud

tersampaikan. Artinya, wujud bahasa verbal dan nonverbal gestural dapat

ditunjukkan dengan gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan kepala, dan

gerakan tangan untuk menyampaikan maksud kesantunan.

Gambar 4.6 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

Data 7 (E1)

(I)

Bahasa Verbal:

Anu namina pembinaan panginten

nya bu urang teh hiji kedah gaduh

materi anu kedah didugikeun teh naon

panginten nya.

Yang namanya pembinaan kita itu

harus punya materi yang harus

disampaikan.

Bahasa Nonverbal:

Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK

menatap ibu-ibu PKK; ibu sekretaris

Tim Penggerak PKK memegang buku

dengan tangan kirinya; gerakan kepala

ke kiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

77

(II)

Bahasa Verbal:

Alhamdulillah kusimkuring bade

digarisbawahi bahwa tadi juga sama

ibu sekmat, “Bu kira-kira materi apa

ya yang disini?”

Alhamdulillah saya mau

menggarisbawahi bahwa tadi juga sama ibu sekmat, “Bu kira-kira materi apa ya

yang diisi?”

Bahasa Nonverbal:

Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK menatap ibu-ibu PKK; ibu sekretaris Tim

Penggerak PKK memegang buku dengan tangan kirinya; gerakan kepala ke

kanan, ke kiri, dan ke depan.

(III)

Bahasa Verbal:

Soalnya pada bina wilayah pada tahun

yang lalu sudah kita bahas mengenai

secara keseluruhan apa itu PKK.

Bahasa Nonverbal:

Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK

menatap ibu-ibu PKK dengan raut

wajah serius; ibu sekretaris Tim

Penggerak PKK memegang buku

dengan tangan kirinya; gerakan kepala

ke kanan, ke kiri, dan ke depan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

78

(IV)

Bahasa Verbal:

Jadi, untuk hari ini bina wilayah saya

akan menggaris bawahi mengenai PKK

dusun dan sekaligus dasawisma.

Bahasa Nonverbal:

Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK

menatap ibu-ibu PKK dengan raut wajah

serius; ibu sekretaris Tim Penggerak

PKK memegang buku dengan tangan

kirinya; gerakan kepala ke kanan, ke kiri,

dan ke depan.

(V)

Bahasa Verbal:

Ya terima kasih, tepuk tangan untuk

ketiga dusun yang sudah membentuk

PKK dusun.

Bahasa Nonverbal:

Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK menatap ibu-ibu PKK; ibu sekretaris Tim

Penggerak PKK memegang buku dengan tangan kirinya; gerakan kepala ke

kanan, ke kiri, dan ke depan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat siang hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di Aula

Kantor Desa Budiharja. Penutur merupakan sekretaris Tim Penggerak PKK dan

mitra tutur adalah ibu-ibu anggota PKK Desa Budiharja. Ibu sekretaris Tim

Penggerak PKK sedang memberikan materi bina wilayah pada anggota PKK Desa

Budiharja.

Data 7 (E1) terjadi saat pelaksanaan Bina Wilayah di Desa Budiharja.

Tuturan terjadi saat siang hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di Aula

Kantor Desa Budiharja. Penutur merupakan sekretaris Tim Penggerak PKK dan

mitra tutur adalah ibu-ibu anggota PKK Desa Budiharja. Ibu sekretaris Tim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

79

Penggerak PKK sedang memberikan materi bina wilayah pada anggota PKK Desa

Budiharja. Wujud bahasa verbal dalam data tersebut ada lima, yaitu “Yang

namanya pembinaan kita itu harus punya materi yang harus disampaikan”,

“Alhamdulillah saya mau menggarisbawahi bahwa tadi juga sama ibu sekmat,

“Bu kira-kira materi apa ya yang diisi?”, Soalnya pada bina wilayah pada tahun

yang lalu sudah kita bahas mengenai secara keseluruhan apa itu PKK”, Jadi,

untuk hari ini bina wilayah saya akan menggaris bawahi mengenai PKK dusun

dan sekaligus dasawisma” dan “Ya terima kasih, tepuk tangan untuk ketiga dusun

yang sudah membentuk PKK dusun”. Kelima tuturan tersebut disebut sebagai

tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan. Kelima kalimat tersebut

mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki

maksud setelah tuturan tersebut disampaikan pada ibu-ibu PKK. Wujud bahasa

nonverbal gestural pada Data 7 (E1) yaitu Ibu sekretaris Tim Penggerak PKK

menatap ibu-ibu PKK dengan raut wajah serius; ibu sekretaris Tim Penggerak

PKK memegang obat dengan kedua tangannya; gerakan kepala ke kanan, ke kiri,

dan ke depan. Wujud bahasa nonverbal gestural dapat ditunjukkan dengan

gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan untuk

menyampaikan maksud kesantunan. Artinya, gerakan kepala, gerkan mata, dan

gerakan yang penutur mendukung dan melengkapi bahasa verbal.

Gambar 4.7 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

80

Data 8 (E3)

(I)

Bahasa Verbal:

Didieu ditolak diditu ditolak dilecehkan….

Disini ditolak disitu dilecehkan……

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu pengajian dengan

raut wajah yang serius dan meyakinkan;

gerakan kepala ke kiri, ke kanan, dan ke

bawah; ustaz memegang mikrofon dengan

tangan kanan dan tangan kiri digerakkan ke

atas-bawah.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di salah satu

masjid. Penutur merupakan ustaz dan mitra

tutur adalahibu-ibu pengajian rutin

mingguan di Desa Budiharja. Ustaz sedang

memberikan ceramah agama pada ibu-ibu

pengajian.

Data 8 (E3) tersebut terjadi saat pelaksanaan pengajian. Tuturan terjadi saat

pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di salah satu masjid. Penutur

merupakan ustaz dan mitra tutur adalahibu-ibu pengajian rutin mingguan di Desa

Budiharja. Ustaz sedang memberikan ceramah agama pada ibu-ibu pengajian.

Wujud bahasa verbal dalam data tersebut, yaitu “Disini ditolak disitu

dilecehkan…”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat

menyampaikan tuturan. Kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya,

tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud yang ditimbulkan setelah tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

81

tersebut disampaikan pada siswa. Wujud bahasa nonverbal gestural pada Data 8

(E3) yaitu ustaz menatap ibu-ibu pengajian dengan raut wajah yang serius dan

meyakinkan; gerakan kepala ke kiri, ke kanan, dan ke bawah; ustaz memegang

mikrofon dengan tangan kanan dan tangan kiri digerakkan ke atas-bawah. Wujud

bahasa nonverbal gestural dapat ditunjukkan dengan gerakan badan, yaitu gerakan

mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan untuk menyampaikan maksud

kesantunan. Gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan penutur

membantu memperjelas, menekankan, dan melengkapi bahasa verbal.

Gambar 4.8 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

Data 9 (F1)

(I)

Bahasa Verbal:Surah yang kedua

setelah surah Al-Fatihah, surat yang

terpanjang di dalam Al-Quran. Kita

akan menemukan kalimat redaksi yang

kemudian Allah ulang-ulang. Salah satu

kalimat yang Allah ulang-ulang di surat

Al-Baqarah yaitu kalimat fala khaufun

‘alaihim wa la hum yahzanun. Terkait dengan janji Allah, salah satu janji

Allahkata Allah “fala khaufun ‘alaihim wa la hum yahzanun”. Allah berjanji

akan mencabut rasa sedih, rasa takut dalam dada kita fi dunia dan fi akhirat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

82

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu dan bapak-bapak

dengan raut wajah yang serius dan

meyakinkan; ustaz duduk sambil

memegang mikrofon dengan kedua

tangannya; gerakan kepala ke kiri, ke

kanan, dan ke depan.

(II)

Bahasa Verbal:

Karma sedih dan takut itu hal yang kita

tidak mau. Hal yang kita tidak mau.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu dan bapak-bapak

dengan raut wajah yang serius dan

meyakinkan; ustaz duduk sambil

memegang mikrofon dengan kedua

tangannya; gerakan kepala ke kiri, ke

kanan, dan ke depan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Kantor Desa Gunungcupu. Penutur merupakan seorang ustaz, sedangkan mitra

tutur adalah ibu-ibu anggota PKK di Desa Gunungcupu. Ustaz sedang

memberikan ceramah agama pada ibu-ibu anggota PKK Desa Gunungcupu.

Data 9 (F1) terjadi saat pelaksanaan pengajian. Tuturan terjadi saat pagi

hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula Kantor Desa Gunungcupu.

Penutur merupakan seorang ustaz, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu anggota

PKK di Desa Gunungcupu. Ustaz sedang memberikan ceramah agama pada ibu-

ibu anggota PKK Desa Gunungcupu. Wujud bahasa verbal dalam data tersebut,

yaitu “Surah yang kedua setelah surah Al-Fatihah, surat yang terpanjang di dalam

Al-Quran. Kita akan menemukan kalimat redaksi yang kemudian Allah ulang-

ulang. Salah satu kalimat yang Allah ulang-ulang di Surah Al-Baqarah yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

83

kalimat fala khaufun ‘alaihim wa la hum yahzanun. Terkait dengan janji Allah,

salah satu janji Allah, kata Allah “fala khaufun ‘alaihim wa la hum yahzanun”.

Allah berjanji akan mencabut rasa sedih, rasa takut dalam dada kita fi dunia dan fi

akhirat” dan “Karma sedih dan takut itu hal yang kita tidak mau. Hal yang kita

tidak mau”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat

menyampaikan tuturan. Kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya,

tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud bahwa Allah selalu memberikan

yang terbaik bagi umat-Nya. Wujud bahasa nonverbal gestural pada Data 9 (F1)

yaitu ustaz menatap ibu-ibu dan bapak-bapak dengan raut wajah yang serius dan

meyakinkan; ustaz duduk sambil memegang mikrofon dengan kedua tangannya;

gerakan kepala ke kiri, ke kanan, dan ke depan. Wujud bahasa nonverbal gestural

dapat ditunjukkan dengan gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan kepala, dan

gerakan tangan. Artinya, gerakan-gerakan bahasa nonverbal gestural dapat

melengkapi, menekankan, dan mengatur bahasa verbal untuk menyampaikan

maksud kesantunan.

Gambar 4.9 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

84

Data 10 (I2)

(I)

Bahasa Verbal:

Enjing-enjing minum kopi, teh manis,

tambih we ku iyeu anu digulung

kugula bodas sok aya nya? Tah donat

teras anu dina ketan ulah seeur teuing

nu amis-amis nya bu nya.

Pagi-pagi minum kopi, teh manis,

ditambah dengan yang digulung

dengan gula putih ada kan? Nah donat

terus makan ketan jangan terlalu

banyak yang manis-manis ya bu ya.

Bahasa Nonverbal:

Ibu petugas gizi menatap ibu-ibu

posyandu lansia; kedua tangan

digerakkan dan diletakkan di depan

dada; gerakan kepala ke kiri dan ke

kanan.

(II)

Bahasa Verbal:

Bilih ibu seeur teuing nu amis mah

panyawat gula. Anu tos gaduh

panyawat gula dikirangan gula na tapi

ulah sama sekali henteu. Engke ge

sami deui ngedrop.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

85

Jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan manis nanti terkena penyakit gula.

Untuk yang sudah terkena penyakit gula, kurangi konsumsi gulanya tapi jangan

tidak sama sekali. Nanti sama saja.

Bahasa Nonverbal:

Ibu petugas gizi menatap ibu-ibu posyandu lansia; kedua tangan diletakkan di

depan dada; gerakan kepala ke kiri dan ke kanan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang

posyandu lansia Desa Sindangkasih. Penutur adalah kader posyandu lansia di

Desa Sindangkasih, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu lansia di Desa

Sindangkasih. Penutur sedang memberikan penyuluhan isi piringku pada para ibu.

Data 9 (F1) terjadi saat pelaksanaan posyandu lansia. Tuturan terjadi saat

pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang posyandu lansia Desa

Sindangkasih. Penutur adalah kader posyandu lansia di Desa Sindangkasih,

sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu lansia di Desa Sindangkasih. Wujud bahasa

verbal dalam data tersebut, yaitu “Pagi-pagi minum kopi, teh manis, ditambah

dengan yang digulung dengan gula putih ada kan? Nah donat terus makan ketan

jangan terlalu banyak yang manis-manis ya bu ya” dan “Jangan terlalu banyak

mengonsumsi makanan manis nanti terkena penyakit gula. Untuk yang sudah

terkena penyakit gula, kurangi konsumsi gulanya tapi jangan tidak sama sekali.

Nanti sama saja”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat

menyampaikan tuturan. Kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya,

tuturan tersebut bermakna, memiliki maksud yang disampaikan pada ibu-ibu.

Wujud bahasa nonverbal gestural pada Data 10 (I2) yaitu penutur menatap ibu-ibu

posyandu lansia; Ibu petugas gizi menatap ibu-ibu posyandu lansia; kedua tangan

diletakkan di depan dada; gerakan kepala ke kiri dan ke kanan. Wujud bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

86

nonverbal gestural dapat ditunjukkan dengan gerakan badan, yaitu gerakan mata,

gerakan kepala, dan gerakan tangan untuk menyampaikan maksud kesantunan.

Artinya, gerakan-gerakan bahasa nonverbal gestural dapat melengkapi,

menekankan, dan mengatur bahasa verbal untuk menyampaikan maksud

kesantunan

Gambar 4.10 Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

c. Wujud Bahasa Nonverbal Postural

Berikut ini merupakan wujud-wujud bahasa nonverbal postural yang dominan

dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Wujud bahasa nonverbal

postural dalam penelitian ini yaitu bahasa verbal yang diikuti gerakan seluruh

anggota tubuh. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Data 11 (B3)

Bahasa Verbal: Obat cacing teh diberikan dari usia dua

belas bulan sampai lima tahun.

Bahasa Nonverbal:

Ibu bidan berdiri tegak dan memutar

badan ke arah kiri dan kembali ke arah

depan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di ruang

posyandu. Penutur merupakan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

87

bidan desa dan mitra tutur adalah warga Dusun Tonjong, Desa Sukamanah. Ibu

bidan sedang melakukan sosialisasi obat cacing pada kegiatan posyandu.

Data 11 (B3) terjadi saat pelaksanaan posyandu. Tuturan terjadi saat pagi

hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang posyandu. Penutur

merupakan seorang bidan desa dan mitra tutur adalah warga Dusun Tonjong, Desa

Sukamanah. Ibu bidan sedang melakukan sosialisasi obat cacing pada kegiatan

posyandu. Wujud bahasa verbal dalam data tersebut, yaitu “Obat cacing teh

diberikan dari usia dua belas bulan sampai lima tahun”. Tuturan tersebut disebut

sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan. Kalimat tersebut

mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki

maksud yang disampaikan pada ibu-ibu. Wujud bahasa nonverbal gestural pada

Data 11 (B3) yaitu ibu bidan berdiri tegak dan memutar badan ke arah kiri dan

kembali ke arah depan. Wujud bahasa nonverbal postural dapat ditunjukkan

dengan gerakan badan seluruh badan untuk menyampaikan maksud kesantunan.

Artinya, gerakan-gerakan bahasa nonverbal postural tersebut dapat melengkapi,

menekankan, dan mengatur bahasa verbal untuk menyampaikan maksud

kesantunan.

Gambar 4.11 Wujud Bahasa Nonverbal Postural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

88

Data 12 (G1)

Bahasa Verbal: Dengan tahun baru hijriah urang sami-

sami tingkatkeun kaimanan sareng

kataqwaan ka Allah Subhanahuwataala

malah mandar urang sadayana aya dina

bimbingan sareng lindungan Allah

Subhanahuwataalla, aamiin

yarobalalamin.

Pada tahun baru hijriah mari kita

tingkatkan iman dan taqwa pada Allah

Subhanahuwataala semoga kita semua

ada dalam bimbingan dan lindungan

Allah Subhanahuwataala aamiin

yarobalalamin.

Bahasa Nonverbal:

Kepala Desa Sukasenang berdiri tegak

dan membungkukkan badan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di aula

masjid jami’ Desa Sukasenang. Penutur

merupakan seorang Kepala Desa

Sukasenang, sedangkan mitra tutur

adalah para ibu dan bapak warga

masyarakat Desa Sukasenang. Kepala

Desa Sukasenang sedang memberikan sambutan pada acara pengajian bulanan.

Data 12 (G1) terjadi saat pelaksanaan pengajian. Tuturan terjadi saat pagi

hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula masjid jami’ Desa

Sukasenang. Penutur merupakan seorang Kepala Desa Sukasenang, sedangkan

mitra tutur adalah para ibu dan bapak warga masyarakat Desa Sukasenang. Kepala

Desa Sukasenang sedang memberikan sambutan pada acara pengajian bulanan.

Wujud bahasa verbal dalam data tersebut, yaitu “Pada tahun baru hijriah mari kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

89

tingkatkan iman dan taqwa pada Allah Subhanahuwataala semoga kita semua ada

dalam bimbingan dan lindungan Allah Subhanahuwataala aamiin yarobalalamin”.

Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan.

Kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut

bermakna dan memiliki maksud yang disampaikan pada ibu-ibu.

Wujud bahasa nonverbal gestural pada Data 12 (G1) yaitu Kepala Desa

Sukasenang berdiri tegak dan membungkukkan badan. Wujud bahasa nonverbal

postural dapat ditunjukkan dengan postur tubuh yang tegap dan gerakan

membungkukan badan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Artinya,

gerakan bahasa nonverbal postural tersebut dapat melengkapi, menekankan, dan

mengatur bahasa verbal untuk menyampaikan maksud kesantunan.

Gambar 4.12 Wujud Bahasa Nonverbal Postural

Data 13 (H2)

(I)

Bahasa Verbal:

Tepangkeun ibu, nami abi ibu Sri

Deviana, petugas ti Puskesmas

Sindangkasih bagian gizi.

Perkenalkan ibu, nama saya Ibu

Sri Deviana, petugas dari

Puskesmas Sindangkasih bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

90

gizi.

Bahasa Nonverbal:

Ibu petugas gizi berdiri tegak;

membungkukkan badan;

menggerakkan badan ke kiri dan ke

depan.

(II)

Bahasa Verbal:

Upami ibu-ibu atau adek-adek

hoyong terang status gizina tiasa

konsultasi ka Puskesmas

Sindangkasih dinten Jumat atanapi

dinten Sabtu.

Jika ibu-ibu atau adik-adik ingin tahu satatus gizinya bisa konsultasi ke

Puskesmas Sindangkasih hari Jumat atau hari Sabtu.

Bahasa Nonverbal:

Ibu petugas gizi berdiri tegak; membungkukkan badan; menggerakkan badan ke

kiri dan ke depan.

(III)

Bahasa Verbal:

Nah ibu, abi didieu bade

ngadugikeun penyuluhan tentang isi

piringku

Nah ibu, disini saya ingin

menyampaikan penyuluhan tentang

isi piringku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

91

Bahasa Nonverbal:

Ibu petugas gizi berdiri tegak;

membungkukkan badan;

menggerakkan badan ke kiri dan ke

depan.

(IV)

Bahasa Verbal

Upami ibu-ibu terang teu isi

piringku teh naon bu? Anu

dimaksad isi piringku?

Kalau ibu-ibu tahu isi piringku itu

apa bu? Yang dimaksud isi

piringku?

Bahasa Nonverbal

Ibu petugas gizi berdiri tegak;

membungkukkan badan;

menggerakkan badan ke kiri dan ke

depan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang posyandu Desa Sukaresik.

Penutur adalah petugas gizi dari Puskesmas Sindangkasih, sedangkan mitra tutur

adalah ibu warga masyarakat Desa Sukaresik. Penutur sedang memberikan

penyuluhan isi piringku pada para ibu.

Data 13 (H2) terjadi saat kegiatan posyandu. Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang posyandu Desa Sukaresik.

Penutur adalah petugas gizi dari Puskesmas Sindangkasih, sedangkan mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

92

adalah ibu warga masyarakat Desa Sukaresik. Penutur sedang memberikan

penyuluhan isi piringku pada para ibu. Wujud bahasa verbal dalam data tersebut,

yaitu “Perkenalkan ibu, nama saya Ibu Sri Deviana, petugas dari Puskesmas

Sindangkasih bagian gizi”, “Jika ibu-ibu atau adik-adik ingin tahu satatus gizinya

bisa konsultasi ke Puskesmas Sindangkasih hari Jumat atau hari Sabtu”, “Nah ibu,

disini saya ingin menyampaikan penyuluhan tentang isi piringku”, dan “Kalau

ibu-ibu tahu isi piringku itu apa bu? Yang dimaksud isi piringku?”. Tuturan-

tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan.

Kalimat tersebut mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut

bermakna dan memiliki maksud yang disampaikan pada ibu-ibu.

Wujud bahasa nonverbal gestural pada Data 13 (H2) yaitu Ibu petugas gizi

berdiri tegak, membungkukkan badan, menggerakkan badan ke kiri dan ke depan.

Artinya, wujud bahasa nonverbal postural dapat ditunjukkan dengan gerakan

badan seluruh badan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Artinya, gerakan-

gerakan bahasa nonverbal postural tersebut dapat melengkapi, menekankan, dan

mengatur bahasa verbal untuk menyampaikan maksud kesantunan.

Gambar 4.13 Wujud Bahasa Nonverbal Postural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

93

4.2.2 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal

Fungsi bahasa dalam penelitian ini berkaitan dengan peran bahasa verbal

dan nonverbal yang digunakan masyarakat Sunda dalam berkomunikasi. Analisis

fungsi pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini mengacu pada

wujud-wujud bahasa verbal dan nonverbal yang telah dipaparkan pada subbab

sebelumnya. Berdasarkan wujud-wujud bahasa nonverbal kinestetik, fungsi

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini diambil dari kegiatan-kegiatan

rutin setiap desa di Kecamatan Sindangkasih. Dengan demikian, fungsi pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal dapat diidentifikasi melalui wujud bahasa nonverbal

fasial, gestural, dan postural yang mampu menyampaikan maksud kesantunan.

Masing-masing analisis data tersebut disajikan sebagai berikut.

a. Fungsi Bahasa Nonverbal Fasial

Berikut ini merupakan fungsi bahasa nonverbal fasial yang dominan dalam

peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Fungsi bahasa verbal dan nonverbal

dalam penelitian ini mengacu pada wujud bahasa nonverbal fasial. Artinya, fungsi

pemakaian bahasa nonverbal fasial dalam penelitian ini mengacu pada raut wajah

penutur untuk menyampaikan maksud kesantunan. Data-data tersebut disajikan

sebagai berikut.

Data 14 (J2)

Bahasa Verbal:

Teu acan, teu acan dipasihan obat

cacing.

Belum, belum diberikan obat cacing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

94

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader posyandu menatap

seorang ibu dengan raut wajah

yang serius.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan

berlangsung di ruang posyandu Desa Wanasigra. Penutur adalah kader posyandu

di Desa Wanasigrah, sedangkan mitra tutur adalah seorang ibu di Desa Wanasigra.

Penutur sedang memberikan jawaban atas pertanyaan dari seorang ibu bahwa obat

cacing belum diberikan pada bayinya tersebut.

Data 14 (J2) terjadi saat pelaksanaan kegiatan posyandu di Desa

Wanasigra. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung

di ruang posyandu Desa Wanasigra. Penutur adalah kader posyandu di Desa

Wanasigra, sedangkan mitra tutur adalah seorang ibu di Desa Wanasigra. Penutur

sedang memberikan jawaban atas pertanyaan dari seorang ibu bahwa obat cacing

belum diberikan pada bayinya tersebut. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu

“Belum, belum diberikan obat cacing”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak

tutur penutur saat menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi, ilokusi, dan

perlokusi. Saat berkomunikasi, tidak hanya tuturan (bahasa verbal) saja, bahasa

nonverbal akan secara otomatis hadir mengiringi bahasa verbal tersebut. Bahasa

nonverbal fasial pada Data 14 (J2) yaitu ibu kader posyandu menatap seorang ibu

dengan raut wajah yang serius dan didukung oleh cara mengucapkan bahasa

verbal (volume, ritme, kecepatan, dan nada). Artinya, pemakaian bahasa

nonverbal fasial tersebut berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) dan

aksentuasi (penekan) bahasa verbal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

95

Data 15 (F2)

Bahasa Verbal:

Hatur nuhun kakasumpingan ibu-ibu

sadayana. Saterasna panginten ibu,

kango persiapan binwil kumargi teu

karaos waktos teh nya bu nya,

Oktober, November, Desember, dua

sasihan deui. Kango persiapan,

kanggo pengisian-pengisian

pembukuan posyandu wayahna

lalebetan teu kenging dugi ka

didadak, ti ayeuna aya laporan sok

lebetan. Aya naon-naon langsung

dilebetan nya bu nya. Upami

ngadadak mah engke na cape

kitunya.

Terima kasih atas kedatangan ibu-

ibu. Selanjutnya, untuk persiapan

Binwil karena tak terasa waktunya

sudah dekat ya bu. Oktober,

November, Desember, dua bulanan

lagi. Untuk persiapan, untuk

pengisian-pengisian pembukuan

posyandu tolong diisi dari sekarang,

jangan sampai dadakan. Jika ada apa-

apa langsung diisi gitu ya bu ya. Jika

dadakan nantinya cape gitu ya bu.

Bahasa Nonverbal:

Ketua Tim Penggerak PKK menatap

para ibu PKK dengan raut wajah

yang serius.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Kantor Desa Gunungcupu. Penutur merupakan ibu kepala desa sekaligus selaku

Ketua Tim Penggerak PKK Desa Gunungcupu, sedangkan mitra tutur adalah ibu-

ibu anggota PKK di Desa Gunungcupu. Ibu Kepala Desa sedang mengingatkan

kembali untuk mempersiapkan seluruh administrasi pada ibu-ibu anggota PKK

Desa Gunungcupu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

96

Data 15 (F2) terjadi saat pelaksanaan kegiatan PKK di Desa Gunungcupu.

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Kantor Desa Gunungcupu. Penutur merupakan ibu kepala desa sekaligus selaku

Ketua Tim Penggerak PKK Desa Gunungcupu, sedangkan mitra tutur adalah ibu-

ibu anggota PKK di Desa Gunungcupu. Ibu Kepala Desa sedang mengingatkan

kembali untuk mempersiapkan seluruh administrasi pada ibu-ibu anggota PKK

Desa Gunungcupu. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Terima kasih atas

kedatangan ibu-ibu. Selanjutnya, untuk persiapan Binwil karena tak terasa

waktunya sudah dekat ya bu. Oktober, November, Desember, dua bulanan lagi.

Untuk persiapan, untuk pengisian-pengisian pembukuan posyandu tolong diisi

dari sekarang, jangan sampai dadakan. Jika ada apa-apa langsung diisi gitu ya bu

ya. Jika dadakan nantinya cape gitu ya bu”. Tuturan tersebut disebut sebagai

tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi dan

ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud yang

disampaikan pada ibu-ibu PKK. Wujud bahasa nonverbal fasial pada Data 15 (F2)

yaitu ibu kepala posyandu menatap ibu-ibu dengan raut wajah yang serius dan

didukung oleh cara mengucapkan bahasa verbal (volume, ritme, kecepatan, dan

nada). Artinya, pemakaian bahasa nonverbal fasial tersebut berfungsi sebagai

komplemen (pelengkap), aksentuasi (penekan), dan regulasi (pengatur).

b. Fungsi Bahasa Nonverbal Gestural

Berikut ini merupakan fungsi bahasa nonverbal gestural yang dominan

dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Fungsi bahasa verbal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

97

nonverbal dalam penelitian ini mengacu pada wujud bahasa nonverbal gestural.

Artinya, fungsi pemakaian bahasa nonverbal gestural dalam penelitian ini

mengacu pada kontak mata dan gerakan anggota badan penutur untuk

menyampaikan maksud kesantunan. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Data 16 (C1)

(I)

Bahasa Verbal:

Pengajian ini adalah untuk

memurnikan kita berhadapan dengan

Allah.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu.

(II)

Bahasa Verbal:

Karena hanya dalam pengajianlah

untuk selalu ingat kepadanya dan

selalu patuh dan taat pada-Nya.

Bahasa Nonverbal:

Ustdaz menatap ibu-ibu dengan

menggerakkan kepala ke kanan dan

ke kiri.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan

berlangsung di masjid Desa

Sukaraja. Penutur merupakan

seorang ustaz dan mitra tutur adalah

ibu-ibu warga masyarakat Dusun

Brunggenis 2, Desa Sukaraja. Ustaz

sedang memberikan ceramah pada

kegiatan pengajian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

98

Data 16 (C1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian di Desa Sukaraja.

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di masjid

Desa Sukaraja. Penutur merupakan seorang ustaz dan mitra tutur adalah ibu-ibu

warga masyarakat Dusun Brunggenis 2, Desa Sukaraja. Ustaz sedang memberikan

ceramah pada kegiatan pengajian. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu

“Pengajian ini adalah untuk memurnikan kita berhadapan dengan Allah” dan “.

Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan

yang mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan

memiliki maksud yang disampaikan pada mitra tutur. Bahasa nonverbal gestural

pada Data 16 (C1) yaitu ustdaz menatap ibu-ibu dengan menggerakkan kepala ke

kanan dan ke kiri. Artinya, pemakaian bahasa nonverbal gestural tersebut

berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) dan aksentuasi (penekan) bahasa

verbal.

Data 17 (J1)

(I)

Bahasa Verbal:

Kadua setan bisa masuk tina

bintahwil anfal, kuku nu

pararanjang.

Kedua, setan bisa masuk dari

bintahwil anfal, kuku yang panjang.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu, gerakkan

kepala ke kanan dan ke kiri, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

99

gerkan tangan yang diletakkan di depan dada

Bahasa Verbal:

Tah kedah ditekteukan kuku teh

saminggu sakali mah. Jadi,

saminggu sakali mah tekteuk. Tah

bisa asup tidinya setan teh.

Nah harus dipotong kukunya

seminggu sekali. Jadi, seminggu

sekali dipotong. Nah setan bisa

masuk dari sana.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu, gerakkan

kepala ke kanan dan ke kiri, serta

gerakan tangan yang diletakkan di

depan dada.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan

berlangsung di masjid jami Desa

Wanasigra. Penutur adalah seorang

ustaz, sedangkan mitra tutur adalah

ibu-ibu pengajian di Desa

Wanasigra. Penutur sedang

memberikan ceramah agama pada

para ibu pengajian.

Data 17 (J1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian di Desa Wanasigra.

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di masjid

Jami Desa Wanasigra. Penutur adalah seorang ustaz, sedangkan mitra tutur adalah

ibu-ibu pengajian di Desa Wanasigra. Penutur sedang memberikan ceramah

agama pada para ibu pengajian”. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Kedua,

setan bisa masuk dari bintahwil anfal, kuku yang panjang” dan “Nah harus

dipotong kukunya seminggu sekali. Jadi, seminggu sekali dipotong. Nah setan

bisa masuk dari sana”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

100

menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Artinya,

tuturan tersebut bermakna, memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang

ditimbulkan setelah tuturan tersebut disampaikan pada mitra tutur. Saat

berkomunikasi, tidak hanya tuturan (bahasa verbal) saja, bahasa nonverbal akan

secara otomatis hadir mengiringi bahasa verbal tersebut. Bahasa nonverbal

gestural pada Data 17 (J1) dalam penelitian ini yaitu Ustaz menatap ibu-ibu,

gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, serta gerkan tangan yang diletakkan di

depan dada. Berdasarkan wujud bahasa verbal dan bahasa nonverbal gestural

tersebut berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), aksentuasi (penekan), dan

regulasi (mengatur) bahasa verbal.

c. Fungsi Bahasa Nonverbal Postural

Berikut ini merupakan fungsi bahasa nonverbal postural yang dominan

dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Fungsi bahasa verbal dan

nonverbal dalam penelitian ini mengacu pada wujud bahasa nonverbal postural.

Artinya, fungsi pemakaian bahasa nonverbal postural dalam penelitian ini

mengacu pada gerakan seluruh anggota badan penutur untuk menyampaikan

maksud kesantunan. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Data 18 (C2)

(I)

Bahasa Verbal:

Simkuring sababaraha dinten

kapengker dilantik di ieu tempat kango

neraskeun jabatan kapala desa anu

kawitna Ibu Ida, panginten.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

101

Beberapa hari yang lalu saya dilantik

ditempat ini untuk meneruskan

jabatan kepala desa yang sebelumnya

menjabat menjadi kepala desa.

Bahasa Nonverbal:

Kepala Desa berdiri dengan tegap.

(II)

Bahasa Verbal:

Ibu bidan ti Puskesmas anu

kusimkuring dipihormat, perangkat

Desa Sukaraja anu kusimkuring

dipihormat, ibu-ibu kader Tim

Penggerak PKK Desa Sukaraja anu

kusimkuring dipihormat

Ibu bidan dari puskesmas yang saya hormati, perangkat Desa Sukaraja yang

terhormat, ibu-ibu kader Tim Penggerak PKK Desa Sukaraja yang terhormat.

Bahasa Nonverbal:

Kepala Desa berdiri dengan tegap.

Konteks:

Tuturan terjadi saat siang hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Desa Sukaraja. Penutur merupakan seorang Kepala Desa dan mitra tutur adalah

ibu-ibu anggota PKK Desa Sukaraja. Kelapa Desa sedang memberikan sambutan

sekaligus perkenalan sebagai Kepala Desa baru di Desa Sukaraja.

Data 18 (C2) terjadi saat pelaksanaan kegiatan PKK di Desa Sukaraja.

Tuturan terjadi saat siang hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Desa Sukaraja. Penutur merupakan seorang Kepala Desa dan mitra tutur adalah

ibu-ibu anggota PKK Desa Sukaraja. Kelapa Desa sedang memberikan sambutan

sekaligus perkenalan sebagai Kepala Desa baru di Desa Sukaraja. Penutur sedang

memberikan ceramah agama pada para ibu pengajian”. Bahasa verbal dalam data

tersebut yaitu “Beberapa hari yang lalu saya dilantik ditempat ini untuk

meneruskan jabatan kepala desa yang sebelumnya menjabat menjadi kepala desa”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

102

dan “Ibu bidan dari puskesmas yang saya hormati, perangkat Desa Sukaraja yang

terhormat, ibu-ibu kader Tim Penggerak PKK Desa Sukaraja yang terhormat”.

Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan

yang mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan

memiliki maksud yang disampaikan pada mitra tutur. Bahasa nonverbal postural

pada Data 18 (C2) yaitu Kepala Desa berdiri dengan tegap. Artinya, fungsi

pemakaian bahasa nonverbal postural sebagai komplemen (pelengkap), aksentuasi

(penekan), dan regulasi (mengatur) bahasa verbal.

Data 19 (D1)

(I)

Bahasa Verbal:

Saterasna abi katitipan ti bapak kapolsek

panginten upami ayeuna teh nuju usum

halodo wayahna kedah hati-hati perkawis

dina dudurukan saur na teh.

Selanjutnya saya dititipkan pesan dari

bapak kapolsek, kalau tidak salah

sekarang sedang musin kemarau

sebaiknya harus hati-hati kalau sedang

membakar sesuatu.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Kepala Desa menatap, berdiri tegap di

mimbar, serta menggerakkan kepala ke

kiri dan ke kanan.

(II)

Bahasa Verbal:

Bilih aya nu dudurukan atanapi ibu-ibu

anu hilap dina hawu kedah

diparhatoskeun ditungguan dugi ka

pareumna teu kenging dikaluhurkeun nya

ibu-ibu eta abi keing titipan ti bapak

kapolsek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

103

Jika ada yang membakar sesuatu

ataupun ibu-ibu masak menggunakan

kayu bakar harus diperhatikan,

ditunggu sampai apinya mati jangan

sampai dibiarkan ya ibu-ibu itu pesan

dari bapak kapolsek.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Kepala Desa menatap, berdiri

tegap di mimbar, serta menggerakkan

kepala ke kiri dan ke kanan.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di

masjid. Penutur merupakan kepala

desa Budiasih dan mitra tutur adalah

ibu-ibu dan bapak-bapak pengajian

rutin bulanan di Desa Budiasih.

Kepala Desa Budiasih sedang

memperkenalkan diri sekaligus

menyampaikan amanat dari Kapolsek

dan amanat dari Bupati Ciamis.

Data 19 (D1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian di Desa Budiasih.

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di masjid.

Penutur merupakan kepala desa Budiasih dan mitra tutur adalah ibu-ibu dan

bapak-bapak pengajian rutin bulanan di Desa Budiasih. Kepala Desa Budiasih

sedang memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan amanat dari Kapolsek dan

amanat dari Bupati Ciamis. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Selanjutnya

saya dititipkan pesan dari bapak kapolsek, kalau tidak salah sekarang sedang

musin kemarau sebaiknya harus hati-hati kalau sedang membakar sesuatu” dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

104

“Jika ada yang membakar sesuatu ataupun ibu-ibu masak menggunakan kayu

bakar harus diperhatikan, ditunggu sampai apinya mati jangan sampai dibiarkan

ya ibu-ibu itu pesan dari bapak kapolsek”. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak

tutur penutur saat menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi dan ilokusi.

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud yang disampaikan pada

mitra tutur bahwa penutur menyampaikan amanat dari Bupati Ciamis. Bahasa

nonverbal postural pada Data 19 (D1) yaitu ibu Kepala Desa menatap, berdiri

tegap di mimbar, serta menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Jadi, fungsi

pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal postural yaitu sebagai komplemen

(pelengkap), aksentuasi (penekan), regulasi (mengatur) bahasa verbal.

4.2.3 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal

Makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian

ini yaitu maksud penutur saat berkomunikasi. Oleh karena itu, makna pragmatik

harus dipahami atas dasar konteks nonverbal ketika penutur menyampaikan

tuturan (bahasa verbal). Berdasarkan wujud-wujud bahasa nonverbal kinestetik,

makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini

diambil dari kegiatan-kegiatan rutin beberapa desa di Kecamatan Sindangkasih.

Wujud-wujud bahasa nonverbal tersebut memang berperan penting dalam

penyampaian maksud kesantunan. Masing-masing analisis data tersebut disajikan

sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

105

a. Makna Pragmatik Bahasa Nonverbal Fasial

Berikut ini merupakan makna pragmatik bahasa nonverbal fasial yang

dominan dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Makna pragmatik

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini mengacu pada wujud bahasa

nonverbal fasial. Artinya, fungsi pemakaian bahasa nonverbal fasial dalam

penelitian ini mengacu pada raut wajah penutur untuk menyampaikan maksud

kesantunan. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Data 20 (B2)

Bahasa Verbal:

Abdi nyuhunkeun ka ibu-ibu sadayana

anu didieu mudah-mudahan sing tiasa

hadir, muhun upami teu aya pamengan

mah insya Allah abdi hadir, nya bu nya.

Ngiring ngantosan ibu-ibu nu sanaos abdi

teu aya katiasa, panginten sharing we nya

sareng ibu-ibu didieu. Tah panginten anu

tadi tea muhun, istri parangkat desa

kedah wajib hadir. Janten, kedah gaduh

rasa tanggung waler kumargi caroge

didanel di desa kitu nya.

Saya minta pada ibu-ibu semua yang ada

di sini mudah-mudahan bisa hadir, jika

tidak ada halangan insya Allah saya juga

hadir, ya bu. Saya tidak bisa apa-apa,

mungkin ibu-ibu bisa sharing bersama ibu-ibu yang ada di sini. Nah mungkin

yang tadi, istri perangkat desa harus wajib hadir. Jadi, harus punya rasa

tanggungjawab karena suami bekerja di desa gitu ya.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kepala desa menatap para ibu-ibu PKK dengan raut wajah yang serius.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di Aula

Desa Sukamanah. Penutur merupakan seorang ibu kepala desa sekaligus sebagai

Ketua Tim Penggerak PKK dan mitra tutur adalah ibu-ibu anggota PKK Desa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

106

Sukamanah. Ibu Ketua TP PKK sedang mengajak para anggota PKK untuk aktif

hadir pada pertemuan PKK.

Berdasarkan Data 20 (B2), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

PKK di Kantor Desa Sukamanah. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di Aula Desa Sukamanah. Penutur merupakan Kepala

Desa Sukamanah sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK dan mitra tutur adalah ibu-

ibu anggota PKK Desa Sukamanah. Ibu Ketua TP PKK sedang mengajak para

anggota PKK untuk aktif hadir pada pertemuan PKK.

Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Saya minta pada ibu-ibu semua

yang ada di sini mudah-mudahan bisa hadir, jika tidak ada halangan insya Allah

saya juga hadir, ya bu. Saya tidak bisa apa-apa, mungkin ibu-ibu bisa sharing

bersama ibu-ibu yang ada di sini. Nah mungkin yang tadi, istri perangkat desa

harus wajib hadir. Jadi, harus punya rasa tanggungjawab karena suami bekerja di

desa gitu ya”. Tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan tersebut

mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tuturan tersebut memberikan maksud

bahwa ibu-ibu PKK harus hadir pada setiap pertemuan PKK. Artinya, tuturan

tersebut bermakna, memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang ditimbulkan

setelah tuturan tersebut disampaikan pada mitra tutur. Efek yang diamaksud

adalah ibu-ibu PKK menghadiri pertemuan PKK.

Bahasa nonverbal fasial pada Data 20 (B2) yaitu ibu kepala desa menatap

para ibu-ibu PKK dengan raut wajah yang serius. Raut muka yang serius dapat

diidentifikasi berdasarkan volume, ritme, kecepatan, dan tekanan kata-kata yang

diucapkan. Dengan demikian, maksud penutur akan tersampaikan dengan baik

melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal fasial tersebut. Maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

107

tersebut juga dapat dipahami berdasarkan konteksnya, yaitu ibu kepala desa

sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK menyampaikan ajakan pada ibu-ibu anggota

PKK Desa Sukamanah untuk aktif hadir pada setiap pertemuan PKK. Artinya,

makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal fasial tersebut

menyatakan maksud menyampaikan permohonan atau harapan. Makna pragmatik

menyampaikan permohonan atau harapan tersebut ditunjukkan untuk mengajak

ibu-ibu PKK untuk rutin melakukan pertemuan. Pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal kinestetik tersebut memenuhi skala keotoritasan yang merujuk pada

hubungan status sosial antara Ibu Ketua Tim Penggerak PKK.

Data 21 (G2)

(I)

Bahasa Verbal:

Desa Sukasenang mendapat giliran

yaitu acara Binwil Kecamatan

Sindangkasih.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Desa

Sukasenang menatap ibu-ibu anggota

PKK dengan raut wajah yang serius dan

meyakinkan; tangan kanan memegang

mikrofon; gerakan kepala condong ke

kiri.

(II) Bahasa Verbal:

Kami sebagai Ketua Tim Penggerak

PKK Desa Sukasenang mengucapkan

banyak-banyak terima kasih kepada

tamu undangan semuanya juga kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

108

kader-kader semuanya atas waktunya

untuk menghadiri kegiatan PKK yang

biasa kita lakukan setiap Senin keempat,

tapi mohon maaf berhubung ada sesuatu

hal jadi dipajukan pada hari ini yaitu

hari Selasa.

Bahasa Nonverbal:

Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Desa

Sukasenang menatap ibu-ibu anggota PKK dengan wajah yang serius dan

meyakinkan; tangan kanan memegang mikrofon; gerakan kepala ke kiri.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di aula

Desa Sukasenang. Penutur merupakan Ketua Tim Penggerak PKK Desa

Sukasenang, sedangkan mitra tutur adalah para ibu warga masyarakat Desa

Sukasenang. Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sukasenang sedang memberikan

sambutan pada acara Bina Wilayah Kecamatan Sindangkasih.

Berdasarkan Data 21 (G2), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

PKK di Kantor Desa Sukamanah. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di Aula Desa Sukamanah. Penutur merupakan anggota

Ketua Tim Penggerak PKK dan mitra tutur adalah ibu-ibu anggota PKK Desa

Sukamanah. Ibu Ketua TP PKK sedang mengajak para anggota PKK untuk aktif

hadir pada pertemuan PKK.

Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Desa Sukasenang mendapat giliran

yaitu acara Binwil Kecamatan Sindangkasih” dan “Kami sebagai Ketua Tim

Penggerak PKK Desa Sukasenang mengucapkan banyak-banyak terima kasih

kepada tamu undangan semuanya juga kepada kader-kader semuanya atas

waktunya untuk menghadiri kegiatan PKK yang biasa kita lakukan setiap Senin

keempat, tapi mohon maaf berhubung ada sesuatu hal jadi dipajukan pada hari ini

yaitu hari Selasa“. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

109

menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi dan ilokusi. Pada tutran tersebut

memberikan maksud bahwa ibu-ibu PKK hadir pada setiap pertemuan PKK.

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud yang ditimbulkan

setelah tuturan tersebut disampaikan pada mitra tutur. Tuturan tersebut

memberikan maksud bahwa Ketua Tim Penggerak PKK memohon maaf karena

jadwa acara Bina Wilayah PKK Desa Sukasenang harus dimajukan dari jadwal

sebelumnya.

Bahasa nonverbal fasial pada Data 21 (G2) yaitu Ibu Ketua Tim Penggerak

PKK Desa Sukasenang menatap ibu-ibu anggota PKK dengan wajah yang serius

dan meyakinkan. Hal ini ditunujukkan juga oleh volume, nada, ritme dan

penekanan-penekanan kata tertentu yang ingin disampaikan pada mitra tutur.

Semakin banyak tekanan pada kata-kata tersebut, maka semakin menampakkan

raut muka serius dan meyakinkan. Maksud penutur akan tersampaikan dengan

baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal fasial tersebut.

Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteksnya, yaitu Ketua Tim

Penggerak PKK menyampaikan sambutan pada ibu-ibu anggota PKK Desa

Sukasenang pada acara Bina Wilayah. Dengan demikian, makna pragmatik

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal fasial tersebut menyatakan maksud

permohonan maaf. Makna pragmatik menyampaikan maksud permohonan maaf

ditunjukkan pada para anggota PKK agar dapat mengikuti acara dengan baik

walaupun pelaksanaan pelaksanaan Bina Wilayah tidak sesuai dengan jadwal

pelaksanaan sebelumnya. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

110

tersebut memenuhi skala keotoritasan yang merujuk pada hubungan status sosial

antara Ketua Tim Penggerak PKK dengan ibu-ibu PKK.

b. Makna Pragmatik Bahasa Nonverbal Gestural

Berikut ini merupakan makna pragmatik bahasa nonverbal gestural yang

dominan dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Makna pragmatik

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini mengacu pada wujud bahasa

nonverbal gestural. Artinya, makna pragmatik pemakaian bahasa nonverbal

gestural dalam penelitian ini mengacu pada kontak mata dan gerakan anggota

badan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Data-data tersebut disajikan

sebagai berikut.

Data 22 (H1)

(I)

Bahasa Verbal:

Terang teu ibu hartosna hijrah atanapi

hijrah? Ai hijrah teh naon ibu? Ai hijrah

teh hartosna pindah nya.

Ibu-ibu tahu tidak arti hijrah? Hijrah itu

apa bu? Hijrah artinya pindah ya.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu pengajian dengan

raut wajah yang serius dan

menyakinkan; tangan kanan memegang

mikrofon; gerakan kepala ke atas dan ke

bawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

111

(II)

Bahasa Verbal:

Nah maka, tahun baru hijriah

dicandakna tina hijrah Rasullallah

Shallallahu Alaihi Wasallam ti

Mekkah ka Madinah.

Nah maka, istilah tahun baru hijriah

diambil dari hijrahnya Rasullallah

Shallallahu Allaihi Wasallam dari

Mekkah ke Madinah.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu pengajian

dengan raut wajah yang serius dan

menyakinkan; tangan kanan

memegang mikrofon; gerakan kepala

ke depan, ke kiri, dan ke kanan;

gerakan tangan kanan ke atas.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana

tuturan formal dan berlangsung di

rmasjid Desa Sukaresik. Penutur

merupakan seorang ustaz, sedangkan

mitra tutur adalah ibu warga

masyarakat Desa Sukaresik. Penutur

sedang mengemukakan ceramah agama pada ibu-ibu pengajian.

Berdasarkan Data 22 (H1), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

pengajian rutin mingguan di Desa Sukaresik. Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan nonformal dan berlangsung di masjid Desa Sukaresik. Penutur

merupakan seorang ustaz, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu masyarakat Desa

Sukaresik. Penutur sedang mengemukakan ceramah tentang hijrah pada ibu-ibu

pengajian. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Ibu-ibu tahu tidak arti hijrah?

Hijrah itu apa bu? Hijrah artinya pindah ya” dan “Nah maka, istilah tahun baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

112

hijriah diambil dari hijrahnya Rasullallah Shallallahu Allaihi Wasallam dari

Mekkah ke Madinah“. Tindak tutur penutur mengandung lokusi dan ilokusi.

Tuturan tersebut hanya berjalan satu arah. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan

bermaksud untuk memberikan informasi mengenai Hijrah pada ibu-ibu pengajian.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 22 (H1) yaitu ustaz menggerakkan

kepala ke depan, ke kiri, dan ke kanan; gerakan tangan kanan ke atas; tangan

kanan ustaz memegang mikrofon. Maksud penutur akan tersampaikan dengan

baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal gestural tersebut.

Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu ustaz menyampaikan

ceramah tentang Hijrah pada ibu-ibu pengajian. Dengan demikian, makna

pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal gestural tersebut menyatakan

maksud menyampaikan informasi. Maksud tersebut ditunjukkan dari penutur yang

memberikan pengetahuan mengenai prinsip hijrah. Pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal kinestetik tersebut memenuhi skala keotoritasan yang merujuk pada

hubungan status sosial antara ustaz dengan ibu-ibu pengajian.

Data 23 (I1)

(I)

Bahasa Verbal:

Amal sholeh teh, hiji aya parintah

Allah. Dua, aya contoh. Nu kailu ikhlas.

Amal sholeh itu, pertama ada perintah

Allah. Dua, ada contoh. Ketiga ikhlas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

113

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu pengajian dengan

raut wajah yang serius dan menyakinkan;

tangan kanan digerakkan ke atas dengan

jari telunjuk; gerakan kepala ke bawah

dan ke atas.

(II) Bahasa Verbal:

Seeur kaitan hal-hal anu aya pakuat-

pakait sareng ibu-ibu dina masalah

sholat.

Banyak kaitannya hal-hal yang saling

berkaitan dengan ibu-ibu dalam masalah

sholat.

Bahasa Nonverbal:

Ustaz menatap ibu-ibu pengajian dengan raut wajah yang serius dan

menyakinkan; tangan kanan digerakkan ke atas dengan jari telunjuk; gerakan

kepala ke kiri.

Konteks:

Tuturan terjadi saat sore hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di masjid

Jami’ Desa Sindangkasih. Penutur adalah seorang ustaz, sedangkan mitra tutur

adalah ibu-ibu pengajian di Desa Sindangkasih. Penutur sedang memberikan

ceramah agama pada para ibu.

Berdasarkan Data 23 (I1), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

pengajian rutin mingguan di Desa Sindangkasih. Tuturan terjadi saat sore hari.

Suasana tuturan formal dan berlangsung di masjid Jami’ Desa Sindangkasih.

Penutur adalah seorang ustaz, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu pengajian di

Desa Sindangkasih. Penutur sedang memberikan ceramah agama pada para ibu.

Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Amal sholeh itu, pertama ada perintah

Allah. Dua, ada contoh. Ketiga ikhlas” dan “Banyak kaitannya hal-hal yang saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

114

berkaitan dengan ibu-ibu dalam masalah sholat“.Tindak tutur penutur

mengandung lokusi dan ilokusi. Tuturan tersebut hanya berjalan satu arah.

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan bermaksud untuk memberikan informasi

mengenai Hijrah pada ibu-ibu pengajian.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 23 (I1) dalam penelitian ini yaitu

Ustaz menggerakkan tangan kanan digerakkan ke atas dengan jari telunjuk dan

Ustaz menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Maksud penutur akan

tersampaikan dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal

gestural tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu Ustaz

menyampaikan ceramah agama pada ibu-ibu pengajian di Desa Sindangkasih.

Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

gestural tersebut menyatakan maksud memberikan informasi. Maksud tersebut

ditunjukkan untuk memberikan pengetahuan mengenai amal saleh. Pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal kinestetik tersebut memenuhi skala keotoritasan,

skala pilihan, dan skala ketidaklangsungan. Skala keotoritasan merujuk pada

hubungan status sosial antara ustaz dengan ibu-ibu pengajian. Skala pilihan dan

skala ketidaklangsungan merujuk pada langsung atau tidaknya tuturan

disampaikan bahwa secara tidak langsung uztaz memberikan pengetahuan tentang

amal saleh.

c. Makna Pragmatik Bahasa Nonverbal Postural

Berikut ini merupakan makna pragmatik bahasa nonverbal postural yang

dominan dalam peristiwa tutur di Kecamatan Sindangkasih. Makna pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

115

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini mengacu tuturan dan gerakan

seluruh tubuh. Artinya, makna pragmatik pemakaian bahasa nonverbal postural

dalam penelitian ini mengacu pada gerakan seluruh tubuh penutur untuk

menyampaikan maksud kesantunan. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut

Data 24 (E4)

(I) Bahasa Verbal:

Asisten Bidan: Upami teu panas mah teu

kening dipasihkeun deui

Kalau tidak panas jangan diberikan lagi.

Bahasa Nonverbal: Asisten bidan menatap ibu dengan raut

wajah serius; asisten bidan memegang obat

dengan kedua tangannya; gerakan kepala ke

kiri.

Ibu bayi menatap obat yang diberikan oleh

asisten bidan; ibu bayi mengambil obat

yang diberikan oleh asisten bidan dengan

tangan kanan.

(II)

Bahasa Verbal:

Ibu bayi : Engke dipasihan vitamin

itu?

Nanti diberikan vitamin itu?

Bahasa Nonverbal:

Ibu bayi menatap ke arah ibu yang memberi vitamin yang berada di sebelah kiri

dengan raut wajah serius; asisten bidan menatap ibu bayi dengan raut wajah yang

serius; gerakan kepala ibu bayi menoleh ke kiri.

(III)

Bahasa Verbal:

Asiten Bidan : ieu sabara sasih? Can

sataum!

Ini berapa bulan? Belum setahun!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

116

Bahasa Nonverbal:

Asisten bidan menatap ibu bayi dengan raut

wajah serius; Ibu bayi menatap asisten bidan

dengan raut wajah yang serius; asisten bidan

mengangkat kedua tangannya dan diletakkan

di depan dada.

(IV)

Bahasa Verbal:

Ibu bayi : 19 bulan, tiasa?

19 bulan, bisa?

Bahasa Nonverbal:

Asisten bidan menatap ibu bayi dengan raut

wajah serius; Ibu bayi menatap asisten bidan

dengan raut wajah yang serius; asisten bidan

mengangkat tangan kanan dan diletakkan di depan dada.

(V) Bahasa Verbal:

Asisten Bidan : tiasa

Bisa

Bahasa Nonverbal:

Asisten bidan berdiri dan mengangkat tangan

kanan di depan dada.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang

posyandu. Penutur merupakan asisten bidan desa dan mitra tutur adalah ibu bayi

yang sedang posyandu. Asisten bidan desa sedang memberikan penjelasan cara

pemberian obat pada anak.

Berdasarkan Data 24 (E4), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

pengajian rutin mingguan di Desa Sindangkasih. Tuturan terjadi saat pagi hari.

Suasana tuturan formal dan berlangsung di ruang posyandu. Penutur merupakan

asisten bidan desa dan mitra tutur adalah ibu bayi yang sedang posyandu. Asisten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

117

bidan desa sedang memberikan penjelasan cara pemberian obat pada anak. Bahasa

verbal dalam data tersebut yaitu “Kalau tidak panas jangan diberikan lagi”, “Nanti

diberikan vitamin itu?”, “Ini berapa bulan? Belum setahun!”, “19 bulan, bisa?”,

dan “Bisa“. Tindak tutur penutur mengandung lokusi dan ilokusi bahwa penutur

tidak hanya memberikan informasi pada ibu bayi tetapi memahami maksud

dikemukakan oleh bidan. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki

maksud.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 24 (E4) dalam penelitian ini yaitu

Asisten bidan berdiri di hadapan salah satu ibu dari balita; asisten bidan

mengangkat tangan kanan di depan dada. Maksud penutur akan tersampaikan

dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal postural

tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu asisten bidan

desa sedang memberikan penjelasan cara pemberian obat pada salah satu ibu di

posyandu. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal postural tersebut menyatakan maksud perintah. Maksud perintah

ditunjukkan untuk memberikan pengetahuan mengenai cara pemberian obat pada

bayi. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik tersebut memenuhi skala

keotoritasan yang merujuk pada hubungan status sosial antara ibu bidan dengan

pasien.

Data 25 (F3)

(I)

Bahasa Verbal:

Abi ayeuna bade penyuluhan vitamin A untuk

balita nya bu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

118

Sekarang, saya ingin memberikan penyuluhan vitamin A untuk balita bu.

Bahasa Nonverbal: Ibu kader menatap ibu-ibu dengan raut wajah

serius dan sesekali menatap buku untuk

dibacanya; berdiri dengan memegang buku;

gerakan kepala ke kiri.

(II)

Bahasa Verbal:

Vitamin A bersumber dari sayur-sayuran

berwarna hijau, seperti bayam, daun katuk,

serta buah-buahan segar berwarna segar,

seperti pepaya, tomat, wortel, mangga.

Sumber hewani, seperti telur, hati, dan ikan.

Bahasa Nonverbal:

Ibu kader menatap ibu-ibu dengan raut wajah serius dan sesekali menatap buku

untuk dibacanya; berdiri dengan memegang buku; gerakan kepala ke kiri.

Konteks:

Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan berlangsung diruang

posyandu. Penutur merupakan anggota kader posyandu mitra tutur adalah ibu-ibu

di Desa Gunungcupu. Ibu anggota kader sedang memberikan penyuluhan tentang

vitamin A pada ibu-ibu.

Berdasarkan Data 25 (F3), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

posyandu di Desa Gunungcupu. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung diruang posyandu. Penutur merupakan anggota kader

posyandu mitra tutur adalah ibu-ibu di Desa Gunungcupu. Ibu anggota kader

sedang memberikan penyuluhan tentang vitamin A pada ibu-ibu. Bahasa verbal

dalam data tersebut yaitu “Sekarang, saya ingin memberikan penyuluhan vitamin

A untuk balita bu”, dan “Vitamin A bersumber dari sayur-sayuran berwarna hijau,

seperti bayam, daun katuk, serta buah-buahan segar berwarna segar, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

119

pepaya, tomat, wortel, mangga. Sumber hewani, seperti telur, hati, dan ikan“.

Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur yang mengandung lokusi.

Artinya, tuturan tersebut bermakna bahwa penutur hanya sekadar memberikan

informasi mengenai vitamin A.

Bahasa nonverbal postural pada Data 25 (F3) yaitu Ibu kader berdiri dengan

memegang buku dan ibu kader menggerakkan kepala ke kiri. Maksud penutur

akan tersampaikan dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa

nonverbal postural tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks,

yaitu seorang ibu anggota kader posyandu yang sedang memberikan penyuluhan

tentang vitamin A pada ibu-ibu. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal postural tersebut menyatakan maksud

menyampaikan informasi. Maksud tersebut ditunjukkan untuk memberikan

informasi mengenai vitamin A. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik

tersebut memenuhi skala pilihan yang merujuk pada banyak sedikitnya tuturan

yang disampaikan pada ibu-ibu posyandu.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Data penelitian telah dianalisis berdasarkan wujud, fungsi, dan makna

pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik menurut Duncan

(2005) yang mengacu pada skala pengukur kesantunan Leech (1983) sebagai

menifestasi kesantunan masyarakat Sunda. Beberapa landasan teori yang

digunakan adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

120

Pertama, kesantunan pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam

penelitian ini mengacu pada skala kesantunan Leech (1983). Skala pengukur

kesantunan tersebut ada lima, yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan

keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang

diakibatkan oleh suatu tindak tutur dalam suatu tuturan; (2) optionality scale atau

skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan

penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan percakapan; (3) indirectness scale atau

skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak

langsungnya suatu tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam

pertuturan; dan (5) social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan.

Kedua, wujud bahasa verbal dalam penelitian ini berupa tindak tutur dalam

konteks pragmatik yang disertai gerak kinestetik penutur dan mitra tutur saat

berkomunikasi. Tindak tutur sebagai wujud bahasa verbal dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1) lokusi, yaitu tuturan yang bermakna secara semantik;

(2) ilokusi, yaitu tuturan yang bermakna secara pragmatik; dan (3) perlokusi, yaitu

efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Bahasa verbal tersebut disertai bahasa nonverbal sebagai konteks bahasa

verbal. Gerakan-gerakan yang ditunjukkan penutur dan mitra tutur saat

berkomunikasi menunjukkan pesan kinestetik yang mengandung kesantunan.

Gerakan-gerakan tersebut berupa: raut/ekspresi wajah menunjukkan pesan fasial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

121

melalui raut muka untuk berbagai hal, seperti 1) mencari informasi; 2)

menujukkan perhatian dan ketertarikan; 3) mengajak dan mengendalikan

interaksi; 4) mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang lain; 5)

memberikan umpan balik pada saat berbicara; dan 6) mengemukakan sikap.

Kemudian, gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan gerakan tangan yang

menunjukkan pesan gestural serta gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan

gerakan tangan yang menunjukkan pesan gestural; gerakan seluruh anggota badan

yang menunjukkan pesan postural.

Ketiga, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman (1965) dan

Knapp (1978) bahwa fungsi dari pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) bahasa nonverbal mampu mengulangi

bahasa verbal (repetisi); (2) bahasa nonverbal mampu mengganti bahasa verbal

(substitusi); (3) bahasa nonverbal mampu menunjukkan kontradiksi antara tuturan

verbal dan bahasa nonverbal (mempertentangkan); (4) bahasa nonverbal mampu

melengkapi tuturan verbal (komplemen); dan (5) bahasa nonverbal mampu

menekankan bahasa verbal (aksentuasi).

Keempat, makna pragmatik dalam penelitian ini adalah maksud yang ingin

disampaikan oleh penutur berdasarkan konteks. Makna pragmatik harus dipahami

atas dasar konteks nonverbal ketika penutur menggunakan bahasa verbal.

Pranowo (2015) mengemukakan tujuan studi bahasa dari sudut pandang

pragmatik yaitu ingin memahami maksud penutur melalui bahasa yang dipakai.

Artinya, ketika seseorang berkomunikasi, penutur dan mitra tutur ingin saling

menyampaikan maksud tertentu melalui makna-makna yang terdapat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

122

bahasa. Pembahasan ini akan menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti akan membahas tiga hal, yaitu wujud,

fungsi, dan makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyrakat

Sunda sebagai manifestasi kesantunan.

4.3.1 Wujud Bahasa Verbal dan Nonverbal

Wujud bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini yaitu tindak tutur

dalam konteks pragmatik yang disertai gerak kinestetik penutur dan mitra tutur

saat berkomunikasi. Wujud bahasa verbal dalam penelitian ini yaitu tuturan-

tuturan yang mengandung makna secara semantik (lokusi); tuturan yang bermakna

secara pragmatik (ilokusi); serta efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Wujud bahasa nonverbal dalam penelitian ini yaitu gerak kinestetik masyarakat

Sunda saat berkomunikasi. Bahasa nonverbal kinestetik terdiri atas pesan fasial,

pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial ditunjukkan oleh raut muka, pesan

gestural ditunjukkan oleh gerakan mata dan gerakan anggota tangan, serta pesan

postural ditunjukkan oleh gerakan seluruh tubuh. Wujud-wujud bahasa nonverbal

tersebut merupakan jenis bahasa nonverbal yang seringkali dipakai saat

berkomunikasi dalam kegiatan rutin setiap desa di Kecamatan Sindangkasih.

Wujud-wujud bahasa nonverbal tersebut berperan penting dalam penyampaian

maksud kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

123

a. Wujud Bahasa Nonverbal Fasial

Wujud bahasa nonverbal fasial yaitu pemakaian bahasa verbal yang disertai

ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh raut muka. Tuturan yang disertai ekspresi

wajah dapat menyampaikan maksud dengan baik. Misalnya, tuturan “Baru juga

sepuluh hari bu, suami saya tercinta dilantik di Desa Sukamanah”; “Sudah

kegiliran kegiatan PKK di Kecamatan, tidak ada kata yang pantas diucapkan

selain kata syukur alhamdulillah berarti itu kehormatan bagi kami”; dan “Mudah-

mudahan minta doanya dari semuanya, kami bisa menjalankan tugas amanah ya

bu ya. Aamiin yarobal alamiin (Data 1/A1)”. Tuturan-tuturan tersebut

mengandung makna secara semantik (lokusi), tuturan yang bermakna secara

pragmatik (ilokusi), serta efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Tuturan tersebut disertai wujud bahasa nonverbal fasial yaitu “Ibu Kepala

Desa Sukamanah menatap ibu-ibu PKK dengan raut muka yang serius dan

meyakinkan”. Tatapan yang serius dan meyakinkan membuat maksud

tersampaikan dengan baik. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian tentang

wajah sebagai berikut: 1) Wajah mengomunikasikan penilaian tentang ekspresi

senang dan tak senang, yang menunjukkan komunikator memandang objek

penelitiannya baik atau buruk. 2) Wajah mengomunikasikan minat seseorang

kepada orang lain atau lingkungan. 3) Wajah mengomunikasikan intensitas

keterlibatan suatu situasi. 4) Wajah mengomunikasikan tingkat pengendalian

individu terhadap pernyataannya sendiri. 5) Wajah mungkin mengomunikasikan

kurangnya pengertian. Jadi, manifestasi kesantunan dapat disampaikan melalui

wujud bahasa verbal dan bahasa nonverbal fasial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

124

Pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal tersebut terjadi berdasarkan

konteks yang melingkupinya. Hal tersebut menjadi suatu kajian pragmatik, yaitu

kajian pemakaian bahasa berdasarkan konteksnya. Konteks pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal pada data tersebut yaitu tuturan terjadi saat pagi hari,

suasana tuturan formal dan berlangsung di aula Kantor Kecamatan Sindangkasih.

Penutur adalah Kepala Desa Sukamanah, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu

PKK sekecamatan yang terdiri dari sembilan desa, yaitu Desa Sukamanah, Desa

Sukaraja, Desa Budiasih, Desa Budiharja, Desa Gunungcupu, Desa Sukamanah,

Desa Sukaresik, Desa Sindangkasih, dan Desa Wanasigra. Penutur sedang

memberikan kata sambutan untuk mewakili ketua Tim Pengerak PKK dari desa

lainnya.

Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat

dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak

menyinggung perasaan mitra tutur. Kesantunan masyarakat Sunda dapat

termanifestasi melalui tindak tutur dan raut wajah. Raut wajah penutur yang serius

dan meyakinkan tersebut didukung oleh aspek paralinguistik penutur. Nada,

volume, irama dan kecepatan berbicara penutur terhadap mitra tutur. Leech (1983)

mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan, yaitu (1) cost-

benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya

kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah

pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk kepada banyak atau

sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan

percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala ketidaklangsungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

125

menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah

tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan

status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan; (5)

social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan

sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

Kesantunan antara masyarakat Sunda telah memenuhi kelima skala

kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3) skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) skala keotoritasan; (5) skala jarak. Secara

menyeluruh, setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan

martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak menyinggung

perasaan mitra tutur walaupun berbeda status sosial. Kesantunan masyarakat

Sunda dikaji dengan etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi

maksud kesantunan melalui pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik

masyarakat Sunda. Dengan demikian, pemakaian bahasa nonverbal fasial

ditunjukkan oleh raut muka seseorang saat berkomunikasi menunjukkan bahwa

pesan fasial sebagai salah satu komponen pesan kinestetik yang dapat

menyampaikan maksud kesantunan.

b. Wujud Bahasa Nonverbal Gestural

Wujud bahasa nonverbal gestural yaitu pemakaian bahasa verbal yang

ditunjukkan dengan tuturan serta gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan

kepala, dan gerakan tangan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Misalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

126

tuturan “Enjing-enjing minum kopi, teh manis, tambih we ku iyeu anu digulung

kugula bodas sok aya nya? Tah donat teras anu dina ketan ulah seeur teuing nu

amis-amis nya bu nya”; “Pagi-pagi minum kopi, teh manis, ditambah dengan

yang digulung dengan gula putih ada kan? Nah donat terus makan ketan jangan

terlalu banyak yang manis-manis ya bu ya”; “Bilih ibu seeur teuing nu amis mah

panyawat gula. Anu tos gaduh panyawat gula dikirangan gula na tapi ulah sama

sekali henteu. Engke ge sami deui ngedrop”; dan “Jangan terlalu banyak

mengonsumsi makanan manis nanti terkena penyakit gula. Untuk yang sudah

terkena penyakit gula, kurangi konsumsi gulanya tapi jangan tidak sama sekali.

Nanti sama saja” (Data 10/I2). Tuturan-tuturan tersebut mengandung makna

secara semantik (lokusi), tuturan yang bermakna secara pragmatik (ilokusi), serta

efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Tuturan tersebut disertai wujud bahasa nonverbal fasial yaitu “Ibu petugas

gizi menatap ibu-ibu posyandu lansia; kedua tangan ibu petugas gizi

menggerakkan tangan dan meletakkan tangan di depan dada; gerakan kepala ke

kiri dan ke kanan. Gerakan tangan dan gerakan kepala tersebut membuat maksud

kesantunan. Pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal tersebut terjadi

berdasarkan konteks yang melingkupinya. Hal tersebut menjadi suatu kajian

pragmatik. Pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa berdasarkan konteks

pemakaiannya. Konteks pemakaian bahasa verbal dan nonverbal pada data

tersebut yaitu Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di ruang posyandu lansia Desa Sindangkasih. Penutur adalah kader

posyandu lansia di Desa Sindangkasih, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

127

lansia di Desa Sindangkasih. Penutur sedang memberikan penyuluhan isi piringku

pada para ibu.

Leech (1983) mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan,

yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak

tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk

kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan

tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam

pertuturan; (5) social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan.

Berdasarkan uraian tersebut, manifestasi kesantunan dapat diidentifikasi

melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Data-data tersebut merupakan

kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan pada setiap desa di Kecamatan

Sindangkasih. Artinya, wujud bahasa nonverbal gestural yang ditunjukkan dengan

gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan mampu

menyampaikan maksud kesantunan. Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila

penutur mampu menjaga harkat dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur

sehingga tuturannya tidak menyinggung perasaan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

128

Dengan demikian, pemakaian bahasa nonverbal gestural ini sebagai salah

satu komponen pesan kinestetik yang dapat menyampaikan maksud kesantunan

melalui gerakan badan, yaitu gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan

untuk menyampaikan maksud kesantunan. Masing-masing analisis data tersebut

memenuhi kelima skala kesantunan, yaitu: (1) cost-benafit scale atau skala

kerugian dan keuntungan; (2) optionality scale atau skala pilihan; (3) indirectness

scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau

tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale atau skala

keotoritasan; (5) social distance scale atau skala jarak. Secara menyeluruh, setiap

data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan martabat dirinya di

hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak menyinggung perasaan mitra tutur

walaupun berbeda status sosial. Kesantunan masyarakat Sunda dikaji dengan

etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi maksud kesantunan melalui

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat Sunda. Dengan

demikian, pemakaian bahasa nonverbal gestural mampu menyampaikan maksud

kesantunan.

c. Wujud Bahasa Nonverbal Postural

Wujud bahasa nonverbal postural ditunjukkan dengan tuturan dan gerakan

seluruh anggota badan, yaitu gerakan membungkukkan badan, berdiri tegak,

gerakan badan ke kiri, dan gerakan badan ke kanan untuk menyampaikan maksud

kesantunan. Misalnya tuturan “Dengan tahun baru hijriah urang sami-sami

tingkatkeun kaimanan sareng kataqwaan ka Allah Subhanahuwataala malah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

129

mandar urang sadayana aya dina bimbingan sareng lindungan Allah

Subhanahuwataalla, aamiin yarobalalamin” dan “Pada tahun baru hijriah mari

kita tingkatkan iman dan taqwa pada Allah Subhanahuwataala semoga kita

semua ada dalam bimbingan dan lindungan Allah Subhanahuwataala aamiin

yarobalalamin” (Data 12/G1). Tuturan-tuturan tersebut mengandung makna

secara semantik (lokusi), tuturan yang bermakna secara pragmatik (ilokusi), serta

efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Tuturan tersebut disertai wujud bahasa nonverbal fasial yaitu “Kepala Desa

Sukasenang berdiri tegak dan membungkukkan badan”. Gerakan seluruh anggota

badan, yaitu gerakan membungkukkan badan dan berdiri tegak tersebut mampu

menyampaikan maksud kesantunan. Pemakaian bahasa verbal dan bahasa

nonverbal tersebut terjadi berdasarkan konteks yang melingkupinya. Hal tersebut

menjadi suatu kajian pragmatik. Pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa

berdasarkan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal pada data tersebut yaitu tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di aula masjid jami’ Desa Sukasenang. Penutur

merupakan seorang Kepala Desa Sukasenang, sedangkan mitra tutur adalah para

ibu dan bapak warga masyarakat Desa Sukasenang. Kepala Desa Sukasenang

sedang memberikan sambutan pada acara pengajian bulanan.

Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat

dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak

menyinggung perasaan mitra tutur. Leech (1983) mengemukakan ada lima macam

skala pengukur kesantunan, yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

130

keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang

diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale

atau skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang

disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan;

(3) indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat

langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale

atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur

dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan; (5) social distance scale atau skala

jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dengan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

Kesantunan antara masyarakat Sunda telah memenuhi kelima skala

kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3) skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) skala keotoritasan; (5) skala jarak. Secara

menyeluruh, setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan

martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak menyinggung

perasaan mitra tutur walaupun berbeda status sosial. Kesantunan masyarakat

Sunda dikaji dengan etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi

maksud kesantunan melalui pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik

masyarakat Sunda. Dengan demikian, pemakaian bahasa nonverbal fasial

ditunjukkan oleh raut muka seseorang saat berkomunikasi menunjukkan bahwa

pesan postural sebagai salah satu komponen pesan kinestetik yang dapat

menyampaikan maksud kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

131

4.3.2 Fungsi Bahasa Verbal dan Nonverbal

Fungsi pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dianalisis berdasarkan

wujud-wujud bahasa verbal dan nonverbal yang telah dipaparkan pada subbab

sebelumnya. Berdasarkan wujud-wujud bahasa nonverbal kinestetik, fungsi

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini diambil dari kegiatan-kegiatan

rutin setiap desa di Kecamatan Sindangkasih. Jadi, fungsi pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal dapat diidentifikasi melalui wujud bahasa nonverbal fasial,

gestural, dan postural yang mampu menyampaikan maksud kesantunan.

a. Fungsi Komplemen (Pelengkap) Bahasa Verbal

Knapp (1972: 9) mengemukakan lima fungsi pesan nonverbal yaitu: (1)

Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; (2)

Subtitusi, menggantikan lambang verbal; (3) Kontradiksi, menolak pesan verbal

atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal; (4) Komplemen,

melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal; dan (5) Aksentuasi,

menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Fungsi pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal masyarakat Sunda yaitu salah satunya berfungsi sebagai

pelengkap bahasa verbal.

Bahasa verbal: “Teu acan, teu acan dipasihan obat cacing

(Belum, belum diberikan obat cacing) (Data 14/J2).

Bahasa nonverbal: Ibu kader posyandu menatap seorang ibu dengan

raut wajah yang serius.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di ruang posyandu Desa Wanasigra. Penutur adalah kader

posyandu di Desa Wanasigra, sedangkan mitra tutur adalah seorang

ibu di Desa Wanasigra. Penutur sedang memberikan jawaban atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

132

pertanyaan dari seorang ibu bahwa obat cacing belum diberikan pada

bayinya tersebut.

Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal fasial pada data tersebut berfungsi

sebagai (a) komplemen (pelengkap) bahasa verbal berarti pemakaian bahasa

nonverbal tersebut digunakan untuk menambah dan melengkapi sikap yang

disampaikan oleh bahasa verbal. Fungsi tersebut mengacu pada raut wajah

penutur untuk menyampaikan maksud kesantunan. Kesantunan dapat ditunjukkan

dengan bahasa nonverbal fasial yaitu sebagai tindakan mengajak dan

mengendalikan interaksi; mempengaruhi orang lain; memberikan umpan balik

pada saat berbicara; dan mengemukakan sikap.

Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat

dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak

menyinggung perasaan mitra tutur. Leech (1983) mengemukakan ada lima macam

skala pengukur kesantunan, yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan

keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang

diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale

atau skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang

disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan;

(3) indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat

langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale

atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur

dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan; (5) social distance scale atau skala

jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dengan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

133

Kesantunan antara masyarakat Sunda telah memenuhi kelima skala

kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3) skala

ketidaklangsungan; (4) skala keotoritasan; (5) skala jarak. Secara menyeluruh,

setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan martabat dirinya

tanpa mempertimbangkan status sosial. Kesantunan masyarakat Sunda dikaji

dengan etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi maksud kesantunan

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat Sunda.

b. Fungsi Aksentuasi (Penekan) Bahasa Verbal

Knapp (1972: 9) mengemukakan lima fungsi pesan nonverbal yaitu: (1)

repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; (2)

subtitusi, menggantikan lambang verbal; (3) kontradiksi, menolak pesan verbal

atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal; (4) komplemen,

melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal; dan (5) aksentuasi,

menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Fungsi aksentuasi atau

penekan bahasa verbal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bahasa verbal:

(I) Pengajian ini adalah untuk memurnikan kita berhadapan

dengan Allah.

(II) Karena hanya dalam pengajianlah untuk selalu ingat

kepadanya dan selalu patuh dan taat pada-Nya.

Bahasa nonverbal: Ustdaz menatap ibu-ibu dengan menggerakkan

kepala ke kanan dan ke kiri.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di masjid Desa Sukaraja. Penutur merupakan seorang

ustaz dan mitra tutur adalah ibu-ibu warga masyarakat Dusun

Brunggenis 2, Desa Sukaraja. Ustaz sedang memberikan ceramah

pada kegiatan pengajian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

134

(Data 16/C1)

Pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal gestural tersebut berfungsi

sebagai aksentuasi (penekan) bahasa verbal berarti pemakaian bahasa nonverbal

tersebut digunakan untuk menonjolkan beberapa bagian penting dari bahasa

verbal yang diujarkan. Fungsi pemakaian bahasa nonverbal gestural tersebut

ditunjukkan dengan tuturan dan gerakan mata dan gerakan kepala untuk

menekankan bahasa verbal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal gestural (Data 16/C1) berfungsi sebagai penekan bahasa

verbal agar maksud kesantunan tersampaikan dengan baik.

Leech (1983) mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan,

yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak

tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk

kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan

tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam

pertuturan; (5) social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan.

Artinya, kesantunan masyarakat Sunda tersebut dapat diidentifikasi dengan

dengan gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan untuk menyampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

135

maksud kesantunan. Kesantunan antara masyarakat Sunda telah memenuhi kelima

skala kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3)

skala ketidaklangsungan; (4) skala keotoritasan; (5) skala jarak. Secara

menyeluruh, setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan

martabat dirinya tanpa mempertimbangkan status sosial. Kesantunan masyarakat

Sunda dikaji dengan etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi

maksud kesantunan pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat

Sunda. Kesantunan masyarakat Sunda dikaji dengan etnopragmatik. Dengan

demikian, pemakaian bahasa nonverbal postural ditunjukkan dengan dengan

gerakan seluruh anggota tubuh untuk menyampaikan maksud kesantunan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pesan postural sebagai salah satu komponen pesan

kinestetik yang dapat menyampaikan maksud kesantunan.

c. Fungsi Regulasi (Pengatur) Bahasa Verbal

Knapp (1972: 9) mengemukakan lima fungsi pesan nonverbal yaitu: (1)

repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; (2)

subtitusi, menggantikan lambang verbal; (3) kontradiksi, menolak pesan verbal

atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal; (4) komplemen,

melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal; dan (5) aksentuasi,

menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Berikut ini merupakan

fungsi regulasi (pengatur) bahasa verbal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

136

Bahasa verbal:

(I)

Saterasna abi katitipan ti bapak kapolsek panginten upami ayeuna

teh nuju usum halodo wayahna kedah hati-hati perkawis dina

dudurukan saur na teh.

(Selanjutnya saya dititipkan pesan dari bapak kapolsek, kalau tidak

salah sekarang sedang musin kemarau sebaiknya harus hati-hati

kalau sedang membakar sesuatu).

(II)

Bilih aya nu dudurukan atanapi ibu-ibu anu hilap dina hawu kedah

diparhatoskeun ditungguan dugi ka pareumna teu kenging

dikaluhurkeun nya ibu-ibu eta abi keing titipan ti bapak kapolsek.

(Jika ada yang membakar sesuatu ataupun ibu-ibu masak

menggunakan kayu bakar harus diperhatikan, ditunggu sampai

apinya mati jangan sampai dibiarkan ya ibu-ibu itu pesan dari

bapak kapolsek).

Bahasa nonverbal: Ibu Kepala Desa menatap, berdiri tegap di

mimbar, serta menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di masjid. Penutur merupakan kepala desa Budiasih dan

mitra tutur adalah ibu-ibu dan bapak-bapak pengajian rutin bulanan

di Desa Budiasih. Kepala Desa Budiasih sedang memperkenalkan

diri sekaligus menyampaikan amanat dari Kapolsek dan amanat dri

Bupati Ciamis (Data 19/D1).

Pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal postural tersebut berfungsi

sebagai mengatur (regulasi) bahasa verbal berarti pemakaian bahasa nonverbal

mampu mengendalikan bahasa nonverbal. Fungsi tersebut bertujuan untuk

menyampaikan maksud kesantunan. Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila

penutur mampu menjaga harkat dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur

sehingga tuturannya tidak menyinggung perasaan mitra tutur. Leech (1983)

mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan, yaitu (1) cost-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

137

benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya

kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah

pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk kepada banyak atau

sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan

percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala ketidaklangsungan

menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah

tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan

status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan; (5)

Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan

sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

Artinya, kesantunan masyarakat Sunda tersebut dapat diidentifikasi dengan

dengan tuturan dan gerakan seluruh anggota badan, yaitu gerakan

membungkukkan badan, berdiri tegak, gerakan badan ke kiri, dan gerakan badan

ke kanan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Kesantunan antara

masyarakat Sunda telah memenuhi kelima skala kesantunan, yaitu: (1) skala

kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3) skala ketidaklangsungan; (4) skala

keotoritasan; dan (5) skala jarak.

Secara menyeluruh, setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan,

harkat dan martabat dirinya tanpa mempertimbangkan status sosial. Kesantunan

masyarakat Sunda dikaji dengan etnopragmatik untuk memahami dan

menginterpretasi maksud kesantunan pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

kinestetik masyarakat Sunda. Dengan demikian, pemakaian bahasa nonverbal

postural ditunjukkan dengan tuturan dan gerakan seluruh anggota badan, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

138

gerakan membungkukkan badan, berdiri tegak, gerakan badan ke kiri, dan gerakan

badan ke kanan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pesan postural sebagai salah satu komponen pesan kinestetik

yang dapat menyampaikan maksud kesantunan.

d. Fungsi Repetisi (Pengulang) Bahasa Verbal

Knapp (1972: 9) mengemukakan lima fungsi pesan nonverbal yaitu: (1)

repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; (2)

subtitusi, menggantikan lambang verbal; (3) kontradiksi, menolak pesan verbal

atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal; (4) komplemen,

melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal; dan (5) aksentuasi,

menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Fungsi aksentuasi atau

penekan bahasa verbal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bahasa verbal:

(III) Pengajian ini adalah untuk memurnikan kita berhadapan

dengan Allah.

(IV) Karena hanya dalam pengajianlah untuk selalu ingat

kepadanya dan selalu patuh dan taat pada-Nya.

Bahasa nonverbal: Ustdaz menatap ibu-ibu dengan menggerakkan

kepala ke kanan dan ke kiri.

Konteks: Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di masjid Desa Sukaraja. Penutur merupakan seorang

ustaz dan mitra tutur adalah ibu-ibu warga masyarakat Dusun

Brunggenis 2, Desa Sukaraja. Ustaz sedang memberikan ceramah

pada kegiatan pengajian.

(Data 16/C1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

139

Pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal gestural tersebut berfungsi

sebagai aksentuasi (penekan) bahasa verbal berarti pemakaian bahasa nonverbal

tersebut digunakan untuk menonjolkan beberapa bagian penting dari bahasa

verbal yang diujarkan. Fungsi pemakaian bahasa nonverbal gestural tersebut

ditunjukkan dengan tuturan dan gerakan mata dan gerakan kepala untuk

menekankan bahasa verbal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal gestural (Data 16/C1) berfungsi sebagai penekan bahasa

verbal agar maksud kesantunan tersampaikan dengan baik.

Leech (1983) mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan,

yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak

tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk

kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan

tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam

pertuturan; (5) social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan.

Artinya, kesantunan masyarakat Sunda tersebut dapat diidentifikasi dengan

dengan gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan tangan untuk menyampaikan

maksud kesantunan. Kesantunan antara masyarakat Sunda telah memenuhi kelima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

140

skala kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan keuntungan; (2) skala pilihan; (3)

skala ketidaklangsungan; (4) skala keotoritasan; dan (5) skala jarak. Secara

menyeluruh, setiap data menunjukan rasa saling menjaga perasaan, harkat dan

martabat dirinya tanpa mempertimbangkan status sosial. Kesantunan masyarakat

Sunda dikaji dengan etnopragmatik untuk memahami dan menginterpretasi

maksud kesantunan pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat

Sunda. Dengan demikian, pemakaian bahasa nonverbal postural ditunjukkan

dengan dengan gerakan seluruh anggota tubuh untuk menyampaikan maksud

kesantunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pesan postural sebagai salah satu

komponen pesan kinestetik yang dapat menyampaikan maksud kesantunan.

4.3.3 Makna Pragmatik Bahasa Verbal dan Nonverbal

Berdasarkan wujud-wujud bahasa nonverbal kinestetik, makna pragmatik

bahasa verbal dan nonverbal dalam penelitian ini diambil dari kegiatan-kegiatan

rutin setiap desa di Kecamatan Sindangkasih. Pranowo (2019) mengemukakan

bahwa studi pragmatik bertujuan unutk memahami fungsi komunikatif pemakaian

bahasa. Artinya, pemakaian bahasa verbal dan nonverbal penutur mengandung

maksud yang harus diinterpretasi oleh mitra tutur. Makna pragmatik pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal dapat diidentifikasi melalui wujud bahasa nonverbal

fasial, gestural, dan postural yang mampu menyampaikan maksud kesantunan.

Sejalan dengan hal tersebut, Gunawan (2013: 8) mengemukakan bahwa

kesantunan merupakan istilah yang berkaitan dengan kesopanan, rasa hormat,

sikap yang baik, dan perilaku yang pantas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

141

kesantunan sebagai hal yang penting bagi setiap individu agar terciptanya

masyarakat yang harmonis. Ellen (2006) mengemukakan bahwa kesantunan

sebagai salah satu cabang pragmatik kontemporer dan sebagai peranti yang

digunakan secara luas dalam berbagai kajian komunikasi antarbudaya. Brown dan

Levinson (1987) membuktikan bahwa kesantunan berkaitan dengan nosi wajah

negatif dan nosi wajah postitif yang berkaitan dengan menjaga kepentingan mitra

tutur. Leech (1983) menyatakan bahwa kesantunan berbahasa mencakup maksim

atau aturan-aturan untuk menjaga harkat martabat antara dirinya (penutur) dengan

memberikan keuntungan bagi mitra tutur (maksim kebijaksanaan),

memaksimalkan kerugian pada diri sendiri (maksim kedermawanan),

memaksimalkan pujian pada mitra tutur (maksim pujian), minimalkan pujian

kepada diri sendiri (maksim kerendahan hati), memaksimalkan kesetujuan pada

mitra tutur (maksim kesetujuan), memaksimalkan ungkapan simpati pada mitra

tutur (maksim simpati), serta meminimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur

dan memaksimalkan rasa senang pada mitra tutur (maksim pertimbangan).

Dengan demikian, makna pragmatik penelitian ini ditunjukkan dengan

tersampaikannya maksud kesantunan berdasarkan konteksnya.

Makna pragmatik yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal kinestetik (fasial, gestural, dan postural) yang

mampu menunjukkan maksud menyampaikan permohonan atau harapan, maksud

menyampaikan informasi, dan maksud menyampaikan perintah. Pada dasarnya,

hubungan antara Ibu Ketua Tim Penggerak PKK dan ibu-ibu anggota PKK

memiliki jarak sosial yang berbeda. Oleh karena itu, makna pragmatik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

142

penelitian ini terbatas pada skala keotoritasan, skala ketidaklangsungan, dan skala

pilihan. Berdasarkan data-data penelitian, makna pragmatik tersebut dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

a. Makna Pragmatik Menyampaikan Permohonan/Harapan

Makna pragmatik menyampaikan permohonan atau harapan merupakan

salah satu indikator kesantunan. Makna pragmatik bahasa nonverbal kinestetik

ditunjukkan dengan pemakaian bahasa verbal dan raut muka, gerakan sebagian

anggota tubuh (gerakan kepala dan gerakan tangan) serta gerakan seluruh anggota

tubuh, misalnya posisi tubuh yang berdiri tegap dan gerakan berpidah posisi tubuh

dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Pranowo (2015) mengemukakan bahwa tujuan studi bahasa dari sudut

pandang pragmatik yaitu ingin memahami maksud penutur melalui bahasa yang

digunakan, atau memahami fungsi komunikatif pemakaian bahasa. Artinya, ketika

seseorang berkomunikasi dengan orang lain, mereka ingin menyampaikan maksud

tertentu melalui makna-makna yang terdapat dalam bahasa. Pragmatik merupakan

kajian ilmu bahasa yang mampu mengungkapkan maksud berdasarkan konteks.

Levinson (1983: 7) mengemukakan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang

hubungan antara bahasa dan konteks yang secara tata bahasa, atau dikodekan

dalam struktur bahasa.

Berdasarkan Data 20 (B2), data tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan

PKK di Kantor Desa Sukamanah. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di Aula Desa Sukamanah. Penutur merupakan Kepala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

143

Desa Sukamanah sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK dan mitra tutur adalah ibu-

ibu anggota PKK Desa Sukamanah. Ibu Ketua TP PKK sedang mengajak para

anggota PKK untuk aktif hadir pada pertemuan PKK.

Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Saya minta pada ibu-ibu semua

yang ada di sini mudah-mudahan bisa hadir, jika tidak ada halangan insya Allah

saya juga hadir, ya bu. Saya tidak bisa apa-apa, mungkin ibu-ibu bisa sharing

bersama ibu-ibu yang ada di sini. Nah mungkin yang tadi, istri perangkat desa

harus wajib hadir. Jadi, harus punya rasa tanggungjawab karena suami bekerja di

desa gitu ya”. Tindak tutur penutur saat menyampaikan tuturan tersebut

mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tuturan tersebut memberikan maksud

bahwa ibu-ibu PKK harus hadir pada setiap pertemuan PKK. Artinya, tuturan

tersebut bermakna, memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang ditimbulkan

setelah tuturan tersebut disampaikan pada mitra tutur. Efek yang diamaksud

adalah ibu-ibu PKK menghadiri pertemuan PKK.

Bahasa nonverbal fasial pada Data 20 (B2) yaitu ibu kepala desa menatap

para ibu-ibu PKK dengan raut wajah yang serius. Raut muka yang serius dapat

diidentifikasi berdasarkan volume, ritme, kecepatan, dan tekanan kata-kata yang

diucapkan. Dengan demikian, maksud penutur akan tersampaikan dengan baik

melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal fasial tersebut. Maksud

tersebut juga dapat dipahami berdasarkan konteksnya, yaitu ibu kepala desa

sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK menyampaikan ajakan pada ibu-ibu anggota

PKK Desa Sukamanah untuk aktif hadir pada setiap pertemuan PKK. Artinya,

makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal fasial tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

144

menyatakan maksud menyampaikan permohonan atau harapan. Makna pragmatik

menyampaikan permohonan atau harapan tersebut ditunjukkan untuk mengajak

ibu-ibu PKK untuk rutin melakukan pertemuan. Pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal kinestetik tersebut memenuhi skala keotoritasan yang merujuk pada

hubungan status sosial antara Ibu Ketua Tim Penggerak PKK dengan ibu-ibu

PKK. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun status sosialnya berbeda,

tuturan tersebut tetap santun. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala

kesantunan Leech (1983).

b. Makna Pragmatik Menyampaikan Informasi

Data 22 (H1) terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian rutin mingguan di

Desa Sukaresik. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan nonformal dan

berlangsung di masjid Desa Sukaresik. Penutur merupakan seorang ustaz,

sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu masyarakat Desa Sukaresik. Penutur sedang

mengemukakan ceramah tentang hijrah pada ibu-ibu pengajian. Bahasa verbal

dalam data tersebut yaitu “Ibu-ibu tahu tidak arti hijrah? Hijrah itu apa bu? Hijrah

artinya pindah ya” dan “Nah maka, istilah tahun baru hijriah diambil dari

hijrahnya Rasullallah Shallallahu Allaihi Wasallam dari Mekkah ke Madinah“.

Tindak tutur penutur mengandung lokusi dan ilokusi. Artinya, tuturan tersebut

bermakna dan bermaksud untuk memberikan informasi mengenai Hijrah pada ibu-

ibu pengajian.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 22 (H1) yaitu ustaz menggerakkan

kepala ke depan, ke kiri, dan ke kanan; gerakan tangan kanan ke atas; tangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

145

kanan ustaz memegang mikrofon. Gerakan mata, gerakan kepala, dan gerakan

tangan ustaz berfungsi menekankan dan melengkapi bahasa verbal agar maksud

tersampaikan. Maksud penutur akan tersampaikan dengan baik melalui pemakaian

bahasa verbal dan bahasa nonverbal gestural tersebut. Maksud tersebut bisa

dipahami berdasarkan konteks, yaitu ustaz menyampaikan ceramah tentang Hijrah

pada ibu-ibu pengajian. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal gestural tersebut menyatakan maksud menyampaikan

informasi. Maksud tersebut ditunjukkan dari penutur yang memberikan

pengetahuan mengenai prinsip hijrah. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

kinestetik tersebut memenuhi kelima skala Leech, hanya saja skala keotoritasan

lebih dominan karena merujuk pada hubungan status sosial antara ustaz dengan

ibu-ibu pengajian. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun status sosialnya

berbeda, tuturan tersebut tetap santun. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala

kesantunan Leech (1983).

Data 23 (I1) tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian rutin

mingguan di Desa Sindangkasih. Tuturan terjadi saat sore hari. Suasana tuturan

formal dan berlangsung di masjid Jami’ Desa Sindangkasih. Penutur adalah

seorang ustadz, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu pengajian di Desa

Sindangkasih. Penutur sedang memberikan ceramah agama pada para ibu. Bahasa

verbal dalam data tersebut yaitu “Amal sholeh itu, pertama ada perintah Allah.

Dua, ada contoh. Ketiga ikhlas” dan “Banyak kaitannya hal-hal yang saling

berkaitan dengan ibu-ibu dalam masalah sholat“.Tindak tutur penutur

mengandung lokusi dan ilokusi. Tuturan tersebut hanya berjalan satu arah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

146

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan bermaksud untuk memberikan informasi

mengenai Hijrah pada ibu-ibu pengajian.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 23 (I1) dalam penelitian ini yaitu

ustadz menggerakkan tangan kanan digerakkan ke atas dengan jari telunjuk dan

ustadz menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Maksud penutur akan

tersampaikan dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal

gestural tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu

ustadz menyampaikan ceramah agama pada ibu-ibu pengajian di Desa

Sindangkasih. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal gestural tersebut menyatakan maksud menyampaikan informasi.

Maksud tersebut ditunjukkan dari penutur yang memberikan pengetahuan

mengenai prinsip hijrah. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik

tersebut memenuhi kelima skala Leech, hanya saja skala keotoritasan lebih

dominan karena merujuk pada hubungan status sosial antara ustaz dengan ibu-ibu

pengajian. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun status sosialnya berbeda,

tuturan tersebut tetap santun. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala

kesantunan Leech (1983).

Data 23 (I1) tersebut terjadi saat pelaksanaan kegiatan pengajian rutin

mingguan di Desa Sindangkasih. Tuturan terjadi saat sore hari. Suasana tuturan

formal dam berlangsung di masjid Jami’ Desa Sindangkasih. Penutur adalah

seorang ustadz, sedangkan mitra tutur adalah ibu-ibu pengajian di Desa

Sindangkasih. Penutur sedang memberikan ceramah agama pada para ibu. Bahasa

verbal dalam data tersebut yaitu “Amal sholeh itu, pertama ada perintah Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

147

Dua, ada contoh. Ketiga ikhlas” dan “Banyak kaitannya hal-hal yang saling

berkaitan dengan ibu-ibu dalam masalah sholat“.Tindak tutur penutur

mengandung lokusi dan ilokusi. Tuturan tersebut hanya berjalan satu arah.

Artinya, tuturan tersebut bermakna dan bermaksud untuk memberikan informasi

mengenai Hijrah pada ibu-ibu pengajian.

Data 23 (I1) dalam penelitian ini yaitu ustadz menggerakkan tangan kanan

digerakkan ke atas dengan jari telunjuk dan ustadz menggerakkan kepala ke kiri

dan ke kanan. Gerakan tangan dan gerakan kepala berfungsi menekankan dan

melengkapi bahasa verbal agar maksud tersampaikan dengan baik. Maksud

tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu ustadz menyampaikan ceramah

agama pada ibu-ibu pengajian di Desa Sindangkasih. Dengan demikian, makna

pragmatik pemakaian bahasa verbal dan nonverbal gestural tersebut menyatakan

maksud menyampaikan informasi berupa pengetahuan mengenai prinsip hijrah.

Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik tersebut memenuhi kelima

skala Leech, hanya saja skala pilihan dan skala ketidaklangsungan lebih dominan

karena merujuk pada menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang

disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan percakapan dan

menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah

tuturan. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh

penutur diutarakan secara imperatif. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala

kesantunan Leech (1983).

Data 25 (F3) merupakan pelaksanaan kegiatan posyandu di Desa

Gunungcupu. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

148

berlangsung diruang posyandu. Penutur merupakan anggota kader posyandu mitra

tutur adalah ibu-ibu di Desa Gunungcupu. Ibu anggota kader sedang memberikan

penyuluhan tentang vitamin A pada ibu-ibu. Bahasa verbal dalam data tersebut

yaitu “Sekarang, saya ingin memberikan penyuluhan vitamin A untuk balita bu”,

dan “Vitamin A bersumber dari sayur-sayuran berwarna hijau, seperti bayam,

daun katuk, serta buah-buahan segar berwarna segar, seperti pepaya, tomat,

wortel, mangga. Sumber hewani, seperti telur, hati, dan ikan“. Tuturan tersebut

disebut sebagai tindak tutur penutur yang mengandung lokusi. Artinya, tuturan

tersebut bermakna bahwa penutur hanya sekadar memberikan informasi mengenai

vitamin A.

Bahasa nonverbal postural pada Data 25 (F3) yaitu Ibu kader berdiri dengan

memegang buku; ibu kader menggerakkan kepala ke kiri. Maksud penutur

tersampaikan dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal

postural tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu

seorang ibu anggota kader posyandu yang sedang memberikan penyuluhan

tentang vitamin A pada ibu-ibu. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal postural tersebut menyatakan maksud memberikan

informasi bahwa penutur memberikan informasi mengenai vitamin A. Pemakaian

bahasa verbal dan nonverbal kinestetik tersebut memenuhi kelima skala Leech,

hanya saja skala pilihan lebih dominan karena merujuk pada menunjuk kepada

banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur

dalam kegiatan percakapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

149

disampaikan oleh penutur diutarakan secara singkat dan jelas. Artinya, data ini

memenuhi salah satu skala kesantunan Leech (1983).

c. Makna Pragmatik Menyampaikan Perintah

Data 24 (E4) merupakan kegiatan pengajian rutin mingguan di Desa

Sindangkasih. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di ruang posyandu. Penutur merupakan asisten bidan desa dan mitra

tutur adalah ibu bayi yang sedang posyandu. Asisten bidan desa sedang

memberikan penjelasan cara pemberian obat pada anak. Bahasa verbal dalam data

tersebut yaitu “Kalau tidak panas jangan diberikan lagi”, “Nanti diberikan vitamin

itu?”, “Ini berapa bulan? Belum setahun!”, “19 bulan, bisa?”, dan “Bisa“. Tindak

tutur penutur mengandung lokusi dan ilokusi bahwa penutur tidak hanya

memberikan informasi pada ibu bayi tetapi memahami maksud dikemukakan oleh

bidan. Artinya, tuturan tersebut bermakna dan memiliki maksud.

Bahasa nonverbal gestural pada Data 24 (E4) dalam penelitian ini yaitu

asisten bidan berdiri di hadapan salah satu ibu dari balita dan asisten bidan

mengangkat tangan kanan di depan dada. Maksud penutur akan tersampaikan

dengan baik melalui pemakaian bahasa verbal dan bahasa nonverbal postural

tersebut. Maksud tersebut bisa dipahami berdasarkan konteks, yaitu asisten bidan

desa sedang memberikan penjelasan cara pemberian obat pada salah satu ibu di

posyandu. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal postural tersebut menyatakan maksud perintah. Maksud tersebut

ditunjukkan dari penutur yang memberikan pengetahuan mengenai cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

150

pemberian obat pada bayi dengan cara memerintah. Pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal kinestetik tersebut memenuhi kelima skala Leech, hanya saja skala

keotoritasan lebih dominan karena menunjuk kepada hubungan status sosial antara

penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa informasi yang disampaikan oleh penutur diutarakan perintah dari asisten

bidan pada ibu bayi. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala kesantunan

Leech (1983).

d. Makna Pragmatik Menyampaikan Permohonan Maaf

Data 21 (G2) merupakan pelaksanaan kegiatan PKK di Kantor Desa

Sukamanah. Tuturan terjadi saat pagi hari. Suasana tuturan formal dan

berlangsung di Aula Desa Sukamanah. Penutur merupakan anggota Ketua Tim

Penggerak PKK dan mitra tutur adalah ibu-ibu anggota PKK Desa Sukamanah.

Ibu Ketua TP PKK sedang mengajak para anggota PKK untuk aktif hadir pada

pertemuan PKK. Bahasa verbal dalam data tersebut yaitu “Desa Sukasenang

mendapat giliran yaitu acara Binwil Kecamatan Sindangkasih” dan “Kami sebagai

Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sukasenang mengucapkan banyak-banyak

terima kasih kepada tamu undangan semuanya juga kepada kader-kader semuanya

atas waktunya untuk menghadiri kegiatan PKK yang biasa kita lakukan setiap

Senin keempat, tapi mohon maaf berhubung ada sesuatu hal jadi dipajukan pada

hari ini yaitu hari Selasa“. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur penutur

saat menyampaikan tuturan yang mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Pada

tutran tersebut memberikan maksud bahwa ibu-ibu PKK hadir pada setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

151

pertemuan PKK. Artinya, tuturan tersebut bermakna, memiliki maksud, dan

diharapkan ada efek yang ditimbulkan setelah tuturan tersebut disampaikan pada

mitra tutur. Tuturan tersebut memberikan maksud bahwa Ketua Tim Penggerak

PKK memohon maaf karena jadwa acara Bina Wilayah PKK Desa Sukasenang

harus dimajukan dari jadwal sebelumnya. Artinya, tuturan tersebut bermakna,

memiliki maksud, dan diharapkan ada efek yang ditimbulkan setelah tuturan

tersebut disampaikan pada mitra tutur. Efek yang diamaksud adalah ibu-ibu PKK

dapat tetap mengikuti acara Bina Wilayah dengan baik.

Bahasa nonverbal fasial pada Data 21 (G2) yaitu Ibu Ketua Tim Penggerak

PKK Desa Sukasenang menatap ibu-ibu anggota PKK dengan wajah yang serius

dan meyakinkan. Hal ini ditunujukkan juga oleh penekanan-penekanan kata

tertentu yang ingin disampaikan pada mitra tutur. Semakin banyak tekanan pada

kata-kata tersebut, maka semakin menampakkan raut muka serius dan

meyakinkan. Maksud penutur akan tersampaikan dengan baik melalui pemakaian

bahasa verbal dan bahasa nonverbal fasial tersebut. Maksud tersebut bisa

dipahami berdasarkan konteksnya, yaitu Ketua Tim Penggerak PKK

menyampaikan sambutan pada ibu-ibu anggota PKK Desa Sukasenang pada acara

Bina Wilayah. Dengan demikian, makna pragmatik pemakaian bahasa verbal dan

nonverbal fasial tersebut menyatakan maksud permohonan maaf. Maksud tersebut

ditunjukkan dari penutur kepada mitra tutur karena pelaksanaan pelaksanaan Bina

Wilayah tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan sebelumnya. Pemakaian bahasa

verbal dan nonverbal kinestetik tersebut memenuhi kelima skala Leech, hanya

saja skala keotoritasan lebih dominan karena menunjuk kepada hubungan status

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

152

sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam pertuturan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh penutur mengutarakan

permohonan maaf pada anggota PKK. Artinya, data ini memenuhi salah satu skala

kesantunan Leech (1983).

Leech (1983) mengemukakan ada lima macam skala pengukur kesantunan,

yaitu (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak

tutur pada sebuah pertuturan; (2) optionality scale atau skala pilihan menunjuk

kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur kepada lawan

tutur dalam kegiatan percakapan bertuturan; (3) indirectness scale atau skala

ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

dimaksudkan sebuah tuturan; (4) authority scale atau skala keotoritasan menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam

pertuturan; dan (5) social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur yang terlibat dalam

pertuturan.

Artinya, kesantunan masyarakat Sunda tersebut dapat diidentifikasi dengan

dengan pemakaian bahasa verbal dan gerakan mata, gerakan kepala, serta gerakan

tangan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Kesantunan antara masyarakat

Sunda telah memenuhi kelima skala kesantunan, yaitu: (1) skala kerugian dan

keuntungan; (2) skala pilihan; (3) skala ketidaklangsungan menunjuk kepada

peringkat langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan; (4) skala

keotoritasan; (5) skala jarak. Secara menyeluruh, setiap data menunjukan rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

153

saling menjaga harkat dan martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga

tuturannya tidak menyinggung perasaan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

156

BAB V

PENUTUP

Bab lima merupakan bagian penutup dari penelitian ini. Bab ini terdiri atas

dua pokok yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi uraian ringkas dan padat

hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi peneliti

terhadap peneliti lain berkaitan dengan temuan penelitian yang relevan. Berikut

ini merupakan penjelasan dari kedua hal tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang disesuaikan dengan landasan

teori, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, wujud

kesantunan bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda yaitu tindak tutur

yang disertai dengan bahasa nonverbal kinestetik. Tindak tutur sebagai wujud

bahasa verbal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) lokusi, yaitu

tuturan yang bermakna secara semantik; (2) ilokusi, yaitu tuturan yang bermakna

secara pragmatik; dan (3) perlokusi, yaitu makna yang timbul sebagai hasil atau

efek dari tuturan yang diujarkan oleh penutur. Tindak tutur tersebut disertai

bahasa nonverbal kinestetik, yaitu (a) bahasa verbal dan nonverbal fasial, (b)

bahasa verbal dan nonverbal gestural, dan (c) bahasa verbal dan nonverbal

postural. Jadi, wujud bahasa verbal berupa aspek linguistik (kalimat dan makna)

yang membentuk tuturan yang disertai wujud bahasa nonverbal melalui pesan

kinestetik berupa: raut/ekspresi wajah menunjukkan pesan fasial. Sikap santun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

157

dapat ditunjukkan melalui raut muka untuk berbagai hal, seperti 1) mencari

informasi; 2) menujukkan perhatian dan ketertarikan; 3) mengajak dan

mengendalikan interaksi; 4) mempengaruhi orang lain; 5) memberikan umpan

balik pada saat berbicara; serta 6) mengemukakan sikap. Misalnya, penyampaian

ceramah agama, penyampaian materi pada kegiatan sosialisasi, kegiatan PKK

yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda melibatkan tuturan dan bahasa

nonverbal fasial. Kemudian, gerakan sebagian anggota badan yaitu mata dan

gerakan tangan yang menunjukkan pesan gestural serta gerakan sebagian anggota

badan yaitu mata dan gerakan tangan yang menunjukkan kesantunan melalui

bahasa nonverbal gestural; gerakan seluruh anggota badan yang menunjukkan

kesantunan melalui bahasa nonverbal postural.

Kedua, fungsi pemakaian bahasa verbal dan nonverbal masyarakat Sunda

didasarkan pada wujud-wujud bahasa nonverbal kinestetik berupa bahasa

nonverbal fasial, gestural, dan postural yang mampu menyampaikan maksud

kesantunan. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat Sunda

berfungsi sebagai (a) komplemen (pelengkap) bahasa verbal berarti pemakaian

bahasa nonverbal tersebut digunakan untuk menambah dan melengkapi sikap

yang disampaikan oleh bahasa verbal; (b) aksentuasi (penekan) bahasa verbal

berarti pemakaian bahasa nonverbal tersebut digunakan untuk menonjolkan

beberapa bagian penting dari bahasa verbal yang diujarkan; (c) regulasi

(mengatur) bahasa verbal berarti pemakaian bahasa nonverbal mampu

mengendalikan bahasa verbal; dan (d) repetisi (mengulang) bahasa verbal berarti

pemakaian bahasa verbal dapat mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

158

Ketiga, makna pragmatik kesantunan bahasa verbal dan nonverbal

masyarakat Sunda dapat ditunjukkan dengan maksud menyampaikan permohonan

atau harapan, maksud menyampaikan informasi, maksud menyampaikan perintah,

dan maksud menyampaikan permohonan maaf. Maksud-maksud tersebut

merupakan indikator kesantunan masyarakat Sunda yang termanifestasi melalui

bahasa nonverbal kinestetik yaitu bahasa nonverbal fasial, gestural, dan postural.

Makna pragmatik bahasa verbal dan nonverbal kinestetik masyarakat Sunda

merupakan pemakaian bahasa verbal yang disertai ekspresi wajah/raut muka

penutur dan mitra tutur; gerakan mata, gerakan kepala, serta gerakan tangan untuk

menyampaikan maksud kesantunan; serta gerakan seluruh anggota badan, seperti

gerakan membungkukkan badan, berdiri tegak, gerakan badan ke kiri, dan gerakan

badan ke kanan untuk menyampaikan maksud kesantunan. Makna pragmatik yang

ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemakaian bahasa verbal dan nonverbal

kinestetik (fasial, gestural, dan postural) yang mampu menunjukkan sikap

kebijaksanaan, sikap pujian, dan sikap kesetujuan.

Masing-masing data wujud, fungsi, dan makna pragmatik memenuhi

kelima skala kesantunan, yaitu: (1) cost-benafit scale atau skala kerugian dan

keuntungan bahwa setiap komunikasi penutur selalu mengutamakan pesaraan

mitra tutur; (2) optionality scale atau skala pilihan bahwa saat berkomunikasi

penutur memilih untuk tidak terlalu sering menggunakan tuturan imperatif; (3)

indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat

langsung atau tidak langsungnya dimaksudkan sebuah tuturan bahwa saat

berkomunikasi penutur menyampaikan tuturan secara tidak langsung (tersirat); (4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

159

authority scale atau skala keotoritasan bahwa saat berkomunikasi penutur

menyesuaikan tuturan berdasarkan hubungan status sosial; (5) social distance

scale atau skala jarak berarti setiap komunikasi skala jarak sosial mampu

mengindikasi kesantunan. Artinya, kesantunan masyarakat Sunda tersebut dapat

diidentifikasi dengan bahasa nonverbal fasial, gestural, dan postural penutur dan

mitra tutur saat berkomunikasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil hasil analisis, pembahasan, dan simpulan, beberapa saran

dapat disampaikan sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini hanya meneliti wujud, fungsi, dan makna pragmatik

pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi kesantunan

masyarakat Sunda pada beberapa acara formal di Kecamatan Sindangkasih,

Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat

dikembangkan pada kegiatan-kegiatan lain yang lebih bervariatif. Peneliti lain

dapat melaksanakan penelitian di pasar tradisional agar tuturan (bahasa verbal)

konsisten dan pemakaian bahasa secara natural menggunakan bahasa Sunda.

Penelitian ini difokuskan pada bahasa nonverbal kinestetik, yaitu bahasa

nonverbal fasial, bahasa bonverbal gestural, dan bahasa nonverbal postural saja.

Bagi peneliti lain diharapkan mampu mengembangkan aspek lain untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

160

menganalisis pemakaian bahasa nonverbal jenis lain untuk mengungkapkan

kesantunan berbahasa suatu budaya masyarakat.

5.2.2 Bagi Masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih

Hasil penelitian pemakaian bahasa verbal dan nonverbal sebagai manifestasi

kesantunan masyarakat Sunda sebagai gambaran, masukan, dan pemahaman bagi

para masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih. Penelitian ini dapat

digunakan sebagai informasi terkait bentuk-bentuk kesantunan berbahasa melalui

bahasa verbal dan nonverbal dalam praktik berkomunikasi. Hasil dari temuan

tersebut kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengimplementasikan

kesantunan agar masyarakat Sunda di Kecamatan Sindangkasih tetap melestarikan

kebudayaan sebagai norma dalam bermasyarakat dengan memperhatikan

kesantunan melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Implementasi dari

penelitian ini dapat digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Sindagkasih untuk

tetap menjaga kesatunan saat bekomunikasi, seperti pelaksanaan kegiatan

pengajian, sosialisasi, rapat, kegiatan pertemuan PKK dan kegiata berbelanja di

pasar tradisional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

161

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. (1972). Bahasa Nonverbal Communication in Human Social

Interaction. In. R. A. Hindie, Bahasa Nonverbal Communication. Oxford:

Cambridge University Press.

Argyle, M. (1988). Bodily Communication, 2nd ed. New York: Methuen.

Bahfiarti, T. (2013). Adaptasi Diri dengan Budaya Sunda In Adapting To The

Sundanese Culture, 2(1), 55–64 diakeses pada 4 Maret 2019.

Brown, P. dan S. Levinson. (1987). Politeness: Some Universals in Language

Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. (2004). Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. (2012). Linguistik Umum (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, John W. (2015). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional books.

Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University

Press.

Ellen, Gino. (2006). Kritik Teori Kesantunan. Terjemahan oleh Abdul Syukur

Ibrahim (Peny.). Surabaya: Airlangga University Press.

Fauziah. (2003). Tesis untuk Suatu Etnopragmatik. Sumatera Utara: USU Digital

Library.

Fasold, Ralph. (1984). The Sociolinguistics of Society. Oxford: Blackwell.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

162

Fishman, Joshua A. (1968). Readingin The Sociology of Language. Paris: Louton

Haque.

Foley, W. A. (2001). Antrhropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell

Publisher Inc.

Goldman, E. (1994). As Others See. New York: Routledge.

Grice, H. P. (1975). “Logic and Conversation” dalam Cole; P & J.L. Morgan.

Syntax and Semantics, 3(Speech Acts. New York: Akademic Press.).

Gunawan, F. (2013). Wujud Kesantunan Berbahasa Mahasiswa terhadap Dosen di

Stain Kendari. Journal Arbitrer, 1(1), 8–18 diakeses pada 6 Maret 2019.

Halliday, MAK 2001. Language as Social Semiotic. The Social Interpretation of

Language and Meaning. Beijing: Foreign Language Teaching and

Research Press.

Indriani. (2016). Tindak Komunikasi Verbal dan Bahasa Nonverbal Bentuk Lepas

Hormat dalam Bahasa Bali, 06(April), 37–58 diakeses pada 9 Maret 2019.

Knapp, L., Markand Hall, A. Judith. (2002). Nonverbal Communication in

Human Interaction. Crawfordsville: Thomson Learning.

Koentjaraningrat. (1994) Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta:

Gramedia.

Lapakko, David. (2007). Communication is 93 % Nonverbal : An Urban Legend

Proliferates. Communication and Theater Association of Minnesota Journal,

34, 7–19.

Leech, Geoffrey N. (1983). Principles of Pragmatics. Harlow: Longman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

163

Leathers, Dale G. (1976). Nonverbal Communication System. Ally and Bacom inc

London.

Levinson, Stephen C. (1983). Pragmatics. London: Cambridge University Press.

Lewis, H. (1998). Body Language: A Guide for Professionals. Thousand Oaks:

Sage Publication, Inc.

Mahsun, M.S. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Teknikmya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

___________.(2007). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pres.

Malinowski, B. 1923. The Problems of Meanings in Primitive Language In CK

Ogenda & A. Richards. (ed.) The Meaning of Meaning. New York: Harcourt,

Brace and World, lnc.

Manaf, N. A. (2011). Kesopanan Tindak Tutur Menyuruh dalam Bahasa

Indonesia. LITERA, 10(2).

McArthur, T. & R. McArthur. (2001). Oxford Concise Companion to the English

Language. Shanghai: Shanghai Foreign Language Education Press.

Mehrabian, A. (2017). Nonverbal Communication (eBook Publ). New York:

Routledge diakeses pada 22 Maret 2019.

Milles, Mattew B.A., & M. H. (1994). Qualitative Data Analysis An Expanded

Sourcebook Second Edition. California: Sage Publication, Inc.

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nababan, M. L. E. (2012). Kesantunan Verbal dan Bahasa nonverbal Pada

Tuturan Direktif dalam Pembelajaran di SMP Taman Rama National Plus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

164

Jimbaran Program Studi Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha.

Nababan, P.W.J. (1987). Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerappannya). Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nesi, A. (2018). Tradisi Lisan Takanab Sebagai Wujud Identitas Masyarakat

Dawan : Universitas Sanata Dharma.

Pranowo. (2009). Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2009). Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat Ditinjau dari Aspek

Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

_______. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardi, Kunjana. (2009). Sosiopragmatik. Yogyakarta: PT Gelora Aksara

Pratama.

Rakhmat, Jalaluddin. (2000). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

_________________. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Rohmandi, M. (2004). Pragmatik: Teori dan Analitis. Yogyakarta: Lingkar

Media.

Ruben, Brent D., dan Stewart. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Indeks.

Spradley, P. J. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PEMAKAIAN BAHASA VERBAL DAN NONVERBAL SEBAGAI …repository.usd.ac.id/36676/2/171232013_full.pdf · Kata Kunci: Bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan kesantunan. PLAGIAT MERUPAKAN

165

Sanata Dharma University Press.

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD.

Bandung: Alfabeta.

Sumarsono dan Partana, Paina. (2002). Sosiolimguistik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Wang, Haiyang. (2009). "Nonverbal Communication and The Effect on

Interpersonal Communication". Qingdao: University of Science and

Technology Qingdao 266061, China.

(https://www.researchgate.net/publication/47716217_the_Role_of_context_

in_discourse_analysis/amp) diakses pada 20 Maret 2019.

Wharton, Tim. (2009). Pragmatics and Non-Verbal Communication. UK:

Cambridge University Press.

Webbink, P. (1986). The Power of Eyes. New York: Spinger Publishing.

Zakiah, K. (2005). Penelitian Etnografi Komunikasi : Tipe dan Metode, (56), 181–

188.

Zeki, C. P. (2009). The Importance of Non-verbal Ccommunication in Classroom

Management. Procedia Social and Behavior Sciences Elsevier, 2009, 1443–

1449 diakeses pada 2 Februari 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI