43
Pengalaman Belajar Lapangan PNEUMONIA BERAT DAN GIZI BAIK Oleh : Gusti bagus Fajar Mahayasa (0802005050) Ngurah Putu Puja Astawa (0802005046) Utami Handayani Kurnia( 08020050154) Pembimbing : Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A (K) DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP SANGLAH

PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Pengalaman Belajar Lapangan

PNEUMONIA BERAT DAN GIZI BAIK

Oleh :

Gusti bagus Fajar Mahayasa (0802005050)

Ngurah Putu Puja Astawa (0802005046)

Utami Handayani Kurnia( 08020050154)

Pembimbing :

Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A (K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP SANGLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Halaman Persetujuan

Page 2: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

PNEUMONIA BERAT DAN GIZI BAIK

Oleh :

Gusti bagus Fajar Mahayasa, S.Ked

Ngurah Putu Puja Astawa , S.Ked

Utami Handayani , S.Ked

Waylon edgar lopez, S.Ked

Telah Dikorekasi dan Disetujui oleh Pembimbing

Pada tanggal ....................................

Pembimbing,

Subdivisi Tumbuh Kembang

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A (K)

Page 3: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka

mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar. Laporan PBL

ini berjudul Pneumonia Berat dan Gizi Baik.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Dr.dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A (K) selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan paper ini.

2. Para residen subdivisi tumbuh kembang-gizi yang telah memberikan masukan

dalam pembuatan laporan ini.

3. Rekan-rekan dokter muda sekalian atas motivasi dan bantuannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

4. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Denpasar, Agustus 2012

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Page 4: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang

ditandai dengan suatu keradangan pada parenkim paru. Pada bayi baru lahir,

pneumonia merupakan penyebab penting gangguan traktus respiratorius. Sekitar

5-10% anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara berkembang mengalami

pneumonia setiap tahun. Dengan penanganan yang tepat, sebagian besar

pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan sempurna, pada

pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8.

Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih

dari 1 bulan) dan mungkin berulang. Diperkirakan 1% kasus pneumonia

menyebabkan komplikasi yang cukup fatal.

Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Dalam menegakkan diagnosis perlu disingkirkan

penyakit-penyakit lain yang menyerupai pneumonia baik manifestasi klinis

maupun gambaran radiologisnya.

Terapi pada pneumonia meliputi terapi spesifik dan suportif. Terapi yang

tepat dan adekuat pada pneumonia sangat menentukan prognosis. Untuk

menentukan terapi yang tepat perlu diketahui etiologi dari penyakit. Sebagian

besar kasus pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri,

virus, dan jamur. Secara klinis, berbagai penyebab pneumonia susah dibedakan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Page 5: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

2.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi atau keradangan saluran napas bagian bawah yang

melibatkan saluran napas dan parenkim disertai konsolidasi ruang alveolar yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi pernapasan),

retraksi dinding dada, napas cuping hidung dan kadang-kadang sianosis.3,4,5,6

2.2 Epidemiologi

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada

anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas

dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir

seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,

meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan

Asia Tenggara. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, 27,6%

kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit

sistem respiratori, terutama pneumonia.8

2.3 Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pneumonia yaitu 3,4,6:

1. Infeksi

Infeksi dapat disebabkan oleh virus (Respiratory syncytial virus, adeno

virus, virus influenza dan lain-lain), bakteri (Diplococus pneumoniae,

Pneumococus sp, Stafilococus aureus, Streptococus pneumoniae,

Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, dan lain-lain),

Mycoplasma pneumoniae, jamur (Histoplasma capsulatum, Cryptococcus

neoformans, Blastomyces dermatitides, dan lain-lain).

2. Non-infeksi

Misal alergi/hipersensitivitas, aspirasi, pneumonia hipostatik, dan lain-lain

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia pada anak antara

lain daya tahan tubuh atau saluran napas yang menurun (misalnya akibat

malnutrisi energi protein, penyakit menahun, dan lain-lain), faktor iatrogen seperti

trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.4

Organisme penyebab pneumonia bervariasi sesuai umur. Streptokokus grup B

dan bakteri gram negatif merupakan penyebab terbanyak pada neonatus, akibat

Page 6: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

dari transmisi vertikal dari ibu saat proses persalinan. Pada bayi usia 3 minggu

hingga 3 bulan pneumonia terbanyak disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae.

Virus merupakan penyebab terbanyak dari pneumonia pada bayi yang berumur 4

bulan hingga anak usia prasekolah dan virus yang terbanyak adalah Respiratory

syncytial virus. Mycoplasma dan Chlamydia merupakan penyebab terbanyak

pneumonia pada anak yang berusia diatas 5 tahun hingga adolesen.3,7

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia pada umumnya berdasarkan anatomis dan etiologis. 3

Pembagian anatomis meliputi 3:

Pneumonia lobaris

Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)

Sedangkan pembagian secara etiologis meliputi 3,4,7 :

Bakteri : diplococcus pneumonia, pneumococus, streptococcus aureus,

dll.

Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll

Jamur :Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,

Blastomyces dermatitides, dan lain-lain

Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda

asing.

Pneumonia hipostatik

Sindrom loeffler

Secara klinis biasa, berbagai etiologi ini sulit dibedakan. Untuk terapi, perlu

diketahui penyebab dari pneumonia tersebut, sehingga kalsifikasi secara etiologis

lebih rasional daripada klasifikasi anatomis 4.

2.5 Patogenesis

Pada keadaan normal saluran napas bagian bawah tetap steril, karena dilindungi

oleh mekanisme pertahanan tubuh yang fisiologis, meliputi gerakan epitel bersilia

pada mukosa, sekresi Ig A dan reflek batuk yang juga dapat membersihkan

Page 7: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

saluran napas. Mekanisme pertahanan imunologis dari paru juga dapat mencegah

invasi organisme patologi, meliputi makrofag yang ada alveolus dan bronkioli,

sekresi Ig A dan Immunoglobulin yang lainnya.8

Pneumonia oleh karena virus biasanya disebabkan oleh infeksi luas pada

saluran napas yang dibarengi oleh kerusakan langsung epitel saluran napas yang

menyebabkan obstruksi saluran napas oleh pembengkakan, sekresi yang

berlebihan, dan debris seluler. Pada bayi yang mempunyai ukuran saluran napas

yang kecil lebih besar kemungkinan untuk mengalami infeksi. Atelektasis, edema

interstitiil, dan ventilasi serta perfusi yang tidak baik yang menyertai obstruksi

saluran napas dapat menyebabkan hipoksemia yang signifikan. Infeksi saluran

napas oleh karena virus dapat menjadi faktor predisposisi bagi infeksi sekunder

oleh bakteri, oleh karena mekanisme pertahanan tubuh yang normal sudah

menurun/terganggu, sekresi yang berlebihan, dan perubahan bakteri flora normal.8

Ketika infeksi bakteri terjadi di parenkim paru, terjadi berbagai macam proses

patologi dan berkembangbiaknya bakteri. Bakteri menyerang epitel saluran napas,

menghambat kerja silia, dan menyebabkan destruksi seluler sehingga terjadi

respon imflamasi pada submukosa. Infeksi yang semakin parah menyebabkan

debris seluler, sel radang, dan mukus mengendap dan menyumbat saluran napas

sehingga menyebabkan obstruksi saluran napas, dengan penyebaran infeksi yang

terjadi sampai ke percabangan bronkus.6,8

Kuman penyebab pneumonia masuk ke dalam paru melalui jalan napas secara

percikan atau ”droplet”. Proses radang pada pneumonia dibagi menjadi 4 stadium,

yaitu: (1) Stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti, di dalam alveolus

terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan

makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi

padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan

banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung singkat. (3) Stadium

hepatisasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah manjadi pucat

kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin

dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. (4) Stadium resolusi: eksudat

berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis

Page 8: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomi,

bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai

bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan

antibiotika, urutan stadium khas ini tidak terlihat.4

2.6 Gejala Klinis

Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa hari.

Suhu dapat naik mendadak hingga 39-400C dan mungkin disertai kejang karena

demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, sesak, pernapasan cepat dan dangkal

disertai retraksi, napas cuping hidung dan kadang sianosis di sekitar hidung dan

mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan

pada awal penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula

kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium awal susah dibuat diagnosis

dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya napas yang cepat dan dangkal,

napas cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan

kemungkinan pneumonia.4

Terdapat perbedaan antara pneumonia yang disebabkan oleh virus dan bakteri,

pada infeksi oleh virus sering dihubungkan dengan batuk, wheezing, stridor, pada

pemeriksaan laboratorium leukosit tidak terlalu meningkat, demam kurang

menonjol dibandingkan infeksi bakteri dan biasanya disertai gejala prodromal.

Pada infeksi oleh bakteri sering dihubungkan dengan batuk, demam yang tinggi,

menggigil, napas cepat, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda konsolidasi paru,

terdapat peningkatan leukosit (>20.000/mm3). Pneumonia atipikal pada bayi muda

ditandai dengan takipneu, batuk, dan sering disertai konjungtivitis klamidial.3,7,9

2.7 Diagnosis

Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.3,5,6

Anamnesis.

Dalam anamnesis dicari riwayat penyakit seperti adanya demam, batuk, sesak,

tubuh kebiruan dan gejala-gejala lain. Selain itu dicari pula faktor-faktor risiko

dari penyakit ini seperti adanya riwayat menderita infeksi saluran napas akut

bagian atas sebelumnya, paparan asap rokok, penyakit-penyakit seperti kelainan

Page 9: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

kardiopulmoner atau sistem imun, malnutrisi, riwayat kelahiran prematur serta

keadaan sosial ekonomi.5

Pemeriksaan fisik.

Dalam pemeriksan fisik dapat dijumpai suhu tubuh yang tinggi (≥38,50C),

takipneu, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), napas cuping hidung,

sianosis, deviasi trakea, tanda-tanda terdapatnya konsolidasi seperti: ekspansi

dada yang berkurang; peningkatan vokal fremitus, suara redup yang terlokalisir

pada perkusi; suara napas yang melemah, bronkial atau bronkovesikuler, rhonki,

wheezing dapat terdengar pada auskultasi.3,4,5,6,7

Pemeriksaan penunjang 3,4,5,6,7

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. secara

makroskopis diperiksa warna, kenampakan, jumlah, bau, ada tidaknya darah

dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pewarnaan

Gram dan diperiksa ada tidaknya sel leukosit PMN, dan juga

mikroorganisme yang seharusnya sesuai dengan hasil kultur.

Darah tepi

Tergantung penyebab, pada infeksi oleh bakteri leukosit cenderung naik,

sedangkan infeksi oleh virus leukosit tidak terlalu meningkat

Kultur

Kultur darah jarang positif, kultur dari cairan pleura atau pungsi paru

mempunyai korelasi yang baik, sedangkan kultur dari saluran napas hasilnya

kurang dapat dipercaya.

Kadang diperlukan pemeriksaan khusus seperti tes alergi, tes tuberkulin.

b. Pemeriksaan radiologis

Foto rontgen thorak anteroposterior dan lateral untuk mmvisualisasikan

infiltrat di sekitar jantung atau diafragma dan juga untuk melokalisasi

segmen paru yang sakit. Pada bronkopneumonia didapatkan bercak-bercak

infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Pada foto rontgen juga dapat dilihat

Page 10: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumatokel,

pneumotorak, pneumomediastinum atau perikarditis.

2.7. Diagnosis Banding

Pneumonia perlu dibedakan dengan penyakit paru yang lain seperti asma,

obstruksi jalan napas akibat benda asing, aspirasi, trakeitis bakterial atau virus

akut, edema paru akibat gagal jantung, pneumonitis alergi.3,10

2.8. Pengobatan

Pengobatan pada pneumonia meliputi pengobatan spesifik dan suportif.5,6

1. Pemberian antiviral atau antibiotika sesuai penyebab.

a. Antiviral

Hanya untuk pneumonia viral yang berat atau cenderung menjadi berat

(disertai kelainanan jantung atau penyakit dasar yang lain)

Virus Antivirus

RSVVariselaInfluenza-ASitomegalovirus

RibavirinAsiklovirAmantidinGansiklovir

b. Antibiotika

Berdasarkan usia

Usia Etiologi Rawat jalan Rawat inap0-2 minggu

2-4 minggu

1-6 bulan

6 bulan –6 tahun

Streptokokus gram (+)Enterobacter gram (-)

Idem+ H. influenza

Pneumokokus, H.influenza, Stafilokokus aureus, mungkin klamidia

Pneumokokus, h.infuenza, stafilokokus aureus

(-)

(-)

(-)

Eritromisin /sulfisoksasol

Eritromisin/ sulfiksa-sol atau amoksisislin/ klavulanat atau trime-toprim, sulfametok-

Ampicilin +gentamicinAmpicilin+ cefotaxim

Ampicilin+ seftriakson

Seftriakson/nafsilin + kloramfenikol

Seftriakson/nafsilin + kloramfenikol

Page 11: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

> 6 tahun

Dengan gangguan imunologi

M.pneumonia, Pneumokokus

Banyak penyebab

sasol

Eritromisin atau penissilin

(-)

Nafsilin atau eritromisin

Vankomisin dan seftasidim

Berdasarkan perkiraan asal infeksi:

Asal infeksi Perkiraan kuman Berat sakit Antibiotika

Lingkungan (komunitas)

Nosokomial

Aspirasi

Pneumokokus, H.influensa, Mikoplasma

Enterobakter gram (-), stafilokokus aureus

Stafilokokus aureus, Pneumokokus, H.influenza

Ringan

Berat

Ringan

Berat

(-)

Aminopenisillin, amoksisilin atau makrolid, eritromisin

Sefalosporin generasi II/III, sefuroxim+makrolid, eritromisin.

Sefalosporin generasi II/III, sefuroxim sefalosporin generasi II/III,

Sefuroxim+aminoglikosida, gentamisin

Aminopenisilin, amoksisilin+metronidazol

2. Obat khusus :

Tergantung penyebab, misal diberikan tuberkulostatika.

3. Simptomatis

a.Antipiretika, diberikan bila terdapat hiperpireksia. Asetosal tidak diberikan

karena dapat memperberat asidosis.

b.Mukolitik/ekspektoran.

Pemberian mukolitik/eksepktoran tidak menunjukkan manfaat yang nyata.

4. Kortikosteroid

Page 12: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Kadang-kadang diberikan pada kasus-kasus yang berat (konsolidi masif),

atelektasis, infiltrasi milier (dengan sesak dan sianosis), diberikan dalam

jangka pendek.

5. Oksigen

Diberikan bila ada tanda-tanda hipoksemia seperti gelisah, sianosis dll. Pada

bayi umur < 2 tahun biasanya diberikan 2 liter/menit, diatas 2 tahun diberikan

4 liter/menit.

6. Deflasi abdomen

Bila distensi abdomen mengganggu pernapasan, dengan sonde lambung

(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).

7. Cairan dan makanan bergizi

a. Cairan : komposisi paling sederhana adalah Dextrose 5%, komposisi lain

tergantung kebutuhan, jumlah 60-70% kebutuhan total, beberapa penulis

menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.

b. Makanan : bila tidak dapat peroral, dapat dipertimbangkan pemberian

intravena seperti asam amino, emulsi lemak dll.

2.9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita pneumonia antara lain 3:

Efusi parapneumonik

Empyema

Pneumatocele

Bronchiectasis

Abses paru

2.10. Prognosis

Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan sempurna,

pada pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8.

Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih

dari 1 bulan) dan mungkin berulang.3

Page 13: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

2.11. Pencegahan

Imunisasi dapat mengurangi insiden dari pneumonia yang penyebabnya dapat

dicegah dengan vaksin. Mengurangi lama penggunaan ventilator dan penggunaan

antibiotika hanya bila diperlukan dapat mencegah pneumonia. Meninggikan posisi

kepala 30 hingga 45 derajat untuk mencegah aspirasi, peralatan suction dan

larutan salin harus steril. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien dan penggunaan sarung tangan saat melakukan prosedur invasif dapat

mencegah transmisi nosokomial dari infeksi.3

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : BY KR

Tanggal Lahir : 28 Mei 2012

Page 14: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Umur : 1 bulan 25 hari

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Br. Gegelang, Ds. Manggis Karangasem

Tanggal MRS : 22 Juli 2012

Tanggal Kunjungan : 1 Agustus 2012

3.2 Heteroanamnesis

Keluhan Utama : Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita datang ke RSUP Sanglah diantar oleh kedua orangtuanya

dan dikeluhkan sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. sesak nafas

dikatakan seperti kesulitan untuk menarik nafas. Sesak dikatan muncul

secara tiba- tiba setelah pasien mengalami batuk. Sesak tersebut dikatakan

terjadi secara terus menerus sepanjang hari tapi tidak sampai menimbulkan

suara ngik- ngik maupun grok- grok. Sesak tidak membaik dengan

perubahan posis ataupun dengan perubahan suhu. Sesak nafas dikatakan

semakin hari semakin berat disertai dengan cekungan pada dada. Kebiruan

pada wajah dan tubuh pasien disangkal.

Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 7 hari sebelum masuk rumah

sakit, dimana batuk tersebut terjadi sebelum keluhan sesak. Batuk muncul

mendadak dan berlangsung terus menerus. Batuk tersebut dikatak berdahak,

namun dahak sulit untuk dikeluarkan. Batuk tidak disertai pilek.

Selain sesak dan batuk pasien juga dikeluhkan panas badan sejak 7

hari sebelum masuk rumah sakit. panas badan mendadak tinggi, mencapai

suhu 380c, turun sementara dengan obat penurun panas dan kemudian naik

lagi. Demam tidak pernah turun sampai suhu tubuh normal. Panas badan

tidak sampai menggigil dan tidak disertai kejang.

Sejak pasien mengalami keluhan- keluhan tersebut, minum pasien

dikatakan berkurang. Selain itu dikatakan pula pasien tampak lebih rewel

daripada biasanya. BAB dan BAK pasien dikatakan normal.

Page 15: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan serupa saat berusia 2

minggu, dimana pasien dikatakan mengalami infeksi paru, dirawat di ruang

cempaka selama 17 hari sejak tanggal 16 juni 2012. Pasien dikatakan belum

pernah mengalami alergi sebelumnya. Pasien juga sebelumnya belum pernah

mengalami sesak nafas yang episodik dan berulang.

Riwayat Pengobatan

Pasien sempat berobat ke Bidan 4 hari sebelum berobat ke RSUP sanlah dan

mendapatkan obat sirup penurun panas dan sirup obat batuk.

Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan sama dengan pasien.

Riwayat Persalinan

Lahir kurang bulan dimana pasien lahir pada usia kehamilan 7 bulan

ditolong oleh dokter di sebuah klinik swasta, dengan berat badan lahir 1850

gram, langsung menangis, anus (+), kelainan (-).

Riwayat Imunisasi:

Riwayat imunisasi dikatakan lengkap sesuai umurnya, yaitu BCG 1 kali,

Hepatitis B 3 kali, Polio 1 kali, DPT 1 kali, dan Campak 1 kali.

Riwayat Nutrisi:

ASI : -

Susu formula : 0 - sekarang

Bubur susu : -

Bubur nasi : -

Makanan dewasa : -

Riwayat Tumbuh Kembang

Personal Sosial

Menyiapkan makanan sendiri : belum bisa

Page 16: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Sikat gigi tanpa bantuan : belum bisa

Bermain permainan kartu : belum bisa

Berpakaian tanpa bantuan : belum bisa

Motorik Halus

Memilih garis yang lebih panjang : belum bisa

Mencontoh bentuk + : belum bisa

Menggambar orang 3 bagian : belum bisa

Mencontoh bentuk lingkaran : belum bisa

Mencontoh bentuk dengan petunjuk : belum bisa

Menggambar orang 6 bagian : belum bisa

Mencontoh bentuk : belum bisa

Bahasa

Mengartikan 7 kata : belum bisa

Menyebut 2 lawan kata : belum bisa

Menghitung 5 kubus : belum bisa

Mengerti 3 kata sifat : belum bisa

Mengartikan 5 kata : belum bisa

Menyebut 4 warna : belum bisa

Mengerti 4 kata depan : belum bisa

Seluruh bicaranya dimengerti : belum bisa

Mengetahui 4 kegiatan : belum bisa

Motorik Kasar

Berdiri pada 1 kaki 6 detik : belum bisa

Berjalan lurus dengan tumit di depan jari : belum bisa

Berdiri pada 1 kaki 5 detik : belum bisa

Berdiri pada 1 kaki 4 detik : belum bisa

Berdiri pada 1 kaki 3 detik : belum bisa

Melompat dengan 1 kaki : belum bisa

Berdiri pada 1 kaki 2 detik : belum bisa

Page 17: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Riwayat Sosial

Pasien merupakan anak pertama. Keluarga pasien termasuk kelompok

ekonomi golongan menengah. Ayah pasien saat ini sedang batuk dan ayah

pasien merupakan seorang perokok

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Present

Keadaan umum : terlihat sakit sedang

Kesadaran : E3 M3 V3

Nadi : 108 kali/ menit, reguler, isi cukup

Respirasi : 60 kali/ menit, type torakal abdominal

Tax : 37,6 C

Berat Badan : 2,7 kg

Berat Badan Ideal : 18 kg ////

Status Gizi (waterlow) : 95 % (gizi baik) ???

Tinggi Badan : 112 cm

Lingkar Kepala : 51 cm

Lingkar Lengan Atas : 18 cm

3.3.2 Status Gizi

Z score BB/U = 0,65 SD ; TB/U = 1,71 SD ; Interpretasi : Gizi baik

Lingkar kepala menurut Z score, 1,1 SD ~ normocephali.

3.3.3 Status General

Kepala : normocephali

Mata : anemis -/-, konjungtiva pucat -/- , ikterus -/- , RP +/+ isokor

THT

Telinga : bentuk normal, sekret (-)

Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (+), sianosis (-)

Tenggorok : sulit dievaluasi

Leher

Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-), kaku kuduk (-)

Page 18: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Palpasi : pembesaran kelenjar (-)

Kaku kuduk : (-)

Thoraks

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : thrill (-)

Auskultasi : S1S2 normal reguler murmur (-)

Paru-paru

Inspeksi : bentuk thoraks simetris, gerakan dada simetris,

retraksi (+) subkostal

Palpasi : gerakan dada simetris

Auskultasi : broncho vesikuler +/+, reles +/+ apex paru,

wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), CRT <2”

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi:22 Juni 2012

WBC 5,94 x 103/µl (R : 6,00 – 14,00)NE 3,43 x 103/µlLY 1,80 x 103/µlMO 0,50 x 103/µlEO 0,10 x 103/µlBA 0,20 x 103/µlRBC 3,14 x 106/µlRGB 9,40 g/dlRCT 28,20%MCV 90,00 fLMCH 30,00 pgMCHC 33,40 g/dLRDW 15,30%

Page 19: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

PLT 193,60 x 103/µlMPV 9,01 fLCRP 17,36 mg/dl

Analisa Gas DarahPH 7,44pCO2 35,00mmHgpO2 135,00 mmHgHCO3- 23,80 mmol/LTCO2 24,90 mmol/L

Kesimpulan dari pemeriksaan penunjang :Laboratorium:DL : LeukopeniaCRP : meningkatAGD : alkalosis respiratorik, rasio O2 225%

X-Ray : Thorax AP kesan Pneumonia

3.5 Diagnosa Klinis

Pneumonia Berat + Gizi Baik

3.6 Penatalaksanaan

O2 head box 6 liter permenit diturunkan bertahap hingga mencapai O2

nasal kanul 2 L permenit

Kebutuhan cairan rumatan 270 mL/hari

IVFD D5 ¼ NSS, 13 tetes/ menit,

Puasa sementara bila terjadi distres berat, ASI per OGT

Gentamisin

Hari I : 8 mg/kg/x = 3 x 22mg (IV)

Hari II: 6mg/kg/x = 3 x 18 mg (IV)

Ambroxol syr 5mg = 3 x 0,5 mL

Paracetamol ¼ cth bila Tax = 380C

3.8 Follow Up Pasien Saat Dirawat di RSUP Sanglah

Page 20: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Tanggal Subyektif, Obyektif, AssesmentTerapi dan Planning

Diagnosis

22/7/2012

09.00

S : panas (-), minum (+) , batuk (+), sesak nafas (-)

O : Status Present

KU :tampak sakit sedang

Kes : CM

GCS : E4V5M6

N : 110 x/menit reg isi cukup

R : 40 x/menit

tax : 36,3 °C

St General

Kepala : Normo Cephali,

UUB terbuka datar

Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+

isokor, oedema -/-

THT :

Telinga : tidak dievaluasi

Hidung : NCH(-), sianosis

(-), darah(-)

Tenggorok : Tonsil T1/T1,

hiperemis (-),

pharing

P.Tx :

O2 head box 6 liter

permenit diturunkan

bertahap

O2 nasal kanul 2 L

permenit, jika klinis

membaik dapat

dilepas

Kebutuhan cairan

rumatan 270 mL/hari

IVFD D5 ¼ NSS, 13

tetes/ menit,

Pemberian ASI 60ml

@ 3 jam ( hati – haati

terjadi aspirasi)

Ampicilin 200mg/

kgBB/ hari = 4 x

135mg (IV)

Gentamisin

Hari I : 8 mg/kg/x =

3 x 22mg (IV)

Hari II: 6mg/kg/x = 3

x 18 mg (IV)

Ambroxol syr 5mg =

3 x 0,5 mL

Paracetamol ¼ cth

bila Tax = 380C

P.Dx :

Page 21: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

hiperemis (-)

Leher : JVP 0 cmH2O,

pembesaran kel. (-),

kaku kuduk (-)

Thorax : Simetris, retraksi (+)

Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)

Po : BV +/+ Rh -/- Wh -/-

Abdomen: Distensi (-),

B.Usus (+) N

Hepar/Limpa : Tak teraba,

Nyeri tekan(-)

Ekstremitas : hangat (+)

sianosis (-)

edema (-)

pd 4 ekst.

Cap.Ref < 2dtk

A : pneumonia berat + Gizi baik

Kultur darah

P.Monitoring :

Vital Sign Tanda-

tanda distres nafas

23/7/2012

06.00

S : panas (-), batuk (+), pilek (+)

O : Status Present

KU :tampak sakit sedang

Kes : CM

P.Tx :

O2 nasal kanul 2 L

permenit, jika klinis

membaik dapat

dilepas

Kebutuhan cairan

rumatan 270 mL/hari

Page 22: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

GCS : E4V5M6

N : 110 x/menit reg isi cukup

R : 40 x/menit

tax : 36,3 °C

St General

Kepala : Normo Cephali,

UUB terbuka datar

Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+

isokor, oedema -/-

THT :

Telinga : tidak dievaluasi

Hidung : NCH(-), sianosis

(-), darah(-)

Tenggorok : Tonsil T1/T1,

hiperemis (-),

pharing

hiperemis (-)

Leher : JVP 0 cmH2O,

pembesaran kel. (-),

kaku kuduk (-)

Thorax : Simetris, retraksi (+)

Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)

Po : BV +/+ Rh -/- Wh -/-

Abdomen: Distensi (-),

IVFD D5 ¼ NSS, 13

tetes/ menit,

Pemberian ASI 60ml

@ 3 jam ( hati – haati

terjadi aspirasi)

Ampicilin 200mg/

kgBB/ hari = 4 x

135mg (IV)

Gentamisin

Hari II: 6mg/kg/x = 3

x 18 mg (IV)

Ambroxol syr 5mg =

3 x 0,5 mL

Paracetamol ¼ cth

bila Tax = 380C

P.Dx :

Kultur darah 2 sisi

P.Monitoring :

Vital Sign Tanda-

tanda distres nafas

Page 23: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

B.Usus (+) N

Hepar/Limpa : Tak teraba,

Nyeri tekan(-)

Ekstremitas : hangat (+)

sianosis (-)

edema (-)

pd 4 ekst.

Cap.Ref < 2dtk

A : pneumonia berat + Gizi baik

24/7/2012 S : panas (-), batuk (+), pilek (+)

O : Status Present

KU :tampak sakit sedang

Kes : CM

GCS : E4V5M6

N : 110 x/menit reg isi cukup

R : 40 x/menit

tax : 36,3 °C

St General

Kepala : Normo Cephali,

UUB terbuka datar

Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+

P. S : panas (-), batuk (+), pilek (+)

O : Status Present

KU :tampak sakit sedang

Kes : CM

GCS : E4V5M6

N : 110 x/menit reg isi cukup

R : 40 x/menit

tax : 36,3 °C

St General

Kepala : Normo Cephali,

Page 24: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

isokor, oedema -/-

THT :

Telinga : tidak dievaluasi

Hidung : NCH(-), sianosis

(-), darah(-)

Tenggorok : Tonsil T1/T1,

hiperemis (-),

pharing

hiperemis (-)

Leher : JVP 0 cmH2O,

pembesaran kel. (-),

kaku kuduk (-)

Thorax : Simetris, retraksi (+)

Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)

Po : BV +/+ Rh +/+ Wh -/-

Abdomen: Distensi (-),

B.Usus (+) N

Hepar/Limpa : Tak teraba,

Nyeri tekan(-)

Ekstremitas : hangat (+)

sianosis (-)

edema (-)

pd 4 ekst.

Cap.Ref < 2dtk

UUB terbuka datar

Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+

isokor, oedema -/-

THT :

Telinga : tidak dievaluasi

Hidung : NCH(-), sianosis

(-), darah(-)

Tenggorok : Tonsil T1/T1,

hiperemis (-),

pharing

hiperemis (-)

Leher : JVP 0 cmH2O,

pembesaran kel. (-),

kaku kuduk (-)

Thorax : Simetris, retraksi (+)

Cor : S1S2 Tgl Reg M (-)

Po : BV +/+ Rh -/-

Page 25: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

A : pneumonia berat + Gizi baik

Wh -/-

Abdomen: Distensi (-),

B.Usus (+) N

Hepar/Limpa : Tak teraba,

Nyeri tekan(-)

Ekstremitas : hangat (+)

sianosis (-)

edema (-)

pd 4 ekst.

Cap.Ref < 2dtk

A : pneumonia berat + Gizi baik

3.9 Problem List

Tingkat pengetahuan orang tua penderita yang masih kurang tentang

penyakit yang diderita anaknya, sehingga mereka tidak begitu paham akan

Page 26: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

perjalanan penyakitnya. Orangtua penderita juga menganggap demam

yang dialami anaknya sebagai demam biasa dan bukan penyakit.

Lingkungan rumah penderita yang padat, dimana pasien kost bersama 10

penghuni lainnya, sehingga saat 1 penghuni ada yangsakit memudahkan

penyebaran ke penghuni lainnya

3.10 Analisis Kasus

3.10.1 Kebutuhan Dasar Anak

ASUH (Kebutuhan Fisik Biomedis)

a. Kebutuhan pangan gizi

Pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai sekarang dan disertai

susu formula..

b. Perawatan kesehatan dasar

Perawatan kesehatan dasar cukup diperhatikan karena anak

mendapatkan imunisasi secara teratur. Apabila sakit, orangtua

penderita biasanya segera mengajak penderita untuk berobat ke

dokter apabila sakit tidak bisa ditangani oleh orangtua penderita.

c. Keluarga penderita

Pasien saat ini tinggal bersama keluarganya, yaitu dengan kedua

orangtua, di sebuah rumah kost yang cukup sempit dan keluarga

sangat menyayangi penderita.

d. Lingkungan rumah

Kebersihan lingkungan cukup bersih, namun sangat padat, dilihat

dari tempat yang begitu sumpek. Ventilasi rumah cukup untuk

penyinaran, kebersihan dapur, halaman dan kamar mandi sudah

cukup bersih, namun masih terlihat agak berantakan.

e. Waktu bersama keluarga

Ayah penderita bekerja sebagai buruh bangunan sedangkan ibunya

sebagai ibu rumah tangga. Sehari-hari penderita menghabiskan

waktu dengan kedua orang tua.

ASIH (Kebutuhan Emosi / Kasih Sayang)

Page 27: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa

keluarganya cukup memberi perhatian kepada anaknya. Pasien

merupakan anak pertama.

ASAH (Kebutuhan akan Stimulasi Mental)

Dari hasil wawancara didapatkan baik ibu maupun ayah serta keluarga

pasien selalu menyempatkan untuk bermain. Selain itu ibu penderita

juga sering melatih perkembangan anaknya seperti mengajarkan

memanggil ibu dan bapak.

3.10.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial

Biologis

Secara fisik tinggi badan penderita sesuai dengan anak usianya, status

gizi juga baik. Saat ini penderita sudah tidak mengalami demam lagi

dan pengetahuan orang tua penderita untuk merawat anaknya cukup

baik.

Psikologis

Kedua orangtuanya memberikan perhatian yang cukup terhadap

penderita mengenai masalah kesehatannya dimana kesehatan penderita

menjadi prioritas utama. Kedua orangtuanya secara sabar dan rutin

selalu menjaga interaksi dengan penderita, yaitu dengan mengajaknya

bermain, berbicara dan tidur bersama. Ibu penderita yang sebagai ibu

rumah tangga dengan sabar meluangkan waktu untuk merawat

penderita.

Sosial

Penderita menghabiskan waktunya bersama ibunya, dan bersama

penghuni kost lainnya.

Lingkungan rumah

Keluarga penderita tinggal dalam satu pekarangan bersama 10

penghuni kost lainnya, dan merupakan rumah bertingkat 2. Kamar

yangdigunakan oleh penderita adalah yang dilantai bawah. Tempat

tinggal berlantai keramik, penyinaran cukup dan penderita

menggunakan air PAM. Kamar mandi dalam dan dapur dalam.

Page 28: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Faktor Risiko

Ayah pasien menderita batuk, pilek dan sempat berobat ke dokter,

dan belum sembuh total. Sebelum pasien sakit pasien sempat digendong

ayahnya, setelah kejadian itu pasien mulai batuk pilek. Ayah pasien

seorang perokok aktif.

3.11 KIE

Asuh

Memberikan penjelasan pada orang tua penderita untuk selalu menjaga

kesehatan terutama gizi penderita dengan selalu berusaha memberikan

asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita.

Menyarankan pada keluarga penderita, bila ada yang sakit agar

menghindari untuk bermain bersama anaknya dan menyarankan ayah

pasien agar saat merokok tidak dekat dengan anaknya

Asah

Memberikan informasi kepada orang tua untuk aktif menstimulasi anaknya

misalnya mengajari anaknya mengeja nama bapak dan ibu, mulai

menstimulasi anaknya jika menginginkan sesuatu.

Asih

Memberikan penjelasan tentang pentingnya hubungan erat antara penderita

dengan orang tua dan kakaknya untuk perkembangan mental dan kondisi

lingkungan rumah yang harmonis dan terjaga.

Page 29: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

DAFTAR PUSTAKA

1. Bronchopneumonia. Brown Medical School. 2001-2002. Available at:

http://www.brown.edu/Courses/Digital_Path/Lungs/Bronchopneumonia.htm.

Accessed: 23 May 2006.

2. Pneumonia among Children in Developing Countries. CDC. 13 October 2005.

CDC. http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/pneumchilddevcount_t

htm. Accessed: 23 May 2006.

3. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Karen J. Moredante, Hal B.

Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Essentials of pediatrics. Edisi 5.

Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 503-509.

4. Pneumonia. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985. h. 1229-1234.

5. Dolan TF. Approach to Management of Pneumonia. Dalam: Elzouki AY,

Harfi HA, Nasher H. Textbook Of Clinical Pediatrics. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins; 2001. h. 686-92.

6. Suraatmaja S, Soetjiningsih. Pneumonia. Dalam : Pedoman Diagnosis dan

Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan II Denpasar. Lab/SMF Ilmu Kesehatan

Anak FK UNUD/RSUP Sanglah; 2000. h. 276-281

7. Rudolph AM, Kamei RK. Infectious Diseases. Dalam: Rudolph’s

Fundamental of Pediatrics. Edisi 2. Connecticut: Apleton & Lange; 1998.

h.275-8.

8. Theodore C.S., Charles G.B. Pneumonia. Dalam: Richard E. Behrman, Robert

M. Kliegman, Hal B. Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17.

Philadelphia: Elsevier Science; 2004. h. 1432-1434.

9. Respiratory Infections. Dalam: Steele, RW. The Clinical Handbook of

Pediatric Infectious Diseases. Edisi 2. Newyork: Parthenon Publishing Group;

2000. h.107-13.

10. Larsen GL, Accurso FJ, Deterding RR, dkk. Respiratory Tract &

Mediastinum. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, dkk. Current

Page 30: PBL Tami- Pneumonia Dengan Gizi Baik

Pediatric Diagnosis & Treatment. Edisi 16. Boston: McGraw Hill; 2003.

h.519-21