View
202
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah ini berisi tentang Pedoman Endoskopi oleh Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB,(K)Trauma.,FINACS.FICS., SMF Ilmu Bedah RSU Haji Surabaya
Citation preview
i
PEDOMAN
ENDOSKOPI GIT
Oleh :
Dr.dr. KOERNIA SWA OETOMO, SpB.(K)Trauma. FINACS.FICS
SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM HAJI
SURABAYA
2014
R S U
HAJI
SURABAYA
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................................ i
Pedoman Endoskopi GIT ................................................................................ 1
Batasan Prosedur Endoskopi .......................................................................... 1
Indikasi Umum ................................................................................................ 2
Indikasi Spesifik......................................................................... ..................... 3
EGD ................................................................................................................. 3
Colonoscopi .................................................................................................... 5
FS .................................................................................................................... 6
ERCP ................................................................................................................ 7
EUS .................................................................................................................. 8
Enteroscopy .................................................................................................... 9
Video Kapsul Endoskopi ................................................................................. 10
Algorithm ........................................................................................................ 11
Kepustakaan ................................................................................................... 12
1
PEDOMAN
ENDOSKOPI GIT
SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA
Penggunaan endoskopi GIT menurut
The Standards of Practice Committe of The
American Society for Gastrointestinal
Endoscopy (ASGE).
Pedoman yang digunakan sebagai
alat edukasi membantu endokopis dalam
melakukan pertimbangan klinik diperlukan
endoskopist untuk melakukan tindakan.
Perkembangan tekonologi endokopi
telah banyak dipakai untuk pengobatan
yang berkaitan dengan traktus
gastrointestinal karena dapat melihat
langsung dari permukaan mukosa sehingga
dapat menyediakan infromasi yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan informasi
yang didapat dari alat pemindai 2 dimensi
dan x-rays. Diagnosa endokopik pada
pengobatan sekarang telah menggantikan
banyak prosedur operasi.
BATASAN PROSEDUR ENDOSKOPI
Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
dapat melihat permukaan mukosa
esofagus, lambung, dan duodenum
proksimal dengan baik. Kolonoskopi dapat
membantu pemeriksaan kolon dan rektum,
serta ileum terminal. Diagnostik secara
standar meliputi inspeksi, biopsi, fotografi
dan rekaman video. Observasi dari
diagnosis tersebut, dibuat untuk mengetahui
lesi jinak ataupun ganas, perubahan
mukosa secara diffuse, obstruksi luminal,
motilitas dan penekanan ekstrinsik oleh
struktur yang saling menyambung. Prosedur
endoskopi terapetik yang paling sering
dikerjakan antara lain polipektomi, dilatasi
striktur, penempatan stent, pengambilan
benda asing, gastrotomi, terapi dari
perdarahan saluran cerna melalui injeksi,
koagulasi, skleroterapi, dan terapi
endoskopi metaplasia intestinal.
Fleksibel sigmoidoskopi (FS)
digunakan sebagai alat yang fleksibel untuk
menilai rektum, sigmoid, dan panjang dari
kolon proksimal yang bervariasi. Diagnosis
dan terapi termasuk biopsi, hemostasis,
penanganan hemoroid dan pemasangan
stent.
Endoscopy retrograde cholangiopan-
creatography (ERCP) menggunakan
endoscopy untuk mengidentifikasi papila
mayor dan minor. Sistem duktus bilier dan
pankreas cannulated dan opacified dengan
bahan kontras sebagai informasi diagnostik.
Alat diagnostik lainnya mungkin dapat
digunakan bersama dengan ERCP
termasuk untuk sitologi, biopsi, USG
intraductal, cholangioscopy, dan
2
pancreatoscopy. Manu/ver terapi dapat
dengan ERCP termasuk sfingterotomi
endoskopi dengan atau tanpa penempatan
stent, pengambilan choledocholithiasis dan
teknik pendukung lainnya untuk pengobatan
penyakit pankreas dan duktus biliar.
USG endoskopi (EUS) adalah teknik
dimana transduser US dimasukkan ke
dalam ujung endoskopi atau probe
dilewatkan melalui saluran endoskopi. Ini
memberikan gambar resolusi tinggi pada
dinding GIT dan struktur yang berdekatan.
Instrumen dapat dimasukkan dengan
arahan US untuk mendapatkan sampel
jaringan dan melakukan terapi.
Enteroscopy memungkinkan
visualisasi tingkat yang lebih besar pada
usus kecil dibandingkan EGD. Beberapa
jenis enteroscope yang tersedia : push
enteroscope, yang memungkinkan
pengambilan sampel jaringan dan terapi,
dan deep enteroscopy (misalnya balloon
assisted atau spiral overtube-assisted
enteroscopy) yang mencapai jauh lebih
dalam pemeriksaan usus kecil dari standard
push enteroscopy.
Endoskopi kapsul video
menyediakan kemampuan untuk
memvisualisasikan saluran pencernaan
dengan mengirimkan gambar secara
nirkabel dari sebuah kapsul sekali pakai
untuk perekam data yang dipakai oleh
pasien. Kapsul khusus untuk pencitraan
esophagus dan usus kecil saat ini disetujui
oleh US Food and Drug Administration
(FDA).
Natural orifice transluminal endoscopic
surgery (NOTES) merupakan prosedur
bedah yang memungkinkan akses
transluminal endoskopi ke struktur
ekstraluminal. Berbagai prosedur baru telah
dijelaskan, meskipun pembahasan NOTES
adalah di luar lingkup dari pedoman ini.
INDIKASI UMUM
Indikasi dan kontraindikasi untuk
melakukan prosedur endoscopy terdapat di
bawah ini. Pedoman ini berdasarkan
tinjauan dari informasi yang tersedia.
GIT endoscopy secar umum diindikasikan:
1. Jika ada perubahan dalam terapi
berdasarkan hasil dari endoscopy
2. Setelah percobaan terapi empiris
untk suspek penyakit digestive tetapi
tIdak berhasil
3. Sebagai terapi awal untuk evaluasi
dan alternative untuk pemeriksaan
radiologi
4. Ketika prosedur terapeutik Primer
masih dipikirkan
Kontra Indikasi GIT endoscopy:
1. Ketika hasilnya tidak berpengaruh
3
terhadap pilihan terapi.
2. Untuk follow up penyakit yang tidak
berbahaya kecuali adanya jaminan
tidak adanya kondisi premalignant
GIT endoscopy kontraindikasi terhadap:
1. Ketika resiko terhadap kesehatan
pasien lebih besar daripada
keuntungan dilakukan prosedur
2. Ketika tidak ada izin dan sikap
kooperatif dari pasien
3. Ketika adanya viscus perforasi
INDIKASI SPESIFIK
EGD
EGD (Esophasogastro Duodenoscopi)
indikasi umum untuk mengevaluasi
A. Timbul gejala abdomen bagian atas
yang menetap meskipun telah
diterapi
B. Timbul gejala abdomen yang
berhubungan dengan gejala atau
tanda lain dari struktur penyakit
contohnya anorexia dan kehilangan
berat badan atau gejala terjadi pada
pasien tua diatas 50 tahun
C. Dysphagia atau odynophagia
D. Gejala reflux esophagus yang
persisten atau berulang meskipun
dengan terapi
E. Vomiting Persisten tanpa penyebab
yang jelas
F. Penyakit patologi lain pada upper
GIT misal pasien dengan riwayat
ulcer atau perdarahan GIT yang
direncanakan transplantasi organ .
Pemberian antikoagulasi jangka
panjang atau terapi obat nonsteroid
anti inflamasi untuk arthritis dan
kanker kepala dan leher.
G. Sindrom adenomatous polyposis
familial
H. Untuk konfirmasi dan diagnosis
Radiologi yang spesifik, seperrti :
1. Suspect lesi neoplastik
2. Ulcus gaster atau esofagus
3. Obstruksi atau striktur tractus
bagian atas
I. Perdarahan GIT :
1. Pada pasien dengan perdarahan
aktif atau berulang
2. Pada pasien yang kehilangan
darah yang banyak dan anemia
defisiensi besi yang klinisnya
menunjukkan sumber perdarah-
an dari GIT bagian atas atau
ketika colonoscopy tidak jelas.
J. Ada indikasi pengambilan sample
jaringan atau cairan
K. Beberapa pasien dengan suspect
porta hipertensi / pengobatan varises
esofagus
4
L. Untuk menilai adanya injury akut setelah
ingesti caustic ( bahan soda yang dapat
membakar kulit )
M. Untuk menilai diare pada pasien dengan
suspect penyakit pada usus kecil (celiac
disease).
N. Pengobatan perdarahan seperti ulcus,
tumor, abnormal vaskuler (contoh :
elektrokoagulasi, heater probe, laser
photocoagulation atau terapi injeksi)
O. Pengambilan benda asing
P. Pengambilan beberapa lesi
Q. Menempatkan tabung feeding / tabung
drainase ( contoh : endoscopy
gastrotomy peroral dan percutaneous,
endoscopy gastrotomy percutaneous)
R. Dilatasi lesi stenotic (contoh : dengan
transendoscopic balloon dilator atau
sistem dilatasi menggunakan
guidewires)
S. Management achalasia (contoh : toxin
botulinum, dilatasi balloon)
T. Pengobatan paliatif untuk stenosis
neoplasma (contoh : laser, multipolar
electrocoagulation, penggunaan stent)
U. Terapi endoskopi dari intestinal
metaplasia
V. Evaluasi intraoperative rekonstruksi
anatomi dari pembedahan foregut
modern (contoh : evaluasi dari
kebocoran anastomosis , pembentukan
fundoplication , konfigurasi selama
pembedahan bariatric)
W. Management komplikasi operasi(contoh:
dilatasi dari striktur anastomosis, fistula)
EGD secara umum tidak diindikasikan untuk
evaluasi :
A. Gejala fungsi awal (ada perkecualian
dimana pemeriksaan endoscopy
dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik, terutama jika
gejalanya tidak merespon terapi atau
gejala yang terjadi secara berulang
dan berbeda dengan gejala awal)
B. Metastatic Adenomacarcinoma
primernya tidak diketahui asalnya
meskipun terapi tidak akan merubah
menejemen pengobatan.
C. Pada radiografi didapatkan:
1. Asimtomatik atau uncomplicated
sliding hiatal hernia
2. Uncomplicated duodenal ulcer
yang respon terhadap terapi.
5
3. Tidak ada gejala pada Duodenal
bulb atau respon adekuat pada
terapi ulcer.
Indikasi sekuensial atau EGD untuk :
A. Surveilans penderita dengan
keganasan atau pre malignant
(seperti Barretts esophagus ,
Syndrome polyposis , Gastric
Adenoma, tylosis atau menelan soda
sebelumnya)
Sekuensial atau EGD periodik tidak dapat
diindikasikan untuk :
A. Surveilans untuk keganasan pada
pasien dengan gastric atrophy,
anemia pernicious, polip
hyperplastic, metaplasi intestinal
gastric, atau operasi gastrik
sebelumnya untuk penyakit jinak.
B. Surveilans dari penyakit jinak yang
telah diobati, seperti esofagitis dan
ulcer dudenal ulcer atau gastric ulcer.
Colonoscopy
Indikasi umum :
A. Evaluasi kelainan setelah barium
enema atau study imaging lainnya
yang sangat signifikan secara klinis,
seperti filling defect dan striktur.
B. Evaluasi dari GIT bleeding yang tak
jelas:
1. Hematochezia
2. melena selain penyebab
upper GIT
3. adanya darah ocult feses
C. Defisiensi anemia yang tak jelas
D. Skrining dan surveilans untuk
neoplasia colon:
1. Skrining asimtomatik, pasien
berisiko neoplasia colon
2. Pemeriksaan / evaluasi seluruh
kolon curiga kanker atau polip
neoplastik pada pasien dengan
kanker yang bisa disembuhkan
atau polip neoplastik.
3. Colonoscopy untuk membuang
lesi neoplastik setelah reseksi
kuratif kanker diikuti kolonoskopi
pada tahun pertama, jika normal,
lalu 3 tahun, dan jika normal, 5
tahun setelah itu untuk
mendeteksi kanker metachro-
nous
4. Surveilans dari pasien dengan
polip neoplastik.
5. Pasien yang hidup dengan riwayat
keluarga dengan tumor colorectal
E. Pada beberapa pasien dengan
dysplasia dan kanker dengan
penyakit ulcer atau Crohns colitis
1. Untuk evaluasi pada pasien
dengan inflammatory khronik
colon, dengan lebih mudah
apabila penyakit ini dapat
6
diberikan dengan pe-
nanganannya
2. Riwayat colorectal
neoplasma
F. Gejala klinis diare yang tidak
diketahui penyebabnya.
G. Identifikasi Lesi intraoperatif yang
tidak tampak pada pembedahan
( lokasi polypectomy , lokasi
perdarahan )
H. Penanganan perdarahan dari
berbagai lesi seperti malformasi
vascular, ulserasi, neoplasma dan
lokasi polypectomy.
I. Evaluasi intraoperatif setelah
pembedahan dengan reconstruksi
anatomis rectum dan colon (contoh
evaluasi anastomosis, perdarahan,
pouch formasi).
J. Untuk meminimalkan pembedahan
invasive dalam menangani penyakit
colon dan rectum
K. Penanganan dan evaluasi komplikasi
operatif (contoh dilatasi stricture
anastomose)
L. Pengeluaran benda asing dari tubuh
M. Eksisi atau ablasi lesi
N. Dekompresi akut megacolon atau
sigmoid volvolus
O. Dilatasi balloon pada lesi stenosis
(anastomosis stricture)
P. Penanganan paliatif dari stenosis
atau perdarahan neoplasma (contoh
laser, elektrokoagulasi, stenting)
Q. Memberikan tanda lokasi neoplasma
Kolonoskopi biasanya tidak
diindikasikan pada berikut:
A. Irritable Bowel Syndrome Khronik,
Stabil atau nyeri kronik abdomen;
kolonoskopi gejala tidak berkurang
setelah diberikan terapi.
B. Diare akut
C. Metastase adenokarsinoma yang
tidak diketahui primer penyebabnya
dari colon apabila tidak ditemukan
gejala atau bila diterapi tidak
mempan.
D. Follow up rutin dari inflamatori bowel
disease (kecuali penderita kanker
dengan kronik ulser colitis dan
Crohns colitis).
E. Perdarahan GIT atau melena yang
disertai sumber dari GIT bagian atas
Kontraindikasi kolonoskopy:
A. Kolitis fulminan
B. Dokumentasi akut diverticulitis
FS
Indikasi FS:
Screening asimptomatik, resiko tinggi pada
pasien terkena tumor kolon
A. Evaluasi dan penanganan dengan
suspek penyakit kolon bagian
7
distal dimana tidak terdapat
indikasi dari kolonoskopy
B. Evaluasi dari kolon setelah
dilakukan barium enema
C. Evaluasi rekuren anastomose
pada kanker
D. Screening pada pasien dengan
riwayat keluarga adenomatous
polyposis
E. Pemasangan stent
F. Pengeluaran benda asing
G. Evaluasi dan penanganan
gangguan anorektal (contoh
hemoroid)
H. Seorang dengan rectum setelah
kolectomy total (contoh pada
adenomatous polyposis dan
ulseratif colitis).
I. Evaluasi pouchitis
J. Untuk mendapatkan biopsi rectal
dan distal colon sehingga dapat
untuk evaluasi penyakit sistemik/
infeksi (contoh cytomegalovirus,
penyakit graft-versus-host dan
amyloidosis)
FS biasanya tidak diindikasikan pada:
A. Apabila ada indikasi kolonoskopy
diindikasikan
FS biasanya dikontraindikasi pada:
A. Dokumentasi akut divertikulitis
ERCP
ERCP pada umumnya di indikasikan
pada :
A. Sakit kuning yang dicurigai
mengalami obstruksi empedu
B. Pasien tanpa disertai gejala
penyakit kuning secara klinis dan
bioklinis atau data direct imaging,
curiga penyakit duktus pancreas
atau penyakit saluran empedu.
C. Evaluasi terhadap tanda dan
gejala dari malignansi pancreas
dari hasil direct imaging ( contoh:
EUS, US, Computed tomography
[CT]. magnetic resonance
magnetic [ MRT ] dapat bersifat
ambigu atau normal.
D. Evaluasi terhadap pancreatitis
yang tidak diketahui
penyebabnya
E. Evaluasi preoperative pada
pasien dengan pancreatitis kronis
dan atau pseudocyst.
F. Evaluasi sphincter Oddi dengan
manometry. Secara empirirs
sphineteroromy empedu tanpa
manometry sphincter Oddi tidak
direkomendasikan pada pasien
yang dicurigai disfungsi sphineter
Oddi tipe III
G. Endoscopic sphineterotomy:
1. Choledocholithiasis
2. Papilar Stenosis atau
Disfungsi Sphineter Oddi
8
3. Memfasilitasi penempatan
bilier stents atau dilatasi
striktur bilier
4. Sump syndrome.
5. Choledochocele termasuk
dalam papilla mayora.
6. Ampullary Carcinoma pada
pasien yang tidak diindikasi-
kan untuk operasi
7. Sebagai akses yang
memfasilitasi ke duktus
pankreatikus
H. Menempatkan stent pada striktur
jinak atau ganas,fistula,setelah
operasi empedu yang buruk atau
pasien resiko tinggi dengan batu
saluran.
I. Mendilatasi duktus yang
menyempit
J. Mendilatasi ballon pada papilla
K. Penempatan drain nasobiliary
L. Drainase pseudocyst pancreas
sesuai pada kasus
M. Sampel jaringan dari pankreas
atau duktus biliaris
N. Ampullektomi dari tumor
adenoma pada papilla mayor
O. Sebagai terapi kelainan pada
duktus biliary atau pankretikus
P. Memfasilitasi cholangioscopy dan
atau pancreatoscopy
ERCP pada umumnya bukan
merupakan indikasi:
A. Evaluasi dari nyeri abdomen
yang tidak jelas tidak ditemukan
kelainan yang mengarah ke
penyakit pankreas atau bilier.
Magnetic resonance cholangio-
pancreatografy dan
EUS adalah prosedur
diagnostic yang aman yang
dapat menggantikan ERCP
B. Evaluasi dari suspek penyakit
kantung empedu tanpa bukti
penyakit duktus biliaris
C. Sebagai evaluasi lanjutan
keganasan pankreas kecuali
perubahan penatalaksanaan
EUS
Indikasi EUS secara umum adalah
A. Staging tumor pada traktus GIT,
pankreas, saluran empedu dan
mediastinum termasuk kangker
paru.
B. Evaluasi abnormalitas dari
traktus GIT atau struktur yang
berdekatan
C. Sampling jaringan lesi dari
struktur yang berdekatan
dengan dinding traktus GIT
D. Evaluasi abnormalitas dari
pankreas, termasuk mass,
pseudocyst, kista, pankreatitis
kronis.
9
E. Evaluasi abnormalitas dari
saluran empedu
F. Penempatan fiducials kedalam
tumor dengan atau tanpa
menempel dinding traktus GIT.
G. Pengobatan symptomatis
pseudocyst dengan membuat
saluran penghubung ke dalam
kista
H. Memberi obat (neurolisis plexus
colica)
I. Menyediakan akses ke dalam
duktus biliaris atau duktus
pankreas secara tunggal atau
sebagai tambahan untuk ERCP
J. Evaluasi pankreatitis kronis
K. Evaluasi pankreatitis akut yang
tidak diketahui penyebabnya
L. Evaluasi penyakit perianal dan
perirectal (cidera spincter ani,
fistula, abses)
M. Evaluasi pasien dengan resiko
tinggi kangker pankreas
EUS secara umum tidak diindikasikan
untuk:
A. Staging tumor yang menunjukan
metastase dengan metode
imaging lain ( jika tidak hasilnya
merupakan dasar untuk
keputusan terapetik).
Enteroscopy
Enteroscopy secara umum di
indikasikan untuk :
a. Untuk evaluasi penyebab dari
perdarahan GIT yang tidak
teridentifikasi menggunakan EGD /
colonoscopy
b. Untuk evaluasi dari gambaran radiologi
abnormal dari usus halus
c. Melokalisasi dari lesi usus halus yang
dicurigai / diketahui
d. Untuk terapi dari lesi usus halus yang
melebihi dari standart endoscopy
e. Untuk sampling jaringan contoh dari
usus halus
f. Pengamatan pada pasien dengan
syndrom polyposis termasuk usus
halus, seperti pada familial
adenomatous polyposis dan Peutz-
Jeghers syndrome
g. Pengambilan benda asing
h. Untuk memfasilitasi ERCP pada pasien
dengan post surgical anatomy
i. Untuk penempatan tube pada usus
halus (contoh : feeding jejunostomy)
j. Dilatasi dari stricture
k. Evaluasi setelah transplantasi usus
halus
Enteroscopy secara umum tidak
diindikasikan:
10
a. Ketika sumber dan perdarahan GIT
sudah teridentifikasi melalui EGD /
endoscopy.
Video Kapsul Endoskopi
Kapsul endoskopi pada umumnya
diindikasikan untuk:
A. Evaluasi perdarahan gastrointestinal
yang tidak jelas pada pasien yang
sudah menjalani pemeriksaan
endoskopi saluran cerna atas atau
bawah tapi tidak dapat mengidentifikasi
penyebab perdarahan
B. Evaluasi anemia defisiensi besi pada
pasien yang pemeriksaan endoskopi
saluran cerna atas atau bawah tidak
diketahui penyebabnya
C. Evaluasi usus halus pasien yang
diketahui atau dicurigai Crohns
disesase
D. Skrining dan pengamatan usus halus
pada pasien dengan keturunan
sindrom polyposis
E. Curiga tumor usus halus
F. Curiga atau sindroma malabsorbsi yang
sulit disembuhkan (contoh: celiac
disease)
G. Visualisasi esophagus
1. Skrining Barrets esophagus
2. Skrining varises
Penggunaan Kapsul Endoskopi harus
diperhatikan pada:
A. Terpasang pacemaker jantung atau
implan defibrilator
B. Diketahui atau dicurigai obstruksi
gastrointestinal, fistula atau striktur
(jinak atau ganas)
C. Adanya gangguan menelan
D. Pasien sedang hamil
11
Positive Negative
Rebleeding Rebleeding
Massive life-threatening bleeding
Positive Negative
Fail Positive Negative
Negative Positive Positive
Negative Negative
Negative
Negative
Negative
Positive
Positive
Positive
Fail
Positive
or
Acute Colonic Bleeding
Volume resuscitation Puls blood transfusion
NG aspirate
negative
Vasopressin
or emboli
Explore, intraoperative
endoscopy
NG aspirate
negative
Gastroduodenoscopy
+ endoscopic treatment
Mesentric arteriography
Observe Endoscopic
treatment
Elective colonoscopy
Proctoscopy Rule out anorectal bleeding
Segmental
resection
Urgent colonoscopy
Segmental
resection
99Tc RBC scintigraphy
See moderate bleeding
or massive bleeding
Segmental
resection
Total
colectomy
Explore, intraoperative
endoscopi
Colonoscopy treatment
or explore, segmental
resection
Explore, intraoperative
endoscopy
Segmental
resection
Segmental
resection
Vasopressin
or emboli
Mesentric arteriography
Explore, intraoperative
endoscopy
Total
Colectomy
Segmental
resection
Total
Colectomy Segmental
resection
Total
Colectomy
Moderate bleeding
continued
Algorithm for treatment of colorectal hemorrhage.(Reproduced with permission from Gordon PH, Nivatvong S(eds):
Principles and Practice of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus, 2nd ed. New York: Marcel Dekker, Inc.,1999, p 1279)
12
KEPUSTAKAAN:
1. ASGE Guideline Appropriate use of GIT Endoscopy, Vol 75, No. 6 : 2012 , Page: 1127-
1131.
2. Kelli M. Bullard and David A. Rothenberger; Colon, Rektum, and Anus, Schwartzs
Priciples Of Surgery Mc Graw-Hill Medical Publishing Division, Eighth Edition., page:
1062-1065