Pedoman Endoskopi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini berisi tentang Pedoman Endoskopi oleh Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB,(K)Trauma.,FINACS.FICS., SMF Ilmu Bedah RSU Haji Surabaya

Citation preview

  • i

    PEDOMAN

    ENDOSKOPI GIT

    Oleh :

    Dr.dr. KOERNIA SWA OETOMO, SpB.(K)Trauma. FINACS.FICS

    SMF BEDAH

    RUMAH SAKIT UMUM HAJI

    SURABAYA

    2014

    R S U

    HAJI

    SURABAYA

  • i

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi ........................................................................................................ i

    Pedoman Endoskopi GIT ................................................................................ 1

    Batasan Prosedur Endoskopi .......................................................................... 1

    Indikasi Umum ................................................................................................ 2

    Indikasi Spesifik......................................................................... ..................... 3

    EGD ................................................................................................................. 3

    Colonoscopi .................................................................................................... 5

    FS .................................................................................................................... 6

    ERCP ................................................................................................................ 7

    EUS .................................................................................................................. 8

    Enteroscopy .................................................................................................... 9

    Video Kapsul Endoskopi ................................................................................. 10

    Algorithm ........................................................................................................ 11

    Kepustakaan ................................................................................................... 12

  • 1

    PEDOMAN

    ENDOSKOPI GIT

    SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA

    Penggunaan endoskopi GIT menurut

    The Standards of Practice Committe of The

    American Society for Gastrointestinal

    Endoscopy (ASGE).

    Pedoman yang digunakan sebagai

    alat edukasi membantu endokopis dalam

    melakukan pertimbangan klinik diperlukan

    endoskopist untuk melakukan tindakan.

    Perkembangan tekonologi endokopi

    telah banyak dipakai untuk pengobatan

    yang berkaitan dengan traktus

    gastrointestinal karena dapat melihat

    langsung dari permukaan mukosa sehingga

    dapat menyediakan infromasi yang jauh

    lebih besar dibandingkan dengan informasi

    yang didapat dari alat pemindai 2 dimensi

    dan x-rays. Diagnosa endokopik pada

    pengobatan sekarang telah menggantikan

    banyak prosedur operasi.

    BATASAN PROSEDUR ENDOSKOPI

    Esofagogastroduodenoskopi (EGD)

    dapat melihat permukaan mukosa

    esofagus, lambung, dan duodenum

    proksimal dengan baik. Kolonoskopi dapat

    membantu pemeriksaan kolon dan rektum,

    serta ileum terminal. Diagnostik secara

    standar meliputi inspeksi, biopsi, fotografi

    dan rekaman video. Observasi dari

    diagnosis tersebut, dibuat untuk mengetahui

    lesi jinak ataupun ganas, perubahan

    mukosa secara diffuse, obstruksi luminal,

    motilitas dan penekanan ekstrinsik oleh

    struktur yang saling menyambung. Prosedur

    endoskopi terapetik yang paling sering

    dikerjakan antara lain polipektomi, dilatasi

    striktur, penempatan stent, pengambilan

    benda asing, gastrotomi, terapi dari

    perdarahan saluran cerna melalui injeksi,

    koagulasi, skleroterapi, dan terapi

    endoskopi metaplasia intestinal.

    Fleksibel sigmoidoskopi (FS)

    digunakan sebagai alat yang fleksibel untuk

    menilai rektum, sigmoid, dan panjang dari

    kolon proksimal yang bervariasi. Diagnosis

    dan terapi termasuk biopsi, hemostasis,

    penanganan hemoroid dan pemasangan

    stent.

    Endoscopy retrograde cholangiopan-

    creatography (ERCP) menggunakan

    endoscopy untuk mengidentifikasi papila

    mayor dan minor. Sistem duktus bilier dan

    pankreas cannulated dan opacified dengan

    bahan kontras sebagai informasi diagnostik.

    Alat diagnostik lainnya mungkin dapat

    digunakan bersama dengan ERCP

    termasuk untuk sitologi, biopsi, USG

    intraductal, cholangioscopy, dan

  • 2

    pancreatoscopy. Manu/ver terapi dapat

    dengan ERCP termasuk sfingterotomi

    endoskopi dengan atau tanpa penempatan

    stent, pengambilan choledocholithiasis dan

    teknik pendukung lainnya untuk pengobatan

    penyakit pankreas dan duktus biliar.

    USG endoskopi (EUS) adalah teknik

    dimana transduser US dimasukkan ke

    dalam ujung endoskopi atau probe

    dilewatkan melalui saluran endoskopi. Ini

    memberikan gambar resolusi tinggi pada

    dinding GIT dan struktur yang berdekatan.

    Instrumen dapat dimasukkan dengan

    arahan US untuk mendapatkan sampel

    jaringan dan melakukan terapi.

    Enteroscopy memungkinkan

    visualisasi tingkat yang lebih besar pada

    usus kecil dibandingkan EGD. Beberapa

    jenis enteroscope yang tersedia : push

    enteroscope, yang memungkinkan

    pengambilan sampel jaringan dan terapi,

    dan deep enteroscopy (misalnya balloon

    assisted atau spiral overtube-assisted

    enteroscopy) yang mencapai jauh lebih

    dalam pemeriksaan usus kecil dari standard

    push enteroscopy.

    Endoskopi kapsul video

    menyediakan kemampuan untuk

    memvisualisasikan saluran pencernaan

    dengan mengirimkan gambar secara

    nirkabel dari sebuah kapsul sekali pakai

    untuk perekam data yang dipakai oleh

    pasien. Kapsul khusus untuk pencitraan

    esophagus dan usus kecil saat ini disetujui

    oleh US Food and Drug Administration

    (FDA).

    Natural orifice transluminal endoscopic

    surgery (NOTES) merupakan prosedur

    bedah yang memungkinkan akses

    transluminal endoskopi ke struktur

    ekstraluminal. Berbagai prosedur baru telah

    dijelaskan, meskipun pembahasan NOTES

    adalah di luar lingkup dari pedoman ini.

    INDIKASI UMUM

    Indikasi dan kontraindikasi untuk

    melakukan prosedur endoscopy terdapat di

    bawah ini. Pedoman ini berdasarkan

    tinjauan dari informasi yang tersedia.

    GIT endoscopy secar umum diindikasikan:

    1. Jika ada perubahan dalam terapi

    berdasarkan hasil dari endoscopy

    2. Setelah percobaan terapi empiris

    untk suspek penyakit digestive tetapi

    tIdak berhasil

    3. Sebagai terapi awal untuk evaluasi

    dan alternative untuk pemeriksaan

    radiologi

    4. Ketika prosedur terapeutik Primer

    masih dipikirkan

    Kontra Indikasi GIT endoscopy:

    1. Ketika hasilnya tidak berpengaruh

  • 3

    terhadap pilihan terapi.

    2. Untuk follow up penyakit yang tidak

    berbahaya kecuali adanya jaminan

    tidak adanya kondisi premalignant

    GIT endoscopy kontraindikasi terhadap:

    1. Ketika resiko terhadap kesehatan

    pasien lebih besar daripada

    keuntungan dilakukan prosedur

    2. Ketika tidak ada izin dan sikap

    kooperatif dari pasien

    3. Ketika adanya viscus perforasi

    INDIKASI SPESIFIK

    EGD

    EGD (Esophasogastro Duodenoscopi)

    indikasi umum untuk mengevaluasi

    A. Timbul gejala abdomen bagian atas

    yang menetap meskipun telah

    diterapi

    B. Timbul gejala abdomen yang

    berhubungan dengan gejala atau

    tanda lain dari struktur penyakit

    contohnya anorexia dan kehilangan

    berat badan atau gejala terjadi pada

    pasien tua diatas 50 tahun

    C. Dysphagia atau odynophagia

    D. Gejala reflux esophagus yang

    persisten atau berulang meskipun

    dengan terapi

    E. Vomiting Persisten tanpa penyebab

    yang jelas

    F. Penyakit patologi lain pada upper

    GIT misal pasien dengan riwayat

    ulcer atau perdarahan GIT yang

    direncanakan transplantasi organ .

    Pemberian antikoagulasi jangka

    panjang atau terapi obat nonsteroid

    anti inflamasi untuk arthritis dan

    kanker kepala dan leher.

    G. Sindrom adenomatous polyposis

    familial

    H. Untuk konfirmasi dan diagnosis

    Radiologi yang spesifik, seperrti :

    1. Suspect lesi neoplastik

    2. Ulcus gaster atau esofagus

    3. Obstruksi atau striktur tractus

    bagian atas

    I. Perdarahan GIT :

    1. Pada pasien dengan perdarahan

    aktif atau berulang

    2. Pada pasien yang kehilangan

    darah yang banyak dan anemia

    defisiensi besi yang klinisnya

    menunjukkan sumber perdarah-

    an dari GIT bagian atas atau

    ketika colonoscopy tidak jelas.

    J. Ada indikasi pengambilan sample

    jaringan atau cairan

    K. Beberapa pasien dengan suspect

    porta hipertensi / pengobatan varises

    esofagus

  • 4

    L. Untuk menilai adanya injury akut setelah

    ingesti caustic ( bahan soda yang dapat

    membakar kulit )

    M. Untuk menilai diare pada pasien dengan

    suspect penyakit pada usus kecil (celiac

    disease).

    N. Pengobatan perdarahan seperti ulcus,

    tumor, abnormal vaskuler (contoh :

    elektrokoagulasi, heater probe, laser

    photocoagulation atau terapi injeksi)

    O. Pengambilan benda asing

    P. Pengambilan beberapa lesi

    Q. Menempatkan tabung feeding / tabung

    drainase ( contoh : endoscopy

    gastrotomy peroral dan percutaneous,

    endoscopy gastrotomy percutaneous)

    R. Dilatasi lesi stenotic (contoh : dengan

    transendoscopic balloon dilator atau

    sistem dilatasi menggunakan

    guidewires)

    S. Management achalasia (contoh : toxin

    botulinum, dilatasi balloon)

    T. Pengobatan paliatif untuk stenosis

    neoplasma (contoh : laser, multipolar

    electrocoagulation, penggunaan stent)

    U. Terapi endoskopi dari intestinal

    metaplasia

    V. Evaluasi intraoperative rekonstruksi

    anatomi dari pembedahan foregut

    modern (contoh : evaluasi dari

    kebocoran anastomosis , pembentukan

    fundoplication , konfigurasi selama

    pembedahan bariatric)

    W. Management komplikasi operasi(contoh:

    dilatasi dari striktur anastomosis, fistula)

    EGD secara umum tidak diindikasikan untuk

    evaluasi :

    A. Gejala fungsi awal (ada perkecualian

    dimana pemeriksaan endoscopy

    dapat dilakukan untuk menyingkirkan

    penyebab organik, terutama jika

    gejalanya tidak merespon terapi atau

    gejala yang terjadi secara berulang

    dan berbeda dengan gejala awal)

    B. Metastatic Adenomacarcinoma

    primernya tidak diketahui asalnya

    meskipun terapi tidak akan merubah

    menejemen pengobatan.

    C. Pada radiografi didapatkan:

    1. Asimtomatik atau uncomplicated

    sliding hiatal hernia

    2. Uncomplicated duodenal ulcer

    yang respon terhadap terapi.

  • 5

    3. Tidak ada gejala pada Duodenal

    bulb atau respon adekuat pada

    terapi ulcer.

    Indikasi sekuensial atau EGD untuk :

    A. Surveilans penderita dengan

    keganasan atau pre malignant

    (seperti Barretts esophagus ,

    Syndrome polyposis , Gastric

    Adenoma, tylosis atau menelan soda

    sebelumnya)

    Sekuensial atau EGD periodik tidak dapat

    diindikasikan untuk :

    A. Surveilans untuk keganasan pada

    pasien dengan gastric atrophy,

    anemia pernicious, polip

    hyperplastic, metaplasi intestinal

    gastric, atau operasi gastrik

    sebelumnya untuk penyakit jinak.

    B. Surveilans dari penyakit jinak yang

    telah diobati, seperti esofagitis dan

    ulcer dudenal ulcer atau gastric ulcer.

    Colonoscopy

    Indikasi umum :

    A. Evaluasi kelainan setelah barium

    enema atau study imaging lainnya

    yang sangat signifikan secara klinis,

    seperti filling defect dan striktur.

    B. Evaluasi dari GIT bleeding yang tak

    jelas:

    1. Hematochezia

    2. melena selain penyebab

    upper GIT

    3. adanya darah ocult feses

    C. Defisiensi anemia yang tak jelas

    D. Skrining dan surveilans untuk

    neoplasia colon:

    1. Skrining asimtomatik, pasien

    berisiko neoplasia colon

    2. Pemeriksaan / evaluasi seluruh

    kolon curiga kanker atau polip

    neoplastik pada pasien dengan

    kanker yang bisa disembuhkan

    atau polip neoplastik.

    3. Colonoscopy untuk membuang

    lesi neoplastik setelah reseksi

    kuratif kanker diikuti kolonoskopi

    pada tahun pertama, jika normal,

    lalu 3 tahun, dan jika normal, 5

    tahun setelah itu untuk

    mendeteksi kanker metachro-

    nous

    4. Surveilans dari pasien dengan

    polip neoplastik.

    5. Pasien yang hidup dengan riwayat

    keluarga dengan tumor colorectal

    E. Pada beberapa pasien dengan

    dysplasia dan kanker dengan

    penyakit ulcer atau Crohns colitis

    1. Untuk evaluasi pada pasien

    dengan inflammatory khronik

    colon, dengan lebih mudah

    apabila penyakit ini dapat

  • 6

    diberikan dengan pe-

    nanganannya

    2. Riwayat colorectal

    neoplasma

    F. Gejala klinis diare yang tidak

    diketahui penyebabnya.

    G. Identifikasi Lesi intraoperatif yang

    tidak tampak pada pembedahan

    ( lokasi polypectomy , lokasi

    perdarahan )

    H. Penanganan perdarahan dari

    berbagai lesi seperti malformasi

    vascular, ulserasi, neoplasma dan

    lokasi polypectomy.

    I. Evaluasi intraoperatif setelah

    pembedahan dengan reconstruksi

    anatomis rectum dan colon (contoh

    evaluasi anastomosis, perdarahan,

    pouch formasi).

    J. Untuk meminimalkan pembedahan

    invasive dalam menangani penyakit

    colon dan rectum

    K. Penanganan dan evaluasi komplikasi

    operatif (contoh dilatasi stricture

    anastomose)

    L. Pengeluaran benda asing dari tubuh

    M. Eksisi atau ablasi lesi

    N. Dekompresi akut megacolon atau

    sigmoid volvolus

    O. Dilatasi balloon pada lesi stenosis

    (anastomosis stricture)

    P. Penanganan paliatif dari stenosis

    atau perdarahan neoplasma (contoh

    laser, elektrokoagulasi, stenting)

    Q. Memberikan tanda lokasi neoplasma

    Kolonoskopi biasanya tidak

    diindikasikan pada berikut:

    A. Irritable Bowel Syndrome Khronik,

    Stabil atau nyeri kronik abdomen;

    kolonoskopi gejala tidak berkurang

    setelah diberikan terapi.

    B. Diare akut

    C. Metastase adenokarsinoma yang

    tidak diketahui primer penyebabnya

    dari colon apabila tidak ditemukan

    gejala atau bila diterapi tidak

    mempan.

    D. Follow up rutin dari inflamatori bowel

    disease (kecuali penderita kanker

    dengan kronik ulser colitis dan

    Crohns colitis).

    E. Perdarahan GIT atau melena yang

    disertai sumber dari GIT bagian atas

    Kontraindikasi kolonoskopy:

    A. Kolitis fulminan

    B. Dokumentasi akut diverticulitis

    FS

    Indikasi FS:

    Screening asimptomatik, resiko tinggi pada

    pasien terkena tumor kolon

    A. Evaluasi dan penanganan dengan

    suspek penyakit kolon bagian

  • 7

    distal dimana tidak terdapat

    indikasi dari kolonoskopy

    B. Evaluasi dari kolon setelah

    dilakukan barium enema

    C. Evaluasi rekuren anastomose

    pada kanker

    D. Screening pada pasien dengan

    riwayat keluarga adenomatous

    polyposis

    E. Pemasangan stent

    F. Pengeluaran benda asing

    G. Evaluasi dan penanganan

    gangguan anorektal (contoh

    hemoroid)

    H. Seorang dengan rectum setelah

    kolectomy total (contoh pada

    adenomatous polyposis dan

    ulseratif colitis).

    I. Evaluasi pouchitis

    J. Untuk mendapatkan biopsi rectal

    dan distal colon sehingga dapat

    untuk evaluasi penyakit sistemik/

    infeksi (contoh cytomegalovirus,

    penyakit graft-versus-host dan

    amyloidosis)

    FS biasanya tidak diindikasikan pada:

    A. Apabila ada indikasi kolonoskopy

    diindikasikan

    FS biasanya dikontraindikasi pada:

    A. Dokumentasi akut divertikulitis

    ERCP

    ERCP pada umumnya di indikasikan

    pada :

    A. Sakit kuning yang dicurigai

    mengalami obstruksi empedu

    B. Pasien tanpa disertai gejala

    penyakit kuning secara klinis dan

    bioklinis atau data direct imaging,

    curiga penyakit duktus pancreas

    atau penyakit saluran empedu.

    C. Evaluasi terhadap tanda dan

    gejala dari malignansi pancreas

    dari hasil direct imaging ( contoh:

    EUS, US, Computed tomography

    [CT]. magnetic resonance

    magnetic [ MRT ] dapat bersifat

    ambigu atau normal.

    D. Evaluasi terhadap pancreatitis

    yang tidak diketahui

    penyebabnya

    E. Evaluasi preoperative pada

    pasien dengan pancreatitis kronis

    dan atau pseudocyst.

    F. Evaluasi sphincter Oddi dengan

    manometry. Secara empirirs

    sphineteroromy empedu tanpa

    manometry sphincter Oddi tidak

    direkomendasikan pada pasien

    yang dicurigai disfungsi sphineter

    Oddi tipe III

    G. Endoscopic sphineterotomy:

    1. Choledocholithiasis

    2. Papilar Stenosis atau

    Disfungsi Sphineter Oddi

  • 8

    3. Memfasilitasi penempatan

    bilier stents atau dilatasi

    striktur bilier

    4. Sump syndrome.

    5. Choledochocele termasuk

    dalam papilla mayora.

    6. Ampullary Carcinoma pada

    pasien yang tidak diindikasi-

    kan untuk operasi

    7. Sebagai akses yang

    memfasilitasi ke duktus

    pankreatikus

    H. Menempatkan stent pada striktur

    jinak atau ganas,fistula,setelah

    operasi empedu yang buruk atau

    pasien resiko tinggi dengan batu

    saluran.

    I. Mendilatasi duktus yang

    menyempit

    J. Mendilatasi ballon pada papilla

    K. Penempatan drain nasobiliary

    L. Drainase pseudocyst pancreas

    sesuai pada kasus

    M. Sampel jaringan dari pankreas

    atau duktus biliaris

    N. Ampullektomi dari tumor

    adenoma pada papilla mayor

    O. Sebagai terapi kelainan pada

    duktus biliary atau pankretikus

    P. Memfasilitasi cholangioscopy dan

    atau pancreatoscopy

    ERCP pada umumnya bukan

    merupakan indikasi:

    A. Evaluasi dari nyeri abdomen

    yang tidak jelas tidak ditemukan

    kelainan yang mengarah ke

    penyakit pankreas atau bilier.

    Magnetic resonance cholangio-

    pancreatografy dan

    EUS adalah prosedur

    diagnostic yang aman yang

    dapat menggantikan ERCP

    B. Evaluasi dari suspek penyakit

    kantung empedu tanpa bukti

    penyakit duktus biliaris

    C. Sebagai evaluasi lanjutan

    keganasan pankreas kecuali

    perubahan penatalaksanaan

    EUS

    Indikasi EUS secara umum adalah

    A. Staging tumor pada traktus GIT,

    pankreas, saluran empedu dan

    mediastinum termasuk kangker

    paru.

    B. Evaluasi abnormalitas dari

    traktus GIT atau struktur yang

    berdekatan

    C. Sampling jaringan lesi dari

    struktur yang berdekatan

    dengan dinding traktus GIT

    D. Evaluasi abnormalitas dari

    pankreas, termasuk mass,

    pseudocyst, kista, pankreatitis

    kronis.

  • 9

    E. Evaluasi abnormalitas dari

    saluran empedu

    F. Penempatan fiducials kedalam

    tumor dengan atau tanpa

    menempel dinding traktus GIT.

    G. Pengobatan symptomatis

    pseudocyst dengan membuat

    saluran penghubung ke dalam

    kista

    H. Memberi obat (neurolisis plexus

    colica)

    I. Menyediakan akses ke dalam

    duktus biliaris atau duktus

    pankreas secara tunggal atau

    sebagai tambahan untuk ERCP

    J. Evaluasi pankreatitis kronis

    K. Evaluasi pankreatitis akut yang

    tidak diketahui penyebabnya

    L. Evaluasi penyakit perianal dan

    perirectal (cidera spincter ani,

    fistula, abses)

    M. Evaluasi pasien dengan resiko

    tinggi kangker pankreas

    EUS secara umum tidak diindikasikan

    untuk:

    A. Staging tumor yang menunjukan

    metastase dengan metode

    imaging lain ( jika tidak hasilnya

    merupakan dasar untuk

    keputusan terapetik).

    Enteroscopy

    Enteroscopy secara umum di

    indikasikan untuk :

    a. Untuk evaluasi penyebab dari

    perdarahan GIT yang tidak

    teridentifikasi menggunakan EGD /

    colonoscopy

    b. Untuk evaluasi dari gambaran radiologi

    abnormal dari usus halus

    c. Melokalisasi dari lesi usus halus yang

    dicurigai / diketahui

    d. Untuk terapi dari lesi usus halus yang

    melebihi dari standart endoscopy

    e. Untuk sampling jaringan contoh dari

    usus halus

    f. Pengamatan pada pasien dengan

    syndrom polyposis termasuk usus

    halus, seperti pada familial

    adenomatous polyposis dan Peutz-

    Jeghers syndrome

    g. Pengambilan benda asing

    h. Untuk memfasilitasi ERCP pada pasien

    dengan post surgical anatomy

    i. Untuk penempatan tube pada usus

    halus (contoh : feeding jejunostomy)

    j. Dilatasi dari stricture

    k. Evaluasi setelah transplantasi usus

    halus

    Enteroscopy secara umum tidak

    diindikasikan:

  • 10

    a. Ketika sumber dan perdarahan GIT

    sudah teridentifikasi melalui EGD /

    endoscopy.

    Video Kapsul Endoskopi

    Kapsul endoskopi pada umumnya

    diindikasikan untuk:

    A. Evaluasi perdarahan gastrointestinal

    yang tidak jelas pada pasien yang

    sudah menjalani pemeriksaan

    endoskopi saluran cerna atas atau

    bawah tapi tidak dapat mengidentifikasi

    penyebab perdarahan

    B. Evaluasi anemia defisiensi besi pada

    pasien yang pemeriksaan endoskopi

    saluran cerna atas atau bawah tidak

    diketahui penyebabnya

    C. Evaluasi usus halus pasien yang

    diketahui atau dicurigai Crohns

    disesase

    D. Skrining dan pengamatan usus halus

    pada pasien dengan keturunan

    sindrom polyposis

    E. Curiga tumor usus halus

    F. Curiga atau sindroma malabsorbsi yang

    sulit disembuhkan (contoh: celiac

    disease)

    G. Visualisasi esophagus

    1. Skrining Barrets esophagus

    2. Skrining varises

    Penggunaan Kapsul Endoskopi harus

    diperhatikan pada:

    A. Terpasang pacemaker jantung atau

    implan defibrilator

    B. Diketahui atau dicurigai obstruksi

    gastrointestinal, fistula atau striktur

    (jinak atau ganas)

    C. Adanya gangguan menelan

    D. Pasien sedang hamil

  • 11

    Positive Negative

    Rebleeding Rebleeding

    Massive life-threatening bleeding

    Positive Negative

    Fail Positive Negative

    Negative Positive Positive

    Negative Negative

    Negative

    Negative

    Negative

    Positive

    Positive

    Positive

    Fail

    Positive

    or

    Acute Colonic Bleeding

    Volume resuscitation Puls blood transfusion

    NG aspirate

    negative

    Vasopressin

    or emboli

    Explore, intraoperative

    endoscopy

    NG aspirate

    negative

    Gastroduodenoscopy

    + endoscopic treatment

    Mesentric arteriography

    Observe Endoscopic

    treatment

    Elective colonoscopy

    Proctoscopy Rule out anorectal bleeding

    Segmental

    resection

    Urgent colonoscopy

    Segmental

    resection

    99Tc RBC scintigraphy

    See moderate bleeding

    or massive bleeding

    Segmental

    resection

    Total

    colectomy

    Explore, intraoperative

    endoscopi

    Colonoscopy treatment

    or explore, segmental

    resection

    Explore, intraoperative

    endoscopy

    Segmental

    resection

    Segmental

    resection

    Vasopressin

    or emboli

    Mesentric arteriography

    Explore, intraoperative

    endoscopy

    Total

    Colectomy

    Segmental

    resection

    Total

    Colectomy Segmental

    resection

    Total

    Colectomy

    Moderate bleeding

    continued

    Algorithm for treatment of colorectal hemorrhage.(Reproduced with permission from Gordon PH, Nivatvong S(eds):

    Principles and Practice of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus, 2nd ed. New York: Marcel Dekker, Inc.,1999, p 1279)

  • 12

    KEPUSTAKAAN:

    1. ASGE Guideline Appropriate use of GIT Endoscopy, Vol 75, No. 6 : 2012 , Page: 1127-

    1131.

    2. Kelli M. Bullard and David A. Rothenberger; Colon, Rektum, and Anus, Schwartzs

    Priciples Of Surgery Mc Graw-Hill Medical Publishing Division, Eighth Edition., page:

    1062-1065