96
PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( Studi Kasus Desa Narmada Kecamatan Lombok Barat ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh : Siti Raihanun NIM : 1110043100027 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK

DI LOMBOK

( Studi Kasus Desa Narmada Kecamatan Lombok Barat )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh :

Siti Raihanun NIM : 1110043100027

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 3: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 4: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 5: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

i

ABSTRAK

Siti Raihanun, NIM: 1110043100027, PELAKSANAAN SHALAT WETU

TELU SUKU SASAK DI LOMBOK, program Studi perbandingan Mazhab dan

Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437/2016.

Skiripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan tentang masalah yang ada di

sebagian pedalaman suku di Lombok (Suku Sasak) tepatnya di Desa Narmada

Kecamatan Lombok Barat mengenai pelaksanaan shalat Wetu Telu yang masih

dilaksanakan sampai pada hari ini, padahal sebagian yang lain –eks suku sasak

terutama generasi-generasi tua- sudah beralih ke shalat Waktu Lima yang umumnya

umat Islam kerjakan, sebagai akibat gencarnya para pedakwah Islam dalam usahanya

meluruskan praktik tersebut. Shalat Wetu Telu (Bahasa Indonesia: Waktu Tiga)

adalah praktek shalat dengan hanya mengerjakan tiga waktu atau tiga kali dalam

sehari. Tidak lazimnya orang Islam pada umumnya, mereka hanya mengerjakan

shalat pada siang hari (Zuhur), sore hari (Ashar), dan saat matahari terbenam

(Magrib). Praktik ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang

berusaha mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap,

meninggalkan pulau Lombok atau sebagian lain meniggal sebelum mengajarkan

ajaran Islam dengan utuh atau lengkap.

Tujuan dari penelitian ini supaya masyarakat Muslim secara luas mengetahui

sejarah keagamaan terutama shalat Wetu Telu di Narmada Lombok, bahwa ada

Page 6: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

ii

praktik yang berbeda dengan praktik mereka yang dijalankan sehari-hari, ini

menunjukkan bahwa sejarah Islam di Nusantara tidak terlepas dari budaya masing-

masing, termasuk di Narmada Lombok. Sejarah mengatakan bahwa shalat Wetu Telu

ada karena akulturasi budaya Hindu dengan Islam. Al-fadal penyebar agama Islam di

Lombok mengatakan bahwa komunitas Islam Wetu Telu adalah sistem kepercayaan

sinkretik hasil saling –silang ajaran islam, Hindu, unsur Animisme dan

antropomorfisme (Boda).

Jenis penelitian yaitu menggunakan Metode Pendekatan kualitatif, yang

memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, yang

diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang,

lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak, data pun dicari melalui studi kepustakaan (library research), sumber data

primer dan sumber data sekunder. Adapun metodenya menggunakan metode induktif,

yaitu pengambilan kesimpulan dan Metode deduktif, menarik fakta yang bersifat

umum, untuk dijadikan fakta umum yang bersifat khsusus. Ada juga metode

kompratif, yaitu metode perbandingan.

Kata Kunci : Shalat, Wetu Telu, Suku Sasak, Lombok

Pembimbing : Ahmad Bisyri Abd. Somad, Lc., M.A.

Daftar Pustaka : 1974-2015

Page 7: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

iii

بسم االله الرحمن الرحیم

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada sang penguasa

kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan petunjuknya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “PELAKSANAAN SHALAT WETU

TELU SUKU SASAK DI LOMBOK”, Dalam penulisan skiripsi ini, semoga dapat

bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membacanya, serta

dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Program Studi

Perbandingan Mazhab Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skiripsi ini penulis banayak kesulitan dan hambatan yang

dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, segala

kesulitan itu dapat teratasi.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala jasa dan bantuan

kepada :

Page 8: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

iv

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si Ketua Jurusan

Perbandingan Mazhab Hukum dan Ibu Siti Hanna, Lc., MA. Sekretaris

Jurusan Perbandingan Mazhab Hukum.

3. Bapak Ahmad Bisyri Abd. Somad, Lc., MA. selaku pembimbing

skiripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, saran

serta petunjuk dalam menyelesaikan skiripsi

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada

penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapatkan

balasan di sisi Allah SWT.

5. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan staf karyawan fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas

kerjasamanya dalam pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan

materi skiripsi dan kelancaran administrasi.

6. Kepada ayah tercinta almarhum bapak H. Akhyar Hamdan Bin H.

Hamdan, Ibunda Hj. Saronih Ishaq, Saudara-saudaraku Kak Izu, Bang

Apip dan adikku Uun, serta Suamiku tercinta Lutfi Fauzi yang

membantu dalam proses mengerjakan skripsi serta putriku tercinta

Tanmiya Lutfiya yang menjadi penyemangat hidupku, dan orang-

orang yang berjasa yang tidak bisa disebutkan, yang telah mendoakan,

Page 9: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

v

bantuan dana moral dan materil serta memberi motivasi sebagai

inspirasi bagi penulis.

7. Kepada para bapak dan Ibu di Lombok yang berkenan untuk

diwawancarai untuk mempermudah dalam penambahan bahan

referensi yang berkaitan dalam masalah sholat wetu telu.

8. Sahabat dan rekan PMH (Perbandingan Mazhab Hukum) angkatan

2010.

9. Terakhir Teman-teman yang saya kenal maupun yang tidak saya kenal

yang telah memudahkan saya dalam menyelesaikan skiripsi ini. Berkat

doa dan bantuan kalian saya sangat berterima kasih.

Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis

diterima oleh Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala

kelemahan dan kekurangan yang tetrdapat dalam karya ilmiah ini, besar harapan

penulis semoga skiripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya

bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah Senantiasa

meridhoi setiap langkah kita. Aamiin

Jakarta, 22 Oktober 2016

Siti Raihanun

Page 10: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Batasan Dan Perumusan Masalah ........................................................... 4

C. Tujuan Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

D. Review Kajian Terdahulu ........................................................................ 5

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 5

1. Jenis Penelitian .................................................................................... 5

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 6

3. Lokasi Penelitian ................................................................................. 6

4. Teknik Analisis Data ........................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG SHALAT A. Pengertian Shalat..................................................................................... 9

B. Sejarah Tentang Wajibnya Shalat .......................................................... 12

C. Dalil-Dalil Al-Quran Tentang Wajibnya Shalat ....................... .......... 15

D. Dasar Hukum Shalat ............................................................................... 17

Page 11: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

vii

E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ......................................................... 19

F. Batas-Batas Shalat Fardhu ...................................................................... 20

BAB III : SEKILAS TENTANG WETU TELU DAN GAMBARAN DESA NARMADA DASAN TERENG

A. Sejarah Wetu Telu................................................................................... 25

B. Arti dan Makna Wetu Telu .................................................................... 31

C. Perubahan keagamaan Islam Wetu Telu...............................................32

D. Proses Terjadinya Perubahan Keagamaan Islam Wetu Telu................35

E. Profil Desa Narmada Dasan Tereng.....................................................35

F. Kegiatan-kegiatan Penganut Islam Wetu Telu Desa Narmada............36

BAB IV : SHALAT WETU TELU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Shalat Wetu Telu ............................................................... 43

B. Hijrahnya Penganut Wetu Telu Menuju Waktu Lima …...............… 46

C. Pandangan Islam Terhadap Praktik Wetu Telu...................................58

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 64

B. Saran-saran ............................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antara agama dan budaya sama-sama melekat pada diri seseorang

beragama dan di dalamnya sama-sama terdapat keterlibatan akal fikiran mereka.

Dari aspek keyakinan maupun aspek ibadah formal, praktik agama akan selalu

bersamaan, dan bahkan berinteraksi dengan budaya. Kebudayaan sangat berperan

penting di dalam terbentuknya sebuah praktik keagamaan bagi seseorang atau

masyarakat. Tidak hanya melahirkan bermacam-macam agama, kebudayaan inilah

juga mempunyai andil besar bagi terbentuknya aneka ragam praktik beragama

dalam satu payung agama yang sama. Dalam kenyataannya dua atau lebih orang

dengan agama yang sama belum tentu mempunyai praktik atau cara pengamalan

agama, khususnya ritual, yang sama. Keragaman cara beribadah dalam suatu

komunitas agama ini mudah kita dapati dalam setiap masyarakat, dengan

terbentuknya berbagai macam kelompok agama.1

Karena keragaman corak dan praktek keberagaman di berbagai komunitas

Muslim Indonesia, di Lombok misalnya, corak Islam Wetu Telu yang sebagian

besar adalah masyarakat pedesaan yang terisolir dan terbelakang dalam

kehidupan. Mereka pada umumnya berdomisili di bagian utara dan selatan pulau

Lombok. Namun penganut Islam Wetu Telu yang masih dapat bertahan sampai

1Khadziq, Islam Dan Budaya Lokal, Belajar Memahami Realitas Agama Dalam

Masyarakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.42.

Page 13: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

2

saat ini hanya di bagian utara pulau Lombok, tepatnya di desa Narmada

Kabupaten Lombok Barat dan sekaligus menjadi pusat Islam Wetu Telu.2

Berbeda dengan Islam Waktu Lima, penganut Islam Wetu Telu identik

dengan mereka yang dalam praktek kehidupan sehari-hari sangat kuat berpegang

kepada adat istiadat nenek moyang mereka.3 Dalam ajaran Islam Wetu Telu,

terdapat banyak nuansa Islam didalamnya. Namun demikian, artikulasinya lebih

dimaknakan dalam idiom adat. Di sini warna agama bercampur dengan adat,

padahal adat sendiri tidak selalu sejalan dengan agama. Percampuran praktek-

praktek agama ke dalam adat ini menyebabkan watak Islam Wetu Telu menjadi

sangat sinkretik. Wetu Telu ini merupakan praktik agama yang unik, yang

sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam

menjalankan agama Islam. Ditengarai bahwa praktik unik ini terjadi karena para

penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha mengenalkan Islam ke

masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap, meninggalkan pulau Lombok

sebelum mengajarkan ajaran Islam dengan lengkap. Saat ini para penganut Wetu

Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di

daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya

meluruskan praktik tersebut.4

Ketika membicarakan masalah Islam, kita dapat menarik suatu

permasalahan diantaranya tentang shalat, yang mana shalat adalah salah satu

2Rasmianto, Interrelasi Kiai, Penghulu dan Pemangku Adat dalam Tradisi Islam Wetu

Telu di Lombok. Jurnal el-Harakah, Vol. 11, No. 2, (Malang: UIN Malang, 2009), h. 138.

3Team Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat, Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid 1, (Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, 1997), h. 14.

4Erni Budiwanti, Islam Sasak, Wetu Telu versus Wetu Lima, (Yogyakarta: LKiS, 2000) Cet 2, h.47.

Page 14: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

3

rukun Islam yang kelima, juga merupakan ibadah yang paling pokok. Shalat

merupakan ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat kelak. Seperti

diungkapkan dalam sebuah hadits:

دت ينظُر في صلَاته فَإِنْ صلَحت فَقَد أَفْلَح وإِنْ فَس أَولُ ما يحسب بِه الْعبد يوم الْقيامة الصلَاةُ

رسخو ابخ

“Permulaan amalan yang diperiksa dari amalan seseorang hamba pada hari

kiamat ialah shalatnya. Diperhatikan benar-benar shalatnya .Jika betul urusan

shalatnya mendapat kemenanganlah dia. Jika tidak betul urusan shalatnya, rugi

dan sia-sialah usahanya”. (H.R. Ath -Thabrany dari Anas r.a., At Targhib1 :

210).5

Khalifah Umar bin Al Khattab pernah mengirim surat kepada Gubernur

yang diangkatnya, pesannya, “Sesungguhnya tugas kalian sebagai Gubernur yang

paling utama dimataku adalah shalat. Barang siapa memelihara shalat, berarti ia

telah memelihara agamanya. Barang siapa yang lalai terhadap shalatnya,

terhadap urusan lain akan lebih lalai”.

Begitu pentingnya shalat. Karena shalat merupakan penentu amal yang

lain. semua ibadah yang kita lakukan akan berharga jika shalat dilaksanakan. Jika

kita nilai dengan angka maka nilai shalat itu adalah satu, beda halnya dengan

ibadah lainnya seperti zakat, puasa, haji itu bernilai nol. Jika nol itu banyak, maka

tidak ada artinya apabila tidak ada angka satu di depannya yaitu shalat.

Oleh sebab itu disini penulis menemukan fenomena tentang perbedaan

shalat Wetu Telu dengan Waktu Lima. Dimana Islam pada umumnya

5Moh.Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: N.V.Bulan Bintang,1983) Cet 11, h.43.

Page 15: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

4

melaksanakan perintah shalat sebanyak lima waktu dalam sehari. Akan tetapi pada

kenyataanya pelaksanaan shalat yang dilakukan oleh masyarakat suku Sasak desa

Narmada di Lombok NTB berbeda dengan Islam pada umumnya, yaitu Islam

Wetu Telu, yang pada khususnya melaksanakan shalat dalam tiga waktu. Untuk

itu penulis termotifasi untuk mengangakat permasalahan yang muncul dengan

judul PELAKSANAAN SHALAT WETU TELU SUKU SASAK DI

LOMBOK (Studi Kasus Desa Narmada Kabupaten Lombok Barat).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar permasalahan tidak melebar maka penulis akan membatasi objek

kajian penelitian untuk mendapatkan data penelitian yang akurat dan objektif.

Dalam hal ini, penulis fokus kepada komunitas Islam Wetu Telu di desa Narmada,

sebagai wilayah penelitian ini. Sesuai dengan latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, antara lain

sebagai berikut:

a. Bagaimana Sejarah munculnya Islam Wetu Telu di Narmada

Lombok?

b. Apakah ada penganut Wetu Telu menuju Waktu Lima?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Di samping latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan:

1. Untuk memperluas pengetahuan tentang sejarah Islam Wetu Telu di

Narmada Lombok.

2. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Shalat Wetu Telu di

Narmada Lombok.

Page 16: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

5

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perbedaan dalam pelaksanaan shalat Wetu Telu di Lombok.

D. Tinjauan (Review) kajian terdahulu

Untuk memberikan keutuhan dalam tulisan ini, maka penulis melakukan

kajian terdahulu diantaranya melalui buku-buku maupun karya tulis lainnya,

diantara kajian tersebut yaitu:

1. Parokalitas Adat Islam Wetu Telu Dalam Prosedur Perkawinan Ditinjau

Dari Perspektif Hukum Islam di desa Narmada Beleq kecamatan Narmada

Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. (Tesis) Oleh Muhammad Harfin

Zuhdi, konsentrasi studi syari’ah, sekolah Pascasarjana UIN Jakarta 2004.

Dalam literature ini penulis lebih menekankan kepada aspek tata cara

prosedur perkawinan dalam komunitas Islam Wetu Telu di Narmada. Jadi yang

membedakan antara literature ini dengan judul yang akan saya angkat yaitu

praktek shalat yang dilakukan oleh komunitas Islam Wetu Telu di Narmada.

2. Islam Sasak Wetu Telu Versus Wetu Lima, Dr. Erni budi wanti memaparkan

tentang perbedaan Islam Wetu Telu dengan Waktu Lima, serta menunjukkan

serangan dakwah terus menerus yang dilakukan Islam Waktu Lima terhadap

Islam Wetu Telu.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (fild researeh)

yang dilakukan di komunitas Islam Wetu Telu di desa Narmada. Penelitian ini

bersifat mencari penjelasan-penjelasan tentang berbagai aspek kepercayaan dan

praktek keagamaan, terutama dalam pelaksanaan shalatnya. Penelitian ini

Page 17: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

6

termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan pelaku

yang diamati.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah “metode pengumpulan data yang alat pengumpul

datanya adalah panduan observasi, sedangkan sumber data bisa berupa

benda tertentu, atau situasi tertentu, atau proses tertentu dan perilaku

tertentu” dalam definisi lain observasi adalah “pengamatan yang

dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan

gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan”.6

b. Interview (wawancara)

Wawancara mendalam menurut kriyanto adalah “suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung berupa muka

dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam”7.

Sedangkan menurut Jusuf Soewaji wawancara mendalam merupakan

“suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan pedoman

wawancara. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan

data utama, selanjutnya informasi atau data yang lebih detil atau

mendalam dikumpulkan peneliti melalui pengembangan pedoman

wawancara tersebut”.8

6P. Joko subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Rineke

Cipta, 2006. H.63. 7Rachmat Kriyanto, 2006. h.96. 8Jusuf Soewaji, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grafika Indah, 2003. h.11.

Page 18: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

7

c. TeknikPenulisan

Adapun penilisan skripsi ini, menggunakan buku pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yang dipilih adalah Desa Narmada kabupaten Lombok

barat NTB.

4. Teknik analisis data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara

kualitatif. Analisis data dilakukan setelah data-data di lapangan terkumpul secara

berkeseimbangan yang diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai

konsistensi di lapangan. Analisis terhadap informasi lapangan mempertimbangkan

hasil pernyataan-pernyataan yang memungkinkan dianggap mendasar dan

universal.9

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini

peneliti mencoba mengelompokannya berdasarkan hubungan dari setiap masalah

yang ada. Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu:

BAB I: Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian

terdahulu, metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian dan

teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.

9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke arah

Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004, Cet ke-3, h.106.

Page 19: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

8

BAB II: Dalam bab ini akan berisikan mengenai tinjauan teoritis mengenai

definisi shalat, sejarah, dasar hukum shalat dan ruang lingkup

tentang shalat.

BAB III: Sejarah dan definisi Wetu Telu serta gambaran umum lokasi

penelitian. Bab ini mengurai sejarah datangnya Islam Wetu Telu

serta definisinya dan mennerangkan secara umum lokasi penelitian

yang meliputi, profil desa Narmada kabupaten Lombok Barat Nusa

Tenggara Barat, kegiatan-kegiatan Islam Wetu Telu di desa

Narmada kabupaten Lombok Barat NTB.

BAB IV: Penyajian data dan analisis data hasil penelitian. Menyajikan data

hasil wawancara dengan pelaku Wetu Telu tentang tata cara

pelaksanaan shalat pada Islam Wetu Telu dan menganalisis

penyajian data tersebut.

BAB V: Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran

terkait kajian yang dimaksud dari awal sampai akhir pembahasan

beserta lampiran-lampiran terkait.

Page 20: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

9

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SHALAT

A. Pengertian Shalat

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah

mukallaf dan harus dikerjakan dalam kondisi apapun, tidak ada alasan bagi

seseorang tidak melaksanakan shalat, bagi yang tidak melaksanakannya, dia

berdosa. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam

didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang

siapa mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (Islam) dan barang siapa

meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan Allah Swt. yang harus

dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian maupun berjamaah, dan

merupakan media pendekatan diri kepada Allah Swt., serta sarana memohon

apa yang dibutuhkan manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah

Swt., dengan demikian, di dalam shalat terdapat dua unsur: pertama, syukur

kepada Allah Swt, memuja-Nya dan mengagungkan-Nya atas kebesaran dan

keindahan ciptaan-Nya. Kedua, memohon kepada Allah Swt. sang pengabul

do’a hamba. Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima

kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus

dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun

sakit. Macam-macam shalat ada lima: farhu a’in, fardhu kifayah, sunnah,

Page 21: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

10

fadhilah dan nafilah10. Tetapi untuk membatasi bahasan penulisan dalam

permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib secara

umum.

Kata Shalat berasal dari bahasa Arab yang diartikan secara harfiah

dengan do’a11, dan do’a adalah permohonan, sebagaimana yang telah digambarkan

Al-Quran :

)103: التوبة(

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berd’oalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah (9) : 103)

Menurut Jawwad Ali Shalat secara etimologi berarti doa, rahmat, dan

istigfar. Islam telah mempersempit makna shalat sebagai kewajiban ibadah

yang di dalamnya terdapat rukuk, sujud, gerakan-gerakan tertentu, dan

aturan-aturan baku yang tidak bisa mengubah semaunya.12 Shalat bisa pula

bermakna dengan shalawat, pujian, dan berkah.13

Shalat bisa pula bermakna dengan shalawat (QS. Al-Ahzab (33) : 56),

dalam menafsirkan makna shalawat Allah Swt. dan para malaikatnya, Ibnu

10 Abi Al-Qasim Muhammad bin Ahmad bin Juzayya, Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah, (Kairo,

Dar –Al-hadits, 2005) hal. 37. 11 Muhammad bin Ismail As-Shin’ani, Subula As-Salam; Syarah bulug Al-Maram,

(Kairo, Dar Al-Hadits, 2007), Jilid 1, hal. 151. 12 Jawwad Ali, Sejarah Shalat, (Jakarta: Lentera Hati, 2013), cet. II, h. 3. 13 Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah, Menelusuri Asal-usul, Memantapkan

Penghambaan, (Jakarta: Republika Penerbit, 2014), cet. I, h. 30.

Page 22: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

11

Katsir mengemukakan, shalat Allah adalah rahmat, sedangkan shalat

malaikat adalah permohonan ampun.

Sedangkan menurut istilah ahli fiqih, shalat adalah ucapan dan perbuatan

yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, sesuai

dengan syarat tertentu..14 Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan Al-Qur’an,

takbir, tasbih, dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah

gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan

gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.

Istilah shalat berasal dari bahasa Aramaic yang derivasinya dari suku kata

shad, lam, dan alif (shala), yang artinya adalah rukuk atau menunduk. Kata

shalat difungsikan untuk merepresantikan praktik ritual keagamaan,

kemudian digunakan oleh kalangan Yahudi, sehingga sejak itu menjadi

bahasa Aramaic-Ibrani (aramiyah-‘Ibriyah). Kata ini masuk dalam bahasa

Arab melalui jalur Ahli Kitab sebelum datangnya Islam. Umat Yahudi

menggunakan kata “shallutah” pada masa-masa akhir periode Taurat,

sehingga menjadi bahasa popular yang memiliki religi.15

Dalam kamus-kamus bahasa disebut “shalat-shalat Yahudi (Wa shalawat

al-Yahudi), yaitu sinagog-sinagog Yahudi, sementara dalam Al-Quran, Allah

Swt. berfirman:

) 40: الحج(

14 Abdul Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh A’la al-Madzahib al-Arbiah, (Kairo: Dar al-Hadits,

2004), Jilid 1, h. 141. 15 Jawwad Ali, Sejarah Shalat, h. 4.

Page 23: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

12

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman

mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan

Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)

sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan

biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan

masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya

Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya

Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa”. (QS. (22) Al-hajj : 40)

Ibnu Abbas berkata, “shalawat” artinya adalah tempat ibadah Yahudi yang

berasal dari bahasa Ibrani “shalluta”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa makna sholat

tidak jauh dari do’a, yaitu suatu bacaan yang diawali dengan takbiratul Ihram

dan diakhiri dengan salam, tentunya bacaan-bacaan tersebut bersumber dari

Hadits-hadits Nabi Saw. salah, ketika seseorang memaknai sholat dengan

berdoa di dalam hati saja – yaitu tanpa adanya gerakan-gerakan sholat yang

semestinya- karena sholat adalah jatuh pada tataran praktek.

B. Sejarah Tentang Wajibnya Shalat

Berbicara mengenai sejarah shalat, banyak umat muslim yang belum tahu

kapan shalat pertama kali dikerjakan. Mayoritas dari mereka ketika ditanya,

menjawab “saya tidak tahu, sungguh Allah Swt. telah mewajibkan kepada

kita, cukup bagi kita mengerjakan saja apa yang telah diperintahkan kepada

kita”.

Hal senada juga dinyatakan oleh pemeluk Yahudi atau Nasrani ketika

ditanya tentang sejarah shalat. Mereka melaksanakan shalat karena orang tua

Page 24: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

13

mereka mendirikan shalat. Mereka menjalankan ibadah dengan tata cara

warisan leluhur dan pelajaran dari mereka.

Lalu kapankah pelaksanaan shalat itu dimulai dalam kehidupan umat

manusia? Tak ada keterangan detail yang menjelaskan masalah ini. Namun,

dalam Al-Quran terdapat keterangan bahwa para nabi dan rasul yang diutus

oleh Allah semuanya melaksankan ibadah , termasuk shalat.

Hanya saja, bagaimana shalatnya para nabi dan rasul itu, tak diketahui

dengan pasti, kecuali shalat umat Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Melihat dari asal-usul pengertian sholat di atas, bisa dikatakan bahwa sholat

juga dilakukan oleh umat-umat terdahulu sebelum Islam. Pemeluk Yahudi

dan Nasrani dari Arab mengerjakan shalat di tempat-tempat ibadah mereka.

Mereka tahu perihal ibadah shalat dengan tata caranya yang khas.

Dalam sebuah riwayat Hadits Bukhori dan Muslim diakatakan bahwa

peristiwa Isra Miraj adalah yang melatarbelakangi sejarah shalat,

meriwayatkan bahwa sebelum keberangkatannya – dari Masjidil Haram ke

Masjidil Aqsa kemudian naik menuju sidratul Muntaha- Nabi Saw. dibedah

dan di duci hati beliau agar dipenuhi dengan iman. Disiapkan pula untuk

perjalanan beliau suatu kendaraan yang lebih kecil dari pada kuda dan lebih

besar dari pada baghal yang dinamai Buraq, langkahnya sejauh matanya

memandang.

Kemudian Beliau diantar oleh Malaikat Jibril dengan kendaraan itu dari

langit pertama hingga langit ketujuh. Di setiap langit beliau bertemu dengan

Nabi/utusan Allah, bermula dari Adam, lalu Yahya dan Isa as, lalu dilangit

ketiga Nabi yusuf, di langit keempat Nabi Idris, di langit kelima Nabi Harun,

Page 25: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

14

di langit keenam Nabi Musa, dan di langit ketujuh Nabi Ibrahimas. Di sana

terdapat empat sungai, dua diantaranya adalah sungai Nil dan Eufrat dan dua

lainnya adalah sungai surgawi, lalu beliau menuju Bait al-Makmur. Setelah

itu masih menurut Nabi Muhammad: “Aku diberi pilihan tiga gelas berisi

khamr, susu, dan madu. Maka kupilih susu.” Jibril menyatakan: “inilah

fithrah yang diwajibkan kepadamu dan umatmu.” Lalu diwajibkan kepadaku

lima puluh sholat sehari semalam. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu

lagi dengan Nabi Musa as. Yang bertanya tentang apa yang nabi Saw.

peroleh. Ketika Nabi menyampaikan bahwa ada kewajiban lima puluh kali

sholat sehari semalam, Nabi Musa as. Meminta Nabi Saw. untuk memohon

keringanan. Beliau pun kembali dan diringankan lima kali, tetapi ketika

bertemu lagi dengan Nabi Musa, Nabi ini meminta Nabi Saw. kembali

meminta keringanan. Demikianlah, diringankan lagi lima kali. Berulang-

ulang. Berulang-ulang Nabi Saw. bertemu dengan Nabi Musa dan berulang-

ulang pula beliau kembali sehingga akhirnya tinggal lima kali sehari. Ini

masih dianjurkan oleh Nabi Musa agar Nabi Muhammad memohon

keringanan, tetapi beliau berkata: “Aku telah memohon kepada Allah berkali-

kali sehingga aku malu. Aku rela dan menerima itu.” ketika aku dalam

perjalanan pulang kudengar suara mengatakan: “Telah kutetapkan kewajiban

yang kubebankan dan telah kuringankan buat hamba-hamba-Ku.”16

M. Quraish Shihab mengomentari peristiwa di atas: “ada hal yang

disepakati oleh ulama dalam konteks peristiwa ini, yaitu bahwa ketika itulah

sholat lima kali sehari disyariatkan Allah, sedang sebelumnya sholat hanya

16 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Tangerang: Lentera Hati,

2011), Cet. 1, h. 446.

Page 26: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

15

diwajibkan dua kali sehari: pagi dan petang. Ini berarti bahwa sholat

sedemikian penting sehingga Allah Swt. mengundang Nabi-Nya untuk datang

“menemui-Nya” dan menerima langsung kewajiban itu. kita di sini juga wajar

berhenti pada riwayat tentang kewajiban sholat yang telah dihidangkan di

atas, yakni tentang berbolak-baliknya Nabi Saw. meminta keringanan dan

yang terakhir dengan ditetapkannya sholat wajib lima kali sehari semalam.17

C. Dalil-Dalil Al-Quran Tentang Wajibnya Shalat

a. QS. (4) An-Nisa, 103:

Artinya: “Maka dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu adalah

fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

(QS. (4) An-Nisa : 103).

b. QS. (2) Al-Baqarah, Ayat 43:

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta

orang-orang yang ruku” (QS. (2) Al-Baqarah : 43)

c. QS. (2) Al-Baqarah, Ayat 110:

17 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, h. 450

Page 27: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

16

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa

yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat

pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa

yang kamu kerjakan”. (QS. (2) Al-Baqarah : 110)

d. QS. (29) Al-Ankabut, Ayat 4:

Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar”. (QS. (29) Al-Ankabut : 4)

e. QS. (24) An-Nuur, Ayat 56:

Artinya: “Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada

Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat”. (QS. (24) An-Nuur :

56).

f. QS. (87) Al-A’la, Ayat 14, 15:

Artinya: “Sungguh beruntung oranng yang mensucikan diri (dengan

beriman), dan mengingat nama Tuhan-Nya, maka dia shalat” (QS. (87)

Al-A’la : 14,14)

g. QS. (20) Thaha, Ayat 14:

Artinya: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Allah)” (QS.

(20) Thaha: 14).

Page 28: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

17

Dari dalil-dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata-kata perintah shalat dengan

perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.

Dari unsur kata-kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah

sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka

masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain

mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila

shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

D. Dasar Hukum Shalat

Islam adalah agama penyempurna dari agama-agama sebelumya, segala

bentuk ibadah-ibadah telah diatur olehnya, termasuk didalamnya shalat, yang

mana Allah Swt. telah mewajibkan kepada umat Muslim laki-laki atau

perempuan berdasarkan Al-Qur’an , Hadits dan Ijma’.

a. Al-Qur’an:

)النساء :

103(

Artinya: “Maka dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu adalah

fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

(QS. (4) An-Nisa : 103).

Shalat dalam agama-agama dibagi menjadi dua macam: pertama,

shalat “yang diwajibkan”; kedua, yang dianjurkan.” Shalat yang kedua

ini tidak memiliki konsekuensi dosa jika ditinggalkan. Shalat sunah

bisa dilaksanakan secara sukarela bagi siapa pun yang ingin lebih

mendekatkan diri pada Tuhan. Sebagian kalangan Yahudi dan Nasrani

Page 29: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

18

telah mengabaikan sebagai shalat yang dilakukan oleh nenek moyang

mereka. Oleh karena itu, bilangan shalat kaum Yahudi sekarang ini

lebih sedikit dibandingkan dengan yang pernah ada pada zaman

dahulu. Mereka juga telah menyepelekan ketentuan waktu shalat.

Shalat dalam Islam juga ada dua macam: pertama, shalat yang

diwajibkan, yakni shalat fardhu lima waktu yang harus dilaksanakan

tepat pada waktunya; kedua, shalat yang tidak diwajibkan yang terdiri

atas shalat sunah, mustahab, tawathu’.18

a. Hadits:

قاَل رسولُ االلهِ صلى االله عليه وسلم : عنه قال عن عبد االله بن عمر رضي االله

بنِي الإِسلَام على خمسٍ، شهادة أَنْ لَاإله إلّا االله وأَنَّ محمدا رسولُ االله، وإقَامِ (

رواه ) الصلَاة وإِيتاءِ الزكَاة وصومِ رمضانَ وحج البيت لمنِ استطَاع إلَيه سبِيلًا

البخاري والمسلم

Dari Abdullah bin Umar R.A. berkata: Rasulullah Saw. Bersabda:

Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat (bersaksi tiada Tuhan

selain Allah dam Nabi Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan

shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, Haji bagi orang yang

mampu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Hadits diatas bahwa Islam dibangun dengan pondasi yang

kokoh dan kuat, diantaranya shalat, shalat merupakan tolak ukur

seseorang untuk dikatakan muslim atau bukan. Karena ibadah yang

18 Jawwad Ali, Sejarah Shalat, h. 15.

Page 30: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

19

paling utama dan yang paling pertama diwajibkan dari ibadah-ibadah

yang lain adalah shalat.19 Dan shalat juga merupakan amal yang

paling pertama dihisab pada hari kiamat, jika shalatnya berkualiatas

baik maka baik pula seluruh amalan yang lainnya.

b. Ijma’

Para Ulama bersepakat bahwa shalat lima waktu sehari semalam

hukumnya wajib yaitu Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya.

E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan

Seluruh mazhab Islam bersepakat bahwa shalat yang diwajibkan dalam

sehari semalam adalah lima waktu. Mereka juga sepakat dalam masalah

bilangan rakaat. Shalat subuh dua rakaat, shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya,

masing-asing berjumlah empat rakaat. Sedangkan shalat Magrib tiga rakaat.

Tidak ada dalil terperinci dalam Al-Qur’an mengenai bilangan shalat

fardhu, tetapi Surat An-Nisa Ayat 103 bisa dijadikan rujukan walaupun tidak

dijelaskan secara rinci, kita cukup mengimaninya saja, karena ini adalah

ketetapan dari Allah Swt. yang tidak boleh diganggu gugat, sesiapa yang

mengingkarinya maka dinyatakan keluar dari islam (murtad)20.

Sedangkan menurut Hadits, dalil tentang bilangan shalat lima waktu

adalah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: “perumpamaan

shalat lima waktu adalah seperti sungai yang mengalir membanjiri pintu

rumah di antara kamu, mandi dengan air sungai itu setiap hari lima kali”

(HR. Muslim).

19 Sayyid Sabiq, As-Shalat, At-taharat, wa al-wudhu, (Kairo: Daar Al-Fath Lil i’lam Al-

A’rabi, 1996), cet. 1, hal 69. 20 Abdul Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh A’la al-Madzahib al-Arbiah, jilid I, hal. 144.

Page 31: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

20

Shalat lima waktu telah disempurnakan di Madinah. Di kota inilah shalat

lima waktu muncul; sesuatu yang belum ada pada periode Mekkah. Hal ini

dikarenakan perubahan kondisi dan situasi serta perkembangan Islam,

sehingga memungkinkan kaum Muslim untuk mengerjakan ibadah secara

terang-terangan.

F. Batas-Batas Waktu Shalat Fardlu

Shalat mempunyai batas-batas waktu tertentu yang harus dipatuhi,

seseorang tidak boleh mengerjakan shalat disembarang waktu, tidak dianggap

sah shalatnya seseorang jika shalat tidak dikerjakan tidak pada waktunya.

sesuai dengan firman Allah Swt.: Artinya: “Maka dirikanlah shalat.

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang-orang yang beriman”. (QS. (4) An-Nisa : 103).

Al-Qur’an juga memberi petunjuk tentang waktu-waktu shalat,

sebagaimana dalam QS. (11) Hud, Ayat 114:

Artinya: “Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang)

dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan baik itu menghapus

kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah.

(QS. (11) Hud : 114)

Para mufassir berbeda pendapat tentang arti tharafayi an-nahar, Ali bin

Abi Talhah berpendapat kalimat tersebut berarti subuh dan magrib,

sedangkan Al-Hasan mengatakan kalimat tersebut berarti subuh dan ashar.

Sedangkan kalimat zulafan min Al-laili Ibnu Abbas, Mujahid dan Hasan

Page 32: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

21

mengartikannya dengan shalat isya dan ada juga yang mengartikannya

dengan shalat magrib dan isya ini menurut Hasan dari riwayat Ibnu

Mubarak.21

Ayat lain –tepatnya QS. (18) Al-Isra : 78- memerintahkan shalat ketika

matahari tergelincir sampai gelap malam, juga menerangkan waktu-waktu

shalat yang lima, tergelincir matahari untuk waktu shalat dzuhur dan ashar,

gelap malam waktu untuk magrib dan Isya. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap

malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh, sesungguhnya shalat subuh itu

disaksikan (oleh malaikat)” (QS. (18) Al-Isra : 78).

Allah Swt. berfirman kepada Rasulullah Saw. untuk melaksanakan shalat

pada waktunya, Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibn Zaid lafadz duluki artinya

terbenamnya matahari, sedangkan lafadz gasaqi artinya gelapnya malam.

Terbenamnya matahari mencakup shalat dzuhur, ashar, magrib, i’sya dan

shalat subuh ada pada kalimat Wa Qurana Al-Fajr.22

Dari beberapa petunjuk ayat di atas, dapat diperinci waktu-waktunya

sebagai berikut:

1. Shalat Dzuhur

Secara bahasa Dzuhur berarti waktu zawal yaitu waktu

tergelincirnya matahari (waktu matahari bergeser dari tengah-tengah

21 Abi Al-Fida Ismail ibn Umar Ibn Katsir Ad-damasyqi, Tafsir Al-Quran Al-A’dzhim,

(Riyad : Daar At-tayyibah li An-Nasyr wa at-Tauzi’, 1997) Cet. 1, Jilid. 4, Hal. 354. 22 Abi Al-Fida Ismail ibn Umar Ibn Katsir Ad-damasyqi, Tafsir Al-Quran Al-A’dzhim,

Jilid. 5, Hal. 101.

Page 33: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

22

langit) menuju arah tenggelamnya (barat). Sholat dzuhur adalah sholat

yang dikerjakan ketika waktu dzuhur telah masuk. Sholat dzuhur

disebut juga sholat Al Uulaa (الأُوْلَى) karena sholat yang pertama kali

dikerjakan Nabi Saw. bersama Jibril ‘Alaihis salam.23

Awal waktu zhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari

tengah langit menuju arah tenggelamnya (barat). Hal ini merupakan

kesepakatan seluruh kaum muslimin, dalilnya adalah hadits Nabi Saw.

dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr r.a.:

وقْت الظُّهرِ إِذَا زالَت الشّمس وكَانَ ظلُّ الرّجلِ كَطُوله ما لَم يحضرِ رصالْع……..

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju

arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana

tingginya selama belum masuk waktu ‘Ashar……….” (HR. Muslim)

Para ulama bersilisih pendapat mengenai akhir waktu dzuhur

namun pendapat yang lebih tepat dan ini adalah pendapat

jumhur/mayoritas ulama adalah hingga panjang bayang-bayang

seseorang semisal dengan tingginya (masuknya waktu ‘ashar).24

2. Shalat Ashar

Ashar diartikan sebagai waktu sore hingga matahari memerah yaitu

akhir dari dalam sehari. Shalat ashar adalah shalat ketika telah masuk

waktu ashar, shalat ashar ini juga disebut shalat wushtho (الوُسْطَى).

23 Abdul Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh A’la al-Madzahib al-Arbiah, Jilid 1, hal. 143. 24 Artikel ini diakses pada tanggal 18 Januari 2017 Pukul 15.30 dari

http://muslim.or.id/6258-waktu-waktu-shalat.html.

Page 34: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

23

Awal waktu ashar yaitu jika panjang bayangan sesuatu telah

semisal dengan tingginya (menurut pendapat jumhur ulama) sampai

terbenamnya matahari. Dalilnya adalah hadits Nabi Saw.:

قْتوو رصرِ الْعضحي ا لَمم هلِ كَطُولجّلُّ الركَانَ ظو سمّالش الَترِ إِذَا زالظُّه قْتو

سمّالش ّفَرصت ا لَمرِ مصالْع……

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju

arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya

selama belum masuk waktu ashar dan waktu ashar masih tetap ada

selama matahari belum menguning………”(HR. Muslim). 3. Shalat Magrib

Maghrib berarti waktu dan arah tempat tenggelamnya matahari.

Sholat maghrib adalah sholat yang dilaksanakan pada waktu

tenggelamnya matahari. Awal waktu sholat maghrib adalah ketika

matahari telah tenggelam hingga matahari benar-benar tenggelam

sempurna. Sedangkan akhir waktu shalat magrib adalah hilangnya

syafaq yaitu cahaya kemerah-merahan.

4. Shalat Isya

Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai gelap

(setelah maghrib) hingga sepertiga malam yang awal. Sholat ‘isya’

disebut demikian karena dikerjakan pada waktu tersebut.

Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat ‘isya’ adalah jika

telah hilang sinar merah di langit. Sedangkan akhir waktu shalat Isya’

Page 35: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

24

adalah hingga setengah malam berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr

sedangkan batas waktu bolehnya mengerjakan sholat ‘isya’ adalah

hingga terbit fajar berdasarkan hadits Abu Qotadah.

5. Shalat Shubuh

Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut juga

sebagai sholat shubuh dan sholat ghodah. Fajar ada dua jenis yaitu

fajar pertama fajar kadzib yang merupakan pancaran sinar putih yang

mencuat ka atas kemudian hilang dan setelah itu langit kembali gelap.

Fajar kedua adalah fajar shodiq yang merupakan cahaya putih yang

memanjang di arah ufuk, cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih

terang hingga terbit matahari.

Para ulama sepakat bahwa awal waktu shalat fajar dimulai sejak

terbitnya fajar kedua/fajar shodiq. Para ulama juga sepakat bahwa

akhir waktu shalat fajar dimulai sejak terbitnya matahari.

Page 36: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

25

BAB III

SEKILAS TENTANG WETU TELU DAN GAMBARAN UMUM DESA

NARMADA DASAN TERENG

A. Sejarah Wetu Telu

Awal mula kedatangan Islam ke pulau Lombok adalah seiring dengan

perkembangan Islam di Nusantara dan keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Masuknya Islam ke tanah Lombok diduga diabwa oleh pedagang-pedagang

muslim yang berniaga di Lombok yang kemudian menyebarkan agamanya.

Dalam Babad Lombok dijelaskan bahwa Sunan Ratu Giri memerintahkan

Raja-Raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke

Indonesia bagian utara. Beberapa orang yang ditugasakan itu adalah Lembok

Mangkurat dan pasukannya dikirim ke Banjar, Datu Bandan dikirim ke

Selayar, Makassar,Tidore dan Seram, Pangeran Perapen mengirim anak laki-

lakinya untuk berlayar menyiarkan Islam ke Bali, Lombok dan Sumbawa.25

Amaq Sumiati pelaku Wetu Telu menjelaskan bahwa sejarah Wetu Telu

datangnya Da’i yang datang dari tanah Jawa, sekitar tahun 1600 M. Melalui

daerah Bayan, wilayah Lombok bagian utara yang sekarang menjadi

kabupaten Lombok Utara. Para Da’i berdakwah dengan menggunakan

metode-metode pendekatan keilmuwan dan dengan mempertimbangkan

situasi saat itu. Ketika itu masyarakat pulau Lombok masih dalam keadaan

25Artikel diakses pada 12 Januari 2017 pukul 22.57 WIB dari http://kebudayaanindonesia.net/

Page 37: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

26

kepercayaan animisme, yakni pengaruh Hindu dan Budha. Maka para Dai

dalam berdakwah memperkenalkan Islam tidak dengan secara terbuka tetapi

dengan cara menyentuh kepada ketuhanan. Kemudian tentang metode

bagaimana caranya para Da’i (yang dalam bahasa sasak ngamar) memulai

dengan memperkenalkan dari mana asal kejadian manusia, supaya mengenal

diri manusia setelah itu nantinya dia akan mengenal Tuhannya.26

Riwayat lain menyebutkan bahwa sebelum masuknya Islam, masyarakat

yang mendiami pulau Lombok berturut-turut menganut kepercayaan

animisme, dinamisme kemudian Hindu. Islam pertama kali masuk melalui

para wali dari pulau Jawa yakni Sunan Prapen pada sekitar abad XVI, setelah

runtuhnya kerajaan Majapahit. Sunan Prapen merupakan Raja ke 4 dari dinasti Giri

Kedaton. Ia merupakan anak dari Sunan Dalem penerus Giri yg ke 2. Sunan Prapen lahir

tahun 1432 saka atau 1510 Masehi. Pada umur 46 tahun menjadi Raja Giri ke 4

bertepatan tahun 1556 M. Dan meninggal dunia tahun 2605 M. umur Sunan

Prapen 95 tahun. Dan memimpin kerajaan Giri Kedaton selama 49 tahun.27

Setelah pangeran tiba di tanah Lombok, pangeran Prapen diterima dengan

baik oleh Raja Lombok, setelah memaparkan misi sucinya Raja Lombok pun

bersedia masuk Islam. Akan tetapi Rakyat Sasak belum bisa menerima

kehadiran agama Islam di tanah mereka sehingga Raja Lombok pun dihasut

oleh rakyat sampai terjadi peperangan antara kedua belah pihak yaitu pasukan

pangeran Prapen dan rakyat sasak yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan

Pangeran Perapen. Atas kemenangan tersebut, Pangeran Perapen dan

pasukannya pun mengislamkan Raja beserta kedatuan-kedatuan lainnya

26 Wawancara pribadi dengan Amaq Sumiati, Pelaku Wetu Telu, Narmada 15 febururi 2014 Pukul 9.27 WITA 27 Lalu Lukman, Pulau Lombok dalam sejarah, Cet. 4, 2007.

Page 38: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

27

seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak

(Lombok Utara). Dan juga ada kedatuan-kedatuan yang dengan sukarela

masuk islam yaitu Parigi dan Sarwadadi. Pangeran Prapen juga

mengislamkan masyarakat Lombok dan menghitan para lelaki serta

mengharamakan pura, meru, babi dan sanggah. Pasca itu, Agama Islam

berkembang dengan sangat pesat Di Pulau Lombok. Hal ini tidak terlepas dari

beberapa faktor yang membuat Islam dengan mudah diterima di Tanah

Lombok.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah (1) Agama Islam dianggap

sebagai agama yang demokratis, (2) Agama Islam bukan merupakan ajaran

yang asing lagi bagi masyarakat Sasak, (3) penyebaran Agama Islam

dilakukan secara damai seperti melalui pereragangan dan perkawinan, (4)

terjadinya kekosongan rohani rakyat akibat runtuhnya Kerajaan Majapahit

dan (5) dakwah dari para guru dan ulama yang intensif.

Pasca kesuksesan Sunan Prapen mengislamkan masyarakat suku Sasak

saat itu, Sunan Prapen bergegas meninggalkan Lombok untuk menyebarkan

agama Islam ke wilayah Sumbawa dan Bima. Akan tetapi, sepeninggalan

Sunan Prapen timbul masalah baru di kalangan masyarakat suku Sasak, yakni

kaum wanita suku Sasak menolak memeluk agama Islam. Tak hanya itu,

masyarakat Sasak juga terpecah menjadi 3 golongan yaitu golongan yang

memilih mempertahankan kepercayaan lamanya dan lari ke hutan (orang

Boda), golongan yang takluk dan memeluk Islam (Waktu Lima) dan

golongan yang hanya takluk pada kekuasaan Sunan Prapen (Wetu Telu).

Akibat dari adanya masalah ini Sunan Prapen akhirnya kembali lagi ke

Page 39: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

28

Lombok untuk meluruskan dan memperbaiki penyebaran Islam di Lombok.

Dari ketiga golongan tersebut, Islam Wetu Telu adalah golongan yang

keberadaannya masih bertahan sampai sekarang. Hal ini disebabkan oleh

proses Islamisasi yang belum tuntas sebagai penyebab utama munculnya

Islam Wetu Telu. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Kedatangan Islam pada saat kuatnya kepercayaan tradisional seperti

animisme, dinamisme, dan Boda.

2. Dominasi ajaran Hindu Majapahit yang telah berakar kuat di

masyarakat.

3. Para mubaligh dan ulama yang menyampaikan ajaran agama Islam

terburu-buru meninggalkan tempat tugasnya untuk menyebarkan

agama Islam ke tempat lain seperti Sumbawa, Dompu, dan Bima.

4. Para murid yang menjadi kepanjangan tangan para mubaligh dan

ulama belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan ajaran

Islam secara rasional dan

5. Metode dakwah yang sangat toleran dengan komitmen tidak akan

merusak adat istiadat setempat.

Menurut Lalu Lukman dalam bukunya disampaikan juga dugaan bahwa praktik

Wetu Telu bertahan karena para wali yang menyebarkan Islam pertama kali

tersebut, tidak sempat menyelesaikan ajarannya, sehingga masyarakat waktu

itu terjebak pada masa peralihan. Para murid yang ditinggalkan tidak

memiliki keberanian untuk mengubah praktik pada masa peralihan tersebut ke

arah praktik Islam yang lengkap. Hal itulah salah satu penyebab masih dapat

ditemukannya penganut Wetu Telu sampai masa modern ini. Bahasa

Page 40: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

29

pengantar yang digunakan para penyebar tersebut adalah bahasa Jawa Kuno.

Dalam menyampaikan ajaran Islam, para wali tersebut tidak serta merta

menghilangkan kebiasaan lama masyarakat yang masih menganut

kepercayaan lamanya. Bahkan terjadi akulturasi antara Islam dengan budaya

masyarakat setempat, karena para penyebar tersebut memanfaatkan adat-

istiadat setempat untuk mempermudah penyampaian dan penyebaran Islam.

Kitab-kitab ajaran agama pada masa itu ditulis ulang dalam bahasa Jawa

Kuno. Bahkan syahadat bagi para penganut Wetu Telu dilengkapi dengan

kalimat dalam bahasa Jawa Kuno. Pada masa itu, yang diwajibkan untuk

melakukan peribadatan adalah para kiai atau pemangku adat saja (sebutan

untuk pewaris adat istiadat nenek moyang).

Salah satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran

agama Islam adalah masjid kuno Bayan Beleq.28 Al-Fadal salah satu penyebar Islam

di Bayan mengatakan bahwa komunitas Islam Wetu Telu adalah sistem kepercayaan

sinkretik hasil saling-silang ajaran Islam, Hindu, unsur animisme dan

antropomorfisme (Boda). Adanya sinkretisme semacam itu tercermin pula pada

sejumlah lontar yang ditemukan di Lombok, banyak diantara lontar tersebut yang

dimulai dari lafaz “Bismillah” tapi selanjutnya memberikan ajaran yang jelas-jelas

berdasarkan filsafat Hindu dan Budha. Oleh karena itu Vogellasaeng mengatakan

bahwa Islam Wetu Telu adalah agama Majapahit (Hindu dan Budha) yang sudah

ipernis dengan ajaran Islam. 29

Erni Budiwati mengatakan sebelum kedatangan pengaruh asing di

Lombok, Boda merupakan kepercayaan asli orang Sasak atau dikenal juga

28 Muhammad Ahyar Fadly, Islam Lokal, STAIIQ Press, Cet 1 Maret 2008, hlm 36 29 Bahrie S,Pd., H. sudirman, S,Pd., L. Rarmaja, S,Pd, Islam Wetu Telu di Bumi Sasak,

hlm. 9

Page 41: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

30

dengan Sasak-Boda. Kendati demikian kepercayaan Boda ini tidaklah sama

dengan Budhisme karena ia tidak mengakui Sidharta Gautama atau Sang

Budha sebagai figur utama pemujaannya maupun terhadap ajaran

pencerahannya. Agama Boda dari orang Sasak asli terutama ditandai oleh

animisme dan panteisme.30 Pemujaan dan penyembahan terhadap roh-roh

leluhur dan berbagai dewa lokal lainnya merupakan fokus utama dari praktek

keagamaan Sasak-Boda.

Islam Wetu Telu meskipun dasar-dasar syri’atnya sudah dilaksanakan,

tetapi mereka masih melaksanakan ajaran-ajaran yang berbau Hindu seperti

pemujaan-pemujaan terhadap pedewak. beralihnya agama Hindu pada agama

Islam tidaklah sekaligus, tetapi berangsur-angsur yang dikenal dengan priode

peralihan. Islam masuk ke pulau Lombok pertama-tama sekitar pada abad ke-

16, setelah runtuhnya Majapahit. Islam masuk melalui adat Hindu yakni

dengan cara tidak menyinggung kepercayaan agama lain, dengan cara tidak

bertentangan dengan syari’at. seperti Al-Qur’an ditulis dengan tangan, huruf-

huruf arab ditulis dengan memakai bahasa jawa kuno dengan menggunakan

tembang-tembang. Salah satu contoh syahadatain, yang berbunyi:“ASYHADU

ANLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADA

ROSULULLAH” kemudian ditulis atau digantikan digantikan dengan bahasa

jawa kuno yang berbunyi: “URUH INSUN SATUHANE PANGERAN

AMUNG ALLAH LAN URUH SATUHUNE NABI MUHAMMAD UTUSAN

ALLAH”. dari tulisan di atas jelaslah dasar-dasar inti dari ajaran Wetu Telu

adalah Islam. Maka ada kemungkinan sebelum masa peralihan tersebut

30 Secara harfiah artinya adalah "Tuhan adalah Semuanya" dan "Semua adalah Tuhan". Ini merupakan sebuah pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa alam semesta atau alam dan Tuhan adalah sama.

Page 42: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

31

penyebar Islam sudah meningglkan pulau Lombok lalu sebagai bentuk

kepatuhannya para murid kepada guru tidak mau beranjak untuk perubahan

kesempurnaan.

B. Arti dan Makna Wetu Telu

Penyebutan istilah Wetu Telu mempunyai perspektif yang berbeda-beda.

Komunitas Waktu Lima menyatakan bahwa Wetu Telu sebagai waktu tiga

dan mengaitkan makna ini dengan reduksi seluruh ibadah Islam menjadi tiga.

Dan inilah beberapa arti dan makna Wetu Telu dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Wetu berarti hukum dan Telu berarti tiga. Adapun hukum yang yang

ketiga yang dimaksudkan adalah: adat, agama dan pemerintah.

2. Semua makhluk hidup muncul (metu) melalui tiga jenis sistem, yaitu:

a. Mentiuq (berkembang biak dari benih) seperti tumbuhan.

b. Menteluq (bertelur) seperti unggas.

c. Menganak (melahirkan) seperti manusia.

3. Pengakuan terhadap Tuhan, Adam dan Hawa.

4. Keharusan semua makhluk hidup melalui tiga tahapan rangkaian

siklus, yaitu: menganak (dilahirkan), urip (hidup) dan mate (meninggal

dunia).

5. Kepercayaan masyarakat terhadap Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ para

ulama.

6. Kenyataan hidup yang tidak pernah terlepas dari: hari, bulan, tahun.

Page 43: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

32

C. Perubahan Keagamaan Islam Wetu Telu

a. Pergeseran Praktek Keagamaan Masyarakat Wetu Telu

Islam Wetu Telu di Narmada adalah suatu realitas kehidupan

keagamaan yang bercirikan paham keagamaan dalam aspek-aspek tertentu

berbeda dengan Islam Waktu Lima. Ciri khas praktek keagamaan Wetu

Telu antara lain, seperti: keterlibatan arwah leluhur dalam menyampaikan

permohonan seseorang atau sekelompok orang pada Tuhan, Peran

dominan Kiai dalam semua upacara ritual keagamaan, kewajiban shalat

dan puasa hanya diserahkan kepada Kiai untuk melakukannya,

dibayarkannya dua jenis zakat fitrah, yaitu fitrah urif dan fitrah Pati oleh

masyarakat konon zakat fitrah yang hanya boleh dibayarkan kepada Kiai,

dan yang paling penting adalah dijadikannya norma adat sebagai pedoman

dominan dalam melaksanakan semua bentuk kepercayaan dan praktek

ritual keagamaan serta prilaku keagamaan dalam kehidupan keseharian.

Paham dan praktek keagamaan Wetu Telu merupakan suatu

realitas sosial, dalam arti bahwa masyarakat Wetu Telu dengan ciri-cirinya

tersebut diatas merupakan sesuatu yang riil, bekerja menurut prinsip-

prinsipnya sendiri yang khas, yang tidak hanya mencerminkan maksud-

maksud individual yang sadar, berada secara terlepas dari individu-

individu yang berada di dalamnya, karena masyarakat merupakan suatu

kenyataan yang lebih dari pada sekedar jumlah bagian-bagiannya.

Di sisi lain, masyarakat Wetu Telu Narmada bisa dipandang dalam

posisi nominal, sehingga sebenarnya hanya individu-individu yang riil

secara obyektif, sedang masyarakat hanya suatu nama yang menunjukkan

Page 44: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

33

pada sekumpulan individu-individu. Berikut ini akan dipaparkan

bagaimana individu-individu tertentu di desa atau masyarakat desa ini

telah melakukan tindakan perubahan keagamaan sebagai suatu realiatas

sosial obyektif keagamaan yang lain (Islam Waktu Lima) yang berbeda

dari realitas obyektif yang telah ada (Islam Wetu Telu), setelah Nahdhatul

Wathan31 berupaya melenyapkan bercampurnya norma adat dengan nilai-

nilai ajaran Islam yang sebenarnya melalui aktivitas dakwah Islamiyah.

Berbeda dengan sekarang ini, masyarakat Narmada sudah

menjadikan Islam sebagai anutannya. Masyarakat Islam Narmada telah

menjalankan shalat lima kali sehari semalam, berpuasa selama bulan

Ramadhan, zakat fitrah tidak lagi diserahkan kepada para Kiai atau

penghulu, melainkan kepada orang yang memang berhak menerimanya

(mustahiq) seperti fakir dan miskin. Di kalangan masyarakat juga tidak

tampak lagi kepercayaan tentang hari baik ketidak beruntungan seseorang

di dalam menjalankan suatu kegiatan atau suatu usahanya, atau

keterlibatan arwah leluhur di dalam menyampaikan permohonan seseorang

atau sekelompok orang kepada Tuhan. Zakat tidak lagi diserahkan kepada

para Kiai, melainkan kepada orang yang memang berhak menerimanya

seperti fakir miskin; mereka juga tidak mau lagi mengikuti prakek-praktek

adat yang selain tiak masuk dalam akal pikiran, dan membutuhkan biaya

yang sangat besar, serta mengarah kepada sikap boros, dan yang sangat

penting adalah dijadikanya ajaran Islam sebagai pedoman di dalam

bersikap dan berperilaku dalam masyarakat.

31 Sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, didirikan oleh Tuan Guru (TG.) KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dijuluki Tuan Guru Pancor pada tanggal 1 Maret 1953 bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1372.

Page 45: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

34

Dari hasil pengamatan di lapangan dan beberapa informan

menyatakan bahwa masyarakat bahwa masyarakat Narmada saat ini,

sesudah menjadikan Islam sebagai aturannya, mereka juga telah

mempraktikkan ajaran Islam dalam setiap kegiatan keseharia. Masyarakat

juga telah meninggalkan berbagai praktek ritual yang setiap

pelaksanaannya diiringi dengan acara makan dan minum secara

berlebihan. Sebaliknya saat ini, masyarakat sudah mulai mempergunakan

akal pikirannya di dalam memahami ajaran Islam. Selain itu, mereka juga

mulai rasional, penuh perhitungan, hemat, serta teliti di dalam setiap

aktivitas kesehariannya.

Senada dengan pernyataan di atas, Tuan Guru Afifuddin (70 tahun)

salah seorang da’i ketika itu, menyatakan bahwa kami merasa bersyukur

melihat perkembangan masyarakat Narmada yang sekarang ini sudah

menjalankan syari’at Islam secara utuh dan konsisten, berbeda dengan

ketika kami pertama kali datang dulu, kami dituduh sebagai orang yang

merusak adat atau tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Berdasarkan realitas di atas, nampaklah bahwa telah terjadi

perubahan keagamaan masyarakat Wetu Telu ke Islam Waktu Lima di

Narmada. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana proses perubahan

keagamaan itu terjadi, bagaimana sikap dan perilaku keagamaan

masyarakat, dan apa saja yang diperoleh oleh orang-orang yang

melakukan praktek keagamaan tersebut.

Page 46: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

35

b. Proses Terjadinya Perubahan Keagamaan Islam Wetu Telu

Pesatnya perkembangan kepercayaan Wetu Telu terutama di wilayah

Narmada telah mendorong organisasi keagamaan Nahdhatul Wathan untuk

masuk ke dalam kelompok Wetu Telu dan berusaha untuk mendorong

mereka melakukan perubahan keagamaan ke Islam Waktu Lima dengan

cara melepaskan mereka dari pengaruh tradisi yang diwariskan oleh para

leluhur dan memebersihkan mereka dari sistem kepercayaan dan praktik-

praktik ritual yang berdasarkan norma adat yang bertentangan dengan

ajaran Islam.

Dalam menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat Wetu Telu

Narmada, setidaknya terdapat tiga mekanisme dakwah yang dipergunakan

Nahdlatul Wathan yaitu:

1) Dakwah melalui Madrasah.

2) Dakwah melalui Majlis Taklim.

3) Dakwah melalui khutbah dan ceramah pada moment penting

hari besar Islam.

D. Profil Desa Narmada Dasan Tereng

Desa Narmada merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan

Narmada, kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

Desa Narmada merupakan satu dari 16 desa dan kelurahan yang berada di

kecamatan Narmada. Desa ini memiliki kode pos 83371. Desa ini memiliki

jumlah penduduknya sebagian besar bersuku daerah Sasak. Terletak di bagian

barat pulau Lombok. Narmada terletak 10 kilometer di sebelah timur kota

Mataram. Kota ini terkenal dengan julukan kota "Air". Hal ini didasarkan

Page 47: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

36

pada kenyataan bahwa Narmada mempunyai banyak mata air. Mata air

berasal dari simpanan air hutan di daerah Narmada yang terletak di Suranadi

dan Sesaot. Desa Narmada memiliki Moto "AIR" yang merupakan singkatan

dari "Aman, Indah, Rapi".32

E. Kegiatan-Kegiatan Penganut Islam Wetu Telu Desa Narmada

Setiap daerah di Indonesia mempunyai adat istiadat atau kegiatan

kemasyarakatan yang sangat beragam, begitu pun yang terjadi pada

masyarakat Islam Wetu Telu desa Narmada yang notabene –sebelum

datangnya Islam- adalah desa pedalaman, mayoritas penduduknya adalah

suku Sasak yang mempunyai adat istiadat yang sangat kental, adat istiadat itu

sudah bercampur sehubungan datangnya Islam Wetu Telu. adapun kegiatan-

kegiatan Masyarakat Islam Wetu Telu Desa Narmada adalah sebagai berikut:

1. Buang Au (Upacara Kelahiran)

Merupakan upacara pembuangan abu dari arang yang dibakar

dukun beranak (belian) setelah membantu persalinan. Upacara ini

dilaksanakan kira-kira satu minggu setelah melahirkan. Pada saat itu

pula orang tua mengumumkan nama anaknya setelah berkonsultasi

dengan pemangku atau kyai mengenai nama yang cocok untuk

anaknya.

2. Ngurisang (Pemotongan Rambut)

Merupakan upacara pemotongan rambut yang dilakukan setelah

buang au. Upacara ini diadakan untuk seorang anak yang sudah

mencapai usia antara 1 sampai 7 tahun. Ngurisang dianggap penting

32 Wawancara pribadi dengan Yudi, Warga Desa Narmada, Narmada, 25 februari 2014,

Pukul 16.21 WITA

Page 48: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

37

karena setelah ini anak yang menjalaninya disebut selam (Muslim)

sebagai lawan dari Boda, artinya orang yang belum di-Islam-kan.

3. Ngitanang (Khitanan)

Ngitanang yaitu ritual yang dilakukan saat anak berusia antara 3

hingga 10 tahun. Seperti buang au dan ngurisang, ngitanang juga

dipandang sebagai simbol peng-Islam-an. Seorang anak masih tetap

Boda sampai ia dikhitan.

4. Merosok (Meratakan Gigi)

Merupakan upacara yang menandai peralihan dari kanak-kanak

menjadi dewasa. Dalam upacara ini pemangku atau kyai

menghaluskan gigi bagian depan anak laki-laki dan gadis remaja yang

berbaring di berugak.

5. Merari/Mulang (“mencuri” Gadis) dan Metikah (Perkawinan)

Merari yaitu mencuri gadis yang hendak dinikahkan. Calon

mempelai wanita menyelinap keluar dari rumah orang tuanya seperti

sudah direncanakan sebelumn. Penculikan ini dianggap berhasil bila

mempelai wanita dan pria menyembunyikan diri di suatu tempat

rahasia biasanya di rumah keluarga mempelai pria seperti paman an

bibi atau rumah salah seorang kerabat terdekat mempelai pria.

Warna Islam memang ada dalam kepercayaan Wetu Telu, warna islam

juga ditemukan dalam ritual-ritual yang diselenggarakan pada hari besar

Islam, seperti halnya Masyarakat di bayan, penganut Wetu Telu di Narmada

juga memperingati hari-hari besar Islam, bedanya dengan penganut Waku

Lima mereka mengikuti waktu yang ditentukan oleh Departemen Agama,

Page 49: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

38

sedangkan Wetu Telu menggunakan naptu (perhitungan tradisional) mereka

sendiri dalam menetapkan tanggal yang tepat untuk menyelenggarakan hari

besar Islam. Adapun ritual yang diselenggarakan yaitu:33

1. Rowah Wulan dan Sampet Jum’at34

Kedua upacara ini dimaksudkan untuk menyambut tibanya bulan

puasa (Ramadlan). Rowah Wulan diselenggarakan pada hari pertama

bulan Sya’ban, sedangkan Sampet Jum’at dilaksanakan pada jum’at

terakhir bulan Sya’ban. Tujuannya adalah sebagai upacara

pembersihan diri menyambut bulan puasa, saat mereka diminta untuk

menahan diri dari perbuatan yang dilarang guna menjaga kesucian

bulan puasa.

Upacara-upacara ini tergolong unik, karena masyarakat Wetu Telu

sendiri tidak melakukan puasa. Yang melaksanakan hanyalah para

Kiai, itupun tidak sama dengan tata cara berpuasa yang dilakukan oleh

penganut Waktu Lima.

2. Maleman Qunut dan Maleman Likuran

Maleman qunut merupakan peringatan yang menandai

keberhasilan melewati separuh bulan puasa. Upacara ini dilaksanakan

pada malam keenam belas dari bulan puasa. Bila dibandingkan dengan

Waktu Lima, pada malam keenam belas dalam pelaksanaan rakaat

terakhir shalat witir setelah shalat tarawih disisipkan qunut. Barangkali

atas dasar ini kemudian Wetu Telu menyelenggarakan Maleman

33 Erni Budiwanti, Islam Sasak, WetuTelu versus wetu Lima, (Yogyakarta: LKiS, 2000) Cet 2, h.156

34 Secara Harfiah Sampet berarti tutup. Jum’at terakhir bulan Saban adalah tutupan (Sampet). Ini berarti bahwa pesta-pesta dan perilaku yang berlebihan sudah tidak dibenarkan lagi.

Page 50: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

39

Qunut. Sedangkan Maleman Likuran35 merupakan upacara yang

dilaksanakan pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29 bulan puasa.

Perayaan tersebut dinamakan maleman selikur, maleman telu likur,

maleman selae, maleman pitu likur, dan maleman siwak likur. Pada

malam ini masyarakat Wetu Telu secara bergiliran menghidangkan

makanan untuk para kyai yang melaksanakan shalat tarawih di masjid

kuno. Adapun pada malam ke-22, 24, 26, dan 28 dirayakan dengan

makan bersama oleh para kyai. Perayaan ini disebut sedekah maleman

likuran.

3. Maleman Pitrah dan Lebaran Tinggi

Maleman Pitrah identik dengan saat pembayaran zakat fitrah di

kalangan Waktu Lima. Hanya saja dalam tradisi Wetu Telu terdapat

sejumlah perbedaan dalam tata cara pelaksanaannya dengan Waktu

Lima. Dalam tradisi Wetu Telu, maleman Pitrah merupakan saat

dimana masing-masing anggota masyarakat mengumpulkan pitrah

kepada para kyai yang melaksanakan puasa dan hanya dibagikan di

antara para kyai saja. Bentuk pitrahnya pun berbeda. Dalam ajaran

Waktu Lima, yang juga mentradisi di kalangan Islam pada umumnya,

zakat fitrah hanya berupa bahan makanan dengan jumlah tertentu dan

hanya dikeluarkan untuk orang-orang yang hidup. Dalam tradisi Wetu

Telu, Pitrahnya berupa makanan, hasil pertanian, maupun uang,

termasuk uang kuno, dan berlaku baik untuk yang masih hidup

maupun yang sudah meninggal. Untuk yang masih hidup Pitrah itu

35 Secara Harfiah, Maleman berarti malam, sedangkan Linkuran berarti dua puluhan.

Page 51: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

40

disebut Pitrah Urip, sedangkan untuk yang sudah meninggal disebut

Pitrah Pati.

Sedangkan Lebaran Tinggi identik dengan pelaksanaan hari raya

Idul Fitri bagi penganut Waktu Lima. Bedanya, dalam upacara Lebaran

Tinggi diadakan acara makan bersama antara pemuka agama dan

pemuka adat, serta masyarakat penganut Wetu Telu.

4. Lebaran Topat

Lebaran Topat diadakan seminggu setelah upacara Lebaran Tinggi.

Dalam perayaan ini, seluruh Kyai dipimpin Penghulu melakukan

Sembahyang Qulhu Sataq atau shalat empat rakaat yang menandai

pembacaan surat Al-Ikhlas masing-masing seratus kali. Lebaran Topat

berakhir dengan makan bersama di antara para kyai. Dalam perayaan

ini, ketupat menjadi santapan ritual utama.

5. Lebaran Pendek

Lebaran Pendek identik dengan pelaksanaan hari raya Idul Adha di

kalangan Waktu Lima. Pelaksanaannya dilakukan dua bulan setelah

lebaran topat. Dimulai dengan shalat berjamaah di antara para Kyai

disusul acara makan bersama dan setelah itu dilanjutkan dengan

pemotongan kambing berwarna hitam.

6. Maleman Pitrah dan Lebaran Tinggi

Maleman Pitrah identik dengan saat pembayaran zakat fitrah di

kalangan Waktu Lima. Hanya saja dalam tradisi Wetu Telu terdapat

sejumlah perbedaan dalam tata cara pelaksanaannya dengan Waktu

Lima. Dalam tradisi Wetu Telu, maleman Pitrah merupakan saat

Page 52: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

41

dimana masing-masing anggota masyarakat mengumpulkan pitrah

kepada para kyai yang melaksanakan puasa dan hanya dibagikan di

antara para kyai saja. Bentuk pitrahnya pun berbeda. Dalam ajaran

Waktu Lima, yang juga mentradisi di kalangan Islam pada umumnya,

zakat fitrah hanya berupa bahan makanan dengan jumlah tertentu dan

hanya dikeluarkan untuk orang-orang yang hidup. Dalam tradisi Wetu

Telu, Pitrahnya berupa makanan, hasil pertanian, maupun uang,

termasuk uang kuno, dan berlaku baik untuk yang masih hidup

maupun yang sudah meninggal. Untuk yang masih hidup Pitrah itu

disebut Pitrah Urip, sedangkan untuk yang sudah meninggal disebut

Pitrah Pati. Sedangkan Lebaran Tinggi identik dengan pelaksanaan

hari raya Idul Fitri bagi penganut Waktu Lima. Bedanya, dalam

upacara Lebaran Tinggi diadakan acara makan bersama antara pemuka

agama dan pemuka adat, serta masyarakat penganut Wetu Telu.

7. Selametan Bubur Puteq dan Bubur Abang

Upacara Selametan Bubur puteq dan bubur abang dilaksanakan

pada tanggal 10 Muharram dan 8 Safar menurut penanggalan Wetu

Telu. Upacara ini untuk memperingati munculnya umat manusia dan

beranak pinaknya melalui ikatan perkawinan. Bubur puteq (bubur

putih) dan bubur abang (bubur merah) merupakan hidangan ritual

utama yang dikonsumsi dalam upacara ini. Bubur putih melambangkan

air mani yang merepresentasikan laki-laki, sedangkan bubur merah

melambangkan darah haid yang merepresentasikan perempuan.

Page 53: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

42

8. Maulud

Dari penyebutannya, terkesan bahwa upacara ini terkait dengan

upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, sebagaimana

dilaksanakan oleh Waktu Lima. Kendati waktu pelaksanaannya sama,

yakni pada bulan Rabi’ul Awal, Wetu Telu merayakannya untuk

memperingati perkawinan Adam dan Hawa. Seperti upacara-upacara

lainnya, berdo’a dan makan bersama ditemukan dalam upacara ini.

Page 54: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

43

BAB IV

SHALAT WETU TELU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Shalat Wetu Telu

Islam Wetu Telu sejak kehadirannya banyak menimbulkan tanda tanya

bagi kalangan Muslim (Waktu Lima) Pribumi Lombok maupun luar daerah

Lombok, hal ini dikarenakan ajarannya yang bisa dibilang “aneh”, praktik-

praktik ibadah (terutama shalat) yang masih bercampur dengan ritual-ritual

maupun adat-adat ajarannya yang terdahulu masih menimbulkan pertanyaan,

apakah praktik-praktik seperti ini dibiarkan saja (karena masih ada ajaran

Islam di dalamnya) atau menjadi persoalan serius yang harus diperhatikan

agar tidak menimbulkan perpecahan di antara umat Islam?

Adat-adat terdahulu atau ajaran animisme pada suku sasak sangatlah

kental, sehingga beberapa praktik tertentu harus ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan oleh seseorang yang ingin masuk ajaran tersebut, termasuk

Islam Wetu Telu. Berikut pelaksanaan ibadah (shalat) Wetu Telu:

a. Bertaubat terlebih dahulu

Mereka tidak boleh diajarkan ajaran Islam sebelum bertaubat

terlebih dahulu, bunyi taubatnya sebagai berikut : (HAMBE HANE

HANEDE PENGAMPURE HING ALLAH SAKING SAKUEHE DOSE

HAMBE IKANG AGUNG IKANG ALIT IKANG SAMAR IKANG

NYATE TANMEHE SAMI NGAMBIL PATOBAD AKNING ALLAH)

“ASTAGFIRULLAH AL-ALIM MIN KULLI ZAMBIN WA ATUBU

ILAIH”(3X), ASYHADU ALLA ILAHAILLALLAH WA ASYHADU

ANNA MUHAMMAD RASULULLAH” (3X), ALLAHUMMA SHALLI

Page 55: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

44

‘ALA MUHAMMAD WA ’ALA SAIYYIDINA MUHAMMAD” (3X).

Dalam proses belajarnya sang murid begitu patuh kepada guru mereka,

mereka merasa ketergantungan atas segala yang diajarkan oleh maha

guru.36

b. Pembekalan Dakwah

Biasanya jika seseorang akan masuk ajaran tertentu ada beberapa

pembekalan yang harus dilakukan, tujuannya agar orang tersebut

mampu mendalami ajarannya dengan baik.

Pertama-tama yang diajarkan adalah tentang siapa dirinya, yang

diawali dengan keberadaan dirinya ketika bersama Allah (alam nur)

yang disebutnya AHADIYAH, kemudian ketika berada di dalam perut

ibunya yang disebutnya WAHDAH, kemudian setelah dia lahir di

bumi disebutnya WAHIDIAH, inilah yang dikembangkan dengan

berbagai macam metode sesuai menurut situasi masyarakat yang mana

nantinya bentuk ibadahnya melalui shalat lima waktu, yakni Dzuhur,

Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. dzuhur disimbolkan dengan warna

putih, ashar disimbolkan dengan warna kuning, magrib disimbolkan

dengan warna merah, isya disimbolkan dengan warna hitam, subuh

disimbolkan dengan warna biru. Semua simbol warna tadi ada pada

tubuh manusia, darah putih, kuning, merah, hitam dan biru. Sedangkan

mengenai jumlah rakaat shalat zuhur yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua tangan dan dua kaki, ashar yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua mata dan dua telinga, magrib yang tiga rakaat tuhan

36 Wawancara pribadi dengan Amaq Mansur, Pelaku Wetu Telu, Narmada 19 Februari 2014 Pukul 14.09 WITA.

Page 56: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

45

yang menciptakan dua hidung dan satu mulut, subuh yang dua rakaat,

tuhan menciptakan dada dan punggung. Selanjutnya para dai juga

berdakwah dengan melalui tembang seperti tembang sinom. Salah satu

isinya “istri lanang sami sembahyang, hati sami beceh hadinin”.37

c. Praktik Shalat Wetu Telu

Pada dasarnya ajaran wetu telu yang sudah disebutkan di atas

menggunakan tiga waktu, mereka menafsirkan sebutan itu karena

penganut Islam Wetu Telu misalnya hanya melaksanakan tiga rukun

islam saja yaitu mengucap syahadat, melaksanakn shalat, dan

berpuasa. Mereka meninggalkan rukun yang keempat dan kelima.

Untuk urusan shalat mereka hanya melaksanakan shalat tiga kali

sehari, yaitu shalat pada siang hari (dzuhur), sore hari (ashar), dan saat

matahari terbenam (maghrib). Sedangkan untuk ajaran shalatnya sama

dengan Islam Waktu Lima yang membedakan hanya waktunya saja.

Tetapi ada beberapa kelompok islam wetu dalam pelaksanaan

shalatnya berbeda dengan yang disebutkan di atas. berikut kelompok-

kelompok tersebut:

Kelompok pertama, shalat lima waktu: magrib, isya, subuh, ashar

dan dzuhur dilaksanakan oleh kyainya saja. Hal ini berlaku untuk

Wetu Telu didaerah pujut bagian selatan, Lombok Tengah (Wetu Telu

Putih).

Kelompok kedua, waktu shalat hanya zuhur saja pada hari jum’at,

shalat mayyit, sholat hari raya idhul fitri, sholat terawih di bulan

37 Wawancara pribadi dengan Amaq Mansur, Pelaku Wetu Telu, Narmada 19 Februari 2014 Pukul 14.09 WITA.

Page 57: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

46

ramadhan. Hal ini berlaku di daerah bayan, tanjung, narmada, gerung

dan pujut (Waktu Telu Hitam).

Kelompok ketiga, waktu shalat hanyalah ashar pada hari kamis,

shalat subuh pada pagi hari raya idhul fitri, shalat pada hari jum’at. Hal

ini berlaku di daerah sembalung, sapit Lombok timur.

Kelompok keempat, waktu shalat subuh pada pagi hari raya idhul

fitri, shalat zuhur pada hari jum’at, shalat magrib dan isya selama

bulan ramadhan, hari raya idhul fitri dan idhul adha, shalat tarawih dan

shalat mayyit. Hal ini berlaku di daerah rambitan Lombok Tengah.

Kelompok kelima, selama kyai bertugas sebagai marbot atau

petugas penjaga masjid dan memukul bedug maka wajib melaksanakan

shalat lima waktu sehari semalam berturut-turut selama 7 hari, apabila

kyai sudah tidak berfungsi lagi maka ia hanya shalat jum’at, shalat

mayyit, shalat tarawih, shalat hari raya idhul fitri dan idhul adha. Hal

ini berlaku di daerah desa pengadangan Lombok Timur.38

B. Hijrahnya Penganut Wetu Telu Menuju Waktu Lima

Dengan banyaknya para da’i yang menyebarkan ajaran Islam waktu Lima

kepada penganut Wetu Telu secara terus menerus, maka tidak sedikit

penganut Wetu Telu yang beralih ke ajaran Waktu Lima dengan alasan bahwa

Islam Waktu Lima adalah ajaran sempurna yag sesuai dengan Al-Quran dan

Hadits. Berikut wawancara saya dengan penganut Wetu Telu menuju ke

Waktu Lima:

38 Wawancara pribadi dengan Amaq Mansur, Pelaku Wetu Telu, Narmada 19 Februari

2014 Pukul 14.09 WITA

Page 58: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

47

1. Amaq Fadhilah

Amaq fadhilah (65 tahun), seorang informan yang saya

wawancarai menjelaskan tentang pengalamannya berkaitan dengan kenapa

dirinya melakukan tindakan perubahan keagamaan dari Wetu Telu ke

Islam Waktu Lima.

Menurut keterangan Amaq Fadhilah dirinya menjadi pengikut

Islam Waktu Lima tidak terlepas dari dorongan kuat saudaranya, yakni

Amaq Sebah yang sudah terlebih dahulu menjalankan ajaran Islam Waktu

Lima. Sebagai Kakak, Amaq Sebah merasa bertanggung jawab terhadap

sikap dan perilaku keagamaan adiknya. Oleh sebab itu dia mendorong

adiknya untuk menambah pengetahuan keagamaannya, dengan cara

mengikuti pengajian Tuan Guru Djuaini. Pada awalnya Amaq Fadhilah

tidak terlalu perduli dengan dorongan Amaq Sebah, namun setelah diajak

beberapa kali, dia pun merasa tidak enak untuk tidak mengikuti nasehat

kakaknya. Akhirnya pada suatu kesempatan, dia menyempatkan dirinya

untuk mengikuti pengajian Tuan Guru Djuaini yang diadakan di masjid

Nurul Huda Narmada.

Setelah beberapa kali menghadiri pengajian Tuan Guru Djuaini,

dia menyatakan bahwa saat itu apa yang dia peroleh pada pengajian itu

telah membuat dirinya merasa semakin bertambah pengetahuan

keagamaannya. Yang dia praktikkan selama ini ternyata ada bentuk lain

yang dinilai lebih sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya dan lebih

dapat diterima pikirannya, terutama karena semuanya didasarkan kepada

sandaran Al-Qur’an dan Hadits. Tetapi katanya: waktu itu dia belum bisa

Page 59: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

48

menunjukkan sikap bahwa dirinya mempunyai pengetahuan dan

pengalaman pengetahuan keagamaan yang berbeda, selain itu dia juga

tidak bisa menjalankan praktek ibadah Islam tersebut, karena berbeda

dengan faham keagamaan orang-orang Wetu Telu di kampung bangket

punik dalam beberapa masalah keagamaan. Akhirnya dia pun mencari

teman yang sepaham.

Pergaulannya dengan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan

paham keagamaan membuat dirinya semakin gemar mengikuti pengajian

Tuan Guru Djuaini. Berdasarkan pengetahuan dari menghadiri pengajian,

kemudian dia bisa menyadari ada perbedaan dan lalu memberi

pertimbangan berupa pendapat mana yang lebih diterima, baik

berdasarkan sumber maupun alasan yang mendukung. Ketika ditanya

tentang bagaimana pandangan terhadap pengajian-pengajian yang

diberikan Tuan Guru Djuaini, Amaq Fadhilah mengatakan bahwa dirinya

dan masyarakat di kampungnya, cukup senang dan menarik minatnya,

karena pengajian tersebut menjalankan tentang ajaran Islam yang

sebenarnya sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Setelah mengamalkan pengetahuan keagamaan sesuai dengan

tuntunan ajaran Islam yang sebenarnya, amaq fadhilah merasa keyakinan

keagamaannya menjadi semakin mantap dan lebih tenang dalam

menjalankan ajaran Islam. Selanjutnya ia pun mengajak keluarga,

tetangga, dan teman-teman dekatnya untuk menambah pengetahuan

dengan menghadiri pengajian majlis ta’lim yang dibina tuan guru Djuaini

Page 60: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

49

serta mendorong mereka untuk memperaktikkan ajaran Islam yang

sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dia pun menjadi semakin peduli dengan pendidikan

agama anak-anak muda di kampung. Bersama dengan teman-temannya,

dia bekerjasama membangun lembaga pendidikan keagamaan seperti

madrasah dan sarana ibadah seperti masjid.

2. Amaq Muhir (72 tahun)

Seorang informan lainnya, Amaq Muhir menceritakan kepada

saya, mengenai perubahan keagamaan dirinya. Dia menuturkan, bahwa

pada dasarnya ia tidak suka dengan orang-orang Waktu Lima, termasuk

dengan para ustaz dan tuan guru. Pada suatu kesempatan, dirinya dan

beberapa tokoh agama lainnya di undang oleh lalu Alwi kepala distrik

Narmada untuk menghadiri pengajian umum di Masjid Nurul Jihad

Narmada yang dibawakan oleh Tuan Guru Djuaini Muktar. Dalam

kesempatan tersebut tuan guru Djuaini menjelaskan mengenai masalah

keimanan, terutama enam rukun iman, pada saat itu Tuan Guru Djuaini

menjelaskan secara rinci, lengkap dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.

Setelah beberapa kali mengikuti pengajaran keagamaan yang

diberikan oleh Tuan Guru Djuaini di majlis ta’lim yang diadakan di

sekolah dasar Narmada yang terletak beberapa meter dari rumahnya,

Amaq Muhir mengakui bahwa dia merasa pengetahuan agamanya,

terutama berkaitan masalah enam rukun iman, menjadi semakin

bertambah. Dan dia menjadi lebih yakin dan mantap setelah dirinya

menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman

Page 61: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

50

mengikuti pengajian Tuan Guru Djuaini pada waktu itu, kata Amaq Muhir,

merupakan sesuatu yang menarik dan merupakan pengalaman pertama

diberikan pemahaman dan pandangan keagamaan, terutama berkaitan

masalah keimanan dalam arti yang sesungguhnya.

Dengan pengetahuan dan pemahaman keagamaan yang baru itu,

dia semakin yakin dan mantap dalam menjalankan syari’at Islam. Sebelum

mengikuti pengajian Tuan Guru Djuaini, dia tidak mengetahui kenapa

harus mempercayai keterlibatan arwah leluhur dalam menyampaikan

permohonan seseorang atau sekelompok orang kepada Tuhan. Dia juga

tidak mengetui arwah leluhur dapat mendatangkan keberuntungan dan

ketidakberuntungan kepada orang-orang tertentu yang di kehendakinya.

Yang dia tahu adalah bahwa orang-orang mempercayainya karena

memang masyarakat mengikuti begitu saja, tanpa mengetahui dari mana

dan apa dasarnya. Ketika saya kejar dengan pertanyaan nilai-nilai ajaran

Islam mana saja yang dipraktekan dan apa saja yang diperolehnya, Amaq

Muhir menjawab dengan jelas, bahwa dirinya mengetahui dan memahami

ajaran Islam, serta mereapkan ajaran-ajaran Islam dalam kegiatannya

sehari-hari, seperti dirinya tidak lagi memiliki keyakinan dan kepercayaan

bahwa arwah leluhur memiliki peranan dalam menyampaikan permohonan

seseorang atau sekelompok orang kepada Tuhan.

Dari pengetahuan yang melahirkan keyakinan itu, kata ia

mempunyai kegiatan baru, pandangan dan pemahaman baru bahwa

ternyata ajaran Islam bukan hanya menjadi kewajiban para kiai saja seperti

yang selama itu dipraktekan dikalangan orang-orang Wetu Telu, tapi

Page 62: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

51

melaksanakan ajaran Islam merupakan kewajiban setiap individu muslim.

Setiap individu orang Islam berkewajiban melaksanakan shalat, ibadah

puasa, berzakat, dan berhaji ke mekkah bagi yang sudah mampu. Setiap

individu muslim juga harus mempraktekan nilai-nilai ajaran Islam dalam

segala aktivitas kesehariannya. Setiap orang Islam juga berkewajiban

mengajrakan orang-orang dan anak-anaknya mengenai nilai-nilai ajaran

Islam, serta mendorong mereka untuk menerapkannya dalam

kehidupannya sehari-hari. Semua itu, kata Amaq Muhir memerlukan

kerjasama perlu dikerjakan oleh beberapa orang karena itu perlu mengikuti

organisasi seperti Nahdlatul Wathan ini.

Lanjut Amaq Muhir menjelaskan:

Setelah beberapa kali mengikuti pengajian yang diberikan Tuan

Guru Djuaini, sampailah kepada pembahasan tentang zakat. Dalam

pengajian itu Tuan Guru Djuaini menjelaskan bahwa zakat fitrah diberikan

kepada sekelompok orang yang berhak menerima zakat fitrah,

sebagaimana ketentuan al-Qur’an yaitu: fakir, miskin, amil. Mu’allaf,

riqab, gharimin, syabilillah dan mereka yang sedang dalam perjalanan

untuk kebaikan yang kekurang bekal.

Lebih lanjut, Amaq Muhir menuturkan bahwa perubahan juga

terjadi pada keyakinan dan kepercayaannya. Ia tidak lagi memandang

bahwa setiap orang Islam tidak wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban

keagamaan seperti shalat, puasa dan zakat, selain itu, setiap orang Islam

juga harus menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya sehari-hari

menjalankan nilai-nilai agama, bukan hanya menjadi kewajiban kiai,

Page 63: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

52

seperti ketika dirinya masih menjadi pengantar Wetu Telu lagi. akan tetapi

setiap orang Islam harus mengetahui dan memahami nilai-nilai ajaran

islam dan yang lebih penting adalah menerapkan nilai-nilai ajaran Islam

tersebut dalam sikap dari prilaku keagamaannya sehari-hari.

Tanpa diminta menjelaskan, Amaq Muhir menutup penjelasannya

bahwa pada dasarnya keberhasilan seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu kegiatan atau suatu sangat ditentukan oleh dirinya sendiri,

bukan oleh arwah leluhur, apalagi ditentukan oleh hari baik dan tidak baik.

3. Amaq Sahri (69 tahun)

Sementara itu, Amaq Sahri (69 tahun) seorang informan lainnya, yang

saya wawancarai menjelaskan bahwa :

Pada dasarnya, seperti halnya orang-orang Wetu Telu lainnya,

dirinya tidak begitu peduli dengan aktifitas pengajian yang dibina oleh

Tuan Guru Djuaini dan Tuan Guru Afifuddin Adnan secara bergiliran di

masjid dekat rumahnya. Namun setelah Lalu Alwi Kepala distrik Narmada

ketika menganjurkan masyarakat Narmada untuk menigkatkan keagamaan

dengan mengikuti kegiatan rutin pengajian di Masjid dekat rumahnya

tersebut, dirinya merasa tidak enak jika tidak mengikuti ajakan tersebut,

apalagi yang menganjurkan itu adalah kepala distrik.

Setelah beberapa kali mengikuti pengajian tersebut, ia merasakan

ada sesuatu yang lain. Dia merasakan bahwa yang dipahaminya selama ini

berbeda dengan pengajian yang diberikan Tuan Guru Djuaini.

Setelah menimba pengetahuan agama itu, membuat dirinya

mengalami perubahan pola pikir, sikap dan perilaku keagamaan dalam

Page 64: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

53

kehidupannya sehari-hari. Lebih jauh, Amaq Sahri menjelaskan bahwa

secara bertahap mulai ditinggalkan beberapa bentuk upacara ritual yang

menjadi tradisi para orang tuanya dulu. Ia tidak mau lagi melakukan

kegiatan upacara ritual yang selalu menggunakan sesajen berupa beras,

sirih, buah pinang, kelapa, seekor ayam yang ditempatkan dalam sebuah

baki, yang dipimpin oleh seorang kiai dan para pemangku dalam

melaksanakan upacara turun bibit yang biasanya dilakukan di sawah.

Ketika ditanya adakah permasalahan keagamaan yang ditemukan

dari pengajian tersebut, sehingga dia tertarik pada hal-hal yang berbeda

tersebut? Dia menyatakan bahwa diantara permasalahan keagamaan yang

didasarkan pada nilai-nilai adat atau kebiasaan orang tuanya dulu, yaitu

seperti segala bentuk perintah agama hanya menjadi kewajiban para kiai.

Selain itu, beberapa bentuk ritual keagamaan seperti upacara ritual

kematian yang sesungguhnya sangat memberatkan warga masyarakat yang

kena musibah, seperti upacara ritual selamat bumi, ritual ini selalu

disuguhkan nasi-lauk, kue dan minum di rumah duka secara berlebihan.

Semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal Islam tidak

pernah memerintahkan seperti itu.

Secara etika kesopanan, Amaq Sahri menilai bahwa mereka makan

di rumah orang yang sedang terkena musibah kematian anggota

keuarganya, kita merasa tidak enak. Disamping itu, makan di rumah

mereka yang tidak mampu membertakan tanggungan ekonomi yang kena

musibah, juga bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang

Page 65: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

54

mengajarkan tentang hidup hemat, menjauhkan sifat foya-foya, dan

pemborosan.

Seorang informan lainnya mengungkapkan bahwa pernah seorang

keluarga yang tidak mampu tertimpa musibah karena kematian salah

seorang anggota keluarganya yakni suaminya. Dia bukan hanya sedih

karena ditinggal suaminya, tetapi juga menjadi bertambah sedih karena

memikirkan hutang yang harus dibayar untuk membiayai ritual yang harus

dlakukan sehubungan dengan kematian suaminya itu. Menurut Amaq

Ripa’ah, akhirnya peerempuan itu menjadi ngereras, sedih mendalam dan

berkelanjutan kemudian jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia

beberapa bulan kemudian dan meninggalkan dua orang anak yang masih

kecil. Dalam kasus seperti itu seharusnya para pemimpin tokoh

masyarakat dan jama’ahnya memperkarsai untuk menjalnkan perintah

agama, yakni membantu mendo’akan bagi si almarhum dengan cara

mengadakan tahlilan, disamping memberi dukungan kepada yang

ditinggalkan semoga tabah menghadapi musibah itu. Setelah dia

mengetahui bahwa mengetahui bahwa upacara ritual kematian

(gawe pati) seperti selamatan bumi dia tidak pernah mau mengikutinya

lagi.

Ada salah satu lagi masalah keagamaan yang menurut amaq Sahri

yang perlu dirubah, yaitu upacara ritual siklus penanaman padi yang

diikuti dengan beberapa upacara ritual, seperti ritual selamet binek,

upacara selamet lowong, upacara tunas sesari, upacara bedede lowong,

Page 66: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

55

dan upacara nyelamet inak. Semua upacara itu, selain melibatkan arwah

leluhur, juga diikuti dengan acara makan dan minum secara berlebihan.

Ketika dikejar dengan pertanyaan, bagaimana sikap dan perilaku

keagamaan setelah dirinya bertambah pengeetahuan keagamaan yang

dimilikinya. Amaq Sahri mengatakan bahwa dirinya menjadi sadar bahwa

dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, harus didasarkan pada nilai-nilai

ajaran Islam, bukan didasarkan pada norma-norma adat atau karena

mengikuti orang banyak.

Setelah amaq Sahri cukup memperoleh pengetahuan agama,

kemudian dia berusaha memperaktikkan, lalu dia mengajak orang lain

yang belum menjalankan ajaran Islam secara sempurna. Yang dia

dahulukan adalah mengajak saudara-saudaranya.

4. Amaq Rawet

Sementara itu, Amaq Rawet informan lainnya menjelaskan tentang

kesadarannyaa sendiri mulai belajar agama. Paham keagamaan Wetu Telu

yang selama itu diikuti belum mampu memberinya keyakinan sepenuhnya.

Beberapa ajaran keagamaan yang selama di amalkan bukannya membuat

dirinya semakin yakin dan merasa lebih tenang, bahkan sebaiknya

membuat dirinya menjadi semakin ragu.

Ditengah-tengah keraguannya tersebut, pada suatu waktu Amaq

Syarif tetangganya mengajaknya untuk menghadiri pengajian yang dibina

ustaz Djuaini tersebut, Amaq Rawet lalu merasa dan tersentak, bahwa

sikap dan prilaku keberagaman yang selama ini dilaksanakan tidak sedikit

diantaranya kepercayaan masyarakat akan keterlibatan arwah leluhur

Page 67: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

56

dalam menyampaikan permohonan atau seseorang atau sekelompok orang

pada tuhan, pandangan masyarakat yang berkaitan dengan kewajiban ritual

yang hanya menjadi kewajiban kiai saja, atau tradisi memberikan zakat

fitrah kepada kiai saja, serta beberapa bentuk kepercayaan dan upacara

ritual yang selain memberatkan masyarakat yang mengikutinya, juga

mengarah kepada tindakan foya-foya dan pemborosan. Menurut amaq

Rawet masyarakat perlu didorong terus untuk menambah pengetahuan

agamanya dengan cara menghadiri pengajian Tuan Guru Djuaini dan

kegiatan keagamaan Nahdlatul Wathan lainnya.

Karena dengan bertambahnya pengetahuan keagamaan masyarakat

akan dapat merubah sikap dan prilaku keagamaannya. Orang tersebut, kata

amaq Rawet tidak akan memberikan zakat fitrahnya lagi kepada kiai,

karena kiai bukanlah termasuk orang yang berhak menerima zakat fitrah.

Aktifitas amaq Rawet meliputi pengasuhan pengajian yang

diadakan oleh orang-orang Nahdlatul Wathan terutama yang dipusat

Masjid Nurul Jihad yang jaraknya kurang lebih tiga ratus meter dari

rumahnya. Karena aktifitas-aktifitas keagamaan yang sering diadakan

amaq rawet, kemudian amaq Rawet dalam aktifitas tersebut, dianggap

sebagai sesepuh, pemuka sekaligus merupakan perintis kegiatan Nahdlatul

Wathan dikampungnya itu.

Sebuah tempat pengajian yang dirintis oleh Amaq Rawet adalah

majlis ta’lim yang bernama Majlis Nahdlatul Wathan. Pengajian pada

majlis ta’lim ini diperuntukkan oleh masyarakat umum.

Page 68: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

57

Pengajian di Majlis Ta’lim ini dibina oleh Tuan Guru Djuaini

dalam menyampaikan pengajian terlebih dahulu, membacakan kitab-kitab

tertentu, kemudian memberikan penjelasan secukupnya. Di akhir

pengajian peserta, pengajian diberikan waktu untuk bertanya tentang

permasalahan yang belum dipahaminya berkaitan dengan pokok bahasan

pada pengajian itu, pengajian dilaksanakan selama kurang lebih satu jam

lalu diakhiri dengan pembacaaan shalawat Nahdlatain dan selanjutnya

penutupan dengan doa.

Selain mengikuti pengajian di majlis Nahdlatul wathan tersebut,

Amaq rawet juga menghadiri pengajian-pengajian yang di adakan dirumah

Tuan Guru Djuaini setelah shalat jum’at, jam 14.00-15.30 Wita. Pada

bulan puasa menjelang berbuka puasa seminggu sekali juga diadakan

pengajian yang membahas tentang keutamaan bulan puasa, berdasarkan

ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, serta pendapat para Imam madzhab,

terutam pendapat Imam madzhab Syafi’i.

Amaq Rawet juga aktif mengikuti kegiata-kegiatan Nahdlatul

Wathan. Ketika Nahdatul Wathan baru berkembang beberapa tahun di

Narmada pada tahun 1959, Amaq Rawet dipercaya menjadi pengurus

ranting Nahdlatul wathan yang di Narmada, demikian amaq rawet

menjelaskan, dia mulai mendorong teman-temannya yang masih menjadi

penganut Wetu Telu untuk menghadiri pengajian Tuan Guru Djuaini guna

meningkatkan pengetahuan agamanya.

Page 69: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

58

C. Pandangan Islam Terhadap Praktik Shalat Wetu Telu

Agama merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam

kehidupan manusia, tanpa beragama manusia tidak punya arah tujuan yang

jelas. Islam merupakan agama yang sangat peduli terhadap semua aktifitas

manusia, segala aktifitas sehari-hari sudah diatur oleh Allah Swt. sehingga

manusia tidak lagi merasa kehilangan arah, ini semua bertujuan agar manusia

berlomba-lomba untuk mendapatkan ridho dari Allah Swt.

Islam “membebani” manusia dengan segala bentuk perintah yang harus

dijalani, ini semua sebagai bentuk timbal balik manusia terhadap Tuhan-Nya

yang telah menciptakan manusia, perintah itu mempunyai hikmah di

dalamnya, terkadang perintah itu menjadikan manusia berdosa jika tidak

mengerjakannya, salah satu perintah itu adalah kewajiban melaksanakan

shalat fardhu sehari semalam sebanyak lima waktu.

Shalat merupakan kewajiban umat islam yang harus dikerjakan, tidak

boleh meninggalkannya dalam kondisi apapun, selagi urat nadi masih

berdenyut, diharamkan intuk meninggalkan shalat. Shalat juga merupakan

sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhan-Nya, sehingga mereka yang

benar-benar khusyu’ dalam shalatnya bisa merasakan kehadiran Tuhan.

Dalam praktik shalat, Islam sudah mengaturnya secara terperinci. Tidak

boleh mengerjakan shalat selain apa yang sudah ditentukan oleh syariat islam,

jika hal itu terjadi, maka shalatnya tidak sah/tidak diterima atau bahkan

sampai kepada kategori “musyrik”. Inilah yang ingin penulis garis bawahi,

bahwa ada praktik shalat yang “berbeda” dengan umat islam pada umumnya,

Page 70: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

59

salah satunya yang terjadi pada Islam Wetu Telu Suku Sasak di Daerah

Narmada Lombok Barat.

Sebelum membahas tentang shalat Wetu Telu dalam pandangan islam,

penulis berpendapat bahwa ajaran Wetu Telu, sebenarnya adalah bagian dari

islam –walaupun dari segi praktik ibadahnya masih dipengaruhi oleh

kepercayaan lamanya- yang mana seandainya para pendakwah yang datang

untuk menyebarkan (mengajarkan) islam tidak pergi sebelum sempurnanya

ajaran islam tersebut, maka dapat dipastikan ajaran Wetu Telu dapat berubah

menjadi Waktu Lima. Penganut Wetu Telu menamakan dirinya dengan

“Wetu Telu” karena tidak terlepas dari pengaruh ajaran islam yang belum

sempurna yang dibawa oleh para pendakwah tersebut.

Banyak timbul pertanyaan dari kalangan awam yang mempertanyakan

tentang status Islam Wetu Telu, apakah ia termasuk bagian dari islam atau

termasuk golongan/ajaran lain atau bahkan termasuk ajaran yang sesat?

Raden Gedarip, seorang pemangku adat Karangsalah mengatakan bahwa

Islam hanya satu, tidak ada polarisasi antara waktu tiga (Wetu Telu) dan

Waktu Lima. “Sebenarnya Wetu Telu bukan agama, tetapi adat”, ucapnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa masyarakat adat Wetu Telu ini mengakui

dua kalimah syahadat, “Allah Tuhan kami yang kuasa dan nabi Muhammad

sebagai utusan Allah”. Dua kalimat syahadat pun diucapkan oleh penganut

Wetu Telu ini, Setelah diucapkan dalam bahasa Arab, kata Gedarip,

diteruskan dalam bahasa Sasak, misalnya: “Asyhadu Ingsun sinuru anak sinu.

Anging stoken ngaraning pangeran. Anging Allah pangeran. Ka sebenere lan

ingsun anguruhi. Setukhune nabi Muhammad utusan demi Allah. Allahhuma

Page 71: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

60

shali Allah sayidina Muhammad”. Artinya: “Kami berjanji (bersaksi) bahwa

tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan kami percaya bahwa nabi Muhammad

adalah utusan Allah”. Disebut “berjanji” karena diakui sudah menerima

agama Islam.39 Ia menambahkan: “Kembali kita garis bawahi kalau Wetu

Telu itu sama sekali bukan ajaran Agama atau waktu Sholat yang hanya

dikerjakan 3 kali atau waktu Puasa yang dikerjakan pada saat awal, tengah

dan akhir bulan Ramadhan saja, akan tetapi Wetu Telu itu adalah filosofi,

paham atau sebutan dari proses kejadian antara Ibu, Bapak, danAllah.40

Walaupun kepercayaan yang sudah begitu menyimpangnya dari syari’at

islam dan perbedaan semacam ini tidak boleh ada, namun islam Waktu Lima,

khususnya yang berada di Lombok mengatakan ajaran Wetu Telu tidak sesat.

Hanya saja mereka butuh dakwah yang lebih gencar, kemudian meluruskan

pemahaman agama mereka selama ini, karena kemunculan komunitas Wetu

Telu yang membawa sekian kebiasaan ibadah yang berbeda itu bukan lahir di

era dakwah yang sudah maju seperti saat sekarang ini, melainkan sebuah

masalah yang timbul akibat budaya yang dijalani turun temurun sejak

beratus-ratus tahun yang lalu.

Sedangkan pendapat lain mengatakan: “terjadi kesalah fahaman dari

masyarakat tentang konsep wetu telu yang diyakini masyarakat adat Bayan

dan Karang Bajo KLU, Wetu Telu bukan melaksanakan Shalat tiga kali

sehari, tapi konsep Wetu Telu tetap ada unsur keyakinan tentang budaya dan

39 Artikel diakses pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 22.30 dari WIB http://as-

salafiyyah.blogspot.co.id/2012/05/islam-wetu-telu-di-bayan-lombok.html. 40 Artikel diakses pada tanggal 18 januari 2017 pukul 22.00 WIB dari

http://www.kompasiana.com/www.suarakomunitas.net/filosofi-ajaran-wetu-telu-di-bayan-lombok-utara.

Page 72: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

61

kearifan lokal, kami tetap shalat lima waktu sebagaimana umat muslim lain"

kata Rianom di Lombok Utara, Minggu (17/1/2016).

Dikatakan, Wetu Telu itu sendiri bermakna mentiok, mentelok dan

menganak yaitu dengan berkunjung ke tempat sakral, memohon keselamatan

bagi tumbuh, melahirkan bagi manusia dan bertelur bagi binatang Untuk

ibadah, kami tetap melaksanakan shalat lima waktu sebagaimana umat

muslim lain tetap melaksanakan ibadah seperti warga lain seperti shalat,

puasa termasuk syahadat juga sama tidak ada yang berbeda. "Jadi pandangan

masyarakat luar yang menganggap masyarakat adat Bayan dan Karang Bajo

sesat karena hanya melaksanakan shalat hanya tiga kali sehari, itu jelas tidak

benar" ungkapnya. Lebih lanjut, Rianom menjelaskan, hanya saja dari lima

rukun Islam yang ada, hanya tiga yang sering kami laksanakan syahadat,

shalat lima waktu, puasa dan mengeluarkan zakat, kalau haji kami tidak

laksanakan, karena tidak mampu.41

Berkaitan dengan praktik shalat Wetu Telu, Islam sudah meluruskan

praktik tesebut jauh dari sebelum munculnya Islam Wetu Telu, bahwa shalat

yang benar adalah yang diajarkan oleh Nabi melalui Al-Quran dan Hadits

sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab II. Dikatakan bahwa praktik

shalat Wetu Telu hanya melaksanakan shalat tiga kali sehari, yaitu shalat pada

siang hari (dzuhur), sore hari (ashar), dan saat matahari terbenam (maghrib), adapun

pelaksanaannya sama seperti Waktu Lima yang membedakan hanya persoalan waktu

shalat.

41 Artikel diakses pada 21 Januari Pukul 23.00 WIB dari

http://www.cendananews.com/2016/01/dianggap-sesat-ini-jawaban-penganut.html.

Page 73: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

62

Dalam masalah ini Islam Waktu Lima ingin meluruskan ajaran-ajaran

Islam Wetu Lima melalui sumber hukum utama yaitu Al-Quran dan Hadits.

Al-Quran memerintahkan umat muslim agar memahami islam secara

menyeluruh, Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

secara menyeluruh, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.

Sungguh syaitah musuh yang nyata bagimu” (QS. (2) Al-Baqarah: 208).

Ketika menjadi muslim, masuklah secara totalitas. Artinya jangan

setengah-setengah dalam menjalankan perannya sebagai seorang muslim,

biasanya orang yang setengah-setengah lebih cendrung mengikuti bisikan

syaitan. Ayat di atas seolah-olah jika ditujukan kepada penganut Wetu Telu

mengajak mereka untuk menyempurnakan keislaman yang mereka anut,

bahwa selama ini ajaran mereka belum sepenuhnya sempurna. Dalam praktik

ibadah-ibadah lainnya mereka juga identik dengan ajaran animisme, inilah

yang harus diluruskan bahwa dalam ajaran Islam Waktu Lima semua bentuk

ibadah harus ditujukan kepada satu tujuan yaitu Allah Swt., tidak boleh ada

unsur-unsur lain.

Penulis enggan mengatakan bahwa ajaran Islam Wetu Telu adalah sesat,

dikarenakan beberapa faktor diantaranya tidak sempurnanya ajaran islam

yang mereka terima, sehingga mereka hanya menerima ajaran yang sudah

Page 74: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

63

ada, tidak ada keinginan untuk menyempurnakannya. Sebelum datangnya

para pendakwah Waktu Lima gencar untuk menyampaikan ajaran yang

sesungguhnya, mereka masih diam di tempat, tidak berani melakukan

perubahan. Tetapi, melihat kondisi sekarang ini, penganut Wetu Telu secara

perlahan mulai memudar –bisa dilihat kembali beberapa pelaku yang sudah

berpindah dari Wetu Telu ke Wetu Lima- berkat gigihnya para pendakwah.

Sehingga jika dipresentasikan jumlah penganut Wetu Telu (khususnya di

Desa Narmada) yang masih bertahan sekira 2% itupun pelakunya adalah

mereka yang berasal dari generasi tertua. Bukan tidak mungkin penganut

Wetu Telu nantinya sudah tidak ada lagi.

Penganut Wetu Telu kini berada di dalam posisi yang sangat terjepit yang

dihadapkan pada agresi kultural kaum waktu lima. Dengan memperhitungkan

peningkatan penetrasi gerakan islam ortodoks, beriringan dengan ketatnya

kontrol pemerintah dan pembangunan perekonomian baru di Bayan, penulis

berkeyakinan lama kelamaan integritas dan pandangan religius komunitas

Wetu Telu akan mengalami transformasi. Dengan kata lain, dibawah tekanan

terus-menerus dari kekuatan-kekuatan eksternal itu, lambat laun setidak-

tidaknya akan memberikan paradigma baru bagi komunitas Wetu Telu

mengenai kepercayaan mereka sendiri.

Page 75: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

64

BAB V

PENUTUP

Penulis bersyukur kepada Allah Swt. Atas segala kuasa dan

pertolongannya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini dengan perasaan

antara sedih dan senang, sedih karena takut “menyesatkan” pemahaman orang

lain, yang jauh dari kata benar. Senang karena bisa menyusun ilmu Allah dengan

penuh perjuangan. Manusia Cuma bisa berusaha, benar datangnya dari Allah. Dan

bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah

mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam

perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam

didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga

barang siapa mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (Islam) dan

barang siapa meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,

berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus

dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat

maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah. Untuk

membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis

hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari-

hari.

Page 76: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

65

2. Pelaksanaan shalat Wetu Telu Suku Sasak di Lombok Desa Narmada

terjadi karena adanya penyebaran dua aliran dari barat dan timur. Islam

Wetu Telu merupakan suatu kepercayaan masyarakat lombok. Asal usul

terbentuknya Islam Wetu Telu di bayan sampai saat ini juga masih

merupakan misteri, kapan dan siapa yang menamakannya pertama kali.

Ada beberapa versi tentang latar belakang munculnya Islam Wetu Telu.

Sebuah versi menyebutkan bahwa Islam Wetu Telu terbentuk bersamaan

dengan penyebaran Islam di Lombok. Sebelum tuntas mengajarkan Islam,

penyebarnya (wali atau muridnya) dengan sebab yang tidak diketahui

meninggalkan Lombok, akibatnya masyarakat yang masih menganut

agama Hindu dan Animisme tidak sepenunhnya mampu menyerap ajaran

Islam. Maka mereka memadukan Animisme, Hindu dan Islam menjadi

satu. Perpaduan inilah yang kemudian disebut dengan Islam Wetu Telu.

Sesungguhnya penganut Islam Wetu Telu itu sebelah kakinya di Islam dan

sebelah lagi Hindu dan Animisme.

3. Penyebutan istilah Wetu Telu mempunyai perspektif yang berbeda-beda.

Komunitas Waktu Lima menyatakan bahwa Wetu Telu sebagai waktu tiga

dan mengaitkan makna ini dengan reduksi seluruh ibadah Islam menjadi

tiga. Orang Bayan sebagai penganut terbesar Islam Wetu Telu ini,

menyatakan bahwa wetu telu bermakna semua makhluk hidup muncul

melalui tiga macam sistem reproduksi, yaitu melahirkan (menganak),

bertelur (menteluk ) dan berkembang biak dari benih (mentiuk ). Sumber

lain menyebutkan bahwa ungkapan Wetu Telu berasal dari bahasa Jawa

yaitu Metu Saking Telu yakni keluar atau bersumber dari tiga hal: Al-

Page 77: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

66

Qur’an, Hadis dan Ijma. Artinya, ajaran-ajaran komunitas penganut Islam

Wetu Telu bersumber dari ketiga sumber tersebut.

4. Ada berbagai macam praktik ibadah wetu telu yang sesuai dengan adat

masyarakat, yang mana bentuk ibadahnya melalui shalat lima waktu,

yakni Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Zuhur disimbolkan

dengan warna putih, ashar disimbolkan dengan warna kuning, magrib

disimbolkan dengan warna merah, isya disimbolkan dengan warna hitam,

subuh disimbolkan dengan warna biru. Semua simbol warna tadi ada pada

tubuh manusia, darah putih, kuning, merah, hitam dan biru. Sedangkan

mengenai jumlah rakaat sholat zuhur yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua tangan dan dua kaki, ashar yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua mata dan dua telinga, magrib yang tiga rakaat tuhan yang

menciptakan dua hidung dan satu mulut, subuh yang dua rakaat, tuhan

menciptakan dada dan punggung. Selanjutnya para dai juga berdakwah

dengan melalui tembang seperti tembang sinom. Salah satu isinya “istri

lanang sami sembahyang, hati sami beceh hadining…”

5. Shalat wetu telu (Bahasa Indonesia: Waktu Tiga) adalah praktek shalat

dengan hanya mengerjakan tiga waktu atau tiga kali dalam sehari, tidak

lazimnya orang Islam. Mereka hanya mengerjakan shalat pada siang hari

(Zuhur), sore hari (Ashar), dan saat matahari terbenam (Magrib). Praktik

ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha

mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap,

meninggalkan pulau Lombok atau sebagian lain meniggal sebelum

mengajarkan ajaran Islam dengan utuh atau lengkap.

Page 78: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

67

6. Islam Wetu Telu sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sasak

Lombok Utara khususnya, diantaranya beberapa ritual yang ada seperti:

Wet Agama, Wet Adat, Wet Pemerintahan. Sehingga Wet Telu merupakan

kearifan lokal yang berlangsung secara turun temurun pada masyarakat

Lombok Utara.

7. Di era ini, Islam Wetu Telu masih tetap bertahan di daerah Lombok bagian

Utara khususnya daerah Bayan. Meskipun sudah banyak sekali para da’i

yang menyebarkan dakwah Islam di sana dari turun temurun, akan tetapi

ada tokoh-tokoh adat lain seperti pemangku gubug, perumbak, toaq local

yang sangat berpengaruh dalm pelesatrian budaya religius Wetu Telu.

8. Dialektika Islam dan Budaya Sasak meliputi beberapa hal seperti: Adat

hidup dan mati terdapat upacara-upacara adat sebagai berikut: Buang au

(Aqiqah dalam Islam Waktu Lima), Ngurisan dan Nyunatan, Potong Gigi

dan Ngawinan. Peristiwa kematian penyelenggaraan jenazah seperti

memandikan, megafankan, menyalatkan dan menguburkan. Dilanjutkan

dengan upacara Nelung, Mituq, Nyanga, Pelayaran, Matangpulu, nyatus

dan nyiu (diadakan pada hari yang ke empat puluh, keseratus dan

keseribu). Adat Agama (Rowah Wulan dan Sampet Jum’at, Maleman

Qunut dan Maleman Likuran, Maleman Pitrah dan Lebaran Tinggi,

Lebaran Topat, Lebaran Pendek, Selametan Bubur Puteq dan Bubur

Abang, Maulud).

9. Mayoritas dari para informan yang beralih ajaran, dari Wetu Telu ke

Waktu Lima disebabkan ajakan para da’i –dimulai dari keluarga, kerabat,

tokoh masyarakat, hingga Tuan Guru setempat- melalui bicara dari hati ke

Page 79: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

68

hati, samapi ajakan bersifat umum seperti dakwah di Masjid, Majlis

Taklim, atau di sekolah.

10. Ajaran Wetu Telu, sebenarnya adalah bagian dari islam –walaupun dari

segi praktik ibadahnya masih dipengaruhi oleh kepercayaan lamanya-

yang mana seandainya para pendakwah yang datang untuk menyebarkan

(mengajarkan) islam tidak pergi sebelum sempurnanya ajaran islam

tersebut, maka dapat dipastikan ajaran Wetu Telu dapat berubah menjadi

Waktu Lima. Penganut Wetu Telu menamakan dirinya dengan “Wetu

Telu” karena tidak terlepas dari pengaruh ajaran islam yang belum

sempurna yang dibawa oleh para pendakwah tersebut.

11. Islam sudah meluruskan praktik tesebut jauh dari sebelum munculnya

Islam Wetu Telu, bahwa shalat yang benar adalah yang diajarkan oleh

Nabi melalui Al-Quran dan Hadits sebagaimana yang telah dipaparkan

dalam bab II. Dikatakan bahwa praktik shalat Wetu Telu hanya

melaksanakan shalat tiga kali sehari, yaitu shalat pada siang hari (dzuhur),

sore hari (ashar), dan saat matahari terbenam (maghrib), adapun pelaksanaannya

sama seperti Waktu Lima yang membedakan hanya persoalan waktu shalat.

12. Penulis enggan mengatakan bahwa ajaran Islam Wetu Telu adalah sesat,

dikarenakan beberapa faktor diantaranya tidak sempurnanya ajaran islam

yang mereka terima, sehingga mereka hanya menerima ajaran yang sudah

ada, tidak ada keinginan untuk menyempurnakannya. Sebelum datangnya

para pendakwah Waktu Lima gencar untuk menyampaikan ajaran yang

sesungguhnya, mereka masih diam di tempat, tidak berani melakukan

perubahan. Tetapi, melihat kondisi sekarang ini, penganut Wetu Telu

secara perlahan mulai memudar –bisa dilihat kembali beberapa pelaku

Page 80: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

69

yang sudah berpindah dari Wetu Telu ke Wetu Lima- berkat gigihnya para

pendakwah. Sehingga jika dipresentasikan jumlah penganut Wetu Telu

(khususnya di Desa Narmada) yang masih bertahan sekira 2% itupun

pelakunya adalah mereka yang berasal dari generasi tertua. Bukan tidak

mungkin penganut Wetu Telu nantinya sudah tidak ada lagi.

B. SARAN

Pada akhir bab ini, penulis ingin memberikan saran dengan besar harapan

tulisan ini dapat bermanfaat, khususnya diri saya pribadi umumnya orang yang

membaca tulisan ini, semoga tulisan ini menjadi penyemangat untuk penulis agar

terus bisa belajar ilmu Allah. Adapun saran-saran sebagai berikut:

1. Tulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna untuk menggambarkan atau

menjelaskan praktik ibadah wetu telu suku sasak terutama dalam hal

shalat, maka dari itu, penulis berharap akan ada perbaikan atau

pemaparan dari penulis lain, yang lebih mendalam tentang shalat wetu

telu.

2. Penulis berharap ada perhatian khusus bagi para ulama untuk

membahas masalah ini, agar masyarakat luas tahu bahwa ada praktik

ibadah pokok- yaitu shalat- yang berbeda dari mereka, tujuannya

bukan untuk saling menyalahkan tapi untuk mencari solusi.

3. Dan juga tulisan ini masih banyak kekurangan, terutama dalam hal

wawancara yang penulis hadapi, karena kebanyakan –penulis

menemukan beberapa informan saja yang menjelaskan tentang praktik

shalat wetu telu- dari informan memberikan penjelasan ke arah

sejarah, bukan praktik shalat yang mereka kerjakan.

Page 81: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

70

4. Penulis berharap ada masukan, kritikan atau saran yang sekiranya

dapat mencerahkan pikiran penulis, agar tulisan ini tidak berhenti

sampai di sini.

5. Semoga Allah meridhai segala amal yang kita lakukan, dan

menjadikan kita semua hamba-Nya yang shalih. Amin.

Page 82: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

71

DAFTAR PUSTAKA

Budiwanti, Erni. 2000. Islam Sasak. Wetu Telu Versus Waktu Lima. Yogyakarta:

LKiS.

Bungin Burhan, metodologi penelitian kualitatif, Aktualisasi Metodologis

kearahragam Varian kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.

Khadziq. 2009. Islam dan Budaya Lokal, Belajar Memahami Realitas Agama

Dalam Masyarakat. Yogyakarta: Teras

Ash Shiddieqy, Moh. Hasbi, Pedoman Shalat, (Jakarta: N.V.Bulan Bintang,1983)

Cet 11.

Rasmianto. Interrelasi Kiai, Penghulu dan Pemangku Adat dalam Tradisi Islam

Wetu Telu di Lombok. Jurnal el-Harakah, Vol. 11, No. 2. Malang: UIN

Malang 2009.

Soewaji, Jusuf, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grafika Indah, 2003.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan praktek, Jakarta PT. Rineke

Cipta, 2006.

Team Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat, Monografi Daerah

Nusa tenggara Barat Jilid 1, (Jakarta: Proyek Pengembangan Media

Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

kebudayaan RI, 1997), h. 14.

Bahrie, Sudirman Ratmaja Lalu, Sejarah Perkembangan agama Islam di Lombok,

Nusa Tenggara Barat, 2013, Cet 2

Zaelani Kamarudin, Satu Agama Banyak Tuhan Melacak Akar Sejarah Waktu

Telu, Mataram Pantheon Media Pressindo, 2007, Cet 1

Page 83: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

72

Fadly, Muhammad Ahyar, Islam Lokal Akulturasi dibumi Sasak, STAIIQ Press

Maret 2008, Cet 1

Ali Jawwad, Sejarah Shalat, (Jakarta: Lentera Hati, 2013), cet. 2

Al-Jaziri, Abdul Rahmani, Al-Fiqh A’la al-Madzahib al-Arbiah, (Kairo: Dar al-

Hadits, 2004), Jilid 1

Shihab M. Quraish, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Tangerang: Lentera

Hati, 2011), Cet. 1

El Fikri Syahruddin, Sejarah Ibadah, Menelusuri Asal-usul, Memantapkan

Penghambaan, (Jakarta: Republika Penerbit, 2014), cet. I.

Lalu Lukman, Pulau Lombok dalam Sejarah, cet. 4, 2007.

As-Shin’ani, Muhammad bin Ismail, Subula As-Salam; Syarah bulug Al-Maram,

(Kairo, Dar Al-Hadits, 2007), Jilid 1.

Juzayya, Abi Al-Qasim Muhammad bin Ahmad, Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah,

(Kairo, Dar –Al-hadits, 2005).

Sayyid Sabiq, As-Shalat, At-taharat, wa al-wudhu, (Kairo: Daar Al-Fath Lil i’lam

Al-A’rabi, 1996), cet. 1.

Abi Al-Fida Ismail ibn Umar Ibn Katsir Ad-damasyqi, Tafsir Al-Quran Al-A’dzhim, (Riyad : Daar At-tayyibah li An-Nasyr wa at-Tauzi’, 1997) Cet. 1, Jilid. 4.

Page 84: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

73

Artikel dan Wawancara

http://kebudayaanindonesia.net/ diakses pada 12 Januari 2017 pukul 22.57 WIB.

http://as-salafiyyah.blogspot.co.id/2012/05/islam-wetu-telu-di-bayanlombok.html,

diakses pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 22.30 WIB.

http://www.kompasiana.com/www.suarakomunitas.net/filosofi-ajaran-wetu-telu

di-bayan-lombok-utara diakses pada tanggal 18 januari 2017 pukul 22.00 WIB.

http://www.cendananews.com/2016/01/dianggap-sesat-ini-jawabanpenganut.html,

diakses pada 21 Januari Pukul 23.00 WIB.

Wawancara pribadi dengan Amaq Sumiati, Pelaku Wetu Telu, Narmada 15

Febururi 2014 Pukul 9.27 WITA.

Wawancara pribadi dengan Yudi, Warga Desa Narmada, Narmada, 25 februari

2014, Pukul 16.21 WITA.

Wawancara pribadi dengan Amaq Mansur, Pelaku Wetu Telu, Narmada 19

Februari 2014 Pukul 14.09 WITA.

Page 85: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

HASIL WAWANCARA DENGAN SALAH SATU PELAKU WETU TELU DESA

NARMADA KABUPATENLOMBAK BARAT

Nama : Amaq Sumiati

Usia : 76 Tahun

Alamat : Narmada, Lombok Barat

Pekerjaan : Petani

Pertanyaan : Kapan Sejarah munculnya Islam Wetu Telu di Narmada Lombok?

Jawaban : Ditandai dengan datangnya para Da’i

Datangnya dai-dai yang dari tanah jawa, sekitar tahun 1600 M. Melalui

daerah Bayan, wilayah Lombok bagian utara yang sekarang menjadi

kabupaten Lombok utara. Para dai berdakwah dengan menggunakan

metode-metode pendekatan keilmuwan dan dengan mempertimbangkan

situasi saat itu. Ketika itu masyarakat pulau Lombok masih dalam

keadaan kepercayaan animisme, yakni pengaruh Hindu dan Budha.

Maka para Da’i didalam berdakwah memperkenalkan Islam tidak

dengan secara terbuka tetapi dengan cara menyentuh kepada ketuhanan.

Kemudian tentang metode bagaimana caranya para Da’i (yang dalam

bahasa Sasak ngamar) memulai dengan memperkenalkan dari mana asal

kejadian manusia, supaya mengenal diri manusia setelah itu nantinya

dia akan mengenal Tuhannya.

Page 86: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

HASIL WAWANCARA DENGAN SALAH SATU BUDYAWAN DESA

NARMADA KABUPATENLOMBAK BARAT

Nama : Drs. Sanusi

Usia : 55 Tahun

Alamat : Narmada, Lombok Barat

Pekerjaan : Budayawan

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan shalat Wetu Telu di Desa Narmada?

Jawaban : Pada dasarnya ajaran wetu telu yang sudah disebutkan di atas

menggunakan tiga waktu, mereka menafsirkan sebutan itu karena

penganut Islam Wetu Telu misalnya hanya melaksanakan tiga rukun

islam saja yaitu mengucap syahadat, melaksanakn shalat, dan berpuasa.

Mereka meninggalkan rukun yang keempat dan kelima. Untuk urusan

shalat mereka hanya melaksanakan shalat tiga kali sehari, yaitu shalat

pada siang hari (dzuhur), sore hari (ashar), dan saat matahari terbenam

(maghrib). Sedangkan untuk ajaran shalatnya sama dengan Islam

Waktu Lima yang membedakan hanya waktunya saja. Tetapi ada

beberapa kelompok islam wetu dalam pelaksanaan shalatnya berbeda

dengan yang disebutkan di atas. berikut kelompok-kelompok tersebut:

Kelompok pertama, shalat lima waktu: magrib, isya, subuh, ashar

dan dzuhur dilaksanakan oleh kyainya saja. Hal ini berlaku untuk Wetu

Telu didaerah pujut bagian selatan, Lombok Tengah (Wetu Telu Putih).

Kelompok kedua, waktu shalat hanya zuhur saja pada hari

jum’at, shalat mayyit, sholat hari raya idhul fitri, sholat terawih di

Page 87: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

bulan ramadhan. Hal ini berlaku di daerah bayan, tanjung, narmada,

gerung dan pujut (Waktu Telu Hitam).

Kelompok ketiga, waktu shalat hanyalah ashar pada hari kamis,

shalat subuh pada pagi hari raya idhul fitri, shalat pada hari jum’at.

Hal ini berlaku di daerah sembalung, sapit Lombok timur.

Kelompok keempat, waktu shalat subuh pada pagi hari raya idhul

fitri, shalat zuhur pada hari jum’at, shalat magrib dan isya selama

bulan ramadhan, hari raya idhul fitri dan idhul adha, shalat tarawih

dan shalat mayyit. Hal ini berlaku di daerah rambitan Lombok

Tengah.

Kelompok kelima, selama kyai bertugas sebagai marbot atau

petugas penjaga masjid dan memukul bedug maka wajib

melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam berturut-turut

selama 7 hari, apabila kyai sudah tidak berfungsi lagi maka ia hanya

shalat jum’at, shalat mayyit, shalat tarawih, shalat hari raya idhul fitri

dan idhul adha. Hal ini berlaku di daerah desa pengadangan Lombok

Timur

Page 88: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

HASIL WAWANCARA DENGAN SALAH SATU PELAKU WETRU TELU

DESA NARMADA KABUPATENLOMBAK BARAT

Nama : Amaq Mansur

Usia : 52 Tahun

Alamat : Narmada, Lombok Barat

Pekerjaan : -

Pertanyaan : Bagaimana proses pengajaran Islam Wetu Telu di Narmada?

Jawaban : 1. Bertaubat lebih dahu

Mereka tidak boleh diajarkan ajaran Islam sebelum bertaubat

terlebih dahulu, bunyi taubatnya sebagai berikut : (HAMBE HANE

HANEDE PENGAMPURE HING ALLAH SAKING SAKUEHE DOSE

HAMBE IKANG AGUNG IKANG ALIT IKANG SAMAR IKANG NYATE

TANMEHE SAMI NGAMBIL PATOBAD AKNING ALLAH)

“ASTAGFIRULLAH AL-ALIM MIN KULLI ZAMBIN WA ATUBU

ILAIH”(3X), ASYHADU ALLA ILAHAILLALLAH WA ASYHADU ANNA

MUHAMMAD RASULULLAH” (3X), ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA

MUHAMMAD WA ’ALA SAIYYIDINA MUHAMMAD” (3X). Dalam

proses belajarnya sang murid begitu patuh kepada guru mereka, mereka

merasa ketergantungan atas segala yang diajarkan oleh maha guru.

Ada beberapa pendapat yang menyebutkan tentang latar belakang

munculnya Islam Wetu Telu. Pertama, pendapat yang menyebutkan

bahwa Islam Wetu Telu terbentuk bersamaan dengan penyebaran agama

Islam di Lombok. Dengan sebab yang tidak pasti, para penyebarnya (para

wali dan muridnya) meninggalkan Lombok menuju pulau Sumbawa.

Page 89: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

Akibatnya, masyarakat yang masih dengan kepercayaan animisme dan

Hindu tidak sepenuhnya mampu menyerap ajaran agama Islam. Pada

akhirnya, mereka memadukan ajaran animisme, Hindu dan Islam menjai

satu. Perpaduan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Islam

Wetu Telu (wacana, 1985). Jadi, dapat dikatakan bahwa Islam Wetu Telu

itu sebelah kakinya di Islam, dan sebelahnya lagi di animisme dan Hindu.

Dari beberapa pendapat diatas, yang jelas bahwa Islam Wetu

Telu sangat berbau Islam meskipun dalam beberapa acara ritual tampak

adanya singkritisme antara agama Islam, Hindu dan ajaran Nenek

Moyang. Inilah yang lebih mendekati kebenaran asal-usul Islam Wetu

Telu terbentuk atau muncul setelah Belanda menguasai Lombok Dalam

masyarakat Lombok yang awam, mereka menyebut kepercayaan ini

dengan sebutan "Wetu Telu" sebagai akulturasi dari ajaran Islam dan

sisa kepercayaan lama yakni animisme, dinamisme, dan kerpercayaan

Hindu. Selain itu karena penganut kepercayaan ini tidak menjalankan

peribadatan seperti agama Islam pada umumnya -dikenal dengan

sebutan "Waktu Lima" karena menjalankan kewajiban shalat Lima

Waktu- Yang wajib menjalankan ibadah-ibadah tersebut hanyalah

orang-orang tertentu seperti kiai atau pemangku adat (Sebutan untuk

pewaris adat istiadat nenek moyang). Kegiatan apapun yang

berhubungan dengan daur hidup (kematian, kelahiran, penyembelihan

hewan, selamatan dll) harus diketahui oleh kiai atau pemangku adat dan

mereka harus mendapat bagian dari upacara-upacara tersebut sebagai

ucapan terima kasih dari tuan rumah.

Page 90: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

2. Pembekalan Dakwah

Biasanya jika seseorang akan masuk ajaran tertentu ada beberapa

pembekalan yang harus dilakukan, tujuannya agar orang tersebut

mampu mendalami ajarannya dengan baik.

Pertama-tama yang diajarkan adalah tentang siapa dirinya, yang diawali

dengan keberadaan dirinya ketika bersama Allah (alam nur) yang

disebutnya AHADIYAH, kemudian ketika berada di dalam perut

ibunya yang disebutnya WAHDAH, kemudian setelah dia lahir di bumi

disebutnya WAHIDIAH, inilah yang dikembangkan dengan berbagai

macam metode sesuai menurut situasi masyarakat yang mana nantinya

bentuk ibadahnya melalui shalat lima waktu, yakni Dzuhur, Ashar,

Maghrib, Isya’ dan Subuh. dzuhur disimbolkan dengan warna putih,

ashar disimbolkan dengan warna kuning, magrib disimbolkan dengan

warna merah, isya disimbolkan dengan warna hitam, subuh

disimbolkan dengan warna biru. Semua simbol warna tadi ada pada

tubuh manusia, darah putih, kuning, merah, hitam dan biru. Sedangkan

mengenai jumlah rakaat shalat zuhur yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua tangan dan dua kaki, ashar yang empat rakaat, tuhan

menciptakan dua mata dan dua telinga, magrib yang tiga rakaat tuhan

yang menciptakan dua hidung dan satu mulut, subuh yang dua rakaat,

tuhan menciptakan dada dan punggung. Selanjutnya para dai juga

Page 91: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya

berdakwah dengan melalui tembang seperti tembang sinom. Salah satu

isinya “istri lanang sami sembahyang, hati sami beceh hadining”.

Page 92: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 93: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 94: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 95: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya
Page 96: PELAKSANAAN SHOLAT WETU TELU SUKU SASAK DI LOMBOK ( …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41558/1/SITI... · E. Bilangan Shalat Yang Diwajibkan ... ibadah lainnya