Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
MODUL
PELATIHAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
KHUSUS HAK MEREK BAGI UMKM
Oleh:
Dr.Endang Purwaningsih, SH.MHum.MKn Fakultas Hukum & Sekolah Pascasarjana
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA 2019
2
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi materi tentang materi hak merek yang merupakan salah satu hak kekayaan intelektual, bagaimana memperolehnya dan pengetahuan tentang hukum merek secara garis besar. Para warga UMKM dan Koperasi tentu sangat memerlukan branding untuk mempromosikan produk dan mendongkrak popularitas dalam dunia persaingan bisnis di era global ini.
Diharapkan dengan modul pelatihan ini akan memberi semangat & inspirasi bagi
Koperasi dan warga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam kancah perekonomian global.
Jakarta, Januari 2019
Penulis
Dr.Endang Purwaningsih, SH.MHum.MKn
3
DAFTAR ISI
Halaman I. KATA PENGANTAR 2 II. TUJUAN PELATIHAN 4 III. HAK MEREK BAGI KOPERASI DAN UMKM 4 III. PEROLEHAN DAN PENGALIHAN HAK MEREK 7 IV. METODE KEGIATAN & EVALUASI 19
REFERENSI
4
II. TUJUAN PELATIHAN
Modul pelatihan ini dibuat dengan tujuan memberikan wawasan pengetahuan terkait
pentingnya merek dan reputasi yang dibentuk akibat branding produknya.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pelatihan merek ini adalah supaya produk
rakyat kecil terjamah oleh pelindungan hukum, sekaligus para Koperasi dan warga UMKM
mampu bersaing di era global dengan bekal branding produknya, dan mereka tergerak untuk
mendaftarkan mereknya guna mendapat perlindungan hukum serta lambat laun dikenal dan
terkenal.
III. HAK MEREK BAGI UMKM
Sudah cukup lama di Indonesia terdapat regulasi merek, UU Merek tahun 1961
yang menggantikan Reglement Industriele Eigendom Kolonien Stb.1912 nomor 545
jo.Stb.1913 nomor 214. Perkembangan berikutnya tahun 1992 lahir UU Merek baru
yang kemudian direvisi tahun 1997 dan tahun 2001 dengan menyesuaikan terhadap
TRIPs, dan terakhir UU nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Merek telah digunakan sejak ratusan tahun untuk memberikan tanda dari produk yang
dihasilkan dengan maksud menunjukkan asal-usul barang (indication of origin). Merek
dan sejenisnya dikembangkan oleh para pedagang sebelum adanya industrialisasi.
Bentuk sejenis merek mulai dikenal dari bentuk tanda resmi (hallmark) di Inggris bagi
tukang emas, tukang perak dan alat-alat pemotong. Sistem tanda resmi seperti itu terus
dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang sejenis lainnya (Djumhana dan
Djubaedillah). Jika menengok ke belakang, di Inggris, bahkan di Australia, pengertian
merek justru berkembang pesat dengan mengikutsertakan bentuk tampilan produk di
dalamnya. Perkembangan ini mencerminkan adanya kesulitan untuk membedakan
perlindungan merek dengan perlindungan desain produk. Peraturan merek yang
pertama kali diterapkan Inggris adalah hasil adopsi dari Perancis tahun 1857, dan
kemudian membuat peraturan tersendiri, yakni Merchandise Act tahun 1862 yang
berbasis hukum pidana. Tahun 1883 berlaku Konvensi Paris mengenai hak milik
industri (paten dan merek) yang banyak diratifikasi negara maju dan berkembang.
Kemudian, tahun 1973 lahir pula perjanjian Madrid, yakni perjanjian internasional yang
disebut Trademark Registration Treaty.
5
Para pelaku bisnis harus lebih jeli dan kreatif dalam melihat potensi pasar di negara
tujuan ekspor. Riset pasar harus lebih diperkuat agar para pelaku bisnis dapat mengekspor
produk baru (yang tidak biasa diekspor oleh pengusaha Indonesia) ke pasar negara yang
ekonominya akan tumbuh dengan baik. Selain itu para pelaku bisnis yang tadinya hanya
melakukan kegiatan ekspor saja perlu mulai memperhatikan pasar domestik. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang kuat dan daya beli masyarakat yang terus meningkat, pasar
domestik adalah pasar yang tak dapat diabaikan. Para pelaku bisnis juga perlu mewaspadai
meningkatnya persaingan karena serbuan produk luar negeri ke pasar Indonesia. Juga dalam
menghadapi persaingan global yang ketat, yang akan terjadi juga di pasar dalam negeri, para
pelaku bsinis harus senantiasa meningkatkan efisiensi dan daya saing produknya. (Komite
Nasional Ekonomi, 2012).
Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), merek merupakan sesuai yang baru,
namun mau tidak mau harus dipertimbangkan dan dilakukan upaya ‘memilikinya’ dalam upaya
mengenalkan produk di pasar, mendekatkan reputasi dengan kebutuhan konsumen dan upaya
meningkatkan kemampuan bersaing, apalagi di era global ini. Pengembangan usaha kecil dan
koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan merupakan salah satu langkah strategik yang perlu
ditindaklanjuti. Strategi pemberdayaan yang tepat (Kuncoro, 2006) adalah meliputi (1) aspek
managerial meliputi peningkatan produktivitas, pemasaran dan pengembangan sumber daya
manusia; (2) aspek permodalan; (3) mengembangkan pola kemitraan; (4) mengembangkan
sentra industri kecil dan pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB
(Kelompok Usaha Bersama); KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan). Dalam
mengelola usahanya, sekecil apapun, perlu strategi pemasaran, agar produk bisa survive,
dengan demikian produsen UMKM tetap bisa bertahan ‘hidup’. Stanton (2005) manajemen
pemasaran merupakan seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran guna meraih,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Manajemen pemasaran
juga berusaha mengatur tingkat, waktu, dan susunan dari permintaan yang ada, agar dapat
membantu organisasi mencapai sasaran dengan cara dan mendapatkan, menjaga, dan
menumbuhkan pelanggan melalui penciptaan, pemberian dan pengkomukasian nilai pelanggan
yang unggul.
Menurut Kotler dan Keller (2009), manfaat merek adalah: 1) untuk menyerderhanakan
penelusuran atau penanganan suatu produk, 2) menawarkan perlidungan hukum bagi suatu
perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik dari suatu produk, 3) mereprestasikan bagian
properti hukum yang sangat berharga, 4) sangat mempengaruhi kepercayaan konsumen, dan
5) memberikan keamanan pendapatan untuk masa depan yang lebih langgeng.
6
Berikut adalah model pelindungan merek produk UMKM (hasil penelitian UPT penulis dkk
tahun 2017-2018/Penulis sebagai Ketua), yang telah mendapatkan hak cipta nomor
EC06201706174 dan telah dipublikasi dalam jurnal internasional 2018 (versi bahasa Inggeris)
Journal of Advanced Research in Law and Economics/JARLE ISSN: 2068-696X Journal’s
DOI:https://doi
Di era serba digital ini, merek menjadi bekal untuk branding produk dan mengangkat
reputasi baik merek produk maupun nama baik perusahaan. Banyak pelatihan digelar
untuk menerobos pasar pesaing, mengenali keunggulan produk sendiri dan
melindunginya. Bahkan pemasaran secara on-line menurut Uzzaman (2015), dalam
bukunya yang berjudul Bisnis Pemasaran On-line, menjelaskan beberapa keuntungan
bisnis on-line yaitu meliputi: 1) tanpa batas waktu, 2) tanpa batas tempat, 3) efisiensi biaya
operasional, 4) kemudahan dalam strategi pemasaran produk, 5) kemudaham manajemen
organisasi dan produk, 6) kemudahan pengelolaan kontrol persediaan, 7) kemudahan
pengelolaan sumber daya manusia, 8) Produktifitas meningkat, 9) memudahkan
melakukan riset pemasaran, 10) memberikan keuntungan yang tidak terbatas dan, dan 11)
kemudahan Pengawasan.
7
Bagi para UMKM, diperlukan motivasi dan pemahaman mendalam serta
pendampingan dari kampus atau praktisi yang peduli, serta keberpihakan pemerintah dan
instansi terkait di daerah, agar bisa mengangkat produk daerah, atau menjadikannya ikon
yang ‘tangguh’ di bidang pariwisata. Untuk itu perlu diberikan pencerahan bagi para
UMKM tentang pentingnya merek bagi keberlangsungan usahanya di masa depan.
Pelatihan merek pun harus diselenggarakan secara sinergi dengan kepentingan dan aspirasi
produsen, organisasi produsen (jika sudah ada), pemerintah daerah atau pusat, kampus atau
LSM yang peduli, atau Konsultan KI sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
IV. PEROLEHAN DAN PENGALIHAN HAK MEREK
Merek berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis (selanjutnya disebut UUMIG 2016) adalah tanda yang dapat ditampilkan secara
grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)
dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur
tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Merek Dagang adalah Merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya. Merek
Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa
sejenis lainnya.
Sebelumnya para warga UMKM dibekali terlebih dahulu dengan pemahaman kriteria
persamaan pada pokoknya dan persamaan pada keseluruhan, agar dapat menghindari memirip-
miripkan dengan merek terdaftar, merek terkenal maupun indikasi geografis terdaftar. Menurut
Yuhassarie dkk (2005) sesuai dengan doktrin “nearly resembles”, yang menganggap suatu
merek mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek orang lain jika pada merek
tersebut terdapat kemiripan (identical) atau hampir mirip (nearly resembles) dengan merek
orang lain. Yang dapat didasarkan pada kemiripan gambar, susunan kata, warna atau bunyi.
Menurut doktrin ini, persamaan pada pokoknya tidak mutlak ditegaskan pada persamaan semua
elemen merek dan tidak dituntut keras adanya jalur persamaan semua elemen merek dan tidak
dituntut keras adanya jalur persamaan yang sama. Faktor yang paling pokok dalam doktrin ini
adalah bahwa pemakaian merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya ini dapat
menimbulkan kebingungan yang nyata (actual confusion) atau menyesatkan (deceive)
masyarakat konsumen. Seolah-olah merek tersebut berasal dari sumber atau produsen yang
8
sama. Sehingga di dalamnya terlihat unsur iktikad tidak baik untuk membonceng ketenaran
merek milik orang lain.
Sebenarnya menurut Saidin (2007) ada 3 (tiga) bentuk pemakaian merek yang dapat
dikategorikan persamaan pada pokoknya yakni:
1. Similarity in appearance confusing in appearance.
Contoh =
2. Similalarity in sound = confusion when pronounced
3. Simality in concept = the meaning is so similiar that you recall the same thing * =
star.
Para produsen UMKM juga harus diberi pengetahuan tentang kelas jenis berikut.
KLASIFIKASI INTERNASIONAL TENTANG BARANG DAN JASA
Berdasarkan Nice Agreement (Edisi 9):
Kelas 1
Bahan kimia yang dipakai dalam industri, ilmu pengetahuan dan
fotografi, maupun dalam pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
damar tiruan yang tidak diolah, plastik yang tidak diolah; pupuk;
komposisi bahan pemadam api, sediaan pelunak dan pematri; zat-
zat kimia untuk mengawetkan makanan; zat-zat penyamak
perekat yang dipakai dalam industri.
Kelas 2 Cat-cat, pernis-pernis; lak-lak; bahan pencegah karat dan
kelapukan kayu; bahan pewarna; pembetsa/pengering; bahan
mentah. damar alam; logam dalam bentuk lembaran dan bubuk
untuk para pelukis, penata dekor, pencetak dan seniman.
Kelas 3
Sediaan pemutih dan zat-zat lainnya untuk mencuci; sediaan
untuk membersihkan, mengkilapkan, membuang lemak dan
menggosok; sabun; wangi-wangian, minyak atsiri;
kosmetik, losion rambut; bahan-bahan pemelihara
Kelas 4 Minyak-minyak dan lemak-lemak untuk industri; bahan pelumas;
komposisi zat untuk menyerap, membasahi dan mengikat debu;
bahan bakar (termasuk larutan hasil penyulingan untuk motor) dan
bahan-bahan penerangan; lilin-lilin, sumbu-sumbu.
9
Kelas 5 Sediaan hasil farmasi, ilmu kehewanan dan saniter; bahan-bahan
untuk berpantang makan/diet yang disesuaikan untuk pemakaian
medis, makanan bayi; plesterplester, bahan-bahan pembalut;
bahan-bahan untuk menambal gigi, bahan pembuat gigi palsu;
pembasmi
kuman; sediaan untuk membasmi binatang perusak, jamur,
tumbuh-tumbuhan.
Kelas 6 Logam-logam biasa dan campurannya; bahan bangunan dari
logam; bangunan-bangunan dari logam yang dapat diangkut;
bahan-bahan dari logam untuk jalan kereta api; kabel
dan kawat-kawat dari logam biasa bukan untuk listrik; barang-
barang besi, benda-benda kecil dari logam besi; pipa-pipa dan
tabung-tabung dari logam; lemarilemari besi barang-barang dari
besi biasa yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain; semacam
biji-bijian.
Kelas 7 Mesin-mesin dan mesin-mesin perkakas; motor-motor dan mesin-
mesin (kecuali untuk kendaraan darat); kopeling mesin dan
komponen transmisi (kecuali untuk kendaraan darat);
perkakas pertanian; mesin tetas untuk telur. Kelas 8 Alat-alat dan
perkakas tangan (dijalankan dengan tangan); alat-alat pemotong;
pedang; pisau silet.
Kelas 8 Alat-alat dan perkakas tangan (dijalankan dengan tangan); alat-
alat pemotong; pedang; pisau silet.
Kelas 9 Aparat dan instrumen ilmu pengetahuan, pelayaran, geodesi,
listrik, fotografi, sinematografi, optik, timbang, ukur, sinyal,
pemeriksaan (pengawasan) , penyelamatan dan pendidikan;
aparat untuk merekam, mengirim atau mereproduksi suara atau
gambar; pembawa data
magnetik, disk perekam; mesin-mesin otomat dan mekanisme
untuk aparat yang bekerja dengan memasukkan kepingan logam
ke dalamnya; mesin kas, mesin hitung, peralatan pengolah data
dan komputer; aparat pemadam kebakaran.
10
Kelas 10 Aparat dan instrumen pembedahan, pengobatan, kedokteran,
kedokteran gigi dan kedokteran hewan, anggota badan, mata dan
gigi palsu; benda-benda ortopedik; bahan-bahan untuk penjahitan
luka bedah.
Kelas 11 Aparat/alat untuk keperluan penerangan, pemanasan, penghasil
uap, pemasak, pendinginan, pengeringan, penyegaran udara,
penyediaan air dan kebersihan.
Kelas 12 Kendaraan-kendaraan; udara atau air, aparat/alat untuk bergerak
di darat.
Kelas 13 Senjata-senjata api; amunisi-amunisi dan proyektil-proyektil;
bahan peledak; kembang api; petasan.
Kelas 14 Logam-logam mulia serta campuran-campurannya dan benda-
benda yang dibuat dari logam mulia atau yang dibalut dengan
bahan itu, yang tidak termasuk dalam kelaskelas lainnya;
perhiasan, batu-batu mulia; jam-jam dan instrumen pengukur
waktu.
Kelas 15 Alat-alat musik
Kelas 16 Kertas, karton dan barang-barang yang terbuat dari bahan-bahan
ini, yang tidak termasuk kelas-kelas lain; barang-barang cetakan;
bahan-bahan untuk menjilid buku; potretpotret;
alat tulis-menulis perekat untuk keperluan alat tulis-menulis atau
rumah tangga alat-alat kesenian kwas untuk cat mesin tik dan
keperluan kantor (kecuali perabot kantor); bahan pendidikan dan
pengajaran (kecuali aparat-aparat); bahan-bahan plastik untuk
pembungkus (yang tidak termasuk kelas-kelas lain), kartu-kartu
main; huruf-huruf cetak; klise-klise.
Kelas 17 Karet, getah-perca, getah, asbes, mika dan barang-barang terbuat
dari bahan-bahan tersebut dan tidak termasuk kelaskelas lain;
plastik-plastik yang sudah berbentuk untuk
digunakan dalam pembuatan barang; bahan-bahan untuk
membungkus, merapatkan dan menyekat; pipa-pipa lentur, bukan
dari logam.
11
Kelas 18 Kulit dan kulit imitasi, dan barang-barang terbuat dari bahan-
bahan ini dan tidak termasuk dalam kelas-kelas lain; kulit-kulit
halus binatang, kulit mentah; koper-koper dan tastas
untuk tamasya; payung hujan, payung matahari dan tongkat-
tongkat; cambuk-cambuk, pelana dan peralatan kuda dari kulit.
Kelas 19 Bahan-bahan bangunan (bukan logam); pipa-pipa kaku bukan dari
logam untuk bangunan; aspal, pek, bitumen; bangunan yang
dapat dipindah-pindah bukan dari logam; monumenmonumen,
bukan dari logam.
Kelas 20 Perabot-perabot rumah, cermin-cermin, bingkai gambar; benda-
benda (yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain) dari kayu,
gabus, rumput, buluh, rotan, tanduk, tulang, gading, balein, kulit
kerang, amber, kulit mutiara, tanah liat magnesium dan bahan-
bahan penggantinya, atau dari plastik.55
Kelas 21 Perkakas dan wadah-wadah untuk rumah tangga atau dapur
(bukan dari logam mulia atau yang dilapisi logam mulia) sisirsisir
dan bunga-bunga karang; sikat-sikat (kecuali kwas-kwas); bahan
pembuat sikat; benda-benda untuk membersihkan; wol; baja; kaca
yang belum atau setengah dikerjakan (kecuali kaca yang dipakai
dalam bangunan); gelas-gelas, porselin dan pecah belah dari
tembikar yang tidak termasuk dalam kelaskelas lain.
Kelas 22 Tambang, tali, jala-jala, tenda-tenda, tirai, kain terpal, layar-layar,
sak-sak dan kantong-kantong (yang tidak termasuk dalam kelas-
kelas lain); bahan-bahan pelapis dan pengisi
bantal (kecuali dari karet atau plastik); serat-serat kasar untuk
pertenunan.
Kelas 23 Benang-benang untuk tekstil.
Kelas 24 Tekstil dan barang-barang tekstil, yang tidak termasuk dalam
kelas-kelas lain; kasur tempat tidur dan meja.
Kelas 25 Pakaian, alas kaki, tutup kepala.
Kelas 26 Renda-renda dan sulaman-sulaman, pita-pita dan jalinan-jalinan
dari pita; kancing-kancing kail dan mata kait, jarum-jarum pentul
dan jarum-jarum; bunga-bunga buatan.
12
Kelas 27 Karpet-karpet, permadani, keset berbahan anyaman, linoleum
dan bahan-bahan lain untuk penutup ubin; hiasan-hiasan gantung
dinding (bukan dari tekstil).
Kelas 28 Mainan-mainan; alat-alat senam dan olah-raga yang tidak
termasuk kelas-kelas lain; hiasan pohon natal.
Kelas 29 Daging, ikan, unggas dan binatang buruan, saripati daging,
buahbuahan dan sayuran yang diawetkan, dikeringkan dan
dimasak, agar-agar; selai-selai; saus dari buahbuahan; telur, susu
dan hasil-hasil produksi susu; minyak dan lemak-lemak yang
dapat dimakan.
Kelas 30 Kopi, teh, kakao, gula, beras, tapioka, sagu, kopi olahan; tepung
dan bahan baku terbuat dari gandum; roti, kue-kue dan kembang
gula, minuman es; madu, air gula; ragi bubuk pengembang
roti/kue; garam, moster; cuka,saus-saus (bumbu-bumbu) rempah-
rempah, es,
kecap, tauco, trasi, petis, krupuk, emping.
Kelas 31 Hasil-hasil produksi pertanian, perkebunan, kehutanan dan jenis-
jenis gandum yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain;
binatang-binatang hidup; buah-buahan dan sayuran segar; benih-
benih; tanaman dan bunga-bunga alami; makanan hewan; mout.
Kelas 32 Bir dan berbagai jenis-jenis bir; air mineral dan air soda dan
minuman bukan alkohol lainnya; minuman-minuman dari buah
dan perasan buah; sirop-sirop dan sediaan-sediaan lain untuk
membuat minuman.
Kelas 33 Minum-minuman keras (kecuali bir).
Kelas 34 Tembakau, barang-barang keperluan merokok; korek api.
Kelas 35 Periklanan; manajemen usaha; administrasi usaha; fungsi-fungsi
kantor.
Kelas 36 Asuransi; urusan keuangan; urusan moneter; urusan tanah dan
bangunan.
Kelas 37 Pembangunan gedung; perbaikan/renovasi; jasa-jasa
pemasangan/ instalatur.
Kelas 38 Telekomunikasi.
13
Kelas 39 Angkutan; pengemasan dan penyimpanan barang-barang;
pengaturan perjalanan.
Kelas 40 Perawatan bahan-bahan.
Kelas 41 Pendidikan; pemberian pelatihan; hiburan; kegiatan olah-raga dan
kebudayaan.
Kelas 42 Jasa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan penelitian dan
desain yang berkaitan; jasa untuk analisa dan penelitian di bidang
ilmiah dan industri; desain dan pengembangan
perangkat keras dan lunak komputer;
Kelas 43 Penyediaan makanan dan minuman, akomodasi sementara
Kelas 44 Perawatan medis, jasa-jasa pelayanan kedokteran hewan dan
pertanian, jasa perawatan untuk manusia dan hewan, pertanian,
hortikultural, jasa kehutanan.
Kelas 45 Jasa-jasa pelayanan hukum, jasa pengamanan untuk
perlindungan benda/barang dan individu, jasa perorangan dan
sosial untuk memenuhi kebutuhan individu.
Secara administrasi, syarat dan tata cara permohonan merek telah diatur dalam UUMIG
Pasal 4-6.
Pasal 4
(1) Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh Pemohon atau
Kuasanya kepada Menteri secara elektronik atau non-elektronik dalam
bahasa Indonesia.
(2) Dalam Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencantumkan:
a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;
b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;
c. nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;
d. warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur warna;
e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali
dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas; dan
f. kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau
jenis jasa.
14
(3) Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan
label Merek dan bukti pembayaran biaya.
(5) Biaya Permohonan pendaftaran Merek ditentukan per kelas barang
dan/atau jasa.
(6) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa bentuk
3 (tiga) dimensi, label Merek yang dilampirkan dalam bentuk
karakteristik dari Merek tersebut.
(7) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa suara,
label Merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
(8) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri
dengan surat pernyataan kepemilikan Merek yang dimohonkan
pendaftarannya.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya Permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 5
(1) Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang
secara bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama
Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai
alamat Pemohon.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh
salah satu dari Pemohon yang berhak atas Merek tersebut dengan
melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang
mewakilkan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang salah seorang
Pemohonnya atau lebih warga negara asing dan badan hukum asing
yang berdomisili di luar negeri wajib diajukan melalui Kuasa.
(4) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua
pihak yang berhak atas Merek tersebut.
Pasal 6
(1) Permohonan untuk lebih dari 1 (satu) kelas barang dan/atau jasa dapat
diajukan dalam satu Permohonan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan
jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang
dimohonkan pendaftarannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
15
Terkait pengalihan Hak merek, Pasal 41 UUMIG telah mengatur sebagai berikut.
(1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
a. pewarisan;
b. wasiat;
c. wakaf;
d. hibah;
e. perjanjian; atau
f. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar oleh Pemilik Merek yang
memiliki lebih dari satu Merek terdaftar yang mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis hanya dapat dilakukan jika semua Merek terdaftar tersebut
dialihkan kepada pihak yang sama.
(3) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dimohonkan pencatatannya kepada Menteri.
(4) Permohonan pengalihan Hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disertai dengan dokumen pendukungnya.
(5) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang telah dicatat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(6) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang tidak dicatatkan tidak
berakibat hukum pada pihak ketiga.
(7) Pencatatan pengalihan Hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai biaya.
(8) Pengalihan Hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan pada saat proses Permohonan pendaftaran Merek.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara permohonan
pencatatan pengalihan Hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (8) diatur dengan Peraturan Menteri.
Sistem pendaftaran merek Indonesia pada UU terbaru adalah menggunakan
sistem konsitutif. Mengenai prosedur pendaftaran, permohonan pendaftaran merek
bisa menggunakan cara biasa maupun dnegan menggunakan hak prioritas. Penggunaan
hak prioritas yakni bahwa permohonan ini harus diajukan paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama.
Merek harus didaftar dengan iktikad baik. Iktikad baik ini sangat penting dalam hukum
merek karena berhubungan dengan persaingan bisnis dan reputasi pemilik merek.
Terlebih dahulu bagi para UMKM terdaftar sebagai UMKM di Dinas Koperasi
dan UMKM setempat, kemudian baru mengisi form pendaftaran dan surat pernyataan
16
kepemilikan yang dapat diunduh dari www.dgip.go.id. Pedaftaran dapat dilakukan
secara manual dan online, dan bisa langsung ke Dijken KI KemenkumHAM RI di
Jakarta, atau di Kanwil (Provinsi). Beberapa penyempurnaan dalam UUMIG 2016
berupa penyederhanaan proses dan prosedur pendaftaran Merek, pengaturan tentang
persyaratan minimum Permohonan akan memberikan kemudahan dalam pengajuan
Permohonan dengan cukup mengisi formulir Permohonan, melampirkan label atau
contoh Merek yang dimohonkan pendaftaran, dan membayar biaya Permohonan.
Berikut waktu yang dibutuhkan dalam pendaftaran merek berikut contoh form
dan surat pernyataan UMKM.
Permohonanpendaftaran merek
Periksa administrasi berkas (30 hari)
Pengumuman
(60 hari)
Periksa Substansi merek (150 hari)
Sertifikat (30 hari)
17
18
19
V. METODE KEGIATAN & EVALUASI
Metode kegiatan
Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode berikut.
1. Metode ceramah & diskusi
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode participatory action,
agar para produsen UMKM termotivasi untuk aktif merespon baik dengan bertanya
maupun membangun diskusi. Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi
penyuluhan yang bersifat kognitif seperti sistem, azas, serta langkah-langkah aplikasi
dan litigasi sebagai tambahan, mulai dari merek umumnya, merek terdaftar dan merek
terkenal, hingga pelindungannya termasuk pengalihan hak. Pelaksanaan metode ini
digunakan waktu sebanyak 40% untuk ceramah atau penyampaian materi, sedangkan
sisanya 60% digunakan untuk diskusi dan tanya jawab.
2. Metode Pelatihan
Dalam metode ini, kegiatan utama yang akan dilaksanakan adalah
pembimbingan dan pelatihan bagi para peserta untuk membuat draft merek yang bisa
diajukan pendaftarannya. Narasumber pelatihan menyiapkan ppt untuk menjelaskan
dan memberi pemahaman yang mendalam bagaimana membuat merek yang tidak
melanggar merek terdaftar, indikasi terdaftar, bahkan merek terkenal.
Metode evaluasi
Pada awalnya dilakukan pre test untuk mengungkap pengetahuan para warga UMKM
secara brainstorming, kemudian dilakukan pembekalan materi dengan cara sosialisasi dan
pelatihan, dengan metode ceramah dan latihan. Setelah dilakukan pembekalan materi,
kemudian dilakukan post test, untuk mengetahui apakah materi benar-benar terserap dan
dipahami oleh para produsen UMKM tersebut.
20
Berikut contoh kuesioner pemahaman hak merek oleh para UMKM
KUESIONER
Keterangan :
1) SANGAT TIDAK PAHAM (STP)
2) TIDAK PAHAM (TP)
3) CUKUP PAHAM (CP) 4) PAHAM (P) 5) SANGAT PAHAM (SP)
Tandatangan persetujuan .................................
No Pertanyaan
STP TP CP P SP
1 2 3 4 5
1) Apakah saudara memahami tentang Merek dan Indikasi Geografis serta pendaftarannya?
2) Apakah saudara memahami perbedaan Merek dan Indikasi Geografis?
3) Apakah saudara memahami manajemen dan strategi pemasaran untuk branding
produk?
4) Apakah saudara memahami perbedaan merek terdaftar dan merek terkenal?
5) Apakah saudara memahami cara membuat merek agar terhindar dari pelanggaran dan agar mudah branding?
21
REFERENSI
Djumhana, Muhammad dan Djubaedillah, 2003.Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia), Bandung : PT Citra Aditya Bakti Purwaningsih, Endang, 2012, Hak Kekayaan Intelektual dan Lisensi, Bandung: Mandar maju
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi Ketiga Belas,
Terjemahan Bob Sabran. Jakarta: Penerbit. Erlangga. Diunduh dari
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29886/2/Reference.pdf tanggal 7 Mei 2017
Saidin, OK, 2007. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
Stanton, William J. 2005. Fundamental of Marketing, 10th. Ed. Tokyo: Mc-Graw Hill
Kogakusha. Diunduh Dari lib.ui.ac.id/file?file=digital/123591 tanggal 7 Mei 2017
Uzzaman, Badi 2015, Bisnis Pemasaran On-line diunduh dari
http://www.kembar.pro/2015/08/apa-keuntungan-melakukan-pemasaran-secara-
online.html tanggal 7 Mei 2017.
Yuhassarie, Emmy dkk, 2005. Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, Jakarta :
Pusat Kajian Hukum
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
e-tutorial.dgip.go.id/wp-content/uploads/brosur/panduan-2012.pdf, diakses pada 9 Januari
2014