134
PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH DALAM MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS SANTRI DI SMA PLUS IBADURRAHMAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh: Nada Nadhifah NIM 11170110000101 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA

MATA PELAJARAN FIQIH DALAM

MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS SANTRI

DI SMA PLUS IBADURRAHMAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

Nada Nadhifah

NIM 11170110000101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

Page 2: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

ii

Page 3: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Metode Bandongan pada Mata

Pelajaran Fiqih dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus

Ibadurrahman yang disusun oleh Nada Nadhifah NIM. 11170110000101.

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah

pada hari Rabu tanggal 7 April 2021 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam bidang Pendidikan

Agama Islam.

Jakarta, 27 April 2021

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Program Studi PAI

Drs. Abdul Haris, M.Ag

NIP. 19660901 199503 1 001

04-05-2021

Sekretaris Program Studi PAI

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag

NIP. 19621231 199503 1 005

02-05-2021

Penguji I

Dr. Heny Narendrany Hidayati, M. Pd

NIP. 19710512 199603 2 002

02-05-2021

Penguji II

Yudhi Munadi, M. Ag

NIP. 19701203 199803 1 003

30-04-2021

Page 4: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

iv

Page 5: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

iv

ABSTRAK

Nada Nadhifah (NIM: 11170110000101). Pelaksanaan Metode Bandongan

pada Mata Pelajaran Fiqih dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA

Plus Ibadurrahman. Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Ibadurrahman yang

bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana pelaksanaan metode bandongan pada

mata pelajaran fiqih, 2) Perkembangan berpikir kritis santri, dan 3) Faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih dalam

mengembangkan berpikir kritis santri di SMA Plus Ibadurrahman.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik

dalam pengumpulan data pada penelitian ini ialah menggunakan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah,

ustaz, dan santri. Observasi dilakukan dengan melihat ustaz saat pelaksanaan

metode bandongan selama pembelajaran fiqih dari awal hingga akhir. Dokumentasi

penelitian dilakukan untuk memperoleh dokumen, data sekolah dan kegiatan

pelaksanaan metode bandongan. Kemudian teknik dalam menganalisis data pada

penelitian ini menggunakan triangulasi.

Berdasarkan hasil dari penelitian, ditemukan guru fiqih di SMA Plus

Ibadurrahman sudah melaksanakan metode bandongan dengan baik. Metode

bandongan yang diterapkan adalah metode bandongan dengan sistem halaqah.

Adapun tahap-tahap metode bandongan yang dilaksanakan yaitu pendahuluan,

membaca dan menerjemahkan kitab, merumuskan masalah, kesempatan bertanya,

diskusi dan presentasi, penjelasan dan meluruskan kesalahpahaman, ustaz

memberikan pertanyaan, dan penutup. Karakteristik yang berkembang pada santri

SMA Plus Ibadurrahman selama pelaksanaan metode bandongan yaitu berpikiran

terbuka, informasi terpercaya, berargumen, bernalar logis, melihat fenomena dari

berbagai sudut pandang, mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi asumsi,

membuat kesimpulan, rasa ingin tahu, menjadi orang yang lebih baik, percaya diri,

fleksibel dalam mempertimbangkan opini, memahami pendapat orang lain, hati-

hati dalam membuat penilaian, dan menimbangkan kembali pandangan.

Berdasarkan hal tersebut maka keterampilan berpikir kritis santri di SMA Plus

Ibadurrahman sudah dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik. Faktor

pendukung metode bandongan ialah 1) Metode yang sesuai dengan sekolah yang

berbasis pondok pesantren, 2) Guru-guru salafi yang modern, 3) Banyaknya

kelebihan metode bandongan juga karena pembahasannya sesuai dengan

kenyataan, penjelasannya lebih rinci, aktif bertanya, dan membantu santri

mengembangkan berpikir kritisnya, 4) Metode ini membuat mereka bersemangat.

Faktor penghambat metode bandongan ialah 1) Kurangnya guru, 2) Sarana dan

prasarana yang belum mencukupi, 3) Santri belum menulis salinan kitab dan

kurangnya waktu, dan 4) Santri yang mengantuk saat pelajaran.

Kata Kunci: Metode Bandongan, Mata Pelajaran Fiqih, dan Berpikir Kritis

Page 6: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

v

ABSTRACT

Nada Nadhifah (NIM: 11170110000101). Implementation of Bandongan

Method in Fiqh Subjects in Developing Santri's Critical Thinking at SMA Plus

Ibadurrahman. This research was conducted at SMA Plus Ibadurrahman which aims

to know 1) How the bandongan method is implemented in fiqh subjects, 2) The

development of critical thinking of students, and 3) Factors that influence the

implementation of the bandongan method in fiqh subjects in developing the critical

thinking of students at SMA Plus Ibadurrahman.

This research uses descriptive qualitative research methods. Techniques in

data collection in this study are to use interviews, observation, and documentation.

These interviews were conducted with the principal, ustaz, and students.

Observations were made by looking at the ustaz during the implementation of the

bandongan method during fiqh learning from beginning to end. Research

documentation was carried out to obtain documents, school data and the

implementation of the bandongan method. Then the technique in analyzing the data

in this study used triangulation.

Based on the results of the research, it was found the fiqh teachers at SMA

Plus Ibadurrahman had implemented the bandongan method well. The bandongan

method applied is the bandongan method with the halaqah system. The stages of

the bandongan method are carried out, namely preliminaries, reading and

translating books, formulating problems, opportunities to ask questions,

discussions, and presentations, explaining and straightening out misunderstandings,

ustaz giving questions, and closing. The characteristics that developed in SMA Plus

Ibadurrahman students during the implementation of the bandongan method were

open-minded, trusted information, argued, logical reasoning, seeing phenomena

from various points of view, asking questions, identifying assumptions, making

conclusions, curiosity, becoming a better person, confident, flexible in considering

opinions, understand the opinions of others, be careful in making judgments, and

reconsider views. Based on this, the critical thinking skills of students at SMA Plus

Ibadurrahman have been developed and implemented well. The supporting factors

for the bandongan method are 1) The method is suitable for schools based on

Islamic boarding schools, 2) Modern salafi teachers, 3) The many advantages of the

bandongan method are also because the discussion is following reality, the

explanation is more detailed, actively asks questions, and helps students develop

critical thinking, 4) This method makes them excited. The inhibiting factors for the

bandongan method are 1) Lack of teachers, 2) Inadequate facilities and

infrastructure, 3) Santri have not written copies of books and lack of time, and 4)

Santri are sleepy during lessons.

Keywords: Bandongan Method, Fiqh Subjects, and Critical Thinking.

Page 7: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdulilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta

alam, penulis bersyukur telah menyelesaikan skripsi ini dengan baik berkat kuasa

serta nikmat-Nya yang diberikan. Teriring shalawat serta salam yang tidak lupa

penulis haturkan kepada imam dari para nabi, kekasih Allah tercinta yaitu Nabi

Muhammad SAW. Karena Beliau telah menuntun umatnya dari zaman jahilliyah

hingga zaman islam seperti sekarang ini, minadzulumati ilan nur.

Penulis mengakui dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, dan juga

menyadari bahwa banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Akan tetapi berkat

dukungan, doa-doa, serta saran dan kalimat yang membangun dari berbagai pihak

itulah yang membantu saya untuk istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam

menyelesaikan penelitian ini. Dengan demikian saya sebagai penulis mengucapkan

terimakasih banyak kepada:

1. Drs. Abdul Haris, M.Ag selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam.

2. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam.

3. Dr. Bahrissalim, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk selalu membimbing sampai saat ini.

4. Dr. Dimyati, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan selama proses pembuatan skripsi.

5. Almukarom Alm. KH. Drs. Achmad Ihsan dan KH. Faiz Dzu Darain, S.SI

beserta keluarga Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Mumtaz

Ibadurrahman.

6. Almukarom Ustaz Muslihin Jamil, S.Pd.I selaku kepala sekolah SMA Plus

Ibadurrahman dan Ustaz Abu Nizhom selaku guru fiqih di SMA Plus

Ibadurrahman.

Page 8: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

vii

7. Ibu dan Bapak yang selalu mendoakan juga memberikan dukungan, baik

dari segi moril ataupun materiil.

8. Kawan-kawan mahasiswa/i angkatan 2017 serta santri pondok pesantren

Mumtaz Ibadurrahman yang sudah membantu berkontribusi, memberi

dukungan, dorongan, semangat, dan do’a.

9. Dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini

namun namanya tidak disebutkan satu persatu.

Penulis mengakui jasa kalian tidak akan terbalaskan oleh segalanya, hanya

dapat mendoakan kembali dan semoga menerima balasan dari Allah SWT dengan

kebaikan yang lebih baik di dunia ataupun di akhirat, Aamiin.

Demikianlah penelitian ini yang penulis teliti dan penulis sudah berusaha

membuat hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dengan sangat baik dengan

memperhatikan dari segi tulisan ataupun hal lainnya untuk mengurangi kesalahan.

Penulis sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi

siapa saja yang membacanya dan tentunya bagi penulis sendiri. Penulis

membutuhkan saran atau kritikan yang membangun demi penulisan yang lebih baik

lagi di masa mendatang.

Tangerang, 15 September 2020

Penulis

Nada Nadhifah

Page 9: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORETIK ........................................................................ 9

A. Metode Bandongan ............................................................................... 9

1. Pengertian Metode Pembelajaran ...................................................... 9

2. Metode Bandongan ......................................................................... 10

3. Sistem Kelompok Kelas dalam Metode Bandongan (Halaqah) ..... 16

B. Pembelajaran Fiqih ............................................................................. 17

C. Berpikir Kritis ..................................................................................... 20

D. Santri ................................................................................................... 24

E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 26

Page 10: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 29

B. Latar Penelitian (Setting) .................................................................... 29

C. Metode Penelitian ............................................................................... 29

D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 30

E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 31

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................. 33

G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 34

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 35

A. Deskripsi Data..................................................................................... 35

B. Pembahasan Temuan Penelitian ......................................................... 40

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73

A. Kesimpulan ......................................................................................... 73

B. Saran ................................................................................................... 74

C. Keterbatasan Penelitian....................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN ................................................................................................... 81

UJI REFERENSI ........................................................................................ 111

Page 11: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Berpikir Kritis ........................................................... 22

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Pelaksanaan Metode Bandongan .................... 30

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Metode Bandongan ................. 30

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Dokumentasi Pelaksanaan Metode Bandongan .............. 31

Tabel 4.1 Guru di SMA Plus Ibadurrahman ................................................... 37

Tabel 4.2 Peserta Didik di SMA Plus Ibadurrahman ...................................... 39

Tabel 4.3 Pertanyaan Fiqih di kelas XII.2 IPA ............................................... 50

Tabel 4.4 Jawaban dari Diskusi ...................................................................... 52

Tabel 4.5 Penjelasan dan Meluruskan Kesalahpahaman ................................ 56

Tabel 4.6 Pertanyaan Ustaz Kepada Santri Kelas XII.2 IPA .......................... 59

Tabel 4.7 Karakteristik Berpikir Kritis pada Tahap Metode Bandongan ....... 62

Tabel 4.8 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Metode Bandongan dalam

Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus Ibadurrahman

........................................................................................................ 70

Page 12: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman .. 37

Gambar 4.2 Kegiatan Pendahuluan ................................................................. 44

Gambar 4.3 Membaca dan Menerjemahkan Kitab ......................................... 47

Gambar 4.4 Merumuskan Masalah ................................................................. 49

Gambar 4.5 Kesempatan Bertanya .................................................................. 51

Gambar 4.6 Diskusi dan Presentasi ................................................................. 55

Gambar 4.7 Penjelasan dan Meluruskan Kesalahpahaman ............................. 58

Gambar 4.8 Ustaz Memberikan Pertanyaan .................................................... 60

Gambar 4.9 Kegiatan Penutup ........................................................................ 61

Page 13: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara Kepala Sekolah SMA Plus Ibadurrahman

Lampiran 2: Pedoman Wawancara Guru Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman

Lampiran 3: Pedoman Wawancara Santri Kelas XII.2 IPA Putri di SMA Plus

Ibadurrahman

Lampiran 4: Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 5: Hasil Wawancara Guru Fiqih

Lampiran 6: Hasil Wawancara Santri Kelas XII.2 IPA SMA Plus Ibadurrahman

Lampiran 7: Foto Kegiatan

Lampiran 8: Uji Referensi

Lampiran 9: Biodata Penulis

Page 14: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kewajiban manusia dan harus selalu belajar selama

manusia itu masih hidup. Manusia tidak dapat hidup sebagai manusia jika ia tidak

dididik oleh siapapun.1 Proses belajar terjadi secara mental sehingga tidak dapat

diamati sehingga ia bersifat abstrak. Oleh karenanya itu hanya akan dapat diamati

ketika terajadi perubahan perilaku seseorang dari perilaku yang sebelumnya.2

Sedangkan Sagne berpendapat bahwa belajar adalah proses kognitif yang

mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi

kopabilitas baru, berupa keterampilan pengetahuan, sikap, dan nilai.3

Pada abad ke-21 terdapat keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap

orang agar dapat menghadapi berbagai rintangan, permasalahan dan rintangan.

National Education Association menyebutkan bahwa keterampilan tersebut adalah

“The 4Cs” yaitu kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi.4 Kemampuan berpikir

kritis sangat penting dan berfungsi sangat efektif di semua aspek dalam kehidupan.

Dengan demikian maka kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan dari kecil

ketika di sekolah, rumah ataupun di lingkungan. Untuk mencapai hasil yang optimal

maka selama proses pembelajaran membutuhkan kegiatan berpikir secara aktif dan

untuk mendapatkan hasil yang optimal di dalam berpikir secara aktif maka

dibutuhkan pemikiran kritis peserta didik.5

1 M Thobroni, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2015), Cet Ke-1, h. 15. 2 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2015), Cet 1, h. 20. 3 Moh Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), cet ke-1, h. 10. 4 I Wayan Redhana, Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran Kimia,

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume. 13, Nomor. 1, 2019, hal 2239 – 2253. h. 2241. 5 Deti Ahmatika, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan

Inquiry/Discovery, Program studi P.MTK Cirebon, 2016. Jurnal Euclid, volume. 3, No. 1, page 377-

525. h. 377-378.

Page 15: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

2

Fakta yang muncul dalam pembelajaran di dalam kelas diantaranya proses

yang cenderung monoton ketika belajar dan respon peserta didik kurang positif.6

Karena berpikir kritis itu sangat penting maka proses pembelajaran guru harus

selalu berinovasi dalam mengajar.7 Akan tetapi fakta yang ditemukan menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kritis siswa rendah, dapat dilihat dari kualitas

pertanyaan dan kualitas jawaban siswa. Siswa dalam menggunakan daya nalarnya

itu kurang terutama dalam menanggapi informasi yang didapat.8 Ketika guru saja

yang aktif maka membuat pembelajaran yang monoton dan akan membuat siswa

pasif selama pembelajaran, bahkan ditemukan banyak siswa yang jenuh dalam

belajar menyebabkan siswa kurang aktif dalam berpikir dan membuat pertanyaan.9

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka guru memiliki tugas untuk

melaksanakan pembelajaran yang efektif dan dapat mengembangkan keterampilan

berpikir kritis siswa. Pembelajaran yang baik itu jika terdapat interaksi selama

proses pembelajarannya di antara guru dan peserta didik, seperti peserta didik aktif

berdiskusi, menelaah, mengevaluasi, memberikan kesimpulan, dan memberikan

pertanyaan, maka akan membuat peserta didik lebih mengembangkan keterampilan

berpikir kritisnya.

Guru ketika mengembangkan kegiatan belajar mengajar ia pasti berusaha

untuk mencapai tujuan. Salah satu usahanya yaitu menerapkan metode

pembelajaran.10 Dalam pendidikan Islam, metode memiliki kedudukan sangat

penting untuk tercapainya tujuan. Metode menjadi sarana ketika menyampaikan

6 Bistari Basuni Yusuf, Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif, P.Matematika FKIP Untan.

Jurnal Kajian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017-Maret 2018. h. 13. 7 Purna Bayu Nugroho, Scaffolding Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam

Pembelajaran Matematika, STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung, Jurnal Silogisme: Kajian

Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN: 2527-6182. h. 15. 8 Ibid. 9 Hasil observasi kelas XII pada tanggal 31 Agustus 2020. 10Samiudin, Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran, Jurnal Studi Islam, Volume.

11, No. 2, Desember 2016. Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana Bangil, Indonesia. h. 118

Page 16: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

3

materi pelajaran. Jika tidak ada metode maka materi pelajaran tidak akan efektif

dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.11

Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang telah lama tumbuh dan

berkembang. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang sudah ada

sebelum sekolah umum atau madrasah- berdiri.12 Pada masa lalu pesantren

memberikan pengajaran formal satu-satunya dengan pengajaran kitab-kitab klasik

terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’i.13

Dalam penggunaan metode, ada perbedaan yang khas antara pendidikan

formal dengan pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren memiliki ciri khas

metode pembelajaran kitab dengan cara wetonan atau bandongan, sorogan dan

hafalan.14 Metode bandongan atau juga disebut dengan wetonan adalah metode

pengajaran dengan cara ustaz/kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan

mengulas kitab/buku-buku keislaman dalam Bahasa Arab, sedangkan santri

mendengarkannya. Mereka membuat catatan-catatan berupa arti ataupun

keterangan dari kata-kata yang diutarakan oleh ustaz atau kiai tersebut.15 Dan dalam

metode bandongan, sistem kelas disebut dengan halaqah.16

Metode bandongan yang menjadi fokus peneliti, banyak sekali yang

menganggap bahwa metode ini klasik dan ketinggalan zaman, namun sampai saat

ini masih banyak sekali sekolah berbasis pesantren yang masih tetap menggunakan

bandongan sebagai metode pembelajarannya, terutama pelajaran yang

menggunakan kitab-kitab Islam. Maka dilihat dari banyaknya pesantren yang masih

11 M. Irfangi, “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah

Aliyah”. DOI: https://doi.org/10.24090/jk.v5i1.1255 e-ISSN 2598-4845; p-ISSN 2355-018X. Jurnal

kependidikan, Vol. 5, No.1. Mei 2017, h. 69. 12 Ahmad Syafi’ie Noor, “Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional”.

(Jakarta: Prenada, 2009). h. 15 13 Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia”. (Jakarta: LP3ES, 2011). h. 86. 14 H. A. Idhoh Anas, “Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pesantren”, Jurusan Tarbiyah

STAIN Pekalongan. Jurnal Cendekia, Vol. 10, No. 1, 2012. h. 37. 15 Kompri. “Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren”. (Jakarta: Prenada Media,

2018). h. 131. 16 Nurcholis Madjid, “Bilik-Bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 34.

Page 17: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

4

menggunakan metode bandongan sebagai metode pembelajarannya berarti metode

ini masih eksis dan memberikan dampak yang positif bagi peserta didik.

Menurut Effendi Chairi dalam jurnal manajemen pendidikan Islam,

“metode bandongan jika hanya diterapkan menggunakan cara yang lama maka

tidak akan relevan dengan kebutuhan peserta didik pada abad 21 ini. Metode

bandongan klasik tidak akan mampu meningkatkan daya kognitif santri karena

masih kental dengan suasana monologis yang menekankan daya ingatan semata.”17

Dalam jurnal modernisasi pendidikan Islam di Indonesia milik Saihu,

“menurut Mahmud Yunus bahwa metode bandongan yang diterapkan di pesantren

hanya bisa menghasilkan 1% santri yang pandai dan dan 99% pandai hanya untuk

membeli minyak atau kebutuhan dapur dengan harga yang murah”.18

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa metode ini dikenal

sangat tidak efektif karena pelaksanaanya hanya ustaz atau kyai saja yang aktif

sedangkan santri tidak aktif. Mengenai hal tersebut berdasarkan wawancara dengan

ustaz Muslihin Jamil selaku kepala sekolah di SMA Plus Ibadurrahman yang

menerapkan metode bandongan di sekolah tersebut sangat amat menyayangkan jika

pandangan metode bandongan dianggap tidak efektif sebab dalam pelaksanaannya

di sekolah ini santri turut serta dan aktif dalam pembelajaran, hanya masalah faktor

yang mempengaruhinya saja seperti kemampuan gurunya dalam melaksanakan

metode itu di kelas.19

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok

pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman

sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya.20 Metode

bandongan lebih dikenal dengan metode tradisional yang ketinggalan zaman dan

17 Ibid. h. 83. 18 Saihu, “Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia”. Dosen STIT Al Amin Banten. Al

Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN: 2088-7981 E-ISSN: 2685-1148. Volume 3,

No 1, 2015. h. 14. 19 Hasil wawancara dengan Ustaz Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus

Ibadurrahman pada tanggal 31 Agustus 2020. 20 Ridawati, “Taffaquh Fiddin dan Implementasinya pada Pondok Pesantren di Jawa Barat”.

(Indragiri: PT. Indragiri Dot Com, 2020). h. 225.

Page 18: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

5

tidak efektif, akan tetapi tidak sedikit pula guru, ustaz atau kiai yang menerapkan

metode bandongan ini dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan baik.21

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan dalam lingkungan pesantren

dapat digolongkan menjadi delapan kelompok: 1. Nahwu-Sharaf, 2. Fiqh, 3. Ushul

Fiqh, 4. Hadits, 5. Tafsir, 6. Tauhid, 7. Tasawuf dan etika (Akhlak), 8. Cabang-

cabang lain seperti Tarikh dan Balaghoh.22 Fiqih umumnya diartikan oleh para

ulama sebagai kumpulan hukum amaliyah yang sifatnya akan diamalkan yang

disyariatkan Islam. Pengetahuan tentang hukum-hukum agama atau syariat

memang dalam jangka waktu yang lama sekali memegang dominasi dunia

pemikiran atau intelektual Islam.23

Besarnya perhatian terhadap fiqih barangkali disebabkan karena fiqihlah

diantara cabang ilmu agama Islam yang dianggap paling penting. Fiqih

mengandung berbagai implikasi kongkrit terhadap perilaku keseharian individu

maupun masyarakat. Fiqih yang mengatur tentang hal-hal yang dilarang maupun

hal-hal yang dianjurkan. Oleh sebab itu fiqih merupakan inti pendidikan

pesantren.24 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru

mata pelajaran fiqih beliau menyatakan bahwa menjadi tantangan tersendiri ketika

mata pelajaran fiqih yang diajarkan di sekolah menggunakan kitab-kitab Islam

klasik dan bukan menggunakan LKS atau buku paket, maka dari itu guru harus

memilih metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan

kebutuhan peserta didik untuk aktif serta mengembangkan kemampuan berpikir

untuk menjawab permasalahan-permasalahan di masa yang akan datang.25

Dari penjelasan di atas maka penting sekali melakukan penelitian bagi

peneliti untuk mengkaji lebih dalam terkait pelaksanaan metode bandongan pada

21 Observasi kelas XII pada mata pelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman pada tanggal 31

Agustus 2020. 22 Ahmad Syafi’ie Noor Op.Cit,. h. 56. 23 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”. (Jakarta: Ciputat Press, 2002). h. 81. 24 Ibid. 25 Pernyataan Ustaz Abu Nizhom selaku guru mata pelajaran fiqih pada tanggal 31 Agustus

2020.

Page 19: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

6

mata pelajaran fiqih dalam mengembangkan berpikir kritis santri. Berdasarkan hal

tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “PELAKSANAAN

METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH DALAM

MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS SANTRI DI SMA PLUS

IBADURRAHMAN”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah-masalah yang

ditemukan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Guru, Ustaz, atau Kiai kurang memberikan dorongan dalam

mengembangkan daya berpikir kritis santri selama proses pembelajaran.

2. Metode bandongan dianggap metode yang klasik, ketinggalan zaman dan

kurang efektif.

3. Peserta didik atau santri pada abad 21 ini dituntut untuk lebih menguasai

banyak hal. Santri harus diberikan bekal untuk menjawab permasalahan-

permasalahan di masa yang akan datang.

4. Mata pelajaran fiqih yang menggunakan kitab Islam klasik dalam

pembelajarannya maka perlu perhatian lebih terkait dengan metode

pembelajaran agar sesuai dengan materi dan juga kebutuhan peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu luas dan juga terarah maka perlu

adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi

masalah di atas, maka penulis hanya membatasi pada:

a. Bandongan adalah metode pengajaran dengan cara kiai atau ustaz

membaca, menerjemahkan, menerangkan, mengulas kitab, atau buku

keislaman dalam bahasa Arab dan santri mendengarkannya.26

b. Fiqih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum Islam yang

berhubungan dengan perbuatan manusia. 27

26 Kompri, Loc. Cit. 27 Hafsah, “Pembelajaran Fiqih”. (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2016). h. 3

Page 20: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

7

c. Berpikir kritis adalah proses berpikir terampil dan bertanggung jawab ketika

seseorang mempelajari suatu permasalahan dari semua sudut pandang dan

dapat memperoleh pertimbangan terbaik untuk menarik kesimpulan.28

d. Santri adalah para murid atau peserta didik pesantren yang belajar dan

diasramakan dalam suatu kompleks yang dinamakan pondok.29

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

peneliti sebutkan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran Fiqih

dalam mengembangkan berpikir kritis santri di SMA Plus Ibadurrahman?

2. Bagaimana perkembangan keterampilan berpikir kritis santri di SMA Plus

Ibadurrahman?

3. Apasaja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada

mata pelajaran Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan metode

bandongan pada mata pelajaran fiqih dalam mengembangkan berpikir kritis

santri di SMA Plus Ibadurrahman.

2. Untuk mengetahui perkembangan keterampilan berpikir kritis santri di

SMA Plus Ibadurrahman.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode

bandongan pada mata pelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman.

28 Ridwan Abdullah Sani, “Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thingking Skills)”,

(Tangerang: Tsmart Printing, 2019). h. 15. 29 Ahmad Syafi’ie Noor, Op.Cit,. h. 73.

Page 21: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

8

F. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat,

diantaranya sebagai berikut:

a. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat dengan menambahnya

ilmu pengetahuan, wawasan, serta pengalaman khususnya bagi bidang Pendidikan

Agama Islam yang terkait dengan metode bandongan terutama dalam mempelajari

kitab-kitab klasik atau kitab kuning seperti kitab-kitab fiqih.

b. Kegunaan Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan, serta wawasan yang baru bagi peneliti sendiri, dan semoga

penelitian ini dapat memberikan informasi baru mengenai pembelajaran

dengan cara penerapan metode pembelajaran yang dapat menunjang proses

belajar mengajar di sekolah ketika kelak menjadi guru.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat dijadikan tambahan

informasi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran khususnya dalam

pelaksanaan metode bandongan untuk menunjang mutu Pendidikan Agama

Islam pada umumnya, khususnya pada mata pelajaran fiqih.

c. Bagi Masyarakat

Peneliti berharap masyarakat dapat menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan baru terkait metode bandongan yang dapat dilaksanakan

untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada abad 21 ini,

terutama dalam Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih.

d. Bagi Peneliti Lain

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan informasi

tambahan terkait pembelajaran fiqih atau Pendidikan Agama Islam, dan

semoga dapat menjadi gambaran, sumber referensi atau rujukan tambahan

yang relevan apabila peneliti lain juga melakukan penelitian yang sama.

Page 22: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Metode Bandongan

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos”

kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “Metha” yang berarti melewati atau melalui

dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa arab metode disebut “Thariqat” dan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai maksud.30 Dalam proses belajar mengajar, sudah pasti

terdapat metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang

ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan

mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak

yang memuaskan.31

Dalam pembelajaran tugas guru adalah sebagai perancang yaitu

merencanakan bahan-bahan pembelajaran yang mereka buat dan dikembangkan

sendiri, serta sebagai pengelola pembelajaran yaitu proses mengamati apakah

pembelajaran disampaikan secara efektif kepada peserta didik baik dengan

komunikasi lisan, bacaan, atau media lain.32 Pemilihan metode pembelajaran yang

tepat akan mempengaruhi suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan

siswa untuk mengembangkan kreatifitas.33 Hubungan antara tujuan Pendidikan

Agama Islam merupakan sebab akibat, apabila metode pendidikan digunakan

dengan tepat maka tujuan pendidikan besar kemungkinan akan tercapai.34

30 Armai Arief. Op.Cit,. h. 40. 31 Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, “Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep &

Implementasi”, (Yogyakarta: Familia, 2015), h. 13. 32 Dina Gasong, “Belajar dan Pembelajaran”, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 6. 33 Prihma Sinta Utami, Abdul Gafur, “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar

Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri Di Kota Yogyakarta”, Harmoni Sosial: Jurnal

Pendidikan IPS Volume 2, No 1, Maret 2015 (97-103). 34 Umar, dkk, “Pengembangaan Kutrikulum Pendidikan Agama Islam Transformatif”,

(Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 22.

Page 23: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

10

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pilihan

cara yang ditempuh guru dalam proses pembelajaran yang disebut dengan metode,

jika guru tepat dalam melaksanakannya maka akan dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Metode yang tepat juga akan membuat suasana dalam pembelajaran

menjadi menyenangkan dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

Dalam memilih metode guru dapat memilih metode yang paling tepat, dan

dalam pemilihan tersebut menurut Surachmad banyak yang harus dipertimbangkan

antara lain:35

1) Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan,

kematangan, dan perbedaan individu lainnya.

2) Tujuan yang hendak dicapai

3) Situasi yang mencakup hal yang umum.

4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi metode yang akan digunakan.

5) Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup fisik dan keahlian.

6) Sifat bahan pengajaran.

Demikianlah telah disebutkan di atas mengenai beberapa pertimbangan

dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Memilih

metode tidak sulit, yang sulit ialah penyusunan langkah-langkah mengajar yang

diperkirakan efektif sesuai dengan kondisi dan situasi baik dari siswa, sekolah,

ataupun guru itu sendiri.

Dengan demikian dalam memperhatikan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih metode diharapkan guru dapat mengetahui prinsip

metode itu sebenarnya sehingga pembelajaran terlaksana secara efektif untuk

mencapai tujuan, khususnya bagi guru Pendidikan Agama Islam.

2. Metode Bandongan

Menurut Kompri wetonan atau disebut juga metode bandongan adalah

metode pengajaran dengan cara kiai atau ustaz membaca, menerjemahkan,

35 Esti Suryani, “Best Practice Pembelajaran Melalui Problem Based Learning”, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017). h. 33-34.

Page 24: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

11

menerangkan, mengulas kitab, atau buku keislaman dalam bahasa Arab dan santri

mendengarkannya.36 Menurut Nurcholis Madjid weton adalah pengajian yang

inisiatifnya berasal dari kiai sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun

lebih-lebih lagi kitabnya.37 Pelaksanaan pengajian bandungan oleh masyarakat

Jawa Timur sering disebut dengan weton, atau sekurang-kurangnya membaurkan

saja istilah tersebut.38

Bandungan (bandongan atau wetonan) merupakan metode utama sistem

pengajaran di lingkungan pesantren. Kebanyakan pesantren, terutama di pesantren-

pesantren yang besar biasanya menyelenggarakan bermacam-macam kelas

bandongan (ḥalaqah) untuk mengajarkan pelajaran, mulai dari kitab-kitab

elementer sampai tingkat tinggi, yang diselenggarakan setiap hari (kecuali hari

Jum’at), dari pagi buta setelah shalat subuh sampai larut malam.39

Pendidikan pada masa sebelum tahun 1900 merupakan masa tradisional

dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia. Pada masa tersebut kitab-kitab masih

banyak yang menggunakan tulisan tangan manusia dan metode pengajarannya

menggunakan sistem bandongan dan ḥalaqah dalam proses belajar mengajar.40

Cara pengajaran di pesantren itu unik. Sang Kiai yang biasanya adalah pendiri

sekaligus pemilik pesantren membacakan manuskrip-manuskrip keagamaan klasik

berbahasa Arab yang dikenal dengan sebutan kitab kuning. Sementara itu para

santri mendengarkan sambil memberi catatan (ngesahi, Jawa) pada kitab yang

sedang dibaca. Metode ini disebut dengan bandongan atau layanan kolektif

(collective learning process).41 Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini

berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti

36 Kompri, Loc. Cit. 37 Nurcholis Madjid, Loc.Cit. 38 Hasbullah, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996). h.

51. 39 Zamakhsyari Dhofier, Op. Cit. h. 57. 40 Saihu, Op. Cit. h. 6. 41 Sulthon Masyhud, dkk., “Manajemen Pondok Pesantren”, Cet Ke 2, (Jakarta: Diva Pustaka,

2003), h. 3.

Page 25: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

12

tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pengajarannya.42

Sistem pendidikan pesantren yang tradisional ini biasanya dianggap sangat

“statis” dalam sistem sorogan dan bandongan ketika menerjemahkan kitab-kitab

Islam klasik ke dalam bahasa Jawa yang padahal dalam kenyataannya tidak hanya

sekedar membicarakan bentuk (form) dengan melupakan isi (content) ajaran yang

tertuang dalam kitab-kitab tersebut. Para Kiai sebagai pembaca dan penerjemah

kitab tersebut bukan sekedar membaca teks tetapi juga memberikan pandangan-

pandangan (interpertasi) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasa pada teks.

Dengan kata lain, para kiai juga memberikan komentar antar teks sebagai

pandangan pribadinya.43

Berdasarkan penjelasan diatas, bandongan atau bisa disebut juga dengan

weton merupakan sistem pengajaran tradisional pada sekolah atau pondok

pesantren dengan cara santri duduk mengelilingi Kiai. Kiai membacakan kitab

klasik juga memberikan pandangan-pandangannya dan santri memperhatikan atau

mendengarkan bukunya juga memberikan catatan-catatan baik arti maupun

keterangan yang Kiai jelaskan.

Pelaksanaan metode bandongan ini terdiri kelompok murid yang antara

lima sampai lima ratus murid mendengarkan seorang guru yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan juga sering kali mengulas buku-buku Islam dalam

bahasa Arab,44 sedangkan santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan kitab

atau bukunya masing-masing dan membuat catatan-catatan baik artinya maupun

keterangannya tentang kata-kata yang sedang kiai jelaskan45 biasanya ditulis

menggunakan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot, karena

banyaknya catatan yang menyerupai jenggot kiai.46 Dalam bandongan para santri

memperoleh kesempatan untuk bertanya atau meminta penjelasan lebih lanjut atas

42 Ridawati, Loc. Cit. 43 Zamakhsyari Dhofier. Op.Cit,. h. 86. 44 Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit. h. 54. 45 Kompri, Op.Cit,. h. 131. 46 Armai Arief, Op.Cit,. h. 154.

Page 26: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

13

keterangan kiai. Sedangkan catatan-catatan kecil di atas kitabnya membantu untuk

melakukan telaah (muthala’ah) atau mempelajari lebih lanjut isi kitab tersebut

setelah bandongan selesai.47 Kemudian santri mengulang dan mempelajari kembali

sendiri-sendiri.48

Dengan demikian berdasarkan penjelasan di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan metode bandongan yaitu pertama, kiai

atau ustaz menerjemahkan dan memberikan penjelasan dan pandangan pribadi

beliau sambil santri mendengarkan juga memberikan catatan baik arti ataupun

keterangan. Kedua, kiai atau ustaz memberikan kesempatan kepada santri untuk

bertanya atau meminta penjelasan lebih lanjut atas keterangan kiai. Ketiga, santri

melakukan telaah terhadap catatan-catatannya dan kemudian mengulang dan

mempelajari hal tersebut sendiri-sendiri.

Dalam pelaksanaan metode bandongan, biasanya seorang kiai atau ustaz

mempersiapkan apa-apa yang diperlukan, yaitu:49

a. Memiliki gambaran mengenai tingkat kemampuan para santri guna

menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan disampaikan

b. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pemilihan kitab tersebut dan

tujuan pada setiap kali pertemuan

c. Menetapkan waktu yang diperlukan untuk pembacaan dan penjelasan,

waktu yang diperlukan untuk memberi kesempatan kepada para santri

untuk bertanya, dan waktu yang diperlukkan untuk evaluasi pada setiap

kali pertemuan

d. Mempersiapkan alat bantu atau alat peraga yang diperlukan pada

pertemuan tersebut

47 Husni Rahim, “Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia”. (Jakarta: Logos, 2001). h. 151. 48 Abu Anwar, “Karakteristik Pendidikan Dan Unsur-Unsur Kelembagaan Di Pesantren”.

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol.

2, No. 2, Desember 2016. h. 180. 49 Khamsil Laili, “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”, Al-Iman: Jurnal

Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 1, 2018. h. 73-74.

Page 27: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

14

e. Mempersiapkan catatan khusus tentang batas-batas materi yang akan

disajikannya dan tentang penilaian kepada para santri

f. Mempersiapkan bahan yang dapat digunakan untuk perluasan pembahasan

atau penambahan wawasan

g. Melakukan persiapan fisik yang memadai.

Melihat hal-hal persiapan yang biasanya dilakukan Kiai atau ustaz sebelum

mengajar menggunakan metode bandongan ini sebagaimana yang telah disebutkan

di atas, maka dengan memperhatikan hal tersebut metode bandongan dapat

terlaksana dengan baik dan efektif selama proses pembelajaran dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan dibagi

menjadi dua jenis yaitu faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor

pendukung dan penghambat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan metode

bandongan tersebut adalah sebagai berikut:50

a. Tujuan yang hendak dicapai

b. Kemampuan ustaz

c. Santri

d. Situasi dan kondisi di mana pembelajaran berlangsung

e. Fasilitas yang tersedia

f. Kelebihan dan kekurangan metode bandongan

Kelebihan metode bandongan dalam pendidikan Islam:

a. Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak

b. Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara

intensif

c. Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak

untuk memahaminya

50 Armai Arief, Op. Cit. h. 109.

Page 28: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

15

d. Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit

diajari51

e. Pencapaian kuantitas dan pencapaian kajian kitab

f. Mendekatkan relasi antara santri dengan kiai atau ustaz52

g. Mendorong santri untuk belajar lebih mandiri53

h. Mendidik anak menjadi kreatif dan dinamis54

i. Menciptakan individu yang terampil, dan bertindak jujur atas dasar etika,

norma dan agama55

j. Mengarah pada pemahaman pengetahuan keagamaan secara

komprehensif56

Kekurangan metode bandongan dalam pendidikan Islam:57

a. Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan

materi sering diulang-ulang

b. Metode ini dianggap hanya berlangsung satu arah

c. Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat

bosan

d. Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi

yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya

Metode memiliki faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode termasuk

metode bandongan. Faktor yang mempengaruhi metode bandongan yaitu tujuan,

kemampuan ustaz, santri, situasi, fasilitas, kelebihan dan juga kekurangan. Adapun

Kelebihan dan kekurangan merupakan hal yang pasti dimiliki oleh setiap metode

pembelajaran, begitupun metode bandongan. Namun dengan kelebihan dan

kekurangan yang ada pada metode bandongan maka pendidik harus memikirkan

51 Ibid. 155-156. 52 Kompri, Loc. Cit. 53 Husni Rahim, Loc. Cit. 54 Armai Arief, Op. Cit. h. 154. 55 Tajur Rizal, Ach. Fatchan. “Sistem Bandongan untuk Pendidikan Keterampilan Pertanian di

Desa Berbasis Pesantren”. Jurnal Penelitian Kependidikan, Vol 16, No. 1, Juni 2006. h. 1. 56 Ibid, h. 5. 57 Armai Arief. Op. Cit,. h. 156.

Page 29: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

16

bagaimana caranya mengembangkan kelebihan tersebut dan meminimalisir

kekurangan tersebut agar pembelajaran berjalan dengan efektif.

3. Sistem Kelompok Kelas dalam Metode Bandongan (Halaqah)

Menurut Zamakhsyari Dhofier halaqah merupakan kelompok kelas dalam

sistem bandongan yang artinya lingkaran murid atau kelompok siswa yang belajar

di bawah bimbingan seorang guru.58 Metode bandongan atau weton biasa

dikonkretkan dalam bentuk pengajian bersistem ḥalaqah, kiai membaca teks baris

demi baris, menerjemahkan dan kalau dipandang perlu disertai dengan penjelasan

yang cukup panjang.59 Istilah halaqah sudah dikenal sejak kehadiran Islam di tanah

Arab. Ketika itu halaqah digunakan untuk menamai pertemuan-pertemuan zikir,

ta’lim, dan hal-hal lain yang terkait dengan proses belajar-mengajar.60

Pelaksanaan bandongan dengan sistem halaqah menurut Muljono

Damopoli dapat diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

seorang ustaz atau Kiai dengan cara duduk di hadapan santrinya sambil

membacakan materi kitab. Para santri yang mengikuti sistem pembelajaran ini,

duduk dalam bentuk setengah lingkaran. Ustaz atau Kiai menerangkan isi kitab

dengan kata perkata atau kalimat perkalimat dalam bahasa Arab, bahasa Indonesia,

atau bahasa lain jika diperlukan.61 Dalam pelaksanaanya metode bandongan peserta

didik berupaya untuk menumpuk pengetahuan dan keterampilan sebanyak-

banyaknya. Pola interaksi lebih berjalan satu arah dimana pelatih (Kiai dan ustaz

atau santri senior) yang lebih aktif atau mendominasi kegiatan. Akan tetapi, ketika

pengetahuan itu telah tertumpuk, para peserta didik dalam kelompok tersebut

berdiskusi atau berdialog secara kritis sesama teman seangkatan, permasalahan

yang dijumpai didialogkan kepada Kiai, ustaz atau santri senior.62 Dalam praktik

58 Zamakhsyari Dhofier, Loc.Cit. 59 Saihu. Op.Cit,. h. 14. 60 Amirudin, “Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentatif Melalui Model Halaqah”,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9

No. 1, Januari-Juni 2016. h. 42. 61 Hasan Basri, “Pengajian Halaqah dalam Membentuk Karakter Santri di Madrasah Aliyah

As’adiyah Putra Pusat Sengkang di Macanang Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo”.

Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Volume VIII, Nomor 1, Januari - Juni 2019. h. 105. 62 Tajur Rizal, Ach. Fatchan. Op.Cit. h. 3-4

Page 30: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

17

diskusi tersebut biasanya ditemukan hal-hal baru tentang pemahaman kehidupan

keagamaan dan pemahaman ilmu pengetahuan serta keterampilan masa kini.63

Melalui halaqah para santri juga dimotivasi untuk belajar sendiri secara mandiri.

Bagi santri yang rajin dan mempunyai kecerdasan yang tinggi tentunya akan cepat

menguasai apa yang diajarkan.64

Dengan dijelaskannya pelaksanaan metode bandongan dengan sitem

halaqah di atas, maka penulis menyimpulkan tahap-tahapannya sama seperti

dengan metode bandongan. Hanya saja sistem halaqah ini dengan sedikitnya

jumlah santri dalam halaqah tersebut membuat santri lebih mudah untuk berdiskusi

secara kritis mengenai permasalahan yang ada dan dapat ditanyakan langsung

kepada Kiai ataupun ustaz.

Adapun tujuan sebuah halaqah adalah untuk membentuk kepribadian yang

bersifat komprehensif dan seimbang. Minimal ada sepuluh karakteristik yang

hendak dicapai dalam halaqah yaitu: (1) kekikhlasan, (2) profesionalitas dalam

amal (ihsan), (3) berakhlak mulia, (4) mandiri dalam bersikap, (5) intelektualitas

dan berpikir ilmiah, (6) kerapian kerja, (7) menjauhi kecurangan, (8) tertib dan

disiplin, (9) menjaga dan menghargai waktu, serta (10) memberi manfaat kepada

orang lain.65

B. Pembelajaran Fiqih

Menurut Abuddin Nata fiqh berasal dari kata faqiha yafqahu fiqhan yang

berarti mengerti atau paham, dan menjadi fiqhu yang berarti ilmu fiqih, ilmu hukum

Islam, syariat Islam, mengerti, paham, pintar; yang kemudian menjadi faqih

faqiihun dan jamaknya fuqahau yang berarti ahli fikih atau alim dalam ilmu fikih.

Dalam pengertian umum fiqih diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang

hukum syariat yang diambil dari dalil-dalil yang bersifat terperinci.66

63 Ibid. h. 4. 64 Abu Anwar, Op. Cit,. h. 171. 65 Amirudin, Op.Cit. h. 43. 66 Abuddin Nata, “Islam dan Ilmu Pengetahuan”, (Jakarta: Prenada Media, 2018). h.65.

Page 31: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

18

Menurut Nurcholis Madjid ulama fikih mendefinisikan fiqih sebagai

sekumpulan hukum amaliah yang sifatnya akan diamalkan yang disyariatkan dalam

Islam.67 Fiqih merupakan salah satu bidang studi islam yang banyak membahas

tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan Tuhannya, antara

manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang

studi fiqih ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan norma-norma agama dan

menjalankan aturan syariat Islam.68

Dalam buku Hafsah, fiqih menurut bahasa berarti al-fahm (pemahaman),

yang pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat

dalam al-Qur’an dan hadist-hadist ahkam. Dan ilmu fiqih adalah ilmu pengetahuan

tentang hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan manusia. 69

Berdasarkan hal di atas maka fiqih secara garis besar adalah ilmu hukum

Islam yang membahas tentang hukum syariat dari dalil-dalil yang bersifat terperinci

yang banyak mengatur pola hubungan manusia, dan diharapkan manusia dengan

adanya fiqih hidup dengan teratur sesuai dengan norma agama dan senantiasa

menjalankan syariat Islam.

Cabang Ilmu Fiqih yang biasa diajarkan di pesantren menurut Nurcholis

Madjid sebagai berikut: Safinat-u ‘l-Shalah, Safinat-u ‘l-Najah, Fath-u l-Qarib,

Taqrib, Fath-u ‘l-Mu’in, Minhaj-u ‘l-Qawim, Muthma’innah, Al-Iqna, Fath-u ‘l-

Wahab,70 I’nat-u ‘lthalibin, Kifayat-u ‘l-akhyar, Bajuri, Minhaj-u ‘l-thalibin,

Minhaj-u ‘l-thulab, Fath-u ‘l-wahab, Mahlli, Kasyifat-u ‘l-saja, Sullam-u ‘l-

munajar, Uqud-u ‘l-lujain, Sittin, Muhadzah, Bughyat-u ‘l-mustarsyidin, Mabadi

Fiqhiyyah, dan Fiqh-u ‘l wadlih.71

Studi-studi tentang pesantren tidak menyebutkan kurikulum yang baku di

kalangan pesantren. Hal ini dapat dipahami karena pesantren merupakan lembaga

pendidikan di Indonesia yang bebas dan otonom. Dari segi kurikulum selama ini

67 Nurcholis Madjid, Op.Cit,. h. 20-21. 68 Suhartono, Rosi Patma. Op.Cit. h. 10-11. 69 Hafsah, Op. Cit. h. 3 70 Nurcholis Madjid, Op.Cit,. h. 35. 71 Yasmadi, Op.Cit. h. 69.

Page 32: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

19

pesantren diberi hak otonom untuk menyusun dan melaksanakan kurikulum oleh

negara.72 Secara historis penyelenggaraan pendidikan pesantren tidak memiliki

kurikulum tertulis.73 Materi yang disampaikan dalam pelajaran kitab-kitab Islam

klasik tidak teratur dalam sebuah silabus yang terprogram, melainkan hanya

berpegang pada bab-bab yang tercantum dalam kitab-kitab tersebut.74

Berdasarkan penjelasan di atas pesantren diberikan hak otonom oleh negara

untuk menyusun dan melaksanakan kurikulum, dan secara historis pesantren tidak

memiliki kurikulum tertulis. Proses pembelajaran di pesantren yang memakai kitab

klasik terutama fiqih juga tidak diatur dalam silabus, melainkan hanya berpegang

pada bab-bab yang tercantum dalam kitab tersebut.

Ruang lingkup fiqih menurut ulama dibagi menjadi empat bagian, yaitu:75

1. Ibadah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah manusia

kepada Allah.

2. Muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan

manusia dengan sesama manusia.

3. Munakahat yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perkawinan.

4. Jinayah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan tindak pidana.

Adapun dalam Peraturan Menteri Agama tujuan pembelajaran fiqih adalah

untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok

hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli,

melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.76

Maka berdasarkan yang telah disebutkan di atas, ruang lingkup fiqih terdiri

dari empat bagian yaitu ibadah, muamalah, munakahat dan jinayat. Lalu fiqih

72 Sudadi, “Pendidikan Berbasis Pesantren”. Cakrawala: Studi Manajemen Pendidikan Islam

dan Studi Sosial, Vol.3, No.2, 2019, P-ISSN: 2580-9385, E-ISSN: 2581-0197. h. 67. 73 Lailial Muhtifah, “Pola Pengembangan Kurikulum Pesantren Kasus Al-Mukhlishin

Mempawah Kalimantan Barat”. STAIN Pontianak, Journal UIN SGD, Vol. XVII No. 2 2012/1433.

h. 204. 74 Armai Arief, Op.Cit,. h. 154 75 Hafsah, Op.Cit. h. 9 76 Nurhayani. “Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Fiqih Ibadah Bagi Siswa di

MTS YMPI Sei Tualang Raso Tanjung Balai”. Jurnal Ansiru, Vol. 1, No. 1. Juni 2017. h. 89.

Page 33: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

20

memiliki tujuan agar peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan

ketentuan hukum Islam secara menyeluruh.

C. Berpikir Kritis

Dalam al-Mu’jam al-Wasith kata “pikir” berasal dari bahasa Arab dari

bentuk fiil fakara-yafkiru yang artinya menggunakan menggunakan akal untuk

sesuatu yang diketahui, dan untuk mengungkap perkara yang tidak diketahui.77

Dalam Azizah menurut Ibnu Khaldun berpikir atau fikr adalah penjamahan bayang-

bayang yang telah diindra ini dibalik perasaan dan aplikasi akal di dalamnya untuk

membuat analisis dan sintesis.78

Manusia diberikan akal, perasaan, dan juga penalaran untuk

dikembangkan.79 Allah menyuruh manusia mengaktualisasikannya semaksimal

mungkin. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 190-191

sebagai berikut:

ب ول ٱللب هار لءايت ل ف ٱليل وٱلن ت وٱلرض وٱختل و م إن ف خلق ٱلست وٱلرض رب نا ما و م رون ف خلق ٱلس ما وق عودا وعلى جنوبم وي ت فك ٱلذين يذكرون ٱلل قي

نك فقنا عذاب ٱلنار ذا بطل سبح خلقت ه

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan

ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa

neraka”.

Di dalam ayat-ayatnya dapat diketahui bahwa penciptaan langit dan bumi

serta pergantian siang dan malam adalah ayat-ayat Allah bagi ulul al-bab yaitu

orang yang dapat mengintegrasikan daya pikir dan zikir untuk menemukan suatu

temuan ilmiah dan hikmah keagungan Allah.80 Dalam berpikir seseorang

77 Azizah, Abu Azmi. “Bagaimana Berpikir Islami”. (Surakarta: Era Intermedia, 2019). h. 44. 78 Ibid. h. 45. 79 Rusmin Tumanggor, “Ilmu Jiwa Agama The Psychology of Religion”. (Jakarta: Kencana,

2016). h. 28. 80 Abuddin Nata, Op. Cit. h. 231.

Page 34: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

21

mengawali dengan memikirkan hal yang sederhana hingga akhirnya terbentuk pola

pikir atau fikrah tertentu dan sangat dipengaruhi oleh akidah, ideologi, hati nurani,

keinginan, lingkungan, dan lain-lain.81

Dalam buku Lilis, Choy & Cheah mendefinisikan berpikir kritis sebagai

proses kompleks yang memerlukan kognitif tingkat tinggi dalam memproses

informasi.82 Dalam buku Ridwan, menurut Halpren berpikir kritis terkait dengan

penggunaan keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan kemungkinan

untuk memperoleh dampak yang diinginkan83 Menurut Sies berpikir kritis

merupakan proses berpikir terampil dan bertanggung jawab ketika seseorang

mempelajari suatu permasalahan dari semua sudut pandang, dan terlibat dalam

penyelidikan sehingga dapat memperoleh opini, penilaian atau pertimbangan

terbaik menggunakan kecerdasannya untuk menarik kesimpulan.84

Dengan demikian maka penulis simpulkan bahwa berpikir kritis adalah

kemampuan mempertimbangkan berbagai informasi dari banyak sumber yang

berbeda sehingga memerlukan cara berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan

masalah, menganalisis, dan memberikan kesimpulan yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi

yang merupakan salah satu komponen dalam isu kecerdasan abad ke-21.85

Kemampuan berpikir kritis adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh

peserta didik, karena berpikir kritis dapat digunakan untuk memecahkan masalah

dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang benar.86 Dengan

81 Azizah, Abu Azmi, Op. Cit. h. 37. 82 Lilis Nuryati, dkk. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan,

Vol. 3, No. 2, 2018. Hlm. 155-158, E-ISSN: 2502-471X. DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google

Scholar-IPI. h. 155. 83 Ridwan Abdullah Sani, Op.Cit. h. 14. 84 Ibid, h. 15. 85 Widha Nur Santi, dkk,. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Problem

Solving”. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Alma Ata Yogyakarta. Jurnal Literasi,

Vol. VIII, No 1, 2017. P-ISSN: 2085-0344 / E-ISSN: 2503-1864. h. 50. 86 Ratna Purwati, dkk,. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan

Masalah Persamaan Kuadrat Pada Pembelajaram Model Creative Problem Solving”. Jurnal

Kadikma, Vol. 7, No. 1, hlm. 84-93, April 2016. h. 84.

Page 35: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

22

kemampuan berpikir kritis yang baik, siswa tidak akan dengan mudah menerima

sesuatu yang diterimanya begitu saja, tetapi siswa juga dapat mempertanggung

jawabkan pendapatnya disertai dengan alasan yang logis.87

Beyer berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik inti berpikir kritis,

yaitu sebagai berikut:88

Tabel 2.1 Karakteristik Berpikir Kritis

Karakteristik Inti Deskripsi

Disposisi

Orang yang berpikir kritis adalah orang yang skeptis,

berpikiran terbuka, bebas nilai dalam berpikir,

menghargai bukti dan nalar, menghargai kejelasan dan

presisi, melihat dengan berbagai sudut pandang, dan

akan mengubah posisi atau pemikiran jika ada alasan

untuk itu.

Kriteria

Kriteria berpikir kritis dalam sebuah pernyataan tentang

evaluasi dan resolusi harus didasarkan pada informasi

yang signifikan dan presisi, serta berasal dari sumber

terpercaya. Pernyataan tersebut tidak boleh

mengandung prasangka dan tidak logis.

Argumen

Bukti logis harus diberikan untuk mendukung

pernyataan. Berpikir kritis mencakup proses

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi

argumen.

Bernalar

Orang yang berpikir kritis harus memiliki kemampuan

untuk membuat kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

yang mendukung. Hubungan antara pernyataan atau

data membutuhkan pemeriksaan secara logis.

87 Aulia Firdaus, dkk. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Barisan dan Deret

Berdasarkan Gaya Berpikir”, Jurnal Kreano, Vol. 10, No. 1, 2019,

http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v10i1.17822. 88 Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit. h. 141.

Page 36: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

23

Cara pandang

Orang yang berpikir kritis itu perlu melihat sebuah

fenomena dari berbagai sudut pandang dalam upaya

memahami fenomena atau permasalahan.

Prosedur aplikasi Prosedur ini diperlukan untuk menganalisis proses

berpikir. Beberapa prosdeur yang dilakukan dalam

berpikir kritis adalah mengajukan pertanyaan,

mengidentifikasi asumsi, dan membuat kesimpulan.

Melihat penjelasan diatas maka perkembangan berpikir kritis dapat dikenali

dengan adanya karakteristik-karakteristik inti berpikir kritis pada siswa yaitu:

disposisi, kriteria, argumen, bernalar, cara pandang, dan prosedur aplikasi. Adapun

karakteristik inti tersebut dapat dilihat dari sikap rasa ingin tahu, menjadi orang

yang lebih baik, percaya diri, open minded, fleksibel dalam mempertimbangkan

opini, memahami pendapat orang lain, hati-hati dalam membuat penilaian,

menimbangkan kembali pandangan berdasarkan refleksi, dan jujur ketika

menghadapi prasangka atau streotip.

Berdasarkan surat al-Imran ayat 190-191 tersebut maka tahapan berpikir

kritis dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bayani berarti menjelaskan dan juga memahami.89 Bayani bertujuan untuk

menggali ajaran atau hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an

tentang berbagai kehidupan seperti akidah, syariah dan ibadah, dunia dan

akhirat, individual dan sosial, spiritual dan material, jasmani dan rohani

dengan perinciannya yang sangat luas.90

b. Ijbari dilakukan dengan cara mengobservasi dan menggali rahasia yang

terkandung dalam alam jagat raya agar diketahui hukum-hukum, manfaat

dan juga hikmahnya.91

89Abuddin Natta, Op. Cit. h. 190. 90 Ibid, h. 110. 91 Ibid, h.196.

Page 37: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

24

c. Burhani adalah memperhatikan perilaku manusia dalam berbagai

aspeknya.92

d. Jadali dilakukan dengan menganalisa segala sesuatu dari segi hakikat,

konsep, atau jiwanya yang dilakukan secara mendalam, radikal, universal,

sistematis, dan spekulatif, yakni menerawang hingga pada batas yang tidak

dapat dijangkau lagi.93

e. Irfani berarti pengetahuan yang mulia yang dihujamkan ke lubuk hati

melalui kasyf (penyingkapan mata batin) atau ilham, ini tidak didasarkan

pada indrawi atau intelektual (akal) akan tetapi lebih pada intuisi.94

Maka dapat disimpulkan bahwa tahapan berpikir kritis dalam Islam terdapat

lima tahapan yaitu menjelaskan, mengobservasi, memperhatikan, menganalisa, dan

intuisi.

D. Santri

1. Santri

Santri adalah salah satu elemen dari pesantren, adapun asal usul kata

santri dalam pandangan Nurcholis Madjid dapat dilihat sebagai berikut:

a. Sastri

Santri berasal dari perkataan sastri sebuah kata sansekerta yang

berarti melek huruf, pendapat ini menurut Madjid didasarkan atas kaum

santri bagi orang Jawa yang berusaha mendalami ajaran agama melalui

kitab-kitab yang tertulis menggunakan bahasa Arab.95

b. Cantrik

Dalam bukunya Kompri menyebutkan bahwa perkataan “santri”

yang sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa yaitu “cantrik” yang berarti

seseorang yang selalu mengikuti guru kemana guru ini pergi menetap. 96

92 Ibid,h. 111-112. 93 Ibid, h.209. 94 Ibid, h.210-211. 95 Kompri, Op.Cit,. h. 1. 96 Kompri, Op.Cit,. h. 2.

Page 38: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

25

Dawam Rahardjo menyebutkan bahwa istilah santri mempunyai dua

pengertian. Pertama, adalah mereka yang taat kepada perintah disebut abangan,

yaitu mereka yang lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Jawa pra Islam,

kebiasaanya yang berasal dari mistimisme Hindu dan Budha. Kedua, santri adalah

mereka yang sedang menuntut pendidikan di pesantren.97 Ahmad Syafi’ie Noor

menyebutkan bahwa peserta didik pesantren yang disebut dengan istilah santri

adalah peserta didik yang belajar dan diasramakan dalam suatu kompleks yang

dinamakan pondok.98 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang terdapat dalam BAB I Pasal 1 poin keempat,

dijelaskan bahwa peserta didik itu adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.99

Dalam Tradisi Pesantren santri terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren.

b. Santri kalong, yaitu yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti

pelajarannya di pesantren mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya sendiri.

Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat

dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren semakin besar

jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain pesantren kecil memiliki lebih banyak

santri kalong daripada santri mukim.100

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa santri adalah

orang atau peserta didik yang mendalami pendidikan ilmu agama dan mengikuti

guru kemanapun guru pergi atau menetap, akan tetapi santri mukim biasanya

menetap di asrama pesantren dan santri kalong tidak menetap di asrama pesantren.

97 Ahmad Syafi’ie Noor, Op.Cit,. h. 45. 98 Ahmad Syafi’ie Noor, Op.Cit,. h. 73. 99 Musaddad Harahap, “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal Al-

Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016, h. 141. 100 Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit. h. 89

Page 39: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

26

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam sebuah penelitian diperlukan hasil-hasil penelitian yang relevan,

untuk memperkuat dan mendukung yang sedang saya lakukan ini. Berikut adalah

beberapa penelelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun Siti Nurhayati dari Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

dengan judul “Implementasi Metode Bandongan dalam Pembelajaran Hadis

(Kitab Riyad As-Salihin) dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya”. Dalam

skripsi menggunakan metode penelititan kualitatif, dan diperoleh hasil bahwa

implementasi pembelajaran hadis (Kitab Riyad as-Salihin) berjalan dengan

baik, para santri mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dengan

memperhatikan penjelasan ustazah. Metode ini membuat santri aktif bertanya

sehingga terjadi nteraksi antara ustazah dengan santri, akan tetapi belum

maksimal karena keterbatasan waktu. Dalam tahap ini peserta didik telah dapat

dan juga mampu membuktikan peningkatan keaktifan bertanya dengan

menggunakan metode bandongan yang bertempat di Pondok Pesantren Nurul

Ummah Putri Kotagede Yogyakarta.101

2. Skripsi yang disusun oleh Adnani dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan

judul “Penerapan Metode Bandongan Dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan

Membaca Al-Quran Santri Usia 17-21 Tahun di Pondok Pesantren Modern

Alma Asy-Syauqy Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon”.

Dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

pengalaman yang terjadi di lapangan dan menggunakan angket, tes, dan

observasi. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa penerapan metode

bandongan dalam pembelajaran Al-Quran dan kemampuan baca Al-Quran

dilakukan dengan baik. Adapun pengaruh penerapan metode bandongan

terhadap kemampuan membaca Al-Quran di Pondok Pesantren Modern Alma

101 Siti Nurhayati, “Implementasi Metode Bandongan dalam Pembelajaran Hadis (Kitab Riyad

As-Salihin) dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya”, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, h. 104.

Page 40: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

27

Asy-Syauqy Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon sebesar

0,36% dan sisanya 99,64% adalah dipengaruhi oleh faktor lain.102

3. Skripsi yang disusun oleh M. Kharir dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta dengan judul “Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan dalam

Peningkatan Keaktifan Belajar Santri di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantara,

Milangi, Sleman, Yogyakarta”. Dalam skripsi menggunakan metode penelititan

kualitatif, dan diperoleh hasil bahwa integrasi metode bandongan dan sorogan

berimplikasi pada keaktifan belajar santri. Hal itu ditunjukan dengan keinginan,

minat dan keberanian santri dalam mengikuti pembelajaran, usaha

menyelesaikan pembelajaran dari awal hingga akhir, kebebasan atau

keleluasaan santri dalam menyampaikan gagasan dan kritik, dan kemandirian

belajar di luar jam pembelajaran menggunakan metode bandongan di Pondok

Pesantren Aswaja-Nusantara, Milangi, Sleman, Yogyakarta.103

Dari ketiga penelitian yang relevan di atas, terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian saya yaitu “Pelaksanaan Metode Bandongan pada

Mata Pelajaran Fiqih dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus

Ibadurrahman”. Perbedaannya penelitian ini dengan penelitian relevan adalah

penelitian ini membahas tentang bagaimana perkembangan berpikir kritis santri

selama pelaksanaan metode bandongan karena kita ketahui bahwa berpikir kritis

adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik atau santri. Selain itu

perbedaan lainnya adalah berbeda pada topik atau judul tentang pelaksanaan,

tempat, waktu, serta obyek penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang relevan adalah sama-sama meneliti terkait metode bandongan. Dengan

102 Adnani, “Penerapan Metode Bandongan Dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan

Membaca Al-Quran Santri Usia 17-21 Tahun di Pondok Pesantren Modern Alma Asy-Syauqy

Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015. h. 82. 103 M. Kharir, “Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan dalam Peningkatan Keaktifan

Belajar Santri di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantara, Milangi, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi

Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. h. 70.

Page 41: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

28

demikian maka dapat dilihat bahwa penelitian ini adalah penelitian yang berbeda

dari penelitian yang relevan sebelumnya.

Page 42: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Plus Ibadurrahman yang beralamat di Jalan

Jl. KH. Hasyim Ashari Gang Masjid, RT.001/RW.003 Kelurahan Kenanga,

Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten, Kode Pos 15146. Adapun

waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan objek penelitian yaitu mulai bulan September 2020 sampai dengan bulan

Februari 2021.

B. Latar Penelitian (Setting)

Penelitian ini mengambil objek di SMA Plus Ibadurrahman. SMA Plus

Ibadurrahman adalah salah satu sekolah berbasis pesantren yang telah lama

menerapkan metode bandongan dalam kegiatan belajar mengajarnya, sehingga

dapat memudahkan dan membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Penelitian ini diadakan di kelas XII dengan mendeskripsikan bagaimana

pelaksanaan metode bandongan, perkembangan berpikir kritis santri serta faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih di

SMA Plus Ibadurrahman.

C. Metode Penelitian

Penelitian atau riset adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara

sistematis, objektif, dan logis dengan mengendalikan atau tanpa mengendalikan

berbagai aspek/variabel yang terdapat dalam fenomena.104 Dan dalam penelitian

memiliki berbagai macam metode, peneliti di sini memakai metode penelitian

kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif ialah bukan untuk

menguji teori yang telah berlaku selama ini apakah benar atau salah akan tetapi

penelitian ini untuk menemukan teori.105

104 A. Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan”,

(Jakarta: Kencana, 2017), cet ke-4, h. 26. 105 Sarmanu, “Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Statistika”, (Surabaya:

Airlangga University Press, 2017), h. 2.

Page 43: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

30

Jadi jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis kualitatif deskriptif

dengan mengamati dan menganalisis bagaimana pelaksanaan metode bandongan,

perkembangan berpikir kritis santri serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

metode bandongan pada mata pelajaran fiqih yang terjadi lapangan yaitu di SMA

Plus Ibadurrahman dan dideskripsikan dalam bentuk narasi.

D. Instrumen Penelitian

Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi

instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman

wawancara dan observasi. Adapun kisi-kisi untuk pedoman observasi pada

pelaksanaan metode bandongan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Pelaksanaan Metode Bandongan

No. Objek Pengamatan Indikator

1. Pelaksanaan metode bandongan 1.1. Pelaksanaan metode

bandongan

1.2. Perkembangan berpikir kritis

1.3. Faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan metode

bandongan

Instrumen penelitian pada wawancara, peneliti memberikan pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan pelaksanaan metode bandongan. Adapun kisi-kisi untuk

pedoman wawancara pada pelaksanaan metode bandongan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Metode Bandongan

No. Pokok

Pertanyaan

Aspek yang Diungkap Sumber Data

1. Pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Persiapan metode

bandongan

1.2. Tahap-tahap pelaksanaan

metode bandongan

Kepala sekolah dan

ustaz

Page 44: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

31

2. Perkembangan

berpikir kritis

1.1. Karakteristik berpikir kritis

yang berkembang

Kepala sekolah,

ustaz, dan santri

3. Faktor yang

mempengaruhi

pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Faktor pendukung

1.2. Faktor Penghambat

Kepala sekolah dan

ustaz

Instrumen penelitian pada dokumentasi peneliti melihat dokumen-dokumen

pelaksanaan metode bandongan dari foto kegiatan pada pembelajaran, maupun

dokumen terkait data-data sekolah. Adapun kisi-kisi untuk pedoman dokumentasi

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Dokumentasi Pelaksanaan Metode Bandongan

No. Indikator dokumentasi

1. Gambaran Umum SMA Plus Ibadurrahman

2. Pelaksanaan metode bandongan

3. Perkembangan berpikir kritis santri

4. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode

bandongan

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen penelitian adalah

peneliti.106 Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang

peneliti gunakan sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara secara sederhana adalah suatu kejadian atau suatu proses

interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang

diwawancarai (interviewe) melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan

106 A. Muri Yusuf, Op.Cit, h. 372.

Page 45: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

32

bahwa wawancara adalah percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara

dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu

objek yang diteliti dan dirancang sebelumnya.107 Adapun Jenis-jenis wawancara

dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:108

a. Wawancara terencana-terstruktur

b. Wawancara terencana-tidak terstruktur

c. Wawancara bebas

Menurut Sugiyono bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan

istilah populasi, akan tetapi oleh Spadley dinamakan situasi sosial.109 Teknik

sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball

sampling.110

Sebagai peneliti yang menggunakan wawancara yang terencana-tidak

terstruktur maka peneliti hanya menyusun rencana wawancara akan tetapi tidak

menggunakan format dan urutan wawancara secara baku dan dengan teknik sampel

purposive sampling. Wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru/ustaz,

dan santri di SMA Plus Ibadurrahman. Adapun pokok pertanyaannya yaitu

bagaimana pelaksanaan metode bandongan, perkembangan berpikir kritis santri

serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada mata

pelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik

jika dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang yakni juga mengamati obyek-obyek alam yang lain.111

107 Ibid, h. 372. 108 Ibid, h. 376-377. 109 Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2019),

h. 285. 110 Ibid, h. 289. 111 Ibid, h. 203.

Page 46: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

33

Peneliti akan melakukan observasi ke sekolah, kelas, dan lingkungan

sekolah terkait bagaimana pelaksanaan metode bandongan, perkembangan berpikir

kritis santri serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada

mata pelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang

sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau

kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah

sumber informasi yang berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen ini dapat

berupa teks tertulis, artefak, gambar ataupun foto.112

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang akan peneliti lakukan dengan

melihat dokumen-dokumen terkait pembelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman

baik dari foto kegiatan pada pembelajaran, maupun dokumen terkait data-data

sekolah terkait gambaran umum sekolah, sarana dan prasarana, bagaimana

pelaksanaan metode bandongan, perkembangan berpikir kritis santri serta faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih di

SMA Plus Ibadurrahman.

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data yang dikumpulkan bertujuan agar

tidak terjadi informasi yang salah atau tidak sesuai dengan konteksnya, maka dari

itu perlu bagi peneliti untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data melalui uji

kredibilitas.113 Dan dalam penelitian ini maka peneliti memakai triangulasi untuk

pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data:

Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data untuk

mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel. Beberapa

cara yang dapat digunakan yaitu dengan mengggunakan sumber yang banyak dan

menggunakan metode yang berbeda. Penggunaan sumber yang banyak untuk

112 Ibid, h. 391. 113 Ibid, h. 393-394.

Page 47: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

34

triangulasi dapat dilakukan dengan mencari sumber yang lebih banyak dan berbeda

dalam informasi yang sama.114

G. Teknik Analisis Data

Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa aktivitas di dalam analisis data

kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

hingga tuntas sampai datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan conclusion/verivication. Adapun langkah-langkah

analis diantaranya:115

1. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dengan observasi, wawancara

mendalam dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi).

Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga

data yang diperoleh akan banyak.116

2. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan data dalam satu cara,

dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

3. Penyajian data atau data display adalah kumpulan informasi yang tersusun

yang membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

melihat data display dari suatu fenomena akan membantu seseorang

memahami apa yang terjadi atau mengerjakan sesuatu. Kondisi yang demikian

akan membantu pula dalam melakukan analisis lebih lanjut berdasarkan

pemahaman yang bersangkutan.

4. Kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan yang hakikinya sudah

dilakukan pada saat reduksi data, dan pada waktu penarikan kesimpulan selalu

bersumber dari reduksi data atau data yang sudah direduksi dan juga dari

display data. Kesimpulan bukan dibuat sekali jadi, kesimpulan menuntut

verifikasi oleh orang lain yang ahli dalam bidang yang diteliti, atau mungkin

juga mengecek dengan data lain.117

114 Ibid, h. 395. 115 Ibid, h. 321. 116 Ibid, h. 322. 117 A. Muri Yusuf, Op.Cit, h. 407-409

Page 48: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

35

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan dalam Bab IV pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan hasil-

hasil dari temuan yang didapatkan di lokasi penelitian yaitu di SMA Plus

Ibadurrahman. Hal-hal yang peneliti amati dan analisis berupa pelaksanaan metode

bandongan, perkembangan berpikir kritis santri serta faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih di SMA Plus

Ibadurrahman. Proses penelitian ini diawali dengan observasi awal yang dilakukan

pada bulan Agustus tahun 2020 yang kemudian berlanjut pada obervasi inti,

wawancara, dan pengambilan dokumen pada bulan September tahun 2020 secara

langsung.

A. Deskripsi Data

1. Sejarah SMA Plus Ibadurrahman

Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman merupakan pesantren

modern berasaskan ahlussunnah waljamaah. Nama “Ibadurrahman “

sejatinya terilhami dari surat Al-Furqon ayat 63 yang berarti “hamba-

hamba Allah Yang Maha Pengasih”.118 Sebagaimana juga yang

dijelaskan oleh M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus

Ibadurrahman yaitu:

“Pondok ini diberi nama Ibadurrahman karena berharap bahwa dengan

keberkahan surat al-Furqan semoga pondok pesantren ini dapat banyak

mencetak generasi-generasi Islami dan Qurani yang dapat menyebarkan

ilmu serta memberikan banyak manfaat untuk keluarganya, masyarakat

sekitar, bangsa dan juga negara”.119

Lembaga ini dalam sejarah awalnya bernama Yayasan Pondok

Pesantren Modern Ibadurrahman yang didirikan oleh Drs. KH. Ahmad

Ihsan dengan Akta Notaris No. 21 Tanggal 21 Juli 2001 dan olehnya

kemudian direvisi menjadi Yayasan Mumtaz Ibadurrahman dengan

118 Dokumentasi, http://www.mumtazibdr.com/Tentang-Kami/Sejarah.html, diakses pada

tanggal 29 Januari 2021 pukul 15.00. 119 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021.

Page 49: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

36

Akta No. 31 Tanggal 31 Januari 2012, beralamat di Jl. KH. Hasyim

Ashari Kenanga Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.120

Sejak awal berdiri pada tahun 2001, Pesantren ini telah

berkomitmen memperjuangkan pendidikan umat Islam melalui upaya

mempersiapkan kafa’ah generasi muslim yang mandiri, holistis dan

mampu mengintegrasikan ilmu dan skillnya secara modern dan terarah

dengan tetap memprioritaskan akhlakul karimah sebagai karakter

utama.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Plus Ibadurrahman

Visi perlu dirumuskan oleh sekolah agar sekolah memiliki arah

serta tujuan sehingga dengan adanya visi tersebut maka sekolah dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapakan. Misi juga perlu untuk

dirumuskan sekolah untuk merngarahkan upaya atau tindakan apa yang

akan dilakukan untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dirumuskan

itu.

Visi yang diterapkan di SMA Plus Ibadurrahman adalah sebagai

berikut:

“UNGGUL DALAM KECERDASAN SPIRITUAL, PRESTASI,

DAN BERAKHLAKUL KARIMAH”121

Adapun misi yang diterapkan di SMA Plus Ibadurrahman adalah

sebagai berikut:

a. Menyiapkan calon pemimpin masa depan dengan menguasai

IPTEK, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif dengan

landasan iman dan taqwa yang kuat.

b. Membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah

c. Mendorong pencapaian prestasi, intrakulikuler, dan ekstrakurikuler

siswa

120 Dokumentasi, http://www.mumtazibdr.com/Tentang-Kami/Sejarah.html, diakses pada

tanggal 29 Januari 2021 pukul 15.00. 121 Dokumentasi, “Kurikulum SMA Plus Ibdurrahman Tahun Pelajaran 2020-2021”. h. 10.

Page 50: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

37

d. Menciptakan suasana belajar yang kondusif.122

3. Struktur Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman

4. Guru SMA Plus Ibadurrahman

Tabel 4.1 Guru di SMA Plus Ibadurrahman

No Nama Guru Pelajaran

122 Ibid.

Page 51: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

38

1. Ust. Faiz Dzu Dzaroin, S. SI Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti & Tauhid

2. Ust. Abd. Halim, S. SI Lintas Minat Bahasa &

Sastra Arab

3. Ust. Muslihin Jamil, S. Pd. I Mahfuzhat

4. Ust. Ridho Abdul Fatah, Lc Ilmu Hadist, Balaghoh

dan Mantiq

5. Ust. Ahmad Kurtubi, S. Pd.I Sejarah Kebudayaan

Islam

6. Ust. Rio Anggola, S.Pd.I Tafsir, Lintas Minat

Bahasa dan Sastra Arab

7. Ust. Drs. Matsani, AB Bahasa Inggris dan New

Grammar

8. Ust. Zainal Arifin, S.SI Tarikh Tayri’

9. Ust. Yusup Nahwu

10. Ust. Abdul Kholiq Thamrin Lughoh dan

Insya

11. Ust. Abdul Muhyi Pend. Agama dan Budi

Pekerti

12. Ust. Saeful Romdhoni Ushul Fiqih, Senbud, &

Tauhid

13. Ust. Abu Nizom Prakarya dan

Kewirausahaan, Fiqih &

Hadist

14. Ust. Sutarno, Am.Pd Sejarah Indonesia,

Sejarah Peminatan

15. Ust. Syaripudin Murdan, S.E Geografi, Ekonomi, dan

Lintas Ekonomi

16. Ust. Ir. Suwaifi Kimia dan Sosiologi

17. Ustz. Ismiyati, S.Pd Bahasa Indonesia

Page 52: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

39

18. Ustz. Ika Rahmawati Biiologi, Lintas Minat

Biologi

19. Ustz. Devi Zuriati, S. Pd Fisika

20. Ustz. Indriyati Angreni, S. Pd Biologi

21. Ustz. Wa Jalina Siharis, S. Pd Matematika Wajib dan

Matematika Peminatan

22. Ust. Ahmad Saepulah, S.Pd Matematika Wajib

23. Ustz. Nurul Wahidah, S.Pd Pend Pancasila dan

Kewarganegaraan

24. Ustz. Nurul Badriyah, S.Pd Tajwid

5. Peserta Didik SMA Plus Ibadurrahman

Tabel 4.2 Peserta Didik di SMA Plus Ibadurrahman

Page 53: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

40

B. Pembahasan Temuan Penelitian

Pada sekolah yang berbasis pesantren metode bandongan menjadi

metode yang dipakai dalam pembelajaran yang menggunakan kitab-kitab

Islam klasik sebagai sumber belajarnya. Metode bandongan dinilai

ketinggalan zaman dan kurang efektif, namun pada kenyataannya masih

banyak guru yang menerapkan metode bandongan sebagai metode

pembelajarannya. Menjadi tantangan bagi guru yang menggunakan sumber

belajar kitab Islam klasik khususnya mengenai fiqih pada abad 21 ini. Pada

abad ini guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta

didik dengan tetap menggunakan metode yang sesuai dengan materi

pembelajaran dan juga kebutuhan peserta didik serta memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi metode tersebut.

Maka pada bagian ini penulis ingin menjelaskan bagaimana

pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih dalam

mengembangkan berpikir kritis santri di SMA Plus Ibadurrahman.

Walaupun penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2020 sampai tahun 2021

saat kebanyakan sekolah menerapkan sistem online, akan tetapi di sekolah

ini menerapkan sistem offline yang memudahkan peneliti dalam mengamati

dan menganalisis data yang terdapat di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Plus

Ibadurrahman, peneliti mengumpulkan data penelitian melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi menunjukkan bahwa metode bandongan yang

dilaksanakan guru Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman oleh Ustaz Abu

Nizhom ialah termasuk metode bandongan dengan sistem halaqah, yaitu

ustaz membacakan kitab beserta arti dan penjelasan, santri menulis arti dan

catatan penting sambil memperhatikan kemudian santri dibentuk menjadi

halaqah-halaqah yang berisikan 4 orang untuk mencari kejanggalan atau

suatu permasalahan yang ditemukan di dalam materi fiqih lalu didiskusikan

bagaimana cara menjawab permasalahan tersebut di dalam halaqah-

halaqah tersebut.

Page 54: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

41

Pada metode bandongan ini sebelum memulai pembelajaran ustaz

mengawalinya dengan mengajak santri untuk berdoa dan membacakan surat

al-Fatihah untuk pengarang kitab serta guru-guru, kemudian langsung

masuk ke dalam kegiatan inti yaitu ustaz mulai membaca kitab lalu

menerjemahkannya kemudian menjelaskannya, santri menulis arti kitab di

dalam buku tulis masing-masing serta memperhatikan ustaz menjelaskan

kemudian menulis catatan-catatan penting/penjelasan dari ustaz tersebut.

Setelah itu santri diinstruksikan untuk membuat halaqah/kelompok diskusi,

dalam masing-masing kelompok tersebut mereka berdiskusi untuk

merumuskan permasalahanan atau kejanggalan yang akan ditanyakan,

setelah itu masing-masing kelompok mengajukan pertanyaan, kemudian

setelah mengetahui pertanyaan kelompok lain masing-masing kelompok

bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditanyakan oleh

kelompok lain, lalu hasil jawaban tersebut akan dipresentasikan di depan

kelas, kemudian ustaz meluruskan jawaban jika terdapat kesalahpahaman

terkait jawaban dari masing-masing kelompok pada setiap pertanyaan.

Setelah ustaz meluruskan jawaban, ustaz memberikan pertanyaan-

pertanyaan kepada santri agar mereka dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritis mereka. Setelah sesi tanya jawab baik santri kepada ustaz atau

ustaz kepada santri, selanjutnya adalah kegiatan penutup yaitu ustaz

membuat kesimpulan terkait pembelajaran yang telah berlangsung, dan

sebelum menutup kegiatan pembelajaran dengan pembacaan doa, ustaz

menanyakan kembali apakah masih ada pertanyaan atau tidak, dan setelah

itu ustaz lanjut mengakhiri pembelajaran dengan memimpin pembacaan doa

setelah belajar.123

Pelaksanaan metode bandongan di SMA Plus Ibadurrahman sudah

baik dan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofier dalam

bukunya yang berjudul “Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan

Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia”. Menurut Zamakhsyari Dhofier,

123 Hasil Analisis tanggal 1 maret 2021

Page 55: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

42

halaqah merupakan kelompok kelas dalam sistem bandongan yang artinya

lingkaran murid atau kelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan

seorang guru.124. Kemudian sesuai juga dengan yang dikemukakan oleh dan

Tajur Rijal dan Ach Fatchan di dalam jurnal milik mereka yang berjudul

“Sistem Bandongan untuk Pendidikan Keterampilan Pertanian di Desa

Berbasis Pesantren” dikatakan bahwa dalam pelaksanaanya metode

bandongan peserta didik berupaya untuk menumpuk pengetahuan dan

keterampilan sebanyak-banyaknya. Pola interaksi lebih berjalan satu arah

dimana Kiai dan ustaz atau santri senior yang lebih aktif atau mendominasi

kegiatan. Akan tetapi, ketika pengetahuan itu telah tertumpuk, para peserta

didik dalam kelompok tersebut berdiskusi atau berdialog secara kritis

sesama teman seangkatan, permasalahan yang dijumpai didialogkan kepada

Kiai, ustaz atau santri senior.125 Dalam praktik diskusi tersebut biasanya

ditemukan hal-hal baru tentang pemahaman kehidupan keagamaan dan

pemahaman ilmu pengetahuan serta keterampilan masa kini.126

Dari hasil pengamatan melalui observasi ditemukan pelaksanaan

metode bandongan di SMA Plus Ibadurrahman adalah metode bandongan

dengan sistem halaqah, yaitu menjadikan peserta didik aktif dan kritis untuk

merumuskan masalah dan mencari jawabannya dalam diskusi kelompok.

Pelaksanaan metode bandongan di SMA Plus Ibadurrahman sudah baik

karena dalam beberapa tahapannya sudah dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kritis mereka. Metode bandongan ini sudah dapat

membuat santri aktif dalam menulis arti dan catatan penting, rasa ingin tahu

berkaitan dengan berbagai masalah khususnya tentang madhmadhoh dan

istinsyaq, perhatian untuk menjadi lebih baik dalam hal beribadah

khususnya dalam berwudhu, kepercayaan pada kemampuan sendiri,

mengajukan pertanyaan, berargumen, fleksibel dalam mempertimbangkan

perbedaan pendapat orang lain, berpikiran terbuka, menghargai pendapat

124 Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit. h.54. 125 Tajur Rizal, Ach. Fatchan. Op.Cit. h. 3-4 126 Ibid. h. 4.

Page 56: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

43

para ulama dan orang lain khususnya yang berbeda mazhab, kehati-hatian

dalam membuat penilaian sehingga metode bandongan dengan sistem

halaqah sukses mengajak santri untuk aktif, berpikir kritis dan juga logis

selama proses pembelajaran berlangsung.127 Kemudian pelaksanaan metode

bandongan ini di mata pelajaran Fiqih sangatlah cocok dan relevan karena

dalam Peraturan Menteri Agama tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk

membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-

pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil

naqli dan aqli, melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar.128

Observasi pada penelitian ini diadakan di kelas XII.2 IPA. Dari hasil

pengamatan selama observasi, ditemukan bahwa kelas XII.2 IPA sudah

baik dalam pelaksanaan metode bandongan selama pembelajaran mata

pelajaran fiqih dalam kelas. Terlihat dalam pertanyaan yang dihasilkan di

Kelas XII.2 IPA yang spesifik mengenai materi tentang madhmadhoh dan

istinsyaq.

1) Tahapan Pelaksanaan Metode Bandongan pada Mata Pelajaran

Fiqih dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus

Ibadurrahman

Tahapan pada metode bandongan terdiri dari kegiatan pendahuluan

(pembacaan doa), membaca dan menerjemahkan kitab, merumuskan

masalah, kesempatan bertanya, diskusi dan presentasi, penjelasan dan

meluruskan kesalahpahaman, ustaz memberikan pertanyaan, dam

kegiatan penutup yaitu berupa kesimpulan dan berdoa. Tahap-tahap

metode bandongan akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

127 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 128 Nurhayani, Op. Cit. h. 89.

Page 57: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

44

Tahap ini adalah tahap sebelum kegiatan inti pada metode

bandongan dilakukan. Tahap pendahuluan metode bandongan di SMA

Plus Ibadurrahman sudah terlaksana dengan baik. Berdasarkan

pengamatan guru berusaha menanamkan akhlak dan adab sebelum

belajar, yaitu dengan cara mengkondisikan kelas agar suasana yang

tercipta itu nyaman dan tentram selama proses pembelajaran, setelah kelas

sudah kondusif barulah santri membaca doa sebelum belajar, kemudian

ustaz memimpin doa dengan membacakan surat al-Fatihah untuk

pengarang kitab dan guru-guru terdahulu.129 Kegiatan pendahuluan ini

sesuai dengan hasil wawancara bersama Ustaz Abu Nizhom selaku guru

mata pelajaran Fiqih, beliau mengatakan bahwa:

“Untuk pendahuluan saya mulai dengan memberikan hadiah Fatihah

kepada pengarang kitab dan kepada guru-guru kita, kemudian setelah itu

kita langsung mulai ngaji, tidak mulai dengan cerita”.130

Pada tahap ini santri belum dituntut untuk menggunakan

kemampuannya dalam berpikir kritis, sebab santri hanya melakukan

instruksi yang diberikan Ustaz.

Gambar 4.2 Kegiatan Pendahuluan

b. Membaca dan menerjemahkan kitab

Tahap ini sudah memasuki kegiatan inti dalam pelaksanaan metode

bandongan. Pada tahap membaca dan menerjemahkan kitab pada mata

pelajaran fiqih di SMA Plus Ibadurrahman sudah terlaksana dengan sangat

baik, ustaz membaca dan menerjemahkan kemudian menjelaskan

sementara santri menulis arti serta catatan-catatan penting serta

129 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 130 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 58: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

45

memperhatikan penjelasan ustaz. Pada kelas XII.2 IPA ini memakai kitab

bidayatul mujtahid untuk mata pelajaran fiqih di sekolah. Santri menulis

ulang kitab tersebut ke dalam buku tulis di luar jam sekolah, itu

merupakan ketentuan dari sekolah untuk menulis ulang kitab tersebut agar

lebih mudah menulis artinya serta tidak mengganggu proses

pembelajaran. Materi yang disampaikan pada pertemuan di kelas Kelas

XII.2 IPA yaitu materi tentang “Ikhtilaf fii madhmadhoh wal istinsyaq fiil

wudhu” yaitu perbedaan berkumur dan memasukan air ke dalam hidung

dalam berwudhu.131 Ustaz semaksimal mungkin menjelaskan dengan

bahasa yang sederhana namun tidak merubah makna agar lebih mudah

dimengerti oleh santri. Santri pun aktif dalam menulis penjelasan ustaz

berupa catatan-catatan penting di buku tulis mereka.132

Pada tahap ini sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul “Tradisi Pesantren:

Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan

Indonesia”. Menurut Zamakhsyari Dhofier, pelaksanaan metode

bandongan ini murid mendengarkan seorang guru yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan juga sering kali mengulas buku-buku

Islam dalam bahasa Arab.133 Lalu dalam bukunya Sulthon Masyhud yang

berjudul “Manajemen Pondok Pesantren” mengatakan bahwa sementara

itu para santri mendengarkan sambil memberi catatan (ngesahi, Jawa)

pada kitab yang sedang dibaca.134

Di tengah-tengah menjelaskan maksud arti perkalimat ustaz juga

memberikan pandangan terkait materi yang sedang dibahas dalam kitab

tersebut sambil santri menyimak dan menulis keterangan atau catatan

penting dalam buku tulisnya. Pandangan ustaz berasal dari kisah, sejarah,

131 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 132 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 133 Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit. h. 54. 134 Sulthon Masyhud, dkk. Op. Cit. h. 3.

Page 59: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

46

pengalaman hidup, atau apapun itu.135 Tahap ini sesuai dengan yang

dijelaskan Ustaz Abu dalam wawancara, yaitu:

“Tahap-tahapnya ketika setelah menghadiahi Fatihah kepada

pengarangnya, saya kenalkan dulu pengarangnya, harus tetap tahu kalau

fiqih ini siapa yang mengarang, lalu saya membaca seperti biasa

Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Kemudian setelah perlafadz

diartikan, kemudian saya rangkai maksud dari perkata tadi apa. Setelah

rangkai tersusun menjadi sebuah kata-kata kalimat, kemudian saya

jelaskan maksudnya, setelah saya jelaskan maksudnya dari inti arti kitab,

selanjutnya saya beri pelebaran masalah pelebaran tentang masalah

masyarakat tentang hukum fiqih. Jadi supaya teman-teman itu siap ketika

ditanyai oleh masyarakat tentang hukum-hukum fiqih. Jadi, pertanyaan

tentang seputar problem keseharian tentang ubudiyah, wudhu, yang

membatalkan, dan sebagainya.”136

Pada tahap ini santri sudah mengembangkan keterampilan berpikir

kritisnya, yaitu rasa ingin tahu berkaitan dengan berbagai masalah

khususnya tentang madhmadhoh dan istinsyaq, perhatian untuk menjadi

lebih baik khususnya dalam menulis bahasa arab juga artinya serta lebih

baik lagi dalam hal beribadah khususnya dalam berwudhu, kepercayaan

pada kemampuan sendiri khususnya konsentrasi ketika sedang menulis

juga mendengarkan, fleksibel dalam mempertimbangkan perbedaan

pendapat khususnya para ulama, berpikiran terbuka, menghargai pendapat

orang lain khususnya yang berbeda mazhab, kehati-hatian dalam

membuat penilaian, dan mau mengubah pandangan berdasarkan

refleksi.137

135 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 136 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 137 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 60: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

47

Gambar 4.3 Membaca dan Menerjemahkan Kitab

c. Merumuskan masalah

Tahap merumuskan masalah yaitu pembagian kelompok untuk

melakukan diskusi untuk merumuskan permasalahan yang nantinya akan

ditanyakan kepada teman-teman kelompok lain dan juga ustaz. Tahap

merumuskan masalah ini berjalan dengan baik dan kondusif, sebab

dengan jumlah siswa yang sedikit dan usia mereka yang sudah beranjak

dewasa sehingga pembagian kelompok ini tidak terlalu membuat

kegaduhan di kelas. Ustaz membebaskan santri untuk mencari kelompok

diskusi, santri secara tertib memilih kelompoknya yang memiliki tempat

duduk berdekatan dan depan belakang agar tidak memakan banyak waktu

pada saat pemilihan kelompok.138

Pada tahap ini ustaz membagi siswa menjadi beberapa kelompok

untuk memanfaatkan waktu. Dengan pembagian kelompok ini maka siswa

dapat dengan efektif merumuskan permasalahan yang ada dengan cara

berdiskusi. Dalam kelas XII.2 IPA ustaz mengarahkan santri untuk

membentuk kelompok, sesuai dengan pernyataan beliau saat wawancara

yaitu:

“Diskusinya itu karena waktunya itu terbatas, itu saya suruh bikin

kelompokan. Bagaimana cara teman-teman ini, karena kalau satu kelas

seumpama isi 30 ini kerepotan. Kadang saya suruh empat-empat diskusi

nanti saya suruh mereka berdiskusi apa yang dijanggalkan atau

dipermasalahkan dari kefahamannya itu”.139

138 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 139 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 61: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

48

Pada kelas XII.2 IPA dibuat 6 kelompok yang masing-masing

kelompok berjumlah 4 orang dan mereka berdiskusi mengenai materi

madhmadhoh dan istinsyaq. Diskusi berjalan dengan baik dan juga aktif,

hasil dari diskusi tiap-tiap kelompok berupa bentuk pertanyaan.140

Dengan adanya kelompok diskusi maka dapat disimpulkan bahwa

metode bandongan yang diterapkan adalah metode bandongan dengan

sistem halaqah. Di dalam kelompok yang sudah terbentuk itu masing-

masing mendiskusikan suatu permasalahan atau kejanggalan yang didapat

pada materi pembelajaran khususnya mengenai madhmadhoh dan

istinsyaq.141

Pada tahap ini sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul “Tradisi Pesantren:

Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan

Indonesia”. Menurut Zamakhsyari Dhofier, halaqah merupakan

kelompok kelas dalam sistem bandongan yang artinya lingkaran murid

atau kelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru.142

Lalu dijelaskan juga dalam jurnal milik Tajur Rijal dan Ach Fatchan yang

berjudul “Sistem Bandongan untuk Pendidikan Keterampilan Pertanian

di Desa Berbasis Pesantren” bahwa dalam pelaksanaanya metode

bandongan peserta didik berupaya untuk menumpuk pengetahuan dan

keterampilan sebanyak-banyaknya.143 Akan tetapi, ketika pengetahuan itu

telah tertumpuk, para peserta didik dalam kelompok tersebut berdiskusi

atau berdialog secara kritis sesama teman seangkatan, permasalahan yang

dijumpai didialogkan kepada Kiai, ustaz atau santri senior.144 Dalam

praktik diskusi tersebut biasanya ditemukan hal-hal baru tentang

140 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021 141 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 142 Zamakhsyari Dhofier, Loc.Cit. 143 Tajur Rizal, Ach. Fatchan. Op.Cit. h. 3 144 Ibid. h. 3-4

Page 62: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

49

pemahaman kehidupan keagamaan dan pemahaman ilmu pengetahuan

serta keterampilan masa kini.145

Pada tahap ini keterampilan berpikir kritis yang berkembang

seperti keterbukaan diri karena menemui teman baru sehingga saling

bertukar informasi pengalaman terkait materi, berpikir analisis untuk

menemukan permasalahan, mengajukan pertanyaan kepada teman,

fleksibel dalam mempertimbangkan perbedaan pendapat dan opini teman

dalam arti tidak memihak siapapun, menghargai pendapat teman,

pemahaman terhadap pendapat orang lain, dan menyimpulkan hasil

diskusi berupa sebuah pertanyaan.146

Gambar 4.4 Merumuskan Masalah

d. Kesempatan bertanya

Pada tahap ini masing-masing kelompok yang sudah menemukan

sebuah permasalahan atau pertanyaan atau kejanggalan dalam diskusinya

khususnya tentang materi madhmadhoh dan istinsyaq menyebutkan

pertanyaan masing-masing kelompoknya, pertanyaan yang telah

disebutkan oleh masing-masing kelompok itu yang nantinya akan

didiskusikan jawabannya oleh kelompok lain. Jika santri sudah faham

mengenai materi dan tidak ada pertanyaan maka santri boleh

mempertanyakan masalah fiqih yang lainnya. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Ustaz Abu:

145 Ibid. h. 4. 146 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021

Page 63: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

50

“Saya paksa untuk bertanya apa yang sudah kita artikan ini, yang belum

faham mana, yang dijanggalkan mana, kalau tidak ada, bebas masalah

fiqih yang lainnya, semacam itu”.147

Tahap bandongan ini yang dilaksanakan di SMA Plus Ibadurrahman

sudah baik karena santri aktif dan menggunakan kemampuan berpikirnya

untuk menemukan suatu permasalahan yang kontekstual.148

Tahapan ini sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Husni

Rahim dalam bukunya yang berjudul “Arah Baru Pendidikan Islam di

Indonesia”. Menurut Husni Rahim, dalam bandongan para santri

memperoleh kesempatan untuk bertanya atau meminta penjelasan lebih

lanjut atas keterangan kiai.149

Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing

kelompok pada kelas XII.2 IPA yaitu:150

Tabel 4.3 Pertanyaan Fiqih di kelas XII.2 IPA

Kelompok Pertanyaan

1. Ketika istinsyaq lebih utama menghirup air

atau memasukan air?

2. Bagaimana hukum berwudhu lalu istinsyaq

ketika puasa?

3. Bagaimana jika berwudhu meninggalkan

madhmadhoh?

4. Apakah air mineral adalah air mutlaq?

5. Bagaimana jika berwudhu masih

menggunakan lipstik?

6. Jika malas untuk berwudhu kembali setelah

makan, apakah boleh hanya dengan kumur-

kumur?

147 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 148 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 149 Husni Rahim, Op. Cit h. 151. 150 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021

Page 64: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

51

Pada tahap ini santri sudah mengembangkan berpikir kritis

mereka dengan mengajukan pertanyaan dan menggunakan percaya diri

mereka untuk bertanya.151

Gambar 4.5 Kesempatan Bertanya

e. Diskusi dan presentasi

Selanjutnya ustaz memberikan kesempatan kepada masing-masing

kelompok untuk berdiskusi mencari jawaban atas pertanyaan yang telah

diajukan.152 Tahap ini sesuai dengan penjelasan Ustaz Abu dalam

wawancara, yaitu:

“Setelah itu saya wajibkan untuk bertanya setelah diskusi, karena

dari diskusi itu akan timbul beberapa pertanyaan, dengan bertanya itu kita

jadi tahu sejauh mana berpikir dalam ilmu fiqih. Setelah pertanyaan dibuat

kemudian ditanyakan. Setelah ditanyakan oleh teman-teman ke saya, saya

lempar pertanyaan ke teman atau kelompok yang lain coba menjawab,

coba jawabannya ada yang beda, pasti ada yang beda, jangan sama harus

beda tidak boleh sama dan harus tahu alasannya.”153

Hasil diskusi adalah berupa bentuk jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang ditanyakan sebelumnya oleh masing-masing kelompok.

Hasil jawaban tersebut kemudian dipresentasikan oleh masing-masing

kelompok di depan kelas.154 Sesuai dengan pernyataan Ustaz Abu terkait

presentasi hasil diskusi di depan kelas, yaitu:

151 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 152 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 153Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 154 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 65: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

52

“Kalo masalah presentasi hasil diskusi itu mereka hanya menjawab

dengan suara yang bulat terkait jawaban dari suatu pertanyaan”.155

Adapun jawaban yang dipresentasikan masing-masing kelompok di

kelas XII.2 IPA sebagai berikut:

Tabel 4.4 Jawaban dari Diskusi

Jawaban

Kelompok

Ketika istinsyaq lebih utama menghirup air atau

memasukan air?

1. Kelompok penanya

2. Lebih utama menghirup air

3. Menghirup air lebih utama

4. Utamanya adalah menghirup airnya

5. Menghirup air kedalam hidung

6. Dihirup airnya kedalam hidung

Jawaban

Kelompok

Bagaimana hukum berwudhu lalu istinsyaq ketika puasa?

1. Jangan dihirup, cukup menyetuh dinding hidung saja

2. Kelompok penanya

3. Tidak perlu istinsyaq ketika puasa, karena khawatir batal

sebab memasukan air ke dalam hidung

4. Lebih baik ditinggalkan, khawatir membatalkan puasa

5. Karena istinsyaq sunnah jadi tidak apa ditinggalkan

6. Dikhawatirkan masuk air kelobang hidung sehingga

dapat membatalkan puasa maka lebih baik tidak perlu

beristinsyaq

Jawaban

Kelompok

Bagaimana jika berwudhu meninggalkan madhmadhoh?

1. Tidak apa-apa karena sunnah

2. Tetap sah wudhunya karena madhmadhoh sunnah

3. Kelompok penanya

155 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 66: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

53

4. Madhmadhoh hukumnya sunnah menurut Imam Malik,

Imam Syafi’i, dan juga Abu Hanifah. Jadi boleh-boleh

saja.

5. Boleh berwudhu tidak madhmadhoh karena hukumnya

sunnah

6. Boleh karena sunnah, akan tetapi lebih baik dikerjakan

karena akan mendapatkan pahala

Jawaban

Kelompok

Apakah air mineral adalah air mutlaq?

1. Iya, sehingga boleh digunakan untuk berwudhu

2. Air mineral adalah air mutlaq

3. Air yang tidak ada rasanya maka itu adalah air mutlaq

4. Kelompok penanya

5. Ya betul, air mineral termasuk air mutlaq

6. Air mineral adalah air yang suci, sehingga dapat

mensucikan. Air yang suci dan mensucikan maka dapat

disebut dengan air mutlaq

Jawaban

Kelompok

Bagaimana jika berwudhu masih menggunakan lipstik?

1. Jika lipstik yang tebal maka harus dihilangkan terlebih

dahulu agar hilang dan air wudhu dapat membasahi bibir

2. Lipstik harus dihilangkan apalagi lipstik waterproof,

tetapi jika hanya liptint yang hanya tinggal warna maka

tidak perlu dihilangkan

3. Lipstik perlu dihilangkan agar sah wudhunya

4. Lipstik dan segala bentuk make up yang dapat

mengalangi air menyetuh anggota wudhu maka harus

dihilangkan

5. Kelompok penanya

Page 67: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

54

6. Wudhunya tidak sah jika lipstik yang digunakan tebal

sehingga tidak masuk air wudhu

Jawaban

Kelompok

Jika malas untuk berwudhu kembali setelah makan,

apakah boleh hanya dengan kumur-kumur?

1. Boleh, akan tetapi jika shalat pastikan tidak ada sisa

makanan dalam mulut

2. Boleh, karena makan tidak membatalkan wudhu

3. Boleh, tapi jika makanannya memiliki bau, dan hendak

melakukan shalat lebih baik sikat gigi lalu wudhu lagi

4. Boleh, tapi tidak ada salahnya jika berwudhu kembali

khawatir lupa sudah melakukan hal-hal yang

membatalkan wudhu ketika makan atau sehabis makan

5. Boleh, karena makan bukan termasuk 5 hal yang dapat

membatalkan puasa

6. Kelompok penanya

Pada tahap ini, santri menggunakan kemampuan bernalar yaitu

berpikir rasional dan logis saat mendiskusikan jawaban dalam diskusi

kelompok, berargumen menggunakan bukti, melihat fenomena suatu

permasalahan dari berbagai sudut pandang, dan kriteria saat menjawab

pertanyaan yang sesuai dalam kitab fiqih. Kemudian santri menggunakan

kemampuan percaya diri mereka untuk berbicara di depan orang banyak

dengan mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka diskusikan,

berpikiran terbuka, serta menghargai jawaban atau pendapat kelompok

lain.156

156 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 68: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

55

Gambar 4.6 Diskusi dan Presentasi

Tahap ini di SMA Plus Ibadurrahman sudah dilakukan dengan baik,

santri aktif mengikuti diskusi pada masing-masing kelompok dan percaya

diri ketika mempresentasikan jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya

oleh masing-masing kelompok tanyakan. Berdasarkan pengamatan, hasil

diskusi masing-masing kelompok yang berupa jawaban dari pertanyaan

tersebut hanya mereka hafal dan sebagian mereka membuat catatan kecil

terkait jawabannya. Mereka menjawab pertanyaan dengan percaya diri

secara padat dan jelas.157

Pada tahapan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Husni

Rahim dalam bukunya yang berjudul “Arah Baru Pendidikan Islam di

Indonesia”. Menurut Husni Rahim, catatan-catatan kecil di atas kitabnya

membantu untuk melakukan telaah (muthala’ah) atau mempelajari lebih

lanjut isi kitab tersebut.158

f. Penjelasan dan meluruskan kesalahpahaman

Setelah presentasi, santri kembali ke tempat duduk masing-masing

lalu menghadap kembali ke ustaz dan depan kelas. Pada tahap ini ustaz

merespon jawaban santri dengan memberikan tanggapan, penjelasan, dan

meluruskan kesalahpahaman terhadap hasil diskusi dan presentasi santri

dengan pandangan ustaz berdasarkan kitab-kitab fiqih.159 Sebagaimana ini

sesuai dengan hasil wawancara dengan Ustaz Abu selaku guru fiqih,

beliau menyatakan bahwa:

157 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 158 Husni Rahim, Op. Cit h. 151. 159 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 69: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

56

“Setelah pertanyaan dibuat kemudian ditanyakan. Setelah

ditanyakan oleh teman-teman ke saya, saya lempar pertanyaan ke teman

atau kelompok yang lain coba menjawab, coba jawabannya ada yang

beda, pasti ada yang beda, jangan sama harus beda tidak boleh sama dan

harus tahu alasannya. Kemudian saya yang mentashihnya, mentashihnya

itu oh yang benar yang jawabannya ini, semacam itu”.160

Tahap ini berjalan dengan baik dan kondusif di SMA Plus

Ibadurrahman dilihat bahwa pada tahap ini ustaz memberikan penjelasan

dan meluruskan kesalahpahahaman jawaban santri menurut pandangan

ustaz yang bersumber dari kitab-kitab Fiqih dengan penjelasan yang baik

dan tanpa menghakimi santrinya ataupun jawabannya.161

Berikut ini tanggapan, penjelasan, dan jawaban-jawaban Ustaz Abu

pada mata pelajaran fiqih materi “Ikhtilaf fii madhmadhoh wal istinsyaq

fiil wudhu” di kelas XII.2 IPA:162

Tabel 4.5 Penjelasan dan Meluruskan Kesalahpahaman

Kelas XII.2 IPA

Kelompok Pertanyaan Jawaban Ustaz

1. Ketika istinsyaq lebih

utama menghirup air atau

memasukan air?

Lebih utama memasukan air.

2. Bagaimana hukum

berwudhu lalu istinsyaq

ketika puasa?

Harus ditinggalkan, karena

menghirup air kedalam hidung

atau mulut itu merupakan 7

lubang yang dapat

membatalkan puasa.

3. Bagaimana jika

berwudhu meninggalkan

madhmadhoh?

Sah, karena mengikuti mazhab

yang sunnah. Yaitu

pendapatnya Imam Malik,

Imam Syafi’i, dan Abu Hanifah

160Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 161 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 162 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 70: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

57

yang mengatakan bahwa

madhmadhoh dan Istinsyaq

hukumnya adalah sunnah.

4. Apakah air mineral

adalah air mutlaq?

Iya air mutlaq, sebab qoyyidnya

tidak jelas, mengikuti

wadahnya. Air mineral jika

diletakan di gelas maka ia akan

menjadi air gelas, diletakan di

teko ia akan menjadi air teko.

Berbeda dengan air kopi, jika ia

diletakan di gelas atau wadah

apapun maka ia tetap disebut

sebagai air kopi.

5. Bagaimana jika

berwudhu masih

menggunakan lipstik?

Lipstik yang tebal harus

dihilangkan terlebih dahulu,

karena merah-merah bibir

termasuk wajah yang harus

terkena air wudhu.

6. Jika malas untuk

berwudhu kembali

setelah makan, apakah

boleh hanya dengan

kumur-kumur?

Harus tahu dulu yang

membatalkan wudhu itu ada 5

yaitu 1) keluarnya sesuatu

melalui qubul dan dubur, 2)

tidur, 3) hilang akal, 4)

menyentuh kemaluan baik

qubul maupun dubur, 5)

menyentuh istri atau lawan

jenis bukan mahrom.

Page 71: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

58

Gambar 4.7 Penjelasan dan Meluruskan Kesalahpahaman

Pada tahap ini santri mengembangkan keterampilan berpikir

kritisnya dengan mengembangkan ketebukaan pikiran, fleksibel dalam

mempertimbangkan opini, memahami pendapat orang lain, hati-hati

dalam membuat penilaian, menimbangkan kembali pandangan

berdasarkan refleksi.163

Tahap ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zamakhsyari

Dhofier dalam bukunya yang berjudul “Tradisi Pesantren: Studi

Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia”.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, para Kiai sebagai pembaca dan

penerjemah kitab tersebut bukan sekedar membaca teks tetapi juga

memberikan pandangan-pandangan (interpertasi) pribadi, baik mengenai

isi maupun bahasa pada teks. Dengan kata lain, para kiai juga memberikan

komentar antar teks sebagai pandangan pribadinya.164

g. Ustaz memberikan pertanyaan

Pada tahap ini ustaz memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis santri, karena dengan

memberikan pertanyaan maka akan menstimulus santri untuk lebih aktif

dan juga menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Sebagaimana

Ustaz Abu juga menyampaikan dalam wawancara bahwa:

“Agar menjadi aktif biasanya saya kasih sebuah pertanyaan-pertanyaan

yang memancing dia untuk mampu menjawabnya, kalau dia tidak

mampu menjawabnya, berarti oh saya ini kurang membacanya, kurang

memperhatikan, abis itu dia akan sadar bahwasanya oh ternyata ngga bisa

163 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 164 Zamakhsyari Dhofier. Op.Cit,. h. 86.

Page 72: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

59

menjawab itu ngga enak. Mangkanya dengan sebuah pertanyaan-

pertanyaan itu nanti biar dia mencari jawabannya”.165

Tahap ini berjalan dengan baik, karena dengan ustaz memberikan

pertanyaan yang komprehensif dan kontekstual maka hal tersebut akan

dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis santri. Berdasarkan

pengamatan, pertanyaan yang diberikan ustaz itu pertanyaan yang

sederhana namun dapat membuat santri berpikir lebih keras atau berpikir

dua kali untuk menjawabnya. Pertanyaan yang diberikan pun selain

tentang materi berwudhu khususnya materi madhmadhoh dan istinsyaq

juga bertanya mengenai susunan tarkibnya atau nahwunya.166

Tahap ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tajur Rijal dan Ach

Fatchan yang berjudul “Sistem Bandongan untuk Pendidikan

Keterampilan Pertanian di Desa Berbasis Pesantren” bahwa metode

bandongan mengarahkan pada pemahaman pengetahuan keagamaan

secara komprehensif.167

Menanggapi hal-hal yang membatalkan wudhu, ustaz memberikan

pertanyaan kepada santri kelas XII.2 IPA sebagai berikut:

Tabel 4.6 Pertanyaan Ustaz Kepada Santri Kelas XII.2 IPA

Pertanyaan Ustaz Jawaban Santri Jawaban Ustaz

Ketika A menyentuh

si B, batal semuanya

apa batal salah

satunya?

Ada yang

menjawab

semuanya, ada

yang menjawab

salah satunya saja

Yang batal yang

menyentuh, yang

disentuh tidak batal.

Menyentuh kemaluan

orang lain dengan

punggungnya telapak

Mayoritas santri

menjawab tidak

batal, dan sedikit

Hukumnya adalah batal

sebab bukan mahram,

sekalipun menyentuh

165 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 166 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 167 Tajur Rizal, Ach. Fatchan. Op.Cit, h. 5.

Page 73: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

60

tangan batal atau

tidak?

yang menjawab

batal

menggunakan punggung

telapak tangan.

Pada tahap ini santri mengembangkan nalarnya, berargumen,

keterbukaan pikirannya, kepercayaan diri dalam menjawab pertanyaan

yang diberikan, hati-hati dalam membuat penilaian, dan menimbangkan

kembali pandangan berdasarkan refleksi.168

Gambar 4.8 Ustaz Memberikan Pertanyaan

h. Penutup

Tahap penutup ini berisi pertanyaan jika masih ada yang belum jelas,

kesimpulan, kata-kata motivasi dan juga pembacaan doa setelah belajar.

Tahap ini terlaksana dengan baik, akan tetapi santri kurang aktif sebab di

tahap penutup ini tidak ada yang bertanya lagi mengenai kejanggalan

selama pembelajaran yang telah dilakukan di kelas XII.2 IPA. Lalu ustaz

yang memberikan kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan,

sehingga santri hanya mendengarkan sehingga tahap ini kurang membuat

santri untuk aktif turut serta membuat kesimpulan.

Sebelum pembelajaran ditutup dengan kesimpulan dan pembacaan

doa, ustaz bertanya kembali jika masih ada yang ingin ditanyakan atau

masih terdapat permasalahan yang dijanggalkan serta memastikan bahwa

santri faham mengenai materi pembelajaran fiqih yang dibahas.169 Hal ini

memiliki kesamaan dengan hasil wawancara bersama Ustaz Abu, yaitu:

“Sebelum selesai dan berdoa itu saya paksa untuk bertanya apa yang

sudah kita artikan ini, yang belum faham mana, yang dijanggalkan

168 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 169 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 74: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

61

mana, kalau tidak ada bebas masalah fiqih yang lainnya, semacam

itu”.170

Kemudian ustaz memberikan kesimpulan atas apa yang telah

dibahas selama pembelajaran, mulai dari kesimpulan materi hingga

kesimpulan atas pertanyaan beserta jawaban hasil diskusi.171 Hal ini

sesuai dengan pernyataan Ustaz Abu dalam wawancara, yaitu:

“Kesimpulan itu seringnya dari saya, ketika saya meminta kesimpulan

itu, bagi anak-anak yang saya suruh membaca saja, coba disimpulkan

itu maksudnya bagaimana”.172

Lalu setelah memberikan kesimpulan ustaz pada tahap ini

memberikan motivasi-motivasi kepada santri agar mereka lebih baik

lagi dalam belajar serta dalam beribadah di dalam kehidupan sehari-hari

dan kedepannya.

Pada tahap ini santri mengembangkan berpikir analisisnya,

kepercayaan diri untuk bertanya jika terdapat hal yang belum jelas, dan

perhatian untuk menjadi lebih baik.173

Dan terakhir ustaz memimpin doa, dan santri pada kelas XII.2

IPA berdoa dengan khusuk berharap karamah, berkah serta ilmu yang

bermanfaat dari pembelajaran fiqih yang telah dilaksanakan.174

Gambar 4.9 Kegiatan Penutup

170 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 171 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 172 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 173 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021. 174 Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Fiqih SMA Plus Ibadurrahman di kelas

XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 75: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

62

2) Perkembangan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus Ibadurrahman

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Plus Ibadurrahman melalui

observasi dan wawancara menunjukkan bahwa adanya perkembangan

kemampuan berpikir kritis santri setelah dilaksanakannya metode

bandongan di sekolah tersebut. Melihat penjelasan diatas maka

perkembangan berpikir kritis dapat dikenali dengan adanya karakteristik-

karakteristik berpikir krtitis yang terdapat pada tiap tahapan dari metode

bandongan tersebut.175

Berdasarkan pengamatan, di kelas XII.2 IPA dalam berpikir

kritisnya sudah berkembang, seperti berpikiran terbuka, informasi berasal

dari sumber terpercaya, berargumen, bernalar secara logis, melihat sebuah

fenomena dari berbagai sudut pandang, mengajukan pertanyaan,

mengidentifikasi asumsi, membuat kesimpulan, rasa ingin tahu, menjadi

orang yang lebih baik, percaya diri, open minded, fleksibel dalam

mempertimbangkan opini, memahami pendapat orang lain, hati-hati

dalam membuat penilaian, menimbangkan kembali pandangan

berdasarkan refleksi. Namun santri belum memenuhi semua karakteristik

dalam berpikir kritis secara maksimal dalam pembelajarannya, di

antaranya santri kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan sebab

ragu terhadap jawabannya.176

Berikut tabel karakteristik dari berpikir kritis yang berada di tahapan

metode bandongan:

Tabel 4.7 Karakteristik Berpikir Kritis pada Tahap Metode Bandongan

No. Tahap Metode

Bandongan

Karakteristik Berpikir Kritis

1. Pendahuluan Pada tahap ini santri belum dituntut

untuk menggunakan kemampuannya

dalam berpikir kritis, sebab santri hanya

175 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 176 Kesimpulan hasil wawancara dan observasi di kelas XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 76: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

63

melakukan instruksi yang diberikan

Ustaz.

2. Membaca dan

menerjemahkan kitab

Pada tahap ini santri sudah

mengembangkan keterampilan berpikir

kritisnya, yaitu rasa ingin tahu berkaitan

dengan berbagai masalah khususnya

tentang madhmadhoh dan istinsyaq,

perhatian untuk menjadi lebih baik

khususnya dalam menulis bahasa arab

juga artinya serta lebih baik lagi dalam

hal beribadah khususnya dalam

berwudhu, kepercayaan pada

kemampuan sendiri khususnya

konsentrasi ketika sedang menulis juga

mendengarkan, fleksibel dalam

mempertimbangkan perbedaan pendapat

khususnya para ulama, berpikiran

terbuka, menghargai pendapat orang lain

khususnya yang berbeda mazhab, kehati-

hatian dalam membuat penilaian, dan

mau mengubah pandangan berdasarkan

refleksi.

3. Merumuskan masalah Pada tahap ini keterampilan berpikir

kritis yang berkembang seperti

keterbukaan diri karena menemui teman

baru sehingga saling bertukar informasi

pengalaman terkait materi, berpikir

analisis untuk menemukan

permasalahan, mengajukan pertanyaan

kepada teman, fleksibel dalam

Page 77: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

64

mempertimbangkan perbedaan pendapat

dan opini teman dalam arti tidak

memihak siapapun, menghargai

pendapat teman, pemahaman terhadap

pendapat orang lain, dan menyimpulkan

hasil diskusi berupa sebuah pertanyaan.

4. Kesempatan bertanya Pada tahap ini santri sudah

mengembangkan berpikir kritis mereka

dengan mengajukan pertanyaan dan

menggunakan percaya diri mereka untuk

bertanya.

5. Diskusi dan presentasi Pada tahap ini, santri mengembangkan

kemampuan bernalar yaitu berpikir

rasional dan logis saat mendiskusikan

jawaban dalam diskusi kelompok,

berargumen menggunakan bukti, melihat

fenomena suatu permasalahan dari

berbagai sudut pandang, dan kriteria saat

menjawab pertanyaan yang sesuai dalam

kitab fiqih. Kemudian santri

menggunakan kemampuan percaya diri

mereka untuk berbicara di depan orang

banyak dengan mempresentasikan hasil

diskusi yang telah mereka diskusikan,

berpikiran terbuka, serta menghargai

jawaban atau pendapat kelompok lain.

6. Penjelasan dan

meluruskan

kesalahpahaman

Pada tahap ini santri mengembangkan

keterampilan berpikir kritisnya dengan

mengembangkan ketebukaan pikiran,

fleksibel dalam mempertimbangkan

Page 78: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

65

opini, memahami pendapat orang lain,

hati-hati dalam membuat penilaian,

menimbangkan kembali pandangan

berdasarkan refleksi.

7. Ustaz memberikan

pertanyaan

Pada tahap ini santri mengembangkan

nalarnya, berargumen, keterbukaan

pikirannya, kepercayaan diri dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan,

hati-hati dalam membuat penilaian, dan

menimbangkan kembali pandangan

berdasarkan refleksi.

8. Penutup Pada tahap ini santri mengembangkan

berpikir analisisnya, kepercayaan diri

untuk bertanya jika terdapat hal yang

belum jelas, dan perhatian untuk menjadi

lebih baik.

3) Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Metode Bandongan

dalam Mengembangkan Berpikir Kritis pada Santri.

Berdasarkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

didapatkan oleh peneliti dari pelaksanaan metode bandongan pada mata

pelajaran fiqih dalam mengembangkan berpikir kritis santri di SMA Plus

Ibadurrahman tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

metode bandongan yang kemudian faktor tersebut dibagi menjadi faktor

pendukung dan penghambat. Berikut adalah faktor pendukung dan

penghambat yang ditemukan:

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung ini sangat penting di dalam proses pelaksanaan dari

metode bandongan dalam mengembangkan berpikir kritis santri, faktor

pendukung ini dapat menjadikan sekolah lebih baik terutama dalam proses

pembelajaran materi pondok di sekolah. Adapun faktor pendukung yang

Page 79: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

66

ditemukan peneliti akan dijabarkan dengan hasil observasi dan wawancara

dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran fiqih, dan santri sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustaz Muslihin Jamil S.Pd.I

selaku Kepala Sekolah SMA Plus Ibadurrahman, Beliau menyatakan

bahwa faktor pendukung yang pertama yaitu:

“Bandongan dari awal sudah kita mulai, dari pertama berdiri karena kita di

pondok pesantren, jadi kita juga sudah memiliki guru-guru salafiyah,

bahkan kalau metode bandongan itu sudah dibilang mendarah daging di

masyarakat pesantren atau di sekolah ini”.177

Beliau meneruskan mengenai faktor pendukung diterapkannya

metode bandongan di sekolah SMA Plus Ibadurrahman yang kedua sebagai

berikut:

“Bandongan itu kalau zaman dulu aja mungkin ya hanya sorogan, sorogan-

sorogan, tapi kalau zaman sekarang Alhamdulillah gurunya juga sudah

modern dan banyak salafi-salafi guru yang mengerti dengan bandongan tapi

mereka juga kuliah. Nah jadi kalau dulu memang kuno, tapi sekarang yang

kuno itu kita modifikasi menjadi modern nah itulah mangkanya tadi saya

sampaikan.”.178

Lalu Ustaz M. Muslihin Jamil melanjutkan perihal faktor pendukung

metode bandongan yang diterapkan di sekolah yang ketiga sebagai berikut:

“Ya bagus lah ya, karena memang ada bahasanya islah atau koreksinya itu

langsung, tidak lagi seorang murid salah kemudian guru menumpuk

kesalahan dikoreksi dalam satu waktu, tapi ketika itu salah harus secepatnya

dibenarkan”.179

Lalu Beliau melanjutkan perihal metode bandongan yang diterapkan

pada mata pelajaran fiqih di sekolah sebagai berikut:

“Ya kalo faktornya kalau kita lari ke kurikulum di sekolah negerinya, karena

kan literasi itu hobi membaca jadi bandongan juga kan itu guru melatih

siswanya untuk terus terbiasa membaca, jadi sangat mendukung”.180

Berdasarkan pemaparan Ustaz Muslihin Jamil di atas maka dapat

disimpulkan bahwa faktor pendukung dilaksanakannya metode bandongan

177 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021. 178 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021. 179 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021. 180 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021.

Page 80: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

67

ini karena sekolah yang berbasis pondok pesantren dan metode ini sudah

mendarah daging dan suatu budaya, guru-guru salafi yang modern, dan

koreksinya secara langsung dan menjadikan santri semangat dan gemar

membaca yang merupakan kelebihan dari metode bandongan tersebut.

2) Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru

fiqih di SMA Plus Ibadurrahman, Beliau menyatakan bahwa:

“Bandongan ini harus dilestarikan, karena ada syair al muhafadhotu ‘ala

qodimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, kita menjaga tradisi lama.

Tradisi lama itu kita harus jaga dari guru-guru kita kan bandongan,

kemudian mengambil metode baru yang lebih maslahat. Tentang

bandongan tetap dipertahankan, ketika ada metode baru kita tambahkan

yang maslahat.”.181

Pendapat di atas juga didukung dengan pendapat Ustaz Abu Nizhom

selaku guru mata pelajaran fiqih, yaitu:

“Kalau untuk ustaznya itu kalau metode bandongan ustaznya akan lebih

dalam lagi memahaminya kitab tadi. Yang dulunya faham sekarang tambah

faham, yang dulunya tidak faham sekarang faham itu untuk saya. Jadi kalau

untuk santrinya itu bisa face to face dengan guru jadi lebih dalam lebih

vulgar didalam mengekspresikan pendapat atau keluh kesahnya di dalam

pembelajaran”.182

Berdasarkan pemaparan Ustaz Abu di atas maka dapat disimpulkan

bahwa faktor pendukung dilaksanakannya metode bandongan ini karena

metode ini adalah suatu budaya yang harus dilestarikan dan juga karena

dapat menambah wawasan baik bagi ustaz ataupun santri.

3) Kemudian kesimpulan dari pendapat dalam hasil wawancara dengan

santri kelas XII.2 IPA menyatakan bahwa:

Metode bandongan ini dapat membantu santri mengetahui arti dalam

kitab, belajar menulis kaligrafi, mengetahui susunan tarkibnya,

pembahasannya bisa meluas sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan,

penjelasannya lebih rinci karena diartikan perkata, bisa membaca kitab,

181 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021 182 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021.

Page 81: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

68

dapat menambah kosa kata bahasa arab, aktif bertanya, dan

mengembangkan berpikir kritis.183

Metode bandongan ini mengajak santri untuk aktif dan menggunakan

kemampuan berpikirnya. Metode ini juga tetap bisa membuat mereka

bersemangat selama proses pembelajaran karena peserta didik dibagi dalam

beberapa kelompok. Kemudian di dalam kelompok tersebut mereka

bertukar informasi, beradu argumen, saling komunikasi, saling bekerja

sama dalam menemukan jawaban, dan diselingi canda tawa yang membuat

kelas menjadi aktif dan hidup, serta ustaz yang menjelaskan materi diselingi

dengan hal-hal lucu sehingga kelas terasa nyaman dan tidak membosankan.

b. Faktor Penghambat

Adapun faktor penghambat yang ditemukan peneliti berdasarkan

hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah, guru fiqih, dan

santri yaitu sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA Plus

Ibadurrahman yaitu Ustaz M. Muslihin Jamil, Beliau menyebutkan

bahwa faktor penghambat metode bandongan yaitu:

“Penghambatnya ketika bandongan itu kurangnya guru karena sekarang

tidak seperti dulu siswa masih berjumlah 300 dan sekarang jumlah siswa

yang 800, padahal guru sudah kita tambahkan yang kemarin itu 15 dan

sekarang itu 25 tapi tetap karena siswanya banyak. Itupun sudah kami cari

alternatif yaitu dengan adanya tambahan-tambahan kajian umum seperti

pada minggu pagi, kemudian jum’at malam, jadi ya mudah-mudahan

kekurangan itu sudah ada penutupnya, sudah dikasih solusinya.”184

Jadi berdasarkan pemaparan kepala sekolah maka dapat disimpulkan

bahwa faktor penghambat metode bandongan itu kurangnya guru karena

semakin banyaknya siswa, dan juga karena keterbatasan waktu di jam

sekolah. Akan tetapi sekolah sudah menemukan solusinya yaitu dengan

menambah kajian umum seperti pada minggu pagi dan jum’at malam.

2) Kemudian pendapat dari wawancara dengan Kepala Sekolah mengenai

sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut:

183 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021. 184 Wawancara dengan M. Muslihin Jamil selaku kepala sekolah SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 30 Januari 2021.

Page 82: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

69

“Untuk dibilang cukup sih belum, paling kayanya baru hanya 50% lah ya

untuk mencapai dan mendukung beberapa program yang akan datang ini,

ya sambil berjalan kita cari, trus ya kita modifikasi dengan alat-alat, bahan

ajar, alat peraganya, dan lain sebagainya”.

Dengan demikian maka sarana dan prasarana yang belum mencukupi

itu menghambat proses pelaksanaan metode bandongan ini khususnya

untuk mata pelajaran fiqih, sarana dan prasarananya yang dibutuhkan seperti

alat peraga dan bahan ajar.

3) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih yaitu Ustaz Abu

Nizhom, Beliau menyatakan bahwa:

“Teman-teman santri faktor kurangnya adalah tidak mempunyai tulisan.

Jadi kan caranya kan ada kitab, disalin di buku ditulis, lah ini santri belum

menulisnya. Maka ketika ngga menulis, maka ia tidak mengartikan. Kalau

tidak mengartikan ngga tau artinya, ngga tau maksudnya. Itu

kendalanya”.185

Lalu beliau melanjutkan terkait dengan faktor penghambat lain:

“Selain itu adalah kalau bandongan, nulis ada yang waktunya agak lama,

membutuhkan waktu agak lama. Jadi, mengartikan itukan membutuhkan

waktu, menjelaskan juga membutuhkan waktu, jadi masalah waktu

saja”.186

Berdasarkan pemaparan Ustaz Abu selaku guru fiqih maka dapat

disimpulkan bahwa faktor penghambat metode bandongan itu santri belum

menulis salinan kitab, santri menulis arti membutuhkan waktu agak lama,

dan kurangnya waktu. Jadi guru harus mengatur waktu dengan cara

sekreatif dan seefektif mungkin agar semua tahapan pada metode

bandongan ini dapat dilaksanakan semuanya.

4) Berdasarkan hasil observasi di kelas kelas XII.2 IPA semua tahapan

metode bandongan terlaksana dengan baik, ustaz membaca kitab lalu

menerjemahkan kemudian menjelaskan dengan baik dan jelas, hampir

semua santri menulis arti serta catatan-catatan penting dalam buku tulis dan

sedikit sekali yang tidak menulis sebab belum menyalin kitab tersebut

185 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021. 186 Wawancara dengan Ustaz Abu Nizhom selaku guru Mata Pelajaran Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman, pada tanggal 25 Januari 2021.

Page 83: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

70

namun santri tersebut tetap memperhatikan penjelasan ustaz. Cara

mengatasi hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan santri mereka

akan menulis arti tersebut di dalam kitab atau menyalin kitab tersebut ke

buku tulis dan artinya melihat catatan teman. Selain itu karena padatnya

kegiatan santri di pondok pesantren menyebabkan beberapa santri lelah dan

ngantuk saat pelajaran bandongan berlangsung akan tetapi hal tersebut

dapat dilewati oleh guru dengan memberikan kenyamanan dalam kelas

seperti tidak terlalu serius dengan cara menjelaskan menggunakan joke-joke

anak muda sehingga mereka bersemangat kembali untuk belajar dan

membuat santri tersebut aktif dengan melaksanakan metode bandongan

dengan sistem halaqah.

Adapun faktor pendukung dan penghambat selama proses

pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:187

Tabel 4.8 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Metode Bandongan

dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus

Ibadurrahman

No. Faktor Pendukung Faktor Penghambat

1. SMA Plus Ibadurrahman

merupakan sekolah berbasis

pondok pesantren, metode

bandongan ini sudah

mendarah daging dan menjadi

budaya untuk mata pelajaran

pondok di sekolah SMA Plus

Ibadurrahman.

Kurangnya guru karena

semakin banyaknya siswa, dan

juga karena keterbatasan

waktu di jam sekolah. Akan

tetapi sekolah sudah

menemukan solusinya yaitu

dengan menambah tambahan

kajian umum.

2. Metode bandongan diajarkan

oleh guru-guru salafi yang

modern, cocok untuk

membuat santri aktif dan juga

Sarana dan prasarana yang

belum mencukupi untuk

pelaksanaan metode

bandongan ini khususnya

187 Hasil analisis tanggal 1 Maret 2021.

Page 84: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

71

membantu mengembangkan

keterampilan berpikir kritis

santri.

mata pelajaran fiqih yang

dibutuhkan seperti alat peraga.

Dan sekolah terus berupaya

agar sarana dan prasarana

tersebut dapat terpenuhi.

3. Kelebihan metode bandongan

ini selain dapat membantu

santri mengetahui arti dalam

kitab, belajar menulis

kaligrafi, mengetahui susunan

tarkibnya, bisa membaca

kitab, dapat menambah kosa

kata bahasa arab, akan tetapi

juga karena pembahasannya

bisa meluas sesuai dengan

kenyataan dalam kehidupan,

penjelasannya lebih rinci

karena diartikan perkata, aktif

bertanya, dan membantu santri

mengembangkan berpikir

kritisnya.

Santri belum menulis salinan

kitab, santri menulis arti

membutuhkan waktu agak

lama, dan kurangnya waktu.

Jadi guru akan memotivasi

santri agar semangat dan

mengatur waktu sekreatif dan

seefektif mungkin.

4. Metode ini juga tetap bisa

membuat mereka bersemangat

selama proses pembelajaran

karena peserta didik dibagi

dalam beberapa kelompok.

Kemudian di dalam kelompok

tersebut mereka bertukar

informasi, berargumen, saling

komunikasi, saling bekerja

Santri yang lelah dan

mengantuk saat pelajaran

bandongan berlangsung, akan

tetapi hal tersebut dapat

dilewati oleh guru dengan

memberikan kenyamanan

dalam kelas seperti tidak

terlalu serius dengan cara

menjelaskan menggunakan

Page 85: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

72

sama dalam menemukan

jawaban, dan diselingi canda

tawa yang membuat kelas

menjadi aktif dan hidup.

joke-joke anak muda sehingga

mereka bersemangat kembali

untuk belajar dan membuat

santri tersebut aktif dengan

melaksanakan metode

bandongan dengan sistem

halaqah.

Page 86: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas yang merupakan hasil dari

perpaduan kajian teoritis dengan hasil penemuan di lapangan, maka kesimpulan

yang peneliti peroleh ialah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran Fiqih di SMA Plus

Ibadurrahman sudah diterapkan dengan baik. Metode bandongan yang

diterapkan adalah metode bandongan dengan sistem halaqah. Adapun

tahap-tahap metode bandongan yang dilaksanakan yaitu pendahuluan,

membaca dan menerjemahkan kitab, merumuskan masalah, kesempatan

bertanya, diskusi dan presentasi, penjelasan dan meluruskan

kesalahpahaman, ustaz memberikan pertanyaan, dan terkahir yaitu penutup.

2. Karakteristik yang berkembang pada santri SMA Plus Ibadurrahman selama

pelaksanaan metode bandongan yaitu berpikiran terbuka, informasi

terpercaya, berargumen, bernalar logis, melihat fenomena dari berbagai

sudut pandang, mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi asumsi, membuat

kesimpulan, rasa ingin tahu, menjadi orang yang lebih baik, percaya diri,

fleksibel dalam mempertimbangkan opini, memahami pendapat orang lain,

hati-hati dalam membuat penilaian, dan menimbangkan kembali pandangan

berdasarkan refleksi. Berdasarkan hal tersebut maka keterampilan berpikir

kritis santri di SMA Plus Ibadurrahman sudah dikembangkan dan

dilaksanakan dengan baik.

3. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode bandongan pada mata

pelajaran Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman sebagai berikut:

a. Faktor pendukung pelaksanaan metode bandongan pada mata pelajaran

Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman yaitu 1) SMA Plus Ibadurrahman

merupakan sekolah berbasis pondok pesantren, 2) Metode bandongan

diajarkan oleh guru-guru salafi yang modern, 3) Banyaknya kelebihan

metode bandongan dan juga karena pembahasannya sesuai dengan

Page 87: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

74

kenyataan, lebih rinci, aktif bertanya, dan membantu santri

mengembangkan berpikir kritisnya. 4) Metode bandongan dengan

sistem halaqah membuat mereka bersemangat selama proses

pembelajaran.

b. Faktor penghambatnya yaitu 1) Kurangnya guru, 2) Sarana dan

prasarana yang belum mencukupi, 3) Santri belum menulis salinan kitab

dan kurangnya waktu, 4) Santri yang mengantuk saat pelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang diadakan di SMA Plus Ibadurrahman

terdapat saran dari peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Lebih menginovasi lagi untuk para guru agar lebih baik lagi dalam

mengajar dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, memaksimalkan

sarana prasarana sekolah yang tersedia, diadakannya pelatihan, workshop

atau seminar bagi guru untuk menambah pengetahuan dan informasi

mengenai metode bandongan agar peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kritisnya pada abad 21, agar dapat menciptakan

generasi yang dapat bersaing, bersanding dan bertanding di dunia

pendidikan pada abad 21 dan selanjutnya.

2. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam

Terus membina dan dan mengasah kompetensi guru agar pembelajaran

dapat berjalan dengan baik dengan memperhatikan materi, metode, serta

kebutuhan peserta didik tersebut. Guru harus open minded dengan banyak

membaca literasi tentang metode bandongan dari buku, jurnal atau sumber

lainnya yang terupdate agar dapat memaksimalkan metode bandongan agar

dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik,

menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang

pembelajaran, mengikuti pelatihan, workshop atau seminar untuk

menambah wawasan, informasi dan pengalaman.

3. Bagi Mahasiswa

Page 88: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

75

Penelitian ini masih terbatas pada pelaksanaan metode bandongan

pada mata pelajaran fiqih dalam mengembangkan berpikir kritis santri,

perkembangan keterampilan berpikir kritis santri, faktor yang

mempengaruhi pada pelaksanaan metode bandongan. Hendaklah peneliti

selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang pelaksanaan metode

bandongan yang serupa dengan variabel lain atau pada mata pelajaran lain

dengan mengurangi dan tidak mengulangi kekurangan yang terdapat pada

penelitian ini pada penelitiannya kelak.

C. Keterbatasan Penelitian

Secara metodologi penelitian, keterbatasan dalam penelitian ini adalah

belum diawali dengan studi emiprik yang baik dan benar sehingga mempengaruhi

tataran emik, dan sangat terbuka dalam penelitian kualitatif ini dipengaruhi oleh

tataran etiknya dan bukan emiknya. Hal tersebut tampak dalam menemukan fokus

penelitian ini yang mempengaruhi dalam rumusan masalah, tujuan dan manfaat

bahkan judul dalam penelitian ini. Dengan demikian di dalam BAB 1, BAB II, BAB

III, BAB IV dan BAB V perlu dicermati untuk prosedur penelitiannya agar

disesuaikan dengan prosedur penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yang

sesuai dengan kebutuhan fokus penelitian yang didasari dengan tataran emik

(kualitatif) dan bukan etik.

Adapun secara content (isi) harus didasari tataran emik yang kuat sehingga

terformulasi di dalam kajian teoretik/kajian pustaka sesuai dengan kebutuhan fokus

penelitian yang didasari dengan tataran emik dan bukan etik, sehingga sesuai

kebutuhan rumusan masalah dan tujuan penelitian (dengan tataran emik).

Pembahasan hasil penelitian harus didasari dengan menjawab rumusan

masalah/pertanyaan penelitian yang sebaiknya lahir dari tataran emik dan bukan

etik begitupula dalam BAB V untuk kesimpulannya, sehingga karakteristik metode

ilmiah yaitu adanya penelitian yang bersifat sistematis dapat terpenuhi dengan baik.

Page 89: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

76

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Arief, Armai. 2002. “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam”. Jakarta:

Ciputat Pers

Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2015. “Teori Belajar dan Pembelajaran”.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet 1.

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. “Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan

Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia”. Jakarta: LP3ES.

Gasong, Dina. 2018. “Belajar dan Pembelajaran”. Yogyakarta: Deepublish.

Hardini, Isriani dan Puspitasari, Dewi. 2015. “Strategi Pembelajaran Terpadu:

Teori, Konsep & Implementasi”. Yogyakarta: Familia.

Hafsah. 2016. “Pembelajaran Fiqih”. Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis.

Hasbullah. 1966. “Kapita Selekta Pendidikan Islam”. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Kompri. 2018. “Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren”. Jakarta:

Prenada Media.

Madjid, Nurcholis. 1997. “Bilik-Bilik Pesantren”. Jakarta: Paramadina.

Masyhud, Sulthon. dkk. 2003. “Manajemen Pondok Pesantren”, Cet Ke 2. Jakarta:

Diva Pustaka, 2003.

Nata, Abuddin. 2018. “Islam dan Ilmu Pengetahuan”. Jakarta: Prenada Media.

Noor, Ahmad Syafi’ie. 2009. “Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren

Tradisional”. Jakarta: Prenada.

Rahim, Husni. 2001. “Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia”. Jakarta: Logos.

Ridawati. 2020. “Taffaquh Fiddin dan Implementasinya pada Pondok Pesantren di

Jawa Barat”. Indragiri: PT. Indragiri Dot Com.

Sani, Ridwan Abdullah. 2019. “Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order

Thingking Skills)”. Tangerang: Tsmart Printing.

Sarmanu. 2017. “Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

Statistika”. Surabaya: Airlangga University Press.

Suardi, Moh. 2018. “Belajar dan Pembelajaran”. Yogyakarta: Deepublish.

Page 90: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

77

Sugiyono. 2019. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D”. Bandung:

Alfabeta.

Suryani, Esti. 2017. “Best Practice Pembelajaran Melalui Problem Based

Learning”. Yogyakarta: Deepublish.

Thobroni, M. 2015. “Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik”, Yogyakarta:

Ar-Ruzz Medi. Cet Ke-1.

Tumanggor, Rusmin. 2016. “Ilmu Jiwa Agama The Psychology of Religion”.

Jakarta: Kencana.

Umar, dkk. 2016. “Pengembangaan Kutrikulum Pendidikan Agama Islam

Transformatif”. Yogyakarta: Deepublish.

Yasid, Abu. 2018. “Paradigma Baru Pesantren”. Yogyakarta: IRCiSod.

Yasmadi. 2002. “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap

Pendidikan Islam Tradisional”. Jakarta: Ciputat Press.

Yusuf, A. Muri. 2017. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan”. Jakarta: Kencana. Cet ke-4.

B. Jurnal:

Ahmatika, Deti. 2016. “Peningkatan Kemampuan B erpikir Kritis Siswa Dengan

Pendekatan Inquiry/Discovery”. Prodi Pendidikan Matematika Unswagati

Cirebon. Jurnal Euclid, Vol ISSN 2355-1712, vol.3, No.1, pp. 377-525.

Amirudin. 2016. “Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentatif Melalui Model

Halaqah”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

Kendari. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1.

Anas, H. A. Idhoh. 2012. “Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pesantren”,

Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan. Jurnal Cendekia, Vol. 10, No. 1. Anwar, Abu. 2016. “Karakteristik Pendidikan Dan Unsur-Unsur Kelembagaan Di

Pesantren”. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 2.

Basri, Hasan. 2019. “Pengajian Halaqah dalam Membentuk Karakter Santri di

Madrasah Aliyah As’adiyah Putra Pusat Sengkang di Macanang

Page 91: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

78

Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo”. Pascasarjana UIN Alauddin

Makassar. Volume VIII, Nomor 1.

Chairi, Effendi. 2019. “Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab

Kuning di Pesantren Attarbiyah Guluk-Guluk dalam Perspektif Muhammad

Abid Al-Jabiri”. Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin

dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Nidhomul Haq:

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN: 2503-1481 Hal: 70-89. Vol 4

No 1. DOI: 10.31538/ndh.v4i1.233.

Firdaus, Aulia. dkk. 2019. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Barisan

dan Deret Berdasarkan Gaya Berpikir”, Jurnal Kreano, Vol. 10, No. 1,

http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v10i1.17822.

Harahap, Musaddad. 2016. “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan

Islam”, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2.

Irfangi, M. 2017. “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah

Akhlak di Madrasah Aliyah”. DOI: https://doi.org/10.24090/jk.v5i1.1255 e-

ISSN 2598-4845; p-ISSN 2355-018X. Jurnal kependidikan, Vol. 5, No.1.

Laili, Khamsil. 2018. “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”,

Al-Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 1.

Muhtifah, Lailial. 2012. “Pola Pengembangan Kurikulum Pesantren Kasus Al-

Mukhlishin Mempawah Kalimantan Barat”. STAIN Pontianak, Journal

UIN SGD, Vol. XVII No. 2.

Nugroho, Purna Bayu. 2017. “Scaffolding Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis dalam Pembelajaran Matematika”, STKIP Muhammadiyah

Kotabumi Lampung, Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan

Pembelajarannya, Vol. 2, No.1. ISSN: 2527-6182.

Nurhayani. 2017. “Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Fiqih Ibadah

Bagi Siswa di MTS YMPI Sei Tualang Raso Tanjung Balai”. Jurnal Ansiru,

Vol. 1, No. 1.

Nuryati, Lilis. dkk. 2018. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP”, Jurnal

Pendidikan, Vol. 3, No. 2. Hlm. 155-158, E-ISSN: 2502-471X. DOAJ-

SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI.

Page 92: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

79

Purwati, Ratna. dkk,. 2016. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Pembelajaram Model

Creative Problem Solving”. Jurnal Kadikma, Vol. 7, No. 1.

Pusparatri, Retno Kuning Dewi. 2012. “Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Ilmiah

Guru “COPE”, No. 2.

Redhana, I Wayan. 2019. “Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam

Pembelajaran Kimia”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No 1. hal

2239 – 2253.

Rizal, Tajur dan Ach. Fatchan. 2006. “Sistem Bandongan untuk Pendidikan

Keterampilan Pertanian di Desa Berbasis Pesantren”. Jurnal Penelitian

Kependidikan, Vol. 16, No. 1.

Saihu. 2015. “Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia”. Dosen STIT Al Amin

Banten. Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148. Volume 3, No 1.

Samiudin. 2016. “Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran”, Jurnal

Studi Islam, Vol. 11, No. 2. Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana

Bangil, Indonesia.

Santi, Widha Nur. 2017. dkk,. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui

Problem Solving”. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Alma Ata Yogyakarta. Jurnal Literasi, Vol. VIII, No 1. P-ISSN: 2085-0344

/ E-ISSN: 2503-1864.

Sudadi. 2019. “Pendidikan Berbasis Pesantren”. Cakrawala: Studi Manajemen

Pendidikan Islam dan Studi Sosial, Vol.3, No.2, P-ISSN: 2580-9385, E-

ISSN: 2581-0197.

Suhartono dan Patma, Rosi. 2018. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata

Pelajaran Fiqih Materi Pembelajaran Haji Dan Umrah Melalui Penerapan

Metode Advokasi”. Al I’tibar: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. V. No. 1.

Utami, Prihma Sinta dan Abdul Gafur. 2015. “Pengaruh Metode Pembelajaran

Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri Di

Kota Yogyakarta”, Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 1.

Page 93: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

80

Yusuf, Bistari Basuni. 2018. “Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif”,

Pendidikan Matematika FKIP Untan. Jurna Kajian Pembelajaran dan

Keilmuan, Vol. 1, No. 2.

C. Skripsi:

Adnani. 2015. “Penerapan Metode Bandongan Dan Pengaruhnya Terhadap

Kemampuan Membaca Al-Quran Santri Usia 17-21 Tahun di Pondok

Pesantren Modern Alma Asy-Syauqy Kelurahan Karyamulya Kecamatan

Kesambi Kota Cirebon”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Kharir, M. 2013. “Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan dalam Peningkatan

Keaktifan Belajar Santri di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantara, Milangi,

Sleman, Yogyakarta”, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Nurhayati, Siti. 2015. “Implementasi Metode Bandongan dalam Pembelajaran

Hadis (Kitab Riyad As-Salihin) dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya”,

Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

D. Situs Online:

http://www.mumtazibdr.com/Tentang-Kami/Sejarah.html

E. Lampiran:

Kurikulum SMA Plus Ibdurrahman Tahun Pelajaran 2020-2021

Page 94: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

81

LAMPIRAN

Page 95: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

82

PEDOMAN WAWANCARA

KEPALA SEKOLAH SMA PLUS IBADURRAHMAN

Ditujukan kepada Ustaz Muhammad Muslihin Jamil, S.Pd.I selaku Kepala

Sekolah di SMA Plus Ibadurrahman untuk memperoleh data mengenai sekolah

meliputi keadaan guru, metode pembelajaran, kemampuan dan keterampilan

peserta didik yang terangkum ke dalam beberapa pertanyaan, diantaranya:

Nama : Muhammad Muslihin Jamil, S.Pd.I

Jabatan : Kepala Sekolah di SMA Plus Ibadurrahman

No. Aspek Indikator Jawaban

1. Pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Persiapan

metode

bandongan

1.2. Tahap-tahap

pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Guru-guru salafiyah diberikan

pelatihan dan juga supervisi agar

dapat menerapakan metode

bandongan dengan baik.

1.2. Ketika mereka sudah membaca,

mengartikan dan dia

menanyakan maksud dan

tujuannya.

2. Perkembangan

berpikir kritis

1.1. Karakteristik

berpikir

kritis yang

berkembang

1.1. Santri yang ketika pembelajaran

itu bertanya, berargumentasi,

menyampaikan pendapat,

mempertimbangkan suatu

masalah dengan berbagai

pertimbangan, dan lain-lain.

3. Faktor yang

mempengaruhi

pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Faktor

Pendukung

1.2. Faktor

Penghambat

1.1. Faktor pendukungnya karena

sekolah yang berbasis pondok

pesantren dan metode ini sudah

mendarah daging dan suatu

budaya, guru-guru salafi yang

modern, dan koreksinya secara

langsung dan menjadikan santri

Page 96: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

83

semangat dan gemar membaca

yang merupakan kelebihan dari

metode bandongan tersebut.

1.2. Kurangnya guru serta sarana dan

prasarana yang belum

mencukupi 100%.

Page 97: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

84

PEDOMAN WAWANCARA

GURU FIQIH DI SMA PLUS IBADURRAHMAN

Ditujukan kepada Ustaz Abu Nizom selaku pengampu pembelajaran mata

pelajaran Fiqih menggunakan metode bandongan di SMA Plus Ibadurrahman

untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran mata pelajaran fiqih dalam

mengembangkan berpikir kritis santri, beberapa pertanyaan yang terkait dengan

penelitian ini diantaranya:

No. Aspek Indikator Jawaban

1. Pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Persiapan

metode

bandongan

1.2. Tahap-tahap

pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran.

1.2. Pendahuluan dengan membaca

doa dan al-Fatihah untuk

pengarang kitab dan guru-guru

terdahulu, lalu membaca dan

menerjemahkan kitab, membuat

kelompok lalu santri

merumuskan masalah, santri

membuat pertanyaan dalam

kelompok tersebut dan

ditanyakan kepada kelompok

lain, setelah pertanyaan

diberikan maka mereka diskusi

dan presentasi jawaban atas

pertanyaan yang sebelumnya

ditanyakan, setelah itu ustaz

memberikan penjelasan dan

meluruskan kesalahpahaman,

lalu ustaz memberikan

pertanyaan untuk memancing

daya nalar siswa, dan terkahir

Page 98: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

85

yaitu berdoa sebagai kegiatan

penutup.

2. Perkembangan

berpikir kritis

1.1. Karakteristik

berpikir

kritis yang

berkembang

1.1. Santri selama proses

pembelajaran berpikiran

terbuka terhadap perbedaan

hukum madzhab, saling

menghargai, membandingkan

suatu masalah dengan berbagai

referensi, bertanya,

berargumen, menjelaskan,

membuat kesimpulan serta

bernalar logis dan intuitif.

3. Faktor yang

mempengaruhi

pelaksanaan

metode

bandongan

1.1. Faktor

pendukung

1.2. Faktor

penghambat

1.1. Metode ini harus dilestarikan

dan juga karena dapat

menambah wawasan baik bagi

ustaz ataupun santri.

1.2. Santri belum menulis salinan

kitab, santri menulis arti

membutuhkan waktu agak lama,

dan kurangnya waktu.

Page 99: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

86

PEDOMAN WAWANCARA

SANTRI KELAS XII.2 IPA PUTRI

DI SMA PLUS IBADURRAHMAN

No. Aspek Indikator Jawaban

1. Perkembangan

berpikir kritis

1.1. Karakteristik

berpikir

kritis yang

berkembang

1.1. Memahami penjelasan kitab

dan juga ustaz, berdiskusi,

presentasi, menyelesaikan suatu

masalah dengan mencari

jawabannya dari berbagai

referensi, memberikan

pertanyaan, menjawab

pertanyaan, menghargai dan

menghormati orang yang

berbeda pendapat, dan berusaha

menjadi lebih baik dari

sebelumnya.

Page 100: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

87

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Nama : Ustaz Muslihin Jamil, S. Pd. I

Jabatan : Kepala Sekolah SMA Plus Ibadurrahman

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Januari 2021

Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMA Plus Ibadurrahman

Peneliti Assalamualaikum Ustaz, mohon maaf mengganggu waktunya.

Sebagaimana Ustaz tahu saya Nada Nadhifah mahasiswi PAI

UIN Jakarta yang sedang melakukan penelitian. Disini saya

izin meminta waktu ustaz sebentar untuk melakukan

wawancara untuk penelitian skripsi saya mengenai

implementasi metode bandongan pada mata pelajaran fiqih

dalam mengembangkan berpikir kritis santri di SMA Plus

Ibadurrahman. Pertama-tama boleh Ustaz perkenalkan nama

lengkapnya?

Narasumber Nama saya Muhammad Muslihin Jamil

Peneliti Lalu tempat dan tanggal lahir Ustaz?

Narasumber 9 Desember 1985 di Bekasi

Peneliti Sejak kapan Ustaz di Ibadurrahman?

Narasumber Sejak Tahun 2004

Peneliti Menurut Ustaz makna Ibadurrahman itu seperti apa?

Narasumber Ibadurrahman itu terdapat dalam surat al-Furqan ayat 63 yang

berarti “Hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih”. Pondok

ini diberi nama Ibadurrahman karena berharap bahwa dengan

keberkahan surat al-Furqan semoga pondok pesantren ini dapat

banyak mencetak generasi-generasi Islami dan Qurani yang

dapat menyebarkan ilmu serta memberikan banyak manfaat

untuk keluarganya, masyarakat sekitar, serta untuk bangsa dan

juga negara.

Page 101: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

88

Peneliti Bagaimana upaya sekolah dalam mewujudkan lembaga yang

profesional serta unggul?

Narasumber Ya tentunya menggunakan, kita mengikuti standar, 8 standar

sekolah diantaranya standar isi, standar kurikulum, standar

jurusan, dan sebagainya. Dan Alhamdulillah, sudah keempat

belas tahun kita mengeluarkan dan mereka sudah diterima di

berbagai kejuruan-kejuruan negeri dan swasta bahkan yang ke

luar negeri pun banyak.

Peneliti Peran sekolah dalam meningkatkan kualitas guru, apakah ada

pelatihan atau yang lain Ustaz?

Narasumber Pelatihan ada diklat, kemudian yang kedua ya dengan program

supervisi itu. Pelatihan guru diadakan di setiap semester

triwulan, pelatihan guru kita panggil mentor-mentor dari luar

atau pembicara dari luar, yang lebih sering sih kita koordinasi

dengan pengawas sekolah, siapa yang lebih pantas untuk

mengisi materi, nah itu dilakukan tiga bulan sekali. Kemudian

setelah itu, kita lihat dari evaluasi supervisinya.

Peneliti Bagaimana untuk mencukupi sarana dan prasarana sekolah ini?

Narasumber Ada beberapa yang kita ajukan, walaupun sekarang belum cair,

ya salah satunya kita sih karena ini sekolah swasta dan segala

sesuatu untuk bicara sarana dan prasarana banyak yang kita

minta kepada yayasan. Namun di lain itu juga kalau ada

kesempatan seperti proposal dan lain sebagainya, kami sudah

beberapa kali mengajukan proposal, seperti alkes yang kemarin

kita ajukan, kemudian juga lab kimia, fisika, dan biologi itu

juga sudah kita ajukan baik ke yayasan atau ke instansi tempat.

Peneliti Kalau cara Ustaz agar guru menerapkan pembelajaran yang

aktif dan menyenangkan?

Narasumber Kita adakan diklat-diklat kepada mereka itu, kita adakan kita

kumpulkan, kita kasih motivasi dan berbagi pengalaman yang

Page 102: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

89

sudah dianggap menguasai, ya kami tentunya memberikan

waktu untuk sharing sesama guru-guru yang lain. Karena tidak

mustahil ada beberapa guru juga mungkin yang kurang,

tentunya kita bina karena ini kami mencari teman sejawat

terlebih dahulu. Jadi memotivasi antar teman sejawat, agar

supaya mereka ada ghiroh atau ada keinginan untuk sama

saling bersaing memajukan dalam kualitas pendidikan.

Peneliti Bagaimana guru menciptakan lingkungan sekolah yang

kondusif, bermutu dan nyaman selama proses belajar mengajar

berlangsung?

Narasumber Itu kami sudah bebaskan kepada setiap guru untuk

melaksanakan kegiatan selama kegiatan itu masih mengikuti

kode etik pada seorang pendidik ya. Usaha kami hanya

memonitoring tercapainya atau tidakkah mereka menjalankan

kegiatan belajar sesuai dengan RPP yang mereka buat.

Peneliti Menurut Ustaz, sarana dan prasarana sudah cukup atau belum

untuk menerapkan metode bandongan?

Narasumber Untuk dibilang cukup sih belum, paling kayanya baru hanya

50% lah ya untuk mencapai dan mendukung beberapa program

yang akan datang ini, ya sambil berjalan kita cari, trus ya kita

modifikasi dengan alat-alat, bahan ajar, alat peraganya, dan

lain sebagainya.

Peneliti Metode bandongan ini sudah diterapkan di sekolah ini sejak

kapan Ustaz?

Narasumber Bandongan dari awal sudah kita mulai, dari pertama berdiri

karena kita di pondok pesantren ya berbasis pondok pesantren,

jadi bandongan itu ya kita juga sudah memiliki guru-guru

salafiyah, bahkan kalau metode bandongan itu sudah dibilang

mendarah daging di masyarakat pesantren atau di sekolah ini.

Peneliti Bagaimana pendapat Ustaz mengenai metode bandongan ini?

Page 103: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

90

Narasumber Ya bagus lah ya, karena memang ada bahasanya islah atau

koreksinya itu langsung, tidak lagi seorang murid salah

kemudian guru menumpuk kesalahan dikoreksi dalam satu

waktu, tapi ketika itu salah harus secepatnya dibenarkan. Ada

hal yang tidak faham bisa langsung ditanyakan, ada yang tidak

mungkin ada pejabaran-pejabaran jadi seorang murid itu benar-

benar kritis, ketika mereka sudah membaca, mengartikan dan

dia menanyakan maksud dan tujuannya. Dan mudah-mudahan

bandongan ini bisa dibilang pembelajaran yang betul lah, yang

betul-betul baik, ya bagus, mangkanya kami sudah

menjalankan itu dari awal. Kalau di dunia sekolah juga sama

seperti itu.

Peneliti Apa saja faktor pendukung diterapkannya metode bandongan

khususnya di SMA Plus Ibadurrahman?

Narasumber Ya kalo faktornya kalau kita lari ke kurikulum di sekolah

negerinya, karena kan literasi itu hobi membaca jadi

bandongan juga kan itu guru melatih siswanya untuk terus

terbiasa membaca, jadi sangat mendukung. Nah itu sebagai di

program sekolah sudah menyatu sebenarnya dengan program

literasi, sampai mereka ini dapat memahami dan

mengaplikasikan, jadi benar-benar di pondok pesantren ini apa

yang mereka pelajari apa yang mereka faham, dan karena

lingkungannya benar-benar adalah lingkungan di pondok

pesantren saja jadi mereka bisa mengaplikasikan itu sesama

teman. Nah kemudian yang sangat mendukung ketika kegiatan

di sekolah ini sangat mendukung. Jadi ini dijadikan budaya

karena di sekolah harus ada budaya, nah ini yang dijadikan

budaya sekolah kita.

Peneliti Lalu bagaimana dengan faktor penghambatnya Ustaz?

Page 104: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

91

Narasumber Penghambatnya ya sekarang mungkin penghambatnya itu

ketika bandongan itu kurangnya guru kan karena siswa

sekarang tidak dulu-dulu siswa masih berjumlah 300 dan

sekarang jumlah siswa yang 800 nah ini otomatis, ketika kita

sudah tambah guru pun, waktu mereka guru menjadi agak

banyak sibuknya untuk mengurusi pengajian bandongan,

karena bandongan itu tidak secepat ya guru paling 45 menit

dan ada hanya beberapa orang saja. Hambatannya masih ada

kurangnya, jam dan waktu untuk menambah giliran anak-anak

yang lain. Padahal guru sudah kita tambahkan yang kemarin itu

15 dan sekarang itu 25 tapi tetap karena siswanya banyak ya

itupun sudah kami cari alternatif yaitu dengan adanya

tambahan kajian umum seperti pada minggu pagi, kemudian

jum’at malam, jadi ya mudah-mudahan kekurangan itu sudah

ada penutupnya, sudah dikasih solusinya.

Peneliti Bagaimana pandangan Ustaz terkait metode bandongan yang

terkesan kuno sedangkan sekarang banyak sekali metode

modern yang dapat diterapkan?

Narasumber Betul, kalau dibilang bandongan itu adalah metode kuno iya

betul, cuma tidak disalahkan, kami selalu mengambil budaya

lalu, budaya yang lalu tetap kami gunakan dengan

mengaplikasikan di zaman yang baru. Bandongan itu kalau

zaman dulu aja mungkin ya hanya sorogan, sorogan-sorogan,

tapi kalau zaman sekarang Alhamdulillah gurunya juga sudah

modern lah ya banyak salafi-salafi guru yang mengerti dengan

bandongan tapi mereka juga kuliah. Nah jadi kalau dulu

memang kuno, tapi sekarang yang kuno itu kita modifikasi

menjadi modern nah itulah mangkanya tadi saya sampaikan.

Penting bandongan itu hanya saja diaplikasikan atau dimix

dicampur dengan program-program modernnya, mangkanya di

Page 105: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

92

sekolah juga kami ada, dan itu menjadi budaya. Karena yang

kami ambil baiknya atau maslahatnya itu adalah dari pengajian

bandongan itu guru langsung mengoreksi siswa, tidak lagi

menumpuk perkara PR dan lain sebagainya atau kerjaan siswa

ditumpuk sehingga guru juga terkadang sangat letih dan lelah

dan ini ketika itu apa yang salah langsung diperbaiki, apa yang

benar selalu dijelasin dan dimotivasi untuk menjadi yang

terbaik.

Peneliti Apakah ada rencana untuk mengganti metode bandongan

dengan metode lain Ustaz?

Narasumber Kalau mengganti tidak, kita hanya mencoba untuk

mencampurkan program bandongan dengan program modern

yang sekarang sudah pihak kementrian kasih, ini kan pelajaran-

pelajaran pondok pesantren saja, kalau pelajaran umum kan

tidak menggunakan, karena kan kalau pelajaran-pelajaran kitab

dan lain sebagainya sudah kami coba, bukan menghilangkan

tapi kami mencoba memodifikasi bandongan menjadi

bandongan ala modern begitu.

Peneliti Menurut Ustaz apakah metode bandongan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis santri?

Narasumber Betul, karena di bandongan itu kita tahunya hanya setoran dan

sebagainya, tapi kita di situ sudah tersiapkan bahwa ada

pembahasan dari setiap masalah, nah ketika orang sudah

membahas setiap masalah untuk memancing pemikiran untuk

menjadi lebih maju lagi, jadi bagus bandongan tapi bukan

hanya bandongan yang kami terapkan yaitu dengan

pembahasan masalah dan lain sebagainya. Jadi kalau kita

mengikuti satu program bukan diambil pada faktor A nya

sedangkan di situ ada faktor A, B, dan C nya, jadi program

Page 106: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

93

bandongan bukan hanya sekedar talaran, setoran akan tetapi

ada bahtsul masailnya.

Peneliti Adakah hambatan santri dalam mengembangkan kemampuan

atau keterampilannya?

Narasumber Tidak ada ya, karena begini, ya inilah salah satunya menjadi

keuntungan modern. Kita bebas selama tidak merusak budaya

Islamnya, budaya kependidikannya, nah ini kan sebagai

budaya. Jadi untuk hal-hal yang memiliki potensi anak yang

dimiliki bisa dikembangkan di sekolah ini. Ya karena kita juga

ada punya program di sekolah itu pengembangan diri. Ya

mangkanya itu melalui ISPPI atau melalui organisasi siswa itu

menyaring potensi apa yang ingin mereka ingin lebih dalami

lagi. Dari situlah kami bisa kemudian seninya siswa bisa

terkembangkan, kemudian kreatifnya siswa juga bisa

terkembangkan, dan lain sebgainya. Dan itu sudah kami

jadwalkan dalam agenda tahunan kami. Setiap yang tersusun

di organisasi siswa itu kami tarik dan kami berikan jadwal

untuk seperti seni dan lain sebagainya.

Peneliti Terakhir Ustaz, bagaimana mengembangkan kemampuan

berpikir kritis santri?

Narasumber Jadi demonstrasi ya, kalau kita bilang santri yang kritis, yang

kritis tentunya karena santri maka kritis dalam bidang

pendidikan, nah ini sudah tertuang di dalam rancangan guru

mengajar di sekolah atau di kelas, nah itu di sana sudah ada

teoritis atau teori yang mengarah kepada siswa itu lebih kritis

seperti kita adakan munaqasah di dalam kelas untuk pelajaran-

pelajaran yang berbasis pesantren, untuk pelajaran-pelajaran

umumnya kalau bahasa umumnya mungkin coba

dideskripsikan jadi kan untuk pemikiran-pemikiran yang kritis.

Anak-anak dikasih materi yang subtitle nya hanya ini dan kita

Page 107: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

94

berikan waktu kepada setiap guru untuk masuk ke arah

memancing pemikiran anak untuk pemikiran yang lebih kritis.

Nah kalau dibicarakan tentang teoritis yang akan berkembang

di pondok pesantren, ini betul-betul kita sudah banyak upaya-

upaya memancing kepada anak sendiri. Seperti mereka kita

latih lomba, dengan adanya lomba pidato kemudian juga ini

sebagai speaker mereka menyampaikan argumentasi-

argumentasi kepada setiap sub kepala sekolah atau kepada

wakil atau kepada pimpinan pesantren dan lain sebagainya.

Mereka kritis, nah hanya saja untuk kritis itu kami selalu

menjembatani, jadi kami tetap membudayakan adab seorang

siswa kepada seorang yang lebih tua atau yang lebih besar atau

yang sekarang ini kita sebut dengan seorang guru walaupun

mereka pengabdian dan sebagainya mereka tetap harus

menyampaikan kritis, menyampaikan hal-hal yang ingin

tercapai tetapi kami memiliki batasan.

Peneliti Baik Ustaz sepertinya sudah cukup wawancara ini, terimakasih

banyak atas waktunya Ustaz

Narasumber Ya, sama-sama.

Page 108: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

95

HASIL WAWANCARA GURU FIQIH

Nama : Ustaz Abu Nizhom

Jabatan : Guru Fiqih di SMA Plus Ibadurrahman

Hari/Tanggal : Senin, 25 Januari 2021

Tempat : Asrama Pondok Pesantren Ibadurrahman

Peneliti Assalamualaikum Ustaz, mohon maaf mengganggu waktunya.

Sebagaimana Ustaz tahu saya Nada Nadhifah mahasiswi PAI

UIN Jakarta yang sedang melakukan penelitian. Disini saya izin

meminta waktu Ustaz sebentar untuk melakukan wawancara

untuk penelitian skripsi saya mengenai implementasi metode

bandongan pada mata pelajaran fiqih dalam mengembangkan

berpikir kritis santri di SMA Plus Ibadurrahman. Pertama-tama

boleh Ustaz perkenalkan nama lengkapnya?

Narasumber Nama saya Abu Nizhom

Peneliti Asal dan tempat tinggal Ustaz?

Narasumber Asalnya dari Cirebon, tinggalnya di pondok Mumtaz

Ibadurrahman

Peneliti Sebelum mengajar Ustaz menyiapkan RPP tidak?

Narasumber Untuk saya RPP menyiapkan sendiri

Peneliti Selain metode bandongan yang Ustaz terapkan, Ustaz

menerapkan metode apa lagi?

Narasumber Metode bandongan selalu saya gunakan dalam mengajar, saya

kasih sistem musyawarah, jadi teman-teman disuruh untuk

diskusi tentang apa yang dia pelajari lalu kemuskilan atau

kejanggalan dalam diskusi itu nanti ditanyakan. Akan tetapi

kadang saya memberikan tugas membuat makalah kepada anak

murid untuk mencari jawaban mengenai perbandingan tentang

suatu hukum, mereka diharuskan membandingkan dengan kitab

lain, minimal referensi dua kitab, seperti itu.

Page 109: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

96

Peneliti Sumber yang Ustaz gunakan dalam mengajar apa saja? Kitab

apa saja?

Narasumber Sumbernya yang digunakan itu kalau fiqih lumayan banyak, itu

kitab fathul qarib, taqrirotus sadidah, bidayatul mujtahid,

kifayatul akhyar dan lain-lain.

Peneliti Ustaz untuk kegiatan pendahuluan, inti dan penutupnya seperti

apa?

Narasumber Untuk pendahuluan saya mulai dengan memberikan hadiah

Fatihah kepada pengarang kitab dan kepada guru-guru kita,

kemudian setelah itu kita langsung mulai ngaji, tidak mulai

dengan cerita. Nanti setelah mengaji baru saya sisipin kisah atau

cerita yang ada hubungannya dengan kitab dan pembahasan itu

tadi. Untuk penutupnya, kasih support atau stimulan, semangat

teman-teman dalam pembelajaran, dalam mondok, dalam

belajar, supaya dapat ilmu yang tanya itu caranya bagaimana.

Karena mondok itu penting, tapi lebih penting adalah caranya

mondok.

Peneliti Apakah Ustaz menerapkan metode bandongan ini di berbagai

tingkatan kelas?

Narasumber Wajib, karena setiap lafadz arab itu bisa difahami itu dengan

cara diartikan dahulu. Setelah diartikan, kemudian diberi

wawasan tentang masalah itu.

Peneliti Metode bandongan yang diterapkan itu tahap-tahapnya itu

seperti apa?

Narasumber Tahap-tahapnya ketika setelah menghadiahi Fatihah kepada

pengarangnya, saya kenalkan dulu pengarangnya, harus tetap

tahu kalau fiqih ini siapa yang mengarang, lalu saya membaca

seperti biasa Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Kemudian

setelah perlafadz diartikan, kemudian saya rangkai maksud dari

perkata tadi apa. Setelah rangkai tersusun menjadi sebuah kata-

Page 110: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

97

kata kalimat, kemudian saya jelaskan maksudnya, setelah saya

jelaskan maksudnya dari inti arti kitab, selanjutnya saya beri

pelebaran masalah pelebaran tentang masalah masyarakat

tentang hukum fiqih. Jadi supaya teman-teman itu siap ketika

ditanyai oleh masyarakat tentang hukum-hukum fiqih. Jadi,

pertanyaan tentang seputar problem keseharian tentang

ubudiyah, wudhu, yang membatalkan, dan sebagainya.

Peneliti Untuk diskusinya itu bagaimana Ustaz?

Narasumber Diskusinya itu karena waktunya itu terbatas, itu saya suruh bikin

kelompokan. Bagaimana cara teman-teman ini, karena kalau

satu kelas seumpama isi 30 ini kerepotan. Kadang saya suruh

empat-empat diskusi nanti saya suruh mereka berdiskusi apa

yang dijanggalkan atau dipermasalahkan dari kefahamannya

itu. Maksdunya ini kefahamannya bagaimana, nah itu awal dari

diskusi. Biasanya anak itu faham pelajaran ketika dia mau

bertanya, ketika ada pertanyaan.

Peneliti Setelah itu?

Narasumber Setelah itu saya wajibkan untuk bertanya setelah diskusi, karena

dari diskusi itu akan timbul beberapa pertanyaan, dengan

bertanya itu kita jadi tahu sejauh mana berpikir dalam ilmu fiqih.

Peneliti Setelah pertanyaan dibuat?

Narasumber Setelah pertanyaan dibuat kemudian ditanyakan. Setelah

ditanyakan oleh teman-teman ke saya, saya lempar pertanyaan

ke teman atau kelompok yang lain coba menjawab, coba

jawabannya ada yang beda, pasti ada yang beda, jangan sama

harus beda tidak boleh sama dan harus tahu alasannya.

Kemudian saya yang mentashihnya, mentashihnya itu oh yang

benar yang jawabannya ini, semacam itu.

Peneliti Kesimpulannya itu dari Ustaz atau anak murid?

Page 111: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

98

Narasumber Kesimpulan itu seringnya dari saya, ketika saya meminta

kesimpulan itu, bagi anak-anak yang saya suruh membaca saja,

coba disimpulkan itu maksudnya bagaimana.

Peneliti Bagaimana cara Ustaz untuk menyiapkan teka-teki atau

menstimulus peserta didik agar lebih tertantang untuk

menemukan jawabannya?

Narasumber Untuk menemukan jawabannya dia harus membaca apa yang

telah diajarkan terutama masalah pokok dasarnya yang

membatalkan itu ada berapa itu harus hafal, yang rukunnya ada

berapa itu harus hafal, sunnahnya ada berapa itu harus hafal,

karena dari hafal itu tadi nanti bisa mudah menjawab

pertanyaanya. Seumpamanya apakah makan itu bisa

membatalkan wudhu, itu kalau dia tahu yang membatalkan

wudhu itu apa saja itu dia bisa menjawab.

Peneliti Sumber yang digunakan santri untuk mencari jawaban itu apa

saja ustaz?

Narasumber Sumber yang digunakan adalah kitab fiqih yang pernah

diajarkan di pondok. Punya kitab berapa, itu nanti dijawab dari

kitab yang pernah diajarkan itu tadi. Kalo di pondok sini itu

kitabnya taqrib dan syarahnya fathul qarib, kifayatul akhyar,

safinatunnajah, dan bidayatul mujtahid. Biasanya saya suruh

mencari kitab yang pernah diajarkan di sini saja tidak yang lain.

Peneliti Bagaimana upaya Ustaz agar santri yang kurang responsif,

kurang aktif itu agar menjadi aktif?

Narasumber Agar menjadi aktif biasanya saya kasih sebuah pertanyaan-

pertanyaan yang memancing dia untuk mampu menjawabnya,

kalau dia tidak mampu menjawabnya, berarti oh saya ini kurang

membacanya, kurang memperhatikan, abis itu dia akan sadar

bahwasanya oh ternyata ngga bisa menjawab itu ngga enak.

Page 112: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

99

Mangkanya dengan sebuah pertanyaan-pertanyaan itu nanti biar

dia mencari jawabannya.

Peneliti Bagaimana santri dalam mempresentasikan jawabannya?

Narasumber Kalo masalah presentasi hasil diskusi itu mereka hanya

menjawab dengan suara yang bulat terkait jawaban dari suatu

pertanyaan. Sedangkan kalau presentasi dari membuat makalah,

pernah saya suruh membuat makalah jadi di pondok ini kan

berbagai macam kitab fiqih, mulai dari tingkat dasar, kemudian

menengah kemudian menengah ke atasitu saya suruh membuat

makalah tentang hal-hal contoh saja kemarin itu yang

membatalkan wudhu ada berapa, kemudian yang membatalkan

puasa ada berapa, ini saya suruh nyari di minimal dua kitab. Jadi

menurut di kitab safinnah sekian yang membatalkan, di kitab

fathul qarib sekian yang membatalkan, itu minimal dua

referensi. Kemudian salah satu dari kelompok tadi saya suruh

untuk mempresentasikan. Dan nanti silahkan teman-teman yang

pengen bertanya kepada yang mempresentasikan tadi.

Peneliti Ustaz kalau di akhir pembelajaran apa saja kegiatannya?

Narasumber Sebelum selesai dan berdoa itu saya paksa untuk bertanya apa

yang sudah kita artikan ini, yang belum faham mana, yang

dijanggalkan mana, kalau tidak ada bebas masalah fiqih yang

lainnya, semacam itu.

Peneliti Selain untuk dilestarikan, menurut Ustaz kenapa metode

bandongan ini tetap harus dipakai?

Narasumber Karena ada syair al muhafadhotu ‘ala qodimis shalih wal

akhdzu bil jadidil ashlah, kita menjaga tradisi lama. Tradisi

lama itu kita harus jaga dari guru-guru kita kan bandongan,

kemudian mengambil metode baru yang lebih maslahat.

Tentang bandongan tetap dipertahankan, ketika ada metode

baru kita tambahkan yang maslahat.

Page 113: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

100

Peneliti Apakah santri senang dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran fiqih?

Narasumber Kalau fiqih senang karena banyak manfaatnya, karena

berhubungan dengan keseharian. Contohnya wudhu, shalat,

puasa, itukan sering keseharian. Jadi problemnya banyak dan

antusias.

Peneliti Apa saja faktor pendukung yang Ustaz rasakan selama

menerapkan metode bandongan pada mata pelajaran fiqih?

Narasumber Seperti yang saya sampaikan tadi jadi bahwa metode

bandongan itu tradisi lama maka saya pakai, karena syair tadi

maka saya pakai tradisi lama kemudian kalau ada hal baru saya

tambahkan yang maslahat. Seperti halnya kalau yang modern

pakai komputer, kan dulu nggak ada sekarang ada itu kalau

maslahat kita pakai. Kalau bandongan tetap ada, jadi

kesimpulannya ya memakai, tetap menjaga tradisi lama. Jadi itu

bandongan itu dari guru-guru yang dulu sampai sekarang itu.

Jadi tetap dipertahankan nggak akan pernah pudar dengan

zaman.

Peneliti Hal positif yang Ustaz dan santri rasakan selama memakai

metode bandongan?

Narasumber Kalau untuk ustaznya itu kalau metode bandongan ustaznya

akan lebih dalam lagi memahaminya kitab tadi. Yang dulunya

faham sekarang tambah faham, yang dulunya tidak faham

sekarang faham itu untuk saya. Jadi kalau untuk santrinya itu

bisa face to face dengan guru jadi lebih dalam lebih vulgar

didalam mengekspresikan pendapat atau keluh kesahnya di

dalam pembelajaran.

Peneliti Apa saja faktor penghambat yang Ustaz rasakan selama Ustaz

menerapkan metode bandongan?

Page 114: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

101

Narasumber Teman-teman santri faktor kurangnya adalah tidak mempunyai

tulisan. Jadi kan caranya kan ada kitab, disalin di buku ditulis,

lah ini santri belum menulisnya. Maka ketika ngga menulis,

maka ia tidak mengartikan. Kalau tidak mengartikan ngga tau

artinya, ngga tau maksudnya. Itu kendalanya.

Peneliti Selain itu ada lagi Ustaz?

Narasumber Selain itu adalah kalau bandongan, nulis ada yang waktunya

agak lama, membutuhkan waktu agak lama. Jadi, mengartikan

itukan membutuhkan waktu, menjelaskan juga membutuhkan

waktu, jadi masalah waktu saja.

Peneliti Bagaimana dengan santri yang tidur atau tidak mengartikan

ketika waktunya mengartikan di kelas?

Narasumber Itu dimana tempat yang pernah saya singgahi, mayoritas ada

yang tidur, ngantuk, itu ada. Tapi menurut saya itu sudah umum,

dan yang menjadi masalah terbesar adalah tidak berangkat, itu

saja.

Peneliti Menurut Ustaz bagaimana cara mengembangkan kemampuan

berpikir kritis pada santri?

Narasumber Saya suruh membaca dan menjelaskan, kemudian setelah itu

disimpulkan dan kasih pertanyaan.

Peneliti Bagaimana cara Ustaz untuk menciptakan lingkungan kelas

yang kondusif, bermutu dan nyaman selama proses

pembelajaran?

Narasumber Kalau itu biasanya saya selingi dengan joke-joke anak muda,

terutama masalah lawan jenis. Contohnya tadikan, berkumur itu

kan sunnah, tapi pakai air yang tidak ada rasanya, kalau ada

rasanya ngga boleh berkumur apalagi rasa ingin memiliki.

Pokoknya joke-joke anak muda. Dia akan tersenyum dan

tertawa nah itu akan menumbuhkan dia semangat dalam belajar.

Jadi tidak monoton.

Page 115: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

102

Peneliti Menurut Ustaz keadaan sarana dan prasarana di sini bagaimana?

Narasumber Sudah cukup, lebih dari cukup, tinggal merawat saja. Mulai dari

kesehatan itu ada mobil, mulai dari dapur itu sudah tiga kali,

itukan lebih dari cukup. Kantin juga banyak, oksigen di dalam

pondok banyak, tumbuh-tumbuhannya juga banyak jadi tinggal

menjaganya saja.

Peneliti Baik Ustaz terimakasih banyak, sepertinya sudah cukup. Saya

mohon maaf sudah mengganggu waktu Ustaz.

Narasumber Oh iya, sama-sama.

Page 116: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

103

HASIL WAWANCARA

SANTRI KELAS XII.2 PUTRI IPA

SMA PLUS IBADURRAHMAN

Nama : 1. Nidya Ayuningtyas

2. Rihadatul Aisy

3. Adelinda

4. Ray Chikal

5. Fina Fadilaturrizqiyah

Jabatan : Santri kelas XII.2 IPA

Hari/Tanggal : Senin, 25 Januari 2021

Tempat : Ruang Kelas XII.2 IPA

Peneliti Apakah Saudara senang jika belajar mata pelajaran fiqih

menggunakan metode bandongan, dan apa alasannya?

Jawaban A Senang jadi lebih tau susunan tarkibnya

Jawaban B Menjadi lebih gampang memahami, ya senang.

Jawaban C Karena penjelasannya lebih rinci karena diartikan perkata

Jawaban D Karena metode bandongan membantu saya untuk belajar

membaca kitab dan berpikir lebih kritis

Jawaban E Bisa baca kitab, bisa mengartikan dan tambah tau banyak kosa

kata

Peneliti Adakah rasa berat ketika harus belajar mata pelajaran fiqih

menggunakan metode bandongan?

Jawaban A Kadang kalo pembahasannya membosankan

Jawaban B Perkataan dalam pembahasannya kadang susah dimengerti

Jawaban C Ketika lagi ngantuk atau sedang tidak mood

Jawaban D Kalau cuaca sedang hujan

Jawaban E Kalau lagi ngantuk

Peneliti Apakah ustaz dalam mengajar di kelas terjadi interaksi yang baik

dengan santri? Dan seperti apa?

Page 117: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

104

Jawaban A Baik, saling tanya jawab

Jawaban B Baik, kita disuruh bertanya, kadang ustaz bertanya, seperti itu

Jawaban C Baik, ustaz membaca, mengartikan, dan menjelaskan dengan

baik

Jawaban D Baik, ustaz selalu bertanya apakah faham atau tidak

Jawaban E Baik, ustaz selalu menjelaskan yang susah difahami

Peneliti Dapatkah ustaz menciptakan suasana yang menyenangkan dalam

proses pembelajaran?

Jawaban A Selalu

Jawaban B Dapat

Jawaban C Dapat

Jawaban D Ya dapat

Jawaban E Dapat

Peneliti Apakah ustaz memberikan tantangan dalam proses pembelajaran

dan seperti apakah tantangan yang diberikan kepada Saudara

dalam proses pembelajaran?

Jawaban A Ustaz sendiri yang akan bertanya kalau tidak ada yang bertanya

Jawaban B Iya pasti, seperti ustaz bertanya pertanyaan yang tidak masuk

akal tetapi mungkin terjadi

Jawaban C Di suruh untuk bandongan membaca kitab

Jawaban D Ngejelasin, maju ke depan, presentasi, tiba-tiba nanya, disuruh

baca kitab dan mengartikan

Jawaban E Disuruh menjawab pertanyaan beliau

Peneliti Apakah ustaz selalu menekankan pada hal-hal yang positif

kepada Saudara dan seperti apa contohnya?

Jawaban A Datang tepat waktu, bersikap baik

Jawaban B Ya, disiplin, lembut

Jawaban C Menjelaskan sampai faham

Jawaban D Ga pernah marah, adabnya tinggi

Jawaban E Datang tepat waktu

Page 118: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

105

Peneliti Apakah ustaz selalu mempunyai variasi mengajar? seperti apa

variasi mengajar yang dilakukan ustaz?

Jawaban A Presentasi, diskusi, menjelaskan apa yang kita fahami

Jawaban B Menyimpulkan yang guru jelaskan, mencari pengertian dari

sebuah kitab

Jawaban C Menyuruh selalu bertanya, cari referensi dari kitab-kitab lain atau

bertanya ke ustaz lainnya

Jawaban D Tanya jawab, presentasi

Jawaban E Membaca kitab sendiri

Peneliti Apakah ketika Saudara mengikuti kajian bandongan selalu

mengajukan pertanyaan kepada ustaz? Dan seberapa sering

dalam setiap kali pertemuan?

Jawaban A Sangat sering

Jawaban B Iya sering

Jawaban C Lumayan sering

Jawaban D Jarang

Jawaban E Sering

Peneliti Apakah ketika Saudara mengikuti pelajaran fiqih ada manfaat

yang diperoleh? Apa sajakah manfaat tersebut?

Jawaban A Hidup jadi teratur, banyak hal sepele yang ternyata itu berarti

Jawaban B Mengetahui syarat serta hukum dalam Islam

Jawaban C Mengetahui tata cara dalam syariat Islam

Jawaban D Lebih tau suatu hukum, dan tidak gampang menyalahkan karena

ga semua itu salah

Jawaban E Bisa jadi tau hukum-hukumnya

Peneliti Apakah Saudara mengaplikasikan materi yang didapat dalam

kehidupan sehari-hari? dan bagaimana cara Saudara

mengaplikasikannya?

Jawaban A Iya diaplikasikan, jika sudah tahu akan suatu hal maka dibiasakan

dilakukan

Page 119: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

106

Jawaban B Iya diaplikasikan seperti dalam berkumur dan istinsyaq dalam

berwudhu

Jawaban C Diterapkan dengan cara dibiasakan

Jawaban D Diterapkan jika ingat, dan teman biasanya mengingatkan

Jawaban E Diterapkan jika hal-hal tersebut saya ingat dan bisa saya terapkan

Peneliti Apasaja faktor pendukung dalam mengikuti pembelajaran fiqih?

Jawaban A Untuk menambah wawasan, ustaznya juga mengajarnya enak

Jawaban B Pelajaran wajib, terseru, dan menentang untuk berpikir kritis

Jawaban C Diwajibkan di sekolah dan itu pelajaran yang sangat penting

untuk diketahui

Jawaban D Ustaznya baik, sabar, dan juga karena fiqih itu penting

Jawaban E Sifat gurunya, cara penyampaian, dan materinya penting

Peneliti Apasaja faktor penghambat dalam mengikuti pembelajaran

fiqih?

Jawaban A Ngantuk

Jawaban B Sakit dan pulang

Jawaban C Ngantuk, sakit

Jawaban D Belum menyalin kitab ke buku tulis

Jawaban E Kalau telat tidak boleh masuk kelas

Peneliti Bagaimana Saudara menyikapi faktor penghambat tersebut?

Jawaban A Ingat kerja keras orang tua, liat temen-temen yang rajin

Jawaban B Lebih menjaga kesehatan dan bertanya ke teman untuk belajar

tentang materi yang tertinggal

Jawaban C Dilawan rasa males tersebut

Jawaban D Ketika beliau mengartikan saya menulis arti di kitab, atau

menyalin kitab tersebut ke buku tulis dan artinya melihat catatan

teman

Jawaban E Mengikuti peraturan dan tidak telat atau disiplin

Peneliti Seberapa besar peran belajar fiqih dengan metode bandongan

dalam menghindarkan Saudara dari perbuatan tercela?

Page 120: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

107

Jawaban A Besar

Jawaban B Sangat besar

Jawaban C Besar sekitar 90% karena fiqih membuat kita taat akan peraturan

Allah

Jawaban D Sangat besar bagi saya untuk dapat menghindarkan perbuatan

yang tidak baik

Jawaban E Ya, besar sekali

Peneliti Menurut Saudara apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?

Bagaimana bentuk-bentuk perbuatan yang dapat meningkatkan

berpikir kritis?

Jawaban A Berpikir kritis adalah cara seseorang untuk berpikir dengan

mempertimbangkan banyak hal, seperti pendapat ulama lain,

bagaimana keadaan dan kondisi pada saat itu, juga dengan bukti

atau sumber yang terpercaya seperti buku

Jawaban B Menantang otak untuk berpikir lebih keras dari biasanya, dengan

berdiskusi dengan teman dan menyimpulkan

Jawaban C Berpikir kedepannya harus bagaimana, untuk masa depan,

sering-sering baca, sering-sering nanya, dan sering-sering belajar

agar faham

Jawaban D Berpikir secara logis, atau ga cuma hanya menebak atau khayalan

akan tetapi mampu dibuktikan

Jawaban E Berpikir kritis dengan berpikir berkali-kali sebelum melakukan

sesuatu agar tidak salah faham

Peneliti Apakah dengan menjalankan kajian bandongan, berpikir kritis

Saudara bisa meningkat?

Jawaban A Bisa

Jawaban B Ya, bisa.

Jawaban C Bisa meningkat

Jawaban D Ya, bisa meningkat

Jawaban E Iya bisa

Page 121: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

108

Peneliti Apa keuntungan yang dapat diperoleh ketika Saudara selalu

menyelesaikan masalah dengan jalan musyawarah?

Jawaban A Ya bisa diterima semua pihak, gak cuma memikirkan satu orang

saja

Jawaban B Lebih lapang dada ketika pendapat tidak diterima

Jawaban C Lebih adil karena yang lain punya pendapat sendiri-sendiri

Jawaban D Jadi tahu semua pendapat dan mencari yang benar

Jawaban E Mendapatkan hasil yang terbaik

Peneliti Mengapa Saudara harus memiliki pengetahuan yang luas?

Jawaban A Karena zaman sekarang kalau tidak tahu maka akan ketinggalan

semua

Jawaban B Untuk dapat membedakan mana yang benar dan yang salah

Jawaban C Agar bisa tahu dan dapat membagikan ilmu tersebut

Jawaban D Dapat menjawab jika masyarakat atau ada yang bertanya, dan

dapat membedakan yang benar dan salah

Jawaban E Lebih banyak wawasan dan ilmu pengetahuan

Page 122: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

109

FOTO KEGIATAN

A. Lingkungan Sekolah

B. Kegiatan di Kelas

Page 123: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

110

Page 124: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

111

UJI REFERENSI

Nama : Nada Nadhifah

NIM 11170110000101

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pelaksanaan Metode Bandongan pada Mata Pelajaran Fiqih

dalam Mengembangkan Berpikir Kritis Santri di SMA Plus

Ibadurrahman

Dosen Pembimbing : Dr. Dimyati, M.Ag

No. Judul Buku No.

Footnote

Halaman

Skripsi

Paraf

Pembiming

BAB I

1. M Thobroni, “Belajar dan

Pembelajaran: Teori dan Praktik”,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), Cet Ke-1, h. 15

1 1

2. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, “Teori Belajar dan Pembelajaran”,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015),

Cet 1, h. 20.

2 1

3. Moh Suardi, “Belajar dan Pembelajaran”, (Yogyakarta:

Deepublish, 2018), cet ke-1, h. 10.

3 1

4. I Wayan Redhana, “Mengembangkan

Keterampilan Abad Ke-21 Dalam

Pembelajaran Kimia”, Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia, Vol 13, No 1, 2019, hal 2239 – 2253. h. 2241.

4 1

5. Deti Ahmatika, “Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Dengan Pendekatan

Inquiry/Discovery”. Prodi

Pendidikan Matematika Unswagati

Cirebon, 2016. Jurnal Euclid, Vol

ISSN 2355-1712, vol.3, No.1, pp.

377-525. h. 377-378.

5 1

6. Bistari Basuni Yusuf, “Konsep dan

Indikator Pembelajaran Efektif”,

Pendidikan Matematika FKIP Untan.

6 2

Page 125: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

112

Jurna Kajian Pembelajaran dan

Keilmuan, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017-Maret 2018. h. 13.

7. Purna Bayu Nugroho, “Scaffolding

Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis dalam Pembelajaran

Matematika”, STKIP

Muhammadiyah Kotabumi

Lampung, Jurnal Silogisme: Kajian

Ilmu Matematika dan

Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN: 2527-6182. h. 15

7, 8 2

8. Hasil observasi kelas XII pada tanggal 31 Agustus 2020

9 2

9. Samiudin, “Peran Metode Untuk

Mencapai Tujuan Pembelajaran”,

Jurnal Studi Islam, Volume 11, No 2

Desember 2016. Sekolah Tinggi

Agama Islam Pancawahana Bangil, Indonesia. h. 118

10 2

10. M. Irfangi, “Implementasi Metode

Kisah dalam Pembelajaran Akidah

Akhlak di Madrasah Aliyah”. DOI:

https://doi.org/10.24090/jk.v5i1.1255

e-ISSN 2598-4845; p-ISSN 2355-

018X. Jurnal kependidikan, Vol. 5, No.1. Mei 2017, h. 69.

11 3

11. Ahmad Syafi’ie Noor, “Orientasi

Pengembangan Pendidikan

Pesantren Tradisional”. (Jakarta: Prenada, 2009). h. 15, 56, 73.

12, 22, 29

3, 5, 8

12. Abu Yasid. “Paradigma Baru

Pesantren”. (Yogyakarta: IRCiSod, 2018). h. 263-264.

12 3

13. Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi

Pesantren: Studi Pandangan Hidup

Kiai dan Visinya Mengenai Masa

Depan Indonesia”. (Jakarta: LP3ES, 2011). h. 86.

13 3

14. H. A. Idhoh Anas, “Kurikulum Dan

Metodologi Pembelajaran

Pesantren”, Jurusan Tarbiyah

STAIN Pekalongan. Jurnal Cendekia,

Vol. 10, No. 1, 2012. h. 37.

14 3

15. Kompri. “Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren”.

15, 26 3, 7

Page 126: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

113

(Jakarta: Prenada Media, 2018). h. 131.

16. Nurcholis Madjid, “Bilik-Bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina,

1997), h. 34.

16, 17 3, 4

17. Saihu, “Modernisasi Pendidikan

Islam di Indonesia”. Dosen STIT Al

Amin Banten. Al Amin: Jurnal Kajian

Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN:

2088-7981 E-ISSN: 2685-1148. Volume 3, No 1, 2015. h. 14.

18 4

18. Hasil wawancara dengan Ustaz

Muslihin Jamil selaku kepala sekolah

SMA Plus Ibadurrahman pada

tanggal 31 Agustus 2020.

19 4

19. Ridawati, “Taffaquh Fiddin dan

Implementasinya pada Pondok

Pesantren di Jawa Barat”. (Indragiri: PT. Indragiri Dot Com, 2020). h. 225.

20 4

20. Observasi kelas XII pada mata

pelajaran fiqih di SMA Plus

Ibadurrahman pada tanggal 31 Agustus 2020.

21 5

21. Yasmadi, “Modernisasi Pesantren:

Kritik Nurcholis Madjid terhadap

Pendidikan Islam Tradisional”. (Jakarta: Ciputat Press, 2002). h. 81.

23, 24 5

22. Pernyataan Ustaz Abu Nizhom selaku

guru mata pelajaran fiqih pada tanggal 31 Agustus 2020.

25 5

23. Hafsah, “Pembelajaran Fiqih”.

(Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2016). h. 3

27 7

24. Ridwan Abdullah Sani,

“Pembelajaran Berbasis HOTS

(Higher Order Thingking Skills)”,

(Tangerang: Tsmart Printing, 2019). h. 15.

28 8

BAB II

25. Armai Arief, “Pengantar Ilmu dan

Metodologi Pendidikan Islam”.

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40, 154, 109, 155-156

30, 46, 50, 51,

54, 57, 74

10, 13, 15, 16,

20

26. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, “Strategi Pembelajaran Terpadu:

31 10

Page 127: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

114

Teori, Konsep & Implementasi”,

(Yogyakarta: Familia, 2015), h. 13, 33-34.

27. Dina Gasong, “Belajar dan

Pembelajaran”, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 6.

32 10

28. Prihma Sinta Utami, Abdul Gafur,

“Pengaruh Metode Pembelajaran

Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap

Hasil Belajar IPS di SMP Negeri Di

Kota Yogyakarta”, Harmoni Sosial:

Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No

1, Maret 2015 (97-103).

33 10

29. Umar, dkk, “Pengembangaan

Kutrikulum Pendidikan Agama Islam

Transformatif”, (Yogyakarta:

Deepublish, 2016), h. 22.

34 10

30. Esti Suryani, “Best Practice

Pembelajaran Melalui Problem

Based Learning”, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017). h. 33-34.

35 11

31. Kompri. “Manajemen &

Kepemimpinan Pondok Pesantren”.

(Jakarta: Prenada Media, 2018). h. 131, 1, 2

36, 45, 52, 95,

96

12, 13, 16, 25

32. Nurcholis Madjid, “Bilik-Bilik

Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 34, 20-21, 35

37, 67, 70

12, 19

33. Hasbullah, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”. (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1996). h. 51.

38 12

34. Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi

Pesantren: Studi Pandangan Hidup

Kiai dan Visinya Mengenai Masa

Depan Indonesia”. (Jakarta: LP3ES,

2011). h. 57, 86, 54, 89

39, 43, 44, 58,

100

12, 13, 17, 26

35. Saihu, “Modernisasi Pendidikan

Islam di Indonesia”. Dosen STIT Al

Amin Banten. Al Amin: Jurnal Kajian

Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN:

2088-7981 E-ISSN: 2685-1148.

Volume 3, No 1, 2015 M/1436 H. h. 6, 14.

40, 59 12, 17

36. Sulthon Masyhud, dkk., “Manajemen Pondok Pesantren”, Cet Ke 2,

(Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h. 3,1.

41 12

Page 128: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

115

37. Ridawati, “Taffaquh Fiddin dan

Implementasinya pada Pondok

Pesantren di Jawa Barat”. (Indragiri: PT. Indragiri Dot Com, 2020). h. 225.

42 13

38. Husni Rahim, “Arah Baru

Pendidikan Islam di Indonesia”. (Jakarta: Logos, 2001). h. 151.

47, 53 14, 16

39. Abu Anwar, “Karakteristik

Pendidikan Dan Unsur-Unsur

Kelembagaan Di Pesantren”.

Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau, POTENSIA:

Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 2, Desember 2016. h. 180, 171

48, 64 14, 18

40. Khamsil Laili, “Metode Pengajaran

di Pesantren dan

Perkembangannya”, Al-Iman: Jurnal

Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 1, 2018. h. 73-74

49 14

41. Tajur Rizal, Ach. Fatchan. “Sistem

Bandongan untuk Pendidikan

Keterampilan Pertanian di Desa

Berbasis Pesantren”. Jurnal

Penelitian Kependidikan, Vol 16, No. 1, Juni 2006. h. 1, 5, 3-4

55, 56, 62, 63

16, 17, 18

42. Amirudin, “Peningkatan

Keterampilan Menulis Argumentatif

Melalui Model Halaqah”, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo Kendari. Jurnal

Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1, Januari-Juni 2016. h. 42, 43

60, 65 17, 18

43. Hasan Basri, “Pengajian Halaqah

dalam Membentuk Karakter Santri di

Madrasah Aliyah As’adiyah Putra

Pusat Sengkang di Macanang

Kecamatan Majauleng Kabupaten

Wajo”. Pascasarjana UIN Alauddin

Makassar. Volume VIII, Nomor 1,

Januari - Juni 2019. h. 105

61 17

44. Abuddin Nata, “Islam dan Ilmu

Pengetahuan”, (Jakarta: Prenada

Media, 2018). h.65, 231, 190, 110, 196, 111-112, 209, 210, 211.

66, 80, 89-94

18, 21, 24-25,

45. Suhartono, Rosi Patma. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa

68 19

Page 129: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

116

Mata Pelajaran Fiqih Materi

Pembelajaran Haji Dan Umrah

Melalui Penerapan Metode

Advokasi”. Al I’tibar: Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. V. No. 1,

Halaman: 10 – 19, Februari, 2018. h. 10-11.

46. Hafsah, “Pembelajaran Fiqih”.

(Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2016). h. 3, 9

69, 75 19, 20

47. Yasmadi, “Modernisasi Pesantren:

Kritik Nurcholis Madjid terhadap

Pendidikan Islam Tradisional”. (Jakarta: Ciputat Press, 2002). h. 69

71 19

48. Sudadi, “Pendidikan Berbasis

Pesantren”. Cakrawala: Studi

Manajemen Pendidikan Islam dan

Studi Sosial, Vol.3, No.2, 2019, P-

ISSN: 2580-9385, E-ISSN: 2581- 0197. h. 67.

72 20

49. Lailial Muhtifah, “Pola

Pengembangan Kurikulum Pesantren

Kasus Al-Mukhlishin Mempawah

Kalimantan Barat”. STAIN

Pontianak, Journal UIN SGD, Vol.

XVII No. 2 2012/1433. h. 204.

73 20

50. Nurhayani, “Penerapan Metode

Simulasi Dalam Pembelajaran Fiqih

Ibadah Bagi Siswa di MTS YMPI Sei

Tualang Raso Tanjung Balai”. Jurnal

Ansiru, Vol. 1, No. 1. Juni 2017. h. 89.

76 20

51. Azizah, Abu Azmi. “Bagaimana Berpikir Islami”. (Surakarta: Era

Intermedia, 2019). h. 44, 45, 37

77, 78, 81

21, 22

52. Rusmin Tumanggor, “Ilmu Jiwa

Agama The Psychology of Religion”. (Jakarta: Kencana, 2016). h. 28.

79 21

53. Lilis Nuryati, dkk. “Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

SMP”, Jurnal Pendidikan, Vol. 3, No.

2, 2018. Hlm. 155-158, E-ISSN:

2502-471X. DOAJ-

SHERPA/RoMEO-Google Scholar-

IPI. h. 155.

82 22

Page 130: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

117

54. Ridwan Abdullah Sani,

“Pembelajaran Berbasis HOTS

(Higher Order Thingking Skills)”,

(Tangerang: Tsmart Printing, 2019). h. 14, 15, 141

83, 84, 88

22, 23

55. Widha Nur Santi, dkk,.

“Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis melalui Problem

Solving”. Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Alma Ata

Yogyakarta. Jurnal Literasi, Vol.

VIII, No 1, 2017. P-ISSN: 2085-0344 / E-ISSN: 2503-1864. h. 50.

85 22

56. Ratna Purwati, dkk,. “Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Dalam Menyelesaikan Masalah

Persamaan Kuadrat Pada

Pembelajaram Model Creative

Problem Solving”. Jurnal Kadikma,

Vol. 7, No. 1, hlm. 84-93, April 2016. h. 84.

86 22

57. Aulia Firdaus, dkk. “Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa pada Materi

Barisan dan Deret Berdasarkan

Gaya Berpikir”, Jurnal Kreano, Vol. 10, No. 1, 2019.

87 23

58. Ahmad Syafi’ie Noor, “Orientasi

Pengembangan Pendidikan

Pesantren Tradisional”. (Jakarta: Prenada, 2009). h. 45, 73

97, 98, 26

59. Musaddad Harahap, “Esensi Peserta

Didik dalam Perspektif Pendidikan

Islam”, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016, h. 141.

99 26

60. Siti Nurhayati, “Implementasi

Metode Bandongan dalam

Pembelajaran Hadis (Kitab Riyad

As-Salihin) dalam Meningkatkan

Keaktifan Bertanya”, Skripsi pada

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, h. 104.

101 27

61. Adnani, “Penerapan Metode

Bandongan Dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Membaca Al-

102 28

Page 131: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

118

Quran Santri Usia 17-21 Tahun di

Pondok Pesantren Modern Alma Asy-

Syauqy Kelurahan Karyamulya

Kecamatan Kesambi Kota Cirebon”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015. h. 82.

62. M. Kharir, “Integrasi Metode

Bandongan dan Sorogan dalam

Peningkatan Keaktifan Belajar Santri

di Pondok Pesantren Aswaja-

Nusantara, Milangi, Sleman,

Yogyakarta”, Skripsi Jurusan

Pendidikan Agama Islam Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2013. h. 70.

103 28

BAB III

63. A. Muri Yusuf, “Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan”, (Jakarta: Kencana,

2017), cet ke-4, h. 26, 372, 376-377, 407-409.

104, 106,

107,

108, 117

30, 32, 33, 35

64. Sarmanu, “Dasar Metodologi

Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

Statistika”, (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), h. 2.

105 30

65. Sugiyono. “Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan R&D”

(Bandung: Alfabeta, 2019), h. 285, 289, 203, 391, 393-394, 395, 321, 322

109-116 33-35

BAB IV

66. Dokumentasi,

http://www.mumtazibdr.com/

Tentang-Kami/Sejarah.html. diakses

pada tanggal 29 Januari 2020 pukul

15.00.

118, 120 36, 37

67. Wawancara dengan M. Muslihin

Jamil selaku kepala sekolah SMA

119, 177-180, 182, 184

36, 67, 68, 69

Page 132: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

119

Plus Ibadurrahman, pada tanggal 30 Januari 2021.

68. Dokumentasi, “Kurikulum SMA Plus Ibdurrahman Tahun Pelajaran 2020-

2021”. h. 10.

121, 122 37, 38

69. Hasil Analisis tanggal 1 maret 2021 123, 129,

132,

138,

141,

148,

157,

161,

166,

175, 183, 187

42, 45, 46, 48,

49, 51,

56, 57,

60, 63,

69, 71

70. Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi

Pesantren: Studi Pandangan Hidup

Kiai dan Visinya Mengenai Masa

Depan Indonesia”. (Jakarta: LP3ES, 2011). h. 54.

124 43

71. Tajur Rizal, Ach. Fatchan. “Sistem

Bandongan untuk Pendidikan

Keterampilan Pertanian di Desa

Berbasis Pesantren”. Jurnal

Penelitian Kependidikan, Vol 16, No. 1, Juni 2006. h. 3,4.

125, 126 43

72. Observasi dengan Ustaz Abu Nizhom

selaku guru Fiqih SMA Plus

Ibadurrahman di kelas XII.2 IPA

pada tanggal 25 Januari 2021.

127, 131,

135,

137,

140,

146,

150,

151,

152,

154,

156,

159,

162,

163,

168,

169,

171, 173, 174

44, 46, 48, 49,

50, 51,

52, 55,

56, 57,

59, 61,

62

Page 133: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

120

73. Nurhayani, “Penerapan Metode

Simulasi Dalam Pembelajaran Fiqih

Ibadah Bagi Siswa di MTS YMPI Sei

Tualang Raso Tanjung Balai”. Jurnal

Ansiru, Vol. 1, No. 1. Juni 2017. h. 89.

128 44

74. Wawancara dengan Ustaz Abu

Nizhom selaku guru Mata Pelajaran

Fiqih SMA Plus Ibadurrahman, pada

tanggal 25 Januari 2021.

130, 136,

139,

147,

153,

155,

160,

165,

170,

172,

181, 185, 186

45, 47, 48, 51,

52, 53,

57, 60,

62, 67,

70,

75. Sulthon Masyhud, dkk., “Manajemen

Pondok Pesantren”, Cet Ke 2, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h. 3.

134 46

76. Husni Rahim, “Arah Baru

Pendidikan Islam di Indonesia”. (Jakarta: Logos, 2001). h. 151.

149, 158 51, 56

77. Kesimpulan hasil wawancara dan

observasi di kelas XII.2 IPA pada tanggal 25 Januari 2021.

176 63

Jakarta, 1 Mei 2021

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Dr. Dimyati, M.Ag

NIP. 196407041993031003

Page 134: PELAKSANAAN METODE BANDONGAN PADA MATA PELAJARAN …

121

BIODATA PENULIS

Nada Nadhifah, dilahirkan di Kota Tangerang pada

taanggal 31 Agustus 1999. Anak Pertama dari 3

bersaudara pasangan Zainal Abidin dan Kholisah.

Penulis studi pendidikan pertamanya pada tahun

2005 di SDN Karawaci 14 sampai kelas 5 dan

melanjutkan di SDN Poris Plawad 1 hingga lulus.

Setelah jenjang Sekolah Dasarnya tamat pada tahun

2011, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 16 Tangerang

sampai pada tahun 2014. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama penulis

menghabisi masa Sekolah Menengah Atas di Pondok Pesantren yang ada di wilayah

Tangerang yang dipimpin oleh Kyai Cepot yaitu Ibadurrahman dan lulus pada tahun

2017. Setelah masa sekolahnya usai, pada tahun yang sama selanjutnya penulis

meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama masa kuliah penulis mengikuti organisasi intra maupun ekstra

kampus. Dalam organisasi intra kampus penulis merupakan divisi dapartemen

Kominfo Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama Islam pada

tahun 2019. Dalam organisasi ekstra kampus penulis merupakan anggota

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat. Penulis juga merupakan

sekertaris pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 174 Besari.

Motto:

“Dream Big And Make It Happen”