Upload
utami-handayani-kurnia
View
85
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Pengalaman Belajar Lapangan
PNEUMONIA BERAT DAN GIZI BAIK
Oleh :
Gusti bagus Fajar Mahayasa (0802005050)
Ngurah Putu Puja Astawa (0802005046)
Utami Handayani Kurnia( 08020050154)
Pembimbing :
Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A (K)
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2012
Halaman Persetujuan
PNEUMONIA BERAT DAN GIZI BAIK
Oleh :
Gusti bagus Fajar Mahayasa, S.Ked
Ngurah Putu Puja Astawa , S.Ked
Utami Handayani , S.Ked
Waylon edgar lopez, S.Ked
Telah Dikorekasi dan Disetujui oleh Pembimbing
Pada tanggal ....................................
Pembimbing,
Subdivisi Tumbuh Kembang
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah
Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A (K)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar. Laporan PBL
ini berjudul Pneumonia Berat dan Gizi Baik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Dr.dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A (K) selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan paper ini.
2. Para residen subdivisi tumbuh kembang-gizi yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan laporan ini.
3. Rekan-rekan dokter muda sekalian atas motivasi dan bantuannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
4. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Denpasar, Agustus 2012
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang
ditandai dengan suatu keradangan pada parenkim paru. Pada bayi baru lahir,
pneumonia merupakan penyebab penting gangguan traktus respiratorius. Sekitar
5-10% anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara berkembang mengalami
pneumonia setiap tahun. Dengan penanganan yang tepat, sebagian besar
pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan sempurna, pada
pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8.
Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih
dari 1 bulan) dan mungkin berulang. Diperkirakan 1% kasus pneumonia
menyebabkan komplikasi yang cukup fatal.
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dalam menegakkan diagnosis perlu disingkirkan
penyakit-penyakit lain yang menyerupai pneumonia baik manifestasi klinis
maupun gambaran radiologisnya.
Terapi pada pneumonia meliputi terapi spesifik dan suportif. Terapi yang
tepat dan adekuat pada pneumonia sangat menentukan prognosis. Untuk
menentukan terapi yang tepat perlu diketahui etiologi dari penyakit. Sebagian
besar kasus pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri,
virus, dan jamur. Secara klinis, berbagai penyebab pneumonia susah dibedakan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi atau keradangan saluran napas bagian bawah yang
melibatkan saluran napas dan parenkim disertai konsolidasi ruang alveolar yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi pernapasan),
retraksi dinding dada, napas cuping hidung dan kadang-kadang sianosis.3,4,5,6
2.2 Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan
Asia Tenggara. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, 27,6%
kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem respiratori, terutama pneumonia.8
2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pneumonia yaitu 3,4,6:
1. Infeksi
Infeksi dapat disebabkan oleh virus (Respiratory syncytial virus, adeno
virus, virus influenza dan lain-lain), bakteri (Diplococus pneumoniae,
Pneumococus sp, Stafilococus aureus, Streptococus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, dan lain-lain),
Mycoplasma pneumoniae, jamur (Histoplasma capsulatum, Cryptococcus
neoformans, Blastomyces dermatitides, dan lain-lain).
2. Non-infeksi
Misal alergi/hipersensitivitas, aspirasi, pneumonia hipostatik, dan lain-lain
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia pada anak antara
lain daya tahan tubuh atau saluran napas yang menurun (misalnya akibat
malnutrisi energi protein, penyakit menahun, dan lain-lain), faktor iatrogen seperti
trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.4
Organisme penyebab pneumonia bervariasi sesuai umur. Streptokokus grup B
dan bakteri gram negatif merupakan penyebab terbanyak pada neonatus, akibat
dari transmisi vertikal dari ibu saat proses persalinan. Pada bayi usia 3 minggu
hingga 3 bulan pneumonia terbanyak disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae.
Virus merupakan penyebab terbanyak dari pneumonia pada bayi yang berumur 4
bulan hingga anak usia prasekolah dan virus yang terbanyak adalah Respiratory
syncytial virus. Mycoplasma dan Chlamydia merupakan penyebab terbanyak
pneumonia pada anak yang berusia diatas 5 tahun hingga adolesen.3,7
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia pada umumnya berdasarkan anatomis dan etiologis. 3
Pembagian anatomis meliputi 3:
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Sedangkan pembagian secara etiologis meliputi 3,4,7 :
Bakteri : diplococcus pneumonia, pneumococus, streptococcus aureus,
dll.
Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll
Jamur :Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,
Blastomyces dermatitides, dan lain-lain
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
Pneumonia hipostatik
Sindrom loeffler
Secara klinis biasa, berbagai etiologi ini sulit dibedakan. Untuk terapi, perlu
diketahui penyebab dari pneumonia tersebut, sehingga kalsifikasi secara etiologis
lebih rasional daripada klasifikasi anatomis 4.
2.5 Patogenesis
Pada keadaan normal saluran napas bagian bawah tetap steril, karena dilindungi
oleh mekanisme pertahanan tubuh yang fisiologis, meliputi gerakan epitel bersilia
pada mukosa, sekresi Ig A dan reflek batuk yang juga dapat membersihkan
saluran napas. Mekanisme pertahanan imunologis dari paru juga dapat mencegah
invasi organisme patologi, meliputi makrofag yang ada alveolus dan bronkioli,
sekresi Ig A dan Immunoglobulin yang lainnya.8
Pneumonia oleh karena virus biasanya disebabkan oleh infeksi luas pada
saluran napas yang dibarengi oleh kerusakan langsung epitel saluran napas yang
menyebabkan obstruksi saluran napas oleh pembengkakan, sekresi yang
berlebihan, dan debris seluler. Pada bayi yang mempunyai ukuran saluran napas
yang kecil lebih besar kemungkinan untuk mengalami infeksi. Atelektasis, edema
interstitiil, dan ventilasi serta perfusi yang tidak baik yang menyertai obstruksi
saluran napas dapat menyebabkan hipoksemia yang signifikan. Infeksi saluran
napas oleh karena virus dapat menjadi faktor predisposisi bagi infeksi sekunder
oleh bakteri, oleh karena mekanisme pertahanan tubuh yang normal sudah
menurun/terganggu, sekresi yang berlebihan, dan perubahan bakteri flora normal.8
Ketika infeksi bakteri terjadi di parenkim paru, terjadi berbagai macam proses
patologi dan berkembangbiaknya bakteri. Bakteri menyerang epitel saluran napas,
menghambat kerja silia, dan menyebabkan destruksi seluler sehingga terjadi
respon imflamasi pada submukosa. Infeksi yang semakin parah menyebabkan
debris seluler, sel radang, dan mukus mengendap dan menyumbat saluran napas
sehingga menyebabkan obstruksi saluran napas, dengan penyebaran infeksi yang
terjadi sampai ke percabangan bronkus.6,8
Kuman penyebab pneumonia masuk ke dalam paru melalui jalan napas secara
percikan atau ”droplet”. Proses radang pada pneumonia dibagi menjadi 4 stadium,
yaitu: (1) Stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti, di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi
padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan
banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung singkat. (3) Stadium
hepatisasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah manjadi pucat
kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin
dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. (4) Stadium resolusi: eksudat
berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis
dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomi,
bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai
bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan
antibiotika, urutan stadium khas ini tidak terlihat.4
2.6 Gejala Klinis
Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa hari.
Suhu dapat naik mendadak hingga 39-400C dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, sesak, pernapasan cepat dan dangkal
disertai retraksi, napas cuping hidung dan kadang sianosis di sekitar hidung dan
mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada awal penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula
kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium awal susah dibuat diagnosis
dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya napas yang cepat dan dangkal,
napas cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan
kemungkinan pneumonia.4
Terdapat perbedaan antara pneumonia yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
pada infeksi oleh virus sering dihubungkan dengan batuk, wheezing, stridor, pada
pemeriksaan laboratorium leukosit tidak terlalu meningkat, demam kurang
menonjol dibandingkan infeksi bakteri dan biasanya disertai gejala prodromal.
Pada infeksi oleh bakteri sering dihubungkan dengan batuk, demam yang tinggi,
menggigil, napas cepat, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda konsolidasi paru,
terdapat peningkatan leukosit (>20.000/mm3). Pneumonia atipikal pada bayi muda
ditandai dengan takipneu, batuk, dan sering disertai konjungtivitis klamidial.3,7,9
2.7 Diagnosis
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.3,5,6
Anamnesis.
Dalam anamnesis dicari riwayat penyakit seperti adanya demam, batuk, sesak,
tubuh kebiruan dan gejala-gejala lain. Selain itu dicari pula faktor-faktor risiko
dari penyakit ini seperti adanya riwayat menderita infeksi saluran napas akut
bagian atas sebelumnya, paparan asap rokok, penyakit-penyakit seperti kelainan
kardiopulmoner atau sistem imun, malnutrisi, riwayat kelahiran prematur serta
keadaan sosial ekonomi.5
Pemeriksaan fisik.
Dalam pemeriksan fisik dapat dijumpai suhu tubuh yang tinggi (≥38,50C),
takipneu, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), napas cuping hidung,
sianosis, deviasi trakea, tanda-tanda terdapatnya konsolidasi seperti: ekspansi
dada yang berkurang; peningkatan vokal fremitus, suara redup yang terlokalisir
pada perkusi; suara napas yang melemah, bronkial atau bronkovesikuler, rhonki,
wheezing dapat terdengar pada auskultasi.3,4,5,6,7
Pemeriksaan penunjang 3,4,5,6,7
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. secara
makroskopis diperiksa warna, kenampakan, jumlah, bau, ada tidaknya darah
dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pewarnaan
Gram dan diperiksa ada tidaknya sel leukosit PMN, dan juga
mikroorganisme yang seharusnya sesuai dengan hasil kultur.
Darah tepi
Tergantung penyebab, pada infeksi oleh bakteri leukosit cenderung naik,
sedangkan infeksi oleh virus leukosit tidak terlalu meningkat
Kultur
Kultur darah jarang positif, kultur dari cairan pleura atau pungsi paru
mempunyai korelasi yang baik, sedangkan kultur dari saluran napas hasilnya
kurang dapat dipercaya.
Kadang diperlukan pemeriksaan khusus seperti tes alergi, tes tuberkulin.
b. Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen thorak anteroposterior dan lateral untuk mmvisualisasikan
infiltrat di sekitar jantung atau diafragma dan juga untuk melokalisasi
segmen paru yang sakit. Pada bronkopneumonia didapatkan bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Pada foto rontgen juga dapat dilihat
komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumatokel,
pneumotorak, pneumomediastinum atau perikarditis.
2.7. Diagnosis Banding
Pneumonia perlu dibedakan dengan penyakit paru yang lain seperti asma,
obstruksi jalan napas akibat benda asing, aspirasi, trakeitis bakterial atau virus
akut, edema paru akibat gagal jantung, pneumonitis alergi.3,10
2.8. Pengobatan
Pengobatan pada pneumonia meliputi pengobatan spesifik dan suportif.5,6
1. Pemberian antiviral atau antibiotika sesuai penyebab.
a. Antiviral
Hanya untuk pneumonia viral yang berat atau cenderung menjadi berat
(disertai kelainanan jantung atau penyakit dasar yang lain)
Virus Antivirus
RSVVariselaInfluenza-ASitomegalovirus
RibavirinAsiklovirAmantidinGansiklovir
b. Antibiotika
Berdasarkan usia
Usia Etiologi Rawat jalan Rawat inap0-2 minggu
2-4 minggu
1-6 bulan
6 bulan –6 tahun
Streptokokus gram (+)Enterobacter gram (-)
Idem+ H. influenza
Pneumokokus, H.influenza, Stafilokokus aureus, mungkin klamidia
Pneumokokus, h.infuenza, stafilokokus aureus
(-)
(-)
(-)
Eritromisin /sulfisoksasol
Eritromisin/ sulfiksa-sol atau amoksisislin/ klavulanat atau trime-toprim, sulfametok-
Ampicilin +gentamicinAmpicilin+ cefotaxim
Ampicilin+ seftriakson
Seftriakson/nafsilin + kloramfenikol
Seftriakson/nafsilin + kloramfenikol
> 6 tahun
Dengan gangguan imunologi
M.pneumonia, Pneumokokus
Banyak penyebab
sasol
Eritromisin atau penissilin
(-)
Nafsilin atau eritromisin
Vankomisin dan seftasidim
Berdasarkan perkiraan asal infeksi:
Asal infeksi Perkiraan kuman Berat sakit Antibiotika
Lingkungan (komunitas)
Nosokomial
Aspirasi
Pneumokokus, H.influensa, Mikoplasma
Enterobakter gram (-), stafilokokus aureus
Stafilokokus aureus, Pneumokokus, H.influenza
Ringan
Berat
Ringan
Berat
(-)
Aminopenisillin, amoksisilin atau makrolid, eritromisin
Sefalosporin generasi II/III, sefuroxim+makrolid, eritromisin.
Sefalosporin generasi II/III, sefuroxim sefalosporin generasi II/III,
Sefuroxim+aminoglikosida, gentamisin
Aminopenisilin, amoksisilin+metronidazol
2. Obat khusus :
Tergantung penyebab, misal diberikan tuberkulostatika.
3. Simptomatis
a.Antipiretika, diberikan bila terdapat hiperpireksia. Asetosal tidak diberikan
karena dapat memperberat asidosis.
b.Mukolitik/ekspektoran.
Pemberian mukolitik/eksepktoran tidak menunjukkan manfaat yang nyata.
4. Kortikosteroid
Kadang-kadang diberikan pada kasus-kasus yang berat (konsolidi masif),
atelektasis, infiltrasi milier (dengan sesak dan sianosis), diberikan dalam
jangka pendek.
5. Oksigen
Diberikan bila ada tanda-tanda hipoksemia seperti gelisah, sianosis dll. Pada
bayi umur < 2 tahun biasanya diberikan 2 liter/menit, diatas 2 tahun diberikan
4 liter/menit.
6. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernapasan, dengan sonde lambung
(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).
7. Cairan dan makanan bergizi
a. Cairan : komposisi paling sederhana adalah Dextrose 5%, komposisi lain
tergantung kebutuhan, jumlah 60-70% kebutuhan total, beberapa penulis
menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.
b. Makanan : bila tidak dapat peroral, dapat dipertimbangkan pemberian
intravena seperti asam amino, emulsi lemak dll.
2.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita pneumonia antara lain 3:
Efusi parapneumonik
Empyema
Pneumatocele
Bronchiectasis
Abses paru
2.10. Prognosis
Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan sempurna,
pada pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8.
Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih
dari 1 bulan) dan mungkin berulang.3
2.11. Pencegahan
Imunisasi dapat mengurangi insiden dari pneumonia yang penyebabnya dapat
dicegah dengan vaksin. Mengurangi lama penggunaan ventilator dan penggunaan
antibiotika hanya bila diperlukan dapat mencegah pneumonia. Meninggikan posisi
kepala 30 hingga 45 derajat untuk mencegah aspirasi, peralatan suction dan
larutan salin harus steril. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan penggunaan sarung tangan saat melakukan prosedur invasif dapat
mencegah transmisi nosokomial dari infeksi.3
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : BY KR
Tanggal Lahir : 28 Mei 2012
Umur : 1 bulan 25 hari
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Br. Gegelang, Ds. Manggis Karangasem
Tanggal MRS : 22 Juli 2012
Tanggal Kunjungan : 1 Agustus 2012
3.2 Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang ke RSUP Sanglah diantar oleh kedua orangtuanya
dan dikeluhkan sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. sesak nafas
dikatakan seperti kesulitan untuk menarik nafas. Sesak dikatan muncul
secara tiba- tiba setelah pasien mengalami batuk. Sesak tersebut dikatakan
terjadi secara terus menerus sepanjang hari tapi tidak sampai menimbulkan
suara ngik- ngik maupun grok- grok. Sesak tidak membaik dengan
perubahan posis ataupun dengan perubahan suhu. Sesak nafas dikatakan
semakin hari semakin berat disertai dengan cekungan pada dada. Kebiruan
pada wajah dan tubuh pasien disangkal.
Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit, dimana batuk tersebut terjadi sebelum keluhan sesak. Batuk muncul
mendadak dan berlangsung terus menerus. Batuk tersebut dikatak berdahak,
namun dahak sulit untuk dikeluarkan. Batuk tidak disertai pilek.
Selain sesak dan batuk pasien juga dikeluhkan panas badan sejak 7
hari sebelum masuk rumah sakit. panas badan mendadak tinggi, mencapai
suhu 380c, turun sementara dengan obat penurun panas dan kemudian naik
lagi. Demam tidak pernah turun sampai suhu tubuh normal. Panas badan
tidak sampai menggigil dan tidak disertai kejang.
Sejak pasien mengalami keluhan- keluhan tersebut, minum pasien
dikatakan berkurang. Selain itu dikatakan pula pasien tampak lebih rewel
daripada biasanya. BAB dan BAK pasien dikatakan normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan serupa saat berusia 2
minggu, dimana pasien dikatakan mengalami infeksi paru, dirawat di ruang
cempaka selama 17 hari sejak tanggal 16 juni 2012. Pasien dikatakan belum
pernah mengalami alergi sebelumnya. Pasien juga sebelumnya belum pernah
mengalami sesak nafas yang episodik dan berulang.
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke Bidan 4 hari sebelum berobat ke RSUP sanlah dan
mendapatkan obat sirup penurun panas dan sirup obat batuk.
Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan sama dengan pasien.
Riwayat Persalinan
Lahir kurang bulan dimana pasien lahir pada usia kehamilan 7 bulan
ditolong oleh dokter di sebuah klinik swasta, dengan berat badan lahir 1850
gram, langsung menangis, anus (+), kelainan (-).
Riwayat Imunisasi:
Riwayat imunisasi dikatakan lengkap sesuai umurnya, yaitu BCG 1 kali,
Hepatitis B 3 kali, Polio 1 kali, DPT 1 kali, dan Campak 1 kali.
Riwayat Nutrisi:
ASI : -
Susu formula : 0 - sekarang
Bubur susu : -
Bubur nasi : -
Makanan dewasa : -
Riwayat Tumbuh Kembang
Personal Sosial
Menyiapkan makanan sendiri : belum bisa
Sikat gigi tanpa bantuan : belum bisa
Bermain permainan kartu : belum bisa
Berpakaian tanpa bantuan : belum bisa
Motorik Halus
Memilih garis yang lebih panjang : belum bisa
Mencontoh bentuk + : belum bisa
Menggambar orang 3 bagian : belum bisa
Mencontoh bentuk lingkaran : belum bisa
Mencontoh bentuk dengan petunjuk : belum bisa
Menggambar orang 6 bagian : belum bisa
Mencontoh bentuk : belum bisa
Bahasa
Mengartikan 7 kata : belum bisa
Menyebut 2 lawan kata : belum bisa
Menghitung 5 kubus : belum bisa
Mengerti 3 kata sifat : belum bisa
Mengartikan 5 kata : belum bisa
Menyebut 4 warna : belum bisa
Mengerti 4 kata depan : belum bisa
Seluruh bicaranya dimengerti : belum bisa
Mengetahui 4 kegiatan : belum bisa
Motorik Kasar
Berdiri pada 1 kaki 6 detik : belum bisa
Berjalan lurus dengan tumit di depan jari : belum bisa
Berdiri pada 1 kaki 5 detik : belum bisa
Berdiri pada 1 kaki 4 detik : belum bisa
Berdiri pada 1 kaki 3 detik : belum bisa
Melompat dengan 1 kaki : belum bisa
Berdiri pada 1 kaki 2 detik : belum bisa
Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak pertama. Keluarga pasien termasuk kelompok
ekonomi golongan menengah. Ayah pasien saat ini sedang batuk dan ayah
pasien merupakan seorang perokok
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Status Present
Keadaan umum : terlihat sakit sedang
Kesadaran : E3 M3 V3
Nadi : 108 kali/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 60 kali/ menit, type torakal abdominal
Tax : 37,6 C
Berat Badan : 2,7 kg
Berat Badan Ideal : 18 kg ////
Status Gizi (waterlow) : 95 % (gizi baik) ???
Tinggi Badan : 112 cm
Lingkar Kepala : 51 cm
Lingkar Lengan Atas : 18 cm
3.3.2 Status Gizi
Z score BB/U = 0,65 SD ; TB/U = 1,71 SD ; Interpretasi : Gizi baik
Lingkar kepala menurut Z score, 1,1 SD ~ normocephali.
3.3.3 Status General
Kepala : normocephali
Mata : anemis -/-, konjungtiva pucat -/- , ikterus -/- , RP +/+ isokor
THT
Telinga : bentuk normal, sekret (-)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (+), sianosis (-)
Tenggorok : sulit dievaluasi
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-), kaku kuduk (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Kaku kuduk : (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : thrill (-)
Auskultasi : S1S2 normal reguler murmur (-)
Paru-paru
Inspeksi : bentuk thoraks simetris, gerakan dada simetris,
retraksi (+) subkostal
Palpasi : gerakan dada simetris
Auskultasi : broncho vesikuler +/+, reles +/+ apex paru,
wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), CRT <2”
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi:22 Juni 2012
WBC 5,94 x 103/µl (R : 6,00 – 14,00)NE 3,43 x 103/µlLY 1,80 x 103/µlMO 0,50 x 103/µlEO 0,10 x 103/µlBA 0,20 x 103/µlRBC 3,14 x 106/µlRGB 9,40 g/dlRCT 28,20%MCV 90,00 fLMCH 30,00 pgMCHC 33,40 g/dLRDW 15,30%
PLT 193,60 x 103/µlMPV 9,01 fLCRP 17,36 mg/dl
Analisa Gas DarahPH 7,44pCO2 35,00mmHgpO2 135,00 mmHgHCO3- 23,80 mmol/LTCO2 24,90 mmol/L
Kesimpulan dari pemeriksaan penunjang :Laboratorium:DL : LeukopeniaCRP : meningkatAGD : alkalosis respiratorik, rasio O2 225%
X-Ray : Thorax AP kesan Pneumonia
3.5 Diagnosa Klinis
Pneumonia Berat + Gizi Baik
3.6 Penatalaksanaan
O2 head box 6 liter permenit diturunkan bertahap hingga mencapai O2
nasal kanul 2 L permenit
Kebutuhan cairan rumatan 270 mL/hari
IVFD D5 ¼ NSS, 13 tetes/ menit,
Puasa sementara bila terjadi distres berat, ASI per OGT
Gentamisin
Hari I : 8 mg/kg/x = 3 x 22mg (IV)
Hari II: 6mg/kg/x = 3 x 18 mg (IV)
Ambroxol syr 5mg = 3 x 0,5 mL
Paracetamol ¼ cth bila Tax = 380C
3.8 Follow Up Pasien Saat Dirawat di RSUP Sanglah
Tanggal Subyektif, Obyektif, AssesmentTerapi dan Planning
Diagnosis
22/7/2012
09.00
S : panas (-), minum (+) , batuk (+), sesak nafas (-)
O : Status Present
KU :tampak sakit sedang
Kes : CM
GCS : E4V5M6
N : 110 x/menit reg isi cukup
R : 40 x/menit
tax : 36,3 °C
St General
Kepala : Normo Cephali,
UUB terbuka datar
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+
isokor, oedema -/-
THT :
Telinga : tidak dievaluasi
Hidung : NCH(-), sianosis
(-), darah(-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1,
hiperemis (-),
pharing
P.Tx :
O2 head box 6 liter
permenit diturunkan
bertahap
O2 nasal kanul 2 L
permenit, jika klinis
membaik dapat
dilepas
Kebutuhan cairan
rumatan 270 mL/hari
IVFD D5 ¼ NSS, 13
tetes/ menit,
Pemberian ASI 60ml
@ 3 jam ( hati – haati
terjadi aspirasi)
Ampicilin 200mg/
kgBB/ hari = 4 x
135mg (IV)
Gentamisin
Hari I : 8 mg/kg/x =
3 x 22mg (IV)
Hari II: 6mg/kg/x = 3
x 18 mg (IV)
Ambroxol syr 5mg =
3 x 0,5 mL
Paracetamol ¼ cth
bila Tax = 380C
P.Dx :
hiperemis (-)
Leher : JVP 0 cmH2O,
pembesaran kel. (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)
Po : BV +/+ Rh -/- Wh -/-
Abdomen: Distensi (-),
B.Usus (+) N
Hepar/Limpa : Tak teraba,
Nyeri tekan(-)
Ekstremitas : hangat (+)
sianosis (-)
edema (-)
pd 4 ekst.
Cap.Ref < 2dtk
A : pneumonia berat + Gizi baik
Kultur darah
P.Monitoring :
Vital Sign Tanda-
tanda distres nafas
23/7/2012
06.00
S : panas (-), batuk (+), pilek (+)
O : Status Present
KU :tampak sakit sedang
Kes : CM
P.Tx :
O2 nasal kanul 2 L
permenit, jika klinis
membaik dapat
dilepas
Kebutuhan cairan
rumatan 270 mL/hari
GCS : E4V5M6
N : 110 x/menit reg isi cukup
R : 40 x/menit
tax : 36,3 °C
St General
Kepala : Normo Cephali,
UUB terbuka datar
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+
isokor, oedema -/-
THT :
Telinga : tidak dievaluasi
Hidung : NCH(-), sianosis
(-), darah(-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1,
hiperemis (-),
pharing
hiperemis (-)
Leher : JVP 0 cmH2O,
pembesaran kel. (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)
Po : BV +/+ Rh -/- Wh -/-
Abdomen: Distensi (-),
IVFD D5 ¼ NSS, 13
tetes/ menit,
Pemberian ASI 60ml
@ 3 jam ( hati – haati
terjadi aspirasi)
Ampicilin 200mg/
kgBB/ hari = 4 x
135mg (IV)
Gentamisin
Hari II: 6mg/kg/x = 3
x 18 mg (IV)
Ambroxol syr 5mg =
3 x 0,5 mL
Paracetamol ¼ cth
bila Tax = 380C
P.Dx :
Kultur darah 2 sisi
P.Monitoring :
Vital Sign Tanda-
tanda distres nafas
B.Usus (+) N
Hepar/Limpa : Tak teraba,
Nyeri tekan(-)
Ekstremitas : hangat (+)
sianosis (-)
edema (-)
pd 4 ekst.
Cap.Ref < 2dtk
A : pneumonia berat + Gizi baik
24/7/2012 S : panas (-), batuk (+), pilek (+)
O : Status Present
KU :tampak sakit sedang
Kes : CM
GCS : E4V5M6
N : 110 x/menit reg isi cukup
R : 40 x/menit
tax : 36,3 °C
St General
Kepala : Normo Cephali,
UUB terbuka datar
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+
P. S : panas (-), batuk (+), pilek (+)
O : Status Present
KU :tampak sakit sedang
Kes : CM
GCS : E4V5M6
N : 110 x/menit reg isi cukup
R : 40 x/menit
tax : 36,3 °C
St General
Kepala : Normo Cephali,
isokor, oedema -/-
THT :
Telinga : tidak dievaluasi
Hidung : NCH(-), sianosis
(-), darah(-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1,
hiperemis (-),
pharing
hiperemis (-)
Leher : JVP 0 cmH2O,
pembesaran kel. (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)
Po : BV +/+ Rh +/+ Wh -/-
Abdomen: Distensi (-),
B.Usus (+) N
Hepar/Limpa : Tak teraba,
Nyeri tekan(-)
Ekstremitas : hangat (+)
sianosis (-)
edema (-)
pd 4 ekst.
Cap.Ref < 2dtk
UUB terbuka datar
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+
isokor, oedema -/-
THT :
Telinga : tidak dievaluasi
Hidung : NCH(-), sianosis
(-), darah(-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1,
hiperemis (-),
pharing
hiperemis (-)
Leher : JVP 0 cmH2O,
pembesaran kel. (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)
Po : BV +/+ Rh -/-
A : pneumonia berat + Gizi baik
Wh -/-
Abdomen: Distensi (-),
B.Usus (+) N
Hepar/Limpa : Tak teraba,
Nyeri tekan(-)
Ekstremitas : hangat (+)
sianosis (-)
edema (-)
pd 4 ekst.
Cap.Ref < 2dtk
A : pneumonia berat + Gizi baik
3.9 Problem List
Tingkat pengetahuan orang tua penderita yang masih kurang tentang
penyakit yang diderita anaknya, sehingga mereka tidak begitu paham akan
perjalanan penyakitnya. Orangtua penderita juga menganggap demam
yang dialami anaknya sebagai demam biasa dan bukan penyakit.
Lingkungan rumah penderita yang padat, dimana pasien kost bersama 10
penghuni lainnya, sehingga saat 1 penghuni ada yangsakit memudahkan
penyebaran ke penghuni lainnya
3.10 Analisis Kasus
3.10.1 Kebutuhan Dasar Anak
ASUH (Kebutuhan Fisik Biomedis)
a. Kebutuhan pangan gizi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai sekarang dan disertai
susu formula..
b. Perawatan kesehatan dasar
Perawatan kesehatan dasar cukup diperhatikan karena anak
mendapatkan imunisasi secara teratur. Apabila sakit, orangtua
penderita biasanya segera mengajak penderita untuk berobat ke
dokter apabila sakit tidak bisa ditangani oleh orangtua penderita.
c. Keluarga penderita
Pasien saat ini tinggal bersama keluarganya, yaitu dengan kedua
orangtua, di sebuah rumah kost yang cukup sempit dan keluarga
sangat menyayangi penderita.
d. Lingkungan rumah
Kebersihan lingkungan cukup bersih, namun sangat padat, dilihat
dari tempat yang begitu sumpek. Ventilasi rumah cukup untuk
penyinaran, kebersihan dapur, halaman dan kamar mandi sudah
cukup bersih, namun masih terlihat agak berantakan.
e. Waktu bersama keluarga
Ayah penderita bekerja sebagai buruh bangunan sedangkan ibunya
sebagai ibu rumah tangga. Sehari-hari penderita menghabiskan
waktu dengan kedua orang tua.
ASIH (Kebutuhan Emosi / Kasih Sayang)
Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa
keluarganya cukup memberi perhatian kepada anaknya. Pasien
merupakan anak pertama.
ASAH (Kebutuhan akan Stimulasi Mental)
Dari hasil wawancara didapatkan baik ibu maupun ayah serta keluarga
pasien selalu menyempatkan untuk bermain. Selain itu ibu penderita
juga sering melatih perkembangan anaknya seperti mengajarkan
memanggil ibu dan bapak.
3.10.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial
Biologis
Secara fisik tinggi badan penderita sesuai dengan anak usianya, status
gizi juga baik. Saat ini penderita sudah tidak mengalami demam lagi
dan pengetahuan orang tua penderita untuk merawat anaknya cukup
baik.
Psikologis
Kedua orangtuanya memberikan perhatian yang cukup terhadap
penderita mengenai masalah kesehatannya dimana kesehatan penderita
menjadi prioritas utama. Kedua orangtuanya secara sabar dan rutin
selalu menjaga interaksi dengan penderita, yaitu dengan mengajaknya
bermain, berbicara dan tidur bersama. Ibu penderita yang sebagai ibu
rumah tangga dengan sabar meluangkan waktu untuk merawat
penderita.
Sosial
Penderita menghabiskan waktunya bersama ibunya, dan bersama
penghuni kost lainnya.
Lingkungan rumah
Keluarga penderita tinggal dalam satu pekarangan bersama 10
penghuni kost lainnya, dan merupakan rumah bertingkat 2. Kamar
yangdigunakan oleh penderita adalah yang dilantai bawah. Tempat
tinggal berlantai keramik, penyinaran cukup dan penderita
menggunakan air PAM. Kamar mandi dalam dan dapur dalam.
Faktor Risiko
Ayah pasien menderita batuk, pilek dan sempat berobat ke dokter,
dan belum sembuh total. Sebelum pasien sakit pasien sempat digendong
ayahnya, setelah kejadian itu pasien mulai batuk pilek. Ayah pasien
seorang perokok aktif.
3.11 KIE
Asuh
Memberikan penjelasan pada orang tua penderita untuk selalu menjaga
kesehatan terutama gizi penderita dengan selalu berusaha memberikan
asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
Menyarankan pada keluarga penderita, bila ada yang sakit agar
menghindari untuk bermain bersama anaknya dan menyarankan ayah
pasien agar saat merokok tidak dekat dengan anaknya
Asah
Memberikan informasi kepada orang tua untuk aktif menstimulasi anaknya
misalnya mengajari anaknya mengeja nama bapak dan ibu, mulai
menstimulasi anaknya jika menginginkan sesuatu.
Asih
Memberikan penjelasan tentang pentingnya hubungan erat antara penderita
dengan orang tua dan kakaknya untuk perkembangan mental dan kondisi
lingkungan rumah yang harmonis dan terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bronchopneumonia. Brown Medical School. 2001-2002. Available at:
http://www.brown.edu/Courses/Digital_Path/Lungs/Bronchopneumonia.htm.
Accessed: 23 May 2006.
2. Pneumonia among Children in Developing Countries. CDC. 13 October 2005.
CDC. http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/pneumchilddevcount_t
htm. Accessed: 23 May 2006.
3. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Karen J. Moredante, Hal B.
Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Essentials of pediatrics. Edisi 5.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 503-509.
4. Pneumonia. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985. h. 1229-1234.
5. Dolan TF. Approach to Management of Pneumonia. Dalam: Elzouki AY,
Harfi HA, Nasher H. Textbook Of Clinical Pediatrics. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2001. h. 686-92.
6. Suraatmaja S, Soetjiningsih. Pneumonia. Dalam : Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan II Denpasar. Lab/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNUD/RSUP Sanglah; 2000. h. 276-281
7. Rudolph AM, Kamei RK. Infectious Diseases. Dalam: Rudolph’s
Fundamental of Pediatrics. Edisi 2. Connecticut: Apleton & Lange; 1998.
h.275-8.
8. Theodore C.S., Charles G.B. Pneumonia. Dalam: Richard E. Behrman, Robert
M. Kliegman, Hal B. Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17.
Philadelphia: Elsevier Science; 2004. h. 1432-1434.
9. Respiratory Infections. Dalam: Steele, RW. The Clinical Handbook of
Pediatric Infectious Diseases. Edisi 2. Newyork: Parthenon Publishing Group;
2000. h.107-13.
10. Larsen GL, Accurso FJ, Deterding RR, dkk. Respiratory Tract &
Mediastinum. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, dkk. Current
Pediatric Diagnosis & Treatment. Edisi 16. Boston: McGraw Hill; 2003.
h.519-21