Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PEMAHAMAN BEBERAPA GURU DAN PELAJAR DI SMKA SHEIKH
HAJI MOHD SAID SEREMBAN, MALAYSIA ATAS KEWAJIBAN
PEMBAYARAN ZAKAT FITRAH ANAK DI LUAR NIKAH
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD ZULAMMAR BIN ZULKAPLI
SHK 101170052
PEMBIMBING:
DRS. BAHARUDDIN AHMAD,M.HI
RASITO,S.H.,M.Hum
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2019
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
MOTTO
إن ي ٱل ا ءا يا يحجوع ٱىص كاماةوأ ي ٱلص ا ةوءاح ن ٱلز ل ر ج
عدأ
فولرب خ ولعيي ي زن
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati
vii
ABSTRAK
PEMAHAMAN BEBERAPA GURU DAN PELAJAR DI SMKA SHEIKH
HAJI MOHD SAID SEREMBAN, MALAYSIA ATAS KEWAJIBAN
PEMBAYARAN ZAKAT FITRAH ANAK DI LUAR NIKAH
OLEH: MUHAMMAD ZULAMMAR
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana ditegaskan dalam ayat-ayat
Al-Qur‟an dan hadist Nabi serta konsekuensi yang harus dijalankan sebagai
kewajiban bagi seluruh umat Islam dari dulu sampai sekarang. Setiap manusia
yang dilahirkan dalam dunia wajib membayar zakat fitrah tidak terkecuali anak
yang dilahirkan diluar nikah. Dalam hal ini yang wajib mengeluarkan zakat fitrah
bagi anak diluar nikah adalah ibunya. Yang menjadi suatu problematika,
fenomena yang terjadi di pelajar dan guru syariah SMKA Sheikh Haji Mohd Said
Seremban, Malaysia yaitu dalam pelaksanaannya dikalangan masyarakat,
mengenai kewajiban zakat fitrah bagi anak diluar nikah dibayarkan oleh ayahnya
bukan ibunya, mereka beranggapan bahwa ayah bertanggungjawab kepada
keluarganya dan yang berhak mengeluarkan zakat fitrah bagi anak dan istrinya,
karena kewajiban nafkah wajib diberikan untuk keluarganya sekalipun anak
tersebut bukan anak biologisnya.
Perumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kewajiban
pembayaran zakat fitrah bagi anak diluar nikah. Serta bagaimana alasan Islam
mengenai zakat fitrah bagi anak diluar nikah. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: untuk mengetahui
tanggungjawab pembayaran zakat fitrah bagi anak diluar nikah di SMKA Sheikh
Haji Mohd Said Seremban, Malaysia, serta untuk mengetahui tinjauan hukum
Islam mengenai zakat fitrah bagi anak diluar nikah.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dan Kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan, di mana keinginan penulis untuk meneliti dengan tujuan
mendapatkan kejelasan mengenai kewajiban zakat fitrah bagi anak diluar nikah,
viii
selanjutnya adalah teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
dokumentasi serta teknik analisis data menggunakan analisis data secara induktif.
Anak zina dinasabkan kepada nasab ibu dan tidak dengan nasab ayahnya, baik
dalam hal wali,ahli waris. Anak zina tersebut tidak disandarkan kepada ayahnya,
melainkan mengikuti garis keturunan pihak ibu. Berarti dalam hal zakat fitrah
pula, yang berkewajiban membayar zakat fitrah anak zina tersebut adalah
tanggungan ibu bukan tanggungan ayahnya.
Kata Kunci: Zakat Fitrah, Zakat fitrah Anak Luar Nikah
ix
PERSEMBAHAN
بسم ٱلر حمنٱلل ٱلر حي
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan karunia-Nya
yang telah memberikanku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu pengetahuan
sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW semoga kelak kita
mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.
Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada cahaya hidup yang sangat
kusayangi Ibunda Norzaidah Binti Ahmad Anuar dan Ayahnda tercinta Zulkapli
Bin Abdul Rahaman yang terkasih, dan yang tersayang sebagai tanda bakti,
hormat dan terima kasih yang setulusnya. Tiada kata yang bisa menggantikan
segala usaha doa semangat dan materi yang telah diberikan untuk penyelesaian
tugas akhir ini dibangku kuliah. Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda
bahagia.
Seluruh sahabatku yang tercinta, yang berada dijambi Zaid Ikram, Zhafir Aiman,
arif nabil, aizat hasbullah. Terima kasih atas doa cinta kasih sayang dan bantuan
kalian semua selama ini. Terima kasih untuk doa, nasehat, hiburan, kerjasama,
ide, traktiran, tebengan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Sukses
untuk kita semua Aamiin..
x
KATA PENGANTAR
الرحي اللالرح بص ورحثاللوبركح لامعييك الص
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam turut dilimpahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai.
Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi
nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “PEMAHAMAN BEBERAPA GURU DAN PELAJAR DI
SMKA SHEIKH HAJI MOHD SAID SEREMBAN, MALAYSIA ATAS
KEWAJIBAN PEMBAYARAN ZAKAT FITRAH ANAK DI LUAR
NIKAH”.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
ilmu syariah dalam bagian ilmu hukum tentang undang-undang. Juga memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam
Jurusan Hukum Keluarga pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan
lagi daya usaha untuk menyelesaikan skipsi ini agar selari dengan penjadualan.
Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat
juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung
maupun secara tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.Suaidi Asy'ari,MA,. Ph.D Rektor UIN STS Jambi,
Indonesia.
xi
2. Bapak Dr. AA. Miftah, Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
3. Bapak. Hermanto Harun, Lc, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Ibu Rahmi Hidayati, S.Ag, M.HI, Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum, Perancangan dan Keuangan dan Ibu Dr. Yulianti, S,Ag.M.HI,
Wakil Dekan Kemahasiswaan dan kerjasama di lingkungan Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
4. Ibu Siti Marlina, S.Ag.,M.HI selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga (HK)
Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Drs.Baharuddin Ahmad,M.HI, selaku Pembimbing I dan Bapak
Rasito,S.H.,M.Hum, selaku pembimbing II skripsi ini yang telah banyak
memberi kemasukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten
dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu
dalam memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan
maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi
pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan
skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariyah di sisi
Allah SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.
Jambi, September 2019
Penulis,
MUHAMMAD ZULAMMAR BIN ZULKAPLI
SHK 101170052
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. latar belakang masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................................... 4
D. Batasan masalah ................................................................................. 5
E. Kerangka teori..................................................................................... 6
F. Tinjauan pustaka ................................................................................. 10
xiii
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian ...................................................... 14
B. Pendekatan penelitan ................................................................... 14
C. Jenis penelitian ............................................................................ 14
D. Sumber data ................................................................................. 15
E. Metode Pengumpulan data .......................................................... 15
F. Populasi dan sampel .................................................................... 16
G. Teknik analisis data ..................................................................... 17
H. Sistematika penulisan .................................................................. 18
BAB III : GAMBARAN UMUM ZAKAT FITRAH DAN ANAK LUAR
NIKAH
A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Fitrah ................................. 19
B. Penjelasan menurut pendapat empat mazhab tentang golongan
yang menerima zakat fitrah ......................................................... 21
C. Tujuan dan Hikmah Zakat Fitrah ................................................ 26
D. Syarat-syarat Zakat Fitrah ........................................................... 28
E. Jenis, Takaran dan Waktu Wajib Mengeluarkan Zakat fitrah..... 29
F. Penyaluran Zakat Fitrah .............................................................. 32
G. Pengertian anak luar nikah .......................................................... 36
H. Status Anak Luar Nikah Dalam Perspektif Fiqh ......................... 37
I. Dalil Pensyariatan Penasaban Anak Luar Nikah ........................ 38
J. Fatwa-Fatwa Berkenaan Anak Tak Sah Taraf di Beberapa
Negeri ......................................................................................... 40
xiv
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendapat pelajar dan guru Syariah di SMKA Sheikh Haji Mohd
Said, Seremban, Malaysia terhadap tanggungjawab pembayaran
zakat fitrah bagi anak luar nikah. ................................................ 45
B. Alasan Islam mengenai kewajiban zakat fitrah bagi anak di luar
nikah ............................................................................................ 51
C. Titik beda yang terdapat antara guru dan pelajar SMKA Sheikh
Haji Mohd said mengenai kewajiban pembayaran zakat fitrah anak
di luar nikah................................................................................. 56
D. Analisis diantara zakat fitrah dangan zakat fitrah anak
luar nikah ..................................................................................... 58
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran-saran .................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xv
DAFTAR SINGKATAN
UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
SMKA : Sekolah Menengah Agama
AQ : Al-quran
No : Nomor
Cet : Cetakan
Hlm : Halaman
Opc : Opcit
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Maklumat Jantina .................................................................................. 45
Tabel 2: Maklumat Umur .................................................................................... 46
Tabel 3: Maklumat Kelayakan Akademik .......................................................... 46
Tabel 4: Maklumat Status ................................................................................... 47
Tabel 5: Pemahaman tanggungjawab pembayaran Zakat Fitrah Penduduk
Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia ................................................. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana yang
ditegaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dan di dalam hadist Nabi serta
konsekuensi yang harus dijalankan sebagai kewajiban bagi seluruh umat
Islam dari dulu sampai sekarang.1 Dalam ajaran Al-Qur‟an ada perintah
yang selalu dikemukakan secara bergandengan, yaitu shalat dan zakat,
agama Islam dalam syari‟at membagi dua macam zakat yaitu zakat maal
dan zakat fitrah. Zakat maal yaitu zakat yang harus dikeluarkan oleh
semua umat Islam terhadap harta yang dimiliki, yang telah memenuhi
syarat, haul, nisab dan kadarnya. Zakat juga merupakan ibadah ijtima‟iyah
yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan. Bila
dilihat dari sisi pembangunan dan kesejahteraan umat. Zakat dipandang
sebagai ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam. Keberadaan
zakat dianggap sebagai bagian mutlak dari keislaman seseorang, oleh
karena itu, tidak aneh jika Allah SWT mensejajarkan shalat dan kewajiban
berzakat dalam berbagai bentuk kata sebanyak 28 kali.2 Al-Qur‟an
menyatakan bahwa kesetiaan berzakat dipandang sebagai indikator utama
dalam ketundukan seseorang terhadap ajaran Islam. Inilah ciri utama
1 Masdar. F Mas‟udi, Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam, Cet ke-3
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 34 2 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terj. Salman Harun, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa,
2007), hlm. 73
2
mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup dan rahmat Allah
SWT. Kebersediaannya dipandang pula sebagai orang yang selalu
berkeinginan untuk membersihkan diri dari jiwa dan berbagai sifat buruk,
sekaligus menyucikan, membersihkan serta mengembangkan harta yang
dimiliki, ia terdorong untuk membantu mereka dengan hati yang riang dan
ringan tanpa merasa terbebani olehnya.3 Mengenai tata cara
pelaksanaannya yaitu pada setiap akhir bulan Ramadhan menjelang Idul
Fitri. Umat Islam melaksanakan kewajiban agama berupa pembayaran
zakat fitrah bagi dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya. Menurut Imam Mazhab yaitu Syafi‟i, Maliki
dan Hambali, bahwa wajib bagi suami mengeluarkan zakat fitrah bagi
istrinya, karena si istri dalam keadaan nafkah mengikuti suami.4 Apabila
memiliki seorang anak maka zakat fitrah anak tersebut juga dikeluarkan
oleh ayahnya, dan kewajiban ini terjadi apabila hubungan keluarga
tersebut diikat dalam suatu ikatan pernikahan yang sah menurut agama dan
hukum.5 Status anak dalam keluarga dapat dikategorikan menjadi dua
macam, yaitu: anak yang sah dan anak yang tidak sah. Dalam pandangan
fiqh anak yang dianggap sah yaitu jika terjadi perkawinan antara suami
istri yang sah, dan anak- anak hasil di luar nikah dalam pandangan Islam
disebut dengan anak zina (walad al-zina). Anak hasil hubungan di luar
3 Didin Hafifuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2004), hlm. 1.
4 Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2005), hlm. 23.
5 M. Baghir Al-Habsy, Fiqih Praktik Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pendapat Para
Ulama, (Bandung: Mirzan, 2005), hlm. 273.
3
nikah tersebut menjadi problematika tersendiri atas hal keperdataannya.
Disinilah letak permasalahannya, di mana anak zina tidak memiliki
hubungan nasab dengan ayah namun dia hanya memiliki hubungan nasab
dengan sang ibu, maka segala kewajiban sang ayah akan gugur terhadap
anak tersebut termasuk dalam hal zakat fitrah.6 Sebagaimana tertulis di
dalam buku Terjemahan Fathul Mu’in :وفعرة ولدالزا على أ. zakat fitrah anak
hasil luar nikah menjadi kewajiban sang ibu.7 Dalam hal ini yang wajib
mengeluarkan zakat fitrah bagi anak di luar nikah adalah ibunya. Namun
di sisi lain terdapat pro dan kontra dalam pelaksanaannya yakni yang
terjadi di masyarakat mengenai kewajiban zakat fitrah bagi anak di luar
nikah dibayarkan oleh bapaknya. Anggapan masyarakat bahwa sang ayah
bertanggung jawab kepada keluarganya, dan yang berhak nafkah wajib
diberikan untuk keluarganya sekalipun sang anak tersebut bukan anak
biologisnya. Oleh karenanya, penulis mengangkat permasalahan ini
dengan judul “Pemahaman Beberapa Guru Dan Pelajar Di SMKA
Sheikh Haji Mohd Said Seremban, Malaysia Atas Kewajiban
Pembayaran Zakat Fitrah Anak Di Luar Nikah”
6 Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakata: Kencana, 2003), hlm. 47.
7 Zainuddin Al-Malibary, Fathul Mu’in, Terj. Aliy As‟ad, Jilid II, (Yogyakarta: Menara
Kudus, 1979), hlm. 20.
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut nampak adanya
permasalahan yang perlu di kaji mengenai kewajiban zakat fitrah bagi
anak diluar nikah yaitu adanya pro dan kontra tentang boleh dan tidaknya
zakat fitrah bagi anak diluar nikah yang dikeluarkan bapanya. Adapun
masalah-masalah yang akan di kaji melalui penelitian ini penulis
rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat pelajar dan guru syariah di SMKA Sheikh Haji Mohd
Said, Seremban, Malaysia terhadap tanggungjawab pembayaran zakat
fitrah anak di luar nikah.
2. Apa alasan Islam mengenai kewajiban zakat fitrah anak di luar nikah
3. Apakah titik beda yang terdapat antara guru dan pelajar SMKA Sheikh
Haji Mohd Said mengenai kewajiban pembayaran zakat fitrah anak di luar
nikah
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui pendapat pelajar dan guru Syariah di SMKA Sheikh
Haji Mohd Said, Seremban, Malaysia terhadap tanggungjawab
pembayaran zakat fitrah anak di luar nikah.
b) Untuk mengetahui alasan Islam terhadap kewajiban zakat fitrah anak di
luar nikah
5
c) Untuk mengetahui titik beda yang terdapat antara guru dan pelajar
SMKA Sheikh Haji Mohd said mengenai kewajiban pembayaran zakat
fitrah anak di luar nikah
2. Kegunaan penelitian
a) Sebagai sumbangsih penulis dalam rangka memahami ajaran agama
islam khususnya tentang status hukum anak luar nikah terhadap
pembayaran zakat fitrah dan aplikasinya di masyarakat dan
keabsahannya yang ditinjau dari hukum islam
b) Untuk menambah kemampuan berfikir bagi penulis serta untuk
menambah khazanah yang dipersembah pada fakultas Syariah.
c) Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai kewajiban zakat
fitrah bagi anak di luar nikah dan mengamalkan apa saja yang menjadi
jalan kebaikan di dalam hidup bermasyarakat.
d) Bagi peneliti bertambahnya wawasan, pengetahuan dan kontribusi yang
beragam di dunia syariat
e) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para peneliti
berikutnya
D. Batasan Masalah
Mengingatkan luasnya permasalahan yang dibahas,maka fokus
penelitian penulis membataskan permasalahan ini.oleh sebab itu, penulis
hanya membahaskan tentang maksud status hukum anak diluar nikah
6
terhadap pembayaran zakat fitrah di masyarakat dan keabsahannya yang
ditinjau dari hukum islam.
E. Kerangka Teori
1. Penjelasan Istilah
a) Pemahaman
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan
seseorang mampu memahami arti atau ikonsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Dalam hal ini dia tidak sekedar hafal secara verbalitas,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan,
maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan
dan mengambil keputusan. Definisi pemahaman menurut Anas
Sudijono (2010: 50) adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi.
b) Smka Haji Mohd Said Seremban, Malaysia
Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Sheikh Hj Mohd
Said atau nama ringkasnya SMKA SHAMS, merupakan sebuah
Sekolah Menengah Kebangsaan Agama atau SMKA yang terletak di
Jalan Tunku Kurshiah. Ia juga dikenali sebagai SHAMS dan
merupakan sebuah sekolah agama persekutuan. Ia ditubuhkan pada 1
7
Jun 1959. Terletak di Jalan Tunku Kursiah, Seremban, Negeri
Sembilan. Pada tahun 2008, SHAMS telah dianugerahkan "Sekolah
Kluster Kecemerlangan (SKK)". Sebagai salah satu sekolah cluster di
Malaysia yang diiktiraf di peringkat antarabangsa, SHAMS telah
menandatangani MoU dengan Madrasah Aliah Negeri, Bukit Tinggi,
Indonesia. Ia ditandatangani untuk mengurangkan jurang pendidikan
antara Malaysia dan Republik Indonesia.
e) Kewajiban
Kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan seseorang
sebagai bentuk tanggung jawab atas permasalahan tertentu, baik secara
moral maupun hukum. Pendapat lain mengatakan arti kewajiban adalah
sesuatu yang wajib untuk dilakukan seseorang dengan penuh tanggung
jawab agar mendapatkan haknya. Atau sebaliknya, seseorang harus
melakukan kewajiban karena sudah mendapatkan haknya.
f) Pembayaran
Pembayaran memiliki 1 arti. Pembayaran berasal dari kata dasar
bayar. Pembayaran memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga pembayaran dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat,
atau semua benda dan segala yang dibendakan.8
8 https://www.apaarti.com/arti-kata/pembayaran.html, Diakses pada 20 Agustus 2019
8
g) Zakat Fitrah
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib diberikan oleh orang Islam pada
akhir ramadhan atau menjelang shalat idul fitri. Yang dimaksud oleh
peneliti adalah zakat fitrah yang diwajibkan bagi anak di luar nikah.
h) Anak Diluar Nikah
Anak di luar nikah terdiri dari beberapa suku kata, “anak”, “di
luar” dan “nikah”. Anak adalah generasi kedua atau keturunan
pertama; manusia yang masih kecil. Di luar yaitu sesuatu yang tidak
berada pada tempat atau ketentuannya. Dan nikah adalah ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
dan ajaran agama.9Jadi, yang dimaksud peneliti mengenai anak di
luar nikah yaitu anak yang dilahirkan bukan berdasarkan ikatan
pernikahan yang sah menurut hukum maupun ajaran agama Islam.
Sebagai dasar acuan dari kerangka teori ini antara lain diambil dari
firman Allah S.W.T diantaranya surat At-Taubah ayat 103 yang
berbunyi :
خذ ل و صدكث أ ر تع اوحزكي وصوة ي
حمإن عي صي
شك ل يعوٱلل ش عيي
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia;Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 962.
9
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui10
ا۞ جإج دق سهيلي فلراءٱلص ييوٱل اوٱى ع ؤى فثعيي وٱل وفكيب
يٱلركاب غرشبيووفوٱى ٱلل بيو وٱة فريضث ٱلص ٱلل وٱلل عيي
حهي
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.11
At-Taubah ayat 60.
Ayat-ayat tersebut merupakan dasar hukum mengenai kewajiban
zakat. Baik zakat maal, zakat fitrah maupun zakat lainnya. Sebaliknya,
ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman keras terhadap
orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat kelak harta
benda yang disimpan dan ditumpuk tanpa dikeluarkan akan berubah
menjadi azab bagi pemiliknya.12
Sesungguhnya arti zakat fitrah itu
sendiri ialah zakat yang wajib disebabkan berbuka dari puasa
Ramadhan. Ulama fikih menamai zakat fitrah dengan zakat ar-Ruus
10
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 205. 11
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 198. 12
Al-Furqon Hasbi, Op. Cit, p.4
10
(zakat kepala) zakat al-Rikob (zakat perbudakan), zakat al-Abdan
(zakat badan). Yang dimaksud dengan badan disini adalah pribadi atau
perorangan yang merupakan lawan dari jiwa dan nyawa.13
Menurut
Imam Sayid Bakri Syatha zakat fitrah bagi anak di luar nikah
dikeluarkan oleh ibunya karena sesungguhnya ibunya yang wajib
menafkahinya. Tapi dalam aplikasi dalam masyarakat zakat fitrah bagi
anak diluar nikah dikeluarkan oleh bapanya.
Tujuan zakat yang terutama adalah membersihkan harta kekayaan
dari percampuran harta yang haram atau yang syubhat. Karena
didalamnya terdapat hak orang lain, membersihkan jiwa orang-orang
yang kaya dari penyakit kikir, tamak, rakus, egoistis dan ketiadaan rasa
belas kasihan serta kesetiakawanan terhadap sesama muslim dan atau
manusia pada umumnya, serta menumbuhkan rasas persaudaraan san
kesetiakawanan sesama muslim.14
F. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap literatur-literatur yang
berkaitan dengan obyek kajian penelitian ini, ditemukan beberapa hasil
penelitian maupun literatur yang relevan dengan penelitian ini di
antaranya:
13
Ibid. hlm. 47. 14
https://www.muidkijakarta.or.id/fatwa-jenis-jenis-harta-benda-yang-wajib-dizakati/,
diakses pada 23 Agustus 2019.
11
1. Kulsum Ummi “Analisis Hukum Islam terhadap Hubungan Perdata Anak di
Luar Nikah”. Dalam putusan MK No.46/PUUVIII/2010. Hasil ini
menyimpulkan bahwa menurut putusan MK terhadap hubungan perdata
anak di luar nikah terdapat tambahan pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan
Tahun 1974 yang menyatakan Änak dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”.
Sedangkan menurut hukum Islam apabila anak dilahirkan di luar nikah atau
tidak ada ikatan perkawinan antara kedua orang tuanya maka anak tersebut
dinamakan anak zina atau anak diluar nikah sehingga hubungan perdatanya
hanya kepada ibunya dan keluarga ibunya. Jadi, anak dalam putusan
Mahkamah Konstitusi dalam hukum Islam anak yang lahir di luar nikah
diartikan kedudukannya sebagai anak zina. Dari hasil kesimpulan tersebut,
jika seorang laki- laki dan perempuan ingin menikah hendaknya pernikahan
tersebut memenuhi syarat formil (syarat sesuai dengan agama masing-
masing) maupun materiil (mencatatkan pernikahannya kepada lembaga yang
berwenang). Agar pernikahan dan anak tersebut mempunyai kekuatan
hukum.15
2. Muhammad Abduh Sulaiman, alumni UMI penelitian skripsi tahun 2010
yang berjudul “Implementasi Sistem Pengumpulan Zakat menurut UU. RI
No.38 tahun 1999 di Kabupaten Wajo”. Mengungkapkan bahwa dalam
masyarakat masih memiliki persesi bahwa keberadaan zakat itu merupakan
semata-mata institusi keagamaan, karena kedudukan tersebut masyarakat
15
Kulsum Ummi, ”Analisis hukum Islam terhadap Hubungan Perdata Anak di luar
Nikah : dalam Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010” ,(Skripsi---UIN Sunan Ampel,2012).
12
lebih cenderung menyerahkan langsung kepada “mustahiq” sehingga
dapatlah dinyatakan bahwa presepsi masyarakat memandang zakat, semata-
mata sebatas institusi keagamaan (masalah ibadah semata), turut
berpengaruh terhadap pelaksanaannya UU. RI. No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaaan dan pendayagunaan zakat.
3. Sandimula Nur Shadiq (2014) Studi Komparatif Mad‟hab Syafi‟i dan
Mad‟hab Hanafi tentang Status dan Hak Anak Luar Nikah. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian pustaka yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana pendapat ma‟hab Syafi‟i dan ma‟hab Hanafi
tentang status dan hak anak luar nikah? Dan bagaimana persamaan dan
perbedaan antara ma‟hab Syafi‟i dan ma‟hab Hanafi tentang status dan hak
anak luar nikah? Hasil dari penelitian menunjukkan perbedaan bahwa
pengikut Maz‟hab Syafi‟i berpendapat bahwa anak luar nikah adalah anak
yang lahir kurang dari enam bulan setelah adanya persetubuhan dengan
suami yang sah, adapun anak luar nikah tidak memiliki hubungan nasab
dengan bapak biologisnya, karena anak tersebut lahir di luar perkawinan
yang sah, sehingga nasab anak tersebut dengan bapak biologisnya terputus
secara mutlak, maka status anak tersebut adalah sebagai annabiyyah (orang
asing), yang tidak menyebabkan keharaman untuk dinikahi oleh bapak
biologisnya. Sedangkan menurut ma‟hab Hanafi, bahwa anak luar nikah
adalah anak yang lahir kurang dari enam bulan setelah adanya akad nikah,
adapun status anak luar nikah adalah sama dengan anak yang lahir di dalam
perkawinan yang sah, karena madhab Hanafi menganggap adanya nasab
13
secara hakiki, sehingga anak tersebut diharamkan untuk dinikahi bapak
biologisnya. Persamaan antara keduanya yaitu, dalam hal kewarisan, bahwa
anak luar nikah tidak mewarisi dari bapak biologisnya, melainkan hanya
kepada ibu, dan keluarga ibunya. Anak luar nikah juga tidak memperoleh
hak nafkah dari bapak biologisnya. Adapun dalam perwalian, bapak biologis
tidak berhak menjadi wali dari anak luar nikahnya, namun yang menjadi
wali adalah wali Hakim, atau Sultan. Dalam Islam, anak bukan hanya
sekedar karunia namun lebih dari itu ia juga merupakan amanah dari Allah
SWT. Setiap anak yang lahir telah melekat pada dirinya pelbagai hak yang
wajib dilindungi, baik oleh orangtuanya maupun Negara. Maka bagi para
masyarakat umum diharapkan untuk lebih mengetahui status anak luar
nikah, dan implikasinya terhadap hak-haknya, serta diskriminasi
terhadapnya, sehingga muncul kesadaran atas dampak negatif dari pergaulan
bebas dan perzinaan, serta lebih menghargai urgensi perkawinan terhadap
keberlangsungan generasi tanpa diskriminasi16
4. Ali Parman, penelitian tahun 2007 yang berjudul “Ketaatan Berzakat”
(Telaah Hukum Islam dan Implikasinya Terhadap Manajemen Zakat di Kota
Makassar) dengan hasil bahwa persepsi masyarakat kota makassar masih
lemah sehingga perlu usaha untuk meningkatkan kualitas pengetahuan
muzakki, demikian pula dimensi perilaku taat masyarakat Kota Makassar
perlu peningkatan agar ketaatan lebih berkualitas.
16
Sandimula Nur Shadiq, “Studi Komparatif Madzhab Syafi‟i dan Madhab Hanafi
tentang Status dan Hak Anak Luar Nikah” ,(Skripsi---UIN Sunan Ampel,2014).
14
BAB II
METODE PENELITIAN
Pada dasarnya penulisan skripsi ini berdasarkan pada suatu penelitian
lapangan yang dilakukan di kalangan masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia
menggunakan studi kepustakaan yang ada hubungannya dengan zakat fitrah.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih adalah di Smka Sheikh Haji Mohd Said
Seremban, Malaysia. Waktu penelitian yang dilakukan adalah sekitar bulan 6.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunnakan adalah penelitian hukum emperis yaitu
merupakan salah satu penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji
bekerjanya hukum didalam masyarakat. Dengan kata lain bahwa penelitian
hukum emperis yaitu satu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-
saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
tertantu
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi
pada kelompok masyarakat. Dalam hal ini adalah mengenai persoalan yang
berkaitan dengan zakat fitrah bagi anak luar nikah, sehingga penelitian ini juga
bisa disebut penelitian kasus /study kasus (Case Study) dengan pendekatan
15
deskriptif kualitatif. Adapun lokasi yang menjadi obyek penelitian dalam
skripsi ini di Smka Sheikh Haji Mohd Said Seremban di Negeri Sembilan,
Malaysia.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data itu
diperoleh.Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 sumber data yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder
1. Data Primer
sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
adalah data yang didapatkan langsung dari tempat yang menjadi obyek
penelitian yaitu seramai 40 orang responden di Smka Syeikh Haji Mohd
Said Seremban Negeri Sembilan Malaysia.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder antara lain
berupa bahan-bahan kepustakaan, baik berupa kamus, buku-buku, karya
ilmiah yang berbentuk skripsi dan kitab-kitab yang ada kaitannya dengan
penelitian tersebut.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan observasi. Wawancara yaitu suatu kegiatan yang
16
dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan
mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada responden. Dalam penelitian ini
dilakukan secara bebas dalam arti responden diberi kebebasan menjawab
akan tetapi dalam batas-batas tertentu agar tidak menyimpang dari panduan
wawancara yang telah disusun. Model wawancara yang dilakukan oleh
penulis yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pelaku yang
terkait atas penelitian ini. Dalam hal ini penulis langsung wawancara dengan
beberapa pelajar dan guru Syariah di Smka Sheikh Haji Mohd Said,
Seremban, Malaysia.
F. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh
peneliti. Seperti menurut Sugiyorno (2011:80) ” populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapakn oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Pendapat diats menjadi salah saru
acuan bagi penulis unutk menentukan populasi. Populasi yang akan
digunakan sebagai penelitian adalah mahasiswa Smka Sheikh Haji Mohd
Said Seremban, Malaysia
2. Simpel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut sugiyono (2011:81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.‟ Sehingga smapel
17
merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan
sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh
pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan
sampel ini penulis menggunakan teknik simple random sampling. Simple
random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana yang
tidak memperhatikan tingkatan apapun dalam anggota populasi dengan
ketentuan anggota populasi adalah homogen. Contohnya jumlah pelajar
dan guru syariah yang memahami tentang pembayaran zakat fitrah anak
di luar nikah, maka populasinya adalah jumlah pelajar dan guru syariah
tersebut, karena ia sama sifatnya maka dapat diacak untuk menentukan
sampelnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam
pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat disarankan oleh data. Setelah data-data terkumpul langkah selanjutnya
adalah menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari data yang
terkumpul. Dalam melakukan analisis data ini, penulis akan menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki lalu kemudian dianalisis.
18
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menyusun skripsi dalam
lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun secara
sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab Pertama Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan istilah, sistematika
pembahasan.
Bab Kedua Metodologi Penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pedoman
penulisan.
Bab Ketiga Gambaran Umum Zakat Fitrah terdiri dari pengertian dan dasar
hukum zakat fitrah, tujuan dan hikmah zakat fitrah, syarat-syarat zakat fitrah,
jenis, takaran dan waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah,
penyerahan/pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah, definisi anak di luar
nikah dan statusnya.
Bab Keempat Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari sekilas tentang
keberadaan anak di luar nikah di penduduk Malaysia Negeri
Sembilan,Seremban, pemahaman zakat fitrah bagi anak di luar nikah di
penduduk Malaysia Negeri Sembilan,Sikamat, tinjauan hukum Islam mengenai
kewajiban zakat fitrah bagi anak di luar nikah dan analisa peneliti.
Bab Kelima penutup berisi kesimpulan dan saran-saran
19
BAB III
GAMBARAN UMUM ZAKAT FITRAH DAN ANAK LUAR NIKAH
A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Fitrah
Fitri berarti : berbuka puasa, yang dimaksudkan disini ialah,
berbuka puasa di waktu matahari terbenam pada hari terakhir bulan
Ramadhan. Berakhirnya bulan Ramadhan itu merupakan sebab lahiriah
pada kewajiban zakat tersebut sehingga diberi nama” اىفعر زكة “ (Zakat
Fitrah), atau صدكثاىفعر (Sedekah Fitri). Demikian pula nama عيداىفعر (Hari
Raya Fitri) hari yang berkenaan dengan penutupan puasa Ramadhan,
dirayakan dengan takbir, tahlil dan tahmid, sebagai tanda kemenangan,
mengalahkan hawa nafsu dalam melaksanakan ibadah puasa. Kemudian
ditutup dengan sholat Idul Fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah swt atas
segala nikmat, hidayah dan taufiknya.
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan sekali setahun
pada saat bulan ramadhan menjelang hingga sebelum solat idul fitri
dilangsungkan. Selain dari istilah “Zakat Fitri”, maka yang lebih populer
di masyarakat Indonesia ialah : Zakat Fitrah”. Fitrah berarti: ciptaan, sifat
asal, bakat, perasaan keagamaan, dan perangai.17
17
Muhammadiyah Ja‟far, Tuntunan Ibadat Zakat Puasa Dan Haji,(Jakarta: Kalam Mulia
Jakarta, November 2003), hlm.61.
20
Sabda Rasulullah s.a.w :
عاةعركالفرضرشلاللصلىاللعييوشيزكةاىفعررمضان
رواه.شعيرعلىكلحرأوعتدذنرأوأثىاىصييعلىالناسصاعا
يوفالبخارىوكنيععن.ومصيالبخارى مأوي .كتواىفعرةي
Artinya: Dari Ibnu „Umar, katanya: Rasulullah s.a.w mewajibkan, zakat fithri
berbuka” bulan ramadhan, sebanyak satu sha‟ (3,1 liter) tamar
atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba,
laki-laki atau perempuan”. Riwayat Bukhari dan Muslim dan
dalam hadis Bukhari: Mereka bayar fithrah itu sehari atau dua
hari sebelum: hari raya”.18
Sabda Rasulullah s.a.w :
عابىشعيدكالنانخرجزكةاىفعرصاعاظعامأوصاعاشعيرأو
صاعاحرأوصاعاأكطأوصاعازبيبأخرجاالبخارى
مصيو
Artinya: Dari Abu Said, katanya : Kami mengeluarkan zakat fitrah segantang
dari makanan atau gandum atau kurma atau susu kering atau anggur
kering”. Hadis ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim.19
Dengan dua hadis ini teranglah, bahwa yang dimaksudkan oleh
Rasulullah s.a.w banyak fitrah itu, ialah satu sha‟ sedang sha‟ menurut erti
bahasa arab nama ukuran sukatan (takaran). Jadi ukuran banyaknya zakat
fitrah ini, ukuran takaran bukan ukuran timbangan. Penyellidikan ulama-
18
Ibnu Baz, Riwayat Bukhari dan Muslim, hadis nomor1620, bab Zakat Fitrah 19
Ibnu Baz, Riwayat Bukhari dan Muslim, hadis nomor 1621, bab Zakat Fitrah
21
ulama yang menetukan banyak zakat fitrah dengan timbangan (katian),
adalah kurang teliti (kurang tepat), kerana berat beras satu gantang itu, dari
beberapa macam jenis beras tentu tidak sama, apalagi kalau dibandingkan
dengan segantang jagung atau lain-lainnya,sudah tentu amat berjauhan
timbangannya,walau takarannya.
B. Penjelasan menurut pendapat empat mazhab tentang golongan yang
menerima zakat fitrah
a. Mengikut mazhab Hanafi ada tujuh golongan orang yang layak
menerima zakat fitrah yang pertama, golongan fakir yaitu oang yang
mempunyai harta kurang dari senisab atau mempunyai senisab, atau
lebih, tetapi habis dengan hajat keperluannya. Kedua, golongan
miskin yaitu orang yang tidak mempunyai satupun juga. Ketiga
„Amil yaitu orang yang diangkat untuk mengambil dan mengurus
zakat. Keempat hamba, yaitu hamba yang telah dijanjikan oleh
tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang, atau harta
lain. Kelima berutang, yaitu orang yang mempunyai utang,sedang
hitungan hartanya di luar utang, tidak cukup senisab; dia diberi
zakat untuk membayar utangya. Keenam ialah jalan Allah , yaitu
bala tentera untuk berperang pada jalan Allah. Ketujuh ialah
Musafir, yaitu orang yang dalam perjalanan, yang putus
perhubungan dengan hartanya, orang ini diberi sekadar hajatnya.
b. Mengikut Mazhab Maliki ada lapan golongan yang menerima zakat
fitrah. Pertama fakir, yaitu orang yang mempunyai harta, sedang
22
hartanya tidak mencukupi untuk keperluannya dalam masa satu
tahun, orang yang mencukupi dari penghasilan yang tertentu tidak
diberi zakat, orang yang punya penghasilan tidak mencukupi diberi
sekadar mencukupi. Kedua golongan miskin, yaitu orang yang tidak
mempunyai satupun juga. Ketiga golongan „Amil, yaitu pengurus
zakat, penulis, pembagi, penasihat, dan sebagainya yang bekerja
untuk kepentingan zakat. Syarat menjadi‟Amil ialah adil dan
mengetahui segala hukum yang bersangkutan dengan zakat.
Keempat golongan Muallaf, yaitu sebahagian mengatakan orang
kafir yang ada harapan untuk masuk agama islam, sebahagian yang
lain mengatakan orang yang baru memeluk agama Islam. Kelima
golongan hamba, yaitu hamba muslim yang dibeli dengan uang
penghasilan zakat dan dimerdekakan. Keenam golongan berutang,
yaitu orang yang berutang sedang hartanya tidak mencukupi untuk
membayar utangnya, dibayar utangnya dengan zakat, jika dia
berutang bukan untuk sesuatu yang fasad ( jahat). Ketujuh golongan
jalan Allah, yaitu bala tentera dan mata-mata untuk membeli senjata
atau kuda atau untuk keperluan peperangan yang lain pada jalan
Allah. Kelapan golongan musafir, yaitu orang yang dalam
perjalanan sedang ia hajat kepada sokongan untuk ongkos pulangke
negerinya dengan syarat keadaan perjalanannya bukan maksiat.
c. Mengikut mazhab hanbali pula ada lapan golongan yang layak
menerima zakat. Pertama golongan fakir, yaitu orang yang tidak
23
mempunyai harta, atau mempunya harta kurang dari seperdua
keperluannya. Kedua golongan miskin, yaitu yang mempunyai harta
seperdua keperluannya atau lebih tetapi tidak mencukupi. Ketiga
golongan „Amil, yaitu pengurus zakat, dia diberi zakat sekadar upah
pekerjaanya ( sepadan dengan upah pekerjaannya ). Keempat
golongan muallaf, yaitu orang mempunyai pengaruh di
sekelilingnya sedang aada harapan ia akan masuk Islam atau
ditakuti kejahatannya, atau orang Islam yang ada harapan imannya
akan bertambah teguh atau ada harapan orang lain akan Islam
karena pengaruhnya. Kelima golongan hamba, yaitu hamba yang
telah dijanjikan oleh tuannya boleh menebus dirinya dengan uang
yang telah ditentukan oleh tuannya itu, ia diberi zakat sekadar
penebus dirinya. Keenam golongan berutang, yaitu orang berutang
untuk mendamaikan orang lain yang berselisih, dan orang yang
berutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang mubah atau
haram tetapi dia sudah tobat; diberi zakat sekadatr utangnya.
Ketujuh golongan Jalan Allah, yaitu bala tentera yang tidak dapat
gaji dari pimpinan (pemerintah). Kelapan golongan musafir, yaitu
orang berkeputusan belanja dalam perjalanan yang halal (yang
diperbolehkan). Musafir diberi sekadar cukup ongkos buat
pulangnya.
d. Mengikut mazhab Syafi‟i ada sembilan golongan yang layak
menerima zakat. Pertama fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai
24
harta dan usaha atau mempunyai harta atau usaha yng kurang dari
seperdua kecukupannya, dan tidak ada orang yang berkewajiban
memberi belanjanya. Kedua golongan miskin, yaitu orang
mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua kecukupannya atau
lebih, tetapi tidak sampai mencukupi. Yang dimaksud dengan
kecukupan ialah cukup menurut umur biasa 62 tahun, maka yang
mencukupi dalam masa tersebut dinamakan kaya ianya tidak boleh
diberikan zakat. Adapun kaya dengan usaha, seperti orang yang
mempunyai penghasilan yang tertentu tiap-tiap hari atau tiap bulan,
maka kecukupannya di hitung saban hari atau saban bulan. Apabila
pada suatu hari penghasilannya tidka mnecukupi, hari itu dia boleh
menerima zakat. Adanya rumah yang di diami, perkakas rumah
tangga, pakaian dan lain-lain yang perlu dipakai tiap-tiap hari tidak
terhitung sebgai kekayaan, berarti tidak menghalanginya dari
keadaan yang tergolong fakir atau miskin. Ketiga golongan „Amil,
yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat sedang dia tidak
mendapat upah selain dari zakat itu. Keempat golongan muallaf,
yaitu orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh,
orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita
berpengharapan, kalau dia diberi zakat orang lain dari kaumnya
akan masuk Islam, orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir
kalau dia diberi zakat, kita akan terpelihara dari kejahatan kafir
yang dibawah pengaruhnya dan orang yang menolak kejahatan
25
orang yang anti zakat. Kelima golongan hamba,yaitu hamba yang
dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya, hamba
itu diberi zakat sekadar untuk penebus dirinya. Keenam golongan
berutang, yaitu orang yang berutang karena mendamaikan antara
dua orang yang berselisih, orang yang berutang untuk kepentingan
dirinya sendiri pada keperluan yang mubah atau yang tidak mubah
tetapi dia sudah tobat, orang yang berutang karena menjamin utang
orang lain sedang dia dan yang dijaminnya itu tidak dapat
membayar utang itu. Diberi zakat kalau dia tidak kuasa membayaf
utangnya. Ketujuh golongan jalan Allah, yaitu bala tentera yang
membantu dengan kehendaknya sendiri, sedang dia tidak mendapat
gaji yang tertentu dan tidak pula mendapat bagian dari harta yang
disediakan unutk keperluan peperangan dalam dewan bal tentera.
Orang ini diberi zakat meskipun dia kaya sebanyak keperluannya
untuk masuk ke medan peperangan seperti belanja, pembeli senjata,
kuda dan alat peperangan lainnya. Kelapan golongan Sabilillah
(jalan Allah), yaitu dalam kaedah ilmu usul fiqh bahwa kata-kata
umum itu wajib diartikan menurut umumnya selama tidak ada dalil
untuk memperkecil (mengkhususkannya) dan disini tidak ada dalil
untuk mengecilkannya itu, jadi harus tetap berarti umum meliputi
semua kebaikan yang diredhai Allah seperti membangun madrasah
agama, membikin jalan, jembatan dan sebagainya yang merupakan
kemaslahatan umum. Kesembilan golongan musafir, yaitu orang
26
yang mengadakan perjalanan dari negeri zakat, atau melalui negeri
zakat. Dalam perjalanannya itu, dia diberi zakat sekadar ongkos
sampai kepadayang dimaksudnya, atau sampai kepada hartanya
dengan syarat bahwa ia memang butuhkan kepada perbantuan,
perjalanannya itupun bukan maksiat tetapi dengan tujuan yang sah,
seperti karena berniaga dan sebagainya.
C. Tujuan dan hikmah zakat firah
1. Penggunaan zakat sungguh penting dan banyak, baik terhadap si kaya atau
terhadap si miskin maupun terhadap masyarakat umumnya, diantaranya :
a) Menolong orang yang lemah dan orang yang susah, agar dia dapat
menunaikan kewajibannya kepada Allah dan terhadap makhluk Allah
(masyarakat).20
b) Membersihkan diri daripada sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta
mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan
membayar amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan.21
Firman Allah swt :
ل و أ حمخذ صي إن ي
عي اوصو ة وحزكي ر تعصدكث
يععيي ش وٱلل ل شك
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
20
H.Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Jakarta: Attahiriyyah Jakarta,Januari 1954), hlm.213. 21
Ibid.,
27
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.. At-taubah 103.22
c) Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang
diberkan kepadanya. Tidak syak lagi bahwa berterima kasih yang
diperlihatkan oleh yang diberi kepada yang memberi, adalah suatu
kewajiban yang terpenting menurut arti kesopanan.23
d) Mendekatkan perhubungan kasih saying dan cinta mencintai antara si
miskin dengan si kaya; rapatnya perhubungan tersebut akan
membuahkan beberapa kebaikan dan kemajuan serta berfaedah bagi
kedua golongan dan masyarakat umumnya.24
Firman Allah s.w.t :
اةوفكل شت عش نتخج
ثوحت ثأ ن فشبيوٱلل ل و
يفلنأ ي ثوٱل
ائثح شنتيث وشععيي وٱلل يشاء يضعفل ت ثوٱلل
Atinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.Al-Baqarah 261.25
Dari ayat tersebut, teranglah bahwa derma pada jalan Allah (kebaikan)
itu, akan mendapat ganjaran tujuh ratus kali ganda dari harta yang di
22
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 205. 23
Ibid. hlm. 214. 24
Ibid., 25
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 44.
28
dermakan, malahan allah akan melipat gandakan dari itu bagi siapa
yang dikehendakinya.
D. Syarat-Syarat Zakat Fitrah
Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut :
1. Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib membayar zakat
fitrah.
2. Lahir sebelum terbenam matahari (menjumpai waktu tenggelamnya
matahari) pada hari penghabisan bulan Ramadan.
3. Mempunyai lebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri
dan untuk yang wajib dinafkahinya, baik manusia ataupun binatang,
pada malam hari raya dan siang harinya. Orang yang tidak mempunyai
lebihan tidak wajib membayar fitrah. Zakat fitrah ini hukumnya wajib
atas setiap manusia yang muslim, baik dia sudah dewasa maupun ketika
masih kanak-kanak. Bahkan janin yang masih ada di dalam perut
ibunya dan sudah bernyawa, termasuk yang terkena kewajiban untuk
dikeluarkan zakatnya. Zakat ini juga tetap wajib atas laki-laki dan
wanita, yang berakal atau pun yang tidak berakal. Adapun waktu
pembayarannya adalah ketika masih dibulan ramadhan karena zakat
fitrah adalah ibadah yang tidak bisa dilepaskan dengan rangkaian
ibadah di bulan Ramadhan, sebab kewajiban berzakat fitrah hanya
boleh dilakukan pada bulan Ramadhan. Dengan kata lain apabila zakat
fitrah dilakukan di luar buan Ramadhan, bisa dipastikan bahwa status
29
zakat fitrah yang dibayarkan menjadi tidak sah. Rasulullah dalam salah
satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas menjelaskan, yang
artinya : Barangsiapa yang membayar zakat fitrah sebelum dia
melaksanaan shalat iedul fitri, maka zakat fitrahnya diterima
(dinyatakan sah), akan tetapi barangsiapa yang mengeluarkannya
setelah melaksanakan shalat idul fitri, maka zakat fitrahnya hanya
dianggap sebagai sedekah biasa.26
E. Jenis Takaran Dan Waktu Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
1. Jenis takaran
Sebagaimana yang telah diuraikan dahulu, bahwa zakat fitrah itu wajib
atas tiap-tiap muslim tanpa membedakan status social dan ekonominya
maupun tingkat umurnya. Dalam hal ini,jumhur fuqah menetukan syarat
wajib yaitu: memiliki kelebihan makanan untuk sehari semalam, pada
malam hari raya Idul Fitri. Adapun kadar dan jenis bahan makanan yang
dijadikan zakat fitrah27
, dijelaskan dalam hadits sebagai berikut:
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, (muttafaq alaih).daei Ibnu Umar
ra ia berkata :
ررضياللعاكال خ رشلفرض":عاة اىفعرزكةصلى الله عليه وسلمالل رمضان
صاعا ر، وتصاعاأ شعير نروالر،اىعتدعلى جثى،وال
غيروال والص
واىهتير ي صي ".ال
26 Joni Zulhendra,”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Dalam Bentuk Uang”,
(Jurnal Normative, VoL 5 nomor 2 2017), hlm. 97. 27
Muhammadiyah Ja‟far, Tuntunan Ibadat Zakat Puasa Dan Haji, (Jakarta: kalam Mulia
Jakarta, November 2003), hlm. 64.
30
Artinya : Rasulullah s.a.w telah mewajibkan zakat fitrah, yaitu : satu
gantang kurma, atau satu gantang syair, atas orang budak dan
orang merdeka, laki-laki dan perempuan , anak-anak dan dewasa
dari segenap orang islam.28
Dari hadits tersebut dapat kita fahami, bahwa yang dijadikan zakat
fitrah itu adalah bahan makanan pokok bagi orang yang mengeuarkan
zakat fitrah atau bahan makanan pokok di daerah, tempat berzakat fitrah,
seperti : bahan makanan pokok bagi penduduk Asia Tenggara atau
ASEAN, adalah beras atau jagung, maka mereka wajib mengeluarkan
zakat fitrah dengan beras atau jagung. Adapun penduduk daerah yang
makanan pokoknya dari tepung sagu, atau tepung gaplek dan sebagainya,
maka mereka mengeluarkan zakat fitrah dari bahan makanan itu. Ukuran
zakat fitrah bagi setiap jiwa adalah satu sha‟ (gantang) = 3 ½ liter, atau 2
½ kg, sebagai standar yang umum di Jawa Timur.29
1. Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah
Waktu wajib menunaikan zakat fitrah, mulai terbenamnya
matahari, pada hari terakhir bulan Ramadhan,atau pada malam pertama
bulan Syawal,malam hari raya Idul Fitri.
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar ra,
ia berkata :
ءدىكتوخروج الناسالىالصلاةامرةإخراجزكةاىفعرانح
28
Ibnu Baz,Riwayat Bukhari dan Muslim, hadis nomor1620, bab Zakat Fitrah 29
Ibid. hlm. 65.
31
Artinya: sesungguhnya Rasululluah s.a.w telah memerintahkan kita agar
mengeluarkan zakat fitrah itu, sebelum orang pergi ke tempat
shalat Idul Fitri.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa zakat fitrah itu tidak boleh
terlambat sampai sesudah shalat Idul fitri. Akan tetapi para ulama
sepakat, bahwa zakat fitrah itu, boleh dikeluarkan sebelum masuk
waktunya.
Menurut Ash Shan‟ani , mendahulukan zakat fitrah sebelum waktu
wajibnya ada beberapa pendapat:
i) Zakat Fitrah itu sama dengan zakat harta, boleh dikeluarkan lebih
dahulu, sampai jarak dua tahun.
ii) Boleh dikeluarkan lebih awal, asalkan didalam bulan Ramadhan,
dan tidak dibolehkan sebelum itu; kerana Yang menyebabkan ada
hal yaitu : puasa dan buka, maka tidak boleh keluar daripadanya ,
sama saja dengan nisab dan hal (bertemu tahunnya).
iii) Tidak boleh mendahului waktu wajibnya , kecuali yang dapat
dibenarkan seperti : sehari, atau dua hari sebelumnya.30
F. Penyaluran Zakat
1. Di dalam obyek penyaluran zakat ini, nampak sekali dengan jelas, betapa
besar peranan zakat itu untuk membangun masyarakat dan meningkatkan
traf hidup umat.hal ini dapat kita lihat pada setiap sektor obyeknya yang
meliputi pembinaan peribadi umat, dan pembangunan masyarakat, dalam
berbagai aspeknya.
30
Ibid. hlm. 68.
32
Di dalam Al-Quran Allah berfirman :
وفٱلركاب ؤى فثكيب اوٱل ييعيي سهيوٱى ع جلي فلراءوٱل دق اٱلص إج
حهي عيي وٱلل ٱلل بيو فريضث ٱلص وٱة يوفشبيوٱلل غر وٱى
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.31
Ayat tersebut merupakan penegasan dan pembatasan tentang sasaran
penyaluran zakat, dan juga merupakan pencegah terhadap penyaluran
zakat diluar jalur tersebut ;
a) Fukara dan masakin
Para ulama sepakat bahwa fskir miskin itu adalah orang-orang
yang paling berhak menerima zakat, da nada pula yang berpendapat
bahwa fakir dan miskin itu adalah dua nama yang bersatu pada orang
yang tidak memiliki kecukupan didalam kebutuhan hidupnya.
Menurut ulama Syafi‟iah fakir ialah orang yang sangat melarat
hidupnya, tidak memiliki harta dan tenaga; sedang orang miskin ialah
orang yang tidak memiliki kecukupan dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut Prof.T.M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan fakir miskin
itu dua kata yang berlainan pengertiannya,bersatu pada zatnya. Inilah
makna yang kami dapati sesudah melalui berpuluh puluh pendapat,
31
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 198.
33
dan inilah yang kami pandang teguh alasannya. Kesimpulannya fakir
itu ialah orang-orang yang menghendaki pertolongan, dan perlu
ditolong, dalam menyelenggarakan keperuan hidupnya sehari-hari, dan
miskin itu ialah orang-orang fakir yang bersifat tenang dan tidak
meminta minta.32
b) Amilin
Amilin ini ialah orang-orang yang ditugaskan untuk
mengumpulkan zakat dari orang-orang yang berzakat dan membagi
bagikannya kepada orang orang yang berhak. Amilin atau panitia zakat
ini berhak mendapat bagian dari zakat itu, sebagai imbalan jasa dari
tugas pekerjaan mereka, walaupun mereka termasuk dalam kategori
orang kaya. Oleh sebab itu maka bagian untuk amilin ini tidak
disamakan jumlahnya dengan bagian lainnya, seperti bagian fakir
miskin karena amilin ini diberikan bagian bukan karena
kebutuhannya.33
c) Muallaf (orang yang dibujuk hatinya)
Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟I, dan Imam Ahmad, orang-
orang muallaf (orang yang dibujuk hatinya) dengan zakat adalah :
i) Orang-orang yang baru masuk islam dan imannya masih lemah.
Mereka diberikan zakat sebagai bantuan untuk meningkatkan
imannya.
32
Ibid. hlm. 70. 33
Ibid. hlm. 71.
34
ii) Pemimpin yang telah masuk islam dan diharapkan akan
mempengaruhi kaumnya yang masih kafir, supaya mereka masuk
islam.
iii) Pemimpin yang telah kuat imannya diharap mencegah perbuatan
jahat orang-orang kafir yang ada di bawah pimpinannya atau
perbuatan orang-orang yang tidak mau memelihara zakatnya.
iv) Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang yang
tidak mau membayar zakat.34
d) Firriqab (memerdekakan budak)
Kata “Riqab” adalah jamak daripada “Raqabah” menurutbahasa
berarti : pangkal leher bagian belakang, atau tengkuk. Menurut istilah
syara‟ riqab berarti : budak atau hamba sahaya. Budak dinamakan
raqaba atau riqab, karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya.
Ketaatannya kepada tuannya serupa dengan hewan yang diikat
lehernya, kemana saja ditarik ia harus mengikut. Untuk melepaskan
ikatan budak iu, dan membebaskannya dari kongkongan perbudakan,
dan mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba Allah yang
merdeka. Maka agama islam menetapkan didalam undang-undang
zakat, satu bagian untuk membebaskan budak dari ikatnnya.35
e) Al-Gharimin (orang-orang yang berutang)
Yang dimaksudkan dengan Gharimin ialah : orang-orang yang
tersangkut utang karena kegiatannya dalam urusan kepentingan umum
34
Ibid. hlm. 73. 35
Ibid. hlm. 74.
35
antara lain misalnya : mendamaikan perselisihan antara keluarga,
memelihara persatuan umat islam, melayani kegiatan dakwah islam
dan sebagainya, mereka berhak menerima bagian zakat. Adapun
orang-orang yang berutang karena kerosakan moral dan mentalnya
seperti : orang berutang karena akibat narkotika, minuman keras, judi
dan sebagainya, mereka tidak berhak mendapat bagian dari zakat.36
f) Fi sabilillah (di jalan Allah)
Pengertian Sabilillah ialah : segala jalan yang akan mengantarkan
umat kepada mardhatillah. Sabilillah ini meliputi seluruh kepentingan
agaa islam dan umatnya. Yang paling utama ialah : membiayai
pasukan sukarelawan islam, melengkapi berbagai jenis persenjataan
dan perbekalannya serta alat pengangkutan mendirikan balai
pengobatan (rumah sakit), membangun jalan umum dan sarana
kesejahteraan umat, serta membiayai organisasi gerakan dakwah
islam.37
g) Ibnussabil (orang yang sedang dalam perjalanan)
Yang dimaksudkan dengan Ibnussabil ialah : orang-orang yang
sedang dalam perjalanan jauh dari kampung halamannya, jauh dari
harta bendanya sedang ia membutuhkan biaya untuk menyelesaikan
tugasnya, dan untuk kembali ke negerinya, misalnya : orang yang
melakukan perjalanan ke luar daerah atau ke luar negeri untuk mencari
36
Ibid. hlm. 75. 37
Ibid. hlm. 76.
36
ilmu, melakukan penelitian ilmiah atau untuk memperbaiki hubungan
antara daerah.38
G. Pengertian Anak Luar Nikah
Anak zina adalah anak yang dilahirkan dari akibat hubungan seksual
antara dua orang (laki-laki dan perempuan) yang bukan suami istri, dan
salah satu dari keduanyaatau keduanya masih terikat hubungan perkawinan
dengan orang lain. Anak luar Nikah adalah anak yang dilahirkan oleh
seorang ibu, tetapi ia tidak dibenihkan oleh seorang laki-laki yang terikat
hubungan perkawinan sah dengan wanita lain. Jadi anak luar nikah adalah
anak yang lahir dari hubungan seksual seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang keduanya masih berstatus lajang, dan dilakukan dengan
cara suka sama suka. 39
Anak tak sah taraf disebut walad al-zina menurut istilah /bahasa Arab
yang bermaksud anak zina atau anak luar nikah. ,para Fuqaha bersepakat
bahwa anak zina ialah anak yang tidak boleh disabitkan nasabnya kepada
penzina melainkan persetubuhan itu disandarkan kepada penikahan yang
sah atau fasid atau syubhah atau dari hamba yang dimiliki atau syubhah
hamba yang dimiliki maka boleh dinasabkan kepada penzina dan kedua-
duanya boleh diwarisi dan mewarisi di antara satu sama lain. Al-
Dawish 2002 pula menjelaskan sekiranya berlaku
perzinaan dan melahirkan anak maka anak yang lahir daripada perzinaan itu
38
Ibid., 39
Anshary, Kedudukan Anak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Nasional,
(Bandung: Mandar Maju, Mei 2014) hlm.59.
37
tidak boleh disandarkan atau disabitkan nasab kepadanya dan anak itu tidak
boleh mewarisi hartanya.
H. Status Anak Luar Nikah Dalam Perspektif Fiqh
Pada dasarnya, semua anak yang terlahir ke dunia ini dalam
kondisi suci dan tidak membawa dosa turunan apapun dari segala perbuatan
orang tuanya atau pun orang lain, meskipun ia terlahir sebagai hasil zina
(anak hasil pernikahan yang tidak sah). anak yang lahir tidak dari dari suatu
pernikahan maka di sini jelas pula statusnya, yaitu dinasabkan kepada ibu
dan keluarga ibunya. Dan mereka berhak mendapatkan perlakuan yang
baik. Akan tetapi dalam realitas masyarakat anak hasil zina seringkali
terlantar karena laki-laki yang menyebabkan kelahiran, tidak bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, serta seringkali anak
diangggap sebagai anak haram dan terdiskriminasi karena dalam akte
kelahirannnya hanya dinisbatkan kepada ibunya. Namun dalam hadits
terkait dengan status anak zina disebutkan bahwa anak hasil zina atau anak
yang dilahirkan di luar pernikahan yang sah dinasabkan kepada ibunya.40
Setiap anak zina tidak akan ada hubungan kewarisan dengan laki-laki yang
mengakibatkan kelahirannnya. Akibatnya anak tersebut hanya saling
mewarisi dengan ibunya.
I. Dalil Pensyariatan Penasaban Anak Luar Nikah
Dalam Islam seperti mana yang kita maklum, penasaban anak tak
sah taraf kepada bapa biologi adalah dilarang secara mutlak. Pendapat
40
Abu Bakar al-Dimyati, I‟anah al-Thalibin,(Mesir: Al-Allamah,1995) juz. 2, hal. 128.
38
jumhur fuqaha yang menolak pensabitan nasab anak zina kepada bapa
biologi secara mutlak adalah berdasarkan kepada dalil naqli dan aqli. Allah
S.W.T telah berfirman di dalam Al-Quran :
يو خيقٱل اء اٱل ۥبش افجعي ا نصت ر اربموكنوص كدير
Aritnya : Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan
adalah Tuhanmu Maha Kuasa.(Al-Furqan : 54)41
Berdasarkan ayat ini dapat difahami pensabitan nasab yang terhasil
daripada persetubuhan suami isteri yang halal merupakan nikmat Allah
S.W.T kepada manusia. Manakala, adalah menjadi satu “niqmah”
(kehinaan) terhadap anak yang lahir dari persetubuhan haram dan tidak
wajar diberi kemuliaan kepada pelaku zina untuk menasabkan anak hasil
daripada persetubuhan haram itu.
Firman Allah S.W.T lagi di dalam surah al-An'am ayat 164:
كو دير أ ة غٱلل
اأ رب و رب ء كل صبولش سكلحك جف إل ا ولعيي
روازرة حزر وز رى خ أ ربكإلىث ر جعك اذينتئك ة ذينخ
ت خيفن
Aritnya : Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,
padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah
seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu
41
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 364.
39
kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan".42
Ayat ini menyangkal hujah pendapat yang menyatakan bahawa anak zina
tidak boleh dinasabkan kepada bapa biologi kerana membawa kemudaratan
kepada anak tersebut serta menjatuhkan maruahnya disebabkan oleh
jenayah yang tidak pernah dilakukannya.
Hadith Rasullullah S.A.W :
اللدليفرش:للصلىاللعييوشيكالرشلاأن:عأيبريرة
الجروليعار
Artinya : Anak dinasabkan kepada isteri atau suami (melalui perkahwinan
yang sah), dan bagi penzina pula kehinaan dan kekecewaan.43
Hadis ini menjelaskan bahawa penzina tidak mempunyai apa-apa hak ke
atas hasil penzinaannya termasuk hak menasabkan anak hasil perbuatan
zina tersebut.
J. Fatwa-Fatwa Berkenaan Anak Tak Sah Taraf di Beberapa Negeri
Sepertimana kita sedia maklum, peruntukan undang-undang bagi setiap
negeri adalah berbeza. Maka peruntukan fatwa bagi setiap negeri juga
adalah tidak sama.
1. Fatwa Wilayah-Wilayah Persekutuan
42
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 150. 43
(Al-Nawawi (t.t), Sahih Muslim bi Syarh Imam Muhyi al-Din Al-Nawawi, Beirut: Dar al-
Ma‟rifah, juz 9, hlm 280-281
40
Jawatankuasa Perundingan Hukum Syarak Wilayah Persekutuan pada
tarikh 2 Januari 2001 telah memutuskan dan mewartakan fatwa bahawa
“Anak yang dilahirkan lebih daripada 6 bulan Qamariah dari tarikh
sesuatu pasangan ini di akadnikahkan ialah anak sah taraf”.
2. Fatwa Kerajaan Negeri Selangor
Jawatankuasa Fatwa Selangor bertarikh 17 Januari 2005 telah
memutuskan bahawa sighah berkaitan anak tak sah taraf menurut
hukum syara‟ ialah :
a. Anak yang dilahirkan tanpa nikah sama ada hasil daripada zina,
rogol atau melalui cara sainifik yang bertentangan dengan hukum
syara‟.
b. Anak yang dilahirkan kurang daripada 6 bulan 2 lahzah qamariah
dari waktu “Imkan ad Dukhul” dan bukan hasil daripada
persetubuhan syubhat.
c. Anak yang dilahirkan lebih daripada 6 bulan 2 lahzah qamariah dari
segi waktu “Imkan ad Dukhul” selepas akad yang sah dan ada bukti
dari segi syara‟ bahawa anak tersebut ialah anak tanpa nikah
melalui iqrar (pengakuan) mereka yang berkenaan (suami dan isteri
tersebut atau salah seorang daripadanya), atau 4 orang saksi yang
memenuhi syarat-syarat mengikut hukum syara‟.
3. Fatwa Kerajaan Negeri Sembilan
41
Pada menjalankan kuasa yang diberikan oleh seksyen 30 Enakmen
Pentadbiran Hukum Syarak (Negeri Sembilan) 1991 dan setelah
diluluskan dengan sebulat suara oleh Jawatankuasa Syariah menurut
subseksyen 33(6) Enakmen Pentadbiran Hukum Syarak (Negeri
Sembilan) 1991, maka Mufti Kerajaan Negeri Sembilan bagi pihak dan
atas nama Jawatankuasa Syariah, pada 12 Januari 2002, telah
mengeluarkan fatwa berikut:
a. Jika seorang bayi itu dilahirkan kurang 6 bulan daripada tarikh akad
nikah maka anak tersebut haram dinasabkan kepadaa suami ibunya
atau lelaki yang menyebabkan kehamilan anak tersebut.
b. Seorang bayi yang dilahirkan lebih daripada 6 bulan dan kurang
daripada 4 tahun daripada tarikh tersebut diketahui dengan yakin
atau berat zan bahawa kehamilan telah berlaku sebelum akad, atau
suami tidak bersetubuh selepas akad atau tidak dimasukkan mani
suaminya ke dalam rahim, maka anak tersebut haram dinasabkan
kepada suami ibunya atau lelaki yang menyebabkan kehamilan
ibunya yang melahirkan anak tersebut.
c. Wajib bagi suami tersebut menafikan bahawa bayi berkenaan adalah
anaknya
d. Pihak berkuasa yang mendaftarkan kelahiran ditegah daripada
membinkan atau membintikan mana-mana bayi di dalam perenggan
(1) dan (2) kepada suami ibu bayi atau lelaki yang menyebabkan
kehamilan ibunya yang melahirkan anak tersebut.
42
4. Fatwa Negeri Sarawak
Ahli Lembaga Fatwa Negeri Sarawak dalam penyelarasan Sighah
Fatwa Anak Tak Sah Taraf yang telah diputuskan oleh Jawatankuasa
Fatwa Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia Peringkat Kebangsaan
Kali Ke-64 pada 27 Julai 2004 bersetuju menerima Sighah Pewartaan
Anak Tak Sah Taraf adalah seperti berikut :
Anak zina atau anak di luar nikah (anak tak sah taraf) sama ada diikuti
dengan perkahwinan kedua pasangan ibu “bapanya” atau tidak
hendaklah dibinkan atau dibintikan kepada “Abdullah”.
“Anak Tak Sah Taraf” ialah:
a. Anak yang dilahirkan di luar nikah sama ada akibat zina atau rogol
dan dia bukan daripada persetubuhan syubhah atau bukan daripada
anak perhambaan;
b. Anak yang dilahirkan kurang dari 06 bulan 02 lahzah (saat)
mengikut Takwim Qamariah daripada tarikh akad nikah.
c. “Anak Tak Sah Taraf” tidak boleh dinasabkan kepada lelaki yang
menyebabkan kelahirannya atau kepada sesiapa yang mengaku
menjadi bapa kepada anak tersebut. Oleh itu mereka tidak boleh
pusaka mempusakai, tidak menjadi mahram dan tidak boleh menjadi
wali.
5. Fatwa Negeri Perlis
Mengikut peruntukan subseksyen 48(6) Enakmen Pentadbiran Agama
Islam 2006, Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis,
43
setelah diperkenankan oleh Raja Pemerintah dan memaklumkan
Kerajaan Negeri, dengan ini menyebabkan fatwa berikut disiarkan,
iaitu: "Anak yang lahir kurang 6 bulan selepas ibunya berkahwin, boleh
dibinkan kepada suami ibunya, kecuali jika dinafikan oleh si suami."
Fatwa negeri Perlis dengan ini membenarkan seorang wanita yang
berkahwin dan melahirkan anak sekalipun tempoh perkahwinannya
kurang daripada tempoh 6 bulan tetap boleh menasabkan (membinkan)
anak yang dilahirkan kepada suaminya dengan syarat si suami tidak
membantahnya. Mengikut peruntukan subseksyen 48(6) Enakmen
Pentadbiran Agama Islam (2006), Majlis Agama Islam dan Adat
Istiadat Melayu P
erlis, setelah diperkenankan oleh Raja Pemerintah dan memaklumkan
Kerajaan Negeri, dengan ini menyebabkan fatwa berikut disiarkan,
iaitu: "Anak yang lahir kurang 6 bulan selepas ibunya berkahwin, boleh
dibinkan kepada suami ibunya, kecuali jika dinafikan oleh si suami.”
Fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Fatwa Perlis agak berbeza dengan
fatwa-fatwa negeri lain. Kebanyakkan negeri lain tidak membenarkan
untuk menasabkan anak tak sah taraf sekiranya pernikahan mereka
kurang dari 6 bulan. Namun demikian, Mufti Perlis, Datuk Dr Mohd
Asri Zainul Abidin, berpendapat bahawa keputusan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Rayuan adalah seiring dengan fatwa negeri Perlis, di
mana membolehkan anak yang lahir kurang dari enam bulan dan boleh
dibin atau dibintikan kepada bapanya. Baliau mendakwa keputusa
44
Majlis Fatwa Kebangsaan itu telah menzalimi anak terbabit dan ibu
bapa mereka sepanjang hayat.
Berdasarkan perbincangan di atas, anak tak sah taraf boleh
ditakrifkan berdasarkan anak yang lahir di luar pernikahan yang syarie
(anak zina), anak li‟an, anak laqit (pungut atau terdampar), anak
mangsa rogol atau anak sumbang mahram. Anak tak sah taraf juga tidak
boleh dinasabkan kepada bapanya walaupun kedua ibu bapanya telah
berkahwin.
45
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Pendapat pelajar dan guru Syariah di SMKA Sheikh Haji Mohd Said,
Seremban, Malaysia terhadap tanggungjawab pembayaran zakat fitrah
bagi anak luar nikah.
1. Gambaran maklumat responden
Maklumat responden pelajar dan guru syariah di Smka Sheikh Haji Mohd
Said, Seremban, Malaysia menurut kajian tanggungjawab pembayaran
zakat fitrah bagi anak luar nikah dalam tinjauan hukum islam adalah
mengenai jantina, umur, kelayakan akademik, dan juga status.
Maklumatnya di tabel berikut :
Tabel 1
Maklumat jantina
Jantina
Pria 23
Wanita 17
46
Tabel 2
Maklumat umur
Umur
17-18 16
19-20 14
20-30 8
50 tahun keatas 2
Tabel 3
Maklumat kelayakan akademik
Kelayakan
Akademik
D3 30
S1 0
S2 6
S3 4
47
Tabel 4
Maklumat status
Status
Jomblo 32
Bernikah 8
Lain-lain 0
Dari data Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 menunjukkan bahwa jantina pria
lebih ramai daripada wanita iaitu pria sebanyak 23 orang dan wanita sebanyak 17
orang. Manakala umur pula, bagi umur 17-18 tahun sebanyak 16 orang, 19-20
tahun sebanyak 14 orang, 20-30 tahun sebanyak 8 orang, dan untuk 50 tahun
keatas sebanyak 2 orang. Seterusnya bagi kelayakan akademik pula, untuk
kelayakan D3 sebanyak 30 orang, kelayakan bagi S1 sebanyak 0 orang, kelayakan
S2 sebanyak 6 orang, dan kelayakan S3 sebanyak 4 orang. Manakala maklumat
status bagi jomblo sebanyak 32 orang, bernikah sebanyak 8 orang, dan yang lain-
lain tiada.
a) Gambaran Pendapat pelajar dan guru Syariah SMKA Sheikh Haji Mohd
Said Terhadap Pembayaran Zakat Fitrah Dan Zakat Fitrah Bagi Anak Luar
Nikah ialah Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib
dilaksanakan. Kewajiban zakat sama halnya dengan kewajiban shalat. Di
dalam alquran terdapat 32 ayat yang memerintahkan shalat dan zakat secara
beriringan.
48
Menurut Istilah, zakat adalah pemberian harta dengan kadar yang tertentu
kepada yang berhak sebgai ibadah wajib kepada kepada Allah s.w.t. Kesadaran
masyarakat dalam memahami tanggungjawab pembayaran zakat fitrah dan juga
zakat fitrah anak luar nikah sangat penting.
Pada realita yang ada di lapangan menunjukkan bahwa penduduk Seremban,
Negeri Sembilan, Malaysia tentang pemahaman tanggungjawab pembayaran
Zakat fitrah dan zakat fitrah bagi anak luar nikah sebagai berikut :
Tabel 5
Pemahaman tanggungjawab pembayaran zakat fitrah penduduk
Seremban, Negeri Sembilan Malaysia
Pilihan Jawaban Pemilih
a) Sangat setuju 20
b) Setuju 18
c) Kurang setuju 2
d) Sangat tidak setuju 0
Jumlah 40
49
Carta Bar 1
Pemahaman tanggungjawab pembayaran zakat fitrah bagi anak luar nikah
Tabel 5 menunjukkan bahwa pelajar dan guru syariah di SMKA Sheikh Haji
Mohd Said, Seremban, Malaysia lebih memahami tentang tanggungjawab
pembayaran zakat fitrah. Dari tabel 5 menjelaskan bahwa sebanyak 20 orang yang
sangat setuju, 18 orang setuju, 2 orang kurang setuju, dan 0 sangat tidak setuju .
Hal ini jelas bahwa bapa yang bertanggungjawab untuk membayar zakat fitrah.
Ternyata kebanyakan pelajar dan guru syariah di Smka Sheikh Haji Mohd Said,
Seremban, ramai mengetahui dan memahami tentang zakat fitrah ini,
30
10
16
0
14
0 0
6
0
4
0
5
10
15
20
25
30
35
Bapa Ibu
Pemilih 17-18 tahun 19-20 tahun 20-30 tahun 50 tahun keatas
50
Carta bar 1 pula menjelaskan tentang kefahaman tanggungjawab
pembayaran zakat fitrah bagi anak luar nikah bagi pelajar dan guru syariah di
Smka Sheikh Haji Mohd Said, Seremban, Malaysia. Kajian ini mengikut tahap
umur dari umur 17 tahun hiinggalah 50 tahun keatas. Carta bar 1 menunjukkan
bahwa 17-18 tahun sebanyak 16 orang mengatakan bapa yang bertanggungjawab
untuk pembayaran zakat fitrah anak luar nikah dan 0 orang mengatakan ibu. Bagi
umur 19-20 tahun pula sebanyak 14 orang mengatakan bapa yang
bertanggungjawab untuk pembayaran zakat fitrah anak luar nikah dan 0 orang
mengatakan ibu. Bagi umur 20-30 tahun pula sebanyak 0 orang mengatakan bapa
yang bertanggungjawab untuk pembayaran zakat fitrah anak luar nikah dan 6
orang mengatakan ibu. Manakala bagi umur 50 thun keatas pula tiada yang
mengatakan bapa yang bertangunggjawab untuk pembayaran zakat fitrah bagi
anak luar nikah dan 4 orang sahaja mengatakan ibu.
Disini jelas majoriti pelajar dan guru syariah di Smka Sheikh Haji Mohd
Said, Seremban, Malaysia mengetahui bahwa tanggungjawab pemabayaran zakat
fitrah bagi anak luar nikah adalah tanggungjawab bapa, karna sebanyak 32 orang
yang mengatakan bapa yang bertanggungjawab dalam pembayaran zakat fitrah
anak luar nikah dan 8 orang sahaja yang mengatakan ibu yang bertanggungjawab.
10 orang guru mengatakan bahwa ibu yang bertanggungjawab dalam pembayaran
zakat fitrah anak di luar nikah dan sebanyak 30 orang pelajar mengatakan bahwa
bapa yang bertanggungjawab dalam pembayaran zakat fitrah anak di luar nikah
51
B. Alasan Islam mengenai kewajiban zakat fitrah bagi anak di luar nikah
Pergaulan bebas yang semakin liar, telah menjadi musibah terbesar di
masyarakat kita. Lebih-lebih ketika lembaga berwenang di tempat Malaysia
melegalkan pernikahan antara wanita hamil dengan lelaki yang menghamilinya di
luar nikah. Keputusan ini membuka peluang besar bagi para pemuja syahwat
untuk menyalurkan hasrat binatangnya atas nama „cinta‟. Zina dilakukan atas
prinsip mau sama mau, suka sama suka,
Bagi lelaki, adanya aturan semacam itu merupakan kesempatan besar untuk
menyalurkan nafsu binatangnya. Tinggal pihak wanitanya, apakah dia rela
membuka pintu ataukah tidak. Ingat, karena tidak ada unsur paksaan di sana.
Sehingga, kuncinya ada pada pemilik pintu. Karena itulah, ketika Allah
menjelaskan hukum bagi para pezina, Allah mendahulukan penyebutan zaniyah
(pezina wanita).
Allah berfirman :
وحد واكل ل انفٱج اجيثوٱلز خذ ٱلز ة ولحأ ائثجل ا فث فدي
ارأ كة
ي ؤ ٱل اظانفث عذاب د مٱلأخر وى يش وٱل نةٱلل حؤ إننخ ٱلل
Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-
orang yang beriman .44
44
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Kuala
Lumpur: Media Digital Printing, 2011) hlm. 358.
52
Al-Qurthubi mengatakan, “Kata “zaniyah” (wanita pezina) lebih
didahulukan dalam ayat di atas karena aib perzina itu lebih melekat pada diri
wanita. Mengingat mereka seharusnya lebih tertutup dan berusaha menjaga diri,
maka para wanita pezina disebutkan lebih awal sebagai bentuk peringatan keras
dan perhatian besar bagi mereka.
Pertama, anak hasil zina (anak di luar nikah) tidak dinasabkan ke bapak
biologis.
Anak zina pada asalnya dinasabkan kepada ibunya sebagaimana anak
mula‟anah dinasabkan kepada ibunya. Sebab keduanya sama-sama terputus
nasabnya dari sisi bapaknya 45
.
Nabi shallallahu ‟alaihi wa sallam menyatakan tentang anak zina,
زلدووال
ةر احكأ
وأ
ثأ
Artinya: “Untuk keluarga ibunya yang masih ada, baik dia wanita merdeka
maupun budak.”46
Sebagaimana pendapat Syaikh Zainuddin Bin abdul Aziz Al-Malibariy yang
tertulis didalam buku terjemahan Fathul Mu‟in :
و أ فعرةولدالزاعلى
Aritnya : Zakat fitrah anak hasil zina menjadi kewajiban sang ibu47
45
Al Mughni : 9:123 46
Abu Daud Sulaiman, Hadis Sahih,(Mesir,Dar Alamiyyah 1992) ,Sunan Abu Daud,, Juz
III, dihasankan Syuaib Al-Arnauth,kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no. 2268.
53
Dalam riwayat yang lain, dari Ibnu Abbas, dinyatakan,
وادعىولداغيررشدةفلايرثوليرث
Artinya: “Siapa yang mengklaim anak dari hasil di luar nikah yang sah, maka dia
tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.48
Dalil lainnya adalah hadis dari Aisyah radhiallahu ’anha, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أ لدل واشرفيل رجرالاعيل
Artinya: “Anak itu menjadi hak pemilik firasy, dan bagi pezina dia mendapatkan
kerugian.”
Imam An-Nawawi mengatakan, “Ketika seorang wanita menikah dengan
lelaki atau seorang budak wanita menjadi pasangan seorang lelaki, maka wanita
tersebut menjadi firasy bagi si lelaki. Selanjutnya lelaki ini disebut
“pemilik firays”. Selama sang wanita menjadi firasy lelaki, maka setiap anak yang
terlahir dari wanita tersebut adalah anaknya. Meskipun bisa jadi, ada anak yang
tercipta dari hasil yang dilakukan istri selingkuh laki-laki lain. Sedangkan laki-laki
selingkuhannya hanya mendapatkan kerugian, artinya tidak memiliki hak sedikit
pun dengan anak hasil perbuatan zinanya dengan istri orang lain.49
Berdasarkan keterangan di atas, para ulama menyimpulkan bahwa anak
hasil zina sama sekali dosa besar. Ini berdasarkan hadis dari Sa‟d, Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda,
47
Zainuddin Al-Malibary, Fathul Mu’in, Terj. Aliy As‟ad, Jilid II, (Yogyakarta: Menara
Kudus, 1979), hlm. 20. 48
Abu Daud Sulaiman, Hadis Sahih,(Mesir,Dar Alamiyyah 1992) ,Sunan Abu Daud,, Juz
III, dihasankan Syuaib Al-Arnauth,kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi‟a` Walad Az-Zina no. 2266. 49
Bukhari,Syarh Shahih Muslim,Kitab Ibnu Baz Al-buyu‟ Alwalad lilfarasy, hlm 1912
54
أةيغيرإلىادعى حرامعييفالجثأةيغيرأيعيو
Artinya:“Siapa yang mengaku anak seseorang, sementara dia tahu bahwa itu
bukan bapaknya maka surga haram untuknya.”50
(HR. Bukhari no. 6385)
Karena bapa biologis bukan bapaknya maka haram hukumnya anak itu di-bin-kan
ke bapaknya.
Mengingat anak ini tidak punya bapak yang „legal‟, maka dia di-bin-kan ke
ibunya. Sebagaimana Nabi Isa „alaihis salam, yang dengan kuasa Allah, dia
diciptakan tanpa ayah. Karena beliau tidak memiliki bapak, maka beliau di-bin-
kan kepada ibunya, sebagaimana dalam banyak ayat, Allah menyebut beliau
dengan Isa bin Maryam.
Tidak ada hubungan saling mewarisi antara bapak biologis dengan anak
hasil zina. Karena sebagaimana ditegaskan sebelumnya, bapak biologis bukan
bapaknya. Memaksakan diri untuk meminta warisan, statusnya merampas harta
yang bukan haknya. Bahkan hal ini telah ditegaskan Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, di antaranya:
النبيكض صلى عييالل نوشيأ كن ث
أ ال يه و،ح
أ ة رحر عا
ا ة يرثولةييحقلفإ
Artinya: “Nabi shallallahu „alaihi wa sallam memutuskan bahwa anak dari hasil
hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan
wanita merdeka tidak dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak
50
Ibnu Baz,Riwayat Bukhari dan Muslim, hadis nomor 1, bab Larangan Terhadap
Penggabungan seseorang kepaqda bapa orang lain dan anggapannya terhadap kesetiaan,
hlm.1802.
55
mewarisinya.51
(HR. Ahmad 7042, Abu Daud 2267, dihasankan Syuaib
Al-Arnauth).
Jika bapak biologis ingin memberikan bagian hartanya kepada anak
biologisnya, ini bisa dilakukan melalui wasiat. Si Bapak bisa menuliskan wasiat,
bahwa si A (anak biologisnya) diberi jatah sekian dari total hartanya setelah si
Bapak meninggal. Karena wasiat boleh diberikan kepada selain ahli waris.
Tidak ada wali nikah, kecuali dari jalur laki-laki. Anak perempuan dari hasil
hubungan zina tidak memiliki bapak. Bapak biologis bukanlah bapaknya. Dengan
demikian, dia memliki hubungan kekeluargaan dari pihak bapak biologis. Bapak
biologis, kakek, maupun paman dari bapak biologis, tidak berhak menjadi wali.
Karena mereka bukan paman maupun kakeknya. Lalu siapakah wali nikahnya?
Orang yang mungkin bisa menjadi wali nikahnya adalah
a. Anak laki-laki ke bawah, jika dia janda yang sudah memiliki anak.
b. Hakim (pejabat resmi KUA).
Hadits nabi :
وأكا"ولدالزاكالأابيصلىاللعييوشيف رواهأةداود".ل
Artinya: Nabi saw bersabda tentang anak hasil zina: “Bagi keluarga ibunya” (HR.
Abu Dawud)52
51
Abu Daud Sulaiman, Hadis Sahih,(Mesir,Dar Alamiyyah 1992) Hadis nomor 2267,Sunan
Abu Daud,7042, Juz III, dihasankan Syuaib Al-Arnauth 52
Abdullah Hakim, Sahih Al-Bukhari,(Sudan,Dar al-Haramain,1997), hadis nomor
8074,Al-Mustadraku A’la Shahihaini, bab Faraid, Juz IV, hlm. 491.
56
C. Titik beda yang terdapat antara guru dan pelajar SMKA Sheikh Haji
Mohd said mengenai kewajiban pembayaran zakat fitrah anak di luar
nikah
1. Guru
Guru berpendapat bahwa ibu yang wajib membayar zakat fitrah anak di luar
nikah. Karena guru merujuk buku Fathul Mu‟in dan hadis mengenai
penurunan nasab anak luar nikah. Berikut adalah pendapat guru tersebut :
Sebagaimana pendapat Syaikh Zainuddin Bin abdul Aziz Al-Malibariy
yang tertulis didalam buku terjemahan Fathul Mu‟in :
فعرةولداو أ لزاعلى
Aritnya : Zakat fitrah anak hasil zina menjadi kewajiban sang ibu.
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis,
di antaranya:
النبيكض صلى عييالل نوشيأ كن ث
أ ال يه و،ح
أ ة رحر عا
ا ة يرثولةييحقلفإ
Artinya: “Nabi shallallahu „alaihi wa sallam memutuskan bahwa anak dari hasil
hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan
wanita merdeka tidak dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak
mewarisinya.53
(HR. Ahmad 7042, Abu Daud 2267, dihasankan Syuaib
Al-Arnauth).
53
Abu Daud Sulaiman, Hadis Sahih,(Mesir,Dar Alamiyyah 1992) Hadis nomor 2267,Sunan
Abu Daud,7042, Juz III, dihasankan Syuaib Al-Arnauth
57
2. Pelajar
Pelajar berpendapat bahwa bapa yang wajib membayar zakat fitrah anak luar
nikah karena pelajar hanya memahami dan merujuk kepada pendapat imam
An-Nawawi, Imam Abu Hanifah Ahmad, Ishak dan Abu Tsaur dimana
mereka mengatakan bahwa “Jika seorang anak tidak mempunyai harta, maka
zakat fitrahnya dibayarkan oleh ayahnya, ayahnya wajib membayarkannya
sesuai dengan ijma‟ para ulama, diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan
lainnya, namun jika seorang anak mempunyai harta, maka zakat fitrahnya
diambilkan dari hartanya, demikian pendapat Abu Hanifah, Ahmad, Ishak
dan Abu Tsaur”. (Al Majmu‟: 6/108).
D. Analisis diantara zakat fitrah dangan zakat fitrah anak luar nikah
Dalam analisis ini dapat mengetahui bahwa zakat fitrah telah diwajibkan
sepertimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah Bin Umar,bahawasanya ia
berkata :
ررضياللعاكال خ رشلفرض":عاة اىفعرزكةصلى الله عليه وسلمالل رمضان
صاعا ر، وتصاعاأ شعير نروالر،اىعتدعلى جثى،وال
غيروال والص
واىهتير ي صي ".ال
Artinya : Rasulullah s.a.w telah mewajibkan zakat fitrah, yaitu : satu gantang
kurma, atau satu gantang syair, atas orang budak dan orang merdeka,
laki-laki dan perempuan , anak-anak dan dewasa dari segenap orang
islam.54
54
Ibnu Baz,Riwayat Bukhari dan Muslim, hadis nomor1620, bab Zakat Fitrah
58
Tentang siapa yag harus menanggung zakat fitrah, para ulama‟ sepakat yang
menanggunng ialah masing-masing individu karena zakat fitrah adalah zakat
badan, bukan zakat harta benda.seorang anak kecil yang tidak punya harta
ditanggung oleh orang tuanya iaitu bapanya. Adapun yang disepakati oleh
para ulama‟ ialah, bahwa zakat fitrah itu wajib bukan karena predikat
mukalaf sebagaiamana yang berlaku dalam ibada-ibadah yang lain.tetapi
kerana sisi lain sehingga anak kecil dan orang berstatus budak juga wajib
mengeluarkannya. Ulama-ulama yang memahami dai hal itu bahwa yang
menjadi illah atau alasan hukum adalah perwalian, mereka mengatakan wali
yan berkewajiban menzakati orang-orang yang berada dalam
tanggungjawabnya. Tetapi ulama-ulama yang mengartikan hal ini dari sisi
nafkah, mereka mengatakan bahwa pemberi nafkah yang berkewajiban
mengeluarkan zakat fitrah atas nama semua orang yang wajib ia nafkahi
berdasarkan ketentuan syariat. Perbedaan ini perlu dikemukakan, karena
anak dan budak pada dasarnya harus dinafkahi.
Manakala tanggungjawab pembayaran zakat fitrah untuk anak luar nikah
pula terlatak pada tanggungjawab ibunya karena penurunan nasab diturunkan
kepada ibu, jadi ibunya hendaklah bertanggungjawab dalam pembayaran
zakat fitrah anak luar nikah. Manakala bapa tidak berhak dalam nasab dan
pembayaran zakat ini. Bahkan hal ini telah ditegaskan Nabi shallallahu „alaihi
wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam hadis, di antaranya:
59
النبيكض صلى عييالل نوشيأ كن ث
أ ال يه و،ح
أ ة حر
ر اعا ة يرثولةييحقلفإ
Artinya : “Nabi shallallahu „alaihi wa sallam memutuskan bahwa anak dari
hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina
dengan wanita merdeka tidak dinasabkan ke bapak biologisnya dan
tidak mewarisinya.55
Dalam hal ini jelas bahwa ibu yang bertanggungjawab dalam pembayaran
zakat fitrah anak luar nikah kerana anak luar nikah telah dinasabkan kepada
ibunya.
55
HR. Ahmad 7042, Abu Daud 2267, dihasankan Syuaib Al-Arnauth
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Disini penulis dapat menyimpulkan kajian yang bertajuk Pemahaman
Beberapa Guru Dan Pelajar Di SMKA Sheikh Haji Mohd Said Seremban,
Malaysia Atas kewajiban Pembayaran Zakat Fitrah Anak Di Luar Nikah
adalah didapati bahwa sebanyak 30 pelajar syariah Di SMKA Sheikh Haji
Mohd Said Seremban, Malaysia yang berpendapat bahwa bapa yang wajib
bertangunggjawab atas pembayaran zakat fitrah anak di luar nikah dan
sebanyak 10 guru Syariah di Smka Sheikh Haji Mohd Said, Seremban,
Malaysia berpendapat bahwa yang berkewajiban untuk membayar zakat
fitrah anak di luar nikah adalah ibunya.
2. Mengikut alasan dari islam juga telah terbukti bahwa bapa tidak berhak
dalam tanggungjawab pembayaran zakat fitrah anak luar nikah ini, bapa
tidak perlu membayar karena ia tiada hubungan nasab dengan anak itu.
Sebagaimana pendapat Syaikh Zainuddin Bin abdul Aziz Al-Malibariy
yang tertulis didalam buku terjemahan Fathul Mu‟in :
و أ فعرةولدالزاعلى
61
Aritnya : Zakat fitrah anak hasil zina menjadi kewajiban sang ibu56
Nabi shallallahu ‟alaihi wa sallam menyatakan tentang anak zina,
وزاولد األ أثأوحرةك
Artinya: “Untuk keluarga ibunya yang masih ada, baik dia wanita merdeka
maupun budak.”57
Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, di antaranya:
النبيكض صلى عييالل نوشيأ كن ث
أ ال يه و،ح
أ ة حر
ر اعا ة يرثولةييحقلفإ
Artinya:“Nabi shallallahu „alaihi wa sallam memutuskan bahwa anak dari
hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina
dengan wanita merdeka tidak dinasabkan ke bapak biologisnya dan
tidak mewarisinya. (HR. Ahmad 7042, Abu Daud 2267, dihasankan
Syuaib Al-Arnauth).
Dalil-dalil ini memberitahu bahwa bapa tiada apa-apa hak dalam nasab dan
zakat bagi anak luar nikah ini.
3. Titik beda yang terdapat antara guru dan pelajar SMKA Sheikh Haji
Mohd said mengenai kewajiban pembayaran zakat fitrah anak di luar
nikah adalah pelajar hanya merujuk kitab Al-Majmu‟ dimana kitab
tersebut menjelaskan bahwa “Jika seorang anak tidak mempunyai harta,
maka zakat fitrahnya dibayarkan oleh ayahnya, ayahnya wajib
membayarkannya sesuai dengan ijma‟ para ulama, diriwayatkan oleh Ibnul
Mundzir dan lainnya, namun jika seorang anak mempunyai harta, maka
56
Zainuddin Al-Malibary, Fathul Mu’in, Terj. Aliy As‟ad, Jilid II, (Yogyakarta: Menara
Kudus, 1979), hlm. 20. 57
Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi‟a`, Walad Az-Zina no.2268 dan dinilai hasan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no.1983
62
zakat fitrahnya diambilkan dari hartanya, demikian pendapat Abu Hanifah,
Ahmad, Ishak dan Abu Tsaur”. (Al Majmu‟: 6/108). Manakala bagi guru
pula ia merujuk kitab Fathul Mu‟in dimana kitab tersebut menjelaskan
bahwa zakat fitrah anak hasil zina menjadi kewajiban sang ibu. Dan guru
juga merujuk kepada hadis yang menjelaskan tentang nasab. Hadis
tersebut menjelaskan bahwa anak hasil zina tidak dinasabkan kepada bapa
biologis jadi hanya ibunya yang berkewajiban dalam pembayaran zakat
fitrah anak di luar nikah. Disini jelas perbedaan yang terdapat pada guru
dan pelajar adalah bahwa sebanyak 30 orang pelajar hanya memahami
tentang zakat fitrah sahaja. Manakala sebanyak 10 orang guru memahami
tentang zakat fitrah dan zakat fitrah anak di luar nikah.
63
B. Saran –Saran
Setelah penulis membahas tentang tanggungjawab pembayaran zakat fitrah
bagi anak luar nikah studi kasus di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia,
maka perkenanlah penulis untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Saranan penulis agar penduduk Seremban Negeri Sembilan Malaysia
mengambil cakna tentang zakat fitrah anak luar nikah.
2. Ibu bapa hendaklah mengetahui dan memahami tentang zakat fitrah
anak luar nikah
3. Majlis agama Islam Negeri Sembilan (MAINS) hendaklah memain
peranan penting,meluaskan tentang zakat fitrah anak luar nikah melalui
program-program ataupun forum supaya ia terdedah lebih awal supaya
penduduk Seremban Negeri Sembilan mengetahui dan memahami
tentang zakat fitrah
4. Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM) hendaklah memberi
pencerahan lebih awal tentang zakat fitrah anak luar nikah ini di
sekolah-sekolah supaya anak-anak lebih awal memahami dan
mengetahui.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Internet
http://eprints.walisongo.ac.id/2775/3/102311053_Bab2.pdf
http://jakarta.tribunnews.com/2018/06/06/sudah-bayar-zakat-fitrah-begini-
lafal-
niatnya-untuk-sekeluarga-dan-diri-sendiri-yuk-dicatat?page=all#gref
https://www.muidkijakarta.or.id/fatwa-jenis-jenis-harta-benda-yang-wajib-
dizakati/
https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-
islam/dakwah/10/12/23/154145-
sejarah-awal-mula-kewajiban-zakat
https://www.zonareferensi.com/pengertian-tanggung-jawab/
2. Literature
Abdullah Hakim, Sahih Al-Bukhari, Sudan,Dar al-Haramain,1997,
hadis nomor 8074,
Abu Bakar al-Dimyati, I‟anah al-Thalibin,Mesir: Al-Allamah,1995
juz. 2
Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi‟a`, Walad Az-Zina
Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat,Solo: Tiga Serangkai, 2005, P3
M.Zaidi Abdad,Lembaga Perekonomian Umat Di Dunia Islam,
Bandung: Angkasa
65
Al-Mustadraku A’la Shahihaini, bab Faraid, Juz IV
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakata: Kencana, 2003
Anshary, Kedudukan Anak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan
Hukum Nasional, Bandung: Mandar Maju, Mei 2014
Didin Hafifuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema
Insani Press, 2004
H.Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyyah Jakarta,Januari 1954
Joni Zulhendra,”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Dalam
Bentuk Uang”, Jurnal Normative, VoL 5 nomor 2 2017
Kamus Besar Bahasa Indonesia;Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008
Kulsum Ummi, ”Analisis hukum Islam terhadap Hubungan Perdata Anak
di luar Nikah : dalam Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010” ,Skripsi---
UIN Sunan Ampel,2012
M. Baghir Al-Habsy, Fiqih Praktik Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama, Bandung: Mirzan, 2005
Masdar. F Mas‟udi, Agama Keadilan Risalah Zakat Pajak Dalam Islam,
Cet ke-3 Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
Muhammadiyah Ja‟far, Tuntunan Ibadat Zakat Puasa Dan Haji,Jakarta:
Kalam Mulia Jakarta, November 2003
Rinto Agustino, M.Sc, Zakat Sebagai Ketahanan Nasioanal, Jakarta, Maret
2018 P.2
66
Sandimula Nur Shadiq, “Studi Komparatif Madzhab Syafi’i dan Madhab
Hanafi tentang Status dan Hak Anak Luar Nikah” ,Skripsi---UIN
Sunan Ampel,2014
Tim Penterjemahan dan penafsiran Al-quran, Al-Quran dan Terjemahnya
Kuala Lumpur: Media Digital Printing, 2011
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terj. Salman Harun, Bogor: Pustaka Litera
Antarnusa, 2007
Zainuddin Al-Malibary, Fathul Mu’in, Terj. Aliy As‟ad, Jilid II,
Yogyakarta: Menara Kudus, 1979
67
LAMPIRAN
Tabel 1
Maklumat jantina
Jantina
Pria 23
Wanita 17
Tabel 2
Maklumat umur
Umur
17-18 16
19-20 14
20-30 8
50 tahun keatas 2
68
Tabel 3
Maklumat kelayakan akademik
Kelayakan
Akademik
D3 30
S1 0
S2 6
S3 4
Tabel 4
Maklumat status
Status
Jomblo 32
Bernikah 8
Lain-lain 0
Tabel 5
Pemahaman tanggungjawab pembayaran zakat fitrah penduduk
Seremban, Negeri Sembilan Malaysia
Pilihan Jawaban Pemilih
a) Sangat setuju 20
b) Setuju 18
c) Kurang setuju 2
69
d) Sangat tidak setuju 0
Jumlah 40
Carta Bar 1
Pemahaman tanggungjawab pembayaran zakat fitrah bagi anak luar nikah
Formulir Soal Jawab Kefahaman Masyarakat Islam Terhadap Tanggungjawab
Pembayaran Zakat fitrah Bagi Anak Luar Nikah Dalam Tinjauan Hukum Islam
30
10
16
0
14
0 0
6
0
4
0
5
10
15
20
25
30
35
Bapa Ibu
Pemilih 17-18 tahun 19-20 tahun 20-30 tahun 50 tahun keatas
70
Formulir ini dilengkapi dengan 3 bagian, yaitu bagian A, bagian B dan bagian C.
responden hendaklah mengisi seluruh bagian.
Setiap bagian adalah seperti berikut :
Bagian A : Maklumat Responden
Bagian B : Tinjauan Pemahaman
Bagian C : Saran-saran
Bagian A : Maklumat Respondan
Tandakan ( / ) pada ruang yang disediakan
Jantina : Pria Wanita
Umur : 17-18 19-20
20-30 50
tahun keatas
Kelayakan Akademik D3
S1
S2
S3
Status : Jomblo
Bernikah
Lain-lain
71
Bagian B : Soal kefahaman
Tandakan ( / ) pada ruang yang disediakan
1 2 3 4
Sangat tidak
setuju
Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
No Item 1 2 3 4
1
Saya mengetahui maksud zakat fitrah
2
Saya menyadari bahwa islam mewajibkan membayar zakat
fitrah bagi setiap muslim yang berkemampuan
3
Saya mengetahui bahwa pembayaran zakat fitrah bagi anak
adalah dibawah tanggungan seorang bapa
4
Saya mengetahui bahwa pembayaran zakat fitrah bagi anak
bukan bagian dari tanggungjawab seorang ibu
5
Tidak ada kewajiban membayar zakat fitrah bagi seseorang yang
berstatus anak luar nikah
6
Pembayaran zakat fitrah bagi anak luar nikah adalah
tanggungjawab bapa biologis
7
Pembayaran zakat fitrah bagi anak luar nikah adalah
tanggungjawab ibu
8
Saya memahami bahwa dalam Islam, tanggungjawab membayar
zakat fitrah bagi anak luar nikah tidak akan berpindah kepada
ayah biologis maupun keluarga ayah biologis
72