34
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (HOSPITAL DISASTER PLAN) RUMAH SAKIT GRAHA JUANDA http://documents.tips/documents/pedoman-penanggulangan- bencana.html

Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

  • Upload
    doel

  • View
    95

  • Download
    16

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dok RS

Citation preview

Page 1: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA

(HOSPITAL DISASTER PLAN)

RUMAH SAKIT GRAHA JUANDA

http://documents.tips/documents/pedoman-penanggulangan-bencana.html

Page 2: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana bisa terjadi dimana saja, baik dirumah sakit maupun di luar rumah sakit,

merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus kita terima. Hal ini bisa

terjadi karena faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang

disebabkan karena human error, atau kecelakaan karena sifat bahan / material yang

diolah dan sifat pekerjaan yang mengandung sumber bahaya.

Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian

moril materil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan

anggota keluarga, kehilangan sumber pencaharian, kehilangan rumah, mobil, bahkan

kehilangan nyawa, belum lagi gangguan psikologis akibat trauma yang ditimbulkan

bencana tersebut. Untuk dapat mengurangi jumlah korban jiwa manusia akibat

bencana ini, perlu adanya usaha pertolongan medik darurat (pra-rumah sakit dan

atau di rumah sakit) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan di berbagai instansi

pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi. Sehingga diperlukan

adanya suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam memberikan

pertolongan medik darurat terutama di rumah sakit (Hospital Disaster Planning).

Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka

dengan ini disusun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di

Rumah Sakit Graha Juanda.

Page 3: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

B. Tujuan

a. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi baik dari dalam

maupun dari luar rumah sakit yang mengenai pegawai, pasien, pengunjung dan

masyarakat sekitar.

b. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada

saat terjadinya bencana

c. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam

penanggulangan kegawat daruratan

BAB II

BATASAN DISASTER/ BENCANA

1. Pengertian

Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara

berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau

kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk

menolong dan menyelamatkan manusia beserta lingkungannya.

Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat

korban manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal

dan terganggunya mekanisme kehidupan sehari-hari. Korban masal adalah

banyaknya korban dengan penyebab kejadian yang sama, sehingga

membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal fasilitas

maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.

Sistem penatalaksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang

terdiri dari, unit-unit organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan

menggunakan tatacara tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan

kecacatan korban bencana masal dengan menggunakan segala sumber daya yang

ada secara efisien.

Sistem penatalaksanaan korban bencana massal didasarkan pada :

Page 4: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

1. Tatacara penilaian awa, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan

rutin yang dapat diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar.

2. Penggunaan sumber daya secara maksimal

3. Persiapan dan respon multi sektoral

4. Koordinasi yang terencana baik dan teruji

Triase

Adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya untuk mendapat

label tertentu dan kemudian dikelompokan serta mendapatkan pertolongan/

penanganan sesuai dengan kebutuhan.

Korban akan terbagi dalam lima kondisi kesehatan sebagai berikut :

a. Label hijau

Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat

ditunda, mencakup korban dengan :

- Fraktur minor

- Luka minor, luka bakar minor

b. Label kuning

Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan

kemudian dapat dipulangkan atau dirawat dirumah sakit atau dirujuk ke

rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :

- Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma

abdomen berat)

- Fraktur disable

- Luka bakar luas

- Gangguan kesadaran / trauma kepala

c. Label merah

Page 5: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Korban dengan cidera berat yang memerluka observasi ketat, kalau perlu

tindakan operasi, dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan

memerlukan perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk

dalam kategori ini :

- Syok oleh berbagai kausa

- Gangguan pernafasan

- Trauma kepala dengan pupil anisokor

- Perdarahan eksternal massal

d. Label hitam

Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan di lobi belakang (area

poliklinik)

Siaga

adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di rumah

sakit dalam jumlah yang besar sehingga memerlukan penanggulangan khusus,

dan dapat terjadi didalam maupun diluar jam kerja.

Pesan Siaga dari Pusat Komunikasi (dibagian umum) harus disampaikan langsung

kepada IGD (melalui telepon) informasi ini harus diterima langsung oleh perawat

atau dokter jaga, kemudian berkoordinasi dengan Direktur, manajer pelayanan

dan koordinator perawat mengaktifkan rencana penanggulangan bencana

rumah sakit. Setelah itu operator akan memanggil/memobilisasi tenaga

penolong tercantum dalam daftar.

Berdasarkan kondisi dan kemampuan rumah sakit, maka kondisi siaga dibagi

menjadi dua tingkat :

a. Siaga I (satu) : Jumlah korban 10 – 20 orang

Jumlah korban melebihi kapasitas IGD RS Graha Juanda, sehingga harus

dibantu dengan memobilisasi petugas dari unit kerja lain, tapi masih

terbatas didalam lingkungan rumah sakit.

Page 6: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Pekerjaan rutin sebagian tertunda, sebagian masih dapat dilakukan

tanpa terganggu

b. Siaga II (dua) : lebih dari 20 Orang

Jumlah korban melebihi kemampuan pelayanan IGD, sehingga harus

memobilisasi sebagian besar petugas RS Graha Juanda termasuk karyawan

yang sedang tidak bertugas

2. Kategori Bencana / Disaster

Yang termasuk dalam kategori bencana/disaster di Rumah Sakit :

a. Intern

Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit

dengan segala objek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.

Contoh : kebakaran di rumah sakit.

b. Ekstern

Bencana bersumber asal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat

mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan

biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga

pendukung lainnya.

Contoh : korban keracunan massal, korban kecelakaan massal, bencana alam,

dll.

BAB III

STAF DAN PIMPINAN

Kepengurusan

Page 7: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

1. Jabatan ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi

medis yang senior dan mempunyai pengalaman di bidang penanganan

bencana serta benar-benar ahli didalam mengelola operasi

penanggulangan bencana

2. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan

unit pelayanan umum, pelayanan medik, namajer logistik, manajer

keuangan dan humas, yang terampil serta mempunyai kemampuan, skill

dan pengetahuan yang memadai

Masa Kerja

Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas dan

bisa ditetapkan untuk masa kerja 5 tahun dan dapat dipilih kembali.

BAB IV

ORGANISASI DAN TATA KERJA

KEDUDUKAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Tim penanggulangan bencana adalah wadah nonstruktural dibawah

Direktur Rumah Sakit

2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang

komando (Incident Commander)

3. Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 5 Koordinator,

yaitu :

Koordinator Humas

Koordinator Petugas Lapangan

Koordinator Logistik

Koordinator transportasi dan akomodasi

Koordinator Dana

Page 8: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

TUGAS FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB

No Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab

1 Komandan Tim

Penanggulangan Bencana

- Penentuan kebijakan

penanggulangan keadaan darurat

bencana

- Pimpinan tertinggi dalam

penanggulangan bencana

- Mengkoordinir para koordinator

dibawahnya

- Melakukan koordinasi dengan

pihak internal maupun eksternal

- Bertanggung jawab untuk menjaga

keselamatan personel

penanggulangan insiden,

masyarakat dan penyelesaian

tugas-tugas operasi

penanggulangan insiden

2 Koordinator Humas (Public

Relation Section)

- Meliput secara kronologis kejadian

dan usaha penanggulangan

keadaan darurat

- Membuat dokumentasi

- Memberikan informasi kepada

instansi berwenang mengenai

kejadian serta mengatur dan

melayani pejabat, pers, media

massa yang datang untuk meminta

informasi yang dibutuhkan yang

berkaitan dengan kejadian, bila

diperlukan

3 Koordinator perencana dan - Membuat perencanaan kegiatan

Page 9: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

operasional (Petugas

Lapangan)

(incident action plan)

- Bertanggung jawab untuk

menerima dan melaksanakan

Incident Action Plan (IAP)

- Untuk insiden yang lebih besar

sekalanya atau lebih komplek. IAP

dibuat dalam bentuk dokumen

tertulis dan dibawah arahan

Komandan Tim

- Melapor kepada Komandan Tim

- Menentukan sumber daya dan

organisasi yang diperlukan

4 Koordinator Logistik - Menyediakan fasilitas pelayanan

(alat komunikasi, alat medis, food

supply), material dan personil

untuk mengoperasikan peralatan

medis

- Memegang peranan penting dalam

mendukung operasi untuk jangka

panjang

5 Koordinator transportasi

dan akomodasi

- Melaksanakan koordinasi

kelancaran transportasi

dilingkungan terjadinya bencana

guna menunjang kelancaran

penanggulangan keadaan darurat

- Mengatur persiapan transportasi

- Mempersiapkan akomodasi semua

anggota tim

6 Koordinator Dana - Mempersiapkan kebutuhan dana

untuk keperluan semua

operasional semua anggota tim

- Menelusuri biaya penanggulangan

Page 10: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

insiden dan penggantian biaya

- Membukakan semua biaya untuk

operasi penanggulangan bencana

PENGELOLAAN SDM

1. Kesiapan sebelum penugasan

2. Prosedur penugasan

3. Prosedur demobilisasi

Kesiapan sebelum penugasan

Persiapkan diri sebelum ada penugasan.

Ikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan.

Mengenali posisi apa yang akan anda tempati dalam organisasi

penanggulangan insiden, akan membantu dalam persiapan.

memiliki daftar periksa / Checklist untuk semua kebutuhan yang

diperlukan ini.

Sebuah “Go Kit” sebelumnya akan menghemat waktu antara pengerahan

dan check in.

Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan diperlukan

dalam setiap

insiden:

Tanda pengenal

Pena, pensil, spidol

Kertas

Formulir-formulir ICS dan lainnya

Page 11: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Kebijakan, prosedur, dan instruksi yang akan diperlukan dalam

penanganan

Peta/tataletak

Selotip dan paku tancap

Clipboard

Beberapa barang-barang keperluan pribadi yang juga perlu dimasukkan

dalam Go Kit anda diantaranya adalah sebagai berikut:

Satu atau lebih pakaian ganti (termasuk sepatu), khususnya jika anda

akan

dikerahkan beberapa periode waktu.

Jaket

Lampu senter

Obat-obatan

Makanan ringan

Bacaan dan radio tape player untuk pengisi waktu istirahat.

Prosedur Penugasan

Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk

melakukan pekerjaan anda:

Apa status terkini?

Apa tanggung jawab kerja anda yang khusus

Kapan anda harus melapor dan dimana?

Apa penugasan anda?

Kepada siapa anda akan melapor (nama, jabatan)?

Berapa lama anda akan ditugaskan?

Apa peran anda? Apakah anda punya otoritas untuk mengambil

keputusan? Apakah anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang yang

akan anda awasi?

Prosedur apa yang berlaku untuk menghubungi Supervisor anda sehari-

hari?

Page 12: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam keadaan

darurat?

Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan

yang juga perlu mendapatkan briefing dari anda.

Buat catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang anda lakukan, yang

mungkin akan diperlukan dikemudian hari.

Prosedur Demobilisasi

Persiapkan diri sebelum ada penugasan.

Demobilisasi tidak hanya sekedar pulang ke rumah.

Semua pekerjaan yang sedang berlangsung harus sudah selesai, kecuali

ada arahan lain.

Pastikan semua catatan dan dokumen anda sudah diperbaharui

Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor anda tentang

status darisemua pekerjaan

Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti anda,

jika diperlukan.

Kembalikan atau alihkan semua peralatan yang menjadi tanggung jawab

anda.

Ikuti prosedur check out yang berlaku sebelum meninggalkan lokasi

BAB V

PERENCANAAN LOGISTIK, KOMUNIKASI, DAN KOORDINASI

PERENCANAAN LOGISTIK

Pos Komando Penanggulangan Insiden

Tempat yang berfungsi sebagai pusat komando utama.

Seorang Incident Commander bertempat di sini.

Page 13: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Tanggungjawab pertama seorang Incident Commander adalah memberikan

perintah.

Dengan memberikan perintah, berarti juga memberikan arahan dan otoritas /

kewenangan serta komunikasi yang jelas dalam penanggulangan insiden.

Sebuah syarat dimana seorang Incident Commander dapat memberikan perintah

adalah dengan mendirikan Incident Commando Pos (ICP) pada setiap insiden

Lokasi ICP harus diumumkan kepada semua penanggungjawab dan disebarluaskan

sehingga semua personil mengetahui lokasinya.

Staging Areas

Lokasi-lokasi yang didirikan di daerah insiden dimana sumber daya (orang,

peralatan, dll) ditempatkan sambil menunggu penugasan.

Staging Area dikelola dibawah koordinator perencanaan dan operasional.

Apabila insiden berkembang, tambahan sumberdaya diperlukan untuk

penanggulangan insiden. Untuk menghindari masalah yang dapat terjadi dari

penumpukan terlalu banyak sumberdaya dan untuk mengelola sumber daya yang

tersedia secara efektif, Ketua Tim akan mengidentifikasi kebutuhan untuk satu atau

lebih Staging Area

Sama dengan ICP, Staging Area diberikan nama dan identifikasi.

Staging Area dapat dipindahkan jika diperlukan, tetapi harus selalu dapat

diidentifikasi dengan jelas.

Base

Base memberikan pelayanan utama dan aktivitas pendukung untuk

penanggulangan

insiden.

Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumberdaya yang out-of-

service.

Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section dan barang –

barang supply ditempatkan.

Kebutuhan atau fasilitas lain yang mungkin diperlukan, bergantung pada faktor-

faktor

Page 14: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

khusus dalam sebuah insiden, seperti

Camp

Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga untuk

menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi untuk personil

penanggulangan insiden

PERALATAN

Set Penanggulangan Bencana Bag

Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan dengan seluruh

satuan kerja RS dan juga hubungan dengan luar RS Semen Gresik

PERENCANAAN KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PROSES PENGAKTIFAN TIM

PENANGGULANGAN BENCANA

Penerima berita pertama

Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada TPB (Tim Penanggulangan Bencana)

Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita tersebut kepada

supervisor, kemudian supervisor meneruskan berita kepada Ketua TPB.

Komandan Tim penanggulangan bencana (TPB) :

a. Menginformasikan kepada koordinator – koordinator dibawahnya untuk

mempersiapkan semua persiapan TPB (sesuai uraian tugas diatas)

b. Mengkoordinasikan situasi dan kondisi bencana kepada unit – unit terkait untuk

langkah-langkah berikutnya.

EVALUASI

Koordinator humas segera melakukan evaluasi penanganan bencana sebagai berikut :

1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban selama

proses penanganan korban bencana.

Page 15: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien pasca bencana.

3. Mengevaluasi proses kegiatan dan kendala – kendala yang dihadapi Tim

Penanggulangan Bencana untuk perbaikan apabila terjadi bencana selanjutnya

BAB VI

PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL RUMAH SAKIT

Proses Penyiagaan

Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Instalasi Gawat

Darurat (melalui telepon atau radio). Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat

atau dokter jaga. Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat dibagian

administrasi, Kepala RS, Direktur Bidang Medis), keputusan mengaktifkan rencana

penatalaksanaan korban bencana massal di rumah sakit, akan dibuat. Setelah itu operator

telepon Rumah Sakit akan mulai memanggil/memobilisai tenaga penolong yang tercantum

dalam daftar

Mobilisasi

1. Tim Siaga Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit

Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga

Penanggulangan Bencana di RS akan segera di berangkatkan ke lokasi kejadian.

Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari RS, tim tersebut

hanya akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.

2. Petugas Rumah Sakit

a. Petugas Kunci

Page 16: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi tenaga utama

Rumah Sakit tersebut (Direktur Rumah Sakit, Kepala Pelayanan Medik, Kepala

Urusan Rumah Tangga, Petugas Gudang, dan semua anggota tim Hospital Disaster

Plan)

b. Pengerahan Petugas

Mobilisasi Internal Petugas Rumah Sakit Petugas Unit Gawat Darurat yang

diberangkatkan ke lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan petugas dari

keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu mempersiapkan

ruangan yang akan dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal

tersebut.

Mobilisasi Sentripetal Petugas Rumah Sakit

Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam penanggulangan

kecelakaan missal di rumah sakit, yaitu unit gawat darurat, unti bedah, kamar

operasi, laboratorium, radiologi dan unit perawatan intensif, dan petugas-petugas

lain seperti Kepala Perawat, petugas dapur, ruang cuci, petugas gudang, petugas

keamanan dan operator telepon harus pula dimobilisasi.

c. Koordinasi dengan sektor lain

Sesuai dengan rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional, rumah

sakit akan berkoordinasi dengan sektor-sektor berikut :

1. Kepolisian

Rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional mencakup

pengiriman langsung tenaga kepolisian dalam jumlah memadai ke rumah sakit

segera setelah adanya bencana massal diumumkan secara resmi.

Tenaga kepolisian ini akan membantu pengamanan rumah sakit dengan

perhatian utama untuk mengamankan daerah dimana korban diterima dan

semua pintu masuk ke rumah sakit. Jika dalam 15 menit setelah bencana massal

diumumkan Polisi tidak menghubungi rumah sakit, operator telepon harus

menghubungi pusat komunikasi, pusat penanggulangan gawat darurat, atau

markas besar kantor polisi di daerah tersebut.

2. Koordinasi dengan Palang Merah

Page 17: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Palang Merah akan mengirimkan dua tim sukarelawan yang telah dilatih khusus

ke rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja di unit gawat darurat

sedangkan tim lainnya dapat ditempatkan dimana saja tenaga mereka

dibutuhkan.

3. Operator Radio Amatir

Operator radio amatir akan menghubungi Kepala Rumah Sakit dan akan

menempatkan peralatan dimana dibutuhkan. Jika palang merah dan asosiasi

radio amatir tidak menghubungi Rumah Sakit dalam 30 menit setelah kejadian

bencana diumumkan, kepala rumah sakit menghubungi melalui Pusat

Komunikasi Gawat Darurat Pos Komando di Rumah Sakit.

Disetiap rumah sakit harus disediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai

Pos Komando selama bencana massal terjadi. Sebaiknya ruangan ini sudah dilengkapi

dengan radio dan telepon, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi

tersebut. Ruangan ini harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk menampung

hingga 10 petugas.

Tim inti dari Pos Komando di Rumah Sakit ini beranggotakan :

a. Kepala Rumah Sakit

b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

c. Kepala Urusan Rumah Tangga

d. Sekretaris

e. Humas (yang akan berhubungan dengan keluarga korban dan media massa)

Pengosongan Fasilitas Penerima Korban

Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit untuk

menampung korbana bencana massal yang akan dibawa ke rumah sakit tersebut. Untuk

menampung korban, pos komando rumah sakit harus segera memindahkan para penderita

rawat inap yang kondisinya telah memungkinkan untuk dipindahkan.

Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit

Daya tampung rumah sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur

yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban. Dalam suatu

Page 18: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

kecelakaan massal, “permasalahan” yang muncul dalam penanganan korban adalah

kapasitas perawatan Bedah dan Unit

Perawatan Intensif.

Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling sedikit dua

jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter

bedah, ahli anastesi dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan

penentu kapasitas perawatan bedah, dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam merawat

korban.

Perkiraan kapasitas rumah sakit dalam menolong korban bencana massal harus

segera diputuskan oleh Komandan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, dan segera

menginformasikannya kepada Pos Komando dilapangan sehingga korban dengan status

“merah” dapat dibawa ke fasilitas kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui

kapasitas rumah sakit dalam menerima korban bencana massal.

Penerimaan korban

Lokasi Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase

dilakukan. Untuk itu dibutuhkan :

1) Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban.

2) Merupakan tempat tertutup

3) Dilengkapi dengan penerangan yang cukup

4) Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar

Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.

Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien, jumlah korban yang

dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban dapat segera dikirim

ke unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal akan sangat

banyak korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban tersebut harus

ditampung dulu dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti

ini daya tamping rumah sakit akan segera terlampaui.

Page 19: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Tenaga Pelaksana

Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase

yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status

penderita. Jika penatalaksanaan pra-rumah sakit cukup adekuat, triase di rumah sakit dapat

dilakukan oleh perawat berpengalaman di unit gawat darurat. Jika penanganan pra-rumah

sakit tidak efektif, sebaiknya triase di rumah sakit dilakukan oleh dokter gawat darurat atau

oleh ahli anastesi yang berpengalaman.

Hubungan dengan Petugas Lapangan

Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan dengan baik akan

dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara pos komando rumah sakit, pos medis

lanjutan, dan pos komando lapangan. Dalam lingkungan rumah sakit, perlu adanya aliran

informasi yang konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan pos komando

rumah sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah sakit lima menit

sebelum ketibaannya di rumah sakit.

Tempat Perawatan Di Rumah Sakit

Tempat Perawatan Merah

Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan

pembedahan sedikitnya selama 2 jam. Di kota-kota atau di daerah-daerah

kabupaten dengan jumlah kamar operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk

dilakukan sehingga diperlukan tempat khususdimana dapat dilakukan perawatan

yang memadai bagi korban dengan status “merah”. Tempat perawatan ini disebut

“Tempat Perawatan Merah” yang dikelola oleh ahli anastesi dan sebaiknya

bertempat di Unit Gawat Darurat yang telah dilengkapi dengan peralatan yang

memadai dan disiapkan untuk menerima penderita gawat darurat.

Page 20: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Tempat Perawatan Kuning

Setelah triase korban dengan status “kuning” akan segera dipindahkan ke

perawatan bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima korban

kecelakaan massal. Tempat ini dikelola oleh seorang dokter. Di tempat perawatan

ini secara terus menerus akan dilakukan monitoring, pemeriksaan ulang kondisi

korban dan segala usaha untuk mempertahankan kestabilannya. Jika kemudian

kondisi korban memburuk, ia harus segera dipindahkan ketempat “merah”.

Tempat Perawatan Hijau

Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi

cukup ke puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan prarumah sakit tidak

efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit. Tempat

khusus untuk korban dengan status “hijau” ini berada jauh dari unit perawatan

utama lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim ke puskesmas atau klinik

terdekat.

Tempat Untuk Korban Dengan Hasil Akhir / Prognosis Jelek

Korban-korban seperti ini, hanya akan membutuhkan perawatan suportif,

sebaiknya ditempatkan di perawatan / bangsal yang telah dipersiapkan untuk

menerima korban bencana massal

Tempat Untuk Korban Yang Meninggal Dunia

Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana missal di

rumah sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya

sepuluh korban yang telah meninggal dunia.

EVAKUASI SEKUNDER

Page 21: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui,

atau korban membutuhkan perawatan khusus (misalnya bedah saraf), korban harus

dipindahkan ke rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita.

Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah

atau provinsi lain, atau bahkan ke negara lain.

Pos komando rumah sakit akan mengirim berita tentang permintaan evakuasi

korban dari rumah sakit kepada petugas medik di pusat penanggulangan gawat darurat

yang akan melakukan kontak dengan rumah sakit tujuan dan mengatur pelaksanaan

pemindahan korban tersebut.

BAB VII

PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA

DARI LUAR RUMAH SAKIT

METODOLOGI

Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,

karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi

menjadi 3 tingkat yaitu :

1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 – 4 orang saja

2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang

3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang

Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu, yang

selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit. Triage

dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan

oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan. Triase

bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban. Penilaian

triage saat bencana sedikit berbeda dengan triage pada kondisi normal, disesuaikan dengan

Page 22: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

jumlah korban dan kemampuan kapasitas RS dalam melakukan pertolongan korban. Untuk

triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan

penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :

MERAH (immediate)

Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan bertahan

hidup yang paling besar jika dilakukan tindakan segera. Butuh tindakan operasi segera atau

intervensi life-saving lainnya, merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau

evakuasi/transportasi ke fasilitas yang lebih baik. Termasuk korban-korban dengan :

a. Syok oleh berbagai kausa

b. Gangguan pernapasan

c. Trauma kepala dengan pupil anisokor

d. Perdarahan eksternal masif

KUNING (observation)

Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat ditunda sementara,tetapi

membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh petugas medis yang berpengalaman.

Dalam kondisi normal, kemungkinan merupakan penderita yang memerlukan tindakan

segera.

Termasuk dalam kategori ini :

a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen

berat)

b. Fraktur multipel

c. Fraktur femur / pelvis

d. Luka bakar luas

e. Gangguan kesadaran / trauma kepala

f. Korban dengan status yang tidak jelas

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap

timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

HIJAU (wait / walking wounded)

Page 23: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan

dapat ditunda,

mencakup korban dengan :

a. Fraktur minor

b. Fraktur minor, luka bakar minor.

BIRU

Korban dengan kemungkinan survive / bertahan hidup nol atau kecil sekali. Tindakan

yang dilakukan hanya observasi atau jika dimungkinkan pemberian analgesik. Termasuk

dalam kategori ini adalah :

a. Korban dengan trauma berat (severe injuries)

b. Uncompensated blood loss

c. Korban dengan pemeriksaan neurologi yang negatif.

HITAM

Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis

kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.

ORGANISASI

Dalam keadaan bencana / disaster plan seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian

penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.

PERENCANAAN SDM

Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan bencana

ditentukan berdasarkan :

Jumlah korban yang ada pada saat itu

Jumlah tenaga yang ada pada saat itu.

Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :

Page 24: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

1) Siaga 3 : Jumlah korban yang datang 3-4 orang

Dokter IGD dan Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh perawat poliklinik agar

dapat memenuhi kebutuhan tenaga.

2) Siaga 2 : Jumlah korban yang datang 5 – 10 orang

Diperlukan tambahan tenaga perawat dari Perawatan lantai II sesuai kebutuhan.

3) Siaga 1 : Jumlah korban lebih dari 10 orang

Diperlukan tambahan tenaga dari unit pelayanan perawatan lantai II dan lantai

III,serta perawat yang sedang tidak berdinas (di asrama maupun di rumah).

PERENCANAAN KOMUNIKASI

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat

penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :

Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar

Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi berita

yang mmenyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban, tindakan yang

telah dilakukan.

Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan

mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

Pagging

Airphone/intercom

Telepon

Faximile

Pesawat HT

Handphone

PERENCANAAN LOGISTIK

Page 25: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis

sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim

pendukung logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.

PERENCANAAN KOMUNIKASI

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang

sangat penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :

Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar

Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi berita yang

menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban, tindakan yang telah

dilakukan.

Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan

mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

Pagging

Airphone/intercom

Telepon

Faximile

Pesawat HT

Handphone

PERENCANAAN TRANSPORTASI

Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh

karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk

korban ke rumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan

118.

Page 26: Pedoman Penanggulangan Bencana Rsgj

PELAPORAN

Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus segera didapat

dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan

Tim Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah

sakit