Upload
mathyasthanama
View
61
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PBL saya, cukup berguna. Terimakasih
Citation preview
Hubungan Mayat Bayi dengan Perempuan yang Dicurigai
D3
Nanda Cendikia 102011025
Ira Frayanti 102011060
Yoseph R. Ndapa 102011121
Pulela Dewi Loisoklay 102011150
Drey 102011200
Meily Stevani 102011247
Cynthia Angeline 102011341
Adrianus Nyoman 102011355
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
PENDAHULUAN
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu
takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah
hasil hubungan gelap.1
Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan
asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.2,3 Di Jakarta
dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara
asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul dikepala (5-10%) dan
kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).3
Berikut dilaporkan suatu kasus; sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat
sampah. Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam
melihat seorang perempuan yang menghentikan mobilnya di dekat sampah tersebut dan
1
berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil
perempuan tersebut.
Dalam kasus tersebut dibutuhkan peranan ilmu kedokteran forensik yang merupakan
suatu cabang spesialistik yang berperan untuk kepentingan penegakan hukum, terkait dengan
kasus sesosok mayat bayi dan perempuan yang dicurigai. Dimana dalam kasus, polisi
mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkan kepada dokter direktur rumah sakit. Polisi
juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan
dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Oleh karena itu untuk memberi bantuan yang
maksimal bagi pelbagai keperluan tersebut di atas, seorang dokter dituntut untuk dapat
memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara optimal, sehingga mampu mengatur
segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik.
ISI
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak melawan hukum).
Pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Dalam penyidikan
suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis
(pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut.5 Seperti dalam
kasus diatas penemuan sesosok mayat bayi ditempat yang tidak semestinya harus dicurigai
sebagi suatu tindakan kejahatan, terkait Pembunuhan Anak Sendiri (PAS), pembunuhan, lahir
mati kemudian dibuang, maupun bayi yang diterlantarkan sampai mati.Untuk membuktikan
suatu kasus apakah termasuk PAS atau bukan, harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup
atau lahir mati. 1,3
Dari unsur-unsur pembunuhan anak sendiri di atas dapat ditarik beberapa hal penting:
(1) pengertian “pembunuhan” mengharuskan kita untuk membuktikan bahwa bayi lahir
hidup, terdapat tanda kekerasan dan sebab kematian akibat kekerasan (termasuk peracunan);
(2) pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian atas: cukup bulan atau belum, usia
gestasi, usia pasca lahir serta memberikan pula asupan laik hidup (viable) atau tidaknya bayi
tersebut; (3) pengertian “takut diketahui” diasosiasikan dengan belum timbulnya rasa kasih
sayang si ibu kepada bayinya yang diperlihatkan dengan belum tampaknya tanda-tanda
perawatan. Anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukkan adanya
kasih sayang ibu kepada bayinya, sehingga dapat diartikan bahwa rasa takut diketahui telah
melahirkan tersebut telah hilang; (4) pengertian “si ibu membunuh anaknya sendiri”
2
mengharuskan kepada kita untuk berupaya membuktikan apakah mayat bayi yang diperiksa
adalah anak dari tersangka ibu yang diajukan.1,3,4
Gambar 1. Pemeriksaan dan interpretasi temuan6
Seorang dokter yang melakukan investigasi dari kasus yang diduga sebagai
infanticide harus menentukan jawaban dari beberapa pertanyaan ini:7,8
1. Apakah bayi baru dilahirkan sudah dirawat atau belum dirawat?
2. Apakah bayi sudah mampu hidup terus di luar kandungan ibu (viable) atau belum (non-
viable)?
3. Umur bayi dalam kandungan, premature, matur, atau postmatur?
4. Sudah bernapas (lahir hidup) atau belum (lahir mati)?
5. Bila terbukti lahir hidup dan telah dirawat, berapa jam/hari umur bayi tersebut (umur
setelah dilahirkan)?
6. Adakah tanda-tanda kekerasan?
7. Bila terbukti lahir hidup, apakah sebab matinya?
IDENTIFIKASI KORBAN (AUTOPSI)
Penentuan apakah anak dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya
adalah sebagai berikut:8
1. Adanya udara di dalam paru-paru,
3
1. Viabilitas2. Penentuan umur bayi3. Pernah atau tdk pernah bernafas4. Berapa lama bayi hidup5. Apa sebab kematiannya6. Periksa gol. Darah7. Tanda-tanda perawatan
1. Tanda telah melahirkan.2. Berapa lama telah melahirkan3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus4. Pemeriksaan gol. Darah.5. Pemeriksaan Histopatologi
PELAKU/TERTUDUH (ibu kandung)
KORBAN(bayi yang baru dilahirkan)
PEMERIKSAAN KASUS INFANTICIDE
2. Adanya udara di dalam lambung dan usus,
3. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan
4. Adanya makanan di dalam lambung.
I. Pemeriksaan Luar
Pada prinsipnya sama seperti pada orang dewasa, diperiksa: 8
Kaku mayat, lebam mayat, warna kulit, panjang tubuh, berat tubuh, rambut kepala,
alis mata, bulu mata (warna, panjang, dan sifat:lurus/tipis?), mata: selaput bening
mata kanan dan kiri, teleng mata (bentuk dan diameter), warna tirai mata, bercak
perdarahan, selaput kelopak mata kanan dan kiri, serta ada atau tidak pelebaran
pembuluh darah. Juga diperiksa hidung, telinga, dan gigi geligi.
Kuku tangan, garis-garis telapak kaki, diameter tonjolan puting susu, rawan telinga
(sudah terbentuk/belum), jika laki-laki, adakah teraba kedua buah zakar pada
kantongnya, lingkar kepala, dan lingkar dada.
Walaupun pemeriksaan terhadap mayat bayi pada prinsipnya sama seperti pada orang
dewasa, namun, harus lebih memperhatikan beberapa hal tersebut di bawah ini:
Bayi sudah cukup bulan, prematur atau nonviable.
Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau
tidak.
Mulut, adakah benda asing yang menyumbat.
Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus diperiksa apakah
terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah
sudah terikat dan diberi obat antiseptic, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat,
hematom, atau Wharton’s Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau
pusat bayi, serta panjang tali pusat.
Uri (ukuran, berat, insersi tali pusat, kotiledon (lengkap/tidak lengkap?).
Kepala, apakah terdapat kaput suksedaneum, moulage tulang-tulang tengkorak.
Tanda kekerasan. Diperhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan huidung, serta
memar pada mukosa bibir dan pipi. Tanda pencekikan atau jera pada leher, memar
atau lecet pada tengkuk, dan lain-lain.
Interpretasi Temuan
Dari hasil pemeriksaan luar dapat disimpulkan mayat bayi merupakan bayi yang lahir hidup
atau lahir mati:8,9
4
Tanda-tanda maserasi (aseptic decomposition)
Maserasi merupakan autolisis yang aseptik pada fetus yang sudah mati dan tersisa di
dalam kantung amnion. Bakteri pembusuk tidak terlibat dalam proses ini. Perubahan
maserasi hanya dapat terlihat ketika fetus sudah mati beberapa hari sebelum
pengiriman. Normalnya, perubahan terjadi dalam satu minggu.
Adapun syarat-syarat terjadinya maserasi intrauterin adalah:9
-Fetus telah mati dan sisanya masih tersimpan dalam uterus dalam waktu lebih dari 24
jam, bahkan akan lebih baik jika pembentukan maserasi terjadi dalam 3-4 hari atau
lebih (jika fetus mati dalam uterus dan dikeluarkan dalam 24 jam, maka sulit untuk
mengetahui apakah fetus mati sebelum atau selama kelahiran dan tidak ada bukti
terjadinya maserasi ataupun mummifikasi).
-Fetus dikelilingi dengan banyak cairan amnion (jika jumlah cairan amnionnya
sedikit, kekurangan darah, dan tidak ada sirkulasi udara dalam uterus, maka fetus
akan mengering yang disebut mummifikasi).
-Membran luar masih tersisa (sehingga tidak ada sirkulasi udara yang terjadi).
-Ibu dari janin masih hidup.
Ciri-ciri dari maserasi intarauterin:8,9
-Tubuh yang sudah mati akan halus, odematous, faksid, dan mendatar. Jika diletakkan
pada permukaan yang datar, fetus yang sudah mati akan terlihat lurus dan datar tanpa
menunjukkan kurvaktur yang normal
-Berwarna merah-tembaga atau seprti merah-daging.
-Kavitas serous terisi cairan merah keruh
-Tubuh berbau asam yang khas (racid odour) tapi tidak ada gas yang terbentuk.
-Adanya “spalding sign” yaitu tanda radiologis terjadinya overlapping dari tulang-
tulang tengkorak. Overlapping dari tulang-tulang tengkorak terjadi karena penyusutan
serebrum dan kematian fetus dalam uterusmenyebabkan fetus yang sudah mati
tersebut dianggap sebagai benda asing dan uterus akan berusaha untuk
mengeluarkannya dengan kontraksi yang kuat.
Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4.
Sering sukar dinilai bila mayat sudah membusuk.
Tanda-tanda di atas merupakan tanda bahwa bayi tersebut lahir mati. Namun masih
diperlukan pemeriksaan dalam untuk mengkonfirmasikannya.
Dapat juga diketahui bayi belum dirawat atau sebaliknya:9
5
Tali pusat
Tali pusat yang belum diikat merupakan petunjuk terpenting dari keadaan
belum dirawat. Tali pusat tidak dibutuh lagi pada minggu pertama kehidupan. Selama
12-24 jam pertama tali pusat mengalami pengeringan dan mengkerut namun keadaan
ini juga ditemukan pada lahir mati. Pada 36 jam akan ditemui warna kemerahan pada
daerah kulit sekitar tali pusat. Tali pusat mulai terlepas dari tubuh pada hari ke-4 dan
5 dan terlepas seluruhnya pada hari ke 6-7; jaringan parut aktif pada tubuh bayi dapat
terlihat sampai 12 hari. Tidak satupun pada perubahan-perubahan ini (yang
menandakan reaksi intravital) ditemukan pada lahir mati, karena perubahan ini akan
tampak setelah 36 jam maka adanya perubahan ini menandakan bahwa bayi lahir
dalam keadaan hidup.
Cara pemotongan tali pusat juga penting. Ibu bisa saja mengaku bahwa tali
pusat terkoyak saat anak jatuh di kepala setelah partus presipitatus. Hal itu bisa
ditunjukkan bahwa tali pusat telah dipotong bukan terkoyak. Saat terkoyak secara
tidak sengaja, biasanya terputus di dekat tempat penempelannya apakah dekat
plasenta atau tubuh bayi; pada keadaan lanjut perdarahan yang timbul tidak banyak
dan tidak akan dapat menyebabkan kematian bayi.
Ujung tali pusat harus diperiksa dengan meletakkan kedua bagian di air atau
papan dan ujungnya dipaparkan secara halus; sebaiknya juga diperiksa dengan kava
pembesar. Tepi yang ireguler sesuai dengan pengoyakan sedangkan ujung linear
dengan tepi reguler menandakan pemotongan. Bagaimanapun juga kesimpulan harus
juga memperhitungkan kemungkinan penggunaan alat tumpul, menghasilkan
potongan kasar dan juga mungkin bisa menghasilkan koyakan pada daerah superfisial
saja samapi terpotong secara rapi. Pada berbagai kejadian perubahan pasca mati atau
pengeringan biasanya menyingkirkan pendapat mengenai cara pemotongan yang telah
digunakan.
Verniks kaseosa (Lemak bayi)
Pada bayi yang telah dirawat, verniks kaseosa telah dibersihkan, demikian pula bekas-
bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks kaseosa tidak akan hilang
6
seluruhnya. Ia masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit (ketiak, belakang telinga,
lipat paha, dan lipat leher).
Pakaian
Jika bayi diberi pakaian atau tubuhnya ditutup, dapat merupakan tanda-tanda bahwa
bayi dirawat.
Dari pemeriksaan luar juga dapat ditentukan berapakah usia bayi intra-uterin. Untuk
penentuan janin/embrio dalam kandungan (usia gestasi) ada rumus empiris yang
dikemukakan oleh De Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan bayi:9
Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur sama dengan akar pangkat dua
dari panjang badan. Jadi bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka
taksiran umur bayi adalah √20 yaitu antara 4 sampai 5 bulan dalam kandungan atau
lebih kurang 20 – 22 minggu kehamilan.
Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama dengan panjang badan (dalam cm)
dibagi 5 atau panjang badan (dalam inchi) dibagi 2.
Namun untuk lebih tepatnya haruslah dipakai pengukuran panjang femur (Femur
Length) dengan cara mengukur mulai dari trokhanter mayor sampai dengan distal femur.
Usia gestasi dalam minggu akan didapatkan dengan melihat tabel hubungan antara panjang
femur dengan usia gestasi. Teori mengatakan bahwa penaksiran usia gestasi yang paling baik
pada kasus PAS adalah lingkar kepala dan ciri-ciri eksternal.9
Penentuan umur bayi adalah untuk menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau
belum cukup bulan (premature), ataukah non-viable, karena pada keadaan premature dan
non-viable, kemungkinan bayi tersebut meninggal akibat proses alamiah besar sekali
sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil.9
Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari
ibunya.Bayi dikatakan Viable jika memenuhi persyaratan:9
Telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu,
Panjang badan kepala-tumit >35 cm,
Panjang badan kepala-tungging >23 cm,
Berat badan >1000g,
Lingkar kepala >32 cm,
Tidak mempunyai cacat bawaan yang fatal, seperti misalnya anencephali.
7
Dalam kasus-kasus tertentu meskipun bayi yang dilahirkan itu telah cukup usia
kandunganya, akan tetapi bayi tersebut mengalami kelainan pertumbuhan yang menyebabkan
anak tidak dapat hidup di luar kandungan (non-viable):9
anak lahir tanpa dinding dada sampai terlihat jantungnya (Ectopia kordis),
anak dilahirkan dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi kulit (Rakiskisis),
saluran kerongkongan tidak terbentuk (Atresia Esofagus),
batang tengkorok dan kerongkongan berubah menjadi satu (Fistula Tracheo
oesophagus),
anak dilahirkan tanpa otak besar (Anensefalus).
Umur bayi cukup bulan (aterm/matur)
Pada bayi yang lahir genap bulan setelah dikandung selama 37 minggu atau lebih tetap
kurang dari 42 minggu penuh didapatkan (259 sampai 293 hari).7
Ukuran Antopometrik:7,8
• Berat badan ± 3000 gram (2500-4000).
• Panjang badan kepala-tumit 46-50 cm
• Panjang kepala tungging 30 cm atau lebih
• Lingkar kepala oksipito-frontal 33-34 cm
• Lingkar dada 30-33 cm
• Lingkar perut 28-30 cm
Ciri-ciri eksternal:7,8
• Daun telinga pada bayi lahir cukup bulan, menunjukkan pembentukan tulang rawan yang
sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian dorsokranialnya dan
bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.
• Puting susu pada bayi yang matur, sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas permukaan
kulit dan diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih.
• Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan relatif
keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan.
• Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan hingga tumit. Yang dinilai garis
yang relatif lebar dan dalam.
• Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna, yakni sampai pada dasar
skrotum dan rugae pada kulit skrotum sedah lengkap. Dan pada bayi perempuan yang matur,
labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.
8
• Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama laindan tampak
mengkilat, batas rambut pada dahi jelas.
• Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut
tidak tampak atau tampak samar-samar.
• Processus xyphoideus membengkok kedorsal, sedangkan bayi premature membengkok
keventral atau satu bidang dengan korpus manubrium sterni.
• Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada.
• Pada bayi cukup bulan terdapat pusat penulangan epifisial diujung distal femur dengan
diameter 4-5 mm.dan adanya pusat penulangan pada tallus dan calcaneus.
Umur bayi tidak cukup bulan (prematur)
Untuk menentukan umur anak dalam kandungan selain mengukur panjang badan menurut
rumus Haase, perlu diperiksa inti penulangan, sentrum osifikasi:8
• Calcaneus (24 minggu)
• Talus (28 minggu)
• Distal Femur (38 minggu)
• Proximal tibia (genap bulan)
Kesimpulannya bila tidak ditemukan inti penulangan adalah anak belum sampai umur
tersebut di atas atau mungkin pembentukan inti penulangan terlambat.
Untuk menilai lamanya bayi itu hidup adalah dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini:7-9
Perubahan pada kulit.
Perubahan pada kaput suksedadaneum
Perubahan pada tali pusar.
Perubahan pada sirkulasi
II. Pemeriksaan Dalam
Seperti pada pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam terhadap mayat bayi juga pada
prinsipnya sama seperti pada orang dewasa, diperiksa:8
Mulut, apakah terdapat benda asing, robekan palatum mole.
Lidah (warna, adakah tanda-tanda kekerasan seperti memar), tulang lidah.
Leher, adakah tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam, rawan
gondok dan cincin (utuh/tidak). Adakah bintik-bintik perdarahan pada kelenjar
kacangan dan pangkal tenggorok.
9
Rongga dada, pemeriksaan makroskopik paru, pemeriksaan histopatologik paru dan
tes apung paru.
Daerah dada: Sekat rongga badan kanan dan kiri (setinggi iga berapa), tulang dada
(utuh/tidak), resapan darah, rongga dada kanan dan kiri (apakah berisi cairan dan
darah), kandung jantung.
Jantung, paru, (warna, perabaan: spons/bukan, adakah gambaran mozaik dan keluar
darah serta busa pada pemijatan, adakah resapan darah, bintik-bintik perdarahan,
tanda-tanda kekerasan seperti robekan).
Limpa, hati, kelenjar empedu, kelenjar liur perut dan kelenjar anak ginjal.
Lambung, ginjal.
Kepala: seluruh kulit kepala, tulang ubun-ubun kanan dan kiri, selaput tulang ubun-
ubun kanan dan kiri, dasar tengkorak, selaput lunak otak, otak besar, kecil, dan batang
otak (berat). Kulit kepala disayat dan dilepaskan seperti pada orang dewasa. Tulang
tengkorak dibuka, diperhatikan keadaan falx serebri dan tentorium serebeli terutama
pada perbatasannya (sinus rektus dan sinus transverses) apakah terdapat robekan.
Tanda asfiksia, Tardieu’s spots pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.
Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital atau tanda kekerasan.
Pusat penulangan pada distal femur, proximal tibia, kalkaneus, talus dan kuboid.
Interpretasi temuan
Pada pemeriksaan makroskopik, paru-paru bayi yang sudah bernapas (sudah
teraerasikan) berwarna merah muda tidak homogen tetapi berupa bercak-bercak (mottled) dan
menunjukkan gambaran mozaik berupa daerah-daerah poligonal yang berwarna lebih muda
dan menimbul di atas permukaan berselang-seling dengan yang berwarna lebih tua dan
kurang menimbul. Gambaran tersebut tampak jelas pada tepi lobus paru. Tepi-tepi paru
tumpul.8-9
Paru-paru bayi yang belum bernapas (belum teraerasikan) berwarna merah hitam
seperti warna hati bayi, homogen, tidak menunjukkan gambaran mozaik dan tepi-tepinya
tajam. Kadang-kadang tampak guratan-guratan yang membentuk pola daerah-daerah
poligonal pada permukaan paru. Warna daerah-daerah yang poligonal itu tidak berbeda satu
sama lain dan juga tidak berbeda dengan warna paru di bagian lainnya.8,9
Uji apung paru positif yang membuktikan telah terdapatnya udara dalam alveoli paru.
Dengan cara mengeluarkan seluruh alat rongga dada kemudian dimasukkan dalam air, dan
memperhatikan apakah kedua paru terapung. Kemudian dilanjutkan dengn mengapungkan
10
paru kanan dan kiri secara tersendiri. Dan lobus paru dipisah dan diapungkan diair.
Selanjutnya membuat 5 potongan kecil (± 5 mm x 10 mm x 10 mm) dari masing-masing
lobus dan diapungkan kembali. Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil
dari paru dapat mengapung sekalipun paru belum pernah bernapas. Hal ini disebabkan oleh
pengumpulan gas pembusukan pada jaringan interstisial paru, yang dengan menekan
potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton, gas pembusukan dapat didesak keluar. Uji
apung paru dinyatakan positif bila potongan paru yang telah ditekan antara dua karton
sebagian besar masih tetap mengapung.8,9
Penekanan tersebut bertujuan untuk menyingkirkan gas pembusukan dan tidal air,
yang terdapat dalam jaringan intertisial paru-paru yang membusuk. Namun, bila paru tersebut
sudah mebusuk sekali, alveoli sudah pecah atau menjadi pecah pada penekanan, maka
residual air tersingkirkan sehingga jaringan paru akan tenggelam. Dengan demikian bayi
yang telah bernapas dapat dinilai sebagai belum bernapas setelah dilahirkan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa pada hasil uji apung paru yang negatif tidak dapat
dibuat kesimpulan bahwa bayi pasti belum bernapas. Bila uji apung paru negatif, hanya dapat
dibuat kesimpulan bayi mungkin belum bernapas. Kepastian bahwa bayi belum bernapas baru
diperoleh setelah dipadu dengan tidak ditemukannya gambaran mozaik pada permukaan paru
dan tidak ditemukannya gambaran histologik yang khas untuk paru-paru yang belum
mengalami aerasi, yakni crumpled sac alveoli.8,9
Pada pemeriksaan mikroskopik paru akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang
telah terbuka dengan dinding alveoli yang tipis. Cara pengambilan jaringan untuk
pemeriksaan mikrosopis, yaitu dengan memasukkan seluruh paru kanan ke dalam formalin
netral 10%. Setelah kira-kira 12 jam dibuat beberapa irisan melintang pada paru untuk
memungkinkan fiksatif meresap dengan baik ke dalamnya. Setelah difiksasi selama 48 jam
diambil potongan-potongan melintang dari ketiga lobus dengan menggunakan scalpel yang
tajam atau pisau silet. juga dari sisa paru kiri diambil beberapa potongan jaringan. Biasanya
digunakan pewarnaan hematoksilin eosin, namun untuk paru yang sudah membusuk,
dianjurkan pewarnaan cara Gomori, tetapi dapat pula dilakukan dengan pewarnaan cara
Ladewig yang lebih murah.8,9
Dengan pewarnaan cara Gomori, ruang kosong akibat gas pembusukan atau akibat
aerasi dapat dibedakan, karena serabut-serabut retikulin yang terdapt pada septa alveoli relatif
resisten terhadap pembusukan. Pada pembusukan, ruang kosong menunjukkan batas yang
tidak rata karena tidak dibatasi oleh serabut retikulin yang tegang, sebaliknya pada ruang
kosong akibat aerasi, menunujukkan batas yang rata dimanan tampak serabut yang tegang.
11
Di sini sukar untuk menentukan, apakah anak bernapas pada waktu sebelum atau sesudah
dilahirkan. Ada kalanya anak masih dalam kandungan sudah bernapas dan menangis, vagitus
uterinus/vaginalis. Dimana apabila selaput ketuban pecah dan air ketuban keluar, sehingga
terjadi hubungan antara dunia luar dengan anak dalam kandungan. Pada saat yang singkat ini,
udara terisap oleh anak, anak benapas kemudian menangis. Bila rahim berkontraksi kembali,
vagitus uterinus tidak terjadi lagi. 7-9
Adanya udara dalam lambung dan usus merupakan petunjuk bahwa si-anak menelan
udara setelah ia dilahirkan hidup, dengan demikian nilai dari pemeriksaan udara di dalam
lambung dan usus ini sekedar memperkuat saja. Seperti halnya pada pemeriksaan untuk
menentukan adanya udara dalam paru-paru, maka pemeriksaan yang serupa terhadap
lambung dan usus baru dapat dilakukan bila keadaan si-anak masih segar dan belum
mengalami proses pembusukan serta tidak mengalami manipulasi seperti pemberian
pernafasan buatan. Caranya adalah dengan mengikat bagian bawah esofagus di bawah thyroid
proksimal dari cardia dan colon, kemudian dilepaskan dari organ lainnya. Bila yang terapung
adalah lambung, hal ini tidak berarti apa-apa. Bila usus yang terapung berarti bayi telah
pernah menelan udara dan ini berarti bayi telah pernah bernafas.8,9
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila si-anak
menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk ke dalam liang bagian tengah.
Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut pembukaan liang telinga bagian tengah harus
dilakukan di dalam air; tentunya baru dilakukan pada mayat yang masih segar.8,9
Adanya makanan di dalam lambung dari seorang anak yang baru dilahirkan tentunya
baru dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi makan oleh orang lain, dan
makanan tidak mungkin akan dapat masuk ke dalam lambung bila tidak disertai dengan
aktivitas atau gerakan menelan.8,9
Adanya udara di dalam paru-paru, lambung dan usus serta di dalam liang telinga
bagian tengah merupakan petujuk pasti bahwa si-anak yang baru dilahirkan tersebut memang
dilahirkan dalam keadaan hidup. Sedangkan adanya makanan di dalam lambung lebih
mengarahkan kepada kenyataan bahwa si-anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup; hal
mana bila keadaannya memang demikian maka si-ibu yang menghilangkan nyawa anak
tersebut dapat dikenakan hukuman yang lebih berat dari ancaman hukuman seperti yang
tertera pada pasal 341 dan 342.8
Apabila bayi tersebut sudah pernah bernafas atau lahir hidup, untuk mengetahui sudah
berapa lama bayi tersebut hidup sebelum dibunuh dengan memperhatikan kulit, kepala dan
12
umbilicus mayat tersebut. Pada bayi yang baru lahir, warna kulit merah terang. Adanya
vernix caseosa pada ketiak, sela paha dan leher. Vernix akan menghilang setelah dua hari lalu
kulit menjadi gelap dan menjadi normal kembali.7
Setelah 1 minggu, kulit akan mengelupas, terutama di bagian abdomen kulit akan
mengelupas setelah 3 hari. Caput succedaneum akan menghilang setelah 24 jam sampai 2 – 3
hari setelah dilahirkan. Setelah 2 jam kelahiran, terdapat bekuan darah pada ujung
pemotongan tali pusat. Dua belas jam kemudian akan mengering. Setelah 36 – 48 jam
terbentuk cincin peradangan pada pangkal tali pusat. Tali pusat mengering setelah 2 – 3 hari.
Enam sampai tujuh hari tali pusat akan lepas membentuk cicatriks. Tali pusat akan sembuh
sempurna lebih kurang 15 hari.7
Feses bayi juga dapat membantu menentukan sudah berapa lama bayi hidup. Feses
bayi yang baru lahir disebut meconium, biasa dikeluarkan dari usus setelah 24 – 28 jam,
tetapi kadang kala bisa lebih lama.7
-) Sebab Kematian Bayi
Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsi, dari autopsi tersebut
dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara almiah, akibat kecelakaan atau
akibat pembunuhan.7,8
Penyebab kematian alamiah antara lain:8
Prematuritas.
Kelainan kongenital, misalnya: sifilis, jantung.
Perdarahan / trauma lahir.
Kelainan bentuk / anatomi, misalnya: anecephalus.
Kelainan plasenta, misalnya: plasenta previa.
Erythroblastosis foetalis dan lain-lain.
Penyebab kematian akibat kecelakaan dapat terjadi di waktu lahir atau sesudah lahir.
Pada waktu proses kelahiran, kematian dapat terjadi karena partus yang lama, prolaps tali
pusat, terlilitnya tali pusat. Beberapa saat sebelum dilahirkan, misalnya: trauma pada perut
ibu hamil akibat tersepak, jatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-lain.7
13
Kematian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal atau pembunuhan, dilakukan
dengan mempergunakan kekerasan atau memberi racun terhadap bayi tersebut. Cara yang
digunakan untuk membunuh anak antara lain:7
Pembekapan, menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan, menekan dengan
bantal, selimut dan lain-lain.
Penekanan dada, sehingga mengganggu pergerakan pernafasan.
Dengan menjerat leher bayi (strangulasi). Kadang-kadang dengan memakai tali pusat.
Dengan menenggelamkan bayi.
Menusuk fontanella, epicanthus mata, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, jantung,
sumsum tulang dengan menggunakan jarum atau peniti.
Memukul kepala bayi atau melintir kepala bayi.
Memberi obat-obatan, seperti: opium, arsen dan lain-lain misalnya dengan mengoleskan
opium di sekitar putting susu, lalu diisap oleh bayi tersebut.
Begitu bayi lahir, dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak kemudian dibuang.
Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak
adalah cara atau metode yang menimbulkan mati lemas (asfiksia) seperti: penjeratan,
pencekikan dan pembekapan serta pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang
lain seperti menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul relatif
lebih jarang dijumpai.Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus
pembunuhan anak, yang harus diperhatikan adalah:7
-Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik
perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya,
lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang
keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.
-Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang tidak
jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi,
serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga
mulut.
-Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melingkari sebagian
atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan
oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali
berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si-pencekik, adanya
14
luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si-pencekik.
-Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya,
dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda
tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan
nama “tusukan bidadari”. Dan adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan
berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman`s hand),
kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing
terutama di dalam saluran pernafasan (trakhea), yang dapat berbentuk pasir, lumpur,
tumbuhan air atau binatang air.
IDENTIFIKASI IBU (PELAKU)
Pemeriksaan Ibu
1. Pemeriksaan Golongan Darah
Agglutinogen (antigen), tidak mungkin timbul pada anak jika antigen tersebut tidak
ada pada salah satu atau kedua orang tua anak tersebut. Orang tua yang homozygous harus
menurunkan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya. Anak yang honozygous harus
mendapatkan gen untuk antigen tersebut dari masing-masing orang tuanya.10
Hukum Mendel tersebut bila diterapkan pada sistem ABO, menjadi sebagai berikut:10
- Agglutinogen A atau B tidak mungkin timbul pada anak bila Agglutinogen tersebut
tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya,
- Orang tua dengan golongan darah AB tidak mungkin mempunyai anak dengan
golongan darah O,
- Anak dengan golongan darah O, tidak mungkin mempunyai orang tua dengan
golongan darah AB.
Dari fakta di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
15
Gambar 2. Contoh Golongan darah10
2. Pemeriksaan DNA
Secara umum teknologi DNA dimanfaatkan untuk identifikasi personal, pelacakan
hubungan genetik dan pelacakan sumber bahan biologis.11
Analisis DNA pada kasus paternitas sesungguhnya merupakan sebagian saja dari
kasus sengketa asal-usul berdasarkan obyek sengketanya dapat digolongkan menjadi
bebarapa jenis kasus, yaitu : kasus ragu orang tuanya, kasus ragu ayah, kasus ragu ibu, kasus
ragu kerabat.11
Sampel pemeriksaan DNA diambil dari darah vena sebanyak 1-3 cc yang dimasukan
dalam tabung steril yang telah dibubuhi pengawet EDTA, yang berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah sekaligus mencegah pemecahan DNA oleh enzim DNA ase yang terdapat
didalam darah. Tabung tersebut ditutup rapat-rapat, dikocok, lalu diberi label.11
Pada saat ini ada pengambilan sampel lain yang lebih praktis, yaitu dengan
menggunakan kartu FTA (FTA card). Kartu FTA adalah saring Whatman yang telah
dibubuhi oleh sejenis senyawa tertentu sehingga sampel yang ditaruh diatasnya akan diserap
dan dipreservasi DNA-nya, selama sekurangnya 20 tahun. Dengan cara ini sampel DNA
cukup diambil dari beberapa tetes darah yang dibercakkan pada kertas tersebut, lalu
dikeringkan.11
Sampel yang telah diambil lalu dibawa ke laboratorium DNA Forensik untuk diproses
lebih lanjut. Sampel diekstrasi DNA-nya, dihitung kadarnya lalu diperbanyak dengan proses
PCR. DNA hasil penggandaan oleh proses PCR dianalisis lebih lanjut dengan pemisahkan
fragmen DNA dengan proses elektroforesis gel poli-akrilamid (PAGE) atau dianalisis dengan
16
elektroforesis kapiler. Jika sampel dari FTA card, proses penggandaan tidak perlu karena
DNA-nya dapat langsung digandakan.11
3. Pemeriksaan Psikis
Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang
telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang
tidak sah.1
Pada kasus pidana, keterangan ahli seorang psikiater dapat diberikan pada semua
tahap penyelesaian kasus. Keterangan ahli dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.,
dalam bentuk surat keterangan dokter atau berita acara pemeriksaan. Keterangan seorang
psikiater juga dapat diberikan untuk mengevaluasi tersangka, terdakwa maupun pihak lain
yang dipandang perlu oleh aparat penegak hukum sesuai tingkat penyelesaian kasus. Pada
tahap penyidikan, selain dokter spesialis kesehatan jiwa, keterangan mengenai kesehatan jiwa
juga dapat diberikan oleh seorang psikolog, yang tentunya mengingat batasan kompetensi
profesinya. Pada peradilan pidana, yang dimaksud dengan visum et repertum psikiatrik
adalah keterangan ahli yang diberikan oleh seorang dokter ahli kesehatan jiwa pada tahap
persidangan.12
Pada pemeriksaan visum et repertum psychiatricum dilakukan pemeriksaan medis
umum mulai pemeriksaan fisik mulai dari penampilan umum sapai pada pemeriksaan sistem
organ tubuh dan pemeriksaan psikiatrik. Dilakukan juga pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, EEG, CT scan dan evaluasi psikologis.
Pemeriksaan neurologi sangat penting dilakukan mengingat keadaan emosi dan mental
seseorang sangat erat hubungannya dengan otak dan susunan saraf pusat. Pemeriksaan
psikiatrik meliputi wawancara termasuk riwayat penyakit dan pemeriksaan status mental
seperti pemeriksaan fungsi psikomotor berupa pemeriksaan kesadaran, sikap dan perilaku,
kontak psikis, pemeriksaan afektif diantaranya meliputi alam perasaan, emosi, keserasian dsb,
pemeriksaan proses dan isi pikir, pemeriksaan kesadaran dan kognitif meliputi persepsi, daya
ingat, dugaan taraf intelengensia, kemampuan untuk membedakan data, fakta dan ide,
kemampuan menilai diri sendiri, dan sebagainya. Hasil pemeriksaan yang disimpulkan akan
disesuaikan dengan fakta medis dan kebutuhan peminta sertifikasi medis.12
4. Pemeriksaan tanda-tanda postpartum
17
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi).
Pemeriksaan ditujukan pada: 8,11
Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk ini diperiksa:
a. Payudara secara makroskpis maupun mikroskopis.
b. Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik.
c. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik adanya
sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.
Adanya bekas-bekas kehamilan
a. Adanya garis-garis pada perut bekas peregangan kehamilan (striae gravidarum)
b. Dinding perut kendur
c. Rahim dapat diraba di atas symphisis (tulang di dekat alat kencing)
d. Payudara besar
Adanya bekas persalinan
a. Adanya robekan pada perineum (daerah panggul)
b. Keluaran cairan di pintu lahir
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan
secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim
dalam liang senggama, sisa bahan abortivum.8,11
PEMERIKSAAN TKP
Dalam proses penyidikan untuk mengungkap suatu perkara pidana yang menyangkut
nyawa manusia, pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP), merupakan kunci
keberhasilan upaya pengungkapan tersebut.10
18
Lokasi-lokasi yang digolongkan sebagai TKP : tempat dimana korban ditemukan,
tempat dimana tubuh korban dipindahkan, tempat dimana telah terjadi serangan yang
mengakibatkan kematian kroban, tempat dimana ditemukan barang bukti yang ada
hubungannya dengan kejahatan (bagian dari tubuh manusia, kendaraan yang dipakai untuk
mengangkut korban dan lain-lain).12
Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar, maka penyidik dan dokter perlu
mengetahui bagaimana cara penanganan yang seharusnya bila mereka diharuskan melakukan
pemeriksaan di tempat kejadian perkara kejahatan:10
- Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang
menyangkut nyawa manusia (mati), telah terjadi, maka pihak Penyidik dapat meminta
bantuan dari dokter untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara tersebut
(dasar hukum: Pasal 120 KUHAP; pasal 133 KUHAP),
- Bila dokter menolak untuk datang ke tempar perkara, maka pasal 244 KUHP, dapat
dikenakan padanya,
- Dokter harus selalu inget motto: ”to touch as litle as possible and to displace
nothing”; untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merusak, mengubah,
mengganggu keadaan TKP tersebut; walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan
itu dokter harus mengumpulkan segala benda bukti.
- Dengan demikian, sebelum dokter melakukan pemeriksaan maka tempat tersebut
haruslah diamankan, oleh petugas, dan diabadikan dengan membuat foto atau sketsa
keadaan di TKP, sebelum para petugas menyentuhnya.
- Sebelum datang ke TKP, ada beberapa hal yang harus dicatat mengingat akan
kepentingannya yaitu:10
1. Siapa yang meninta datang ke TKP (otoritas), bagaimana permintaan tersebut
sampai ke tangan dokter, dimana TKP, serta saat permintaan tersebut diajukan,
2. Minta informasi secara global tentang kasusnya, dengan demikian dokter dapat
membuat persiapan seperlunya,
3. Perlu diingat bahwa dokter tidak boleh menambah atau mengurangi benda-beda
yang ada di TKP.
4. Di TKP dokter membuat foto dan sketsa yang dimana harus disimpan dengan
baik, oleh karena ada kemungkinan ia akan diajukan sebagai saksi di pengadilan
selalu ada, foto dan sketsa yang dibuat tersebut berguna untuk lebih mudah bagi
dokter untuk mengingat kembali akan kasus yang diperiksanya itu,.
19
5. Pembuatan foto atau sketsa harus memenuhi standar sehingga kedua belah pihak
yaitu penyidik dan dokter tidak akan memberikan penafsiran yang berbeda atas
objekyang sama.
6. sebagai gambaran umum dalam hal penilaian dari situasi di TKP, ialah:10
- Bila keadaan tempat tenang dan teratur rapih, maka dapat dipikirkan bahwa
kemungkinan kasus yang dihadapi adalah kasus bunuh diri atau kasus kematian
mendadak akibat penyakit non traumatik.
- Bila keadaan pada tempat tersebut tidak beraturan atau kacau balau, terdapat banyak
bercak darah, maka dapat dipikirkan akan kemungkinan bahwa di tempat tersebut
telah terjadi perkelahian,sehingga kasusnya menjurus ke penganiayaan atau
pembunuhan.
7. Pemeriksaan dokter di TKP atas diri korban bertujuan untuk mendapatkan data
yang akurat dalam tempo yang singkat dan melakukan beberapa test lapangan,
yang berguna bagi pihak penyidik agar ia dapat menentukan strategi serta langkah
yang tepat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemriksaan TKP dimana pihak penyidik dan
Dokter bahu-membahu dalam menangani kasus yang dihadapi adalah:11
1. Membantu mempercepat proses penyidikan.
2. Membantu mengarahkan tindakan atau pemeriksaan yang akan dilakukan
selanjutnya : orang-orang yang perlu dimintakan keterangan, senjata atau alat
bukti yang perlu dicari, pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan dan lain
sebagainya.
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat baik, dalam hal waktu, personalia
serta biaya; yang kesemuanya itu untuk kepentingan penegakan hukum yang baik
di mata masyarakat umum dan khususnya di mata para pencari keadilan.
Metode pencarian barang bukti yang diperlukan didalam proses penyidikan dikenal
lima macam merode yaitu : “ strip method”, “double strip or grid method”, “zone method”,
“wheel method”. Cara tersebut tentu sudah diketahui oleh Penyidik perlu pula diketahui oleh
dokter yang melakukan pemeriksaan TKP agar tidak merubah keaslian keadaan TKP.13
ASPEK HUKUM
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap
nyawa orang.13
20
Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
karena membunuh anak sendiri, dengan pidana paling lama 7 tahun.13
Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.13
Pasal 343
Kejaha tan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang
turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.13
Dari undang-undang di atas kita dapat melihat adanya 3 faktor penting, yaitu:
- Ibu
Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri.
Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan
atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan
berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps. 338: tanpa
rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, dengan rencana).13
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.13
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
21
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.13
Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.13
- Waktu
Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya
dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh dianggap pada
saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang
sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.13
- Psikis
Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang
telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang
tidak sah.13
Bila ditemukan mayat bayi yang tidak semestinya, misalnya di tempat sampah, got,
sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri
(ps 341, 342), pembunuhan (ps 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (ps 181),
atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (ps 308).13
Pasal 181
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat
dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana
penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.13
Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak
lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya
dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam
pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.13
22
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan
atau meninggalkan anak itu dnegan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.13
Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-luka
berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.13
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak
tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari ibu (separate existence).
Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan “membunuh”, maka hal ini bukanlah
pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang
dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau
non-viable.13
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Kewajiban dokter untuk membuat Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133
KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan (pasal 184 KUHAP).13
Pengertian Keterangan Ahli adalah sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP:
“Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan”.13
Keterangan ahli ini dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186
KUHAP), dapat pula diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik
(Penjelasan pasal 186 KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di
dalam suatu surat (pasal 187 KUHAP).13
Sehubungan dengan pengertian di atas dapatlah dikemukakan beberapa hal penting:
23
A. Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut
sesuai dengan pasal 11 KUHAP.13
Adapun yang termasuk dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) jo
PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Dalam PP
yang sama disebutkan bila penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, maka
kepangkatannya adalah serendah-rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk
penyidik pembantu. Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti di atas,
maka Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua
dikategorikan pula sebagai penyidik karena jabatannya (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2) ).13
Dalam lingkup kewenangan/jurisdiksi peradilan militer, maka pengertian penyidik
dapat dikaitkan dengan Surat Keputusan Pangab No: Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer. Pasal 4 huruf c ketentuan tersebut mengatur
fungsi Polisi Militer sebagai penyidik, sedangkan pasal 6 ayat c ketentuan di atas mengatur
fungsi Provost dalam membantu Komandan/Ankum (Atasan yang berhak menghukum)
dalam penyidikan perkara pidana (di lingkungan yang bersangkutan), tetapi penyelesaian
selanjutnya diserahkan kepada POM atau POLRI.13
B. Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Sedangkan dalam penjelasan
KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan.13
Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atau surat
izin dokter dapat membuat keterangan ahli. Namun untuk tertib administrasinya, maka
sebaiknya permintaan keterangan ahli ini hanya diajukan kepada dokter yang bekerja pada
suatu instansi kesehatan (Puskesnas hingga rumah sakit) atau instansi khusus untuk itu,
terutama yang milik pemerintah.13
24
C. Prosedur permintaan keterangan ahli
Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini
secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati.13
Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib
memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan
dilaksanakan. Mereka yang menghalangi pemeriksaan jenasah untuk kepentingan peradilan
diancam hukuman sesuai dengan pasal 222 KUHP. 13
Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas kepolisian guna pemastian
identitasnya. Korban adalah juga pasien, sehingga ia masih mempunyai hak sebagai pasien
pada umunya.13
Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau instansi
khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.13
D. Penggunaan keterangan ahli
Penggunaan keterangan ahli, atau dalam hal ini visum et repertum, adalah hanya
untuk keperluan peradilan. Dengan demikian berkas Keterangan Ahli ini hanya boleh
diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya
dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat meminta keterangan ahli langsung kepada
dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa atau hakim).13
Dimana visum et repertum merupakan keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.13 Sehingga pada
pelaporannya dipaparkan; pada pemeriksaan mayat bayi laki-laki/perempuan dengan
golongan darah…, cukup bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, tidak
ditemukan tanda-tanda perawatan, ditemukan jenis luka, jenis kekerasan, sebab kematian
menunjuk kepada kasus PAS (Pembunuhan Anak Sendiri). Tentu saja, untuk dapat mencapai
paparan akhir tersebut dilakukan serangkaian proses untuk membuktikan hubungan mayat
bayi dengan perempuan yang dicurigai.
25
KESIMPULAN
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya ditempat
sampah, got, sungai, dan sebagainya, seperti dalam kasus diatas, maka bayi tersebut mungkin
adalah korban pembunuhan anak sendiri (ps 341,342), pembunuhan (ps 338,339,340,343),
lahir mati kemudian dibuang (ps 181), maupun bayi yang ditelantarkan sampai mati (ps 308).
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak
tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate
existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan “membunuh”, maka hal ini
bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan.
Dengan demikian, dalam kasus ini dokter harus mengatur segalanya terkait hubungan
mayat bayi dengan wanita yang dicurigai, agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan
baik, sehingga membantu penyelesaian suatu perkara pidana.
Untuk kesemuanya itu, dalam bidang ilmu kedokteran forensik dipelajari tatalaksana
medikolegal, tanatologi, traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu
yang terkait, agar semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik dapat
benar-benar memanfaatkan segala pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan
serta kepentingan lain yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Binarupa Aksara;2000.h.255-
6.
2. Shkrum MJ, Ramsay DA.Chapter 3: Asphyxia.In:Forensic pathology of trauma;
Common problems for the pathologist. New Jersey: Humana Press Inc; 2007.p.121-3.
3. Sampurna B, Samsu Z. Peranan ilmu kedokteran forensik dalam penegakan hukum;
sebuah pengantar. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2003.h.97-110.
4. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak
hukum.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.p141-8.
5. Anderson, P D., An Overview of Forensic Pharmacists Practice, Journal of Pharmacy
Practice 2000; 13; 179
6. Stark Margaret M. Clinical Forensic Medicine: A Physician's Guide. 2nd ed. Totowa
(New Jersey): Humana Press Inc.; 2005.
26
7. Jason Payne-James, Roger W. Byard, Tracey S. Corey, Carol Henderson.
Encyclopedia of Forensic and Legal Medicine. England: Oxford, Elsevier Academic
Press; 2005.
8. Made Agus Gelgel Wirasuta. Analisis toksikologi forensic dan interpretasi temuan
analisis. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55.
9. Timmermans S. Postmortem: How Medical Examiners Explain Suspicious Deaths. N
Engl J Med 2007; 356:2759-60.
10. Idries AM. Pedoman ilmu Kedokteran Forensik. Ed Ke-1. Jakarta: Binarupa Aksara;
1997. H.272-91.
11. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu Kedokteran Forensik dalam proses
penyidikan. jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 12-3,219,221-2,224.
12. Idries AM,dkk. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Sagung Seto;
2009. h. 101-12.
13. Arief B,dkk.Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK UI;1997.h.3-15,165-6.
27