Upload
sudarno-utomo
View
26
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
test
Citation preview
FLOKULASI
Kuliah ke-9 & 10
FLOKULASI
Penambahan koagulan ke dalam air baku yang akan diolah ditujukan untuk memperoleh terbentuknya flok sebagai akibat gabungan dari koloid koloid yang ada didalam air baku tersebut dengan koagulan.
Pembentukan flok ini akan berlangsung dengan baik andaikata saat penambahan bahan koagulan ke dalam air yang dilanjutkan dengan pengadukan lambat (slow mixing).
Pengadukan cepat dilakukan didalam bak yang dilengkapi dengan pengaduk (agitator) yang mana agitasi ini berfungsi untuk mendispersikan secara seragam bahan koagulan sehingga terjadi kontak yang cukup antara koagulan dengan partikel partikel tersusupensi, sehingga akan terbentuk flok yang stabil yang mudah mengendap.
4.1 Umum
Peralatan yang digunakan untuk pengaduk cepat dan pengaduk lambat ini berupa: Pengaduk mekanik seperti paddle;
Pengaduk pneumatik;
Kolom baffle =hidraulik.
Dari ketiga pengaduk ini yang sekarang sering digunakan adalah pengaduk mekanik. Menurut T.R Camp (1955) dan dengan penelitian yang dilakukannya agar terbentuk flok dengan baik maka diperlukan suatu kriteria perencanaan yang tepat. Kriteria perencanaan ini sangat tergantung dari tingkat pengadukan yang diberikan, dan sangat erat hubungannya dengan tenaga pengadukan yang diberikan yang diukur dengan istilah gradien kecepatan (velocity gradien).
4.2 Gradien Kecepatan
Gradien Kecepatan
adalah kecepatan relatif suatu partikel terhadap partkel yang lain jarak tertentu. Apabila terdapat 2 buah partikel didalam suatu tangki berjarak 0.1ft dan salah satu pertikel tersebut bergerak dengan kecepatan relatif sebesar 1ft/dt, maka gradien kecepatan antara keduan partikel tersebut adalah 10/dt.
Menurut Deegreemont didalam bukunya Water Treatment Handbook ukuran flok akan dapat diperbaiki/ditingkatkan dengan cara:
peningkatan jumlah flok didalam air dan dapat dilakukan dengan cara membuat kontak antara air yang sedang diolah dengan presipat yang telah terbentuk, mis. dg cara sludge resirculation (resirkulasi lumpur) atau dengan sludge blanket (selimut lumpur) sehingga konsentrasi lumpur (flok) akan menjadi lebih tinggi;
meningkatkan kesempatan partikel koloid yang bermuatan untuk bertemu dengan partikel flok;
dengan menggunakan koagulan yang cocok/ menggunakan flocculent agent.
4.3. Jenis-jenis Flokulasi
4.3.1. Flokulasi Perikinetik
Flokulasi yang dihubungkan dengan Brown Diffusion (gerak Brown) yang dikenal dengan istilah Agitasi Thermal, dan biasanya hanya terjadi pada partikel yang berukuran yang sangat kecil dan biasanya berukuran <½. Pada flokulasi perikinetik ini gerak acak dari partikel partikel koloid menyebabkan terjadinya tumbukan antar partikel yang akan menimbulkan penggumpalan.
Kecepatan flokulasi atau variasi jumlah
partikel dalam suatu periode waktu
diberikan dalam persamaan sbb :
4.3.2. Flokulasi Orthokinetik
Flokulasi yang disebabkan oleh kontak (tumbukan) antar partikel yang disebabkan oleh gerakan media (fluida) yang dihasilkan oleh pengadukan yang merupakan mekanis utama dalam pengolahan air. Menurut Von Smoluchwaski, banyaknya tumbukan sangat bergantung pada: Banyaknya partikel;
Gradien kecepatan;
Diameter masing masing partikel.
Faktor faktor pengontrol agitasi; Derajat agitasi;
Waktu detensi.
4.3.2.1 Derajat Agitasi
Derajat agitasi ini dapat diatur sedemikian
rupa sehingga G yang dihasilkannya dapat
menghasilkan proses flokulasi yang baik.
Menurut Rich, sebaiknya nilai G antara 20-70/dt;
Menurut Degreemont, nilai G ini adalah 100/dt;
Menurut Tom D. Reynold, nilai G untuk flokulator
baffle 20 atau 30/dt dan flokulator mekanis antara
30 dab 80/dt;
Menurut Kawamura
4.3.2.2. Waktu Detensi ( td )
Flokulasi sebaiknya dilakukan selama 10-30 mnt atau lebih. Secara umum periode yang lebih lama mengakibatkan dosis koagulan dan derajat agitasi yang lebih rendah. Menurut Rich, td normal dalam bak flokulasi adalah 30-40 menit;
Menurut Steel, td berkisar antara 20-30 menit;
Menurut AWWA, td berkisar 30-60 menit.
Menurut Babbit, besar kecilnya td sangat tergantung daripada:
kondisi air baku;
jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan;
tipe flokulator;
hasil yang diharapkan.
Rekomendasi G dan Gtd untuk flokulator mekanis menurut Schulz C.R dan
Okun D.A
Tabel 4.1. Nilai Gradien Kecepatan dan Gtd Pada Penghilangan Kekeruhan/ Warna
(Dengan atau Tanpa Resirkulasi Lumpur)
Type Grad. Kec. (G/dt) Gtd
Penghilangan kekeruhan /warna
(tanpa resirkulasi lumpur) 20 -100 20000-150000
Penghilangan kekeruhan/ warna
(dengan resirkulasi lumpur) 75 -175 125000-200000
Tangki flokulator dirangcang untuk menghasilkan tumbukan antar
partikel. Kontak ini terjadi sebagi akibat gerakan fluida. Perbedaan
kecepatan terjadi dari titik ke titik diseluruh air yang mengalir. Karena
perbedaan G ini, maka partikel dalam air juga mempunyai kecepatan yang
berbeda beda dan akibatnya terjadi kontak. Ukuran dan bentuk bak flokulasi
ditetapkan berdasarkan tipe flokulator terpilih dan tipe sedimentasi yang
mengikutinya.
4.3.3. Flokulasi Dengan Baffle
Dirancang sedemikian rupa sehingga aliran
yang diolah mengalami perubahan arah
secara tiba tiba. Head loss yang dihasilkan
akan menyediakan energi yang diperlukan
untuk flokulasi. Pengadukan dilakukan dengan
pembalikan aliran air melalui saluran,
misalnya dengan baffle aliran horizontal
(arround the end)
Flokulator baffle ini dibatasi untuk instalasi pengolahan yang kapasitasnya relatif
besar (10.000 m3 /hari) dimana kecepatan aliran (untuk pengadukan lambat)
dapat menciptakan head loss yang cukup tanpa memerlukan penempatan baffle
yang telalu dekat satu sama lain (untuk mencegah kesulitan didalam
pembersihan).
4.3.4. Flokulasi Secara Mekanis
Pengadukan dapat diatur dengan mengatur kecepatan blade, dan sudah barang tentu diperlukan tenaga untuk menggunakan blade tersebut.
Kelebihan flokulator mekanik dibandingkan dengan flokulator baffle adalah : Bahan kimia yang digunakan 10-40% lebih rendah;
Formasi flok lebih kecil (kemungkinan pecahannya flok relatif lebih kecil);
Pencucian filter lebih sedikit (kecil);
Biaya lebih rendah;
Kecepatan putaran pengaduk dapat dikontrol sehingga pengoperasiannya lebih flksibel;
Head loss dan kebutuhan tenaga relatif kecil;
Pemasangannya pada instansi mudah.
Kekurangan flokulator mekanis, menurut Babbit :
Kecepatan dekat tangkai peddle rendah;
Ada ruang mati di bagian sudut;
Perlu perawatan peralatan;
Kemungkinan terjadi aliran singkat;
Kemungkinan flokulator terhenti pada saat operasi karana tersumbat atau tertahan lumpur/ sedimen.
Kekurangan flokulator Baffle
Menurut Babbit dan Schulz dan Okun, kekurangannya dibandingkan dengan flokulator mekanis : Tidak fleksibel untuk mengantisipasi kualitas air
baku;
Head loss bisa mencapai 1-2ft sedangkan secara mekanis hampir tidak ada;
Pembersihan mungkin sulit;
Parameternya adalah hidraulis, sedangkan parameter flokulasi merupakan fungsi aliran dan tidak bisa ditangani secara terpisah.
Terima kasih