15
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017 1 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa di Sma Negeri 6 Banjarmasin PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK PANTING DALAM MENINGKATKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR SISWA DI SMA NEGERI 6 BANJARMASIN Ahmad Syarif, Wahyu, dan Sarbaini Program Studi PPKn FKIP ULM Banjarmasin email: [email protected] ABSTRAK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik penentuan sumber data dilakukan secara Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti konsep Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrakurikuler kesenian musik Panting berisi kegiatan memainkan alat-alat musik tradisional dari Banjarmasin, menyanyikan lagu-lagu tradisional Banjar, pengetahuan yang dapat meningkatkan karakter cinta tanah air terhadap kesenian musik Banjar serta penghargaan terhadap nenek moyang yang telah membuat kesenian Banjar. Ekstrakurikuler ini mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang musik tradisional serta membentuk generasi muda yang memiliki motivasi tinggi dalam mencintai dan melestarikan kesenian musik lokal Kalimantan Selatan khususnya kesenian musik Panting. Ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai disiplin, kekeluargaan, bersahabat, peduli sosial, kerjasama, kerjakeras, mandiri, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif, nasionalisme atau mencintai kebudayaan Banjar serta melibatkan seluruh siswa-siswi yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Ekstrakurikuler ini dilakukan dengan dilaksanakan secara rutin, kosisten (pembiasaan) dan penugasan. Interaksi sosial ekstrakurikuler kesenian musik Panting yang terjalin antara anggota dengan anggota, anggota dengan pelatih dan anggota dengan lingukungan SMA Negeri 6 Banjarmasin dinilai baik, terbukti bahwa komunikasi dalam latihan selalu terjalin dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar pihak guru, sekolah, dan orang tua meningkatkan peran dan dukungan yang positif terhadap anak, misalnya melengkapi fasilitas fisik dan kelengkapan penunjang kegiatan ekstrakurikuler kesenian musik Panting sehingga upaya menumbuhkan karakter cinta tanah air dapat tercapai secara maksimal. Kata kunci: pendidikan, sekolah, ekstrakurikuler, musik panting, karakter, cinta tanah air A. Pendahuluan Negara Indonesia dikenal sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian tradisional. Kesenian tradisional di Indonesia, hidup dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hampir setiap daerah memiliki kesenian tradisional sebagai ciri khas dari daerah tersebut. Kehadirannya sebagai sarana hiburan dan sebagai sarana menikmati keindahan, kesenian tradisional ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Berdasarkan realita di era globalisasi saat ini harus diakui bahwa kesenian tradisional mulai terkikis dengan hadirnya berbagai macam kesenian modern dan kurang diminati oleh para generasi muda tidak terkecuali para mahasiswa yang dalam kesehariannya senantiasa memposisikan dirinya sebagai agen of change. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila disetiap perilaku

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

1 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KESENIAN MUSIK PANTING DALAM MENINGKATKAN KARAKTER

CINTA TANAH AIR SISWA DI SMA NEGERI 6 BANJARMASIN

Ahmad Syarif, Wahyu, dan Sarbaini

Program Studi PPKn FKIP ULM Banjarmasin

email: [email protected]

ABSTRAK

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik penentuan

sumber data dilakukan secara Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini mengikuti konsep Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrakurikuler kesenian

musik Panting berisi kegiatan memainkan alat-alat musik tradisional dari Banjarmasin, menyanyikan

lagu-lagu tradisional Banjar, pengetahuan yang dapat meningkatkan karakter cinta tanah air terhadap

kesenian musik Banjar serta penghargaan terhadap nenek moyang yang telah membuat kesenian

Banjar. Ekstrakurikuler ini mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang musik tradisional

serta membentuk generasi muda yang memiliki motivasi tinggi dalam mencintai dan melestarikan

kesenian musik lokal Kalimantan Selatan khususnya kesenian musik Panting. Ekstrakurikuler

memiliki nilai-nilai disiplin, kekeluargaan, bersahabat, peduli sosial, kerjasama, kerjakeras, mandiri,

tanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif, nasionalisme atau mencintai kebudayaan Banjar serta

melibatkan seluruh siswa-siswi yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Ekstrakurikuler ini

dilakukan dengan dilaksanakan secara rutin, kosisten (pembiasaan) dan penugasan. Interaksi sosial

ekstrakurikuler kesenian musik Panting yang terjalin antara anggota dengan anggota, anggota

dengan pelatih dan anggota dengan lingukungan SMA Negeri 6 Banjarmasin dinilai baik, terbukti

bahwa komunikasi dalam latihan selalu terjalin dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat

disarankan agar pihak guru, sekolah, dan orang tua meningkatkan peran dan dukungan yang positif

terhadap anak, misalnya melengkapi fasilitas fisik dan kelengkapan penunjang kegiatan

ekstrakurikuler kesenian musik Panting sehingga upaya menumbuhkan karakter cinta tanah air dapat

tercapai secara maksimal.

Kata kunci: pendidikan, sekolah, ekstrakurikuler, musik panting, karakter, cinta tanah air

A. Pendahuluan

Negara Indonesia dikenal sangat

kaya dengan berbagai jenis kesenian

tradisional. Kesenian tradisional di

Indonesia, hidup dan tersebar hampir di

seluruh wilayah Indonesia. Hampir setiap

daerah memiliki kesenian tradisional

sebagai ciri khas dari daerah tersebut.

Kehadirannya sebagai sarana hiburan dan

sebagai sarana menikmati keindahan,

kesenian tradisional ini diwariskan secara

turun temurun dari nenek moyang

sebelumnya.

Berdasarkan realita di era

globalisasi saat ini harus diakui bahwa

kesenian tradisional mulai terkikis dengan

hadirnya berbagai macam kesenian

modern dan kurang diminati oleh para

generasi muda tidak terkecuali para

mahasiswa yang dalam kesehariannya

senantiasa memposisikan dirinya sebagai

agen of change. Oleh karenanya tidak

mengherankan apabila disetiap perilaku

Page 2: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

2 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

mahasiswa sebagai generasi muda

senantiasa dibingkai oleh nilai-nilai

karakter yang tidak bertentangan dengan

kearifan lokal setempat (Suroto Suroto,

2016). Dengan adanya globalisasi,

masyarakat dapat dengan mudah

mengetahui dan mempelajari budaya

negara lain yang berbeda dengan negara

kita. Terkadang pengetahuan yang kita

miliki tentang budaya luar justru membuat

kita lebih menyukainya, dari pada budaya

daerahnya sendiri terutama para generasi

muda. Mereka lebih menyukai dengan

budaya luar yang masuk ke negara kita.

Mereka menganggap orang yang

mempelajari kesenian tradisional adalah

orang yang tidak mengikuti perkembangan

zaman, padahal kesenian tradisional ini

merupakan salah satu identitas budaya

Negara Indonesia.

Generasi muda sebagai penerus

bangsa ini di mana apabila mereka tidak

mau melestarikan budaya bangsa, maka

kesenian tradisional ini akan punah dan

bangsa Indonesia akan kehilangan jati

dirinya. Kesenian nasional akan punah,

jika kita tidak membentenginya dari

pengaruh kesenian mancanegara

khususnya kesenian modern barat.

Menurut Amang Rahman (Pidarta,

2007: 174) mengemukakan ‘kesenian kita

tidak boleh hanya menjadi objek kesenian

global untuk diperlakukan ini dan itu,

melainkan juga harus bisa menjadi

subjek’. Menjadi subjek yang dimaksud di

atas ialah menjadi kesenian yang unggul

di manca negara, Indonesia harus

memberikan karya yang besar untuk

kesenian dunia sehingga menjadi

kebanggaan negara tersendiri dan

menjaga pelestarian kesenian nasional

agar tidak punah.

Menurut M. Mastuhu (Ma’mur

Asmani, 2011:5) ‘globalisasi memberi

peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi

siapa saja yang mau dan mampu

memanfaatkannya, baik untuk

kepentingan sendiri maupun kepentingan

manusia seutuhnya’. Dalam hal ini,

globalisasi menyediakan seluruh fasilitas

yang dibutuhkan oleh manusia, baik itu

negatif maupun positif. Semua itu kembali

lagi kepada mental masyarakat itu sendiri

dalam menerima dan menolak globalisasi

tersebut, apakah masyarakat itu siap dan

mampu menjadi pemenang dalam

kompetisi ini, karena sejatinya globalisasi

adalah suatu kompetisi yang mencari

seorang pemenang terbaik dari segi

pengetahuan, teknologi, pelayanan, dan

lain sebagainya, juga mampu menjadikan

bangsanya sebagai bangsa produsen

yang dapat berbicara banyak dalam hal

konteks dunia.

Globalisasi sudah tentu memberikan

dampak bagi yang mengikutinya, baik itu

dampak positif maupun dampak negatif.

Dampak positif dari globalisasi

diantaranya adalah kompetisi, integrasi,

dan kerjasama baik itu di bidang

pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas

produk, pelayanan dan akuntabilitas.

Dampak negatif dari globalisasi ialah

terjadinya dekadensi moral, masyarakat

yang konsumerisme, lahirnya generasi

instan, masyarakat yang lebih menyukai

produk luar negeri, lebih mengenal budaya

Negara lain dibandingkan dengan

budayanya sendiri, dan lain sebagainya.

Supriatna (2012: 37)

mengemukakan bahwa “budaya global ini

berjalan secara perlahan, namun pasti,

untuk memaksa budaya lokal menyerah

atau menjadi pecundang (the losser).

Situasi ini akan mengakibatkan budaya

lokal mengalami kekosongan identitas dan

nilai-moral sehingga budaya dan kearifan

lokal akan ditinggalkan; dan hal ini dapat

terlihat dari semakin tingginya nilai-nilai

individualisme, liberalisme, dan

hedonisme yang sebenarnya juga

merupakan pengaruh dari modernisme”.

Hidayat (2015 : 1) mengemukakan

bahwa budaya lokal adalah “suatu budaya

Page 3: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

3 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

yang perkembangannya di daerah-daerah

dan merupakan milik suku bangsa

Nusantara”. Sedangkan menurut Ajawaila

(2012:1) budaya lokal adalah “budaya asli

dari suatu kelompok masyarakat tertentu

yang juga menjadi ciri khas budaya

sebuah kelompok masyarakat lokal”.

Badan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Pendidikan

Nasional Republik Indonesia (Yuliani,

2013: 3) mengemukakan bahwa:

Harus adanya penanaman dan pembentukan karakter cinta tanah air dari mulai usia dini. Pembentukan karakter tersebut berada di lingkungan sosial dan budaya baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, permasalahan diatas adalah melalui pendidikan. Menurut Untari (2014: 5) Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) merupakan

“salah satu bidang yang mengemban misi

nasional yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa yang dijadikan sebagai wahana

pengembangan karakter bangsa yang

sangat strategis dalam proses kegiatan

intrakurikuler. Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) menjalankan

misinya melalui 3 kegiatan kurikuler yang

terjadi di sekolah maupun di luar sekolah,

kegiatan kurikuler tersebut ialah

intrakurikuler, kokurikuler, dan

ekstrakurikuler”.

Sekolah merupakan tempat yang

tepat dalam mengembangkan pendidikan

karakter, salah satunya ialah karakter

cinta tanah air. Karakter cinta tanah air ini

dapat dibentuk melalui proses

pembelajaran, baik yang berlangsung di

dalam maupun di luar kelas pada setiap

mata pelajaran. Secara formal, Pendidikan

Karakter tertuang di dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang

mana mata pelajaran tersebut mengusung

mengenai wawasan kebangsaan atau

karakter cinta tanah air. Selain itu,

karakter cinta tanah air juga dapat

dibentuk melalui kegiatan kokurikuler dan

kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Siti (2013: 4)

‘posisi model Pendidikan Karakter

berbasis etnopedagogik tradisi lisan sunda

untuk membangun kearifan lokal secara

“bottom up” memperkuat pengembangan

karakter bangsa secara “top down” yang

merupakan core value keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan

bukan semata menjadi ciri mata pelajaran

muatan lokal melainkan ciri mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan’.

Berdasarkan uraian di atas, yang

menjadi masalah pokok dalam penelitian

ini adalah cinta tanah air yang rendah dari

siswa-siswi yang mengikuti ekstrakulikuler

kesenian musik Panting di SMAN 6

Banjarmasin.

B. Kajian Pustaka

1. Kebudayaan Tradisional

Menurut Mertadinata (2011: 1)

kebudayaan tradisional adalah

“kebudayaan yg dibentuk dari

kebudayaan beraneka ragam suku-

suku di Indonesia merupakan bagian

integral daripada kebudayaan

Indonesia nantinya secara

keseluruhan”.

Kebudayaan tradisional berasal

dari kata budaya dan tradisi. Menurut

Maryaeni (Azhari,2009: 7)

menjelaskan bahwa ‘kebudayaan

pada dasarnya merupakan segala

macam bentuk gejala kemanusiaan,

baik yang mengacu pada sikap,

konsepsi, ideologi, perilaku,

kebiasaan, karya kreatif dan

sebagainya. Dalam tradisi, kebiasaan

yang diwariskan mencakup berbagai

nilai budaya, meliputi adat istiadat,

sistem kemasyarakatan, sistem

pengetahuan, bahasa, kesenian, dan

system kepercayaan’.

Page 4: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

4 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

2. Musik Tradisional

Secara konkret, kebudayaan

tradisional dapat mengacu pada “adat

istiadat, bentuk-bentuk tradisi lisan,

karya seni, bahasa, pola interaksi,

dan sebagainya. Salah satu bentuk

kebudayaan tradisional adalah seni,

dalam hal ini seni tradisional. Seni

adalah kesanggupan menciptakan

sesuatu yang bernilai tinggi, sesuatu

karya yang diciptakan dengan

kecakapan luar biasa” (Alwi.2002: 76).

Purba (2007: 2) menambahkan

bahwa ‘musik tradisional tidak berarti

bahwa suatu musik dan berbagai

unsur-unsur di dalamnya bersifat

kolot, kuno, atau ketinggalan zaman.

Namun, musik tradisional adalah

musik yang bersifat khas dan

mencerminkan kebudayaan suatu

etnis atau masyarakat. Musik

tradisional, baik itu kumpulan

komposisi, struktur, idiom dan

instrumentasinya, serta gaya maupun

elemen-elemen dasar komposisinya,

seperti ritme, melodi, modus atau

tangga nada, tidak diambil dari

repertoire atau sistem musikal yang

berasal dari luar kebudayaan suatu

masyarakat pemilik musik yang

dimaksud. Musik tradisional berakar

pada tradisi masyarakat tertentu. Oleh

karena itu, keberlangsungannya

dalam konteks masa kini merupakan

upaya pewarisan secara turun

temurun masyarakat sebelumnya bagi

masyarakat selanjutnya.

3. Nilai

Djahiri dalam Sanjaya (2006:

274) mendefinisikan ‘nilai adalah

keyakinan, kepercayaan, norma, dan

kepatuhan-kepatuhan yang dianut

oleh seseorang ataupun kelompok

masyarakat tentang sesuatu

mengemukakan bahwa nilai adalah

suatu konsep yang berada dalam

pikiran manusia yang sifatnya

tersembunyi, tidak berada di dalam

dunia yang empiris. Nilai pada

dasarnya merupakan standar perilaku

atau ukuran kriteria seseorang untuk

menentukan tentang baik dan tidak

baik, indah dan tidak indah, layak dan

tidak layak, dan sebagainya’.

4. Karakter

Menurut Suwito (2008: 27)

“karakter mengacu pada serangkaian

sikap, perilaku, motivasi, dan

keterampilan”. Karakter meliputi sikap

seperti keinginan untuk melakukan hal

yang terbaik, kapasitas intelektual

seperti berpikir kritis dan alasan

moral, perilaku seperti

tanggungjawab, mempertahankan

prinsip moral dalam situasi penuh

ketidakadilan, kecakapan

interpersonal, dan emosional yang

memungkinkan seseorang

berinteraksi secara efektif dalam

berbagai keadaan, dan komitmen

untuk berkontribusi dengan komunitas

dan masyarakatanya. Karakteristik

adalah realisasi perkembangan positif

sebagai individu. Individu berkarakter

yang baik adalah seseorang yang

berusaha melakukan hal yang terbaik.

5. Karakter Cinta Tanah Air

Menurut Mahbubi (2012: 48)

“cinta tanah air adalah cara berfikir,

bersikap dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian,

dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik,

sosial, kultur, ekonomi dan politik

bangsanya”.

“Cinta tanah air adalah berfikir,

bersikap, dan berbuat yang

menunjukan kesetiaan, kepedulian,

dan penghargaan yang tinggi

terhadap bangsa dan negara”

(Karnadi, 2007: 12).

Page 5: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

5 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

6. Motivasi

Definisi motivasi menurut

Sardiman (2009:73) motif dapat

dikatakan sebagai “daya penggerak

dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan. Motif

dapat diartikan suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan). Motivasi yang

berawal dari kata motif dapat diartikan

menjadi daya penggerak yang telah

menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada

saat-saat tertentu, terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan

menjadi sangat dirasakan/mendesak”.

7. Perkembangan Musik Panting

Menurut Ramadhani (2014 : 27)

“banyak pendapat yang berkembang

di masyarakat tentang daerah asal

kesenian Musik Panting, salah

satunya pendapat yang menyatakan

bahwa Musik Panting berasal dari

daerah Kabupaten Tapin, Kalimantan

Selatan. Panting merupakan alat

musik yang dipetik yang berbentuk

seperti gambus Arab tetapi ukurannya

lebih kecil. Pada waktu dulu musik

Panting hanya dimainkan secara

perorangan atau secara solo. Karena

semakin majunya perkembangan

zaman Musik Panting mulai

dimainkan dengan beberapa alat

musik lainnya, seperti babun, gong,

dan biola. Seni musik ini disebut

sebagai Musik Panting karena

didominasi oleh alat musik Panting”

Di masa awal dan tahap

perkembangannya, instrumen Panting

hanya memiliki tiga buah tali atau

senar, dimana masing-masing senar

mempunyai fungsi tersendiri. Senar

pertama disebut pangalik yaitu tali

yang dibunyikan untuk penyisip

nyanyian atau melodi. Senar kedua

disebut panggundah atau pangguda

yang digunakan sebagai penyusun

lagu atau paningkah. Sedang senar

ketiga disebut agur yang berfungsi

sebagai bass. Senar instrumen

Panting pada masa lalu dibuat dari

haduk hanau (ijuk), serat nenas, serat

kulit kayu bikat, benang mesin, atau

benang sinali. Pada

perkembangannya, karena lebih

mudah didapatkan dan bunyinya yang

jauh lebih merdu, maka digunakan lah

benang nilon sebagai senarnya. Ada

pula yang menggunakan tali kawat

dengan empat bentangan pada badan

instrumen Panting (Ramadhani. 2014

: 28).

Kemunduran Musik Panting

terjadi pada zaman penjajahan

Jepang. Pada periode tersebut Musik

Panting jarang sekali dipergelarkan,

karena setiap orang harus berjuang

keras untuk mempertahankan hidup,

bahkan hingga puluhan tahun setelah

Jepang meninggalkan Indonesia.

Tahun 1984 merupakan tahun yang

sangat menentukan bagi keberadaan

kesenian Musik Panting. Pada saat itu

para seniman bekerja sama dengan

Direktorat Permuseuman Kalimantan

Selatan melakukan penelitian

terhadap kesenian ini di daerah

Kabupaten Tapin. Dari hasil penelitian

tersebut, dinyatakan bahwa kesenian

Musik Panting masih layak untuk

diangkat kembali ke permukaan.

Segala sesuatupun dipersiapkan.

Lagu-lagunya direnovasi dan diganti

dengan lagu-lagu Banjar yang sudah

diaransemen ulang sedemikian rupa.

Setelah dibenahi secukupnya dengan

tidak meninggalkan ciri khas sebagai

seni musik tradisional, kesenian Musik

Panting diikutsertakan Festival Musik

Daerah Se-Indonesia tahun 1984.

Hasilnya Musik Panting berhasil

menduduki peringkat 10 besar musik-

musik Nusantara. Sejak saat itu

pembinaan terus ditingkatkan, hingga

pada akhirnya lahirlah grup-grup

Page 6: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

6 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

Musik Panting di seluruh penjuru

Kalimantan Selatan seperti sekarang

ini (Ramadhani, 2014:28-29).

8. Instrumen Musik Panting

Menurut Wikipedia (2015: 1)

alat-alat instrumen tambahan musik

panting yang pada dewasa ini sering

dikombinasikan dengan alat musik

lainnya terdiri dari :

a. Panting, alat musik yang berbentuk

seperti gabus Arab tetapi lebih

kecil dan memiliki senar. Panting

dimainkan dengan cara dipetik.

b. Babun, alat musik yang terbuat dari

kayu berbentuk bulat, ditengahnya

terdapat lubang, dan di sisi kanan

dan kirinya dilapisi dengan kulit

yang berasal dari kulit kambing.

Babun dimainkan dengan cara

dipukul.

c. Gong, biasanya terbuat dari

aluminium berbentuk bulat dan

ditengahnya terdapat benjolan

berbentuk bulat. Gong dimainkan

dengan cara dipukul.

d. Biola, sejenis alat musik yang cara

memainkannya dengan digesek.

e. Suling bambu, dimainkan dengan

cara ditiup

f. Ketipak, bentuknya mirip tarbang

tetapi ukurannya lebih kecil, dan

kedua sisinya dilapisi dengan kulit.

g. Tamburin, alat musik pukul yang

terbuat dari logam tipis dan

biasanya masyarakat Banjar

menyebut tamburin dengan nama

guguncai.

9. Kesenian Musik Panting sebagai

Sistem Nilai Budaya

Sudira (2010: 38-39)

mengatakan bahwa ‘kesenian musik

Panting, termasuk dalam kategori

kesenian rakyat atau Folk Art. Seni ini

ditentukan oleh norma-norma yang

telah dibuat dan disepakati

masyarakat. Seni adalah cerminan

masyarakat yang terdiri dari jiwa

masyarakat, keinginan masyarakat,

realitas masyarakat dan nilai

masyarakat’. Seni dalam lingkup

masyarakat lebih menekankan fungsi,

penuh simbol dan makna’. Meski tak

lepas dari pemahaman sederhana

bahwa seni merupakan usaha untuk

menciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan’.

10. Tujuan Ekstrakurikuler Kesenian

Musik Panting

Kegiatan ekstrakurikuler adalah

salah satu kegiatan yang bertujuan

untuk memfasilitasi siswa dalam

mengembangkan potensi dirinya

sesuai dengan minat dan bakat

masing-masing. Dalam skala yang

lebih luas, kegiatan ekstrakurikuler ini

mempunyai peranan penting dalam

mengembangkan watak dan

kepribadian siswa.

Tujuan dan sasaran yang

hendak dicapai pada kegiatan

ekstrakurikuler musik di SMA 6

Banjarmasin antara lain:

a. menambah pengetahuan siswa

mengenai teori musik serta praktek

memainkan musik tradisional

Panting.

b. mengembambangkan kemampuan

siswa dalam menyanyikan lagu

tradisional Banjar.

c. membentuk siswa menjadi siswa

yang kreatif dan terampil dalam

bermain musik tradisional Panting

serta melestarikan kesenian

Kalimantan Selatan.

11. Kaitan Antara Pendidikan

Kewarganegaraan Dengan

Peningkatan Rasa Cinta Tanah Air

Melalui Kegiatan Ekstrkurikuler

Kesenian Musik Panting

Menurut Musiyam (2013 : 8)

“Pendidikan Kewarganegaraan di

Indonesia seperti yang berkembang

di negara lain memiliki

multidimensional, artinya bahwa

Page 7: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

7 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

program PKn bukan hanya untuk

satu tujuan”. Winataputra (2001: 52)

mengemukakan bahwa “ada tiga

dimensi PKn, yakni PKn sebagai

program kurikuler, PKn sebagai

program akademik, dan PKn

sebagai program sosial kultural”.

Dalam pelaksanaan program, ketiga

dimensi ini dapat saja terjadi

secara simultan atau secara

bersamaan, khususnya dalam

mencapai tujuan umum, yakni

membentuk warga negara yang

cerdas dan baik. Khusus untuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), tujuan PKn dapat dilihat

dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada bagian Penjelasan Pasal 37

ayat (1) bahwa “Pendidikan

kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi

manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air”.

Karakter cinta tanah air

merupakan dimensi dari PKn sebagai

program sosial kultural yang dapat

diterapkan dalam kegiatan

ekstrakurikuler dalam setiap sekolah

di Indonesia. Ekstrakurikuler yang

mencerminkan sosial kultural meliputi

ekstrakurikuler menari tradisional,

paduan suara tradisional, kesenian

musik tradisional dan masih banyak

lagi.

Dalam dimensi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yaitu

program kurikuler, PKn sebagai

program akademik, dan PKn

sebagai program sosial kultural di

lembaga pendidikan Indonesia sudah

terkonsep dengan jelas untuk dapat

mewujudkan cita-cita pada Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Input dari visi dan misi PKn akan

berintegrasi kepada Output yang

memiliki aspek-aspek kompetensi

Pendidikan Kewargangaraan meliputi

pengetahuan kewarganegaraan (Civic

Knowledge), keterampilan

kewarganegaraan (Civic Skill), dan

watak atau karakter kewarganegaraan

(Civic disposition).

Penerapan yang nyata dapat

dilihat pada ekstrakurikuler yang ada

di SMA Negeri 6 Banjarmasin,

khususnya ekstrakurikuler musik

Panting. Ekstrakurikuler tersebut

merupakan usaha sadar dari sekolah

dalam melestarikan kesenian asli dari

masyarakat Kalimantan Selatan agar

tetap eksis keberadaannya di tengah

perkembangan musik modern sudah

banyak diminati oleh siswa-siswi.

Dalam kegiatan inilah berkembang

dan mengalir proses penanaman

kompetensi PKn yang dilakukan oleh

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting dalam mewujudkan karakter

cinta tanah air.

C. Metode Penelitian

1. Alasan Menggunakan Metode

Kualitatif

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif karena dalam

penelitian ini mendeskripsikan

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting dalam

meningkatkan karakter cinta tanah air

siswa di SMA Negeri 6 Banjarmasin.

Permasalahan ini belum jelas dan

perlu memahami situasi sosial yang

ada secara mendalam sehingga

permasalahan tersebut dapat

dijelaskan. Dengan menggunkan

metode kualitatif, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap, lebih

mendalam dan kredibilitas, serta

mudah dipahami.

Nasution (Sugiyono, 2010:1)

berpendapat bahwa “pada dasarnya

penelitian kualitatif lebih mudah

diterapkan untuk penelitian yang

Page 8: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

8 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

mengamati orang dalam

lingkungannya dimana peneliti

sebagai instrumen kunci, yang teknik

pengumpulan datanya dilakukan

secara triangulasi, analisis data

bersifat induktif dan hasil dalam

penelitian kualitatif lebih menekankan

pada generalisasi”. Dalam hal ini

peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul Pelaksanaan Kegiatan

Ekstrakurikuler Kesenian Musik

Panting dalam Meningkatkan Karakter

Cinta Tanah Air Siswa di SMA Negeri

6 Banjarmasin, dengan menggunakan

metode kualitatif agar data yang

diperoleh pada saat melakukan

penelitian akan lebih lengkap, jelas,

lebih mendalam dan bermakna

sehingga tujuan penelitian ini dapat

tercapai.

2. Tempat Penelitian

Alasan peneliti memilih tempat

penelitian di sekolah tersebut karena

SMAN 6 Banjarmasin ini memiliki

salah satu misi yaitu meningkatkan

penghayatan dan pengamalan

terhadap ajaran agama yang dianut

dan nilai-nilai budaya karakter bangsa

sehingga menjadi sumber kearifan

dalam berpikir dan bertindak.

Sehingga peneliti ingin mengetahui

lebih dalam tentang pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler kesenian

musik Panting dalam meningkatkan

karakter cinta tanah air siswa di SMA

Negeri 6 Banjarmasin.

3. Sumber Data

Data dan informasi yang

didapatkan dalam penelitian ini

peneliti melakukan secara mendalam,

serta melakukan observasi dengan

aktivitas pada kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting di SMA

Negeri 6 Banjarmasin

4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam pelaksanaan

penelitian adalah peneliti sendiri.

Peneliti kualitatif sebagai human

instrument. Peneliti merupakan orang

yang membuka kunci, menelaah dan

mengeksplorasi seluruh ruangan

secara cermat, tertib dan leluasa

(Wahyu, 2012: 274). Selain diri

sendiri, alat bantu yang digunakan

dalam penelitian adalah pedoman

wawancara, catatan kecil, alat tulis

untuk mencatat hasil wawancara,

kamera digunakan untuk

mendokumentasikan berbagai data

dan hasil observasi dan wawancara

sebagai bukti peneliti memang

melakukan penelitian ditempat yang

sebenarnya tanpa ada manipulasi dan

tape recorder digunakan untuk

merekam hasil wawancara.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah melakukan

pengamatan secara langsung ke

lapangan terhadap kegiatan yang

sedang berjalan. Peneliti

melakukan observasi ke lapangan

untuk memperoleh data yang

diperlukan, yakni terjun langsung

mengikuti ekstrakurikuler kesenian

musik Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah

proses pengumpulan data dengan

cara melalui tanya jawab antara

pihak penanya (peneliti) dan pihak

menjawab (informan). Wawancara

dalam penelitian ini dilakukan

kepada Kepala SMAN 6

Banjarmasin, Pembina

Kemahasiswaan SMAN 6

Banjarmasin, Guru Pembina SMAN

6 Banjarmasin dan siswa-siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler

kesenian musik Panting di SMA

Negeri 6 Banjarmasin.

Page 9: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

9 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik

agar peneliti dapat memperoleh

informasi bukan dari informan,

tetapi memperoleh informasi dari

sumber tertulis atau dokumen-

dokumen yang ada pada informan,

foto-foto tentang kegiatan

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin. Peneliti mencatat

serta mengumpulkan data tertulis

yang dimiliki oleh SMA Negeri 6

Banjarmasin.

d. Kepustakaan

Kepustakaan yaitu teknik

pengumpulan data dengan

mempelajari dan menganalisa

suatu sumber pustaka baik berupa

buku, artikel, maupun penelitian

sebelumnya yang berkaitan

dengan pelaksanaan

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting dalam meningkatkan

karakter cinta tanah air siswa di

SMA Negeri 6 Banjarmasin.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan secara kualitatif.

Menurut Miles dan Huberman

(Wahyu.2012 : 374) aktivitas dalam

analisis data, yaitu “data reduction,

data display, and conclusion

drawing/verification.”

7. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian kredibilitas data

dalam penelitian menurut Wahyu

(2012) dilakukan dengan cara :

a. Perpanjangan Pengamatan

Menurut Stainback (Faqih,

2015: 35) ‘perpanjangan

pengamatan dilakukan agar dapat

meningkatkan kepercayaan atau

kredibilitas data dan perpanjangan

pengamatan berarti peneliti

kembali ke lapangan melakukan

pengamatan wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru.

Dengan perpanjangan pengamatan

berarti hubungan peneliti dengan

narasumber akan semakin

terbentuk rapport, semakin akrab

(tidak ada jarak lagi), semakin

terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Bila telah

terbentuk rapport, maka telah

menjadi kewajaran dalam

penelitian, kehadiran peneliti tidak

lagi mengganggu perilaku yang

dipelajari’.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan

yaitu melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Misalnya untuk

mencari data mengenai

pelaksanaan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting dalam

meningkatkan karakter cinta tanah

air siswa di SMA Negeri 6

Banjarmasin. Perlunya untuk

meningkatkan ketekunan ini agar

peneliti mudah untuk melakukan

pengecekan kembali tentang data

ditemukan itu benar atau tidak.

Salah satu upaya untuk

meningkatkan ketekunan di sini

adalah dengan banyak membaca

referensi buku maupun hasil-hasil

penelitian ataupun dokumen-

dokumen resmi yang tentu

berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan peneliti.

8. Triangulasi

Triangulasi di sini adalah

pengecakan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. Triangulasi terbagi

menjadi tiga yaitu:

a. Triangulasi sumber untuk menguji

kredibilitas data dengan cara

Page 10: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

10 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

mengecek kembali data yang

diperoleh pada sumber berbeda,

yang dalam hal ini informasinya

yaitu siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin.

b. Triangulasi teknik adalah cara

mengecek data yang sama dengan

teknik berbeda. Misalnya mengenai

data peserta yang ikut dalam

kegiatan ekstrakurikuler kesenian

musik Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin diperoleh melalui

proses wawancara. Kemudian di

cek dengan observasi atau

dokumentasi mengenai siswa-siswi

yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting tersebut untuk memastikan

data yang di dapat tersebut benar.

c. Triangulasi waktu adalah cara

mengecek data yang sama dengan

orang yang sama namun dengan

waktu atau situasi yang berbeda.

D. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

a. Gambaran Motivasi Siswa Dalam

Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian

Musik Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin

Motivasi siswa terdiri dari dua

macam, yaitu motivasi internal dan

motivasi eksternal. Motivasi internal

adalah siswa berlatih dengan

sungguh-sungguh agar dapat

bermanfaat bagi diri sendiri dan

untuk orang lain serta ingin

memperdalam wawasan tentang

kebudayaan Banjar, sedangkan

motivasi eksternal meliputi selalu

bertanya dengan teman-teman dan

pelatih dalam cara memainkan alat-

alat musik Panting maupun cara

bernyanyi lagu Banjar dengan

benar, dukungan orang tua dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting adalah

berupa memberikan izin,

semangat, dan mendoakan dalam

mengikuti kegiatan tersebut dan

adanya motivasi dari siswa lain

dengan cara mengajak latihan

bersama-sama dan memberikan

motivasi sesama anggota agar

latihan menjadi semangat.

b. Nilai-Nilai Karakter Dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler Kesenian Musik

Panting Dengan Meningkatkan

Karakter Cinta Tanah Air Siswa Di

SMA Negeri 6 Banjarmasin

Proses terbentuknya nilai-

nilai dalam kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting melalui

latihan seperti pada saat latihan

harus datang sebelum latihan di

mulai ini menunjukkan

terbentuknya nilai disiplin, pada

saat latihan siswa-siswi saling

mengajarkan antara siswa yang

sudah senior dan berpengalaman

dalam memainkan alat-alat musik

dan bernyanyi lagu-lagu Banjar

mengajarkan adik kelas yang baru

masuk sebagai anggota baru ini

merupakan terbentuknya nilai

kerjasama, siswa-siswi yang belum

bisa atau kesulitan dalam belajar

memainkan alat atau siswa-siswi

yang kesulitan dalam menyanyikan

lagu Banjar berinisiatif untuk

bertanya kepada kaka kelas dan

pelatih ini menunjukkan

terbentuknya nilai rasa ingin tahu

yang tinggi, saling mengenal satu

sama lain dalam latihan baik siswa

kelas X, XI, XII dan pelatih

merupakan proses terbentuknya

nilai kekeluargaan, setelah siswa-

siswi selesai latihan dan

menggunakan alat-alat dan

menggunakan fasilitas yang ada di

dalam ruang musik mereka

mengembalikan dan meletakan

Page 11: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

11 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

alat-alat musik ketempat semula

mereka ambil ini menunjukkan

terbentuknya nilai tanggung jawab,

sisa gelas minum yang mereka

bawa dari luar untuk mereka

minum dan mereka bawa keluar

dan dimasukkan ke dalam tempat

sampah merupakan terbentuknya

nilai peduli lingkungan dan siswa-

siswi dan pelatih yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler kesenian

musik Panting merupakan nilai

mencintai kebudayaan Banjar atau

rasa cinta tanah air yang tinggi.

Lagu-lagu Banjar yang

dimainkan dalam ekstrakurikuler

kesenian musik Panting adalah

mengajarkan tentang keindahan

alam di Kalimantan Selatan seperti

sungai, gunung dan masih banyak

lagi, moral masyarakat, religious

masyarakat, adat istiadat

masyarakat dan kekeluargaan

masyarakat di Kalimantan Selatan.

Karakter cinta tanah air

merupakan sikap dan perilaku

manusia yang memelihara,

melestarikan, mencintai

lingkungannya termasuk dalam

ranah budaya. Siswa-siswi dan

pelatih yang mengikuti kegiatan

tersebut menunjukkan sikap dan

perilaku yang mencinta tanah air

khususnya mencintai kesenian

budaya Banjar.

Interaksi sosial

ekstrakurikuler kesenian musik

Panting yang terjalin antara

anggota dengan anggota, anggota

dengan pelatih dan anggota

dengan lingukungan SMA Negeri 6

Banjarmasin dinilai baik, terbukti

bahwa komunikasi dalam latihan

selalu terjalin dengan baik.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Gambaran Motivasi Siswa Dalam

Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian

Musik Panting di SMA Negeri 6

Banjarmasin

Menurut Handoko (2001: 9)

menyatakan bahwa ‘motivasi

berdasarkan fungsinya motivasi

terbagi atas: (1) motivasi internal

dan (2) motivasi eksternal. Motivasi

internal yaitu motivasi yang

berfungsi tanpa adanya

rangsangan dari luar, dalam diri

individu sudah ada suatu dorongan

untuk melakukan tindakan. Motivasi

eksternal yaitu motivasi yang

berfungsi dengan adanya faktor

dorongan dari luar individu.

Motivasi siswa terdiri dari dua

macam, yaitu motivasi internal dan

motivasi eksternal. Motivasi internal

adalah siswa berlatih dengan

sungguh-sungguh agar dapat

bermanfaat bagi diri sendiri dan

untuk orang lain serta ingin

memperdalam wawasan tentang

kebudayaan Banjar, sedangkan

motivasi eksternal meliputi selalu

bertanya dengan teman-teman dan

pelatih dalam cara memainkan alat-

alat musik Panting maupun cara

bernyanyi lagu Banjar dengan

benar, dukungan orang tua dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik Panting adalah

berupa memberikan izin,

semangat, dan mendoakan dalam

mengikuti kegiatan tersebut dan

adanya motivasi dari siswa lain

dengan cara mengajak latihan

bersama-sama dan memberikan

motivasi sesama anggota agar

latihan menjadi semangat.

b. Nilai-nilai Karakter Dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler Kesenian Musik

Panting Dengan Meningkatkan

Karakter Cinta Tanah Air Siswa di

SMA Negeri 6 Banjarmasin

Nilai-nilai yang terkandung

dalam kegiatan ekstrakurikuler

Page 12: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

12 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

kesenian musik Panting di SMA

Negeri 6 Banjarmasin meliputi

disiplin, kekeluargaan, bersahabat,

peduli sosial, kerjasama,

kerjakeras, mandiri, tanggung

jawab, rasa ingin tahu, kreatif,

nasionalisme atau mencintai

kebudayaan Banjar. Nilai-nilai yang

terdapat dalam kegiatan

ekstrakurikuler meliputi latihan

datang tepat waktu termasuk

karakter disiplin, interaksi sosial

saling mengajarkan satu sama lain

cara memainkan alat-alat musik

panting dan cara menyanyi lagu

banjar serta lagu daerah lainnya

termasuk karakter rasa ingin tahu,

kerjasama dan kekeluargaan,

menjaga sarana dan prasarana

merupakan karakter tanggung

jawab, dan siswa-siswi dan pelatih

yang mengikuti kegiatan kesenian

musik menunjukkan sikap dan

perilaku yang mencinta tanah air

khususnya mencintai kesenian

budaya Banjar. Hal tersebut

diperkuat oleh pendapat (Suroto,

2016) yang menyatakan bahwa

“pembentukan karakter peserta

didik dapat dilakukan salah satunya

adalah melalui kegiatan

ekstrakurikuler yang telah

direncanakan secara matang

(kegiatan keorganisasian) baik oleh

lembaga pendidikan maupun para

pengurus organisasi kesiswaaan

tersebut”.

Lagu-lagu Banjar dan daerah

lainnya mengajarkan tentang

keindahan alam di Kalimantan

Selatan seperti sungai, gunung,

sawah dan masih banyak lagi,

moral masyarakat, religious

masyarakat, adat istiadat

masyarakat dan kekeluargaan

masyarakat di Kalimantan Selatan.

F. Kesimpulan

1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik panting di SMA Negeri

6 Banjarmasin dinilai masih kurang

baik, terutama pada motivasi. Motivasi

dari dalam diri siswa (internal) meliputi

motivasi dalam menjaga sarana

prasarana dan membagi waktu dalam

mengerjakan PR serta mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler lain. Motivasi

menjaga sarana dan prasarana dinilai

masih kurang terutama menjaga alat-

alat musik panting yang ada di dalam

ruang musik, terbukti senar musik

panting ada yang putus serta menjaga

kebersihan ruang musik setelah

menggunakan dinilai masih kurang

peduli. Motivasi dalam membagi waktu

mengerjakan PR yang diberikan guru-

guru terlalu banyak sehingga intensitas

mereka dalam latihan kurang dan ada

siswa termotivasi dalam mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler lain selain

musik panting menyebabkan durasi

mereka dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler sedikit. Motivasi dari

lingkungan (eksternal) yaitu motivasi

dari pembina dan pelatih, motivasi dari

orangtua serta lingkungan sekolah.

Motivasi eksternal dari pelatih dinilai

sudah cukup baik, yaitu pelatih

memberikan motivasi dalam latihan

bervariasi setiap pertemuan dengan

dikolaborasikan dengan alat-alat musik

modern seperti gitar listrik, biola, dan

keyboard. Pelatih juga memberikan

motivasi berupa menasehati dan

memberikan solusi dalam latihan atau

apabila ada kendala dalam kegiatan

tersebut. Motivasi dari orang tua siswa

sebagian besar mendukung mereka

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

kesenian musik panting namun ada

siswa yang mengakui bahwa

orangtuanya tidak setuju dia mengikuti

kegiatan tersebut karena orangtuanya

tidak menyukai musik. Motivasi dari

Page 13: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

13 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

lingukungan sekolah sudah cukup

bagus terbukti sekolah menyediakan

alat-alat musik panting, pelatih

ekstrakurikuler, ruang musik untuk

latihan serta mendukung dan anggota

musik panting mengikuti lomba dan

mengisi acara kesenian.

2. Nilai-nilai karakter dalam kegiatan

ekstrakurikuler kesenian musik Panting

di SMA Negeri 6 Banjarmasin meliputi

disiplin, kekeluargaan, bersahabat,

peduli sosial, kerjasama, kerjakeras,

mandiri, tanggung jawab, rasa ingin

tahu, kreatif, nasionalisme atau

mencintai kebudayaan Banjar sesuai

dengan minat dan bakat yang dimiliki

siswa. Lagu-lagu Banjar yang

dimainkan mengandung pesan tentang

keindahan alam di Kalimantan Selatan

seperti sungai, gunung, sawah dan

masih banyak lagi, moral masyarakat,

masyarakat yang religious, adat istiadat

masyarakat dan kekeluargaan

masyarakat. Ekstrakurikuler kesenian

musik Panting merupakan upaya

membina dan mengembangkan

karakter cinta tanah air dilakukan

dengan cara melaksanakan kegiatan

yang diadakan secara rutin setiap

minggu, kosisten (pembiasaan) dan

penugasan. Interaksi sosial

ekstrakurikuler kesenian musik Panting

yang terjalin antara anggota dengan

anggota, anggota dengan pelatih dan

anggota dengan lingukungan SMA

Negeri 6 Banjarmasin dinilai baik,

terbukti bahwa komunikasi dalam

latihan selalu terjalin dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ajawaila,J.W. 2012. Pengertian Budaya Lokal dan Contoh Budaya Lokal,. (Online), (http://pengayaan.com/pengertian-budaya-lokal/ diakses pada 21 Januari 2016).

Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta.

Azhari, Bayu. 2009. Sejarah, Fungsi,

Organologi, dan Bentuk Penyajian Musik Panting Kalimantan Selatan. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni UNY Yogyakarta, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiKlsRlsbJAhWLVY4KHWvfD0oQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F19696%2F1%2FEnggar%2520Mariani%252008208249003.pdf&usg=AFQjCNGRr0bwCGHUrVKsBll4m484oUN0XQ&sig2=Y4w08Cw1x4fwW-QzDcx34Q diakses pada 5 Desember 2015).

Handoko, T. Hani. 2001, Manajemen

Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Hidayat, Rahmad. 2015. Pengertian Budaya

Lokal dan Budaya Nasional, (Online),(http://www.kitapunya.net/2015/07/pengertian-budaya-lokal-dan budaya.html diakses pada 21 Januari 2016).

Karnadi, 2010.Pengembangan Pendidikan dan

Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: BP Cipta Jaya Jakarta.

Ma’mur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Mahbubi, 2012. Pendidikan Karakter.

Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta. Mertadinata, Herdy. 2011. Pengertian

Kebudayaan Popular dan Tradisional, (Online), (http://www.proghita.com/read/2011/07/21/4913/pengertian-kebudayaan-popular-dan-tradisional.php diakses pada 5 Desember 2015).

Musiyam, M. 2013. Pengembangan Model

Pendidikan Kewarganegaraan Di SMP Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk

Page 14: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

14 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

Penguatan Karakter Dan Jati Diri Bangsa, (Online), (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5839/BAMBANG%20SUMARDJOKO%20BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y , diakses pada 5 Desember 2015).

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan:

Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional

Masyarakat Sumatera Utara : Harapan Peluang dan Tantangan. Fakultas Seni dan Bahasa Universitas Sumatera Utara Medan: Naskah secara online Publikasi, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjZn7ePtcTJAhVOC44KHS1GARgQFggnMAI&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unimed.ac.id%2Fpublic%2FUNIMED-Undergraduate diakses pada tanggal 5 Desember 2015).

Ramadhani, Yuda. 2014. Peran Instrumen

Panting Dalam Kesenian Musik Panting Kalimantan Selatan. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Sedratasik Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin : Tidak diterbitkan.

Sanjaya,W. 2006.Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudira, Made Bambang Oka. 2010. Ilmu Seni,

Teori dan Praktik. Jakarta: Inti Prima. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Supriatna, Encep. 2012. Transformasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis Religi dan Budaya untuk Menumbuhkan Karakter Siswa. Jurnal Peneltitian Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Bandung : Naskah Publikasi, (Online),

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd1&ved=0ahUKEwj0jpqOg7rKAhXMWI4KHet5BXEQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fatikanjurnal.com%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2012%2F06%2F2.encep_.upi_.jun_.12.pdf&usg=AFQjCNHtr2uMdos9Z2FzRjwUkUXpvsmlA&sig2=3T90IKem2K5Cf2WzYQvaKQ diakses pada 21 Januari 2016).

Suroto. (2016). Kepribadian pengurus

organisasi kemahasiswaan dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari kompetensi kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(Nomor 1 Mei 2016),

909–918. Retrieved from http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/728

Suroto Suroto. (2016). Dinamika kegiatan

organisasi kemahasiswaan berbasis kearifan lokal dalam upaya memperkuat karakter unggul generasi muda. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(Nomor 2 Nopember 2016), 1040–1046. Retrieved from http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/2428

Suwito, Umar. 2008. Character Building

Yogyakarta. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Untari, Aryanti Dwi. 2014. Pelaksanaan

Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Angklung Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa.Skripsi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan. Bandung : Naskah Publikasi,(Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi8_8qZtbzMAhWMI5QKHdHjCbkQFgghMAE&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2F14268%2F4%2FS_PKN_1101049_Chapter1.pdf&usg=AFQjCNzx6Q5ZPGN2AjUDUgE3q6rcy9p2Q&sig2=N--N8tptFRfJF02QRRePpg diakses pada 12 September 2015).

Page 15: PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN MUSIK

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017

15 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa

di Sma Negeri 6 Banjarmasin

Wahyu, 2009. Pokok-Pokok Materi Kuliah/Penataran Sosiologi. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tidak diterbitkan.

Yuliani, A. 2013. Pelaksanaan Kegiatan

Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar(Studi Deskriptif pada Ektrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon di SDN 3 Arjawinangun. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Illmu Pengetahuan Soslai Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwis9bqnqtDJAhVEI44KHWtJDJQQFggfMAE&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2F4073%2F2%2FS_PKN_0906934_Abstract.pdf&usg=AFQjCNH4yl28aIN8vC4DkO1rScDO25ylMg&sig2=SulcvSjg7BuyoXSfJHqisA diakses pada tanggal 7 Desember 2015).