78
LITERATURE REVIEW PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TIMBANG TERIMA PASIEN Oleh : NI KOMANG AYU JULI OPENYANI NIM: 16.321.2561 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020

PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

LITERATURE REVIEW

PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN

PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

TIMBANG TERIMA PASIEN

Oleh :

NI KOMANG AYU JULI OPENYANI

NIM: 16.321.2561

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020

Page 2: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

i

LITERATURE REVIEW

PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN

PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

TIMBANG TERIMA PASIEN

Studi Dilakukan di RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2020

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali Untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan

Oleh :

NI KOMANG AYU JULI OPENYANI

NIM: 16.321.2561

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020

Page 3: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

LITERATURE REVIEW

Nama : Ni Komang Ayu Juli Openyani

NIM : 16.321.2561

Judul : Pelaksanaan Coaching Keperawatan Dengan Penerapan

Standar Prosedur Operasional Timbang Terima Pasien

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian literature review.

Denpasar, 2 Juni 2020

Pembimbing II

M. Fairus Abadi, S.Si., M.Si

NIK.2.05.07.086

Pembimbing I

Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis

NIK:2.04.11.505

Page 4: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

iii

LEMBAR PENGESAHAN

LITERATURE REVIEW

Nama : Ni Komang Ayu Juli Openyani

NIM : 16.321.2561

Judul : Pelaksanaan Coaching Keperawatan Dengan Penerapan

Standar Prosedur Operasional Timbang Terima Pasien

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana dalam bidang Keperawatan pada tanggal 18 Juni 2020.

Nama Tanda Tangan

Penguji I(Ketua) : Ns. Ni Komang Sukraandini, S.Kep., MNS ……

Penguji II(Anggota) : Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis

……

Penguji III( Anggota) : M. Fairus Abadi, S.Si., M.Si

……

Page 5: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkatrahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Literatur review yang

berjudul “Pelaksanaan Coaching Keperawatan Dengan Penerapan Standar

Prosedur Operasional Timbang Terima Pasien”

Literatur review ini disusun dalam rangka penggantian skripsi karena

pandemic Covid-19 untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program

Studi Keperawatan Program Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira

Medika Bali.

Dalam penyusunan literature review ini, peneliti banyak mendapat

bimbingan bantuan sejak awal sampai terselesainya proposal ini, untuk itu dengan

segala hormat dan kerendahan hati, peneliti menyampaikan penghargaan dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Wira MedikaBali.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program

Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali.

3. Ns.Desak Made Ari Dwi Jayanti,S.Kep.,M.Fis selaku pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian Literature Review ini.

4. M. Fairus Abadi, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam penyelesaian Literature Reviewini.

5. Orang tua dan Keluarga tercinta dan tersayang yang telah memberikan

dukungan moral dan materil dalam penyelesaian Literature Review ini.

6. Teman-teman mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika

Bali khususnya Angkatan A10-C dan semua pihak yang penulis tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan

Literature Reivewini.

Page 6: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

v

Penulis mengharapkan kritik dan saran bersifat konstruktif dari para

pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan literatur review ini.

Denpasar, 18 Juni 2020

Penulis

(Ni Komang Ayu Juli Openyani)

Page 7: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ................................................................................................. 2

METODE PENELITI ........................................................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 5

1. Hasil review artikel ........................................................................................... 5

2. Pembahasan ....................................................................................................... 9

PEMBAHASAN .................................................................................................... 9

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 10

1. Simpulan ......................................................................................................... 10

2. Saran ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Hasil Review Artikel…………………………………………………….5

Page 9: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal Optimalisasi Pelaksanaan Timbang Terima Dalam Metode

Asuhan Keperawatan Dengan Model Tim: Pilot Study

Lampiran 2 : Jurnal Hubungan Komunikasi Sbar Dengan Pelaksanaan Timbang

Terima Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019

Lampiran 3 : Jurnal Pengetahuan Perawat Terhadap Pelaksanaan Timbang

Terima Pasien Sesuai SOP

Lampiran 4 : Jurnal Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima Dengan Kinerja

Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 Rsup Prof Dr. R. D. Kandou

Manado

Lampiran 5 : Jurnal Handover of Patients From Prehospital Emergency Services

to Emergency Departments

Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan Literature Review

Page 10: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

1

PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN

PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

TIMBANG TERIMA PASIEN

Nursing Coaching Is Implemented By Implementing

Standard Operating Procedures For Patient Handovers

Ni Komang Ayu Juli Openyani1,Ns.Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis

2,

M Fairus Abadi,S.Si., M.Si3

1mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan. STIkes Wira Medika Bali

2Staff Dosen STIkes Wira Medika bali

STIKES Wira Medika Bali

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Timbang Terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Selain laporan antar dinas, dapat

disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah

atau belum dilaksanakan.

Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk mereview literature terkait Pelaksanaan

Coaching Keperawatan Dengan Penerapan Standar Prosedur Operasional

Timbang Terima Pasien. Pencarian literatur dengan penelusuran artikel penelitian

yang sudah terpublikasi dengan populasi perawat rumah sakit.

Metode: Penelusuran dilakukan dengan menggunakan Google Scholar,dan pub

med, dengan kat kunci : timbang terima, pasien, perawat”. Hasil pencarian

diperoleh 10 artikel sesuai dengan kata kunci. Kemudian artikel yang didapatkan

di saring berdasarkan full text dan publication date 2017-2019 ditemukan 6

artikel. Dari 6 artikel ini discreening berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dan

didapatkan 5 artikel yang sesuai dengan judul penelitian, nama peneliti dan tahun

penelitian dan tahun penerbit, jurnal penerbit, tujuan penelitian, metode

penelitiannya, dan hasil penelitian.

Kesimpulan: sebagaian besar artikel yang ditemukan yaitu 3 artikel yang

menyatakan bahwa pelaksanaan coaching keparwatan dengan penerapan standar

prosedur operasional timbang terima pasien sudah dilakukan dengan baik dan 2

artikel menyatakan bahwa pelaksanaan coaching keparwatan dengan penerapan

standar prosedur operasional timbang terima pasien belum dilakukan dengan baik.

Hasil: hasil review artikel menunjukan bahwa pelaksanaan coaching keperawatan

berpengaruh terhadap penerapan standar prosedur operasional timbang terima

pasien sesuai SPO di Rumah Sakit.

Kata Kunci : Timbang Terima, Pasien, Perawat.

Page 11: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

2

ABSTRACT

Handover is a way of conveying and receiving something (report) related to the

client's situation. In addition to inter-agency reports, information can also be

submitted relating to planned activities that have or have not been implemented.

Objective: The purpose of this research is to review the literature related to

Nursing Coaching Is Implemented By Implementing Standard Operating

Procedures for Patient Handovers. Literature search by searching research

articles that have been published with the hospital nurse population.

Objective: Searches were carried out using Google Scholar, and Pub med, with

keywords: handovers, patients, nurses. The search results obtained 10 articles

according to keywords. Then the articles obtained were filtered based on the full

text and publication date 2017-2019 found 6 articles. From these 6 articles were

screened based on inclusion and exclusion criteria and obtained 5 articles that

match the research title, the name of the researcher and the year of the study and

the year of the publisher, the journal of the publisher, the purpose of the research,

the research method, and the results of the study.

Conclusion: most of the articles found were 3 articles which stated that the

implementation of patient coaching with the implementation of standard

procedures for patient handover received was done well and 2 articles stated that

the implementation of coaching for patients with the application of standard

operating procedures for handover received patients had not been done well.

Resuts: the results of the article review indicate that the implementation of

nursing coaching has an effect on the application of the standard operating

procedures for patient handovers according to SPO in the Hospital.

Keyword : handover, patient, nurses

Page 12: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

3

PENDAHULUAN

Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk

memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift,

sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien,

tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas untuk

meningkatkan pelayanan perlu di pakai oleh perawat. Bila timbang trima tidak

dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan

yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar

pemberian tindakan keperawatan.

Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu variabel untuk

mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak

terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam. 2011). Keselamatan pasien merupakan

prioritas, isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien

merupakan penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak

diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan.

Keselamatan pasien merupakanprinsip dasar dari pelayanan kesehatan

yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam

menerima pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO)

Collaborating Center for Patient Safety Solutions bekerjasama dengan Joint

Commision International (JCI) pada tahun 2005 telah memasukan masalah

keselamatan pasien dengan menerbitkan enam program kegiatan keselamatan

pasien dan sembilan panduan/solusi keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun

2007 (WHO, 2007).

Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan

laporan yang dilakukan di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian

Tidak Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan 6,6% diantaranya meninggal, sedangkan

di rumah sakit yang ada di New York ditemukan 3,7% kejadian KTD dan 13,6%

diantaranya meninggal. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di

seluruh Amerika Serikat yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000

sampai 98.000 dilaporkan meninggal setiap tahunnya dan kesalahan medis

menempati urutan kedelapan penyebab kematian di Amerika Serikat. Publikasi

oleh WHO pada tahun 2004, juga menemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%

pada rumah sakit diberbagai negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan

Australia (Depkes RI, 2006).

Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi

keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik

dalam keselamatan pasien. Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang

kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif.

Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang

tak terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang

dijalankan pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis,

penundaan ruang darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat

mereka melaporkan perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak

Page 13: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

4

sebelum suatu situasi menjadi krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk

pencegahan, dokumentasi tak memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin

keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan

melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan

ilmu kesehatan. Kerja sama antarpetugas kesehatan sangat menentukan efektivitas

dan efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai

institusi pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan

seharusnya menunjuk pada penampilan dari pelayanan kesehatan. Keselamatan

pasien merupakan upaya yang harus diutamakan dalam penyediaan pelayanan

kesehatan. Pasien harus memperoleh jaminan keselamatan selama mendapatkan

perawatan atau pelayanan di lembaga pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari

berbagai kesalahan tindakan medis (medical error) maupun kejadian yang tidak

diharapkan (Koentjoro, 2007). mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(comission) (Kemenkes, 2011).

Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan

masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Namun tidak jarang kita menemukan

keluhan berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan yang muaranya berasal

dari kinerja perawat. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk

Wilayah Asia Tenggara pada tahun 2010 menunjukan bahwa sekitar 35%

pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas terhadap pelayanan yang

diberikan dan sekitar 55% menyatakan tidak puas (Khamidah, 2015).

Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peranan sangat

penting dalam proses pengobatan pasien. RS perlu meningkatkan mutu pelayanan

untuk memberikan kepercayaan masyarakat diantaranya melalui program

keselamatan pasien dimana World Health Organization (WHO) telah dimulai

pada tahun 2004. Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(GKPRS) dicanangkan Mentri Kesehatan Republik Indonesia pada 21 agustus

2005. Setiap RS membentuk tim keselamatan pasien RS. Gerakan Keselamatan

Pasien RS adalah suatu sistem untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidakn

pekerjaan. Salah satu tugas yang menuntut sikap profesionalismenya seorang

perawat perawat adalah bagaimana membangun komunikasi antar perawat dalam

meingkatkan kualitas asuhan pada pasien melalui timbang terima (Rifiani, 2013).

Timbang terima pasien merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.

Hasil ini akan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan yang

seharusnya diambil (Wijaya, dkk, 2014), cara yang digunakan untuk mengatasi

pengetahuan perawat dengan coaching, (rushton, 2010).

Page 14: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

5

Coaching keperawatan merupakan sarana yang direncanakan untuk

memperbaiki kinerja dan prilaku perawat, baik secara formal maupun informal.

Melalui bimbingan diharapkan adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan dan

prilaku perawat yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam

perkembangan IPTEK keperawatan saat ini (WHO, 2003) dalam Lestari, 2014).

Coaching keperawatan adalah proses bantuan yang dilakukan ketika perawat

mengalami masalah kinerja yang disebabkan oleh keterbatasan pemahaman

terhadap tugasnya. Proses sederhana coaching keperawatan adalah dengan kepala

ruangan yang mendengarkan dan menentukan apakah yang dikerjakan perawat

sudah benar, atau masih salah, kemudian memberikan sebuah umpan balik dan

memperhatikan bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan (Murtie, 2012).

Coaching keperawatan adalah suatu proses pembelajaran yang

memberikan kesempatan seluas-luasnya pada peserta baik perorangan atau

kelompok untuk memecahkan permasalahannya sendiri dan didampingi oleh

fasilitator. Bimbingan melibatkan peserta dan fasilitator dalam dialog satu dan

mengikuti suatu proses yang tersusun diarahkan pada tanggung jawab memelihara

kemajuan dan kinerja yang baik serta hubungan kerja positif anatar fasilitator dan

staf (Depkes RI, 2008).

Tujuan

Tujuan dari literature review ini yaitu untuk mereview literature terkait

pelaksanaan coaching keperawatan dengan penerapan standar prosedur

operasional timbang terima pasien.

METODE PENCARIAN LITERATUR

Metode yang digunakan dalam literature review ini menggunakan metode

review dari hasil penelitian yang dipublikasikan mulai dari tahun 2017-2019,

dengan kriteria inklusi yaitu semua penelitian yang di review berupa penelitian

yang berkaitan dengan pelaksanaan timbang terima.

Pencarian literatur dengan penelusuran artikel penelitian yang

sudah terpublikasi dengan populasi perawat rumah sakit. Penelusuran dilakukan

dengan menggunakan Google Scholar,dan pub med, dengan kat kunci : timbang

terima, pasien, perawat”. Hasil pencarian diperoleh 10 artikel sesuai dengan kata

kunci. Kemudian artikel yang didapatkan di saring berdasarkan full text dan

publication date 2017-2019 ditemukan 6 artikel. Dari 6 artikel ini discreening

berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dan didapatkan 5 artikel. Berikutnya

dilakukan analisis critical appraisal sesuai dengan pendekatan design penelitian

artikel yang diperoleh Sehingga didapatkan hasil 5 artikel yang di analisis melalui

ekstraksi data. Ekstraksi data penelitian dibuat dari hasil masing-masing artikel

penelitian yang diambil intisarinya meliputi judul penelitian, nama peneliti dan

tahun penelitian dan tahun penerbit, jurnal penerbit, tujuan penelitian, metode

penelitiannya, dan hasil penelitian. Semua item tersebut dimasukan dalam tabel

ekstraksi data.

Page 15: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

6

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Artikel Review

Peneliti Judul Tujuan Karakteristik Sampel Metodelogi

Penelitian

Hasil

Dwi

Novrianto

(2017)

Optimalisasi Pelaksanaan

Timbang Terima Dalam

Metode Asuhan Keperawatan

Dengan Model Tim: Pilot

Study.

Universitas Indonesia, Depok

Jawa Barat

Jurnal Kesehatan Holistik

(The Journal Of Holistic

Healthcare)

Volume 11.1, januari 2017

:1-4

Mengetahui Optimalisasi

Pelaksanaan Timbang Terima

Dalam Metode Asuhan

Keperawatan Dengan Model

Tim: Pilot Study.

Melibatkan 14 responden

Cara pengambilan sampel

dengan purposive sampling

dengan memilih perawat

dengan kualifikasi kepala

ruangan dan ketua tim serta 4

ruang rawat untuk

pengimplementasian standar

prosedur operasional.

Pilot study Meningkatnya pemahaman

kepala ruangan dan kepala tim

mengenai pelaksanaan metode

asuhan keperawatan model tim

dilihat dari nilai rata-rata

sebelum kegiatan 66,04 dan

setelah kegiatan menjadi 85,8.

Dalam pelaksana timbang

terima antar sift kecenderungan

pelaksana sudah sesuai dengan

langkah-langkah dalam SPO,

hambatan dalam pelaksanaan

disebabkan oleh manajement

waktu dalam pelaksanaan serta

mengubah pola timbang terima

antar sift diruang rawat.

Pelaksanaan pendokumentasian

catatan perkembangan pasien

terintegrasi belum optimal pada

saat menulis assessment dan

planning yang akan dikerjakan,

hal tersebut karena belum

adanya keseragaman pada

panduan dalam penulisan

SOAP.

Page 16: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

7

Dewi

kusuma

ningsih

(2019)

Hubungan Komunikasi

SBAR Dengan Pelaksanaan

Timbang Terima Perawat

Diruang Rawat Inap RSUD

Dr.A.Dadi Tjokrodipo

Bandar Lampung Tahun

2019.

Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati.

Indonesia Jurnal Of Health

Development Vol.1 No.2,

September 2019

Mengetahui Komunikasi Sbar

Dengan Pelaksanaan Timbang

Terima Perawat Diruang

Rawat Inap RSUD Dr.A.Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung

Tahun 2019.

Seluruh perawat di ruang

rawat inap yaitu sebanyak 50

orang perawat.

Cross

Sectional

Hasil analisis data

menggunakan uji chi square

didapat nilai p-value =0,008

(<0,05) yang artinya ada

hubungan komunikasi SBAR

dengan pelaksanaan timbang

teriima perawat diruang rawat

inap RSUD Dr.A. Dadi

Tjokrodipo Bandar lampung

tahun 2019.dengan nilai or=

6,120

Febrina et

al.,

(2018)

Pengetahuan Perawat

Terhadap Pelaksanaan

Timbang

Terima Pasien Sesuai SOP.

STIKes fort bukitinggi.

REAL in Nursing Journal

(RNJ), Vol. 1, No. 2

Febrina, W; Yenni &

Ramadhani, S (2018). RNJ.

1(2): 60-66

Mengetahui Pengetahuan

Perawat Terhadap

Pelaksanaan Timbang

Terima Pasien Sesuai SOP.

Populasi yang digunakan

adalah perawat yang

berjumlah 101 orang dengan

sampel 101 orang.

Cross

sectional

Hasil uji statistic menunjukan

tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan

perawat dengan pelaksanaan

timbang terima pasien

(p=0,094).

Engryne

Nindi

(2017)

Hubungan Pelaksanaan

Timbang Terima Dengan

Kinerja Perawat Pelaksana

Dalam Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan Di

Instalasi Rawat Inap Anggrek

2 RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou Manado.

Universitas pembangunan

Indonesia.

Journal Of Community &

Emergency, Volume 5 Nomor

3 Desember 2017

ISSN. 2337-7356

Mengetahui Hubungan

Pelaksanaan Timbang Terima

Dengan Kinerja Perawat

Pelaksana Dalam

Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Di Instalasi

Rawat Inap Anggrek 2 RSUP

Prof Dr. R. D. Kandou

Manado.

Populasi dari

penelitian ini adalah Perawat

di Instalasi Rawat Inap

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou

Manado, dengan sampel 32

orang.

Deskritif

Analitk.

Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa terdapat hubungan

motivasi kerja perawat dengan

pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Rawat

Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado,

sehingga dapat dikatakan

bahwa motivasi kerja yang

tinggi akan meningkatkan

pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Page 17: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

8

Sajuan-

Quiles et al.,

(2019)

Handover Of Patients From

Prehospital Emergency

Service To Emergrncy

Departements A Qualitative

Analisysis Based On

Experiences Of Nurses.

University of Alicante

(spanyol).

Journal Of Nursing Care

Quality:April/June 2019-

Volume 34-Issue 2-P 169-174

Mengetahui Serah terima

pasien dari layanan darurat pra

rumah sakit ke departemen

darurat sebuah analisis

kualitatif berdasarkan

pengalaman perawat.

Sampel penelitian awal terdiri

dari 30 profesional

keperawatan dari provinsi

Alicante (Spanyol). Perekrutan

dilakukan melalui

nonprobabilistic disengaja

sampling, yang termasuk

perawat yang bekerja di

PEMS dan ED yang

memenuhi kriteria inklusi

berikut: saat ini dipekerjakan

dan memiliki setidaknya 2

tahun pengalaman di bidang

spesialis ini. Akhirnya, 12

perawat memenuhi kriteria

inklusi dan berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Cross Sectional Penelitian ini menunjukan

perlunya standarisasi proses

transfer pasien antara PEMS

dan profesional, untuk

meningkatkan komunikasi,

menghindari kehilangan data

dan efek samping, serta

meningkatkan keamanan klinis.

Informasi penting yang perlu

dimasukan dalam transfer

pasien adalah alasan untuk

rujukan, riwayat masa lalu

termasuk informasi yang

relevan dengan kasus ini, alergi

obat, dan prosedur yang

dilakukan dengan penekanan

pada pemberian obat dan

respons terhadap pengobatan.

Page 18: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

9

PEMBAHASAN

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima

merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas Selain

laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan

rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. Nursalam (2011).

Faktor-faktor dalam timbang terima adalah komunikasi yang objektif antar

sesama petugas kesehatan, pemahaman dalam penggunaan terminologi

keperawatan, kemampuan menginterpretasi medical record, kemampuan

mengobservasi dalam menganalisa pasien, dan pemahaman tentang prosedur

klinik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dan Roifah (2005)

mengatakan bahwa timbang terima terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

bahwa di ruang rawat inap belum ada standar prosedur oprasional timbang terima.

Standar prosedur oprasional timbang terima seharusnya dimiliki tiap ruangan

rawat inap sehingga dapat menjadi acuan atau tolak ukur dalam pelaksanaan

pengawasan terhadap pelaksanaan timbang terima sehingga pengawasnya bisa

dilakukan dengan baik dan maksimal (lailiyyawati (2013).

Berdasarkan Hasil review jurnal Dwi Novrianto (2017) Meningkatnya

pemahaman kepala ruangan dan kepala tim mengenai pelaksanaan metode asuhan

keperawatan model tim dilihat dari nilai rata-rata sebelum kegiatan 66,04 dan

setelah kegiatan menjadi 85,8. Dalam pelaksana timbang terima antar sift

kecenderungan pelaksana sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam SPO,

hambatan dalam pelaksanaan disebabkan oleh manajement waktu dalam

pelaksanaan serta mengubah pola timbang terima antar sift diruang rawat.

Pelaksanaan pendokumentasian catatan perkembangan pasien terintegrasi belum

optimal pada saat menulis assessment dan planning yang akan dikerjakan, hal

tersebut karena belum adanya keseragaman pada panduan dalam penulisan SOAP.

Penelitian Dewi kusuma ingsih didapatkan Hasil analisis data

menggunakan uji chi square didapat nilai p-value =0,008 (<0,05) yang artinya ada

hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang teriima perawat

diruang rawat inap RSUD Dr.A. Dadi Tjokrodipo Bandar lampung tahun

2019.dengan nilai or= 6,120

Menurut Engryne Nindi (2017), Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

terdapat hubungan motivasi kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi kerja yang tinggi akan

meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hasil penelitian Sajuan-Quiles et al.,(2019), menunjukan perlunya

standarisasi proses transfer pasien antara PEMS dan profesional untuk

meningkatkan komunikasi, menghindari kehilangan data dan efek samping, dan

demikian meningkatkan keamanan klinis. Informasi penting yang perlu

dimasukan dalam transfer pasien adalah alasan untuk rujukan, riwayat masa lalu

termasuk informasi yanga relevan dengan kasus ini, alergi obat, dan prosedur

yang dilakukan dengan penekanan pada pemberian obat dan responsterhadap

pengobatan.berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa pelaksaan coaching

dapat mempengaruhin penerapan standar prosedur operasioal timbng terima

Page 19: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

10

pasien. Dimana coaching merupakan sarana yang direncanakan untuk

memperbaiki kinerja dan prilaku perawat, baik secara formal maupun informal.

Melalui bimbingan diharapkan adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan dan

prilaku perawat yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam

perkembangan IPTEK keperawatan saat ini (Lestari, 2014). Coaching

keperawatan adalah proses bantuan yang dilakukan ketika perawat mengalami

masalah kinerja yang disebabkan oleh keterbatasan pemahaman terhadap

tugasnya. Proses sederhana coaching keperawatan adalah dengan kepala ruangan

yang mendengarkan dan menentukan apakah yang dikerjakan perawat sudah

benar, atau masih salah, kemudian memberikan sebuah umpan balik dan

memperhatikan bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan (Murtie, 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Berdasarkan dari pejelasan jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien dalam

kategori baik. Hal ini didukung dengan factor-fakktor yang mendukung

plaksanaan coaching keperawatan dengan penerapan standar prosedur operasional

timbang terima pasien.

SARAN

Saran yang ditunjukan sebagai berikut:

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menerapkan pelaksanaan

coaching keperawatan dengan standar prosedur operasional timbang terima

pasien.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat memerhatikan juga

tempat di mana penelitian, kemungkian perbedaan tempat penelitian maka akan

berbeda juga manajemennya.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. suhardjo B. 2012. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam

Praktek Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

Departemen kesehatan RI. 2013 materipelatihan bimbingan (coaching). pusdiklat

SDM kesehatan bekerjasama dengan dit. Bina pelayanan keperawatan.

Depkes RI & KKP-RS. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (Patient Safety). Jakarta: Bakti Husada.

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

Hughes, R.G. 2008. Patient Sapety And Quality: An Evidence Based Handbook

Nurses, Agency For Healthcare Research And Quality. Gaiter Road

Rockville, MD 20850

Kemenkes RI. Standar Akreditas Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jendral

Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Republic Indonesia

Dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Jakarta

Page 20: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

11

Mutie, A. 2012. Menciptakan Sdm (Sumber Daya Manusia) Yang Handal Dengan

Training, Coaching & Motivation, Jakarta Timur: Laskar Aksara

Nursalam. 2011. Manajement keperawatan: aplikasi dalam praktek keperawatan

propesional. Edisi 3. Jakarta: salemba medika

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Rushton. H C. 2010. Etics Of Nursing Shift Repor. AACN: Advance Critical

Care:Ethics In Critical Care, 21(4) : 380-384.

Scovell,S. 2010. Role of the nurse-to- nurse handover in patient care diakses pada

tanggal 12 april 2016.

WHO. 2004. World alliance for patient safety, format program. Januari 03,

2010.http://www.who.int 2013. World alliance for patient safety Dunia,

format program. Januari 03, 2010.http://www.who.int

Nopriyanto, Dwi dan, Rr. Tutik Sri Hariyati. 2017.“Optimalisasi Pelaksanaan

Timbang Terima Dalam Metode Asuhan Keperawatan Dengan

Model Tim: Pilot Study”.

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/118/63,

diakses pada 25 April 2020 pukul 09.30

Kusumaningsih, Dewi dan Reva Monica. 2019.“Hubungan Komunikasi Sbar

Dengan Pelaksanaan Timbang Terima Perawat Di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019”.

https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/download/13/17, diakses

pada 20 April 2020 pukul 17.00

Febrina, Wiwit, Yenni dan Stevani Ramadhani. 2018. “Pengetahuan Perawat

Terhadap Pelaksanaan Timbang Terima Terima Pasien Sesuai SOP”.

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/265/98, diakses pada

20 April 2020 pukul 10.00

Nindi, Engryne, Frida Mendur, dan Deiby Lisye Marentek. 2017. “Hubungan

Pelaksanaan Timbang Terima Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Anggrek

2 RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado”.

https://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view/166, diakses pada

22 April 2020 pukul 10.00

Sanjuan-Quiles, Ángela PhD, RN; Hernández-Ramón, María del Pilar MSc;

Juliá-Sanchis, Rocío PhD, RN; García-Aracil, Noelia PhD, RN; Castejón-

de la Encina, Mª Elena PhD, RN; Perpiñá-Galvañ, Juana PhD. 2019.

“Handover of Patients FromPrehospital Emergency Services to Emergency

Departments A Qualitative Analysis Based on Experiences of Nurses”.

https://journals.lww.com/jncqjournal/FullText/2019/04000/Handover_of_

Patients_From_Prehospital_Emergency.14.aspx, diakses pada 23 April

2020 pukul 14.00

Page 21: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …
Page 22: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

LAMPIRAN

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DALAM

METODE ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL TIM:

PILOT STUDY

Dwi Nopriyanto¹ Rr.Tutik

Sri Hariyati²

¹Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Kekhususan

Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat

²Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat

Email :

[email protected]

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan profesional menuntut adanya profesionalisme perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam peningkatan mutu pelayanan.Tujuan optimalisasi pelaksanaan metode penugasan model tim yaitu untuk menyiapkan perangkat yang dibutuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan kuwalitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Desain yang digunakan adalah pilot study dengan melibatkan 14 responden Cara pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan memilih perawat dengan kualifikasi kepala ruangan dan ketua tim serta 4 ruang rawat untuk pengimplementasian standar prosedur operasional. Pemecahan masalah di RS X dengan menggunakan siklus plan do check and action (PDCA), melalui program pembuatan buku panduan metode tim, SPO timbang terima menggunakan komunikasi S-BAR dan catatan perkembangan pasien terintegrasi, sosialisasi, diskusi serta role play.

Hasil: Meningkatnya pemahaman kepala ruangan dan ketua tim mengenai pelaksanaan metode asuhan keperawatan model tim terlihat dari nilai rerata sebelum kegiatan 66,04 dan setelah kegiatan menjadi 85,8. Dalam pelaksanaan timbang terima antar shift kecenderungan pelaksanaan sudah sesuai dengan langkah- langkah dalam SPO, hambatan dalam pelaksanaan disebabkan oleh manejemen waktu dalam pelaksanaan

serta mengubah pola timbang terima antar shift diruang rawat. Pelaksanaan pendokumentasia catatan perkembangan pasien terintegrasi belum optimal pada saat menulis assesment dan planning yang akan dikerjakan, hal tersebut karena belum adanya keseragaman dan panduan dalam penulisan SOAP.

Rekomendasi: Dibuat suatu kebijakan oleh direktur untuk penetapkan buku panduan yang telah dirancang. Bidang keperawatan beserta kepala ruangan hendaknya menjalankan fungsi pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan timbang terima antar shift di ruang rawat serta melakukan bimbingan dan pengontrolan secara intensif dalam

Page 23: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

penulisan catatan perkembangan pasien dengan menitik beratkan pada penulisan SOAP, sehingga pelaksanaan akan berjalan dengan optimal.

Kata Kunci: metode penugasan, peningkatan pengetahuan, optimalisasi pelaksanaan

ABSTRACT

Professional nursing services demanded professionalism of nurses in providing nursing care

in improving quality of care. The purpose of optimization implementation team models the

assignment method is to set up the necessary efforts to improve kuwalitas in performing

nursing care. The design was a pilot study involving 14 respondents. How sampling with

purposive sampling by select qualified nurse with the head of the room and the team leader

and four wards for the implementation of standard operating procedures. Troubleshooting in

RS X by using the cycle plan do check and action (PDCA), through a program with a handy

guide a team method, SPO weigh receive using S-BAR communication and integrated patient

progress notes, socializing, discussion and role play.

Results: Increased understanding of head room and team leaders on the implementation of the

methods of nursing care team models look of a mean value of 66.04 before the event and

after the intervention to 85.8. In the implementation handover between shift tendency

implementation is in accordance with the steps in the SPO, caused by obstacles in the

implementation of the management of time in implementation and change the handover

between shift in wards receive care. Decumentation implementation of integrated patient

progress notes have not been optimal at the time of writing assessment and planning to be

done, it is because of the lack of uniformity and guidance in the writing of SOAP

Recommendation: Created a policy by the director to set the guide books that have been

designed. The field of nursing along with its head room should exercise direction and

control functions in the implementation of handover between shifts in the wards and

conduct intensive guidance and control in the writing of patient progress notes by focusing on

writing SOAP, so the implementation will run optimally.

Keywords: assignment method, increased knowledge, optimization of implementation

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang komprehensif menuntut adanya profesionalisme perawat dalam

pemberian asuhan keperawatan dalam upayanya meningkatkan mutu pelayanan di rumah

sakit, seorang manajemen harus fokus pada kualitas hubungan kerja sebagai

langkah pertama mempertahankan perawat yang terampil, serta menanamkan terkait dengan

memastikan hubungan kerja yang efektif (Brunetto et al., 2013).

Page 24: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmianingsih (2012) menyimpulkan bahwa penugasan

yang baik menyebabkan perawat pelaksana merasa puas terahadap pekerjaan (50,9%),

berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR=1.12 (CT 0.44-2.89), artinya perawat dengan

penugasan yang baik mempunyai peluang 1.12 kali merasa puas terhadap pekerjaanya

dibanding dengan penugasan kurang baik. Kalisch, Lee, & Rochman, (2010) menunjukan

bahwa penugasan sistem perawatan tim dalam unit pelayanan perawatan akut untuk

kepuasan kerja perawat akan menjadi lebih tinggi dan lebih adekuat ketika diberi nilai

kerjasama tim dibandingkan posisi pekerjaan pada saat ini.

Keutungan dibuat pelaksanaan perawatan dengan metode berbasis tim memungkinkan

perawat berbagi pengalaman dan keterampilan untuk memberikan perawatan yang lebih

aman sebagai pengalaman langsung oleh perawat yang lebih berpengalaman (Ferguson &

Cioffi, 2011). Kalisch & Lee, (2010)memberikan bukti bahwa kerja sama tim penting untuk

penyediaan perawatan yang berkualitas dan aman untuk perawatan pasien yang bervariasi

dari waktu ke waktu. Komunikasi yang efektif dan kerja sama tim telah diidentifikasikan

sebagai kunci pendukung dari keselamatan pasien. Proses komunikasi S-BAR terbukti

telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk

meningkatakan komunikasi yang penting, terutama antara dokter dan perawat, namun masih

sedikit yang diketahui dari efektifitas dalam pengaturan tentang hal yang lain(Velji et

al.,2008).

Komunikasi timbang terima antar shift diantara perawat terkadang tidak memberikan

informasi yang penting, atau informasi yang diberikan kurang tepat, tidak mampu difahami

sehingga terjadi kesenjangan dalam komunikasi yang dapat menyebabkan salah penafsiran

atau kesalahpahaman. Perlu pendekatan untuk memudahkan sistematika serah terima, hal ini

ditujukan untuk memperbaiki pola timbang terima pasien termasuk penggunaan protocol

dalam mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi

para perawat untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan- pertanyaan pada saat timbang

terimadan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses timbang terima (World Health

Organization (WHO),2007).

Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang baru berdiri pada

tahun 2014. Salah satu misi rumah sakit adalah meningkatkan kepuasan pelanggan dengan

cara memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Hal ini mendasari pentingnya suatu

metode penugasan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif, terutama dalam

mengoptimalkan timbang terima antar shift dalam metode asuhan keperawatan model

tim.Studi pendahuluan, RS X belum memiliki buku panduan motode penugasan model tim,

SPOtimbang terima antar shift dan catatan perkembangan pasien terintegrasi. Sekitar 31%

kepala ruangan jarang mensosialisasikan uraian tugas kepada ketua tim dan perawat

pelaksana, sedangkan 29% tidak pernah mensosialisasikannya. Data lain juga menunjukan

sekitar 34% ketua tim jarang melaksanakan confrence. Persepsi tersebut juga dipengaruhi

oleh dimana dibeberapa ruang rawat dalam melakukan timbang terima belum sesuai kaidah

yang berlaku.Hal tersebut dapat berpotensi menjadi kesalahan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan. Tujuan optimalisasi pelaksanaan metode asuhan keperawatan model

timterutama dalam pelaksanaan timbang terima antar shiftyaituuntuk menyiapkan perangkat

Page 25: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, baik secara teknis maupun kebijakan, serta

meningkatkan mutu dari kuwalitas asuhan keperawatanyang diberikan kepada pasien.

METODOLOGI

Metodologi yang dilakukan menggunakan agen pembaharuan berdasarkan pendekatan pilot

study di 4 ruang rawat. Pada fase awal dilakukan identifikasi masalah dengan menggunakan

teknik wawancara, observasi dan menggunakan kuesioner.Kuesioner dibagikan kepada 35

perawat sebagai responden yang tersebar di enam ruang rawat dengan menjawab 28

pertannyaan.Masalah yang di dapatkan dianalisa dengan menggunakan diagram fish bone.

Pemecahan masalah dengan menggunakan plan, do, chek dan actio (PDCA) dengan

melibatkan perawat sebanyak 14 orang yang terdiri dari kepala ruangan dan ketua tim, cara

pengambilan sampel dengan purposive sampling.

Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan membuat buku panduan metode asuhan

keperawatan model tim, SPO timbang

terima dan SPO catatan perkembangan pasien terintegrasi serta role play.Buku panduan

dan SPO disosialisasikan serta dilakukan dan melakukan evaluasi kegiatan di ruang rawat.

Hal yang dievaluasi yaitu tingkat pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim serta

melakukan evaluasi pelaksanaan timbang terima dan pendokumentasian catatan

perkembangan pasien terintegrasi. Evaluasi dilakukan analisis deskriftif untuk melihat gap

yang terjadi pada saat pelaksanaan.

HASIL

Metode penugasan yang dilaksanakan terlihat belum optimal dalam pelaksanaan metode

asuhan keperawata dengan menggunakan model tim terutama dalam pelaksanaan timbang

teriman antar shift, berdasarkan masalah tersebut sumber penyebab belum optimalnya

pelakasanaan digambarkan dalam diagram fish bone dibawah ini

Diagram 1 Diagram fish bone penyebab belum optimalnya pelaksanaan model

asuhan keperawatan model tim di RS X Nopember 2016

Diagram 1 menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya

pelaksanaan metode

Page 26: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Penugasan model tim terutam dalam pelaksanaan timbang terima serta pendokumentasian

catatan perkembangna pasien terintegrasi model tim di ruang rawat. Faktor manusia

terdapat kurannya pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim terhadap metode

penugasan model tim sehingga kepala ruangan dan ketua tim kurang memahami tentang

peran dan fungsinya dalam pelaksanaan sebagai kepala ruangan dan ketua tim

Faktor material tampak belum adanya buku panduan metode penugasan model tim,

belum adanya SPO terkait timbang terima dan pendokumentasian CPPT. Hal ini membuat

kepala ruangan dan ketua tim kurang maksimal dalam penerapan metode asuhan keperawatan

model tim tersebut di ruang rawat, terutama dalam melaksanakan timbang terima antar shift

dan memonitoring pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Sedangkan

untuk faktor mechine atau alat adalah umpan balik yang digunakan untuk melihat sejauh

mana keefektifat model tim ini dilaksanakan di RS X, termasuk didalamnya tentang

pelaksanaan timbang terima antar shift dan monitoring pendokumentasian CPPT belum

dilakukan oleh bidang keperawatan dan kepala ruangan sebagai manejer middle dan

manejer lini.

Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan Plan, Do Chek and

Action (PDCA). Tahap perencanaan dibuat dalam bentuk Plan of Action (POA). Kegiatan

yang dilakukan antara lain brain storming dengan kepala ruangan dan ketua tim dan

bidang keperawatan Kegiatan selanjutnya yaitu menyusun buku panduan dan SPO

timbang terima dan catatan perkembangan pasien terintegrasidi ruang rawat. Tahapan

pelaksanaan dilakukan dengan penyegaran dan diskusi untuk meningkatkan pengetahuan

kepala ruangan dan ketua tim, melakukan sosialisasi SPO yang telah dibuat serta melakukan

role play pelaksanaan timbang terima atar shift. Tahap evaluasi dilakukan denga cara, yaitu

melihat hasil kegiatan penyegaran dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan

pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan

menggunakan model tim. Hasil yang didapatkan sebelum dan sesudah penyegaran dapat

dilihat dalam diagram sebagai berikut :

Diagram 2Tingkat pengetahuan mengenai metode asuhan keperawatan model

tim kepala ruangan dan ketua tim RS X sebelum dan sesudah dilakukan

penyegaran Nopember 2016 (n=14)

Page 27: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Diagram 2 menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim sebelum

dilakukan implementasi dengan penyegaran ada pada nilai 53,4 s/d 80,4 dengan rerata nilai

66,04. Hal tersebut mengidikasikan bahwa pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim

belum baik dalam pemahaman mengenaik pelaksanaan metode asuhan keperawatan

dengan model. Nilai setelah dilakukan penyegaran terdapat peningkatan nilaidimana

rentang nilai berkisar antara 67 s/d 100, dengan rerata nilai 85,5. Secara kognitif

terjadipeningkatkan pengetahuan kepala ruangan dan ketua tim tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan menggunakan model tim. Peningkatan pengetahuan diharapkan mampu

meningkatkan pemahaman dari kepala ruangan dan ketua tim dalam melakukan asuhan

keperawatan dengan menggunakan penugasan model tim di ruang rawat.

Observasi penerapan SPO timbang terima antar shift dilaksanakan di 4 ruang rawat

dengan melihat langkah-langkah pada saat timbang terima antar Shift dengan menggunakan

komunikasi S-BAR dimana dalam pelaksanaan dengan penugasan model tim diawali dengan

dengan confrence di ners station oleh karu, katim dan perawat pelaksana dengan

menggunakan komunikasi S-BAR, dilanjutkan dengan melakukan bed side ke ruang rawat

mengkonfirmasi dari imformasi yang di sampaikan di ners station.

Kemudian kembali ke ners station dengan menyimpulkan dan di tutup oleh karu. Hasil dari

observasi dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 3 hasil observasi timbang terima/handover antar shift dengan

menggunakan komunikasi S-BAR di RS X, Nopember 2016 (n=4)

Diagram

3 menjelaskan bahwa nilai observasi tertinggi pelaksanaan timbang terima antar shift berkisar

antara 72,7 s/d 81,8 dengan nilai rerata 74,97. Secara keseluruhan pelaksanaan

kencenderungan sesuai dengan langkah-langkah dalam SPO. Tahapan pelaksanaan belum

optimal dilakukan dikarenakan manajemen waktu pelaksanaan, serta merubah pola yang

biasa dilaksananakan saat timbang terima merupakan hambatan yang didapat dalam rangka

pelaksanaan timbang terima dengan komunikasi S-BAR.

Sosialisasi SPO pendokumentasiancatatan perkembangan pasien terintegrasi, menitik

beratakan pada isi pada penulisa SOAP yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat. Hasil

observasi penerapan SPO dalam pelaksanan pencatatan perkembang pasien terintegrasi

merupa tolak ukur hasil dari pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat diruang rawat

Page 28: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

RS X. Hasil observasi dilakukan penulis dari beberapa dokumen catatan perkembangan

pasien terintegrasi dengan menggunakan format SOAP didapatkan nilai hasil observasi.

Diagram 4 hasil observasi catatan perkembangan pasien terintegrasi di RS X

Nopember 2016 (n=15)

Diagram 4 menjelaskan hasil observasi pendokumentasian catatan perkembangan pasien

terintegrasi memiliki nilai berkisar antara 62,5 s/d 87,5 dengan nilai rerata76,7.Belum

optimalnya pendokumentasian karena kurangnya pemahaman perawat dalam melakukan

penulisan, adapun kesulitan yang didapatkan adalah belum adanya keseragaman dari isi

kaidah penulisan sehingga perawat kesulitan memahami apa yang semestinya ditulis dalam

format SOAP tersebut terutama dalam menuliskan dalam format assesment dan planning.

PEMBAHASAN

Peningkatkan pengetahuan dari penyegaran metode asuhan keperawatan model tim akan

mempengaruhi cara pandang, sikap seorang perawat dalam bekerja terutama bagi

kepala ruangan dan ketua tim dalam melakukan manejerial di ruang rawat. Gagnon et al,

(2015) mengatakan bahwa pembelajaran pengenalan organisasi dipandang sebagai pilihan

yang menjanjikan untuk lebih baik dalam manejemen pengetahuan dan Pengembangan

keprofesian berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan. Hal senada dijelaskan oleh Bridges,

Sherwood, & Durham, (2014) pendidikan dapat memiliki dampak pada persepsi dan

kesadaran akan saling mendukung di antara anggota tim keperawatan. Oleh karena itu

pembelajaran dan pengalaman pembelajaran, menggunakan tingkat keterampilan dimana

kelangsungan anggota tim bekerja sama sangat ideal, memerlukan kepemimpinan perawat

yang professional (Spitzer, 2008).Diperlukan pembelajaran secara terus menerus untuk

meningkatkan pengetahuan dari seluruh tim keperawatan khususnya oleh kepala ruangan dan

ketua tim, menurut Ni et al, (2014) menganggap belajar bekesinambungan menjadi ukuran

sangat penting untuk lebih mengembangkan kompetensi profesional perawat. Ekspektasi

menjadi motivasi dari harapan perawat untuk belajardan hambatan untuk partisipasi dalam

belajarterjadi dari individu perawat tersebut.

Standar prosedur operasional dalam asuhan keperawatan dengan menggunakan model

tim dibuat untuk meningkatkan dan memandu perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan. Barbosa, Mauro, Cristóvão, & Mangione, (2011) mengatakan standar

operasional prosedur (SOP) adalah petunjuk rinci yang dijelaskan untuk mencapai

keseragaman ketika melaksanakan fungsi tertentu. SPO juga dapat dijadikan pantauan

Page 29: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

evaluasi dalam melakukan suatu pekerjaan. SPO dan panduan yang ada tidak cukup di

rancang tetapi perlu sosialisasi dengan harapan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakana model tim. Ninaus

et al, (2015) mengatakan bahwa sosialisasi mampu untuk memfasilitasi proses komunikasi

serta pertukaran informasi seta mengurangi kebingungan mengenai bagaimana langkah-

langkah dalam SPO tersebut dijalankan.

Pengukuran pelaksanaan timbang terima antar shift dalam metode asuhan keperawatan model

tim di ruang rawat dengan menggunakan komunikasi S- BAR. dapat dilakukan evaluasi

melalui observasi kegiatan. Pelaksanaan timbang terima yang dilakukan di ruang rawat

kecendrungan sesuai dengan langkah-langka dalam SPO, adapun hambatan yang ditemukan

diantaranya untuk merubah pola timbang terima di ruang rawat yang dilakukan oleh tim

perawat. Smeulers et al, (2016) menjelaskan mengubah proses serah terima membutuhkan

pendekatan berulang dan bertahap untuk memastikan bahwa intervensi yang dipilih sesuai,

audit dan strategi umpan balik berguna untuk secara teratur menginformasikan kinerja tim

dan juga berguna untuk menentukan kebutuhan untuk pelaksanaan kegiatan berulang yang

dibutuhkan untuk mempertahankan cara yang diinginkan.

Manajemen waktu dalam pelaksanaan merupakan hambatan lain yang didapatkan dalam

evaluasi penerapan SPO timbang terima antar shift. Davies & Priestley, (2006) mengatakan

bahwa pelaksanaan timbang terima keperawatan yang akurat menjadikan manajemen waktu

yang efektif dalam menginformasikan dokumen dan kualitas perawatan pasien yang

berkelanjutan. Timbang terima merupakan ritual yang tidak pernah hilang tetapi dapat

menjadi proses yang tersetruktur dan efektif yang memperkuat status profesional perawat

dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Athanasakis, (2013) mengatakan bahwa praktik

komunikasi yang efektif antara perawat memerlukan timbang terima efektif, kualitas

perawatan pasien yang efektif dan pemeliharaan keselamatan pasien. Timbang terima

keperawatan adalah kegiatan multifase, yang membutuhkan pemahaman yang mendalam.

Timbang terima keperawatan merupakan bagian umum dari praktik keperawatan yang

penting untuk perawatan pasien yang aman, serah terima lebih dari sekedar forum untuk

berkomunikasi perawatan pasien. Hal ini juga digunakan sebagai tempat di mana perawat

dapat berdiskusi, mengklarifikasi informasi dan memperbarui pengetahuan

(O’Connell. B, 2008; O’Connell & Penney, 2001). Dimana penyedia layanan terlibat dalam

pemahaman serta mempertanyakan informasi yang disajikan (Foster & Manser, 2012).

Pengukuran pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis berikutnya menggunakan lembar

observasi dengan melihat dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan

melihat isi/kontens penulisan pada SOAP yang dilakukan oleh perawat. Seperti yang

dikatakan oleh Jefferies, Johnson, Nicholls, & Lad, (2012) bahwa Perawat didorong untuk

mendokumentasikan kondisi, perawatan dan respon pasien terhadap perawatan dengan

menggunakan prinsip yang ditetapkan untuk pendokumentasi keperawatan. Williams &

Heavey, (2014) menjelaskan tenaga kesehatan harus berusaha untuk konsisten, relevan,

faktual dan tepat waktu dalam dokumentasi pasien, tenaga kesehatan memahami apa yang

diketahui sesuai dengan yang ditulis.

Belum adanya panduan dari isi kaidah penulisan membuat perawat kesulitan memahami

yang semestinya ditulis dalam format SOAP.John & Bhattacharya, (2016) menjelaskan

bahwa format atau pedoman dapat membantu perawat untuk mengikuti tepat perilaku

dokumentasi yang akan dilakukan didasarkan pada panduan dokumentasi yang ideal. Oleh

karena itu pentingnya penulisan pendokumentasian yang sesuai dengan prinsip pencatatan

berguna untuk sebuah komunikasi dengan tim kesehatan lain dalam melakukan asuhan

Page 30: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Jefferies et al, (2012) mengatakan bahwa

dalam praktik dokumentasi perawatan merupakan suatu hal yang penting untuk memastikan

bahwa dokumentasi yang ditulis berarti bagi pembaca dalam atau di luar profesi.

Dokumentasi keperawatan penting sebagai alat komunikasi ditekankan untuk semua

profesional perawatan kesehatan. Jefferies, Johnson, & Nicholls, (2011) menjelaskan

menulis dokumentasi keperawatan dengan cara yang memungkinkan pembaca baik dari

dalam dan luar profesi untuk memahami kondisi pasien dan perawatan perlu didukung. Jika

pembaca tidak bisa mengerti apa yang tertulis dalam dokumentasi keperawatan, dapat

berbahaya dalam salah tafsir bisa menyebabkan kesalahan klinis dan efek samping. Dimana

disebutkan bahwa sistem informasi keperawatan dalam pendokumentasian memberikan arah

rekomendasi untuk informasi, pengembangan dan pembuat keputusan perawat (Rogers,

Sockolow, Bowles, Hand, & George,2013).

Peningkatan mutu dan kualitas pelayanan di rumah sakit khususnya dalam melaksanakan

timbang terima dan pendoku mentasian catatan perkembangan pasien terintegrasi di perlukan

pengarahan dan pengawasan serta pengontrolan dari seorang manejer.(Duffield, Roche,

Blay, & Stasa, 2011) mengatakan seorang manajer unit perawatan harus mampu

berkonsultasi dengan staf dan umpan balik yang positif dan memilki pengetahuan pada

berbagai item kepemimpinan adalah hal yang penting dalam meningkatkan kepuasan

perawat. Pengawasan dan pengontrolan tersebut sebaiknya dilakukan dalam komunikasi

yang efektif untuk menjamin keterlaksanaan prosedur sesuai denga standar prosedur

operasional yang telah ditetapkan. Komunikasi tim yang efektif merupakan aspek penting

dari lingkungan praktik keperawatan yang positif, pengaturan yang telah dikaitkan dengan

hasil outcome dari pasien (Apker, Propp, Zabava Ford, & Hofmeister, 2006).

KESIMPULAN

Optimalisasi pelaksanaan metode asuhan keperawatan model tim dirumah sakitdiperlukan

dengan melibatkan pihak manajemen Rumah Sakit sebagai motor penggerak. Hal lain

yang perlu diupayakan dengan menyiapkan perangkat yang dibutuhkan seperti buku panduan

metode penugasan model tim beserta SPO.Penerapan program menggunakan agen

pembaharu dengan pendekatan pilot study menggunakan siklus PDCA dinilai efektif dan

memberikan hasil yang baik. Hasil rerata gambaran evaluasi tingkat pengetahuan kepala

ruangan dan ketua tim setelah dilakukan penyegaran tentang metode asuhan keperawatan

model tim dimana nilai rerata sebelum kegiatan 66,04 dan rerata setelah kegiatan 85,8

secara kognitif mengalami peningkatanpemahaman kepala ruangan dan ketua tim tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan model tim. Peningkatan

pemahaman diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari kepala ruangan dan ketua

tim terutama dalam pelaksanaan timbang terima antar shift dimana dalam pelaksanaan

kecenderungan sesuai dengan langkah-langkah dalam SPO. Hambatan disebabkan oleh

manajemen dalam waktu pelaksanaan serta merubah pola yang biasa dilaksananakan

diruang rawat. Evaluasi pengukuran pelaksanaan pencatatan perkembangan pasien

terintegrasi pada format SOAP dengan nilai rerata sebesar 76,7belum optimal

terutama dalam menuliskan isi assesment dan planning tindakan yang akan dilakukan,

dimana hambatan karena belum adanya keseragaman dan panduan kaidah isi penulisan.

Page 31: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

SARAN

Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit perlu fungsi pengawasan dan pengarahan dari

seorang manajer terutama untukmengoptimalkanpelaksanaan metode asuhan keperawatan

model tim. Buku panduan dan standar prosedur operasional yang telah dibuat perlu dibuatkan

sebuah kebijakan. Hal tersebut penting agar perangkat yang telah dibuat dapat dijadikan dasar

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dalam menggunakan metode penugasan model tim.

Penyeragaman pelaksanaan timbang terima antar shift di ruang rawat merupan salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas pelayana terutama dalam kesalamatan pasien serta perlunya

bimbingan dan pengontrolan secara intensif dalam pelaksanaan pencatatan perkembangan

pasien terintegrasi dititik beratkan dalam penulisan SOAP yang dilakukan oleh

perawatakan mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Apker, J., Propp, K. M., Zabava Ford, W. S., & Hofmeister, N. (2006). Collaboration,

Credibility, Compassion, and Coordination: Professional Nurse Communication Skill Sets

in Health Care Team Interactions. Journal of Professional Nursing, 22(3), 180–189.

http://doi.org/10.1016/j.profnurs.2006.03.002

Barbosa, C. M., Mauro, M. F. Z., Cristóvão, S. A. B., & Mangione, J. A. (2011). The

importance of standard operating procedures (SOPs) for clinical research centers.

Revista Da Associacao Medica Brasileira, 57(2), 134–135. http://doi.org/10.1016/S2255-

4823(11)700327

Bridges, R., Sherwood, G., & Durham, C. (2014). Measuring the influence of a mutual

support educational intervention within a nursing team. International Journal of

Nursing Sciences, 1(1), 15–22. http://doi.org/10.1016/j.ijnss.2014.02.013

Brunetto, Y., Shriberg, A., Farr-Wharton, R., Shacklock, K., Newman, S., & Dienger, J.

(2013). The importance of supervisor-nurse relationships, teamwork, wellbeing, affective

commitment and retention of North American nurses. Journal of Nursing Management,

21(6), 827–837. http://doi.org/10.1111/jonm.12111

Duffield, C. M., Roche, M. A., Blay, N., & Stasa, H. (2011). Nursing unit managers, staff

retention and the work environment. Journal of Clinical Nursing, 20(1–2), 23–33.

http://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2010.03478.x

Ferguson, L., & Cioffi, J. (2011). Team nursing: Experiences of nurse managers in acute care

settings. Australian Journal of Advanced Nursing, 28(4), 5–11.

Gagnon, M. P., Payne-Gagnon, J., Fortin, J. P., Paré, G., Côté, J., & Courcy, F.

(2015). A learning organization in the service of knowledge management among nurses: A

case study. International Journal of Information Management, 35(5), 636–642.

http://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2015.05.001

Page 32: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Jefferies, D., Johnson, M., & Nicholls, D. (2011). Nursing documentation: How meaning is

obscured by fragmentary language. Nursing Outlook, 59(6), e6–e12.

http://doi.org/10.1016/j.outlook.2011.04.002

Jefferies, D., Johnson, M., Nicholls, D., & Lad, S. (2012). A ward-based writing coach

program to improve the quality of nursing documentation. Nurse Education

Today,32(6),647651.http://doi.org/10.1016/j.nedt.2011.08.017

Kalisch, B. J., Lee, H., & Rochman, M. (2010). Nursing staff teamwork and job

satisfaction. Journal of Nursing Management, 18(8), 938–947.

http://doi.org/10.1111/j.1365-2834.2010.01153.x

Kalisch, B. J., & Lee, K. H. (2010). The impact of teamwork on missed nursing care. Nursing

Outlook, 58(5), 233–241. http://doi.org/10.1016/j.outlook.2010.06.004

Ni, C., Hua, Y., Shao, P., Wallen, G. R., Xu, S., & Li, L. (2014). Continuing education

among Chinese nurses: A general hospital-based study. Nurse Education Today, 34(4),

592–

597. http://doi.org/10.1016/j.nedt.2013.07.013

Ninaus, K., Diehl, S., Terlutter, R., Chan, K., Huang, A., & Erlandsson, S. (2015). Benefits

and stressors - Perceived effects of ICT use on employee health and work stress: An

exploratory study from Austria and Hong Kong. International Journal of Qualitative

Studies on Health and Well-Being, 10. http://doi.org/10.3402/qhw.v10.28838

Rogers, M. L., Sockolow, P. S., Bowles, K. H., Hand, K. E., & George, J. (2013). Use of

a human factors approach to uncover informatics needs of nurses in documentation of care.

International Journal of Medical Informatics, 82(11), 1068–1074.

http://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2013.08.007

Rusmianingsih, N. (2012). Hubungan Penerapan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Tim Dengan Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tanggerang. Universitas Indonesia, 48–101.

Spitzer, R. (2008). Teamwork, Teams, and Reality. Nurse Leader,6(6),6,49.

http://doi.org/10.1016/j.mnl.2008.09.006

Page 33: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Bidang ilmu: Manajemen Keperawatan

HUBUNGAN KOMUNIKASI SBAR DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG

TERIMA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. A. DADI TJOKRODIPO

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019

Dewi Kusumaningsih1), Reva Monica2)

1) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

2) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati

E-mail : [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan: Pelaksanaan timbang terima seringkali menjadi permasalahan di beberapa

Rumah Sakit, hasil wawancara yang dilakukan di ruang rawat inap, terhadap 3 orang

kepala ruangan dan 3 orang ketua tim, serta 2 orang penanggung jawab operan shift.

Mengatakan bahwa timbang terima menggunakan komunikasi SBAR sudah ditetapkan

sejak tahun 2017. Namun pelaksanaan timbang terima belum berjalan dengan optimal. Hasil

penilaian tentang pelaksanaan timbang terima menggunakan komunikasi SBAR, dari 8

perawat, 5 perawat (62.5%) dengan pelaksanaan timbang terima kurang baik, dan 3 orang

perawat (37.5%) dengan timbang terima baik.

Tujuan: Diketahui hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang terima

perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019.

Metode: Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif. Desain penelitian ini survey analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel yang digunakan adalah seluruh perawat di

ruang rawat inap yaitu sebanyak 50 orang. Pengambilan sampel pada penelitian adalah total

sampling Uji statistik menggunakan uji chi square

Hasil : Hasil analisa data menggunakan uji chi square didapat nilai p-value = 0.008 (<0,05)

Yang artinya ada hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang terima perawat

di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019. dengan

nilai OR = 6,120.

Kesimpulan : Ada hubungan antara komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang

terima di RSUD Dr. A Tjokrodipo Bandar Lampung. Saran kepada pelayanan institusi

kesehatan untuk melakukan operan setiap pergantian shift/ operan, mempersiapkan masalah

keperawatan yang masih muncul dan intervensi yang belum dilakukan, serta menyiapkan

rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan. Bagi perawat tidak menjelaskan tepat

Page 34: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

disamping pasien dengan suara lantang, tidak menggunakan bahasa yang baku sehingga

mudah dipahami oleh pasien, dan memperkenalkan diri kepada pasien saat melakukan

SBAR.

Kata Kunci : Komunikasi SBAR, Pelaksanaan Timbang Terima Peraw

ABSTRACT

Background: The implementation of handover is often a problem in several hospitals, the

results of interviews conducted in the inpatient room, of 3 head of the room and 3 team

leaders, and 2 people in charge of the operand shift. Said that the handover using SBAR

communication has been established since 2017. However, the handover is not yet running

optimally. The results of the assessment of the implementation of handover nurses using

SBAR communication, from 8 nurses, 5 nurses (62.5%) with the implementation of the

handover was not good, and 3 nurses (37.5%) with a well-received balance.

Objective: Known the correlation of SBAR communication with the implementation of

handover nurses in the inpatient room of RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung in

2019.

Methods: This type of research is quantitative. The design of this research was the analytic

survey with a cross-sectional approach. The population and sample used are all nurses in the

inpatient room as many as 50 people. Sampling in the study is total sampling Statistical tests

using the chi-square test

Results: The results of data analysis using the chi-square test obtained p-value = 0.008

(<0.05) which means that there is a relationship between communication SBAR with the

implementation of handover nurses in the Inpatient Room Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar

Lampung in 2019 with an OR value = 6.120.

Conclusion: There is a correlation between SBAR communication and the acceptance and

evaluation

process at RSUD Dr. A Tjokrodipo Bandar Lampung. Suggestions for health institution

services to make the shift every shift/operand, prepare nursing problems that still arise and

interventions that have not been done and prepare general plans and preparations that need to

be done. For nurses do not explain right beside the patient in a loud voice, do not use standard

language so that it is easily understood by patients, and introduce themselves to patients when

doing SBAR.

Keywords : SBAR Communication, Implementation of Handover Nurses

Alamat korespondensi: [email protected]

Email: [email protected]

Nomor Hp:

Page 35: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

PENDAHULUAN

SBAR dapat digunakan dalam berkomunikasi praprosedur yang akan dilakukan ke pasien,

selama timbang terima, atau setiap saat ada perubahan yang tak terduga dalam perawatan

pasien (Haig; Sutton; Whittington, 2006; Rachmah, 2018). Hingga saat ini, hampir semua RS

di Indonesia mengimplementasikan komunikasi SBAR. Kesalahan dalam pelayanan

kesehatan tidak hanya ditemui di internasional. Dari publikasi KKP-RS (2010) diketahui

bahwa angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Indonesia sebanyak 21.58% dan angka

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 11.31%. Utarini (2011), guru besar FK UGM,

mengungkapkan penelitiannya pada pasien rawat inap di 15 RS. Hasil penelitiannya pada

4.500 rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8.0% - 98.2%

untuk diagnostic error dan 4.1% -91.6% untuk medication error.

Insiden keselamatan pasien di dunia umumnya disebabkan karena permasalahan komunikasi.

Sebesar 67% dari 2.900 sentinel events di Amerika Serikat pada 1995-2005 disebabkan oleh

miskomunikasi (Karen, 2007). Dari 2004 hingga 2005, 25-41% dari kejadian sentinel di

Australia disebabkan oleh kegagalan komunikasi (Australian Institute of Health and Welfare

& the Australian Commission on Safety and Quality in Health Care, 2007; Wakefield, 2007;

Rachmah, 2018).

Kusumapradja (2012) mengatakan bahwa 66% sentinel events yang dilaporkan

disebabkan oleh permasalahan komunikasi, terutama komunikasi saat timbang terima.

Miskomunikasi saat timbang terima sangat berdampak terhadap pemberian asuhan pasien di

RS, sehingga perlu dilakukan penelitian memberikan solusi terbaik dari permasalahan

tersebut. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi SBAR

dalam timbang terima pasien. Komunikasi efektif berbasis SBAR adalah kerangka teknik

komunikasi yang disediakan untuk berkomunikasi antar petugas kesehatan dalam

menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011; Suardana, 2018).

Pelaksanaan timbang terima seringkali menjadi permasalahan di beberapa Rumah Sakit.

Timbang terima penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam.

Di RS Panti Waluyo Surakarta didapatkan beberapa temuan angka insiden keselamatan

pasien dalam bulan Juli sampai dengan Desember 2014, yang disebabkan oleh karena proses

timbang terima pasien yang tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal operasi yang

mundur, kejadian, pemberian obat yang tidak sesuai intruksi dokter, pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang tertunda (Farida, 2015).

Menurut Ovari (2015) timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klein. Timbang terima klien

harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap

tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan

perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima

dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan. Sedangkan menurut (Rushton 2010;

Ovari, 2015) timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat yang

Page 36: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

merupakan bagian dari aktivitas manajemen keperawatan. Timbang terima menyangkut

keseluruhan dari fungsi manajemen. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu

metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift.

Sebagai petunjuk praktis memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan

pengobatan, rencana perawatan serta menetukan prioritas pelayanan.

Dalam upaya menjaga mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang berhubungan

keselamatan pasien, banyak faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang dalam pelaksanan

tindakan, termasuk pelaksanaan perawat dan keselamatan pasien (patient safety) dalam

berkomunikasi efektif salah satunya pada saat perawat melakukan timbang terima (Farida,

2015).

Dalam pelaksanaan timbang terima terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

timbang terima adalah keterampilan komunikasi, strategi/ standar timbang terima,

penggunaan teknologi, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan staf serta kepemimpinan

(Agustin, Wijaya, Habibi, 2014; Fauziah, 2017).

Penelitian Kristianto, 2009. Hal yang perlu diperhatikan terhadap pelaksanaan timbang

terima pasien untuk melihat keadaan pasien dan klarifikasi data karena pada pernyataan ini

hanya 37 responden yang menjawab selalu atau ada operan 61,7%. Nilai dari pernyataan ini

sedikit dibandingkan dengan pernyataan yang lainnya (Manopo, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Moejokerto

pelaksanaan operan hanya 59,12% sedangkan pada penelitian yang dilakukan di RS dr.

Hasan sadikin pada tahun 2005 oleh kurniawan yudianto, pelaksanaan operan hanya

56,6%. Apabila operan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan terjadi keterlambatan

diagnosa dan pemberian pengobatan, pemeriksaan yang berlebihan, kepuasan pasien

rendah dan hari rawat lebih lama. Berdasarkan SOP (Standar Operasional Prosedur) operan

antar shift, dibagi dalam 3 sesi yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutupan. Pada

persiapan operan, hasil yang didapatkan 38 responden atau 63,3% menjawab selalu

berkumpul di nurse station sebelum mereka bertugas dan 22 responden atau 36,7%

menjawab kurang. Persiapan sebelum melakukan operan pasien sangat penting karena

berhubungan juga dengan kedisplinan waktu.

Hasil observasi berdasarkan kuisioner tentang pelaksanaan timbang terima menggunakan

komunikasi SBAR, dari 8 perawat yang diberikan kuisioner, 5 perawat (62.5%) dengan

pelaksanaan timbang terima kurang baik, dan 3 orang perawat (37.5%) dengan timbang

terima baik. Sesuai dengan pengalaman peneliti pada saat melakukan dinas praktek klinik

keperawatan di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo, pernah terjadi kesalahan pemberian asuhan

keperawatan pada Pasien dengan riwayat penyakit Edema paru, dikarenakan perawat tersebut

tidak mengikuti pelakasanaan timbang terima, sehingga terjadi kesalahan pemberian

intervensi.

Berdasarkan kurangnya pelaksanaan timbang terima menggunakan komunikasi SBAR maka

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Komunikasi SBAR Dengan

Page 37: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Pelaksanaan Timbang Terima Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo

Bandar Lampung Tahun 2019”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif

adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau kualitatif yang

diangkakan (Notoadmodjo, 2018). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain

Survei Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun

2019 sebanyak 50 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komunikasi SBAR

Tabel 1

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat dari 50 responden dengan komunikasi SBAR dengan kategori

kurang baik sebanyak 27 responden (54,0%) dan kategori baik sebanyak 23 responden

(46,0%).

Pelaksanaan Timbang Terima

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat dari 50 responden yang memiliki pelaksanaan timbang terima

dengan kategori kurang baik sebanyak 22 responden (44,0%) dan pelaksanaan timtang terima

baik sebanyak 28 responden (56,0%)

Analisa Bivariat

Hubungan Komunikasi SBAR dengan Pelaksanaan Timbang Terima

Page 38: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat 50 responden yang komunikasi SBAR kurang baik 27

responden (54,0%) dengan pelaksanaan timbang terima kurang baik 17 responden

(34,0%) dan pelaksaan timbang terima baik sebanyak 10 responden (20,0%), sedangkan

komunikasi SBAR baik sebanyak 23 responden (46,0%) dengan pelaksanaan timbang

terima kurang baik 5 responden (10,0%) dan pelaksaan timbang terima baik sebanyak 18

responden (36,0%).

Hasil analisa data menggunakan uji chi square didapat nilai p-value = 0.008 (<0,05) Yang

artinya ada hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang terima perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019,

dengan nilai OR = 6,120 yang artinya perawat yang memiliki komunikasi SBAR yang kurang

baik akan 6 kali berpeluang rendah melaksanakan timbang terima kurang baik.

Pembahasan

Analisa Univariat

1. Distribusi Frekuensi Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat dari 50 responden dengan komunikasi SBAR dengan kategori

kurang baik sebanyak 27 responden (54,0%) dan kategori baik sebanyak 23 responden

(46,0%). Sebagian besar responden memiliki komunikasi SBAR kurang baik sebanyak 27

responden (54,0%)

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Tapen (1995; Bahtiar, 2015) Komunikasi

sebagai suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi

antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni

untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga

orang lain dapat mengerti dan menerima.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ovari (2018) judul “Hubungan Pelaksanaan

Metode Komunikasi: Situation, Background, Assesment, Recomendation (Sbar) Saat

Timbang Terima Tugas Keperawatan Dengan Kepuasaan Kerja Perawat Di Ruang Rawat

Inap RSUD Solok” Hasil komunikasi SBAR tidak dilaksanakan dengan baik 31

responden (53,4%), dan komunikasi SBAR dilaksankan dengan baik sebanyak 27 responden

(46,6%).

Page 39: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Menurut peneliti Komunikasi jika tidak dilakukan dengan baik akan menjadi akar penyebab

insiden keselamatan pasien. Misalnya mengakibatkan memburuknya kondisi klinis pasien

atau bahkan kematian. Namun, selain menjadi ancaman bagi keselamatan pasien, komunikasi

yang efektif juga merupakan alat untuk mengurangi insiden keselamatan pasien.

Komunikasi dan membagikan informasi adalah bagian penting dari praktik keperawatan.

Salah satu komunikasi efektif dapat dibuktikan pada pelaksanaan timbang terima.

Pada penelitian ini terdapat 3 aspek yang belum memenuhi pelaksanaan Komunikasi SBAR

dengan baik, ditinjau dari kuisioner yang telah diisi oleh responden, seperti perawat

sebaiknya memperkenalkan diri pada pasien, perawat seharusnya menggunakan bahasa yang

baku sehingga tidak dipahami oleh pasien, dan perawat tidak menyampaikan permasalahan

serta melaporkan riwayat permasalahan pada pasien.

2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Timbang Terima Perawat Di Ruang Rawat Inap RS A.

Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat dari 50 responden yang memiliki pelaksanaan timbang

terima dengan kategori kurang baik sebanyak 22 responden (44,0%) dan pelaksanaan

timtang terima baik sebanyak 28 responden (56,0%). Sebagian besar responden memiliki

pelaksanaan timbang terima baik sebanyak 28 responden (56,0%). Sejalan dengan pendapat

yang dikemukan oleh Nursalam (2017) Timbang terima adalah suatu cara dalam

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

Timbang terima harus dilakukan secara efektif dengan menjelaskan secara singkat, jelas

dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/

belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima

dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab)

dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlin (2018) judul “Hubungan Timbang

Terima (Operan Shift) Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Bangsal Rsu

Gmim Pancaran Kasih Manado” Hasil univariat diketahui menunjukan bahwa dari total 44

responden terdapat 40 responden (90,9%) yang menyatakan bahwa timbang terima di ruang

rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berada dalam kriteria baik

sedangkan 4 responden lainnya (9,1 %) menyatakan bahwa timbang terima di ruang rawat

inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado dalam kriteria kurang baik.

Tingkat pendidikan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo

Bandar Lampung, dengan pendidikan terbanyak D3 sebanyak 24 responden (48,0%),

Ners sebanyak 20 responden (40,0%), S1 sebanyak 6 responden (12,0%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlin (2018) dari 34

perawat pelaksana (77,3%) berpendidikan Diploma (D III), 7 perawat berpendidikan SI dan 2

perawat lainnya berpendidikan Ners. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyimpulkan

Page 40: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menciptakan kinerja yang

baik.

Menurut teori Notoatmodjo (2007) Pendidikan sangat berperan penting dalam menentukan

kualitas hidup seseorang yang akan memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikannya,

semakin tinggi pendidikan maka akan semakin berkualitas dari hal yang belum tahu menjadi

tahu. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pengetahuan, sedangkan pengetahuan

merupakan faktor predisposisi dalam berprilaku positif, karena dengan pengetahuan

seseorang akan mulai mengenal atau mencoba melakukan suatu tindakan.

Pendidikan adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena pendidikan

adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar dapat

memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah mereka menerima

informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Peneliti berasumsi bahwa

pendidikan juga mempengaruhi terhadap pelaksanaan tugas. Dengan pendidikan hampir

seluruhnya D3 keperawatan maka sikap responden dalam pelaksanaan tugas berpengaruh.

Untuk itu, pelaksanaan timbang terima pasien dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden.

Peneliti juga setuju dengan teori Notoatmodjo (2007), yang dapat disimpulkan semakin tinggi

pendidikan semakin mudah mereka menerima informasi. Dengan semakin banyak responden

yang berpendidikan D3 keperawatan semakin kurangnya pelaksanaan timbang terima yang

dilakukan di ruangan berdasarkan SOP yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit.

Menurut peneliti timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat yang

merupakan bagian dari aktivitas manajemen keperawatan. Timbang terima menyangkut

keseluruhan dari fungsi manajemen. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu

metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift.

Sebagai petunjuk praktis memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan

pengobatan, rencana perawatan serta menetukan prioritas pelayanan.

Pada penelitian ini terdapat 3 aspek yang belum memenuhi pelaksanaan timbang terima

dengan baik, ditinjau dari kuisioner yang telah diisi oleh responden, seperti operan timbang

terima tidak dilaksanakan pada saat setiap pergantian shift, atau dengan kata lain perawat

tidak mengikuti pelaksanaan timbang terima, rencana umum dan persiapan yang perlu

dilakukan seperti persiapan operan, pemeriksaan penunjang dan lain sebagainya, dan

mempersiapkan masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang

masih muncul, seperti intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

Analisa Bivariat

1. Hubungan Komunikasi SBAR Dengan Pelaksanaan Timbang Terima Perawat Di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat 50 responden yang komunikasi SBAR kurang baik 27

responden (54,0%) dengan pelaksanaan timbang terima kurang baik 17 responden (34,0%)

dan pelaksaan timbang terima baik sebanyak 10 responden (20,0%), sedangkan komunikasi

SBAR baik sebanyak 23 responden (46,0%) dengan pelaksanaan timbang terima

Page 41: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

kurang baik 5 responden (10,0%) dan pelaksaan timbang terima baik sebanyak 18 responden

(36,0%).

Hasil analisa data menggunakan uji chi square didapat nilai p-value = 0.008 (<0,05) Yang

artinya ada hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang terima perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019, dengan

nilai OR = 6,120 yang artinya perawat yang memiliki komunikais SBAR yang kurang baik

akan 6 kali berpeluang rendah melaksanakan timbang terima kurang baik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam

kehidupan sehari-hari atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam menjalankan perannya,

perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain. Kepentingan perawat untuk

mendapatkan atau menyampaikan laporan yang jelas dan lengkap dari teman sejawat

(perawat) yang dinas sebelumnya, menyampaikan perkembangan pasien kepada tim

kesehatan lain (dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas kesehatan lainnya) serta

menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada pasien dan keluarga pasien adalah

contoh pentingnya komunikasi yang efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya.

Timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk

beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau

kelompok profesional secara sementara atau permanen (Australian Medical Association,

2006; Risyati, 2014).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ovari (2018) judul “Hubungan Pelaksanaan

Metode Komunikasi: Situation, Background, Assesment, Recomendation (Sbar) Saat

Timbang Terima Tugas Keperawatan Dengan Kepuasaan Kerja Perawat Di Ruang Rawat

Inap Rsud Solok” Hasil univariat diketahui 53,4%, pelaksanaan komunikasi SBAR pada

timbang terima pasien tidak terlaksana dan 51,7% kepuasaan kerja perawat menyatakan

kurang puas. Hasil bivariat hubungan signifikan antara pelaksanaan komunikasi SBAR

dengan kepuasan kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Tahun 2015 (p = 0.000, OR =

29,000).

Perawat yang memiliki pengetahuan atau pendidikan yang tinggi akan memiliki kemampuan

intelektual yang lebih baik dan kemampuan mereka dalam menganalisa suatu masalah lebih

kritis dan lebih tajam. Begitu pula pengalaman dalam bekerja adalah nilai lebih yang dimiliki

oleh seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan seperti pelaksanaan

timbang terima yang tepat seperti pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada

format operan yang ditanda tangani oleh ketua tim jaga saat itu juga, melaksanakan timbang

terima di Nurse Station dan Bed pasien, dan mempersiapkan intervensi mandiri dan

kolaborasi yang belum dilakukan untuk dilaporkan.

Menurut pendapat peneliti hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam

menjalankan tugasnya, baik kepada teman sejawat, tim kesehatan lain maupun kepada pasien

dan keluarga pasien. Responden dengan komunikasi SBAR kurang baik dan pelaksaan

timbang terima baik Responden yang memiliki komunikasi SBAR dengan katagori kurang

baik, sedangkan pelaksanaan timbang terimanya baik. karena terdapat aturan dan penekanan

Page 42: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

yang disiplin dari kepala ruangan, serta tanggung jawab dalam diri setiap responden.

Tingginya pengetahuan perawat tentang komunikasi SBAR dipengaruhi oleh tingkat

profesionalitas profesi yang sedang dijalaninya, pada penelitian ini yang menjadi responden

adalah ketua tim perawat yang telah dipercaya sebagai seorang tenaga profesional yang

dianggap mampu untuk melakukan koordinator terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

kepada pasien.

Sedangkan responden yang memiliki komunikasi SBAR baik, akan tetapi pelaksanaan

timbang terimanya kurang baik dapat disebabkan karena Pelaksanaan timbang terima

dipengaruhi oleh pendidikan perawat, dan lama pengalaman kerja di rumah sakit. Didalam

bekerja seringkali faktor pendidikan merupakan syarat paling pokok untuk fungsi-fungsi

tertentu sehingga dapat tercapainya kesuksesan dalam bekerja. Dengan demikian pada

pekerjaan tertentu, pendidikan akademis sudah tercukupi, akan tetapi pada pekerjaan

lainnya menuntut jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga jenjang pendidikan

seseorang harus sesuai dengan jabatan yang dipegang (M As’ad, 2010).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah, terdapatnya hubungan yang bermakna antara

komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang terima, komunikasi SBAR yang kurang

baik akan mempengaruhi pelaksanaan timbang terima di Rumah Sakit.

SIMPULAN

Sebagian besar komunikasi SBAR kurang baik sebanyak 27 responden

(54,0%).Sebagian besar pelaksanaan timbang terima baik sebanyak 28 responden

(56,0%).Hasil analisa data menggunakan uji chi square didapat nilai p-value = 0.008

(< α=0,05) yang artinya ada hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan timbang

terima perawat

SARAN

Diharapkan untuk RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo lebih meningkatkan kembali pelaksanaan

timbang terima dengan menggunakan komunikasi SBAR. Diharpkan perawat saat melakukan

timbang terima dilakukan setiap pergantian shift, rencana umum dan persiapan yang perlu

dilakukan seperti persiapan operan, pemeriksaan penunjang dan lain sebagainya,

mempersiapkan masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang

masih muncul, seperti intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. dan bagi

kepala Perawat serta perawat yang bertugas dapat bekerja secara tim untuk pelaksanaan

timbang terima, diharapkan perawat memperkenalkan diri pada pasien, perawat

menggunakan bahasa yang baku sehingga tidak dipahami oleh pasien, dan perawat tidak

menyampaikan persmasalahan serta melaporkan riwayat permasalahan pada pasien.

Page 43: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2014; Utami, dkk. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan

Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap. Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock

Bukittinggi. Azwar, Saifudin. (2016). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahtiar, Yayan. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Bakri, Maria. (2017). Manajemen Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Keperawatan

Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Cahyono. (2008; Reskiki Utami, dkk. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penerapan Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap. Ilmu Keperawatan STIKes Fort De

Kock Bukittinggi.

Farida, Marjani. (2015). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode

Situation Background Assessment Recomendation (Sbar) Terhadap Insiden Keselamatan

Pasien Di Ruang Medikal Bedah Rs. Panti Waluyo Surakarta. Surakarta: Stikes Husada.

Fauziah. (2017). Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Dengan Dokumentasi Keperawatan

Metode SOAP. Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang.

Manopo, dkk. (2013). Hubungan Antara Penerapan Timbang Terima Pasien Dengan

Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di Rsu Gmim Kalooran Amurang. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Marlin., Kundre., Hamel. (2018). Hubungan Timbang Terima (Operan Shift) Dengan Kinerja

Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Bangsal Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado.

Universitas Sam Ratulangi Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.

Mundakir. (2006) Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dan Pelayanan. Yogyakarta: Graha

Ilmu. Mursidah, Dewi. (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap

Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit Salemba

Medika. Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Salemba

Medika.

Ovari., Isna. (2015). Hubungan Pelaksanaan Metode Komunikasi: Situation,

Background, Assesment, Recomendation (Sbar) Saat Timbang Terima Tugas

Keperawatan Dengan Kepuasaan Kerja Perawat Di Ruang Ruang Rawat Inap Rsud Solok.

Universitas Sumatra Barat: ProgramStudi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Sumbar.

Prabowo, Tri (2019). Komunikasi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati. (2018). Pedoman Penulisan Karya

Page 44: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Tulis Ilmiah Dan Skripsi. Universitas Malahayati: Bandar Lampung.

Rachman. (2018). Optimalisasi Keselamatan Pasien Melalui Komunikasi Sbar Dalam

Handover.

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh: Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Fakultas

Keperawatan.

Risyati. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Operan Jaga Di

Rsud

Labuang Baji Makassar. Fakultas Kesehatan Universitas Alaudin: Makasar.

Suardana. (2018). Pengaruh Metode Komunikasi Efektif Sbar Terhadap Efektifitas

Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Di Ruang Griyatama Rsud Tabanan. Poltekes

Kemenkes Denpasar Bali : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Sudresti. (2015). Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi Sbar Dengan Kualitas

Pelaksanaan

Bedside Handover Di Ruang Ratna Rsup Sanglah Denpasar. Universitas Udayana: Bali.

Utami, dkk. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Komunikasi SBAR Di

Ruang Rawat Inap. Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi.

Wahyuni. (2012; Utami, dkk. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan

Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap. Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock

Bukittinggi.

Page 45: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Volume 1, No. 2

Agustus 2018

REAL in Nursing

Journal (RNJ) Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Pengetahuan Perawat Terhadap Pelaksanaan

Timbang Terima Pasien Sesuai SOP

Wiwit Febrina, Yenni & Stevani Ramadhani

Page 46: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Program Studi Pendidikan Ners

STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesi

Page 47: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Keywords: Knowledge,

The Implementation of handover

Korespondensi: Wiwit Febrina

[email protected]

Stikes Fort De Kock

Bukittinggi

ABSTRAK

Keperawatan merupakan salah satu profesi terdepan bagi tenaga kesehatan dalam upaya

menjaga mutu tempat pelayanan kesehatan dimasyarakat. Timbang terima merupakan

pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan

pada pasien, dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat terutama fungsi kemandiri

perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat terhadap

pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah

perawat yang berjumlah 101 orang dengan sampel 101 orang yang menggunakan teknik total

sampling. Uji analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil uji statistic

menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan timbang terima pasien (p=0,094). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak

terdapat hubungan antara pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan timbang terima pasien

sesuai SOP. Disarankan, rumah sakit untuk terus meningkatkan pengetahuan SDM

keperawatan serta melakukan supervisi pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP.

Pengetahuan Perawat Terhadap Pelaksanaan Timbang

Terima Pasien Sesuai SOP

REAL in

Nursing

Journal (RNJ) R e s e a r c h of E d u c a t i o n a n d Art L i n k in N u r sing J o u r n a l

https://ojs.fdk.ac.id/inde

x.php/Nursing/index

Wiwit Febrina, Yenni & Stevani Ramadhani

ABSTRACT

the quality of health center in the community. Handover is good quality health services to offer a service nursing on a patient care, To optimize the role and function of nurse especially function to independence nurse. This research

Nursing us one of a profession front for health workers in this effort to ensure aims to

know the the relations knowledge of a nurse with patient handover implementation

as procedure. The kind of research used is descriptive analytic with the approach

cross sectional. A population that used is nurse who were 101 people from 101 a

person who uses technique total of sampling. The analysis in use is analysis

univariat and bivariat. The results of the study was obtained 42,6 % nurse possess

wisdom that low and 31.7 % nurse of these stations have the implementation of

patient a less well , testing shows statistic been gained there are the kind of

relationship is meaningless between knowledge a nurse with the implementation of

these stations received patients ( p = 0,094 ). Based on the research done can be

concluded that there was a correlation meaningful of the incentives a nurse with the

implementation of the weigh received patients appropriate with the sop .Was

recommended to researchers , the hospital to continue to motivate nurse in the

implementation of the weigh received patients appropriate with the procedure.

Page 48: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Kata kunci : pengetahuan, pelaksanaan timbang terima.

PENDAHALUAN

Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja melalui anggota staf

keperawatan unuk memberikan asuhan keperawatan secara profesion.Ma najemen

keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan

mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan

keperawatan yang seefektif mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Proses

manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu

metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013). Alvarado, et

al (2006) mengatakan bahwa komunikasi berbagai informasi yang diberikan oleh perawat

dalam pertukaran shift yang lebih dikenal dengan timbang terima (handover) sangat

membantu dalam perawatan pasien. Timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat

membantu mengindentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien.

Smith, et al (2008) mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi padat profesi

dengan berbagai karakteristik, komunikasi pada timbang terima (handover) memiliki

hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan

dalam pelayanan kesehatan pada pasien (Dewi, 2012).

Masalah keselamatan pasien merupakan masalah penting dalam sebuah rumah sakit, standar

keselamatan pasien dalam rumah sakit sangat diperlukan untuk menggunakan acuan dari

“Hospital Patient Safety Standars” yang dikeluarkan oleh Join Commision On

Accerditation Of Health Organization dan Illinois pada tahun 2002 yang kemudian

disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Pada akhirnya bertujuan untuk

mewujudkan keselamatan pasien butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak dari seluruh

komponen pelayanan kesehatan (Depkes, 2008).

Peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan salah satunya

melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. Dalam sistem

akreditasi yang mengacu pada standar Joint commission International (JCI) diperoleh

standar yang paling relevan terkait dengan mutu pelayanan Rumah Sakit International Patient

Safety Goals (sasaran international keselamatan pasien) yang meliputi enam sasaran

keselamatan pasien rumah sakit . Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah komunikasi

yang efektif yang bias dilakukan oleh perawat saat overan (Kemenkes RI, 2011).

Menurut WHO, 2007 Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat

perhatian bagi sistem pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar

dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap

pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO)

Collaborating Center for Patient Safety Solutions (JCI) pada tahun 2005 telah memasukan

masalah keselamatan pasien dengan menerbitkan enam program keselamatan pasien dan

sembilan panduan atau solusi keselamatan pasien dirumah sakit pada tahun 2007 (Manopo

dkk, 2013).

Page 49: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Menurut PPNI, 2010 pelayanan kesehatan yang berkualitas perlu ditunjang dengan pelayanan

keperawatan yang berkualitas, karena pelayanan keperawatan merupakan intergal dari

pelayanan kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan asuhan

keperawatan 24 jam pada pasien, perawat melakukan tindakan keperawaan yang banyak dan

yang dapat menimbulkan resiko kesalahan yang begitu besar.

Keberagaman pelayanan tersebut apabila tidak dikelolah dengan baik akan berdampak pada

mutu pelayanan keperawatan yang diberikan (Oktafia,2015).

Overan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)

yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan pasien harus dilakukan seefektif mungkin

dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tindakan mandiri perawat, tindakan

kolaborasi yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu,

informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan sempurna. (Nursalam, 2011).

Menurut penelitian Quiteria Manopo, 2013 melakukan penelitian pada perawat pelaksana di

RSUD GMIM kalooran Amurang, hasilnya tersebut menunjukkan bahwa kategori kurang

baik didapatkan ada 22 orang atau 36,7% dan 38 orang atau 63,3% kategori baik dalam

melakukan timbang terima pasien sesuai dengan SOP, penerapan timbang terima pasien

sesuai dengan SOP masih banyak yang belum melakukan, sehingga keselamatan pasien harus

lebih ditingkatkan lagi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, dan perawat

ruang rawat inap terdapat 101 orang perawat pada bulan Januari - Desember 2016 dari 9

ruangan yaitu ruang Paru, ruang THT, ruang Mata, ruang Neurologi, ruang Interne wanita,

ruang Interne pria, ruang Bedah, ruang Anak, ruang Jantung.

Pelaksanaan timbang terima ini seringkali masih menjadi permasalahan di setiap rumah sakit.

Hasil penelitian Mayasari (2011) di Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP

DR. M. Djamil Padang ditemukan pada pelaksanaan timbang terima (overan) yang

diobservasi pada pergantian shift pagi - sore - malam yang dilaksanakan tiga kali

pertemuan tidak ada yang dilaksanakan dengan efektif dengan rata – rata persentase

yang diperoleh adalah 60.3%. hasil penelitian Hardianti Anthon (2012) tentang penerapan

metode tim (MPKP), masih ada 25,6% perawat yang belum melaksanakan sepenuhnya

timbang terima diruang rawat inap di RSUD Kabupaten Majene.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada tanggal pada masing- masing perawat di

ruang rawat inap bedah dan ruang rawat inap interne wanita dan pria RSUD Achmad

Mochtar Bukittinggi terhadap orang perawat didapatkan ada 7 orang perawat yang masih

mempunyai pengetahuan yang masih kurang paham terhadap pelaksanaan timbang terima

sesuai SOP.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Pengetahuan Perawat terhadap Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Sesuai SOP Di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Achmad Mochtar.

Page 50: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

METODE

Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional

study. Dimana data yang mengakut variabel independen dan variabel dependen dilakukan

secara bersamaan dan sekaligus.

Populasi adalah keseluruahan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun populasi

penelitian ini yaitu perawat yang ada diruang rawat inap RSUD Achmad Mochtar kota

Bukittinggi yang berjumlah 101 perawat. Metode pengambilan sampel ini adalah dengan

metode Purpostive Sampling, dimana populasi diambil secara acak sebanyak 30 orang dari

jumlah populasi. Perawat yang ada di ruang rawat inap di RSUD Achmad Mochtar Kota

Bukittinggi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Analisa univariat untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen. Analisa

biariat untuk melihat hubungan keduanya digunakan uji statistic chi-square dengan

menggunakan komputer melalui program komputerisasi. Hasil analisa dinyatakan bermakna

apabila nila p≤0,05 (Notoatmodjo, 2010).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 30 perawat, tercatat 16 perawat (53,3%)

dengan kategori pengetahuan tinggi dan 14 (46,7%) dengan kategori pengetahuan rendah

dalam pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP.

Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 30 perawat tercatat 15 perawat (50,0) dengan pelaksanaan

timbang terima pasien sesuai SOP yang baik dan 15 perawat (50,0) dengan pelaksanaan

timbang terima pasien sesuai SOP yang kurang baik.

Page 51: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Hasil analisis tabel 5.4 tentang hubungan pengetahuan perawat dalam pelaksanaan

timbang terima pasien sesuai SOP terdapat 14 responden yang memiliki pengetahuan yang

rendah ada 12 responden (85,7%) yang pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP

yang kurang baik, sedangkan 16 responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi ada 3

responden (18,8%) yang pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP kurang baik.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan

yang bermakna secara statistik antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan timbang

terima pasien dengan nilai OR= 26,000 yang artinya responden dengan pengetahuan yang

rendah berpeluang melakukan pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP yang kurang

baik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 perawat diruang rawat inap RSUD Dr. Achmad

Mocthar Kota Bukittinggi tahun 2017 diketahui bawah 16 perawat (53,3%) dengan kategori

pengetahuan tinggi dan 14 (46,7%) dengan kategori pengetahuan rendah dalam pelaksanaan

timbang terima pasien sesuai SOP diruang rawat inap. Menurut Agustin, dkk 2014 bahwa

pengetahuan responden tentang konsep timbang terima didapatkan dari pendidikan mereka

ketika dibangku kuliah sehingga masih bisa diingat dan juga informasi yang didaptkan dari

orang lain. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, maka makin tinggi pendidikan

responden makin mudah untuk menerima informasi. Maka dengan demikian, pendidikan

responden sebagian besar adalah D3 sehingga responden mendapatkan informasi bisa dari

orang lain maupun dari media masa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Agustin, dkk (2014)

tentang Nurses Knowledge With Acceptance Weigh Implementation diketahui bahwa nilai

rata-rata pengetahuan perawat sebagian besar adalah 11,69 sedangkan untuk nilai

minimum adalah 8 dan maksimum adalah 15.

Page 52: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Berdasarkan nilai rerata yang disesuaikan dengan skala instrumen pada penelitian ini,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang konsep timbang

terima pasien baik.

Berdasarkan analisa peneliti bahwa separoh dari perawat diruang rawat inap di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Kota Bukittinggi mempunyai pengetahuan yang baik dalam pelaksanaan

timbang terima dan separoh lagi memiliki pengetahuan yang rendah dalam pelaksanaan

timbang terima sesuai SOP. dan dari teori Notoatmodjo menyimpulkan bahwa dari

pengalaman perawat bekerja akan berpengaruh terhadap pelaksanaan timbang terima yang

dilaksanakan perawat. Hal ini terkait dengan hasil penelitian diketahui bahwa perawat

mengatakan timbang terima dilaksanakan 3x dalm 24 jam disetiap ruangan, perawat juga

mengatakan pelaksanaan timbang terima dilakukan setiap pergantian shif dan perawat

primer dan keduan anggota shift dinas bersama-sama secara langsuang melihat keadaan

pasien dan interaksi yang dilakukan pada pasien dilakukan setiap saat timbang terima,

sebagian perawat mengatakan timbang terima dilakukan tidak selalu dipimpin oleh karu

terkadang timbang teria dipimpin oleh katim, waktu yang digunakan untuk mengunjungi

pasien lebih dari 5 menit juga mampu melaksanakan timbang terima pasien sesuai SOP

dengan baik. Seberapa lama perawat bekerja maka akan semakin menambah

pengalaman dan wawasan perawat yang akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan

perawat. Untuk itu peneliti setuju dengan teori Notoatmodjo. Pada dasarnya lama kerja juga

dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan timbang terima perawat karena semakin lama kerja

perawat maka semakin baik pelaksanaan timbang terima yang dilakukan, hal ini disebabkan

dari pengalaman perawat yang sudah didapat selama bekerja. Baik atau tidaknya

pelaksanaan timbang terima perawat akan menentukan seberapa jauh perawat memahami

pentingnya timbang terima dilakukan.

Pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 perawat diruang rawat RSUD Dr. Achmad Mochtar

Kota Bukittinggi Tahun 2017 diketahui bahwa terdapat 15 (50,0%) dengan

pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP kurang baik dan 15 (50,0%) perawat

dengan pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP yang baik.

Menurut Manopo, dkk 2013 timbang terima pasien adalah suatu cara dalam

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. SOP

antara shift yang ditunjukan kepada seluruh perawat pelaksana dibuat agar terselenggaranya

penyampaian dan penerimaan laporan-laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.

Sedangkan menurut Nursalam, 2008 pelaksanaan timbang terima ini sangat perlu dilakukan

karena ini manyangkut perkembangan pasien, proses timbang terima dilakukan dengan

berjalan bersama perawat lainnya dan menyampaikan kondisi klien secara akurat didekat

klien.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh manopo, dkk (2011) dengan judul hubungan antara

penerapan timbang terima pasien dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSU

GMIM Kalooran Amurang. Hasil penelitian terkait dengan perilaku perawat dalam

Page 53: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

penerapan SOP timbang terima pasien menunjukan kategori kurang baik didapat 22 orang

atau 36,7% dan 38 orang atau 63,3% kategori baik dalam melakukan timbang terima

pasien sesuai dengan SOP.

Berdasarkan analisa penelitian timbang terima yang dilakukan disetiap pergantian shift

seperti malam ke pagi,pagi ke siang mendapatkan bahwa lebih dari separoh perawat yang

melakukan pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP diruang rawat inap RSUD Dr.

Achmad Mochtar Kota Bukittinggi yang tinggi. Dan yang kurangnya dalam melakukan

pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP. Hal ini menunjukan perawat selalu

melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang telah diprosedurkan dari rumah sakit.

KESIMPULAN

Ada hubungan terhadap pengetahuan perawat dengan pelaksanaan timbang terima pasien

sesuai SOP. Disarankan, rumah sakit untuk terus meningkatkan pengetahuan SDM

keperawatan serta melakukan supervisi pelaksanaan timbang terima pasien sesuai SOP.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih tidak lupa peneliti ucapkan kepada STIKes Fort De Kock yang telah

membantu dan memfasilitasi peneliti sehingga penelitian ini berjalan dengan baik dan lancar.

Selanjutnya kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dan bersedia menjadi subjek

dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, dkk, 2014. Nurses Knowledge With Acceptance Weigh Implemetation (Studies In

Dr. Sayidiman Hospital Magetan). Vol 08 No (002) Hal: 1-4 Nursing journal of

STIKes Insan Cendekia Medika Jombang

Alvarado kim, dkk, 2006. Transfer Of Accountablity: Transforming Shift Handover To

Enhance Patient Safetyt Vo. 9 Special Issue. Healthcare Quarterly

Cintya Bawelle, 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan

Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage

Tahuna. Vol. 1 No.1 Hal: 1-7 ejournal keperawatan (e-Kp)

Dewi, 2012. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan Keselamatan

Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUD Raderi Mattaher Jambi. Jurnal Health&Sport, Vo.

5 No. 3 Hal: 646-649 Jurnal Health & sport

Elmiyasna K, & Fitri Mayasari, 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan)

Diruang Kelas I IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M Djamil Padang. Hal: 1-12

http://www.bromedcentral.com/1472-6955/4/1

Judha, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Kepatuhan Dalan Pelaksanaan

Standar Operating Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Urin Di Bangsal Rawat Inap Rsud

Panembahan Senopati Bantul.

Page 54: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

K Herman Kassean, & Zaheda N Jagoo, 2005. Managing Change In The Nursing

Mauritus. BMC Nursin. Vol. 4 No.1 Lestasi, T, 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka

Penelitian Kesehatan. Dalam. Buku, Nuha Medika. Yogyakarta

Manopo, Dkk, 2011. Hubungan Antara Penerapan Timbang Terima Pasien Dengan

Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSU GIM Kalooran Amuran.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Dalam, Buku. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Dalam. Buku, Salemba Medika.

Nursalam,2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Dalam. Buku, Salemba Medika.

Nyoman, Ni, 2015. Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR Dengan Kualitas

Pelaksanaan Bedside Handover Diruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

Rahayu yulia, dkk,2016. Gambaran Penerapan Handover Antar Shift Oleh Perawat dengan

Menggunakan Metode SBAR di Gedung Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Vol.

10, No. 1. Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan.

Simamora H. Roymond, 2012. Manajemen keperawatan. Dalam. Buku, Kedokteran

Suarli. S, Yanyan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Dalam. Buku, Erlangga.

Sugiyati, 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat Dalam Dokumentasi Keperawatan

Dengan Pelaksanaannya Di Rawat Inap RSI Kendal.

Suryata, dkk, 2016. Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kedisiplinan Pelaksanaan Timbang

Terima Diruang Anggrek RSUD Manembo Bitung. E -Jurnal Sariputra, Vol. 3 No. 1

Hal: 71-75 E-Jurnal Sariputra

Wawan. A, & Dewi M. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia

Dilengkapi Contoh Kuesioner. Dalam. Buku, Nuha Medika : Yogyakarta

Wibowo, 2011. Manajemen Kinerja. Dalam. Buku, Jakarta : Rajawali Pers

Page 55: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

HUBUNGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DENGAN KINERJA

PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP ANGGREK 2 RSUP

PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

Engryne Nindi1, Frida Mendur2, Deiby Lisye Marentek3

1,2,3Universitas Pembangunan Indonesia

E-mail coressponding author:

[email protected]

ABSTRAK

Dokumentasi merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan. Semua informasi mengenai keadaan

klien dan kebutuhan keperawatannya harus berdasarkan fakta sehingga tidak terjadi salah interpretasi

selama klien dalam perawatan, dokumentasi juga berguna sebagai panduan penggantian biaya perawatan,

bahan pemeriksaan jaminan mutu, dan dokumen legal sebagai bukti hukum di pengadilan. Timbang

terima merupakan hal yang penting dalam dunia keperawatan karena semua informasi terbaru tentang

pasien dapat diketahui semua perawat yang dinas. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasi

pelaksanaan timbang terima, teridentifikasi kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan, teranalisis hubungan pelaksanaan timbang terima dengan kinerja perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, bersifat Deskriptif Analitik. Populasi

dari penelitian ini adalah Perawat di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado, dengan sampel 32 orang. Data di ambil menggunakan lembar kuesioner, disajikan dalam bentuk

tabel dan dianalisis dengan menggunakan SPSS, Uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

terdapat hubungan motivasi kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi

Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi

kerja yang tinggi akan meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Kata kunci: Motivasi, Pendokumentasian, Asuhan Keperawatan.

ABSTRACT

Documentation is an important aspect of nursing practice. All information about the client's state and the needs of its care must be based on the fact that no misinterpretation occurs during the client's treatment, documentation is also useful as a guide to reimbursement of

maintenance, inspection materials Quality assurance, and legal documents as evidence of the law in court. Weigh-in is important in the nursing world because all the latest information

Page 56: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

about the patient can be known to all the nurses who are Dinas. The purpose of this research is to be identified with the implementation of the weighing, identified by the performance of nursing in the treatment of nursing care, analysis of the implementation of the weighing in the

performance of nurses in the maintenance documentation Nursing in Inpatient installation

Orchids 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. The type of research used is quantitative, descriptive analytic. The population of this research is the nurse at inpatient installation

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, with a sample of 32 people. Data is taken using a questionnaire sheet, presented in tabular form and analyzed using SPSS, Uji Chi

Square. The results of this study showed that there is a motivation relationship with nursing work with the treatment of nursing care in Inpatient installation Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado, so it can be said that the high working motivation will be Improve nursing care.

Keywords: motivation, documentation, nursing care.

Page 57: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang bermutu merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perawat.

Pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan tenaga profesional yang didukung oleh

faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal tersebut ialah peran pemimpin atau manager.

Salah satu peranan pimpinan ialah menerapkan sistem atau timbang terima pasien.

Timbang terima merupakan komunikasi yang dilakukan perawat saat pergantian dinas.

Masing-masing perawat berperan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-

masing. Profesionalisme pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan melalui

pengoptimalan peran dan fungsi perawat khususnya pelayanan keperawatan mandiri. Hal

ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun

dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu komunikasi yang harus ditingkatkan

efektifitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien).

Tujuan dari timbang terima ini adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat

tentang rencana keperawatan, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan

terjadi dan antisipasinya. Timbang terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadan klien (Nursalam, 2012).

Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan

menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini lebih efektif dari pada

harus menghabiskan waktu orang lain untuk membaca dan akan membantu perawat dalam

menerima timbang terima secara nyata. Clair dan Trussel dalam Kerr (2001) menyusun

pengertian dari handover merupakan komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang

dilakukan oleh perawat pada perghantian shift jaga.

Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan

timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa

dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab dan tanggung

gugat dari seoang perawat. Bila timbang terima tidak di lakukan dengan baik, maka

akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya

informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini

akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan

pasien (Nursalam 2014).

Salah satu penilaian kinerja perawat juga di nilai dari manajemen keperawatan ruangan.

Timbang terima merupakan bagian dari fungsi manajemen yang harus dijalankan dengan

baik dan benar agar kualitas pelayanan keperawatan menjadi berkualitas (Nursalam 2014).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lestari, dkk, (2014) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara operan dengan metode SBAR dengan pendokumentasian,

implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan di Flamboyan II RSUD Kota Salatiga.

Demikian juga dengan Dewi (2012) yang menyatakan bahwa timbang terima dari

perawat pelaksana sangat berpengaruh terhadap keselamatan pasien di RSUD Raden

Mattaher Jambi. Keselamatan pasien merupakan cerminan dari kinerja perawat pelaksana

yang mengutamakan keselamatan pasien. Berdasarkan hasil survei peneliti, jumlah

perawat pelaksana Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Page 58: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Manado, secara keseluruhan berjumlah 32 orang perawat pelaksana yang terbagi atas

Ruang Anggrek Atas 19 perawat, Ruang Anggrek Bawah 13 perawat pelaksana. Hasil

pengamatan peneliti terhadap 20 catatan catatan asuhan keperawatan di Instalasi Rawat

Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, 7 catatan dokumentasi

asuhan keperawatan lengkap, 13 catatan asuhan keperawatan belum lengkap pada

masing-masing tahap proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi. Kualitas

dokumentasi masih sangat jauh dari memadai, yang akibatnya tindakan keperawatan akan

tidak akurat sehingga nilai pelayanan keperawatan menurun. Hal ini menggambarkan

kinerja perawat secara keseluruhan. Nilai BOR (Bed Occupational Range) angka

penggunaan tempat tidur di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado untuk bulan Januari sampai Maret tahun 2017, rata-rata mencapai 92%.

Prosentasi penggunaan tempat tidur yang melebihi nilai normal yaitu 65-80% yang

merupakan indikator penilaian pelayanan keperawatan di rumah sakit. Nilai BOR yang

melebihi nilai normal menggambarkan tentang kinerja perawat yang belum optimal. Nilai

BOR merupakan salah satu indikator penilaian palayanan keperawatan di rumah sakit

(Nursalam,2014).

Hasil pengamatan peneliti terhadap beberapa perawat pelaksana saat pergantian shift

didapati bahwa pelaksanaan timbang terima di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado dinilai belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih ada

pergantian shift yang tidak melakukan timbang terima, hanya sebatas membaca catatan

asuhan keperawatan dari perawat yang jaga sebelumnya. Timbang terima dilaksanakan

hanya pada pagi hari bertepatan pergantian shift dinas malam ke dinas pagi karena

biasanya pada pagi hari terus dipantau oleh kepala ruangan. Sebagai akibat dari kurang

optimalnya pelaksanaan tinbang terima tersebut sehingga banyak terjadi miskomunikasi

bagi perawat yang dinas di shift berikutnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado pada bulan Agustus 2017. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado sebanyak 32 perawat. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat

pelaksana si Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado berjumlah 32 perawat pelaksana (total populasi) yang terdiri dari 19 perawat di

Ruang Anggrek 2 Atas dan 13 perawat di Ruang Anggrek 2 Bawah.

Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini penggambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi dan

pengumpulan data melalui kuesioner. Observasi dilakukan dengan mengamati kinerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Observasi

dilakukan saat timbang terima berlangsung. Kuesioner digunakan untuk mengukur

variabel penelitian, yaitu timbang terima dan kinerja perawat.

Page 59: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Berdasarkan Umur Responden di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok umur 26

sampai 35 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah responden 26 orang

atau sekitar 81,3 % dari total responden. Di urutan kedua kelompok umur 36 sampai 45

tahun dengan jumlah 4 orang atau sekitar 12,5%, di urutan ketiga dengan kelompok

umur 17-25 tahun dengan jumlah responden 2 orang atau sekitas 6,3 % dari total 32

responden.

Karaketristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Karakteristik responden menurut jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 5.2 di

bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin responden di Instalasi Rawat Inap

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017

Keterangan pada tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin

perempuan merupakan responden terbanyak dengan jumlah responden 22 orang atau

sekitar 68,8% dari total responden. Di urutan kedua responden dengan jenis kelamin laki-

laki dengan jumlah 10 orang responden atau sekitar 31,3% dari total 32 responden. Dalam

penelitian ini, jenis kelamin perempuan lebih banyak menjadi responden disebabkan

Page 60: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

karena perawat yang paling banyak bekerja di rumah sakit ini berjenis kelamin

perempuan.

Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Karakteristik responden menurut pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 5.3 di

bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Rawat

Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan pendidikan Ners

merupakan responden terbanyak dengan jumlah responden 13 orang atau sekitar 40,6%

dari total responden. Di urutan kedua responden dengan pendidikan D3 dengan jumlah

11 orang responden atau sekitar 34,4% dari total 32 responden, di urutan ketiga responden

dengan pendidikan S1 dengan jumlah responden 8 orang atau sekitar 25% dari total 32

responden.

Distribusi Variabel Pelaksanaan Timbang Terina

Distribusi variabel pelaksanaan timbang terima dapat dilihat pada table 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi variabel Penelitian Berdasarkan Pelaksanaan Timbang Terima di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 5.4 di atas maka dapat dilihat bahwa pelaksanaan timbang terima di

Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada

umumnya baik. Sebanyak 18 responden atau sekitar 56,3% dari total 32 responden

Page 61: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

menilai bahwa pelaksanaan timbang terima baik. Sementara pelaksanaan timbang

terima yang kurang baik berada pada 14 responden atau sekitar 43,8% dari 32 responden.

Distribusi Variabel Kinerja Perawat Pelaksana

Distribusi variabel kinerja perawat pelaksana dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5

Distribusi Variabel Penelitian Berdasarkan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 5.5 di atas maka dapat dilihat bahwa pendokumentasian asuhan

keperawatan pada umumnya baik. Kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan yang tergolong baik sebanyak 20 responden atau sekitar 62,5%. Kinerja

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yang tergolong kurang baik

sebanyak 12 responden atau sekitar 37,5% dari total 32 responden.

Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Tabel 5.7

Tabulasi Silang Variabel Pelaksanaan Timbang Terima Dengan Kinerja Perawat

Pelaksana Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017.

Page 62: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Berdasarkan tabel 5.7 di atas maka dapat dianalisa untuk 14 responden dengan kategori

pelaksanaan timbang terima yang kurang baik, 8 responden (25%) kinerja perawat

pelaksana kurang baik dan resssponden (18,8%) dinilai memiliki kinerja dengan

kategori baik. Kategori pelaksanaan timbang terima yang baik, dari 18 responden, hanya

4 responden (12,5%) memiliki kinerja yang kurang baik dan 14 responden (43,8%),

dinilai memiliki kinerja yang baik. Dari hasil analisis antara pelaksanaan timbang terima

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

diketahui terdapat hubungan pelaksanaan timbang terima dengan kinerja perawat

pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hal ini dibuktikan dengan perolehan

nilai p=0,043 (<nilai α (0,05)) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

handover dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado atau Ho ditolak dan Ha diterima.

HASIL

Gambaran Pelaksanaan Timbang Terima di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan timbang terima di Instalasi Rawat Inap

Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada umumnya baik.. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan timbang terima yang baik dengan prosentasi

sekitar 56,3% dan 43,8% pelaksanaan timbang terima kurang baik. Pelaksanaan timbang

terima di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

tergolong baik, hal ini disebabkan karena pada saat melakukan timbang terima

(handover), kepala ruangan memimpin proses serah terima pasien; timbang terima pasien

dilakukan oleh perawat pelaksan; timbang terima sesuai waktu yang ditentukan rumah

sakit; timbang terima pasien dilakukan di sisi tempat tidur pasien; timbang terima pasien

antar dinas dilakukan dengan metode lisan; terjadi kesalahan dalam pengobatan

diselesaikan saat timbang terima pasien; perawat pelaksana membahas aspek psikososial

keperawatan selama laporan lisan; perawat pelaksana mengetahui tentang situasi pasien

saat pelaksanaan timbang terima; perawat pelaksana melakukan serah terima secara

tertulis; perawat shift yang mempersiapkan informasi tentang asuhan keperawatan yang

telah dan belum dilakukan saat timbang terima; pelaksanaan timbang terima dihadiri

semua perawat; timbang terima dilakukan setiap pergantian shift dengan tujuan

meningkatkan komunikasi bagi perawat.

Page 63: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Gambaran Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado

Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa kinerja perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado pada umumnya baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil

bahwa kinerja perawat yang baik sebanyak 65,2% dan kinerja kurang baik 34,8%.

Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi

Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dikategorikan baik,

hal ini disebabkan karena mulai dari tahap pengkajian, pencatatan data yang dikaji

seduai dengan pedoman pengkajian, data yang dikaji dikelompokkan meliputi

(biopsikososial dan spiritual), data dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang,

masalah keperawatan dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan

dengan norma dan fungsi kehidupan.

Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 32 perawat di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan

antara pelaksanaan timbang terima dengan kinerja perawat pelaksana dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai p dari

hasil uji statistika dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,043.

Nilai yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05) yang berarti terdapat hubungan pelaksanaan

timbang terima dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado.

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara pelaksanaan timbang terima

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian

membuktikan bahwa pelaksanaan timbang terima atau handover di ruangan pada

umumnya berada pada kategori baik. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan timbang

terima dari perawat pelaksana maupun kepala ruangan sudah baik meskipun masih

terdapat pelaksanaan timbang terima yang kurang baik. Demikian juga dengan

kinerja perawat dalam hal ini dokumentasi keperawatan dinilai baik karena pada setiap

Page 64: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

tahap mulai dari pengkajian sampai evaluasi dinilai baik meskipun masih ada juga yang

belum lengkap terisi.

KESIMPULAN

1. Pelaksanaan timbang terima di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado pada umumnya baik.

2. Kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado pada umumnya baik.

3. Terdapat hubungan timbang terima dengan kinerja perawat pelaksana dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

DAFTAR PUSTAKA

Amato-Vealy. (2008). Hand-Off Communication. A Requisite For Perioperative Patient

Safety. Aorn Journal, 88 (5): 763-770, (online), (http://www.aornjournal.org, diakses 10

Maret 2017).

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.

Retrieved from http:/poltekkesjakarta1.ac.id/read-el- es diakses tanggal 12 Maret 2017.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Permanente, K. (2011). SBAR Technique For Communication: A Situational Briefing

Model. Evergreen, Colorado, USA, (online), (http://www.ihi.org, diakses 10 Maret

2017).

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.

Jakarta: EGC.

Page 65: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Rohmah,N.(2012). Proses Keperawatan. Jakarta Arruz Media. Setiadi (2013). Konsep

Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan, Edisi Kedua. Penerbit Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Siagian, P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Sofyandi, H.(2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Graha Ilmu.Yogyakarta.

Suarli, S. & Bahtiar. (2010). Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan

Praktik. Jakarta: Erlangga.

Sujarweni,V.W. (2014) Metodologi Penelitian Keperawatan. Cetakan Pertama.

Penerbitt Gava Media: Yogyakarta.

Tanjary. (2009). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat. Diambil

pada tanggal 14 Marett 2017.

Urrahman, Z. (2009). Manajemen Keperawatan Timbang Terima/Operan. Stikesss Patria

Husada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan Arianti, W.D (2014). Penerapan Timbang Terima di RSU Dr.

Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara.

Candra, A. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. (online),

(http://aurajogja.files.wordpress.com, diakses tanggal 10 Maret 2017)

Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 22/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan

Daerah.

Depkes RI. (1994). Standar Peralatan, Ruang dan Tenaga Rumah Sakit. Dirjen Yanmed.

Jakarta.

Depkes RI. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta:

Depkes.

Dewi, M, (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan

Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal

Health and Sport Vol. 1. No. 3.

Friesen, M.A. (2009). Handoff:Implication for Nurses, Nurses First, Volume 2,

Issue 33 May/June 2009.

Hasibuan, M. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke Tujuh Belas.

Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Dokumentasi Keperawatan, Cetakan 1. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta. Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi Dan Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Page 66: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2 Febrina, W; Yenni & Ramadhani, S (2018). RNJ. 1(2) : 60-66

Journal Of Community & Emergency, Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Leonard, M.D. (2014). WIHI: SBAR: Structured Communication And Psychological

Safety In Health Care. (Online). (http://www.ihi.org, diakses 10 Maret 2017)..

Lestari, D.F.A., Suryani, M., Meikawati, W. (2014). Hubungan Penerapan Operan

Dengan Metode SBAR Dengan Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi

Asuhan Keperawatan di Ruangan Flamboyan II RSUD Kota Salatiga. Jurnal Ilmu

Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Vol.1, No.2. Halaman: 115.

Marwansyah. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Mikos, K. (2007). Monitoring Handoffs For Standardization. Nursing Management, hlm.

16-20, (online), (http://www.nursingmanagement.co m, diakses 10 Maret 2017).

Page 67: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Handover of Patients From Prehospital

Emergency Services to Emergency Departments

A Qualitative Analysis Based on Experiences of Nurses

Ángela Sanjuan-Quiles, PhD, RN; María del Pilar Hernández-Ramón, MSc; Rocío Juliá-

Sanchis, PhD, RN; Noelia García-Aracil, PhD, RN;Mª Elena Castejón-de la Encina, PhD, RN;

Juana Perpiñá-Galvañ, PhD

The process of handing over a patient is de- fined as the transfer of responsibility, clini-cal

information, and care of a patient from one health care professional to another. This pro-

cess involves a series of actions, which guarantee the coordination and continuity of care.

Author Affiliations: Health Sciences Faculty, University of Alicante, Carretera San Vicente del

Raspeig, Spain (Drs Sanjuan-Quiles, Juliá-Sanchis, García-Aracil, Castejón-de la Encina, and

Perpiñá-Galvañ); and Vega Baja Hospital, Orihuela, Alicante, Spain (Ms Hernández-Ramón). The

authors declare no conflicts of interest. This is an open-access article distributed under the terms of

the Creative Commons Attribution-Non Commercial-No Derivatives License 4.0 (CCBY-NC-ND),

where it is permissible to download and share the work provided it is properly cited. The work

cannot be changed in any way or used commercially without permission from the

journal.Supplemental digital content is available for this article. Direct URL citations appear in the

printed text and are provided in the HTML and PDF versions of this article on the journal’s

Website (www.jncqjournal.com).Correspondence: Rocío Juliá-Sanchis, PhD, RN, Health Sciences

Faculty, University of Alicante, Carretera San Vicente del Raspeig s/n -03690 San Vicente del

Raspeig, Spain ([email protected]).

ABSTRACT

Background: During the transfer of patients, both ambulance and hospital emergency

service professionals need to exchange necessary, precise, and complete information for an

effective handover. Some factors threaten a quality handover such as excessive caseload,

patients with multiple comorbidities, limited past medical history, and frequent

interruptions.

Purpose: To explore the viewpoint of nurses on their experience of patient handovers,

describing the essential aspects of the process and areas for improvement, and establishing

standardized elements for an effective handover.

Methods: A qualitative research method was used.

Results: Nurses identified the need to standardize the patient transfer process by a written

record to support the verbal handover and to transmit patient information adequately, in a

timely manner, and in a space free of interruptions, in order to increase patient safety

Conclusions: An organized method does not exist. The quality of handovers could be

enhanced by improve- ments in communication and standardizing the process.

Keywords: communication, emergency department, handover, nursing, prehospital

emergency services

Page 68: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

Accepted for publication: June 4, 2018

Published ahead of print: July 18, 2018

DOI: 10.1097/NCQ.0000000000000351

ever, handovers are not devoid of risks due to fac- tors inherent to the organization of

prehospital emergency medical services (PEMS) and hospital emergency departments (EDs),

which can result in errors in communication during the transfer of patients between

health care professionals.3

These factors include the diversity of patient con- ditions attended to by such services, more

than one health care professional caring for any given patient, limited information about

the patient’s medical history, excessive caseload, limited time frames, and continuous

interruptions.4,5

Likewise, PEMS have only one opportunity to transfer information to the ED, and as

such, whatever data are not transmitted, acquired, or recorded in the patient’s clinical notes

during handover are lost.4 These circumstances can lead to discontinuity in care,

increased vari- ability in clinical practice, decreased procedural integrity, and the

occurrence of adverse events in up to 60% to 80% of cases.6,7 To counteract such

unfavorable situations in the organization, standardization and consistency of the han-

dover process, to enhance the effectiveness of communication during handover, is needed.

BACKGROUND

A number of authors have performed research on strategies for improving handover in a

range of contexts, from operating room to pediatric intensive care units.12 ,13 All of

them found that using checklists reduces data loss and medical errors related to failures

in communication, im- proves information content at handover and the quality and

reliability of the information trans- mitted, and enhances clinical safety.13 ,14 Klim et

al,15 in a survey and group discussion forum with ED nurses, identified that the

information received, the past medical history, and vital signs of the patient were not

checked for accuracy by most health care professionals, resulting in an inadequate and

poor-quality handover.16 It is worthy of note that studies related to the transfer of

patients between ambulance services and EDs are limited.10 Due to the fact that the lack

of standardization of handovers increases the likelihood of adverse events, the purpose

of this study was to explore the viewpoint of nurses on their experience of patient

han- dovers, describing the essential aspects of the process, identifying the weak points, and

estab- lishing standardized elements for an effective handover.

METHODS

A qualitative study design was used within the theoretical framework of a content

analysis. To systematically organize the resultant data,17 semistructured, face-to-face

interviews were recorded in an audio format, transcribed verba- tim, and analyzed by 3

independent researchers who did not participate in the interviews.

Page 69: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

All participants were informed of the aim of the study, the methods used, and how they

would participate. Prior to being interviewed, informed consent was obtained, and we

received autho- rization from the PEMS management and hos- pital management team to

which the personnel interviewed belonged.

Sample

The initial study sample consisted of 30 nurs- ing professionals from the province of

Ali- cante (Spain). Recruitment was performed via nonprobabilistic intentional sampling,

which in- cluded nurses working in PEMS and EDs who met the following inclusion

criteria: currently employed and having at least 2 years of expe- rience in these specialist

areas. Finally, 12 nurses satisfied the inclusion criteria and participated in the study. Seven of

them were female, and the mean age was 36.2 years. Their average years of experience

were 11.6, and half of the partici- pants were from PEMS.

Procedure

Once participants had been selected, one research team member contacted them via

e-mail. Then, the study was explained, and they were invited to participate. The interviews

were held from March to April 2017. The particular areas of interest of the study were

included in the formulation of 10 open-ended questions, based on the literature review

and the specific aims of the project. Nurses were asked about: (1) standardization of the

process, (2) effectiveness of the transfer process, (3) essential elements to handover, (4)

organization of information, (5) prompting the information to be provided or received,

(6) communication techniques, (7) a proper handover, (8) key information, (9) infor-

mation to continuity of care, and (10) improving the status quo of the transfer of care.

Data analysis

Researchers ensured the data gathered from the interviews were coherent and accurate.

The interviews were recorded in a digital audio format, transcribed verbatim, and

subsequently provided to the participants for the accuracy of the transcription to be

corroborated. The data were processed using a qualitative content analysis

methodology.18 The interviews were analyzed via data triangulation, applying an open

codification system, which consisted of assigning emergent codes to each paragraph or

sentence according to their meaning. These codes were classified into groups according

to similarity. Subsequent to identifying patterns in the transcriptions, the classifications

were divided into topics and subtopics.

Page 70: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

170 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 170

Data saturation was reached once 10 inter- views had been transcribed and triangulated

by the research team. Informatics software was not used in performing the content

analysis. Once potential differences with regard to the available literature and/or

conceptual frameworks were identified, the content was examined, and con- sensus

reached on the more relevant data re- lated to each topic and subtopic. The reliability of

qualitative data was achieved via a systematic process of data gathering and analysis.

RESULTS

Four topics and 11 subtopics were generated, as shown in the Supplemental Digital

Content, Table, available at: http://links.lww.com/JNCQ/ A463.

Standardizatin

Within this topic the subtopics were: protocols, clinical safety, and patient-family

participation. Standardization is the process by which an activ- ity is performed in a

previously established me- thodical manner, subject to consensus as the ac- ceptable

procedure for performing certain types of activities or functions.20

When the nurses were asked whether they con- sidered it necessary to standardize the

transfer process, all agreed that the standardization of the process was essential.

Furthermore, 6 of them stated that standardization could avoid data loss, errors, and

mistakes. Consequently, the stan- dardization of the handover process would im- prove

clinical safety. A nurse stated, “Standard- izing the process would be of interest to avoid

omissions and errors and for everyone to work in a more homogenous way.” Also, another

said, “If a protocol existed, we could avoid gaps in information.”

The transfer process

The following subtopics were included with this area: patient details, data organization, and

hos- pital organization. Regarding the question of which information should be included

in the transfer process, all of the nursing profession- als surveyed highlighted the

following areas as important: the presenting complaint or reason for referral, personal

history, allergies, treatment or care received, and medications administered. Six of nurses

considered it essential to know about the previous condition of the patient and the

effectiveness of any treatment administered. Only one of the participants felt it

unnecessary to be informed about IV line, catheters, or oxy- gen therapy, stating that visual

cues are retained and thus they did not require such information to be reported. The ED

nurses highlighted the need to obtain information about the patient and any nursing tasks

performed prior to their arrival. A nurse stated:

Page 71: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

171 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 171

The handover brought in by PEMS should in- clude any nursing tasks that have been

per- formed (IV line), the presenting complaint, and main actions performed, and above

all, whether they have had the time or the opportunity to speak with the patient and

family members…[to identify] drug allergies and main medical condi- tions contributing to

the patient reaching a crit- ical state … to know if they found the patient lying on the

floor, if they have seen home oxygen equipment in the house, any information one can get is

always good to know, especially in emer- gency cases. It is noteworthy that each nursing

professional organized information in different ways. They expanded or dismissed

information according to their clinical judgment and mental schemat- ics as a way to

assimilate, organize, and trans- form information into knowledge.21 ,22 A nurse stated,

“Before reaching the hospital, I review everything in my mind, all the medication that

has been administered, all the interventions, the situation the patient has been

through.” An- other nurse said, “I use the following mental schematic: the reason the patient

is being trans- ferred, medication administered, IV line, vital signs.” Another nurse said,

“I don’t use any method for organizing the information in my head. Visual signs,

oxygen therapy, IV line, uri- nary catheter, the way the patient arrives… your eyes pick all

that up and you instantly memorize it … What I do try to memorize is the medication that’s

been given.”

The health care professionals surveyed also believed that an essential part of patient trans-

fers lies in hospital management defining who should be responsible for taking

handover. A nurse stated, “When you work in different places, then you see different

receiving hospitals’ systems. There are hospitals where you are directed to triage and

you speak with a nurse, hospitals where a physician comes out, hospitals where nobody

comes out and you have to go and find someone, because they might be busy with other

things, so I think it also depends on the receiving hospital’s organization.” Other nurse

said, “Some aren’t wearing proper identification, and I know some are nurses and others

aren’t.”

Communication

There were 2 subtopics included here, commu- nication with the appropriate person

and the need to apply communication techniques to ensure the correct transmission

of information provided/received. Communication is defined as the exchange of

information between a speaker and a listener.20 The participants highlighted the

importance of information being provided to the health care professional who will be

respon- sible for the patient. They also underlined the value of information being handed

over between professionals of the same role. A nurse stated that is important to

“know who I have to handover to, which nurse, because sometimes you don’t know

the staff… they should identify themselves clearly, to know who is giving and who should

be receiving the handover of the patient.” Another nurse said, “Actually, PEMS colleagues

don’t seek out the nurse who will be assigned to that patient, we have to ask.

Because there is no protocol, one has to insist to get information … in PEMS, there is only

one opportunity for communication, and you need all the complete details: diagnosis,

procedures performed and medication given, all those basic things, but in a more accessible

place, perfectly visible.” A nurse added, “I think the nurse who will be looking after the

Page 72: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

172 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 172

patient should be the one receiving handover.” Handover is “a little chaotic, because

the PEMS nurse hands over to a ED nurse who happens to pass by. I think there should

be an officially designated receiving nurse.”

Only 2 participants, 1 PEMS and 1 ED nurse, believed it necessary to check the

information received with a physician, “I ask the physi- cian about any details I’ve

missed, in order to make the information to be handed over complete.” The other

nurse said, “I often lis- ten to what the PEMS physician tells the ED physician, since

the information is more com- plete than that provided by the nurse. Other times, once

the handover has been given. I com- pare my information with that of the physician.”

Regarding communication techniques, partici- pants were asked about their use of active

listen- ing techniques such as clarification, paraphras- ing, and feedback.23 ,24 A nurse

stated, “People respond affirmatively, as if they are listening to you, but you don’t know

if it’s an automatic re- sponse, you don’t know if they are really cap- turing the

information or not. I think there is a lack of feedback.” Another nurse said, “Of- ten

the nurse tells me the medication that’s been given, and I repeat this back. I focus on

what seems important to me, but I don’t retain all the information the nurse has told me,

and a lot gets lost.” A nurse added, “I use feedback: I repeat what I can remember in case

I’ve missed some-thing.” In addition to verbal feedback, nurses use nonverbal

communication techniques as a tool for confirming receipt of the message.

Clinical records

Three subtopics were identified: on the ver- bal handover and written and digital

medical records. Clinical records are confidential docu- ments that contain patients’ clinical

information. This information includes educational and other patient characteristics and

constitutes an impor- tant administrative element.25 Currently, this in- formation is

recorded either on paper or in a dig- ital format; however, handover between PEMS and

the ED is transmitted verbally.

The interviewees underscored the need to sup- port this verbal handover with a recorded

format without the need for duplicating information. A nurse stated, “If it were backed up

with a writ- ten document it would be fantastic … an easy- to-read document, not overly

lengthy, in which any interventions performed on patients, the rel- evant past medical

history, the medication given, and the reason for the referral are recorded.” An- other nurse

said, “The referral form the physi- cian receives actually includes a nursing sec- tion,

but it’s unreadable, with abbreviations.” A nurse specified, “A handover form exclusively

for nurses isn’t necessary … the current form could be modified … even if there were 2

copies: one for the nurse and another for the physician, because both should have access to

the same information.”

DISCUSSION

The present study described the key experiences of Spanish PEMS and ED nurses

regarding the transfer of patients. In line with our results, a range of authors describe the

Page 73: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

173 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 173

ideal transfer pro- cess as a structured system, either on paper or in a digital format,

which allows the recording and permanent storing of information to sup- port the verbal

handover and organize essential patient data. 5 ,11 ,26-28 To implement standardiza- tion

would reduce data loss, and improve pa- tient safety and professional satisfaction.

According to Dubosh et al,32 the use of check- lists would reduce errors in care and

memory.

The interviews highlighted the need to assign an ED nurse to take handover, who should

be easily identifiable by PEMS staff and involved in the subsequent care of the patient. This

concurs with literature on handovers between health care professionals and other

individuals and fam- ily members to improve relevant information transferred.4,5,30

,31,33 Information that should be included in the handover process, which most

participants stressed, was patient identification, reason for referral, medical history,

procedures performed, and medication administered. There are several classification

systems such as the I-PASS (Illness severity, Patient summary, Action list, Synthesis by

receiver, Summary by receiver) system for organizing data, which could be used.33-35

To ensure an effective exchange of informa- tion, participants consider the need for a

good communication skill. The individual behavior during the communication processes

is key to the correct reception of messages in noisy, stress- ful environments with constant

interruptions. It is therefore important to have active listen- ing techniques, which

facilitate communication and reduce barriers.4 Consistent with Greenstein et al,36 the

communication techniques described and used by the participants were feedback, clar-

ification, taking notes, and access to a handover form. They recognized that ways to complete

the communication process were underutilized.

Limitations

The data collected reflect the experience of PEMS and ED nurses from the province of

Alicante (Spain). The entire PEMS have the same orga- nization: ambulances’ teams are

formed by the physician, nurse, and technician, or by the nurse and technician. Every team

has to transfer the pa- tient to the ED after their advanced live support, and the nurse

always has to be responsible for the process. However, findings may be general- izable to

other areas that do not possess similar organization systems or characteristics.

CONCLUSIONS

The present study demonstrates the need to standardize the patient transfer process

between PEMS and ED professionals, to improve commu- nication, avoid data loss and

adverse events, and thus increase clinical safety. The essential infor- mation to include in

patient transfers is the rea- son for referral, past history including any infor- mation relevant

to the case, drug allergies, and procedures performed with an emphasis on drug

administration and response to treatment. The following steps are proposed for perform-

ing adequate patient transfer: first, identify the receiving nurse for the patient; second,

Page 74: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

174 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 174

subse- quent to presenting themselves, the PEMS nurses should handover the relevant

patient informa- tion in the following order: patient identification, reason for the referral,

past medical history, and baseline, whether they know each other, proce- dures performed

prior to arrival, and the patient response to treatment; and third, the ED nurse should

confirm the correct receipt of all informa- tion, repeating it back or asking questions and

requesting clarification as needed. Verbal com- munication should be backed up at all times

with written material provided by the PEMS nurse.

The standardized patient transfer process be- tween PEMS and ED nurses should be

structured to organize and store patient information. That will help reduce errors in care

and data loss, as well as avoiding adverse events, and improving patient safety and

professional satisfaction.

REFERENCES

1. Johnson M, Sanchez P, Zheng C. The impact of an integrated nursing handover system on

nurses’ satisfaction and work practices. J Clin Nurs. 2016;25(1/2):257-268.

2. Johnson M, Jefferies D, Nicholls D. Developing a mini- mum data set for electronic

nursing handover. J Clin Nurs.2012;21(3/4):331-343.

3. Flink M, Tessma M, Cvancarova Småstuen M, Lindblad M, Coleman EA, Ekstedt M.

Measuring care transitions in Swe- den: validation of the care transitions measure. Int J

Qual Heal Care. 2018;30(4):291-297.

4. American Academy of Pediatrics Committee on Pediatric Emergency Medicine,

Medicine ACOEPPE, Committee, Pe- diatric ENA. Handoffs: transitions of care for children

in the emergency department. Pediatrics. 2016;138(5).

5. Dawson S, King L, Grantham H. Review article: improv- ing the hospital clinical

handover between paramedics and emergency department staff in the deteriorating

patient. Emerg Med Australas. 2013;25(5):393-405.

6. Bost N, Crilly J, Wallis M, Patterson E, Chaboyer W. Clinical handover of patients

arriving by ambulance to a hospital emergency department. A literature review. Int Emerg

Nurs. 2010;18:210-220.

7. Riesenberg LA, Leisch J, Cunningham JM. Nursing hand- offs: a systematic review of

the literature. Am J Nurs. 2010;110(4):24-34.

8. Agarwala AV, Firth PG, Albrecht MA, Warren L, Musch G. An electronic checklist

improves transfer and retention of critical information at intraoperative handoff of care.

Anesth Analg. 2015;120(1):96-104.

Page 75: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

175 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 175

9. Lo H-Y, Mullan PC, Lye C, Gordon M, Patel B, Vachani J. A QI initiative:

implementing a patient handoff checklist for pediatric hospitalist attendings. BMJ Qual

Improv Rep.2016;5(1):1-6.

10. Mullan PC, Macias CG, Hsu D, Alam S, Patel B. A Novel briefing checklist at shift

handoff in an emergency depart- ment improves situational awareness and safety event

iden- tification. Pediatr Emerg Care. 2015;31(4):231-238.

11. Jewell JA, Committee on Hospital Care. Standardiza- tion of inpatient handoff

communication. Pediatrics. 2016;138(5):e20162681.

12. Bruno GM, Guimond ME. Patient care handoff in the postanesthesia care unit: a quality

improvement project. J Perianesth Nurs. 2017:32(2):125-133. 13. Boat AC, Spaeth JP.

Handoff checklists improve the re- liability of patient handoffs in the operating room and

postanesthesia care unit. Paediatr Anaesth. 2013;23(7):647-654.

14. Farhan M, Brown R, Vincent C, Woloshynowych M. The ABC of handover: impact

on shift handover in the emer- gency department. Emerg Med J. 2012;29(12):947-953.

15. Klim S, Kelly AM, Kerr D, Wood S, Mccann T. Develop- ing a framework for nursing

handover in the emergency de- partment: an individualised and systematic approach. J Clin

Nurs. 2013;22(15/16):2233-2243.

16. Di Delupis FD, Mancini N, di Nota T, Pisanelli P. Pre- hospital/emergency

department handover in Italy. Intern Emerg Med. 2015;10(1):63-72.

17. Tong A, Sainsbury P, Craig J. Consolidated criteria for re- porting qualitative research

(COREQ): a 32-item checklist for interviews and focus groups. 2007;19(6):349-357.

18. Abela JA. Las Técnicas de Análisis de Contenido: Una Re- visión Actualizada. Sevilla,

Spain: Fundacion Centro de Es- tudios Andaluces; 2002:1-34.

19. Guba EG, Lincoln YS. Paradigmas en Pugna en la Investi- gación Cualitativa. In:

Denzin N, Lincoln I, eds. Handbook of Qualitative Research. London, England: Sage;

1994:105-117.

20. Real Academia Española. 2017 Diccionario de la Real Academia de la Lengua

Española. http://dle.rae.es/?w= diccionario. Published 2017. Accessed January 17, 2018.

21. Muños-Gonzales JM, Ontoria Peña A, Molina-Rubio A. El mapa mental, un

organizador gráfico como estrategia didác- tica para la construcción del conocimiento.

Magis Rev Int Investig en Educ. 2011;3(6):343-361.

22. Villalustre Martínez L, Del Moral Pérez E. Mapas con- ceptuales, mapas mentales

y líneas temporales: objetos “de” aprendizaje y “para” el aprendizaje en Ruralnet. Rev

Latinoam Tecnol Educ. 2010;9(1):15-28.

23. Galiana-Roch J. Enfermería Psiquiátrica. Barcelona, Spain: Elsevier; 2016.

Page 76: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

176 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 176

24. Cibanal J, Arce M, Carballal Balsa M, Arce Sanchez M. Téc- nicas de Comunicación y

Relación de Ayuda En Ciencias de La Salud. 3rd ed. Barcelona, Spain: Elsevier; 2014.

25. Guzmán F, Arias CA. La historia clínica: elemento funda- mental del acto médico. Rev

Colomb Cir. 2012;27:15-24.

26. Manias E, Geddes F, Watson B, Jones D, Della P. Per- spectives of clinical

handover processes: a multi-site sur- vey across different health professionals. J Clin

Nurs.2016;25(1/2):80-91.

27. Meisel ZF, Shea JA, Peacock NJ Dickinson ET, et al. Op- timizing the patient handoff

between emergency medical services and the emergency department. Ann Emerg

Med.2015;65(3):310-317.

28. Jensen SM, Lippert A, Østergaard D. Handover of patients: a topical review of

ambulance crew to emergency department handover. Acta Anaesthesiol Scand.

2013;57(8):964-970.

29. Balhara KS, Peterson SM, Elabd MM, et al. Implement- ing standardized, inter-unit

communication in an interna- tional setting: handoff of patients from emergency medicine

to internal medicine. Intern Emerg Med. 2018;13(3):385-395.

30. Abraham J, Kannampallil TG, Almoosa KF, Patel B, Patel VL. Comparative evaluation

of the content and structure of communication using two handoff tools: implications for

patient safety. J Crit Care. 2014;29(2):311.e1-311.e7

31. Abraham J, Kannampallil TG, Patel B, Almoosa K, Patel VL.Ensuring patient safety in

care transitions: an empirical eval- uation of a handoff intervention tool. AMIA Annu

Symp Proc. 2012;2012:17-26.

32. Dubosh NM, Carney D, Fisher J, et al. Implementation of an emergency department

sign-out checklist improves trans- fer of information at shift change. J Emerg Med.

2014;47(5):580-585

33. Heilman JA, Flanigan M, Nelson A, Johnson T, Yarris LM.Adapting the I-PASS

program for emergency department inter-shift handoff. Western J Emerg Med.

2016;17(6):756-761

34. Johnson M, Jefferies D, Nicholls D. Exploring the structure and organization of

information within nursing clinical han- dovers. Int J Nurs Pract. 2012;18(5):462-470

35. Iedema R, Ball C, Daly B, et al. Design and trial of a new ambulance-to-

emergency department handover proto- col: “IMIST-AMBO.” BMJ Qual Saf.

2012;21(8):627-633.

Page 77: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …

177 Handover of Patients From Prehospital Emergency Services to EDs Journal of Nursing Care Quality

April-June 2019 • Volume 34 • Number 2 www.jncqjournal.com 177

36. Greenstein EA, Arora VM, Staisiunas PG, Banerjee SS, Far- nan JM. Characterising

physician listening behaviour during hospitalist handoffs using the HEAR checklist. BMJ

Qual Saf. 2013;22(3):203-209.

Page 78: PELAKSANAAN COACHING KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN STANDAR …