55
1. Memahami dan menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Pengertian PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010). Tujuan PHBS Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Strategi PHBS Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu: 1.Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

PBHS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

phbs

Citation preview

Page 1: PBHS

1. Memahami dan menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

Tujuan PHBS

Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Strategi PHBS

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.

Page 2: PBHS

2. Bina Suasana (Social Support)

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Tatanan PHBS

Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.

1. PHBS  di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif  dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :

1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan2. memberi bayi ASI ekslusif3. menimbang balita setiap bulan4. menggunakan air bersih5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun6. menggunakan jamban sehat7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu8. makan buah dan sayur setiap hari9. melakukan aktifitas fisik setiap hari

Page 3: PBHS

10. tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBSBagi Rumah Tangga :

1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.3. Anggota keluarga giat bekerja.4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,

pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya  Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

Peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?

1. Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.

2. Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

3. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.

4. Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.

5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Ber-PHBS.

6. Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan: persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya)

Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?

1. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.

2. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

3. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

Page 4: PBHS

Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?

1. Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan memberi tanda seperti menempelkan stiker.

2. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.3. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan kunjungan rumah.

4. Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan suami siap Antar jaga, dan sebagainya.

5. Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.

6. Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.7. Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6 bulan

(ASI Eklusif).

2. Memberi bayi ASI Eklusif : bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.

Apa saja keunggulan ASI?1. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik

serta kecerdasan.2. Mengandung zat kekebalan.3. Melindungi bayi dari alergi.4. Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan

segar.5. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan

di mana saja.6. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Apa manfaat memberikan ASI?Bagi ibu:1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.2. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.3. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.4. Menunda kehamilan berikutnya.5. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.6. Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:1. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.2. Bayi tidak sering sakit.

Page 5: PBHS

Bagi keluarga:1. praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya.2. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus air

dan perlengkapannya.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI? Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI Eklusif?Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.

Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?1. Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di

wilayah kerjanya.2. Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu. Tentang

pentingnya memberikan ASI Eklusif.3. Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan

menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI Eklusif.

4. Menimbang balita setiap bulan

Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan? Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.

Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan? Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu.

Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita? Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya)

Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu?

1. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.2. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.3. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).4. Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke puskesmas.5. Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.6. Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

Page 6: PBHS

Apa peran kader agar masyarakat Mau menimbang balita setiap bulan Diposyandu?

1. Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.2. Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.3. Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa (pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)

4. Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di poyandu.

5. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat, kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya.

6. Menggunakan air bersih

Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.

Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)

Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?1. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10

meter.2. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.3. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak

rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup.

4. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).

Apa peran kader dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan air bersih?1. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air

bersih dirumahnya.2. Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.3. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang sulit

untuk mendapatkan air bersih.4. Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk

memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya.

5. Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara bergilir.

Page 7: PBHS

6. Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.

7. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air bersih.8. Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan penyuluhan

tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?1. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.

Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.

2. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Apa peran kader Dalam membina perilaku cuci tangan1. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci  tangan, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan rumah.

2. Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan.

Menggunakan jamban sehat

Apa itu jamban? Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya.

Apa saja jenis jamban yang digunakan?

Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Bagaimana memilih jenis jamban?

Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.

Page 8: PBHS

Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:

1. Daerah yang cukup air2. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple

latrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

1. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

Siapa yang diharapkan menggunakan jamban? Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.Mengapa harus menggunakan jamban?1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.2. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular

penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.

Apa saja syarat jamban sehat?1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan

lubang penampungan minimal 10 meter)2. Tidak berbau.3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.4. Tidak mencemari tanah sekitarnya.5. mudah dibersihkan dan aman digunakan.6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.7. Penerangan dan ventilasi yang cukup.8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.Bagaimana cara memelihara jamban sehat?Apa peran kader dalam membina masyarakat Untuk memiliki dan

menggunakan jamban sehat?1. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta

menggunakan jamban dirumahnnya.2. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah

tangga yang belum memiliki jamban sehat.3. Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya

untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.4. Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.5. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan

jamban sehat.6. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan

tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lain-lain.

7. Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi daerah setempat.

Page 9: PBHS

8. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

Mengapa harus memberantas jentik di rumah?

Apa itu rumah bebas jentik? Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)? Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.

Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?

Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?

Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).

Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?

Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?1. Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa

tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air  di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga.

2. Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.3. Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.

Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga

4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

Apa peran kader dalam membina rumah tangga Agar menciptakan Rumah Bebas Jentik?1. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran, spanduk).

2. Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.

3. Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.

Page 10: PBHS

4. Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.

5. Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih terdapat jentik nyamuk.

6. Makan sayur dan buah setiap hari

Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah? Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.

Mengapa kita harus makan sayuran dan buah? Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, Mengandung serat yang tinggi.

Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?

Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan mineral.

Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.

Bagaimana mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi kandungan gizinya?

Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan buah?1. Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.2. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.3. Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan malem4. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan sayur dan buah.

5. melakukan aktifitas fisik setiap hari

Siapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik? Adalah anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.

Page 11: PBHS

Apa itu aktivitas fisik? Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan aktivitas fisik setiap hari ?1. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya melakukan akytivitas fisik.2. Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.3. Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah.4. Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.5. Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

6. Tidak merokok di dalam rumah

Siapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah ? Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.

Mengapa harus tidak merokok ?

Apa itu dengan perokok aktif dan perokok pasif?

Apa bahaya perokok aktif dan perokok pasif?

Bagaimana cara berhenti merokok? Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang.  Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:

Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat Adiktif.

Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.

Mengurangi : Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Apa peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok?1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh anggota keluarga.2. Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.

Page 12: PBHS

3. Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.4. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.5. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.6. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.7. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alas an kesehatan.Cegah penyakit dengan Berhenti Merokok?

PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)Pengertian PHBS di SekolahPHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Tujuan PHBS di SekolahTujuan Umum: Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus:1. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah.2. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah ber PHBS di sekolah.3. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber

PHBS.

Manfaat PHBS di SekolahManfaat bagi siswa:1. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit2. Meningkatkan semangat belajar3. Meningkatkan produktivitas belajar4. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:1. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian

target dan tujuan2. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua3. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Page 13: PBHS

Manfaat bagi sekolah:1. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah2. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat1. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat2. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolahManfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota1. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah

provinsi/kabupaten/kota yang baik2. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di

sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah1. Siswa Peserta Didik2. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah,

dan Orangtua Siswa)3. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Indikator PHBS di Sekolah1. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih

Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

2. Memakai Pakaian Bersih dan RapihMemakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan  oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

3. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan BersihMemotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

4. Memakai Sepatu Bersih dan RapihMemakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

5. Berolahraga Teratur dan TerukurSiswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara

Page 14: PBHS

kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.

6. Tidak Merokok di SekolahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

7. Tidak Menggunakan NAPZAAnak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.

8. Memberantas Jentik Nyamuk Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

9. Menggunakan Jamban yang Bersih dan SehatAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau

Page 15: PBHS

serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.

10. Menggunakan Air Bersih Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.

11. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai SabunSekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

12. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang TerpilahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

13. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin SekolahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.

14. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap BulanSiswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.

Page 16: PBHS

Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan

kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. (Effendy, 1998).

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup: a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun sosial, c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah, e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.

Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health Education in School), pelayanan kesehatan (School Health Service), dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di

tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok, dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).

Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor

Page 17: PBHS

dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).

The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga peran perawat komunitas di sekolah yaitu:

1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)1. Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling,

pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan program sekolah.

2. Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah. Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.

3. Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan permasalahan baik yang aktual maupun potensial.

1. Peran Perawatan Primer (Primary Role)Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai prosedur. Selain itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain. Beberapa item yang menjadi perhatian dalam peran ini antara lain: kesehatan fisik, kesehatan emosional, kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah, kemiskinan).

2. Peran Manajemen (Management Role)1. Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah2. Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah3. Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang khusus4. Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal

5. PHBS di tempat-tempat umum

Adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :1. Menggunakan air bersih2. Menggunakan jamban3. Membuang sampah pada tempatnya4. Tidak merokok

Page 18: PBHS

5. Tidak meludah sembarangan6. Memberantas jentik nyamuk7. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih8. Menutup makanan dan minuman

PHBS di tempat kerjaMerupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.

Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat. Syarat tempat umum yang sehat yaitu :1. Mengkonsumsi makanan bergizi2. Melakukan aktivitas fisik setiap hari3. Tidak merokok di tempat kerja4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun5. Menggunakan air bersih6. Memberantas jentik di tempat kerja7. Menggunakan jamban8. Membuang sampah pada tempatnya

9. PHBS di institusi kesehatan

Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.

PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS.

PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :

1. Menggunakan air bersih2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun3. Menggunakan jamban4. Membuang sampah pada tempatnya5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan6. Tidak meludah sembarangan7. Memberantas jentik nyamuk

2. Memahami dan menjelaskan gizi pada anak dan ibu hamil

1. Definisi

Page 19: PBHS

Status Gizi Anak :

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

Status Gizi Ibu Hamil :

Menurut Sunita Almatsier (2001:3), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanandan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan,apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa NyomanS, dkk, 2003:29). Disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya.

2. Penilaian

Status Gizi Anak

Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN  (2001)  dapat dilakukan dengan:

Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi,

Page 20: PBHS

keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).

Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Jadi untuk indeks BB/U adalah= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah

= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah

= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD= status gizi gemuk

Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).

Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan LILA/U yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Ketiga parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status gizi.

1.   Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 21: PBHS

Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkunan akan terlihat langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak mekan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan berat badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi saat ini (dekat dengan waktu pengukuran). Keadaan kurang gizi yang diukur dengan berat badan bersifat akut.

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.

2. Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80 % standar Harvard.

3. Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harvard.

2.   Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner (tulang rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah berubah, dan seburuk keadaan ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi masa lalu. Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harvard.

2. Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-80 % dari standar Harvard.

3. Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70% standar Harvard.

3.   Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena tidak dipengaruhi oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan yaitu : sangat kurus, kurus, normal dan gemuk (Depkes, 2000). Sifat masalah gizi dengan indeks BB/TB adalah akut dan kronis.

Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

A. Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari standar Harvard.

Page 22: PBHS

B. Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 % dari standar Harvard.

C. Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.

4.   Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)

Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :

1. Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.

2. Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 % standar Wolanski.

3. Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2000 sebagai penetapan dari hasil Temu Pakar Gizi Bulan Juni 2000 di Semarang, adalah sebagai berikut :

Indeks BB/U

1. Gizi Buruk : < -3 SD*2. Gizi Kurang : > -3 Sd s/d < -2 SD3. Gizi Baik : > -2 SD s/d < +2 SD4. Gizi Lebih : > +2 SD

Indeks TB/U

1. Anak Pendek : < -2 SD2. Anak Normal : > -2 SD

Indeks BB/TB

1. Sangat Kurus : < -3 SD2. Kurus : > -3 Sd s/d < -2 SD3. Normal : > -2 SD s/d < +2 SD4. Gemuk : > +2 SD

*SD = Standar Deviasi

Angka yang digunaan untuk menentukan klasifikasi status gizi adalah Z-score. Z-score dihitung dengan membagi hasil pengurangan sebuah parameter dengan median nilai pada tabel baku rujukan yang digunakan dari parameter yang bersangkutan kemudian dibagi dengan standar deviasinya. Standar deviasi dihitung dari nilai median pada karakteristik pengukuran (jenis kelamin umur dan indeks) dikurangi dengan nilai -1 SD di dalam daftar baku rujukan pada karakteristik yang sama.

Page 23: PBHS

Selain itu, ada juga kriteria lain status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh yang diterapkan oleh Depkes pada tahun 2001. Berikut adalah kriterianya:

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:1. Berdasarkan indikator BB/U:

1. Prevalensi gizi buruk = (S Balita gizi buruk/S Balita) x 100%2. Prevalensi gizi kurang =(S Balita gizi kurang/S Balita) x 100%3. Prevalensi gizi baik = (S Balita gizi baik/S Balita) x 100%4. Prevalensi gizi lebih =(SBalita gizi lebih/S Balita) x 100%

2. Berdasarkan indikator TB/U:1. Prevalensi sangat pendek = (S Balita sangat pendek/S Balita) x 100%2. Prevalensi pendek = (S Balita pendek/S Balita) x 100%3. Prevalensi normal = (S Balita normal/S Balita) x 100%

3. Berdasarkan indikator BB/TB:1. Prevalensi sangat kurus = (S Balita sangat kurus/S Balita) x 100%2. Prevalensi kurus = (S Balita kurus/S Balita) x 100%3. Prevalensi normal = (S Balita normal/S Balita) x 100%4. Prevalensi gemuk = (S Balita gemuk/S Balita) x 100%

4. Berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB1. Prevalensi pendek-kurus = (S Balita pendek- kurus/ S Balita)x100%2. Prevalensi pendek-normal =(S Balita pendek-normal/S Balita)x100%3. Prevalensi pendek-gemuk =(S Balita pendek-gemuk/S Balita)x100%4. Prevalensi TB normal-kurus = (S Balita normal-kurus/S Balita)x100%5. Prevalensi TB normal-normal =(S Balita normal-normal/S Balita)x100%6. Prevalensi TB normal-gemuk =(S Balita normal-gemuk/S Balita)x100%

Dalam laporan ini ada beberapa istilah status gizi yang digunakan, yaitu:

1. Berat Kurang :Istilah untuk gabungan gizi buruk dan gizi kurang (underweight)

2. Kependekan :Istilah untuk gabungan sangat pendek dan pendek (Stunting)

3. Kekurusan :Istilah untuk gabungan sangat kurus dan kurus (Wasting)

Status Gizi Ibu Hamil

Page 24: PBHS

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).

Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007) Macam – Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil1. Secara Klinis

Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.

2. Secara BiokimiaPenilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.

3. Secara BiofisikPenilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.

4. Secara antropometriSecara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil1. Berat Badan

Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat badan lahir rendah bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.

Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir ( Lubis,2007)

Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin (Amiruddin, 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan berat

Page 25: PBHS

hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg (Kasdu, 2007).

2. Haemoglobin (Hb)Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb. Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution). Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28 minggu

3. Asupan Zat - Zat Gizi Selama Kehamilan A. Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori per sehari aatu 15 % lebih banyak dari jumlah normalnya, yaitu sekitar 2800 sampai 3000 kalori dalam satu hari. Jumlah ini diperlukan untuk proses pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru dan penghematan protein. Karbohidrat dapat diperoleh dari beras, sagu, jagung, tepung terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber karbohidrat baik maka ibu hamil harus bisa memilih bahan pangan yang tepat.

B. ProteinProtein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 80 gram/hari. Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram per hari. Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram per kg berat badan.

C. VitaminVitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan. Selama hamil, vitamin penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang diperlukan oleh ibu hamil sebagai berikut :1. Vitamin A

Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang. Sumber makanan yang mengandung vitamin A, antara lain kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning (terutama wortel, tomat, dan nangka).

1. Vitamin B6 Vitamin B6 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah, kesehatan gigi dan gusi. Sumber makanan yang mengandung vitamin B6 antara lain gandum, jagung, hati dan daging.

2. Vitamin B12

Page 26: PBHS

Vitamin B12 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin B12 antara lain telur, daging, hati, keju, ginjal, ikan laut dan kerang laut.

3. Vitamin CVitamin C dibutuhkan untuk mendukung pembentukan jaringan ikat dan pembuluh darah. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin C, antara lain jeruk, tomat, melon, brokoli dan sayuran berwarna hijau.

4. Vitamin DVitamin D dibutuhkan untuk mendukung proses penyerapan kalsium dan fosfor, serat proses mineralisasi tulang dan gigi. Sumber makanan yang mengandung vitamin D antara lain minyak ikan laut, susu dan margarin.

5. Vitamin K Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses pembekuan darah berlangsung normal.

6. Asam folat Zat ini berperan dalam perkembangan sisitem saraf dan sel darah karena mencegah terjadinya cacat bawaan seperti sfina bifida dan cacat pada langit-langit mulut, kegagalan pembentukan kanal otak (neural tube defects / NTD) pada janin. Asupan asam folatyang dianjurkan meningkat dari 180 mikrogram wanita tidak hamil menjadi 400 mikrogram pada kehamilan. Ada tiga cara mendapatkan kecukupan vitamin yaitu dari makan sayuran, buah dan biji-bijian, suplemen vitamin atau makan makanan yang ditambahkan zat-zat gizi tertentu.

7. LemakLemak digunakan tubuh terutama untuk membentuk energi dan juga membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25 % dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari.

4. MineralMineral sangat penting bagi tubuh ibu dan tumbuh kembang janin. Peningkatan kebutuhan mineral bergantung pada fungsi masing-masing jenis mineral dalam membantu proses metabolisme tubuh. Berbagai jenis mineral yang dibutuhkan oleh ibu hamil : Zat kapur, Fosfor, Zat besi, Yodium.

5. SeratBahan makanan kaya serat adalah buah-buahan, sayuran, serelia atau padi-padian, kacang-kacangan dan biji-bijian, gandum, beras atau olahannya. Ibu hamil membutuhkan asupan serat setiap hari sekitar 25-30 gram. Penambahan serat selama hamil dilakukan secara bertahap agar pencernaan mempunyai waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Serat memberi rasa kenyang lebih lama. Hal ini mencegah ibu hamil makan secara berlebihan. Serat juga membantu memperlancar sistem pencernaan, sehingga mencegah terjadinya sembelit.

6. AirAsupan air penting untuk menjga kesehatan secara umum. Selain untuk meningkatkan fungsi ginjal dan mencegah sembelit dan penyerapan makanan di dalam tubuh. Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari atau setara 8 gelas. Ibu hamil lebih mudah kencing atau berkeringat dan adanya peningkatan aliran darah.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Page 27: PBHS

Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyebab langsung

Yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsungYaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan.Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya.Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Faktor External1. Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

2. PendidikanPendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).

3. Pekerjaan

Page 28: PBHS

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).

4. Budaya5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan

(Soetjiningsih, 1998).

Faktor Internal1. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).

2. Kondisi FisikMereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).

3. InfeksiInfeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

3. Masalah gizi kurang dan gizi berlebih

1.2 Gizi baik

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memilki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi KH tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan kaya vitamin dan mineral namun kurang KH dan Protein. Nah apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :

8. Makanlah Aneka Ragam Makanan9. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi10. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan energi11. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi12. gunakan garam beryodium13. makanlah makanan sumber zat besi14. berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI

sesuadahnya15. biasakan makan pagi16. minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Page 29: PBHS

17. lakukan aktivitas fisik secara teratur18. hindari minuman yang beralkohol19. makanlah makanan yang aman bagi kesehatan20. bacalah label pada makanan yang dikemas

1.3 Gizi buruk

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari 

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :21. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya

jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

22. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:23. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat24. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak25. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:26. Keluarga miskin27. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak28. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran

pernapasan dandiare.

Tanda-tanda gizi  buruk   

Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U) dibandingkan dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian dicocokkan dengan  z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga  dilanjutkan dengan pengukuran LILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi buruk akut. 

Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu :29. Marasmus dengan tanda-tanda : 

30. Anak sangat kurus31. Wajah seperti orang tua. 32. Perut cekung 

Page 30: PBHS

33. Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit2. Kwashiorkor 

Edema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut kusam, mudah dicabut.

3. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS ada juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita berada  dibawah  garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi kalau status gizi buruk balita pasti BGM.  (Abdur, 2008)

Penatalaksanaan Gizi Buruk 1.  Rumah Tangga 

34. Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya.

35. Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan 36. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun. 37. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran

pemberian makanan.  38. Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila  balita mengalami sakit

atau 

2. Posyandu39. Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil

penimbangan pada KMS.40. Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang

dan PMT Penyuluhan. 41. Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali

(“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM). 42. Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta

lain.

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.  Layanan yang dapat diberikan adalah:

43. Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani di PPG. 

44. Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.  

45. Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya. 

46. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM) pada KMS, kader  memberikan PMT Pemulihan.  

47. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari. 

Page 31: PBHS

48. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari. 

49. Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.  

50. Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

4. Puskesmas 51. Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah

kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.52. Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku

Median WHO-NCHS.  53. Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan

kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan. 54. Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median

WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG. 

55. Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain. 

56. Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum 

57. Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa komplikasi   

58. Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di pojok gizi buruk). 

59. Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu. 60. Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu

sekali. 61. Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk. 62. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan

kemajuan asupan makanan 

1.4 Gizi lebih

Gizi lebih dalam dua dekade terakhir meningkat akibat perubahan pola hidup masyarakat terutama di daerah urban. Bahkan masalah gizi lebih ini telah menjadi polemik sendiri di negara maju. Gizi lebih dapat dinilai dari berat badan. Dari data yang dihimpun WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa sekitar 1.5 miliar penduduk dewasa mengalami kelebihan berat badan, 200 juta pria dewasa mengalami obesitas, dan lebih dari 300 juta wanita mengalami obesitas. Sebuah studi pada tahun 2008 oleh Centers for Disease Control di Atlanta yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan hampir satu dari lima anak usia 6-11 tahun dan 18,1 persen anak usia 12-19 tahun yang menderita obesitas. Di

Page 32: PBHS

Indonesia sendiri pada tahun 2003 terdapat 2.24 % balita yang mengalami gizi lebih, sedangkan data untuk penduduk di atas 15 tahun terdapat 10.3 % mengalami gizi lebih. Data di atas menunjukan betapa besarnya jumlah penderita gizi lebih di Indonesia. Penyebab yang paling nyata adalah perubahan ekonomi. Perubahan ini terjadi akibat pasar globalisasi dan modrenisasi di semua aspek. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berat badan lebih ataupun obesitas lebih banyak terjadi di daerah perkotaan. Peningkatan ekonomi ini menyebabkan perubahan pola hidup, mulai dari pola makan dan aktivitas fisik. Makanan yang awalnya lebih banyak persentase karbohidrat kini telah berubah menjadi lebih banyak persentase lemak, seperti fast food.  Jenis makanan yang seperti ini akan meningkatkan persentase lemak tubuh yang akhirnya akan berimplikasi kepada kelebihan berat badan. Selain faktor ekonomi, faktor cahaya lampu secara tidak langsung juga mempengaruhi gizi lebih dan obesitas. Penelitian terbaru dari Reuroscience  di Ohio State University  menemukan bahwa semakin banyak cahaya pada saat kita makan, maka resiko untuk mengalami kelebihan berat badan semakin tinggi. Penelitian ini menggunakan tikus sebagai hewan coba. Tikus-tikus tersebut diperlakukan dalam tiga kondisi. Kondisi pertama tikus diberi terpaan cahaya selama 24 jam terus-menerus, kondisi kedua tikus diberi terpaan cahaya dengan siklus standar terang selama 16 jam dan gelap selama 8 jam, sedangkan kondisi ketiga tikus diberi terpaan cahaya terang selama 16 jam dan cahaya redup selama 8 jam. Para peneliti mengukur berapa banyak makanan yang dipakai tikus setiap hari. Selain itu mereka juga mengukur berapa banyak mereka bergerak di sekitar kandang mereka setiap hari melalui sistem persimpangan sinar inframerah. Kemudian massa tubuh tikus dihitung setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus dengan cahaya redup saat malam massa tubuhnya meningkat lebih tinggi dari tikus yang hidup dalam siklus standar terang dan gelap. Berat badan tikus terus meningkat sejak minggu pertama penelitian. Pada akhir penelitian tikus yang hidup dengan cahaya redup malam hari berat badannya lebih kurang 12 gram sedangkan tikus yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap berat badannya 8 gram. Tikus yang mendapat terpaan cahaya terus-menerus juga memiliki berat badan lebih besar dari tikus yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap.

Faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih dan obesitas adalah kebiasaan ketika makan. Salah satu kebiasaan yang buruk ketika makan adalah makan di depan komputer atau televisi, karena hal ini akan mengakibatkan jumlah makanan yang masuk ke mulut akan lebih banyak.

Selain asupan makanan, hal lain yang dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas adalah faktor aktivitas. Kurangnya aktivitas dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas. Salah satu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas seseorang adalah tuntutan pekerjaan. Tuntutan pekerjaan pada saat ini menyebabkan kebanyakan penduduk lebih banyak menghabiskan waktunya duduk di kursi dari pada bergerak. Ditambah lagi kesadaran berolahraga yang masih kurang di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan resiko berat badan berlebih. Dari analisis lebih lanjut didapatkan seorang remaja yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam per hari dengan menonton televisi

Page 33: PBHS

memiliki resiko obesitas 12.3 kali lebih besar dari pada remaja yang menonton televisi yang kurang dari 3 jam per hari.

Walaupun kita mengetahui bahwa berat badan berlebih tidak akan terjadi apabila seseorang tidak memiliki faktor genetik untuk gizi lebih atau obesitas. Apabila kedua orang tua gizi lebih atau obesitas maka kemungkinan anak menderita berat badan berlebih sekitar 80%, sedangkan apabila salah satu dari orang tua mengalami gizi lebih atau obesitas maka kemungkinan itu menjadi setengahnya atau 40 %.

Faktor-faktor sosiokultural juga berperan penting dalam gizi lebih dan obesitas, seperti masih banyaknya masyarakat yang berpendapat bahwa gemuk adalah lambang kemakmuran. Pendapat seperti ini dapat memicu peningkatan jumlah konsumsi kalori pada masyarakat tersebut. Anggapan “gemuk makmur” ini berimplikasi pada orang tua yang akan senang ketika anaknya memiliki berat badan lebih. Padahal apabila pada waktu masih anak-anak berat badannya sudah berlebih akan meningkatkan faktor resiko menjadi berat badan berlebih pada waktu dewasa.

Prevalensi ini  akan terus meningkat, mengingat setiap anak yang memiliki faktor predisposisi genetik akan tinggal bersama dengan orang tua yang telah terbiasa dengan pola hidup sedentary. Peneliti memprediksi 8 dari 10 pria dan 7 dari 10 wanita akan mengalami obesitas pada tahun 2020. Penelitian yang dilakukan ini  mengambil  sampel di satu negara maju yakni Inggris. Negara maju dan negara berkembang  cenderung memiliki gaya hidup seragam saat ini. Sehingga dapat diperkirakan trend obesitasnya antara negara maju dan negara berkembang akan sama.

Konsekuensi gizi lebih dan obesitas adalah meningkatnya resiko kematian. Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 40%  dari normal, diperkirakan meninggal 8 tahun lebih cepat  dari pada populasi rata-rata. Peningkatan mortalitas ini terjadi karena insiden diabetes melitus tipe dua, penyakit jantung koroner, penyakit kandung kemih, osteoarthritis atau radang sendi,  stroke, dan kanker. Sedangkan pada anak-anak dapat menimbulkan gangguan seperti dislipidemia, stenosis hepatis, gangguan saluran pencernaan, dan sleep apnea.

Pada orang yang menderita gizi lebih prevalensi munculnya kanker 30% lebih tinggi dibanding orang yang memiliki berat badan ideal. Jenis kanker yang sering muncul adalah kanker ginjal, kanker rahim, kanker payudara, kanker esophagus, kanker pancreas, dan kanker kolon.

Berat badan lebih dan obesitas adalah penyakit mahal. Bahkan untuk negara maju peningkatan jumlah penyakit akibat gizi lebih dan obesitas dalam beberapa dekade terakhir telah menguras anggaran kesehatan. Di Australia telah menghabiskan dana 464 juta dolar Australia , 12 milyar franc di Perancis, 1 milyar golden di Belanda, dan 45,8 juta dolar Amerika di Amerika Serikat. Dana yang dikeluarkan itu merupakan direct cost, artinya dana yang berhubungan langsung dengan gizi lebih dan obesitas yang sebagian besar merupakan akibat penyakit jantung koroner dan hipertensi. Sedangkan kerugian

Page 34: PBHS

akibat berkurangnya produktifitas akibat kematian dini dan morbiditas pasti lebih besar lagi.

Di Indonesia belum diketahui besar kerugian akibat penyakit yang berhubungan dengan gizi lebih dan obesitas. Hal ini disebabkan masih kurangnya  studi tentang biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi melihat yang terjadi di negara lain dapat diperkirakan biaya yang akan dikeluarkan negara berkembang pasti lebih besar lagi. Hal tersebut disebabkan Indonesia masih mengimpor alat-alat kedokteran dan obat-obatan demi kepentingan rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.

Untuk mengatasi masalah gizi lebih dan obesitas ini tak cukup dengan hanya mengandalkan tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan gizi lebih dan obesitas sangat kompleks sehingga membutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat. Strategi yang harus dilakukan agar hasilnya lebih optimal adalah tindakan preventif dan promotif. Jika dioptimalkan pada tindakan kuratif dan rehabilitatif maka dana yang disediakan tidak akan cukup (WHO, 2000). Ironinya, di lapangan dana yang dikucurkan untuk usaha promotif dan preventif hanya 10 % sedangkan dana untuk kuratif dan preventif sekitar 60 – 85 %. Hal ini menyebabkan usaha promotif dan preventif kurang maksimal.

Usaha promotif dan preventif yang paling penting adalah dengan menyadarkan masyarakat itu sendiri. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai aspek. Di lihat dari segi pendidikan, kementrian pendidikan nasional dapat memasukan materi gizi ke dalam kurikulum pendidikan. Memang sebelumnya telah ada materi gizi, namun hal itu hanya sepintas lalu dan hanya membahas satu aspek yaitu gizi kurang. Diharapkan dari kurikulum yang lebih komprehensif masyarakat mulai disadarkan sejak di bangku sekolahan. Dari pendidikan dasar ini paradigma “gemuk makmur” sedikit demi sedikit akan terkikis.

Di sektor lain usaha yang dapat dilakukan oleh kementrian perdagangan yaitu mewajibkan semua produk makanan untuk mencantumkan label kadar kalori dari produk makanan tersebut baik yang ada dalam kemasan maupun jenis masakan cepat saji. Pencantuman ini akan membantu masyarakat untuk menghitungintake kalori. Label ini juga membantu komunikasi antar produsen dan konsumen mengenai hal-hal tentang pangan yang dibutuhkan konsumen. Bagi produsen sendiri label tersebut dapat digunakan sebagai sarana promosi.

Usaha dari tenaga medis dapat dilakukan dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang gizi lebih dan obesitas terutama di sekitar perkotaan. Dalam penyuluhan ini dijelaskan tentang bahaya laten dari gizi lebih dan obesitas. Promosi tentang diet yang seimbang serta olahraga yang cukup juga perlu ditekankan. Sebagai komunitas terkecil, keluarga dapat menghabiskan waktu liburan dengan   beraktivitas bersama. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganut sedentary life, selain untuk mengeratkan hubungan antar anggota keluarga tersebut.           Dari uraian di atas jelas sekali masalah gizi dan kesehatan di masyarakat di masa yang akan datang menjadi semakin kompleks dan menjadi tantangan pembangunan

Page 35: PBHS

masyarakat. Kompleksitas masalah gizi dan kesehatan ini menuntut perhatian dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Jika dibiarkan saja bukan tidak mungkin prediksi tahun 2020 akan terwujud atau bahkan lebih tinggi.

63. Memahami dan menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari sudut pandang islam

Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.

Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.”

Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.

Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”

Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.”

Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.

Dalam kitab suci Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah berfirman:

ث�ي�اب�ك� رو� ف�ط�ه“Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)

�ط�ه�ر�ين� �مت ال ح�ب� و�ي �ين� �و�اب الت ح�ب� ي �ه� الل �ن� إ“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orangyang mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ). 

Rasulullah saw bersabda:

�ف� �ظ�ي الن � �ال إ �ة� ن الج� �د�خل ي � ال �ه �ن ف�إ �ظ�فو�ا �ن ف�ت �ف) �ظ�ي ن �م ال �س�  اإل

“Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih”. (Al-Hadis)

�ظ�اف�ة� الن ح�ب� ي �ف) �ظ�ي ن الله� �ن� إSesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )

Page 36: PBHS

DAFTAR PUSTAKA

Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

http://www.muhammadiyah.or.id/news-91-detail-pola-hidup-bersih-dan-sehat.html

Page 37: PBHS