123
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DI KELAS XI IPS SMA N 1 KECAMATAN AKABILURU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Matematika Oleh: HERU ANANDA SAPUTRA NIM: 2412.001 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITINGGI 2016 M / 1437 H

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DI KELAS XI IPS SMA N 1

KECAMATAN AKABILURU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

(S1) Pendidikan Matematika

Oleh:

HERU ANANDA SAPUTRA

NIM: 2412.001

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITINGGI

2016 M / 1437 H

Page 2: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 3: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 4: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HERU ANANDA SAPUTRA

NIM : 2412.001

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Pemahaman Konsep Matematika Siswa Melalui Model

Pembelajaran Learning Cycle di Kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul di atas

adalah asli karya saya sendiri, demikian surat pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 16 Agustus 2016

Saya yang menyatakan

Heru Ananda Saputra

NIM. 2412.001

Page 5: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

v

Halaman Persembahan

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta). Di tambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah

(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (di tuliskan) kalimat Allah, sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana”.

(Q.S. Al Luqman : 27)

Ya Allah ...... Terima kasih atas nikmat dan rahmat-Mu yang agung ini, hari ini hamba bahagia, Sebuah perjalanan panjang dan gelap...telah kau berikan secercah cahaya terang Meskipun hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang aku sendiri belum tahu pasti jawabannya Di tengah malam aku bersujud, kupinta kepada-Mu di saat aku kehilangan arah, kumohon petunjuk-Mu Aku sering tersandung, terjatuh, terluka dan terkadang harus kutelan antara keringat dan air mata Namun aku tak pernah takut, aku takkan pernah menyerah karena aku tak mau kalah, Aku akan terus melangkah berusaha dan berdo’a tanpa mengenal putus asa.

Syukur alhamdulillah.......... Kini aku tersenyum dalam iradat-Mu Kini baru kumengerti arti kesabaran dalam penantian.....sungguh tak kusangka ya....Allah Kau menyimpan sejuta makna dan rahasia, sungguh berarti hikmah yang Kau beri....

Kupersembahkan karya kecil ini keharibaan yang tercinta

Ayahanda Sawawi dan Ibunda Nurhayati

Page 6: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

vi

Sebagai tanda bakti dan terima kasihku untuk semua cinta, kasih sayang, pengorbanan dan do’a yang selalu dialamatkan untukku. Apa yang ku peroleh hari ini belum mampu membayar setetes keringat dan air mata mereka. Karenanya Ya Allah hamba memohon jadikanlah keringat mereka sebagai mutiara yang kemilau di saat kegelapan dan jadikanlah butiran air mata mereka sebagai penyejuk tatkala dahaga. Amiinnnn..

buat abangku “Alwizar” yang selalu sabar menghadapi adikmu yang begitu banyak kekurangan ini, adikmu mengucapkan banyak terimakasih yang telah sangat berjasa dalam kehidupanku dan kemajuan pendidikanku, semua jasamu bg tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Walaupun sikap ku yang selalu membuatmu marah, tapi aku tetap menyayangimu sebagai saudara ku. seandainya Allah membukakan pintu risky nanti semua jasamu akan ku balas saat di hari tuamu dan kepada anakmu. Untuk teman-teman angkatan 2012 pendidikan matematika terkhusus matematika A yang tidak bisa Ru sebutkan satu persatunya, makasih buat semuanya maafin ru jika sering bikin temen2 semua jengkel dan sakit hati, baik sikap, candaan ru yang mungkin membuat teman-teman tersinggung tapi ru

tidak pernah ada niat untuk menyakiti hati temn-teman semua,. jangan

pernah lupain ru ya,,,,

Page 7: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

vii

Kemudian untuk Temen2 masa KKN ru, bg Firdaus, Bunda, Rian, Dea, Rezi, Erni dan Rosa kenangan masa2 kita di SI TUJUAH GADANG ga ‘akan pernah ru lupakan,,,tapi ngomong2 kapan kita bareng2 lagi ke Situjuah

Gadang??hehehe

~ Foto KKN di masjid Situjuah Gadang ~

Selanjutnya Temen2 Masa PPL di SMAN 1 Kec Akabiluru, yaitu fitri, dewi, desi, puja, bg tom, pak adrial dan si imbrohin, jangn pernah lupain Ru, walaupun Ru menyebalkan dan sedikit cuek apalagi sangat ego, maafkan saya semoga kita menjadi manusia sukses. Amin Terimakasih juga kepada pihak sekolah di SMA N 1 Kec.Akabilu yang tidak dapat ananda sebutkan satu persatunya, yang sudah memberikan kemudahan /kelancaran dalam menyelesaikan study ananda di IAIN Bukittinggi.

Makasih juga buat teman”yang tidak dapat Heru ucapkan namanya satu persatu … yg selalu hadir di hati ru dikala ru lagi sedih maupun senang..semoga impian yang kita harapkan segera kita raih,,, amiiinnn Ya Robbal ‘Alamin!!!

Aku siap melangkah lebih tinggi!!

Page 8: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

viii

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.

(QS. Al-Insyirah ayat 6-8)

Allah mencintai pekerjaan seseorang yang apabila bekerja ia menyelesaikan dengan baik.

(HR. Thabrani)

Jika kesuksesan diibaratkan matahari dan kegagalan diibaratkan hujan,

maka kita membutuhkan keduanya

untuk melihat indahnya pelangi

kesuksesan itu akan menjadi positf tak hingga kalau diperoleh dengan niat untuk berusaha

yang diringgi dengan doa tapi kesuksesan akan menjadi negatif tak hingga kalau dikerjakan

dengan bermalas-malasan tampa diiringi niat dan doa. sebab kesuksesan itu bersifat relatif

Hari tak akan indah tanpa mentari dan rembulan,

begitu juga hidup tak akan indah tanpa tujuan, harapan, serta tantangan

meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa,

apabila semuanya terlalui dengan baik,

meski harus memerlukan pengorbanan.

Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah,

Bukanlah sukses kalau tidak melalui rintangan,

Bukanlah menang kalau tidak ada pertarungan,

Bukanlah lulus kalau tanpa ujian,

Dan bukanlah berhasil kalau tanpa berusaha.

Page 9: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

ix

ABSTRAK

Heru Ananda Saputra/2412.001/2016: Judul Skripsi: Pemahaman Konsep

Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di Kelas XI

IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang ditemukan

di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru. Berdasarkan pengamatan pada

saat melaksanakan Pratek Pengalaman Lapangan(PPL) dan wawancara yang telah

dilakukan yaitu kurangnya pemahaman konsep matematika siswa, rendahnya

minat belajar matematika siswa dan hasil belajar siswa masih rendah. Untuk

mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan

model pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran matematika. Rumusan

masalah pada penelitian ini adalah apakah pemahaman konsep matematika siswa

yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Learning

Cycle lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada pembelajaran

konvensional di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2015/2016. Hipotesis dalam peneltian ini adalah pemahaman konsep matematika

siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

Learning Cycle lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan

penelitian The Static Group Comparison Design. Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2015/2016. Pengambilan sampel dipilih secara acak dengan terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas, homogenitas dan kesamaan rata-rata pada data populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen

dan siswa kelas XI IPS 4 sebagai kelas kontrol. Data penelitian diperoleh dari tes

pemahaman konsep matematika siswa (tes akhir).

Dari hasil analisis tes akhir dengan menggunakan uji-t pada taraf nyata

diperoleh harga thitung > ttabel yaitu 3.1227 > 1.68 serta dengan

menggunakan Softwere Minitab dengan P-value < 0.05, yaitu 0.002 < 0.05

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada pembelajaran

Konvensional di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2015/2016.

Page 10: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

x

KATA PENGANTAR

Rasa syukur nikmat kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karuniaNya, rasa cinta pada Nabi Muhammad S.A.W teladan semua ummat.

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE DI KELAS XI IPS SMA N 1 KECAMATAN

AKABILURU TAHUN PELAJARAN 2015/2016’’

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan dengan itu, izinkanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

2. Bapak/ Ibu Wakil Rektor IAIN Bukittinggi.

3. Bapak Dr. H. Nunu Burhanudin, Lc,.M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi

5. Ibu Aniswita, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

Penasehat Akademik sekaligus pembimbing 1

6. Bapak M.Imamuddin, M.Pd selaku pembimbing II

7. Bapak/ Ibu dosen Jurusan Pendidikan Matematika.

Page 11: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xi

8. Bapak Fauzi Yuberta, M.Pd Dosen IAIN Bukittinggi, Ibu Eka Pasca Surya

Bayu M.Pd Dosen IAIN Bukittinggi, Ibu Yelmiati M.Pd Dosen IAIN

Bukittinggi selaku Validator

9. Bapak Drs. Indra Wirman selaku Kepala SMA Negeri 1 Kecamatan Akabiluru

10. Bapak Drs. Hendri selaku Guru Mata pelajaran Matematika SMA Negeri 1

Kecamatan Akabiluru sekaligus sebagai validator

Tiada yang pantas penulis ucapkan kecuali untaian kata terima kasih

“jazaakumullah Ahsanal Jazaa” semoga amalnya diterima oleh Allah SWT,

dan dibalas dengan sebaik-baik balasan. Semoga karya yang masih jauh dari

kesempurnaan ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua. Amin Ya Mujibas

Saaillin.

Bukittinggi, 16 Agustus 2016

Penulis

Heru Ananda Saputra

NIM : 2412.001

Page 12: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xii

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................................iii

SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

MOTTO .............................................................................................................. viii

ABSTRAK .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 13

C. Batasan Masalah ................................................................................ 14

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 14

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 14

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 14

G. Definisi Operasional ........................................................................... 15

Page 13: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xiii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Learning Cycle

1. Model Pembelajaran Learning Cycle ............................................. 17

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Learning Cycle………… 20

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning

Cycle……………………………………………………………... 25

B. Pembelajaran Konvensional

1. Pembelajaran Konvensional ........................................................... 26

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional ............................. 27

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional .............. 29

C. Pemahaman Konsep Matematika

1. Pemahaman Konsep Matematika ................................................... 31

2. Indikator dan Rubik Penskoran Pemahaman Konsep

Matematika .................................................................................... 34

D. Penelitian yang Relevan .................................................................... 36

E. Kerangka Konseptual ......................................................................... 37

F. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 39

B. Rancangan Penelitian ........................................................................ 39

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi ......................................................................................... 40

2. Sampel ........................................................................................... 41

Page 14: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xiv

D. Variabel dan Data

1. Variabel.......................................................................................... 49

2. Data ................................................................................................ 50

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan .............................................................................. 51

2. Tahap Pelaksanaan ......................................................................... 52

3. Tahap Penyelesaian ....................................................................... 56

F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 56

G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ................................................................................. .. 74

B. Analisis Data ................................................................................... .. 75

C. Pembahasan ........................................................................................ 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... .. 92

B. Saran ................................................................................................ .. 92

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 15: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1.1

2.1

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

3.10

3.11

3.12

3.13

4.1

4.2

4.3

4.4

Presentase Nilai Soal Pemahaman Konsep Matematika Ulangan Harian 2

Kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2015/2016.....................................................................................................

Rubik Penskoran Pemahaman Konsep Matematika Siswa..........................

Rancangan Penelitian………………………...............................................

Jumlah Siswa kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru

Tahun Pelajaran 2015/2016…………………..............................................

Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi dengan Uji Lilliefors..........................

Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi dengan Software Minitab……….......

Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi…………..

Langkah-langkah Pembelajaran pada Kelas Sampel……………………...

Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Matematika…….………………..

Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes………………….....................

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes………………...

Hasil Perhitungan Indeks Pembeda Soal Uji Coba Tes…………………...

Hasil Analisis Soal Uji Coba……………………………………………...

Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Uji Lilliefors………………….

Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Software Minitab………….....

Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika………………….....................

Hasil Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep Matematika Kelas

Sampel……………………………………………………………………..

Hasil Uji Homogenitas Tes Pemahaman Konsep Matematika…………….

Hasil Uji Hipotesis Tes Pemahaman Konsep Matematika………………...

7

34

40

40

43

44

47

52

57

61

63

64

65

67

68

75

75

76

76

Page 16: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xvi

Page 17: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

2.1

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 1……………………………

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 2……………………………

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 3……………………………

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 4……………………………

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 5……………………………

Kerangka Konseptual……….……………………………………

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu Menyatakan

Ulang Sebuah Konsep………………………................................

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu

Mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya …...

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu Menyajikan

konsep dalam bentuk representasi matematis…………………….

Jawaban Siswa di Kelas Kontrol…………………………………

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu

konsep…………………………………………………………….

Jawaban Siswa di Kelas Kontrol…………………………………

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur / operasi

tertentu……………………………………………………………

8

8

9

10

10

38

80

82

83

83

84

85

86

Page 18: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xvii

4.8

4.9

4.10

Jawaban Siswa di Kelas Kontrol…………………………………

Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Siswa Mampu

Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan

masalah……………………………………………………….......

Jawaban Siswa di Kelas Kontrol…………………………………

87

89

90

Page 19: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

XI

XII

XIII

XIV

XV

XVI

XVII

XVIII

XIX

XX

XXI

Daftar Nilai Siswa Kelas Populasi…………………………………...

Uji Normalitas Kelas Populasi (Perhitungan Manual)………………

Uji Normalitas Kelas Populasi Minitab……………………………...

Uji Homogenitas Kelas Populasi (Perhitungan Manual)…………….

Uji Homogenitas Kelas Populasi Minitab…………………………...

Uji Kesamaan Rata- Rata Kelas Populasi (Perhitungan Manual)…...

Uji Kesamaan Rata- Rata Kelas Populasi Minitab………..................

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen………….....

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kontrol.......…………….

Lembar Kerja Siswa (LKS)………………………………………….

Kisi- Kisi Soal Uji Coba Tes Akhir………………………………….

Soal Uji Coba Tes Akhir……………………………………………..

Lembar Kunci Jawaban …………………………………………......

Hasil Validasi Perangkat …………………………………………….

Validitas Soal Uji Coba…………………………………………...…

Reliabilitas Soal Uji Coba………………………………………...…

Indeks Kesukaran Soal Uji Coba………………………………….....

Daya Pembeda Soal Uji Coba………………………………………

Daftar Nilai Kelas Eksperimen dan Kontrol

Uji Normalitas Kelas Sampel (Perhitungan Manual)……………….

Uji Normalitas Kelas Sampel Minitab………………………………

94

95

103

105

107

108

112

113

168

199

223

225

227

232

234

236

238

239

240

243

247

Page 20: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

xix

XXII

XXIII

XXIV

XXV

XXVI

XXVII

XXVIII

XXIX

XXX

XXXI

XXXII

XXXIII

Uji Homogenitas Kelas Sampel (Perhitungan Manual)……………...

Uji Homogenitas Kelas Sampel Minitab…………………………….

Uji Hipotesis Kelas Sampel (Perhitungan Manual)………………….

Uji Hipotesis Kelas Sampel Minitab………………………...………

Proses Belajar Kelas Eksperimen……………………………………

Proses Belajar Kelas Kontrol………………………………………...

Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal………………………

Tabel Chi-Kuadrat…………………………………………………...

Daftar Nilai Kritis L Untuk Uji liliefors…………………………………

Tabel Nilai Kritik Sebaran F ………………………………………...

Tabel Distribusi t ……………………………………………………

Tabel r ………………………………………………………………

248

250

251

253

254

256

258

259

260

262

263

264

Page 21: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang

mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat

memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan suatu wadah

kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa

secara berkesinambungan yaitu membina mental, rasio, intelektual dan

kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. Pendidikan lahir dari

pergaulan antarorang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu

kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan

sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan.1 Sebagaimana firman

Allah SWT dalam surah Al-Kahfi ayat 66 yang berbunyi

ا علمت رشدا قال له موسى هل أتبعك على أن تعلمه مم

Artinya : Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya

kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah

diajarkan kepadamu.”2

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebagai mukmin kita diwajibkan

menuntut ilmu dan saling berbagi ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu manusia

yang mempunyai ilmu dapat mengembangkan ilmunya, salah satunya yaitu

melalui pendidikan.

1Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 5

2Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN dan Terjemahannya, (Bandung:

Jumanatul Ali-Art( J-ART), 2005), juz 28, h.544

1

Page 22: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

2

Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang

pendidikan nasional menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.3

Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas yang

paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Hal ini dikarenakan

dengan melalui kegiatan belajar mengajar tujuan pendidikan dapat tercapai

yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa.

Matematika adalah salah satu bidang studi yang bisa mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang

terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.4 Selain itu

matematika juga merupakan ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.5

Maksudnya matematika adalah ilmu pengetahuan yang membantu ilmu

pengetahuan lainnya, seperti fisika, kimia, ekonomi dan lain-lainnya.

Peran sebagai ratunya ilmu tergantung pada bagaimana seseorang

dapat menggunakannya. Ketika ada peran yang berkembang maka kita dapat

3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia N0 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , (Jakarta:, 2010), hal. 1 4Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA

Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 18 5Erman Suherman dkk, Strategi …, h. 17

Page 23: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

3

mengatakan bahwa matematika memberikan dampak yang cukup berarti

terhadap perkembangan ilmu dan matematika itu sendiri.6

Mengingat betapa pentingnya peranan matematika, telah banyak usaha

yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

khususnya dalam bidang matematika. Usaha yang telah dilakukan diantaranya

mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), seminar, pelatihan

guru, penyempurnaan kurikulum dan lain-lain. Perbaikan mutu pendidikan

dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan

jalan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan

umum diberikannya matematika pada jenjang dasar dan menengah adalah

sebagai berikut:

1. Membentuk kemampuan berfikir secara kritis, logis, sistematis dan

memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu persoalan

baik dalam bidang matematika ataupun kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan aktivitas kreatifitas yang melibatkan imajinasi, intuisi

dan penemuan

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau komunikasi

gagasan melalui lisan atau tulisan.7

Selain itu juga terdapat Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang

Standar isi mata pelajaran Matematika, menyatakan bahwa pembelajaran

matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efesien dan

tepat dalam pemecahan masalah.

6Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 51 7Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 24: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

4

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pengetahuan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.8

Mengacu pada tujuan di atas, siswa hendaknya mampu melibatkan diri

secara aktif dalam proses pembelajaran matematika. Keaktifan siswa tersebut

tentunya sangat membantu siswa untuk dapat memahami konsep matematika

serta dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep. Dimana keterkaitan antara

satu konsep dengan konsep yang lainnya sangat dibutuhkan dalam

pembelajaran matematika. Dengan pemahaman dan penguasaan konsep yang

dimiliki, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep tersebut secara

akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan berbagai permasalahan

matematika. Dalam matematika telah dibuat beberapa kriteria atau indikator

tentang pemahamn konsep, dimana kriteria pemahaman konsep itu Menurut

Depdiknas (2004) dalam Wardhani , yaitu:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya.

c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu proses.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah9

8Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi Mata Pelajaran Matematika

Page 25: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

5

Berdasarkan pengamatan peneliti saat melaksanakan Praktek

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Kecamatan Akabiluru pada tanggal

15 September 2015, bahwa Proses pembelajaran masih terpusat pada guru.

Terlihat bahwa siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

siswa kebanyakan kurang memahami konsep dari materi yang telah dipelajari

serta kurang mampu untuk menganalisa keterkaitan antar konsep dari satu

materi dengan materi yang lainnya. Jika pelajaran telah dimulai dengan pokok

bahasan yang baru, maka siswa kurang begitu ingat dengan pokok bahasan

yang sebelumnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru karena

penguasaan konsep yang kurang. Kondisi inilah yang mengakibatkan

rendahnya penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa

orang siswa, alasannya mereka kurang minat terhadap matematika, kurang

perhatian terhadap matematika dan kurang menyenangi matematika karena

pelajaran matematika itu tidak menarik dan materinya sulit dihafal. Siswa juga

sulit menyelesaikan soal-soal yang ada pada buku pegangan siswa, karena

masih kurangnya pemahaman mereka tentang materi pelajaran.10

Sementara itu, menurut Bapak Hendri, kemampuan dasar matematika

siswa masih rendah, Rendahnya minat belajar matematika siswa di kelas, lalu

9Sri Wardhani, Analisis SI dan SKL Mata pelajaran Matematika SMP/MTs untuk

Optimalisasi Tujuan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta:Departemen Pendidikan

Nasional.2008), Hal.10 10

Endrico Saputra, Annisa Turrahmi, Suci Oktamirzani, Herman Pelangi, Putra Hidayat,

Gilang Cahaya, Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Kec. Akabiluru, 18 September 2015

Page 26: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

6

siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep yang mereka

peroleh saat proses pembelajaran di kelas.11

Kemudian menurut Ibu Mismiza,

pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPA cukup tinggi.12

Hal ini

dapat terlihat pada saat melakukan pengamatan di dalam kelas, bahwa siswa

kelas XI IPA lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih bisa menyelesaikan

soal-soal yang diberikan guru, dan hasil belajar matematika siswa kelas XI

IPA lebih tinggi dari pada kelas XI IPS. Sehingga dari penjelasan di atas dan

pengamatan langsung pada saat masuk kelas XI IPA maupun kelas XI IPS

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru.

Selain itu peneliti memperoleh data bahwa presentase nilai soal

pemahaman konsep matematika Ulangan Harian 2 siswa kelas XI IPS SMA

N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016 yang memenuhi

indikator pemahaman konsep matematika masih sangat rendah. Seperti yang

terlihat pada tabel di bawah ini:

11

Hendri, Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPS di SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru, 22 September 2015 12

Mismiza, Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPA di SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru, 28 September 2015

Page 27: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

7

Tabel 1.1 Presentasi Nilai Soal Pemahaman Konsep Matematika

Ulangan Harian 2 Kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016

Kelas

Jumlah

KKM

Persentase

Ketuntasan

Siswa Soal Siswa yang

Tuntas Tuntas Tidak

Tuntas

XI IPS1

20 orang

5 1 orang 76 5 % 95 %

XI IPS2

21 orang

5 2 orang 76 9,52 % 90,47%

XI IPS3

22 orang

5 1 orang 76 4,5 % 95,5 %

XI IPS4

22 orang

5 3 orang 76 13,6 % 86,4 %

Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika SMA N 1 Kecamatan Akabiluru

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa pemahaman konsep matematika

siswa kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru masih sangat rendah. Hal

ini terlihat dari presentase banyaknya siswa yang mampu menyelesaiakan soal

essai ulangan harian 2 yang terdiri dari 10 soal dan terdapat 5 soal yang

berkaitan dengan pemahaman konsep yang memenuhi indikator pemahaman

konsep matematika. Dari hasil analis lembar jawaban siswa di kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru hanya sedikit siswa yang mampu menjawab

soal pemahaman konsep matematika tersebut, berikut hasil analisis lembar

jawaban siswa pada materi peluang di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru,

Soal nomor 1: Hitunglah nilai dari!

Page 28: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

8

Gambar 1.1

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 1

Pada soal nomor 1 siswa melakukan kesalahan pada pembagian

penyebut dari operasi faktorial, dimana siswa tidak menjabarkan 4! Menjadi

4x3x2x1 dan setelah itu baru di sederhanakan operasi faktoril tersebut.

Seharusnya untuk menyelesaikan soal di atas siswa harus terlebih dahulu

memahami konsep faktorial yaitu bilangan asli n, maka n faktorial

didefinisikan sebagai berikut ( ) ( ) . Jika

dikaitkan ke dalam indikator pemahaman konsep matematika siswa belum

mampu menyatakan ulang sebuah konsep dengan kata lain siswa belum

mampu menguasai konsep operasi faktorial.

Soal nomor 2: Hitunglah nilai dari ! a. P( 7, 3 ) dan b. C( 10, 4)

Gambar 1.2

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 2

Page 29: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

9

Pada soal nomor 2 terlihat bahwa siswa mengalami kesalahan dalam

menggunakan rumus permutasi dan kombinasi. Seharusnya rumus permutasi

dari soal a adalah yaitu P (n,r) =

( ) , dengan r , sehingga di peroleh

( ) tetapi rumus permutasi digunakan pada soal b dan seharusnya rumus

dari soal b adalah C (n,r) =

( ) , dengan r , sehingga menjadi

( ) ,

maka terlihat bahwa siswa belum mampu menyatakan ulang sebuah konsep

dari permutasi dan kombinasi.

Soal nomor 3: Beberapa banyak susunan yang berbeda dapat dibentuk dari

huruf-huruf pada kata “MATEMATIKA”

Gambar 1.3

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 3

Pada soal nomor 3 siswa melakukan kesalahan dalam penambahan

unsur dari kata “MATEMATIKA” dalam pengetahuannya siswa hanya

membuat unsur sejenis saja tanpa menambahakan unsur lain dari soal yang

diketahui, sehingga untuk soal yang berbeda nantinya siswa akan melakukan

kesalahan yang sama. Dilihat dari lembar jawaban yang dibuat siswa bahwa

Page 30: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

10

siswa kurang paham dalam menyajikan konsep dalam berbagai representasi

matematis.

Soal Nomor 4: Tentukan banyaknya kemungkinan susunan ketua OSIS,

sekretaris OSIS, dan bendahara OSIS jika di pilih dari 10

siswa

Gambar 1.4

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 4

Pada soal nomor 4, terlihat bahwa siswa sudah mampu untuk

mengelompokan unsur-unsur yang terdapat dalam soal namun masih kurang

paham dalam mengaplikasikan konsep tersebut. Dalam hal ini siswa telah

melanggar indikator pemahaman konsep dari awal yaitu mengklasifikasi objek

menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Seharusnya untuk

menyelesaikan soal di atas siswa harus lebih dahulu memahami konsep

kombinasi yaitu C (n,r) =

( ) , dengan r , dan menentukan mana nilai n

dan r. Diduga kurangnya pemahaman konsep siswa disebabkan karena siswa

cenderung bersifat menghafal bukan memahami sehingga jika diberikan soal

Page 31: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

11

yang sedikit berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru siswa tidak bisa

menyelesaikan soal tersebut.

Soal nomor 5 : Enam orang duduk mengelilingi meja bundar. Berapa

banyaknya susunan duduk yang berbeda dari 6 orang tersebut?

Gambar 1.5

Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 5

Pada soal nomor 5 dapat terlihat bahwa siswa belum bisa

mengaplikasikan konsep/algoritma pemecahan masalah sehingga siswa

melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal tersebut, Selanjutnya siswa

juga belum paham penggunaan rumus yang tepat dari penyelesaian

permasalahan soal di atas, atau dengan kata lain siswa belum tepat dan

lengkap dalam menyatakan ulang sebuah konsep.

Berdasarkan pengamatan langsung dapat dilihat bahwa keterbatasan

pemahaman konsep matematika siswa, dan penyebab kesalahan yang

dilakukan oleh siswa adalah karena tidak memahami dan menguasai konsep

pada pembelajaran matematika. Untuk mengurangi keadaan ini, maka siswa

perlu memperoleh pengalaman belajar yang inovatif dari guru, dan aktifitas

belajar yang beragam, sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik

dari sebelumnya.

Page 32: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

12

Gambaran permasalahan-permasalahan di atas perlu diperbaiki guna

meningkatkan perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa. Oleh karena

itu guru diharapkan mampu menggunakan berbagai model pembelajaran,

strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran dan

media pembelajaran. Oleh sebab itu guru sebagai salah satu komponen utama

yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran hendaknya mampu

memilih dan menggunakan model pembelajaran, sehingga pemahaman konsep

matematika siswa dapat meningkat, untuk itu dibutuhkan solusi dalam

mengatasi permasalahan di atas.

Salah satu pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa di sekolah adalah pembelajaran dengan

model pembelajaran learning cycle. Model pembelajaran ini merupakan salah

satu model pembelajaran dengan pendekatan konstuktivis.13

Selain itu model

pembelajaran learning cycle yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat

pada siswa (student centered).14

Maksudnya siswa diberikan kesempatan

untuk dapat membangun dan mengoptimalkan pengetahuannya sendiri. Model

pembelajaran learning cycle ini berisi rentetan kegiatan pembelajaran yang

dapat dijadikan sebagai pedoman agar pemahaman konsep matematika yang

merupakan tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai secara optimal karena

ciri khas model pembelajaran learning cycle ini adalah setiap siswa secara

individu belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru. Kemudian,

13

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),

h. 170 14

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2014), h. 58

Page 33: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

13

hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh

anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab secara

bersama-sama atas keseluruhan jawaban.15

Adapun tahapan-tahapan yang harus

dilakukan guru dalam penerapan model pembelajaran learning cycle ini adalah

dimulai dari (a) pembangkitan minat, (b) eksplorasi, (c) penjelasan, (d)

elaborasi, dan (e) evaluasi.16

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan

bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

learning cycle ini dapat membantu siswa meningkatkan pemahamannya

tentang matematika, karena dalam pembelajaran siswa diberikan kesempatan

secara berkelompok untuk menemukan konsep dengan cara mereka sendiri

sehingga dapat membangkitkan minat siswa yang merupakan salah satu aspek

dari kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu

peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan judul: “Pemahaman Konsep

Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di Kelas

XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru

2. Rendahnya minat belajar matematika siswa

3. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.

15

Aris Shoimin, 68 Model…, h. 58-59 16

Made Wena, Strategi …, h. 171

Page 34: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

14

4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam identifikasi masalah

di atas dan agar permasalahan lebih fokus, masalah penelitian ini dibatasi

hanya pada pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru yang masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Apakah pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran learning cycle lebih

baik daripada pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabuluru Tahun Pelajaran 2015/2016?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran learning cycle lebih baik daripada pembelajaran konvensional di

kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016.

F. Mamfaat Penelitian

Mamfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti

Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana (S1) dan menambah

wawasan peneliti tentang pembelajaran dengan menggunakan model

Page 35: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

15

pembelajaran learning cycle guna meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa.

2. Bagi guru

Guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat digunakan

sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika

siswa yang berimplikasikan terhadap hasil belajar siswa.

3. Bagi Kepala Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran alternative dalam upaya

meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama mata pelajaran

matematika di sekolah.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini,

peneliti akan menjelaskan beberapa istilah:

1. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang akan digunakan

sebagai pedoman dan acuan untuk menciptakan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.

2. Model pembelajaran learning cycle merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student centered), dengan pendekatan kontruktivis.

3. Pemahaman konsep matematika, adalah kemampuan siswa yang ditandai

dengan siswa tersebut mampu mengutarakan kembali pengetahuan yang

telah diperolehnya baik secara lisan maupun tulisan. Pemahaman tersebut

ditandai dengan kemampuan dalam menjelaskan dengan kata-kata sendiri,

Page 36: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

16

membandingkan, membedakan, dan mempertentangkan ide yang diperoleh

dengan ide yang baru.

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada

guru dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran

konvensional dengan metode ekspositori. Pada metode ekspositori guru

menerangkan materi dan contoh soal di awal pembelajaran, siswa tidak

hanya mendengar atau membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan

dan bertanya kalau tidak mengerti.

Page 37: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

17

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Model Pembelajaran Learning Cycle

Model adalah kerangka konseptual yang akan digunakan sebagai

pedoman dan acuan untuk suatu kegiatan. Bila bentuknya kegiatan belajar,

maka berarti kerangka acuan untuk suatu kegiatan belajar. Ruang lingkup model

matematika meliputi materi pokok matematika yaitu fakta, konsep, prinsip, skill

dan problem solving. Ruang lingkup yang lebih luas dari model matematika

berhubungan dengan bilangan, operasi hitung, geometri, aritmatika, aljabar,

statistika dan matematika terapan.1

1. Model Pembelajaran Learning Cycle

Salah satu pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika adalah model pembelajaran learning cycle.

Model pembelajaran learning cycle merupakan salah satu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).2 Selain itu model

pembelajaran learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran

dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap,

yaitu:

a. Eksplorasi (exploration)

b. Pengenalan konsep (concept introduction)

c. Penerapan konsep (concept application)

1Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

matematika,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 154 2Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2014), h.58

Page 38: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

18

Pada proses selanjutnya, tiga tahap tersebut mengalami perkembangan

menjadi lima tahap yang terdiri atas tahap yakni:

a. Pembangkitan minat (engagement)

b. Eksplorasi (exploration)

c. Penjelasan (explanation)

d. Elaborasi (elaboration)

e. evaluasi (evalution)3

Implementasi model pembelajaran learning cycle dalam pembelajaran

sesuai dengan pandangan konstruktivis, yaitu:

1) Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna

dengan bekerja dan berfikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman

siswa.

2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi

baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.

3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah.4

Ada beberapa hal yang menyebabkan model pembelajaran Learning

Cycle dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa:

a) Guru bisa membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa

dengan cara memberikan pertanyaan tentang proses faktual dalam

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan topik bahasan serta guru

bisa mendorong siswa untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri

melalui pengalaman nyata. Kegiatan ini terjadi pada tahap pengenalan

terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya memotivasi atau

3Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), h. 170-171 4Aris Shoimin, 68 Model…, h. 61

Page 39: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

19

mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk

mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar.

b) Dalam pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok dengan tujuan

agar siswa tersebut bisa berdiskusi dalam kelompok dengan melihat

petunjuk berupa power point yang berhubungan dengan materi serta siswa

dituntut untuk bisa menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri.

Siswa harus memiliki sikap percaya diri, saling menghargai dan

bekerjasama dalam menghadapi permasalahan dalam kelompoknya. Siswa

harus menjalin hubungan yang baik sesama siswa dan juga antara siswa

dengan guru. Hal ini akan menjadikan proses pembelajaran sebagai suatu

kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

c) Adanya diskusi kelompok telah memotivasi siswa untuk bertanya,

menanggapi, menyampaikan konsep dengan kalimat sendiri dan

mengemukakan pendapat. Dalam berdiskusi siswa mencoba untuk

berpartisipasi dengan mengeluarkan ide-idenya, dan memperhatikan

pendapat teman. Cara belajar seperti ini bisa membuat siswa lebih

memahami konsep-konsep pelajaran. Kegiatan ini terjadi pada tahap yang

membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman

langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. tahap ini

dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep

dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada

tahap ini juga siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk

Page 40: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

20

menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui

kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.5

Dari uraian di atas terlihat bahwa model pembelajaran learning cycle

adalah model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dengan

pendekatan kontruktuvis yang berdampak kepada meningkatnya

pemahaman konsep matematika siswa dan hasil belajar siswa.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Learning Cycle

Model pembelajaran learning cycle dalam pembelajaran memiliki

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pembangkitan minat ⁄Engagement

Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan

minat dengan keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan

diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang

proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik

yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon,

kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh guru untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu

melakukan identifikasi ada tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal

ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa

dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

5Esi, Isra Nurmai Yenti, dan Yusmet Rizal, pengaruh penerapan model Learning Cycle

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika sisw kelas XI IPS MAN Gunung Padang

panjang,( Jurnal Pendidikan MIPA , Volume 1 Nomor 1 Januari 2014, Edusainstika, 1(1): 86-88,

hal 87

Page 41: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

21

2) Eksplorasi ⁄Exploration

Pada tahap ini, siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4

siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam

kelompok kecil itu tanpa pembelajaran langsung dari guru untuk menguji

prediksi, melakukan pengamatan dan mencatat pengamatan serta ide-ide yang

berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator

dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan

yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian

salah, sebagian benar.

3) Penjelasan ⁄ Explanation

Pada tahap ini, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan

suatu konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan

klarifikasi atas penjelasan siswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut,

guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan

memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.

4) Elaborasi ⁄ Elaboration

Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah

dipelajari dalam situasi baru atau konteks berbeda. Dengan demikian, siswa

akan dapat belajar secara bermakna, karena telah menerapkan/mengaplikasikan

konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.

5) Evaluasi ⁄ Evaluation

Page 42: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

22

Evaluasi merupakan tahap terakhir, pada tahap ini guru dapat

mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep

baru. Siswa dapat mengevaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan

terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan

penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru

sebagai bahan evaluasi tentang proses model pembelajaran learning cycle ini

yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik atau masih

kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui

kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.6

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan siswa tidak hanya

mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali,

menganalisis, mengevaluasi pemahaman terhadap konsep yang dipelajari.

Dengan demikian, akan ada peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami

materi yang diajarkan oleh guru.

Ciri khas dari model pembelajaran learning cycle ini adalah setiap

siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan

guru. Kemudian, hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok

bertanggung jawab secara bersama-sama atas keseluruhan jawaban.7

6Made Wena, Strategi …, h. 171-172

7Aris Shoimin, 68 Model …, h.58-59

Page 43: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

23

Penerapan di Kelas

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran

dijabarkan sebagai berikut:8

No Tahap Siklus

Belajar

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 2 3 4

1

Pembangkitan

minat/

engagement

Membangkitkan minat dan

keingintahuan (curiocity)

siswa

Mengembangkan

minat/rasa ingin tahu

terhadap topik bahasan

Mengajukan pertanyaan

tentang proses faktual dalam

kehidupan sehari-hari.

Memberikan respons

terhadap pertanyaan guru

Mendorong siswa untuk

mengingat pengalaman sehari-

harinya dan menunjukkan

keterkaitannya dengan topik

pembelajaran yang dibahas

Pengalaman sehari-hari

dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang akan

dibahas.

2 Tahap eksplorasi Membentuk kelompok,

memberi kesempatan untuk

bekerja sama dalam kelompok

kecil secara mandiri.

Membentuk kelompok

dan berusaha bekerja

dalam kelompok

Guru berperan sebagai

fasilitator

Membuat prediksi baru

Mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep dengan

kalimat mereka sendiri

Mencoba alternatif

pemecahan dengan

teman sekelompok,

mencatat pengamatan

serta mengembangkan

ide-ide baru

Meminta bukti dan klarifikasi

penjelasan siswa, mendengar

secara kritis penjelasan antar

siswa

Menunjukkan bukti dan

memberi klarifikasi

terhadap ide-ide baru

Memberi definisi dan

penjelasan dengan memakai

penjelasan siswa terlebih

dahulu sebagai dasar diskusi

Mencermati dan

berusaha memahami

penjelasan guru

3 Tahap

penjelasan

Mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep dengan

kalimat mereka sendiri

Mencoba memberi

penjelasan terhadap

konsep yang ditemukan

8 Made Wena, Strategi …, h. 173-175

Page 44: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

24

1 2 3 4

Meminta bukti dan klarifikasi

penjelasan siswa

Menggunakan

pengamatan dan catatan

dalam memberi

penjelasan

Mendengar secara kritis

penjelasan antar siswa

Melakukan pembuktian

terhadap konsep yang

diajukan

Memandu diskusi Mendiskusikan

4 Tahap elaborasi Mengingatkan siswa pada

penjelasan - penjelasan

alternatif dan

mempertimbangkan data/bukti

saat mereka

mengeksplorasikan situasi

baru

Menerapkan konsep

dalam situasi baru dan

menggunakan label dan

situasi definisi formal

Mendorong dan memfasilitasi

siswa mengaplikasikan

konsep/keterampilan dalam

setting yang baru/lain

Bertanya, mengusulkan

pemecahan, membuat

keputusan, melakukan

percobaan dan

pengamatan

5 Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau

pemahaman siswa dalam

penerapan konsep baru

Mendorong siswa melakukan

evaluasi diri

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan

mengajukan pertanyaan

terbuka dan mencari

jawaban yang

menggunakan observasi,

bukti, dan penjelasan

yang diperoleh

sebelumnya

Mendorong siswa memahami

kekurangan/kelebihannya

dalam kegiatan pembelajaran

Mengambil kesimpulan

lanjut atas situasi belajar

yang dilakukannya

Melihat dan

menganalisis

kekurangan/kelebihannya

dalam kegiatan

pembelajaran

Page 45: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

25

Berikut ini sintak model pembelajaran learning cycle yang merupakan

bentuk operasional kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran.

Siklus akan berulang-ulang setelah selesai proses pembelajaran

pertama, hingga selesai pada pembelajaran terakhir.

3. Kelebihan dan kekurang Model Pembelajaran Learning Cycle

Kelebihan model pembelajaran learning cycle adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi belajar kerena pembelajaran dilibatkan secara aktif

dalam proses pembelajaran

b. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain

c. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna,

kreatif, bertanggung jawab, mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan

darinya terhadap perubahan yang terjadi

d. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Kekurangan model pembelajaran learning cycle adalah sebagai berikut:

a. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan

langkah-langkah pembelajaran

b. Menurut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan

melaksanakan proses pembelajaran

c. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi

1

Tahap Pembangkitan Minat

2

Tahap Eksplorasi

3

Tahap Penjelasan

4

Tahap Elaborasi

5

Tahap Evaluasi

Page 46: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

26

d. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana

dan melaksanakan pembelajaran.9

B. Pembelajaran Konvensional

1. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat

pada guru, dimana dalam prosesnya cenderung menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori, dengan langkah-langkah guru menyampaikan

konsep dari materi, selanjutnya siswa diberikan contoh soal, kemudian diminta

untuk mengerjakan latihan untuk mengecek pemahaman siswa.

Menurut Erman menjelaskan bahwa “Dalam pembelajaran

konvensional, guru mendominasi pembelajaran dan guru senantiasa

memberikan definisi dan rumus serta contoh soal yang dikerjakan sendiri oleh

guru”.10

Kemudian menurut Tengku Zahara Zjaffar pembelajaran

Konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Secara

umum penerapan pembelajaran ini dilakukan melalui komunikasi satu arah,

sehingga stuasi belajaranya terpusat pada guru. Disini siswa mengerjakan dua

hal, yaitu mendengar dan mencatat.11

Menurut Nasution, pembelajaran konvensional memiliki ciri–ciri

sebagai berikut:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang dapat

diukur.

9Aris Shoimin, 68 Model…, h. 61-62

10Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika kontemporer,(Bandung: JICA

Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h.169-170. 11

Tengku Zahara Zjaffar, Kontribusi Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar,

(Jakarta : UNP, 2001), h. 4

Page 47: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

27

b. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan

tanpa memperhatikan siswa secara individu.

c. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan

media lain menurut pertimbangan guru.

d. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar.

e. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru.

f. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru mengajar.

g. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ulangan atau ujian.

h. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif.

i. Pengajar umumnya sebagai penyebab dan penyalur informasi utama, dan

j. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang

dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan, itulah nilai rapor

yang diisikan.12

Ciri- ciri pembelajaran konvensional di atas juga merupakan ciri- ciri

dari pembelajaran dengan strategi ekspositori. Hal ini berdasarkan pada

pendapat Wina Sanjaya yang menyatakan bahwa konsep strategi pembelajaran

ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud agar dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.13

2. Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah-langkah dalam metode ekspositori adalah sebagai

berikut:

a. Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan

adalah:

a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.

b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.

12

Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara,

2000), hal. 209 13

Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2010), h. 299

Page 48: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

28

c) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.

d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.

b. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pembelajaran

sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a) Penggunaan bahasa

b) Intonasi suara

c) Menjaga kontak mata dengan siswa

c. Menghubungkan (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa atau dengan hal. lain yang memungkinkan siswa

dapat menangkap keterkaitan dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah

yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah

menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

Menyimpulkan bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a) Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan.

b) Memberi beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah

disajikan.

Page 49: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

29

c) Dengan cara mapping melalui pemetaan keterkaitan antarmateri pokok-

pokok materi.

e. Penerapan (Aplication)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah

mereka menyimak penjelasan guru. Teknik yang bisa dilakukan pada

penerapan ini diantaranya adalah:

a) Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.

b) Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.14

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional mempunyai kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Umumnya lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran

konvensional posisinya cukup mantap, karena dipengaruhi oleh siswa,

guru dan staf administrasi yang sudah biasa melakukannya.

b. Memudahkan lembaga pendidikan dan mengefisienkan akomodasi dan

sumber-sumber peralatan, jadwal yang efektif dan semua bahan belajar

yang tercakup.

c. Guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk semua siswa.

Kekurangan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Keberhasilan belajar siswa sangat tergantung pada keterampilan dan

kemampuan guru semata.

b. Kecepatan siswa dalam belajar disamakan dengan guru.

c. Metode mengajar yang actual (selalu digunakan) belum sepenuhnya sesuai

untuk mengajarkan keterampilan dan sikap yang diinginkan.

d. Dalam kegiatan pendidikan dan latihan aktivitas belajar sangat tergantung

pada jadwal waktu yang kaku, karena kurangnya perhatian terhadap

kondisi tersebut.

14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2008), ,hal. 185 -190

Page 50: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

30

e. Dalam sistem pembelajaran guru cenderung bersifat mamberi atau

menyerahkan pengetahuan dan membatasi jangkauan siswa sehingga siswa

terbatas memilih topik yang disukai dan relevan dengan keterampilan yang

dipelajarinya.15

Berdasarkan uraian di atas, siswa berada sebagai objek pembelajaran.

Siswa hanya menerima penjelasan guru dan boleh bertanya jika guru

memberikan kesempatan bertanya diakhir pembelajaran

Menurut Suherman, “Metode ekspositori sama seperti metode ceramah

dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan

pelajaran), dimana guru menerangkan materi pembelajaran, memberikan

contoh soal, serta memberikan latihan dan siswa bertanya jika tidak

mengerti”.16

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

proses pembelajaran yang berlangsung satu arah atau terpusat pada guru.

Metode yang dipakai adalah metode ceramah. Proses pembelajaran diawali

dengan penyajian materi pelajaran dan pemberian contoh soal oleh guru.

Setelah diadakan tanya jawab dan siswa mengerjakan soal latihan, sampai

akhirnya guru merasa materi yang telah disampaikan dapat dipahami oleh

siswa. Diakhir pertemuan guru memberikan kesimpulan dan memberikan PR

untuk dikerjakan di rumah. Pada pertemuan berikutnya, apabila terdapat

kesulitan maka PR tersebut dibahas bersama-sama dibawah bimbingan guru.

Jika siswa tidak mengemukakan masalah yang dihadapinya, dengan asumsi

15

Tengku Zahara Zjaffar, Kontribusi Strategi…, h. 4-5 16

Erman Suhererman, Dkk, … ,hal. 171

Page 51: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

31

bahwa siswa telah paham dengan Pekerjaan Rumah (PR) mereka, maka guru

melanjutkan materi berikutnya.

C. Pemahaman Konsep matematika

1. Pemahaman Konsep matematika

Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk

menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya

berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya.

mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang

didefenisiskan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi, berarti

suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada stuasi tertentu dan mengambil

elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.17

Suatu konsep dapat ditunjukkan dengan sesuatu yang konkrit (misalnya

gas, batu dan sebagainya), dapat pula merupakan suatu yang abstrak (misalnya

cinta, fungsi dan sebagainya). Dalam matematika pada umumnya konsep adalah

abstrak, misalnya konsep tentang: himpunan, persamaan dan lain-lain.

Konsep dapat dipelajari melalui definisi atau observasi langsung.

Misalnya, siswa belajar mengelompokkan objek-objek bidang dalam kelompok

segitiga dan bukan segitiga. Konsep juga dapat dipelajari dengan mendengar,

melihat, memegang, mendiskusikan dan memikirkan bermacam-macam contoh

dan bukan contoh. Oleh karena itu berbagai metode dapat dikombinasikan dalam

belajar mengajar konsep.

17

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), h. 158

Page 52: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

32

Pemahaman diartikan dari kata understanding. Derajat pemahaman

ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika

dipahami secara menyeluruh jika hal- hal tersebut membentuk jaringan dengan

keterkaitan yang tinggi.

Seseorang dikatakan telah memahami suatu konsep jika orang itu mampu

mengulang kembali pengetahuan yang telah diperolehnya baik secara lisan

maupun tulisan. Pemahaman ditandai dengan kemampuan dalam menjelaskan

dengan kata-kata sendiri, membandingkan, membedakan, dan mempertentangkan

ide yang diperoleh dengan ide yang baru.

Jadi pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan penting

dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan

kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Sehingga materi yang diajarkan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam

penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, menurut Hiebert dan

Carpenter dalam buku Dafril. Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman

mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:

1) Pemahaman memberikan generative artinya bila seseorang telah memahami

suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang

lain karena adanya jalinan antara pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga

setiap pengetahuan baru melalui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah

ada sebelumnya.

Page 53: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

33

2) Pemahaman mengacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami

dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-

pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan

secara lebih efesien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan

itu lebih mudah diingat.

3) Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan

yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur

kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan

jalinan yang sangat baik.

4) Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep

matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari

berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis

apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.

5) Pemahaman mempengarui keyakinan siswa artinya siswa yang memahami

matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang

selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.18

2. Indikator dan Rubik Penskoran Pemahaman Konsep Matematika

Ada beberapa ciri khusus yang membedakan antara soal pemahaman

konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Menurut Depdiknas

terdapat beberapa indikator yang menunjukan pemahaman konsep matematika,

yaitu:

18

Dafril (2011) dalam seminar nasional FKIP Universitas Sriwijaya, (Palembang: 2012), h.

4

Page 54: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

34

a. Menyatakan ulang sebuah konsep

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya)

c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.19

Adapun ciri/krakteristik soal pemahaman konsep matematika adalah

melatih dan mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa dalam

menambah kaidah-kaidah yang berlaku pada objek matematika berupa fakta,

konsep, prinsip maupun skill(prosedur, algoritma). Pemahaman konsep yang

diukur sesuai dengan Standar Isi mata pelajaran Matematika.20

Untuk melihat hasil penilaian yang objektif pada pemahaman konsep

matematika dan mengurangi kesalahan pada penelitian yang mana setiap

langkah jawaban dinilai. Hal ini dapat berpedoman pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Matematika21

Indikator Tingkat (Level)

1 2 3 4

Menyatakan

ulang

sebuah

konsep

Menunjukan

sedikit

pemahaman

terhadap

konsep yang

dinyatakan dan

kesalahan

lebih dari

setengah

Menunjukan

pemahaman

yang masih

kurang

terhadap

konsep yang

dinyatakan

Menunjukan

pemahaman

yang cukup

baik terhadap

konsep yang

dinyatakan

dan

kesalahan

kurang dari

setengah

Tepat dan

lengkap

dalam

menyatakan

ulang sebuah

konsep

19

Sri Wardani, Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika,

(Departemen Pendidikan Nasional: Yogyakarta, 2010), h. 20 20

Sri Wardani, Teknik Pengembangan…, h. 20 21

Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja, (Yogyakarta: Depdinas, 2004), h. 83

Page 55: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

35

Menyajikan

konsep

dalam

bentuk

representasi

matematika

Tidak tepat

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Hanya

sedikit bisa

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Cukup

lengkap

menyajikan

konsep

dalam bentuk

representasi

matematika

Tepat dan

lengkap

menyajikan

konsep

dalam bentuk

representase

matematika

Mengklasifi

kasikan

objek-objek

menurut

sifat-sifat

tertentu

sesuai

dengan

konsep nya

Tidak sesui

dengan konsep

Hanya

sebagian

sesuai dengan

konsep

Sesui dengan

konsep

dengan

sedikit

kesalahan

Sangat sesuai

dengan

konsep

Memberi

contoh dan

non contoh

dari konsep

Tidak jelas dan

tidak tepat

Hanya

sebagian

yang bisa

memberikan

contoh

Jelas dan

tepat dengan

sedikit

kesalahan

Sangat jelas

dan tepat

Mengemban

gkan syarat

perlu dan

syarat

cukup dari

suatu

konsep

Tidak tepat

dalam

mengembangk

an syarat perlu

atau syarat

cukup dari

suatu konsep

Hanya sedikit

bisa

mengembang

kan syarat

perlu dan

syarat cukup

dari suatu

konsep

Syarat perlu

atau syarat

cukup dari

suatu konsep

yang

dikembangka

n cukup

lengkap

Mengembang

kan syarat

perlu atau

syarat cukup

dari konsep

dengan tepat

dan lengkap

Menggunak

an,

memanfaatk

an dan

memilih

prosedur

atau operasi

tertentu

Tidak

menggunakan

prosedur atau

operasi yang

sesuai

Menggunaka

n prosedur

atau operasi

yang susuai

namun masih

banyak

kesalahan

Menggunaka

n prosedur

atau operasi

yang sesuai

dengan

sedikit

kesalahan

Menggunakan

,

memanfaatka

n dan

memilih

prosedur yang

sesuai dengan

benar

Mengaplik

asikan

konsep

atau

algoritma

pemecahan

masalah

Tidak

memenuhi

pemecahan

masalah yang

diinginkan

Memenuhi

sebagian

besar

pemecahan

masalah

yang

diinginkan

Memenuhi

semua

pemecahan

masalah

yang

diinginkan

Melebihi

pemecahan

masalah

yang

diinginkan

Page 56: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

36

D. Penelitian yang Relevan

Yanni Nurmisari, dengan penelitian berjudul ”Penerapan Model

Pembelajaran Siklus pada Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA N 1 Koto

Singkarak”. Penelitian ini lebih terfokus pada aktivitas dan hasil belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran siklus. Dari hasil penelitian ini

diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa pada penerapan model

pembelajaran siklus lebih baik daripada hasil belajar siswa pada pembelajaran

konvensional.

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah peneliti hanya melihat hasil

belajar siswa pada pemahaman konsep matematika.

Yusdenita, dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Learning Cycle dengan Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas X SMA N 1 Baso”. Penelitian ini

fokus pada hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran learning

cycle yang menggunakan pendekatan kontekstual. Dari hasil penelitian ini

diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa pada penerapan model

pembelajaran siklus dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada hasil

belajar siswa pada pembelajaran konvensional.

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah peneliti hanya menggunakan

model pembelajaran learning cycle saja untuk melihat pemahaman konsep

matematika siswa, sedangkan pada Yusdenita melihat hasil belajar siswa

menggunakan model pembelajaran learning cycle dengan pendekatan kontekstual.

Page 57: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

37

E. Kerangka Konseptual

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya adalah

pemahaman konsep siswa dalam belajar. Kenyataannya, pemahaman konsep

siswa sangat kurang sekali dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan guru

dalam proses pembelajaran menggunakan metode, strategi, model belajar yang

kurang menarik. Akibatnya siswa atau peserta didik merasa bosan dan

menganggap bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini dapat

berujung pada aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah dengan pembelajaran

secara bertahap atau sering juga dikenal dengan model pembelajaran learning

cycle. Model pembelajaran learning cycle ini dilaksanakan dalam bentuk

pembelajaran kelompok dimana pembentukan kelompoknya dibentuk secara acak.

Masing-masing kelompok beranggotakan 2-4 orang siswa dengan kemampuan

akademis yang berbeda. Pada model pembelajarn learning cycle ini siswa dituntut

untuk aktif dan bisa mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran untuk memahami suatu konsep

pembelajaran tidak didominasi oleh guru.

Jadi penerapan model pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa, karena sejak awal pembelajaran sudah dituntut

pengetahuan awal siswa. Penggunaan pengetahuan awal siswa mengakibatkan

siswa aktif. Akibatnya siswa paham dengan materi yang diajarkan.

Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat

pada bagan berikut:

Page 58: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

38

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah “ Pemahaman konsep matematika siswa yang

mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran learning cycle

lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Guru

Penentuan kelompok pembelajaran

Pembelajaran dengan

konvensional

Pembelajaran dengan model

pembelajaran learning cycle

Hasil pemahaman konsep

matematika

Hasil pemahaman konsep

matematika

Dibandingkan

Siswa

Eksperimen Kontrol

Page 59: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis permasalahan serta tujuan penelitian yang telah

dikemukakan maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen

merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih

untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lainnya.1 Penelitian

eksperimen adalah penelitian yang adanya perlakuan atau treatmen yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.2 Penelitian eksperimen yang digunakan adalah

penelitian pra eksperimen yaitu penelitian yang mengandung ciri eksperimental

dalam jumlah yang kecil.3

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Static Group

Comparison Design. Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari

populasi tertentu dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen yang

diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran learning cycle dan kelompok

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

1Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2015), h. 19

2Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfa Beta, 2009), h.107 3Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 99

Page 60: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

40

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian The Static Group Comparison Design4

Jenis kelompok Treatment Posttest

Eksperimen X1 O

Kontrol X2 O

Keterangan:

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle.

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

O = Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di

akhir penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Secara umum populasi adalah sekumpulan objek penelitian yang memiliki

ciri dan karakteristik yang sama. Selain itu populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.5

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016 seperti yang terlihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun

Pelajaran 2015/2016

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS1 20 Siswa

2 XI IPS2 21 Siswa

3 XI IPS3 22 Siswa

4 X IPS4 22 Siswa

Jumlah 85 Siswa

Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika SMA N 1 Kecamatan Akabiluru

4Syamsuddin & Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007) h. 158 5Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007) cet ke. 6, h.

118

Page 61: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

41

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.6 Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random

Sampling) artinya setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi sampel dalam penelitian. Bedasarkan rancangan penelitian yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini maka peneliti membutuhkan dua kelas sebagai

sampel dalam penelitian. Agar sampel yang diambil representative artinya benar-

benar mencerminkan populasi, maka pengambilan sampel dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai ujian tengah semester genap matematika kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016, kemudian

dihitung rata-rata dan simpangan bakunya. Data nilai ujian tengah semester

genap matematika kelas XI IPS dapat dilihat pada lampiran I halaman 94

b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai ujian tengah semester genap

matematika kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2015/2016 yang bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut

berdistribusi normal atau tidak,

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : populasi berdistribusi normal

H1 : populasi tidak berdistribusi normal

Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Lilliefors dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

6Sugiyono, Metode Penelitian…, h. 118

Page 62: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

42

1) Menyusun skor hasil belajar siswa dalam suatu tabel skor, disusun dari

yang terkecil sampai yang terbesar.

2) Pengamatan 1x , 2x , 3x ...... nx , kemudian dijadikan bilangan baku ,1z

nzz ........2 , dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

s

xxz i

i

Keterangan :

s = Simpangan Baku

x Skor rata-rata

xi = Skor dari tiap siswa

3) Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar dari distribusi

normal baku dihitung peluang :

)()( ii zzPzF

4) Menghitung jumlah proporsi skor baku ,1z nzz .....,2 , yang lebih kecil

atau sama iz,

yang dinyatakan dengan S( iz ) dengan menggunakan rumus :

n

zyangzzzbanyaknyazS in

i

,...,)( 21

5) Menghitung selisih antara F( iz ) dengan S( iz ), kemudian tentukan harga

mutlaknya.

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih tersebut. Misal

diberi simbol 0L , 0L = Maks | iz – iz |

7) Kemudian bandingkan 0L dengan nilai kritis L yang diperoleh dari daftar

nilai kritis untuk uji Lilliefors pada taraf α = 0,05.

Kriteria pengujiannya adalah Terima H0 jika L0 ≤ Ltabel7

Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh L0 masing-

masing kelas populasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

7 Sudjana. Metoda …., h. 466-477

Page 63: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

43

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi dengan Uji Lilliefors

Perhitungan uji normalitas dengan uji Lilliefors selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran II halaman 95.

Peneliti juga melakukan uji normalitas menggunakan alat bantu berupa

Software Minitab untuk lebih mengakuratkan data penelitian, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Inputkan data ke dalam Software Minitab

2) Klik Stat

3) Pilihlah Basic Statistics

4) Klik Normality Test

5) Isikan variabel yang akan diinputkan pada kotak Variable

6) Isikan Title

7) Klik OK

Data berdistribusi normal, apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata α =

0,05 dan tidak normal jika sebaliknya. Hasil perhitungan uji normalitas populasi

dengan Software Minitab dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kelas L0 Ltabel Keterangan

1 XI IPS. 1 0.1859 0.190 Data populasi berdistribusi normal

2 XI IPS. 2 0.1644 0.190 Data populasi berdistribusi normal

3 XI IPS. 3 0.1772 0.190 Data populasi berdistribusi normal

4 XI IPS. 4 0.1318 0.190 Data populasi berdistribusi normal

Page 64: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

44

Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas Populasi dengan Software Minitab

Perhitungan uji normalitas dengan Software Minitab dapat dilihat pada lampiran

III halaman 103.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada populasi, maka dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelas, yaitu kelas XI IPS.1, XI IPS. 2, XI IPS.

3 dan XI IPS. 4 berdistribusi normal.

c. Melakukan uji homogenitas varians

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah populasi

mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji

Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis, yaitu:

H0 :

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan, tidak berlaku

2) Hitung variansi masing-masing kelompok

3) Menghitung variansi gabungan dari populasi dengan menggunakan rumus:

4) Menghitung harga satuan Bartlett dengan rumus:

5) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

No Kelas P-value Kesimpulan

1 XI IPS. 1 0.087 Data populasi berdistribusi normal

2 XI IPS. 2 0.063 Data populasi berdistribusi normal

3 XI IPS. 3 0.010 Data populasi berdistribusi normal

4 XI IPS. 4 0.453 Data populasi berdistribusi normal

Page 65: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

45

{ ∑ }

6) Membandingkan dengan

dengan kriteria bila <

untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.8

Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett diperoleh X2

hitung =

5.0325. Jika α = 0,05, dari daftar chi-kuadrat dengan dk = 3 didapat =

7.81. Ternyata X2

hitung < sehingga H0 diterima dalam taraf α = 0,05 dengan

kesimpulan bahwa populasi mempunyai variansi homogen. Hasil perhitungan ini

dapat dilihat pada lampiran IV halaman 105.

Peneliti menggunakan Software Minitab untuk lebih mengakuratkan data

penelitian dalam menentukan populasi homogen, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Inputkan data ke dalam Software Minitab Klik Data;

2) Pindahkan kursor ke Stack;

3) Klik Columns:

4) Isilah kotak pada stack the following columns dengan dengan melakukan

double klik pada masing-masing data;

5) Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong

(misal: C4);

6) Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya

(misal C5);

7) Klik Stat

8) Pilihlah ANOVA

8Sudjana,metode..., hlm. 261-263

Page 66: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

46

9) Klik Test for Equal Variances

10) Isilah pada kotak Responses dengan C4 dan Faktor dengan C5

11) Isikan Title

12) Klik OK.

Data disebut homogen, apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata α

= 0,05 dan tidak homogen jika sebaliknya. Hasil perhitungan uji homogenitas

populasi dengan Software Minitab diperoleh Pvalue = 0.177 dan Pvalue > α.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi memiliki variansi

homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran V halaman 107.

d. Melakukan uji kesamaan rata-rata

Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi

adalah:9

1) Membuat hipotesis

H0 : µ1 =µ 2 =µ3= µ4

H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama

2) Menentukan taraf nyata (α)

3) Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus

f > fα [ k – 1, N – K].

4) Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel.

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :

Jumlah Kuadrat Total (JKT) : ∑ ∑

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK): ∑

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:

9Ronald E. Walpole. Pengantar Statistika,( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1993), h 383

Page 67: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

47

Tabel 3.5 Analisis Ragam Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Sumber

Keragaman

Jumlah

kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

tengah

Nilai tengah

kolom JKK k – 1

Galat JKG N – k

Total JKT N – 1

5) Keputusannya:

Ho diterima jika f fα [ k – 1, N – k]

Ho ditolak jika f > fα [ k – 1, N – k]10

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Fhitung = 0.514 dan F0.05(3,81) =

2.76, sehingga Fhitung < . Jadi, hipotesis H0 diterima artinya populasi

memiliki kesamaan rata-rata. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada lampiran VI

halaman 108.

Untuk lebih mengakuratkan data dalam menentukan kesamaan rata-rata

suatu populasi, peneliti menggunakan Software Minitab. langkah-langkah yang

dilakukan sebagai berikut:

1) Inputkan data ke dalam Software Minitab,

2) Klik Data;

3) Pindahkan kursor ke Stack;

4) Klik Columns;

5) Isilah kotak pada stack the following columns dengan dengan melakukan

double klik pada masing-masing data;

10

Ronald E. Walpole. Pengantar…, h. 387

Page 68: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

48

6) Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong

(misal: C3);

7) Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya

(misal C4);

8) Klik Stat;

9) Pilihlah ANOVA;

10) Klik One-Way;

11) Isilah pada kotak Responses dengan C3 dan Faktor dengan C4;

12) Isilah confidence level;

13) Klik OK;

Berdasarkan pengujian data populasi dengan uji kesamaan rata-rata

dengan menggunakan Software Minitab diperoleh P-value = 0.674, karena P-value

> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa populasi memiliki kesamaan rata-rata hasil

perhitungan ini dapat dilihat pada lampiran VII halaman 112.

e. Pengambilan Sampel

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal,

homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat

dilakukan secara acak. Pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah dengan

cara menulis nama kelas di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis

mengundi gulungan kertas dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas

pertama yang terambil merupakan kelas eksperimen, sedangkan pengambilan

kertas kedua merupakan kelas kontrol. Kertas yang pertama terambil adalah kelas

XI IPS. 3. Kelas ini penulis jadikan sebagai kelas eksperimen. Pada kejadian

Page 69: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

49

pengambilan kedua yang keluar adalah kelas XI IPS. 4, kelas ini penulis jadikan

sebagai kelas kontrol.

D. Variabel dan Data

1. Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, atau

peristiwa yang dapat diukur secara kualitatif ataupun secara kuantitatif.11

Variabel merupakan suatu objek penelitian yang menjadi titik fokus

perhatian peneliti dalam meneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,

yaitu:

a. Variabel bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas adalah:

1) Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran learning cycle pada mata

pelajaran matematika di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru

2) Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

matematika di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan Akabiluru

b. Variabel terikat

Merupakan gejala yang muncul dari adanya perlakuan. Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel terikat adalah:

11

Sudjana, Metode …, h. 23

Page 70: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

50

1) Pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru dengan model pembelajaran learning cycle.

2) Pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru dengan pembelajaran konvensional.

2. Data

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah, sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang menunjukan

fakta. Data juga merupakan kumpulan fakta, angka, atau segala sesuatu yang

dapat dipercaya kebenarannya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk

menarik kesimpulan.12

Jenis data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, merupakan data hasil tes pemahaman konsep matematika setelah

mengadakan eksperimen. Data primer ini bersumber dari kelas XI IPS SMA N

1 Kecamatan Akabiluru tahun pelajaran 2015/2016 yang menjadi sampel pada

penelitian ini.

b. Data sekunder, merupakan data tentang siswa yang menjadi populasi dan

sampel serta data nilai UH 1 matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1

Kecamatan Akabiluru tahun pelajaran 2015/2016. Data sekunder ini diperoleh

dari data usaha dan guru matematika SMA N 1 Kecamatan Akabiluru.

12

Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2014), h. 37

Page 71: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

51

E. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah:

a. Menetapkan tempat yaitu SMAN 1 Kecamatan Akabiluru dengan jangka

waktu 5 kali pertemuan yaitu 4 kali pelaksanaan pembelajaran dan 1 kali tes

pemahaman konsep matematika. Penelitian dimulai pada tanggal 14 Mei

2016 dan berakhir tanggal 4 Juni 2016.

b. Mengurus izin penelitian pada pihak kampus tanggal 10 Mei 2016.

c. Mengurus izin penelitian kepada pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

pada tanggal 12 Mei 2016.

d. Menentukan kelas sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Merancang perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan LKS. RPP dan LKS dapat dilihat pada lampiran

VIII, IX halaman 113, 168 dan lampiran X halaman 199.

f. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep matematika. Kisi- kisi dapat

dilihat pada lampiran XI halaman 223.

g. Menyusun soal tes berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat. Soal tes akhir

dapat dilihat pada lampiran XII halaman 225.

h. Membuat kunci jawaban soal tes pemahaman konsep matematika. Kunci

jawaban dapat dilihat pada lampiran XIII halaman 227.

i. Memvalidasi perangkat penelitian yang bertujuan untuk melihat validitas isi

kepada ahli yaitu Bapak Fauzi Yuberta, M.Pd (Dosen Luar Biasa

Page 72: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

52

Matematika), Ibu Eka Pasca Surya Bayu, M.Pd (Dosen Luar Biasa

Matematika), Ibu Yelmiati M.Pd (Dosen Luar Biasa Matematika), dan

Bapak Drs. Hendri (Guru Matematika) pada tanggal 17 April sampai 7 Mei

2016. Hasil validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada lampiran

XIV halaman 232.

j. Uji coba soal tes peneliti lakukan di kelas XI IPS 1 pada tanggal 26 Mei

2016.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan masing-masing 5 kali pertemuan yaitu 4 kali

pelaksanaan pembelajaran dan 1 kali tes Pemahaman Konsep Matematika.

Pada kelas eksperimen peneliti melaksanakan Model Pembelajaran Learning

Cycle yaitu tanggal 14, 17, 21, 24 dan 28 Mei 2016. Sedangkan pada kelas

kontrol, peneliti melaksanakan pembelajaran konvensional yaitu tanggal 14,

17, 21, 24 dan 28 Mei 2016. Langkah-langkah pembelajaran pada kedua kelas

sampel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 2 3

(1)

Kegiatan pendahuluan (15 menit)

a. Guru membuka pembelajaran

dengan menyampaikan tujuan

Kegiatan pendahuluan (15 menit)

a. Guru membuka pembelajaran

dengan salam dan doa

Page 73: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

53

1 2 3

Pembelajaran

Pembangkitan minat

(Engagement)

a. Guru mengkondisikan siswa

agar siap menghadapi

pembelajaran

b. Guru mengeksplorasi

pengetahuan awal dan ide-ide

siswa yang mengetahui

kemungkinan terjadi

miskonsepsi pada

pembelajaran sebelumnya.

c. Guru membangkitkan minat

dan keingintahuan siswa

dengan topik yang akan

diajarkan, lalu siswa diminta

untuk mendemontrasikan

pengetahuan yang

berhubungan dengan konsep-

konsep yang akan dipelajari

b. Guru mengontrol kondisi

kelas, baik dari segi kerapian

maupun kebersihannya

a. Guru mengecek kehadiran

siswa

b. Apersepsi: mengingatkan

siswa mengenai materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

c. Motivasi: menyampaikan

mamfaat dari materi yang

akan dipelajari

d. Siswa diberikan tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai.

Page 74: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

54

1 2 3

(2) Kegiatan inti Kegiatan inti

a. mendiskusikan konsep-konsep

yang dibahas secara

berkelompok

b. Guru bersaman siswa

membahas hasil diskusi siswa

dan menjelaskan atau

menginformasikan konsep-

konsep yang tidak dipahami

siswa.

Penjelasan (explanation)

1. Guru meminta siswa

menjelaskan kembali konsep

dengan kalimat sendiri

elaborasi

1. Guru mendorong dan

memfasilitasi siswa

mengaplikasikan konsep

a. Guru memberikan contoh soal

yang berhubungan dengan

materi yang dipelajari

b. Guru memberikan soal-soal

latihan yang telah dipelajari

sebelumnya

c. Guru meminta beberapa siswa

untuk menuliskan jawabannya

di papan tulis

d. Guru memberikan jawaban

yang benar dari soal latihan

yang tidak terjawab oleh siswa

Page 75: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

55

1 2 3

Kegiatan Penutup

Penilaian (evaluation)

a. Guru mengamati

pengetahuan atau

pemahaman siswa dalam

penerapan konsep baru, dan

mendorong siswa melakukan

evaluasi diri

b. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.

c. Guru mendorong siswa

memahami

kekurangan/kelebihan dalam

kegiatan pembelajaran

d. Guru memberikan tugas

kepada siswa

e. Guru mengingatkan siswa

untuk membaca materi yang

akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

Kegiatan penutup

a. Guru membimbing siswa

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari

b. Guru memberikan tugas

rumah.

Page 76: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

56

3. Tahap Penyelesaian

Setelah melakukan pembelajaran maka siswa di beri tes akhir yaitu

tes pemahaman konsep matematika. Tes akhir dilakukan pada kelas

kontrol dan eksperimen pada hari Sabtu, 28 Mei 2016. Kemudian data

diolah dengan menggunakan uji statistika yang cocok.

F. Instrumen Penilaian

Intrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes

tertulis dalam bentuk essay. Dalam hal ini, tes tulis yang diberikan

digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam aspek pemahaman

konsep matematika. Tes disusun oleh peneliti sesuai dengan ke-7 indikator

pemahaman konsep matematika.

Untuk memberikan skor terhadap jawaban dari tes, berikut adalah

rubik penilaian pemahaman konsep matematika.13

13

Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja, (Yogyakarta: Depdinas, 2004), h. 83

Page 77: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

57

Tabel 3.7 Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Matematika

Indikator Tingkat (Level)

1 2 3 4

Menyatakan

ulang sebuah

konsep

Menunjukan

sedikit

pemahaman

terhadap

konsep yang

dinyatakan

dan

kesalahan

lebih dari

setengah

Menunjukan

pemahaman

yang masih

kurang

terhadap

konsep yang

dinyatakan

Menunjukan

pemahaman

yang cukup

baik terhadap

konsep yang

dinyatakan

dan

kesalahan

kurang dari

setengah

Tepat dan

lengkap dalam

menyatakan

ulang sebuah

konsep

Menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Tidak tepat

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Hanya sedikit

bisa

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Cukup

lengkap

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representasi

matematika

Tepat dan

lengkap

menyajikan

konsep dalam

bentuk

representase

matematika

Mengklasifik

asikan objek-

objek

menurut

sifat-sifat

tertentu

sesuai dengan

konsep nya

Tidak sesui

dengan

konsep

Hanya

sebagian

sesuai dengan

konsep

Sesui dengan

konsep

dengan

sedikit

kesalahan

Sangat sesuai

dengan konsep

Memberi

contoh dan

non contoh

dari konsep

Tidak jelas

dan tidak

tepat

Hanya

sebagian yang

bisa

memberikan

contoh

Jelas dan

tepat dengan

sedikit

kesalahan

Sangat jelas

dan tepat

Page 78: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

58

Mengembang

kan syarat

perlu dan

syarat cukup

dari suatu

konsep

Tidak tepat

dalam

mengembang

kan syarat

perlu atau

syarat cukup

dari suatu

konsep

Hanya sedikit

bisa

mengembangk

an syarat perlu

dan syarat

cukup dari

suatu konsep

Syarat perlu

atau syarat

cukup dari

suatu konsep

yang

dikembangka

n cukup

lengkap

Mengembangk

an syarat perlu

atau syarat

cukup dari

konsep dengan

tepat dan

lengkap

Menggunaka

n,

memanfaatka

n dan

memilih

prosedur atau

operasi

tertentu

Tidak

menggunaka

n prosedur

atau operasi

yang sesuai

Menggunakan

prosedur atau

operasi yang

susuai namun

masih banyak

kesalahan

Menggunaka

n prosedur

atau operasi

yang sesuai

dengan

sedikit

kesalahan

Menggunakan,

memanfaatkan

dan memilih

prosedur yang

sesuai dengan

benar

Mengaplika

sikan

konsep atau

algoritma

pemecahan

masalah

Tidak

memenuhi

pemecahan

masalah

yang

diinginkan

Memenuhi

sebagian

besar

pemecahan

masalah yang

diinginkan

Memenuhi

semua

pemecahan

masalah

yang

diinginkan

Melebihi

pemecahan

masalah yang

diinginkan

Kriteria pemberian skor tiap butir soal dalam tes ini menurut pedoman

penskoran soal-soal, dimana setiap butir soal mempunyai bobot nilai maksimal 4

(empat) dan minimal 1 (satu). Materi yang diujikan adalah materi yang diberikan

pada saat penelitian. Dalam penyusunan tes tersebut, peneliti melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil

pemahaman konsep matematika siswa.

b. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji

Page 79: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

59

c. Membuat kisi-kisi tes pemahaman konsep matematika. Bentuk kisi-kisi soal uji

coba dapat dilihat pada lampiran XI halaman 223.

d. Menyusun butir-butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Bentuk

soal uji coba dapat dilihat pada lampiran XII halaman 225.

e. Membuat kunci jawaban tes pemahaman konsep matematika. Kunci jawaban

dapat dilihat pada lampiran XIII halaman 227.

f. Melakukan validasi tes

Melakukan validasi soal uji coba dengan bantuan Bapak Fauzi

Yuberta, M.Pd (Dosen Luar Biasa Matematika), Ibu Eka Pasca Surya Bayu,

M.Pd (Dosen Luar Biasa Matematika), Ibu Yelmiati M.Pd (Dosen Luar Biasa

Matematika), dan Bapak Drs. Hendri selaku guru matematika di SMAN 1

Kecamatan Akabiluru pada tanggal 17 April sampai 7 Mei 2016. Hasil

validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada lampiran XIV halaman

232.

g. Melakukan uji coba tes

Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes

diuji cobakan pada kelas XI IPS 1 yang memiliki ciri yang sama dengan kelas

sampel yaitu normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Uji coba ini

dilakukan untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda.

h. Analisi butir soal tes

Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang

baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh

Page 80: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

60

informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan

sebuah perbaikan.14

Untuk mendapatkan soal tes yang baik, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Validasitas Tes

Sumadi menyatakan “validitas didefinisikan sejauh mana instrument

itu merekam / mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur.

Suatu alat ukur disebut memiliki validitas jika alat ukur tersebut isinya layak

mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu.15

Artinya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran

pengukuran. Bilamana alat ukur yang digunakan tidak valid, maka data yang

diperoleh juga tidak valid dan kesimpulan yang diperoleh menjadi salah.

Selain itu validasi merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat

kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu mengukur

apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang diteliti secara sadar.16

Untuk menguji validitas empiris/ validitas tes essay dapat digunakan

jenis statistika korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus:17

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan

= Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y

= Jumlah testee

14

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara,

2007), h. 207 15

Sumadi Suryabrata, Metodologi … , h. 60 16

Suharsimi Arikunto, Dasar…, h. 79 17

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h 254

Page 81: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

61

∑ = Jumlah perkalian antara skor item dan skor total

∑ = Jumlah skor item

∑ = Jumlah skor total

Setelah diperoleh nilai , nilai tersebut dibandingkan dengan nilai

moment untuk taraf nyata dan jumlah siswa N,

kaidah keputusannya adalah:

Jika berarti soal valid;

Jika berarti soal tidak valid.18

Setelah didapat keputusan soal itu valid, selanjutnya dilihat kriteria

penafsiran mengenai indeks korelasi product moment, yaitu sebagai berikut:

0,81 – 1,00 = sangat tinggi

0,61 – 0,80 = tinggi

0,41 – 0,60 = cukup

0,21 – 0,40 = rendah

0,00 – 0,20 = sangat rendah.19

Tabel 3.8 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6

Hasil

Perhitungan

0.778 0.788 0.714 0.747 0.783 0.823

r tabel 0.4438

Kriteria

Validitas

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat

Tinggi

18

M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996), cet, ke-3, h. 115 19

Zainal Arifin, Evaluasi …, h. 257

Page 82: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

62

Berdasarkan perhitungan, diperoleh soal nomor 1, 2, 3, 4 dan 5

memiliki kriteria tinggi dan soal nomor 6 memiliki kriteria sangat tinggi. Data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XV halaman 234.

2) Reliabilitas soal tes

Suatu tes dikatakan memiliki reabilitas apabila tes tersebut digunakan

berulang-ulang memperoleh hasil yang sama. Untuk menentukan reabilitas

tes digunakan rumus alpha yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yaitu

sebagai berikut:20

(

)(

)

dimana :

r11 = reabilitas yang dicari

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

Rumus varians21

Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga kritik

pada tabel product moment. Jika maka tes tersebut reliabel.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh = 0.7570 sementara diperoleh rtabel

0.4438, dengan N = 22 dan taraf nyata , df = N – 2, sehingga soal

20

Suharsimi Arikunto, … , h. 109 21

Suharsimi Arikunto, … , h. 210

Page 83: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

63

uji coba tes dikatakan reliable dengan kriteria tinggi. Data dapat dilihat pada

lampiran XVI halaman 236.

3) Tingkat kesukaran soal

Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan sulit

mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

dan tidak terlalu sulit. Menurut Zainal Arifin, untuk menghitung tingkat

kesukaran dapat digunakan langkah-langkah berikut:

a) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

b) Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

c) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah.

d) Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan

koefisien tingkat kesukaran dengan kriteria.22

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes

Nomor

Soal

1 2 3 4 5 6

IK hitung 0.625 0.675 0.600 0.613 0.550 0.650

Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

e) Berdasarkan tabel di atas diperoleh tingkat kesukaran soal nomor 1,2, 3, 4,

5 dan 6 adalah soal yang sedang. Data selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran XVII halaman 238.

22

Zainal Arifin,…, h. 135

Page 84: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

64

4) Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengukur kemampuan suatu soal

untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menguji daya

pembeda maka perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

b) Mengurutkan skor total mulai dari yang terbesar sampai dengan skor

terkecil.

c) menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. jika jumlah peserta

didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27%.

d) menghitung rata-rata skor atas untuk masing-masing kelompok

(kelompok atas maupun kelompok bawah).

e) menghitung daya pembeda soal dengan menggunakan rumus:

DP =

keterangan:

DP = daya pembeda

= rata-rata kelompok atas

= rata-rata kelompok bawah

Skor Maks = skor maksimum

f) membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut:

0,40 ke atas = sangat baik

0,30 – 0,39 = baik

0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki

0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang.23

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Indeks Pembeda Soal Uji Coba Tes

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6

IP hitung 0.300 0.350 0.300 0.375 0.300 0.400

Kriteria Baik Baik Baik Baik baik Sangat baik

23

Zainal Arifin, Evaluasi …, h. 133

Page 85: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

65

Dari tabel dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4 dan 5 mempunyai

kriteria daya pembeda baik, dan soal nomor 6 mempunyai kriteria sangat baik.

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XVIII halaman 239.

Setelah dilakukan perhitungan validitas, reliabelitas, tingkat kesukaran

dan daya pembeda pada soal uji coba tes, diperoleh data seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.11 Hasil Analisis Soal Uji Coba

No Validitas Kriteria Daya

Pembeda Kriteria

Tingkat

Kesukaran Kriteria Ket.

1 0.778 Tinggi 0.300 Baik 0.625 Sedang Dipakai

2 0.788 Tinggi 0.350 Baik 0.675 Sedang Dipakai

3 0.714 Tinggi 0.300 Baik 0.600 Sedang Dipakai

4 0.747 Tinggi 0.375 Baik 0.613 Sedang Dipakai

5 0.783 Tinggi 0.300 Baik 0.550 Sedang Dipakai

6 0.823

Sangat

Tinggi

0.400 Sangat

Baik

0.650 Sedang Dipakai

G. Teknik Analisis Data

1. Data Tes Pemahaman Konsep Matematika

Data hasi tes pemahaman konsep matematika dianalisis untuk menarik

kesimpulan, apakah hipotesis penelitian dipenuhi atau tidak. Uji hipotesis

dilakukan dengan analisis berikut:

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau

tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang dari kebenaran.

Page 86: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

66

Hipotesis yang diajukan:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Untuk melihat sampel berdistibusi normal, digunakan uji Lilliefors dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Data x1,x2,x3,...,xn yang diperoleh diurutkan dari data terkecil hingga data yang

terbesar. Nilai x1,x2,x3,...,xn dijadikan nilai baku : z1,z2,z3,…,zn

Rumus:

Keterangan:

xi : skor rata-rata diperoleh siswa ke-i

x : Skor rata-rata

s : Simpangan Baku

b) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung

peluang F(zi) = P(z ) c) Menghitung proporsi z1, z2 ,z3,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yang

dijadikan S(zi), maka:

S(zi) =

d) Menghitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya.

e) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan

disebut selisih L0

f) Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0 yang ada pada tabel. Pada

taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel maka H0 diterima.24

Dari hasil analisis data pada taraf nyata = 0,05 diperoleh L0 masing-

masing kelas sampel seperti terlihat pada tabel berikut:

24

Sudjana, Metode …, h. 466-467

Page 87: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

67

Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Uji Lilliefors.

No Kelas L0 Ltabel Keterangan

1 XI IPS .3 0.0914 0.190 Data sampel berdistribusi normal

2 XI IPS. 4 0.1041 0.195 Data sampel berdistribusi normal

Perhitungan uji normalitas dengan uji Lilliefors selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran XX halaman 243.

Peneliti juga melakukan uji normalitas menggunakan alat bantu berupa

Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

Inputkan data ke dalam Software Minitab

1) Klik Stat

2) Pilihlah Basic Statistics

3) Klik Normality Test

4) Isikan variabel yang akan diinputkan pada kotak Variable

5) Isikan Title

6) Klik OK

Data berdistribusi normal normal apabila P-value lebih besar dari taraf

nyata = 0,05 dan tidak normal jika sebaliknya. Hasil perhitungan uji normalitas

sampel dengan Software Minitab dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 88: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

68

Tabel 3.13 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Software Minitab.

No Kelas P-value Keterangan

1 XI IPS .3 0.338 Data sampel berdistribusi normal

2 XI IPS. 4 0.679 Data sampel berdistribusi normal

Hasil perhitungan uji normalitas dengan Software Minitab dapat dilihat

pada lampiran XXI halaman 247.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sampel

mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji

Barlett. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :

, variasi kedua data sampel homogen

H1 :

, variasi kedua data tidak homogen

Dalam hal ini yang akan diuji H0 :

dimana dan adalah

simpangan baku dari masing-masing kelompok sampel.

Uji homogenitas ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung variansi masing-masing kelompok

b) Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

c) Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:

d) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

{ ∑ }

Page 89: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

69

e) Kriteria tolak hipotesis jika , dimana

didapat

dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang dan .25

Setelah dilakukan uji Barlett diperoleh X2

hitung = 1.0669. Jika = 0,05, dari

taraf chi-kuadrat dengan dk = 1 didapat X2

( 0.95:1) = 3.84. ternyata X2

hitung < X2

(

0.95:1) sehingga hipotesis H0 :

diterima dalam taraf = 0,05 dengan

kesimpulan bahwa sampel mempunyai variansi homogen. Hasil perhitungan ini

dapat dilihat pada lampiran XXII halaman 248.

Peneliti juga menggunakan Software Minitab untuk lebih mengakuratkan

data penelitian dalam menentukan homogenitas sampel, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Inputkan data ke dalam Software Minitab

2) Klik Data;

3) Pindahkan kursor ke Stack;

4) Klik Columns;

5) Isilah kotak pada stack the following columns dengan dengan melakukan

double klik pada masing-masing data;

6) Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong (misal

C4);

7) Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan kolom kosong yang lainnya

(misal C5); OK

8) Klik Stat

9) Pilihlah Basic Statistics

25

Sudjana, … , h. 263

Page 90: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

70

10) Klik 2 Variances

11) Isilah pada kotak Samples dengan C4 dan Subscripts dengan C5

12) Klik OK.

Data disebut homogen, apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata

dan tidak homogen jika sebaliknya. Hasil perhitungan uji homogenitas

sampel dengan Software minitab diperoleh P-value = 0.307 karena P-value >

maka disimpulkan bahwa populasi memiliki variansi homogen. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran XXIII halaman 250.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya

dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah

pemahaman Konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada

kelas kontrol, dengan hipotesis statistik :

210 : H

211 : H .

Dengan uraian yaitu:

210 : H Pemahaman konsep matematika siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran Learning Cycle sama dengan

pemahaman konsep matematika siswa dengan

Page 91: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

71

pembelajaran secara konvensional di kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru tahun pelajaran

2015/2016.

211 : H Pemahaman konsep matematika siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada

pemahaman konsep matematika siswa dengan

pembelajaran secara konvensional di kelas XI IPS

SMA N 1 Kecamatan Akabiluru tahun pelajaran

2015/2016.

μ1 = Rata-rata hasil pemahaman konsep matematika kelas eksperimen

μ2 = Rata-rata hasil pemahaman konsep matematika kelas kontrol

Skor pemahaman konsep siswa berdistribusi normal dan data berasal dari

variansi yang homogen, maka rumusnya:

dengan √

keterangan :

: rata- rata kelas eksperimen

: rata- rata kelas kontrol

S : variansi kedua kelas sampel

2 : variansi kelas eksperimen

Page 92: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

72

2 : variansi kelompok kontrol

: jumlah siswa kelas eksperimen

: jumlah siswa kelas kontrol

Keputusannya

Terima H0 jika t < , dimana didapat dari daftar distribusi t

dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan peluang . Untuk harga t lainnya

H0 ditolak.26

Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih

mengakuratkan data penelitian pengujian hipotesis, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Inputkan nilai kelas eksperimen pada C1 dan nilai kelas kontrol pada

C2

2) Klik Stat dan pilih Basic Statistics

3) Klik 2-Sample t

4) Klik Samples in different columns

5) Isilah First dengan peubah C1

6) Isilah Second dengan peubah C2

7) Klik Options

8) Isilah confidence level yaitu (1 – α).

9) Isilah Alternative dengan memilih hipotesis alternatif yang diinginkan

(dalam kasus ini : greater than)

10) Klik OK

26

Sudjana,..., h. 239

Page 93: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

73

Kriteria pengujian adalah terima Ho apabila nilai P-value lebih

besar dari α = 0,05 dan tolak Ho jika sebaliknya.

Page 94: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini dijelaskan hasil penelitian yang telah diperoleh selama

pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran Learning Cycle di kelas XI IPS SMA N 1 Kecamatan

Akabiluru.

A. Deskripsi Data

1. Tes Pemahaman Konsep Matematika

Bagian ini memaparkan pendiskripsian data dari instrument yang

digunakan yaitu tes pemahaman konsep matematika siswa. Tes diberikan

kepada kedua kelas sampel. Soal tes akhir berbentuk soal essai yang terdiri

dari 6 soal. Satu soal terdiri dari beberapa indikator dan siswa diberi waktu

mengerjakan soal selama 90 menit.

Setelah dilaksanakan tes akhir, diperoleh data hasil tes pemahaman

konsep matematika untuk materi turunan fungsi. Tes diberikan pada kelas XI

IPS. 3 yang melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle dan tes juga diberikan pada kelas XI IPS.4 yang

melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai

hasil tes akhir pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada lampiran XIX halaman 240.

Tes akhir ini diikuti oleh 44 orang siswa, 22 siswa kelas eksperimen

dan 22 siswa kelas kontrol. Dari hasil tes akhir dilakukan perhitungan,

sehingga diperoleh nilai rata-rata, variansi dan simpangan baku untuk kedua

Page 95: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

75

kelas sampel yang dinyatakan pada tabel hasil perhitungan data hasil belajar

siswa berikut:

Tabel 4.1. Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika

Kelas N S

Xmax Xmin

Eksperimen 77.65 22 16.14 100 45.83

Kontrol 60.41 22 20.24 95.83 25

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata yang diperoleh

kelas eksperimen adalah 77.65 Sedangkan kelas kontrol mempunyai rata-rata

60.41 Jadi, rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol.

B. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel

berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji

Lilliefors. Diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep Matematika

Kelas Sampel

Kelas

Pvalue N L0 Ltabel Distribusi

Eksperimen 0,05 0.338 22 0.0914 0.190 Normal

Kontrol 0,05 0.679 22 0.1041 0.195 Normal

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh L0 < Ltabel baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Begitu juga dengan harga P yang

diperoleh dengan menggunakan Software Minitab yaitu Pvalue > α.

Page 96: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

76

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua data sampel berdistribusi

normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XX dan XXI

halaman 243 dan 247.

2. Uji Homogenitas

Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Tes Pemahaman Konsep

Matematika kelas sampel

Pvalue X2

tabel X2

hitung Kesimpulan

0.05 0.307 3.84 1.066 Variansi homogen

Nilai X2

tabel > X2

hitung pada taraf nyata α = 0,05, selain itu dengan

Software Minitab diperoleh Pvalue > α, sehingga terima H0 artinya data sampel

homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XXII dan XXIII

halaman 248 dan 250.

3. Uji Hipotesis

Setelah diketahui bahwa data kelas sampel berdistribusi normal dan

homogen, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-

t. Hasil uji-t pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Tes Pemahaman Konsep Matematika

Kelas N thitung ttabel

Eksperimen 22 77.65

3.1227

1.68 Kontrol 22 60.41

Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa pada selang kepercayaan

95% diperoleh thitung > ttabel dengan kriteria pengujian jika t >t1-α maka tolak

H0. Menggunakan Software Minitab diperoleh Pvalue = 0.002 lebih kecil dari

α = 0.05.

Page 97: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

77

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMAN 1 Kecamatan Akabiluru

tahun pelajaran 2015/2016. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

XXIV dan XXV halaman 251 dan 253.

C. Pembahasan

1. Pemahaman Konsep Matematika

Secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran

Learning Cycle berjalan dengan lancar. Model pembelajaran learning cycle

yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

Maksudnya siswa diberikan kesempatan untuk dapat membangun dan

mengoptimalkan pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran Learning

Cycle ini berisi rentetan kegiatan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai

pedoman agar pemahaman konsep matematika yang merupakan tujuan

pembelajaran matematika dapat tercapai secara optimal karena ciri khas model

pembelajaran Learning Cycle ini adalah setiap siswa secara individu belajar

materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru. Kemudian, hasil belajar

individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota

kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab secara bersama-

sama atas keseluruhan jawaban1

1 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2014), h. 58-59

Page 98: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

78

Pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh melalui proses

pembelajaran dapat diketahui dengan melakukan evaluasi atau tes, kemudian

hasil tes dinilai oleh guru, berdasarkan hasil diskripsi dan analisis data tes

pemahaman konsep matematika siswa terlihat bahwa pemahaman konsep

matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada pemahaman konsep

matematika siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa

kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa kelas kontrol. Nilai

rata-rata siswa kelas eksperimen adalah 77.65 sedangkan nilai rata-rata siswa

kelas kontrol adalah 60.41.

Sejalan dengan itu, dapat juga dilihat dari hasil uji hipotesis yang

menggunakan uji-t dan Software Minitab. Perhitungan memperoleh bahwa

tolak H0 karena diperoleh thitung = 3.1227 lebih besar dari ttabel = 1.68 dan nilai

P-value = 0.002 lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05, sehingga dapat

disimpulkan tolak H0 dengan arti kata “Pemahaman konsep matematika siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle

lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMAN 1

Kecamatan Akabiluru tahun Pelajaran 2015/2016”.

Berdasarkan deskripsi dan analisis data, maka diperoleh secara umum

bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika untuk pokok bahasan turunan

fungsi pada siswa kelas XI IPS SMAN 1 Kecamatan Akabiluru dengan

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle, ternyata sangat

membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Peran guru sebagai

motivator dan fasilitator terlaksana dengan baik.

Page 99: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

79

Kemudian pada saat menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain

terlihat ada peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat.

Kegiatan ini dapat terlihat pada fase Engagement, Explanation, Elaboration.

Fase Engagement terlihat saat siswa menjawab pertanyaan dari guru yang

membangkitkan minat dan keingintahuan siswa. Pertanyaan guru yang

dijawab oleh siswa berkisar tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-

hari yang berhubungan dengan topik bahasan. Fase Explanation terlihat saat

siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan

oleh siswa lain.

Setelah pemberian soal-soal oleh guru, siswa yang mencari

penyelesaian soal-soal yang diberikan selalu meningkat setiap pertemuan.

Penyelesaian soal-soal ini dikerjakan di dalam kelompoknya masing-masing.

Kegiatan ini dapat terlihat pada fase Elaboration dan Evaluation. Fase

Elaboration terlihat saat siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam

menerapkan konsep kepada situasi baru. Fase Evaluation terlihat saat siswa

menyelesaikan soal-soal dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari

jawaban yang menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh

sebelumnya. Jadi penilaian terhadap hasil belajar yang akan menunjukkan

sejauh mana pencapaian pemahaman materi yang dikuasai oleh siswa.

Oleh karena itu, pada pertemuan akhir peneliti memberikan tes akhir

pada kelas sampel. Berdasarkan deskripsi dan hasil analisis data tes akhir,

terlihat bahwa nilai pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dengan

model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada pemahaman konsep

Page 100: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

80

matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan

pengaruh (efek) perlakuan yang diberikan pada siswa di kelas eksperimen.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran Learning

Cycle dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Hal ini juga dapat terlihat pada lembar jawaban siswa yang

menunjukkan ketercapaian indikator pemahaman konsep matematika. Berikut

dijelaskan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa untuk setiap

indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan.

a. Indikator Menyatakan ulang sebuah konsep

Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen telah mampu memahami

indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang sebuah konsep. Siswa

telah dapat mengulang, menyampaikan kembali konsep yang sudah dipelajari

sebelumnya dengan pemahaman yang mendalam dari materi tersebut. Berikut

ditampilkan salah satu hasil tes siswa dengan indikator menyatakan ulang

sebuah konsep.

Soal nomor 2 :

Gambar 4.1

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Page 101: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

81

Berdasarkan Gambar 4.1, siswa sudah tepat dan lengkap dalam

menyatakan ulang sebuah konsep yang telah ia pelajari kedalam soal yang

diminta. Maka dapat dikatakan bahwa siswa sudah mampu memenuhi

indikator pemahaman konsep yang pertama.

Untuk kelas kontrol rata – rata semua siswa sudah bisa menerapkan

konsep ini, dan dari hasil tes untuk indikator menyatakan ulang sebuah

konsep siswa kelas kontrol dapat disimpulkan sudah memahaminya dan

menerapkannya dengan benar.

b. Mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya.

Indikator pemahaman konsep mengklasifikasi objek tertentu sesuai

dengan konsepnya adalah suatu indikator yang menuntut siswa untuk

mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang

terdapat dalam materi. Contohnya siswa yang belajar dikelas eksperimen,

setelah mempelajari tentang definisi turunan, sebagian besar siswa sudah

dapat dengan benar mengelompokkan unsur-unsur yang terdapat pada soal

dengan suatu pemisalan yang sederhana. Kita dapat melihat hal tersebut dari

hasil yang diperoleh siswa dengan tes akhir yang diberikan rata – rata siswa

baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah bisa menentukan serta

mengklasifikasi objek yang diminta oleh soal dan menyelesaikannya dengan

sangat sesui dengan konsep. Berikut ditampilkan salah satu hasil tes siswa

tentang indikator mengklasifikasi objek tertentu sesuai dengan konsepnya.

Page 102: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

82

Soal nomor 3 :

Gambar 4.2

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen.

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis

Dalam indikator pemahaman konsep yaitu menyajikan konsep dalam

bentuk representatasi matematika, siswa dituntut mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya untuk tepat dan lengkap menyajikan konsep

yang diminta dalam berbagai bentuk penyajian data. Siswa sebagian besar

telah mampu menyelesaikan soal yang diberikan dengan konsep mereka

masing-masing karena dalam pembelajaran kelas eksperimen siswa dituntut

untuk memahami sendiri serta mengkontruksi sendiri pemikirannya dan

menemukan konsep sendiri. Berikut ditampilkan salah satu contoh hasil tes

siswa tentang indikator menyajikan konsep dalam bentuk representatis

matematika.

Page 103: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

83

Soal nomor 1 :

Gambar 4. 3

Jawaban siswa kelas eksperimen

Pada kelas kontrol siswa juga diberikan soal yang sama, dari hasil

yang diperoleh pada kelas kontrol ada siswa yang bisa untuk mengerjakan

soal tersebut dan ada juga yang belum terlalu bisa menerapkan indikator yang

diminta. Contohnya salah seorang siswa dengan jawaban seperti di bawah ini

Gambar 4. 4

Jawaban siswa kelas kontrol

Page 104: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

84

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep

Adalah indikator pemahaman konsep yang meminta siswa untuk

mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dengan

materi yang sedang dipelajari. Pada kelas eksperimen dengan model

pembelajaran Learning Cycle terlihat bahwa sebagian besar siswa juga telah

memahami konsep ini, mereka bisa membedakan mana syarat yang dianggap

perlu dan syarat yang harus mencukupi materi tersebut. Berikut ditampilkan

hasil tes siswa dengan indikator mengembangkan syarat perlu dan syarat

cukup dari suatu konsep.

Soal nomor 5 :

Gambar 4.5

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen.

Berdasarkan Gambar 4.5, siswa sudah mampu mengembangkan syarat

perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan tepat dan lengkap dalam

menentukan dan mencari jawaban dari soal yang diberikan.

Page 105: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

85

Pada kelas kontrol rata- rata siswa belum tepat dalam

mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dibuktikan

dengan salah satu jawaban siswa di bawah ini :

Gambar 4.6

Jawaban siswa kelas kontrol

Dari gambar diatas kita bisa simpulkan bahwa syarat perlu maupun

syarat cukup yang dikerjakan oleh siswa terjadi kesalahan dan belum

lengkanya penyelesaian dari jawaban siswa di atas, sehingga dapat dikatakan

bahwa siswa belum mampu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup

dari suatu konsep dalam menentukan dan mencari jawaban dari soal yang

diberikan.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur / operasi tertentu

Dalam indikator pemahaman konsep menggunakan, memanfaatkan

dan memilih prosedur / operasi tertentu siswa dituntut untuk dapat

menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. Contohnya dalam

belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan

langkah-langkah yang benar. Di dalam kelas eksperimen rata – rata siswa

Page 106: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

86

dengan hasil yang diperoleh telah bisa menerapkan indikator pemahaman

konsep ini, dimana terlihat dari hasil tes yang diberikan siswa telah bisa

menyelesaikan soal sesuai dengan langkah dan prosedur yang diminta. Siswa

telah bisa menempatkan prosedur yang diminta oleh soal serta langkah-

langkah dalam mengerjakan soal tersebut sebagian besar telah benar. Berikut

ditampilkan hasil tes dari salah seorang siswa tentang indikator

menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.

Soal nomor 4:

Gambar 4.7

Jawaban Siswa kelas eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.7, siswa sudah mampu menggunakan,

memafaatkan serta memilih prosedur yang sesuai dengan benar untuk

menentukan turunan fungsi dengan menggunakan aturan rantai.

Adapun pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

Konvensional, siswa rata – rata masih belum terlalu bisa untuk menerapkan

dengan baik tentang indikator mennggunakan, memanfaatkan serta memilih

Page 107: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

87

prosedur tertentu. Hal ini dapat dilihat dari salah satu jawaban siswa berikut

ini :

Gambar 4.8

Jawaban Siswa Kelas Kontrol.

Dapat kita lihat dari dua gambar diatas membuktikan bahwa siswa

yang belajar dikelas eksperimen lebih bisa menerapkan indikator yang

diminta soal yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur

tertentu. Dan pada kelas kontrol seperti yang terlihat pada gambar siswa telah

melakukan kesalahan dengan tidak mengurangi pangkat dari u(x) dan angka

delapan tidak dikalikan dengan semua unsur yang terdapat dalam u’(x)

sehingga dapat dikatakan siswa belum mampu menggunakan, memamfaatkan

dan memilih prosedur yang sesuai untuk menentukan turunan fungsi dengan

menggunakan definisi aturan ranta.

f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah

Lain halnya dengan indikator pemahaman konsep mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah, dalam hal ini siswa

Page 108: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

88

dituntut untuk menggunakan konsep atau prosedur dalam menyelesaikan soal

yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Pada konsep ini siswa lebih

dituntut pemahamannnya dalam menganalisis soal karena dalam soal yang

diberikan ada sedikit kerumitan dan dibutuhkan pemahaman yang bagus

untuk menyelesaikannya. Seperti soal yang diberikan dalam tes mencari

keuntungan maksimum dari sebuah home industri rotan, disana siswa harus

memahami dengan benar apa yang diminta oleh soal dan memikirkan

bagaimana cara penyelesaian masalahnya. Dalam kelas eksperimen terlihat

sedikit banyaknya siswa sudah bisa memahami indikator pemahaman konsep

ini yang dibuktikan dari hasil tes mereka, meski agak rumit tapi siswa tetap

bisa menyelesaikan soal tersebut. Berikut ditampilkan contoh hasil tes siswa

tentang indkator pemahaman konsep mengaplikasikan konsep dalam

algoritma atau pemecahan masalah.

Soal nomor 6 : Sebuah home industri rotan dalam catatanya mendapatkan

keuntungan ( dalam ribuan rupiah per minggu): k(x) =

),

tentukan keuntungan maksimum perminggu!

Page 109: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

89

Gambar 4.9

Jawaban siswa di kelas eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.9 siswa sudah mampu mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah bahkan melebihi

pemecahan masalah yang di inginkan, terbukti dalam soal yang dikerjakan

siswa telah dapat menyelesaikan masalah yang terdapat pada soal.

Adapun pada kelas kontrol siswa rata – rata tidak dapat mengerjakan

soal yang diberikan, karena mereka kurang bisa menerapkan indikator

mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahana masalah, mereka

kurang memahami konsep apa saja yang akan diterapkan dalam memcahkan

masalah tersebut seperti salah satu jawaban siswa di bawah ini :

Page 110: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

90

Gambar 4.10

Jawaban siswa di kelas eksperimen

Jadi, setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaran

Learning Cycle siswa mampu mencapai 6 dari ke-7 indikator pemahaman

konsep matematika siswa tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran

learning cycle dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa

terhadap materi pelajaran. Dimana pemahaman itu terbentuk atas usaha dari

siswa itu sendiri untuk membangun pengetahuannya dan dapat mengaitkan

pengetahuan itu dengan apa yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Jika

siswa sudah paham dengan materi pelajaran maka pemahaman konsep siswa

juga akan tercapai dengan baik sesuai yang diinginkan.

2. Kendala yang Dihadapi

Kendala yang dihadapi selama peneliti melakukan penelitian:

Kendala pertama yang peneliti hadapi saat penelitian adalah

mengorganisasikan siswa sedikit susah karena siswa terbiasa duduk sendiri-

sendiri, dan mereka cendrung ingin sekelompok dengan teman dekatnya,

sehingga pada pertemuan pertama cukup menghabiskan waktu untuk

mengorganisasikannya. Disini peneliti memberikan pendekatan bahwa

Page 111: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

91

berkelompok membuat pekerjaan menjadi lebih ringan karna dikerjakan

bersama-sama. Sehingga pada pertemuan selanjutnya mereka menjadi lebih

terbiasa karna merasakan manfaat dari berkelompok tersebut.

Kendala lain yang dialami adalah pada hari pertama ketika peneliti

menyuruh suatu kelompok untuk mendemontrasikan hasil diskusinya siswa

malu-malu dan saling tunjuk-menunjuk untuk mendemontrasikannya. Peneliti

memberikan motivasi berupa pujian dan hadiah untuk kelompok yang

bersedia memdemonstrasikan dan mempunyai jawaban yang paling tepat,

sehingga mereka menjadi bersemangat. Lalu selama proses pembelajaran

berlangsung peneliti menemukan kendala dalam mengelola waktu. Pada saat

diberi latihan siswa merasa waktunya kurang sehingga tidak semua kelompok

yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas.

Page 112: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada pembelajaran konvensional

di kelas XI IPS SMAN 1 Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat

mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Diharapkan guru mampu menciptakan pembelajaran yang menuntut siswa

untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri dan menuntun siswa agar

lebih aktif dalam belajar sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri

dalam belajar. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran

learning cycle dalam pembelajaran matematika.

2. Dalam penelitian selanjutnya hendaknya manajemen waktu dalam proses

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle ini

harus sangat diperhatikan, karena tahap-tahap pembelajaran pada

pendekatan ini sangat komplek.

3. Dalam penelitian selanjutnya hendaknya mampu memberi motivasi kepada

siswa untuk mau bertanya, memberi saran dan menjawab pertanyaan serta

mampu mengelola kelas agar tidak ada aktivitas lain dari siswa selama

proses belajar mengajar.

92

Page 113: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

93

4. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

karena masih adanya faktor-faktor yang belum diperhatikan secara

seksama. Untuk itu bagi semua pihak yang berkompeten diharapkan untuk

mengembangkan penelitian ini, baik sebagai penelitian lanjutan dari

penerapan model pembelajaran learning cycle dalam pembelajaran

matematika sehingga pembelajaran baru tersebut dapat berkembang di

dunia pendidikan kita ini.

Page 114: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

BIODATA

NAMA : Heru Ananda Saputra

TTL : Sungai Pandahan/ 29 Juni

1994

ALAMAT : Sungai Pandahan,

kenagarian Sundata,

kecamatan Lubuk

Sikaping

EMAIL :

heruanandasaputra31@g

mail.com

FB : HAS

ORTU : Ayah : Sawawi DT

Manindiang

Ibu : Nurhayati

JUMLAH SAUDARA : 7 orang

ANAK Ke- : 7

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Khairul Huda (2000)

2. SD N 18 Sungai Pandahan (2006)

3. SMP N 2 LUBUK SIKAPING

(2009 )

4. SMA N 1 LUBUK SIKAPING

(2012)

5. IAIN BUKITTINGGI (2016)

Page 115: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Guruan, Jakarta : PT Bumi

Aksara

Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya

,2010, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya

Dafril, 2012. dalam Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya, Palembang

Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. AL-QUR’AN dan Terjemahannya,

Bandung: Jumanatul Ali-Art( J-ART)

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 2010. Undang-Undang Republik

Indonesia N0 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

http://id.wikipedia.org/wiki/matematika/cite ref.21 (diakses tanggal 24

Januari 2016)

Depdiknas, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika

Endrico Saputra, dkk, 2015, Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Kec. Akabiluru

Esi, Isra Nurmai Yenti, dan Yusmet Rizal, pengaruh penerapan model

Learning Cycle terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika

sisw kelas XI IPS MAN Gunung Padang panjang,( Jurnal Pendidikan

MIPA ,Volume 1 Nomor 1 Januari 2014, Edusainstika, 1(1): 86-88

Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Heruman, 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Hendri, 2015, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas XI IPS di SMA N 1

Kecamatan Akabiluru

Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja, Yogyakarta: Depdinas

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Page 116: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

Mismiza, 2015, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas XI IPA di SMA N 1

Kecamatan Akabiluru

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta : Kencana

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif,

Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana. 2015. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfa Beta

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA Universitas pendidikan Indonesia

Suryabrata, Sumandi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Syamsuddin & Vismaia. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Thoha, M. Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Walpole E, Ronal, 1993. Pengantar Statistik, Jakarta: PT. Gramedia Puataka

Wardani, Sri. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Page 117: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL

Wardhani, Sri, 2008, Analisis SI dan SKL Mata pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : PT.

Bumi Aksara

Zjaffar, Tengku Zahara. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran terhadap Hasil

Belajar. Jakarta : UNP

Page 118: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 119: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 120: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 121: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 122: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
Page 123: PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL