42
TUGAS PATOLOGI KLINIK OLEH : TRI ANNA FITRIANI NIM : H1A012060 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat 2014

Patologi Klnik Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Patologi klinik blok XII

Citation preview

Page 1: Patologi Klnik Fix

TUGAS PATOLOGI KLINIK

OLEH :

TRI ANNA FITRIANI

NIM : H1A012060

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Nusa Tenggara Barat

2014

Page 2: Patologi Klnik Fix

PATOLOGI KLNIK

A. Judul

Hematopoiesis. Kriteria leukemia menurut WHO dan Sitogenetik. Pemeriksaan gambaran

penyakit Leukemia.

B. Waktu dan Tempat

- Waktu : 13.30 WITA

- Hari/tanggal : jum’at, 16 Mei 2014

- Tempat : Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

C. Tujuan

- Untuk mengetahui proses hematopoiesis

- Untuk mengetahui gambaran kriteria leukimia menurut WHO

Page 3: Patologi Klnik Fix

Sistem Hemopoiesis

Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis. Selain

meregulasi pH, temperatur, serta mengatur transport zat-zat dari dan ke jaringan, darah juga

melakukan perlindungan dengan cara melawan penyakit. Fungsi-fungsi ini dikerjakan secara

terbagi-bagi oleh komponen-komponen darah, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah

adalah cairan yang berada di kompartemen ekstraselular di dalam pembuluh darah yang berperan

sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans lainnya. Sedangkan sel darah merupakan unit

yang mempunyai tugas tertentu. Sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit

dibentuk melalui suatu mekanisme yang sama, yaitu hemopoiesis.

Hemopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Sebelum

dilahirkan, proses ini terjadi berpindah-pindah. Pada beberapa minggu pertama kehamilan,

hemopoiesis terjadi di yolk sac. Kemudian hingga fetus berusia 6-7 bulan, hati dan limpa

merupakan organ hemopoietik utama dan akan terus memproduksi sel-sel darah hingga sekitar

dua minggu setelah kelahiran. Selanjutnya pekerjaan ini diambil alih oleh sumsum tulang

dimulai pada masa kanak-kanak hingga dewasa.

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi

yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons. Tulang-tulang rangka

axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang

humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia.

Terdapat dua jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum

tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna

sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari

sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang kuning (fatty

marrow). Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif

terutama di tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50% penyusunnya

adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses hemopoiesis hanya terpusat di

tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal dari humerus dan femur.

Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum tulang yang

berasal dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan hanya sekitar 1 sel

dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk berkembang

Page 4: Patologi Klnik Fix

menjadi beberapa lineage yang berbeda melalui proses duplikasi, kemudian berproliferasi serta

berdiferensiasi hingga akhirnya menjadi sel-sel darah, makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan

sel adiposa. Selanjutnya sel darah yang sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi general

melalui kapiler sinusoid.

Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada di sumsum

tulang tersebut membentuk dua jenis stem cell, yaitu myeloid stem cell dan lymphoid stem cell.

Setiap satu stem cell diperkirakan mampu memproduksi sekitar 106 sel darah matur setelah

melalui 20 kali pembelahan sel. Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang

dan kemudian membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu juga

dengan lymphoid stem cell. Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang namun

proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan limfatik. Limfosit adalah turunan dari sel-sel

tersebut.

Selama proses hemopoiesis, sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor.

Sel progenitor tidak dapat berkembang membentuk sel namun membentuk elemen yang lebih

spesifik yaitu colony-forming unit (CFU). Terdapat beberapa jenis CFU yang diberi nama sesuai

sel yang akan dibentuknya, yaitu CFU-E membentuk eritrosit, CFU-Meg membentuk

megakariosit, sumber platelet, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit.

Berikutnya, lymphoid stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid yang belum

berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai blast. Sel-sel ini akan

berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Pada tahap ini sel-sel prekursor sudah dapat

dibedakan berdasarkan tampilan mikroskopiknya, sedangkan sel-sel di tahap sebelumnya yaitu

stem cell dan sel progenitor hanya bisa dibedakan melalui marker yang terdapat di membran

plasmanya.

Page 5: Patologi Klnik Fix

Gambar : Hemopoeisis

Page 6: Patologi Klnik Fix
Page 7: Patologi Klnik Fix

Komponen Sel Darah

1. Eritrosit

Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit adalah

mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain

mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia

mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida

dan air.

Sel darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan

diameter kirakira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian

yang paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1

mikrometer atau kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90

sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat berubah-

ubah ketika sel berjalan melewati kapiler. Sesungguhnya, sel darah

merah merupakan suatu “kantung” yang dapat diubah menjadi

berbagai bentuk. Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang sangat kuat untuk

menampung banyak bahan material di dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak akan

meregangkan membran secara hebat, dan sebagai akibatnya, tidak akan memecahkan sel, seperti

yang akan terjadi pada sel lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting

sel darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein

eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut.

2. Leukosit

Leukosit meropakan sel darah yang umumnya berperan dalam proses

pertahanan tubuh dari patogen. Leukosit atau sel darah putih dibagi

menjadi 2 jenis berdasarkan ada tidaknya granula dalam sitoplasmanya

yaitu leukosit granular dan agranular. Leukosit granular terdiri dari

neutrofil, basofil, dan eosinofil. Sedangkan yang agranular terdiri dari

limfosit dan monosit.

Page 8: Patologi Klnik Fix

3. Trombosit

Trombosit bukanlah sel utuh tetapi fragmen sel

(bergaris tengah sekitar 2-4 mikron) yang terlepas dari tepi

luar sel yang dikenal sebagai megakariosit. Megakariosit

berasal dari sel bakal yang belum berdiferensiasi yang sama

dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit.

Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang

mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit

terbungkus membrane plasma.

Trombosit berfungsi dalam hemostasis dimana mencegah hilangnya darah dari

pembuluh darah yang rusak. Trombosit tetap berfungsi selama sekitar 10 hari yang

kemudian disingkirkan oleh makrofag yang terdapat di limpa dan hati dan kemudian

diganti dengan trombosit baru yang dibentuk di sumsum tulang.

Tahapan Sintesis Granulopoiesis.

1) Granulopoiesis Neutrofil

Mieloblas

Bentuk sel yang paling tidak matang pada granulopoiesis, dan jarang muncul di sumsum

tulang. Diameter sel sedikit lebih kecil daripada diameter proeritroblas.Bentuk sel tidak

seragam, inti sering berbentuk oval dan sedikit berlekuk pada satu sisi.Kromatin tampak

transparan dan teranyam rapat dengan benang-benang halus. Terdapat dua hingga lima

nukleolus yang sebagian besar dapat terlihat jelas dan dapat berpindah-pindah.

Sitoplasma sedikit, dan bersifat basofilik sedang sampai lemah.Terdapat sedikit zona

terang yang mencolok di perinuklear.Sedikit granula tahap awal dapat ditemukan.

Promielosit

Bentuk sel yang baru matang pada granulopoiesis setelah mieloblas.Ukurannya

bertambah besar dibandingkan mieloblas.Inti berbentuk oval, agak bulat dan terletak agak

Page 9: Patologi Klnik Fix

esentrik dengan kromatin halus yang mulai berkondenssasi.Nukleolus masih dapat

dilihat. Di sitoplasma, granula azurofilik yang mencolok mulai terbentuk

Mielosit Neutrofil

Pemunculan granulasi spesifik, pengecilan lebih lanjut diameter sel dan ukuran

inti.Struktur kromatin mulai tampak seperti gumpalan kasar dan nukleoulus masih jarang

telihat.Sitoplasma berwarna coklat abu-abu muda atau coklat merah muda, dan tidak lagi

tampak basofilik. Granula halus berwarma ungu kecoklatan (=neutrophil matang) muncul

di tempat granulasi azurofilik.

Metamieloist neutrophil

Neutrofil muda, inti sel berubah bentuk menjadi bentuk kacang atau ginjal yang khas.

Kromatin tampak seperti gumpalan kasar. Sitoplasmanya seperti sitoplasma mielosit

neutrophil tanpa sentrosfer

Granulosit neutrophil berinti batang

Bentuk inti menjadi lebih langsing dan menjadi huruf C atau S tanpa tali penghubung

(bentuk pita).Gumpalan-gumpalan kromatin bertambah kasar. Sitoplasmanya seperti

sitoplasma metamielosit

Granulosit neutrophil segmen

Inti sel mengalami segmentasi dengan penghubung yang berbentuk benang antar segmen.

Mendekati bahas inti berbentuk segmen: bagian penghubung segmen lebih tipis daripada

1/3 bagian inti yang paling tebal diukur dari kedua sisinya. Kebanyakan terdapat tiga

hingga empat segmen.

2) Perkembangan Granulosit Eosinofil

promielosit eosinofilik

Page 10: Patologi Klnik Fix

Jarang ditemukan, memiliki ciri-ciri sel yang khas untuk suatu promielosit, dengan

tambahan granula eosinophil dalam sitoplasma, yang menyelubungi granulasi azurofilik,

bergantung pada jumlahnya.

Mielosit eosinofilik

Lebih sering ditemukan; inti dan hubungan sitoplasma-inti serupa seperti pada mielosit

neutrophil.Sitoplasma terisi dengan granula eosinophil, yang terutama berwarna

kemerahan atau coklat merah. Bagian sitoplasma yang tidak tertutupi oleh granula terlihat

sedikit basofilik

Metamielosit eosinophil dan Leukosit eosinofilik

Karena proses pematangan inti yang berlangsung cepat, kedua kelompok sel ini jarang

dijumpai. Secara morfologis, kedua kelompok sel ini mempunyai bentuk yang serupa

dengan seri neutrophil, tetapi dilengkapi dengan granula eosinophil yang matang.

Leukosit eosinophil berinti segmen

Bentuk sel yang paling matang pada granulopoiesis eosinophil mampu bermigrasi ke

dalam darah perifer.Inti tampak mecolok dengan dua segmen (bentuk ‘kacamata’) dan

jembatan antar segmen-segmen yang berupa benang-benang halus.Kromatin tampak

seperti gumpalan kasar.Sitoplasma kebanyak terisi penuh dengan granula eosinophil

matang, yang diameternya dapat berbeda-beda.Warna dasar sitoplasma adalah basofilik

muda, yang hanya dapat dilihat pada daerah yang terbebas dari granula.

3) perkembangan Granulosit Basofil dan Sel Mast Jaringan

Mielosit Basofil

Granulosit basophil biasanya baru dapat dikenali dari tahap mielosit. Inti sel berbentuk

bulat, dan sitoplasma terdapat granula basophil kasar yang khas

Granulosit basophil

Page 11: Patologi Klnik Fix

Bentuk sel dengan sedikit sekali tanda-tanda pematangan.Inti sel sebagian besar hanya

berlekuk di beberapa tempat (bentuk daun semanggi), selebihnya tersegmentasi tanpa

bentuk.Kromatin berbercak-bercak secara merata dan tidak khas seperti gumpalan

kasar.Sitoplasma relatif sedikit, yang dapat mudah ditempati granula basophil yang

intensif, yang cenderung membentuk formasi cincin di sekelilng tepi sel. Warna dasar

sitoplasma biru pucat hingga merah muda pucat.Vakuol tidak jarang dijumpai sebagai

analog granula yang kosong.Inti granulasi spesifik sebagian ditutupi.

Sel Mast Jaringan

Sel mast jaringan berasal dari precursor di sumsum tulangm yang sudah mengalir

kedalam darah dalam keadaan yang belum matang. Jenis sel in jarang dijumpai pada

sediaan apus sumsum tulang normal. Inti sel berbetuk bulat, sebagian besar area inti

kebanyakan ditutupi oleh granulasi sitoplasma, berwarna ungu tua sampai terang, kurang

terstruktur dan terletak di sentral.Nukleolus kurang dapat dikenali dengan jelas.

Sitoplasma berbentuk bulat atau polygonal, dan terisi dengan granula kecil berwarna

ungu kehitaman atau biru hitam yang jarang berbatas tegas satu sama lain karena

letaknya yang sangat rapat. Granula-granula tersebut sering menduduki inti sel; pada

pengamatan umum sediaan apus sumsum tulang, granula ini menimbulkan kesan adanya

elemen sel berwarna hitam homogeny. Sel mast haringan yang tidak mengandung

granula sangat jarng dijumpai dengan sitoplasma yang tampak merah muda. Sel mast

jaringan mengandung heparin, serotonin dan histamin

4) Pekembangan Monosit dan Makrofag

Monoblas

Perbedaan dari mieloblas di dalam sumsum tulang normal kebanyakan tidak jelas;

kadang-kadang terjadi penakikan di inti

Promonosit

Inti bulat dengan lekukan ke dalam pada satu sisi atau kadang juga tidak teratur.Kromatin

longgar, dan mulai tampak sebagai benang-benang kasar.Nukleolus yang jarang dapat

terlihat.Sitoplasma tampak basofilik muda dan luas dengan sentrosfer kecil, yang jarang

Page 12: Patologi Klnik Fix

mengalami granulasi azurofilik.Peralihan menjadi kelompok sel berikutnya terjadi tanpa

batasan yang jelas.Diferensiasi promonosit secara pasti hanya dapat terlihat sitokimia

(esterase non-spesifik) atau imnuositologis.

Monosit

Sel terbesar di darah perifer.Inti sel besar, khas berlobus, beraneka bentuk dan juga sering

berbentuk seperti kacang atau sosis.Kromatin longgat, tampak berupa benang-benang

kasar dengan pemadatan di tempat-tempat tertentu, tetapi transparan secara keseluruhan.

Nukleolus yang kecil dapat dikenali .Sitoplasma biasanya berwarna biru abu-abu seperti

warna batu dengan granula halus yang berbentuk seperti debu, tetapi kadang juga tampak

basofilik terang.

Makrofag

Makrofag muncul berupa bentuk monosit darah yang berada di jaringan.Makrofag

berperan penting melalui penyajian antigen pada respons imun dan metabolisme besi.

Morfologi makrofag sangat bervariasi dan sangat bergantung pada material yang

disimpannya.

Trombopoiesis

Morfologi trombopoiesis sangat berbeda dari eritropoiesos dan granulopoiesis karena

tidak terjadi sebagai suatu perkembangan sel fungsional matang dari prekursor yang belum

matang dengan perbedaan kriteria morfologis yang nyata dan melalui pembelahan dan

pematangan yang terjadi selanjutnya.

Megakarioblas

Badan sel biasanya lebih besar daripada sel proeritroblas.Perbandingan antara inti dan

sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar.Kepadatan kromatin inti berbeda-

beda.Nukleolus sebagian besar terteutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar.Pada

penyatuan inti yang mencolok, terdapat sel yang berinti dua hingga empat.Sitoplasma

Page 13: Patologi Klnik Fix

tampak basofilik kuat, terbebas dari granulasi, dan di bagian tepi kadang-kadang sedikit

terjuntai.Sering terdapat trombosit yang melekat.

Promegakariosit

Inti sel sangat besar dan sedikit berlobus selain bentuk dengan kecenderungan segmentasi

(berlobus) yang dapat dikenalo dengan jelas.Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat,

nukleolus yang ada kebanyakan terselubungi.Sitoplasma tampak basofilik dengan

beberapa area azurofilik, yang menunjukkan permulaan aktivitas trombopoiesis.Luas

sitoplasma bertambah secara nyata.Di tepi sel, terdapat trombosit yang melekat.

Megakariosit yang matang

Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis di sumsum dalam kondisi

normal.Serangkaian gumpalan (haustra) inti yang khas terbentuk dan sitoplasma

azurofilik ditutupi bintik-bintik halus, sebagai perwujudann terakhir pembentukan

trombosit yang aktif.Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma azurofilik menandakan

suatu persiapan pelepasam trombosit.

Stadium Pelepasan trombosit

Struktur sitoplasma megakariosit yang berada pada tahap ini masih saling berhubungan,

menunjukkan penjuluran yang tidak beraturan dan bertambahnya penjuluran

Trombosit

Produk pematangan sitoplasma megakariosit. Sitoplasma berwarna biru muda,

mengandung granula halus berwarna biru pada bagian tengah (granulomer) dan bagian

tepi tidak mengandung granula (hialomer).

Page 14: Patologi Klnik Fix

Eritrosit

Proeritoblas

Normoblasnasofilik

Page 15: Patologi Klnik Fix

Normoblaspolikromatikdini

Normoblaspiknotik

Retikulosit

Page 16: Patologi Klnik Fix

Eritrosit

Bentukbulatatau oval.

Diameter 7-8 mikron.

Dari sampingseperticakram / bikonkafdengansentralakromia

kira2 1/3 -1/2 diameter

Gambaran dan Morfologi Sel Darah pada Leukimia (ALL/ CML)

NO GAMBAR KETERANGAN

1 Mieloblas :-Ukuran sel : 15 - 25 mm

-Bentuk sel : oval, kadang-

kadang bulat

-Granularitas : sitoplasma

nongranular atau sedikit granula

azurofilik

-Bentuk inti : biasanya oval,

kadang-kadang tidak teratur,

jarang bulat

-satu atau lebih anak inti dan tidak

terdapat granula.

-Tipe kromatin: halus, dengan

tampilan retikular

-rasio inti/sitoplasma: tinggi atau

realtif tinggi 

Page 17: Patologi Klnik Fix

-Nukleolus : tampak, ukuran

sedang atau besar 1 sampai 4;

lebih terang dari kromatin

2 Promielosit :-Ukuran sel : 15 - 30 mm

-Bentuk sel : oval atau bulat

Warna sitoplasma : biru muda,

dengan halo jelas

Granularitas : pekat, azurofilik

banyak

dengan sudah mulai terbentuk granula, ukurannya cukup besar dan kromatin padat.Bentuk inti : oval

Tipe kromatin: awal kondensasi

Ratio inti/sitoplasma : sedang,

rendah atau sangat rendah

Nukleolus : tampak,ukuran

sedang atau besar ,lebih terang dari

kromatin, 1-2. kadang-kadang tak

terlihat

Page 18: Patologi Klnik Fix

3 Mielosit : basopilikUkuran sel : 15 -25 mm

bentuk sel : oval,

kadang-kadang bulat.

warna sitoplasma : biru, tanpa

halo perinuklear jelas atau dengan

halo perinuklear melebar.

Sitoplasma nongranular atau

sedikit granula azurofilik,

bentuk inti : biasanya

oval, kadang-kadang tidak teratur,

jarang bulat.

Tipe kromatin : halus,

dengan tampilan reticular,

nucleolus tampak, ukuran sedang

atau

besar 1 sampai 4; lebih terang dari

kromatin.

Rasio inti/sitoplasma: sedang

Page 19: Patologi Klnik Fix

4 Metamielosit :ukuran sel : 14 - 20

mm

bentuk sel : oval atau

bulat,

warna sitoplasma : pink

granulasitas : sedikit

azurofilik dan neutrofilik, berbeda

dalam jumlah

Bentuk inti : lonjong,

semicircular,

tipe kromatin : padat ,

nucleolus tidak terlihat.

Rasio inti/sitoplasma: sedang.

5 Neutrofil stab :ukuran sel : 14 - 20

mm

bentuk sel : oval atau

bulat

warna sitoplasma : sesuai

dengan jenis granulosit (basofil :

biru, eosinofil : merah, netrofil :

jernih atau pink)

granularitas : sedikit

azurofilik. Bentuk inti: lonjong,

semicircular,

tipe kromatin : padat,

nucleolus tidak terlihat.

Rasio inti/sitoplasma: rendah atau sangat rendah

Page 20: Patologi Klnik Fix

6 Neutrofil segmen :ukuran sel : 4 - 20 mm

bentuk sel : oval atau

bulat.

Bentuk inti : berlobus

(normal kurang dari 5 lobus),

Tipe kromatin : padat,

Nucleolus : tak terlihat

rasio inti/sitoplasma : rendah

atau sangat rendah,

7 Limfoblas:ukuran sel : 12 -18

mm,

bentuk sel : bulat,

kadang-kadang oval,

warna sitoplasma : biru,

biasanya gelap, lebih gelap dari

promieloblas,

granularitas : tidak ada.

Bentuk inti : bulat,

tipe kromatin : homogen,,

nucleolus : terlihat,

ukuran kecil atau sedang,lebih

terang daripada kromatin, jumlah

1sampai 2.

Rasio inti/sitoplasma: tinggi.

Page 21: Patologi Klnik Fix

8 Smudge cellCiri khas seperti jaring/ ring basket. Sel ini dapat ditemukan pada pasien CML dan ALL.

Page 22: Patologi Klnik Fix

Klasifikasi Leukimia Berdasarkan WHO dan Sitogenik

Leukemia Akut

- Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)- Acute Myeloid Leukemia (AML)

Leukimia Kronik

- Chronic Lmphocytic Leukemia ( CLL)- Chronic Myeloid Leukemia (CML)

Leukemia Akut

Leukemia akut biasanya bersifat agresif, dimana proses keganasan terjadi di hemopoietic

stem cell atau sel progenitor awal. Perubahan genetika diduga berperan pada sistem biokimia

yang menyebabkan peningkatan laju proliferasi, mengurangi apoptosis dan menghalangi proses

diferensiasi selular. Jika tidak ditangani, penyakit ini bersifat fatal namun lebih mudah untuk

diobati dari pada leukemia kronik. Selanjutnya, leukemia akut dikelompokkan menjadi acute

myelogenous leukemia dan acute lymphoblastic leukemia berdasarkan jenis sel blast yang

ditemukan.

Page 23: Patologi Klnik Fix
Page 24: Patologi Klnik Fix

- Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)

Leukemia Limfoblastik akut adalah penyakit keganasan klonal bone marrow dimana

prekursor awal limfoid berproliferasi dan menggantikan kedudukan sel-sel hemopoietik di

marrow. Hal ini akibat ekspresi gen abnormal, paling sering akibat translokasi kromosom.

Karena limfoblast menggantikan posisi komponen-komponen marrow normal, terjadi

peningkatan signifikan terhadap produksi sel-sel darah normal. Selain di marrow, sel-sel ini juga

berproliferasi di hati, limpa dan nodus limfe.

Pada pemeriksaan bone marrow, menurut FAB, harus ditemui setidaknya 30% sel limfoblast

atau ditemukannya 20% sel limfoblast di darah dan atau di bone marrow (WHO, 2002) untuk

menegakkan diagnosis ALL.

Sistem pengklasifikasian WHO, mengelompokkan subtipe L1 dan L2 ALL sebagai precursor B

lymphoblastic leukemia/lymphoblastic lymphoma atau precursor T lymphoblastic

leukemia/lymphoblastic lymphoma tergantung asal selnya. Subtipe L3 ALL dikelompokkan

kedalam grup mature B-cell neoplasms sebagai subtipe dari Burkitt lymphoma/leukemia.

Page 25: Patologi Klnik Fix

Tabel: klasifikasi leukemia limfoblastik akut ( ALL) menurut WHO 2008

Neoplasma precursor limfoid

Leukemia/ limfoma limfoblastik B

Leukemia/ limfoma limfoblastik B, NOS

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan kelainan genetik rekuren

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan t (9; 22) (q34;q11,2); BCR-ABL1

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan t (v; 11q23); tata-ulang MLL

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan t (12;21) (p13, q22); TEL-AML1 (ETV6-

RUNX1)

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan hiperploidi

Leukemia/ limfoma limfoblastik B dengan hipoploidi (ALL hipoploidi)

Leukemia/ limfoma limfoblastik T

NB:

- NOS, not otherwise specified ( tudak dinyatakan khusus).

Tabel: penanda imunologis untuk klasifikasi leukimia limfoblastik akut (ALL)

Penanda B- ALL T- ALL

- Turunan B

CD19

cCD22

cCD79a

CD10

clg

sIg

TdT

+

+

+

+ atau –

+ atau (pra- B)

_

+

_

_

_

_

_

_

+

Page 26: Patologi Klnik Fix

-Turunan T

CD7

cCD3

CD2

TdT

_

_

_

+

+

+

+

+

Keterangan:

c: sitoplasma

s: permukaan

*B- ALL menyerupai ALL prekursor-B secara imunologis tetapi memiliki

immunoglobulin (Ig) di permukaan dan negative untuk terminal deoxynucleotidyl

transferase (TdT - )

- Acute Myeloid Leukemia (AML)

leukemia myeloid akut adalah penyakit keganasan bone marrow dimana sel-sel

prekursor hemopoietik terperangkap di fase awal perkembangannya. Kebanyakan subtipe dari

AML dibedakan dari kelainan darah lainnya berdasarkan jumlah blast yang berada di bone

marrow, yaitu sebanyak lebih dari 20%. Anemia, neutropenia dan trombositopenia muncul

akibat kegagalan bone marrow mempertahankan fungsinya. Gejala anemia yang paling sering

adalah fatigue. Penurunan kadar neutrofil menyebabkan pasien rentan terkena infeksi.

Perdarahan gusi dan ekimosis merupakan manifestasi akibat trombositopenia. Limpa, hati, gusi

dan kulit adalah tempat-tempat yang sering disinggahi akibat infiltrasi sel-sel leukemik

Menurut FAB, AML adalah ketika terdapat lebih dari 30% sel blast di bone marrow.

Menurut klasifikasi terbaru WHO, AML sudah tegak jika terdapat lebih dari 20% sel blast di

bone marrow.

Page 27: Patologi Klnik Fix

.

Page 28: Patologi Klnik Fix

Tabel: klasifikasi AML berdasarkan WHO 2008

Leukemia myeloid akutdenganabnormalitas genetic berulang

LMA dengan t (8;21)(q22;q22) RUNX1-RUNX1T1

LMA dengan inv (16)(p13.1q22) atau t(16,6)(p13.1;q22);CBFB-MYH11

LMA dengan t(15;17)(q22;q12);PML-RARA

Keadaan sementara: LMA dengan mutasi NPM1

Keadaan sementara: LMA dengan mutasi CEBPA

Leukemia myeloid akut dengan perubahan terkait mielodisplasia

Neoplasma myeloid terkait terapi (t-AML)

Leukemia myeloid akut, tidak dinyatakan spesifik

LMA dengan diferensiasi minimal

LMA tanpa diferensiasi

LMA dengan maturasi

Leukemia mielomonositik akut

Leukemia monositik akut

Leukemia eritroid akut

Leukemia megakarioblastik akut

Leukemia basofilik akut

Panmielosis akut dengan mielofibrosis

Sarcoma myeloid

Proliferasi myeloid terkait sindrom down

Mielopoiesis abnormal sementara

Leukemia myeloid

Sitogenik terhadap klasifikasi secara umum kasus AML

Dua kelainan yang paling sering mempengaruhi gen pengikat factor inti yaitu CBFα dan

CBFβ. CBF merupakan faktor transkripsi heterodimer yang penting dalam mengatur gen seperti

IL-3 dan GM-SCF. T (8;21) merupakan penyebab gen CBFα ( diketahui sebagai AML 1)

mengalami translokasi menjadi gen ETO pada kromosom 8 dan inv(16) yang menyebabkan gen

CBFβ bergabung menjadi gen SMMHC ( MYH 11). Keduanya berkaitan dengan prognosis yang

relatif lebih baik.

Page 29: Patologi Klnik Fix

Leukimia Kronik

- Chronic Lmphocytic Leukemia ( CLL)

Leukemia Limfoblastik Kronik atau Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) adalah

kelainan monoklonal yang ditandai dengan akumulasi limfosit yang inkompeten secara

fungsional secara progresif Sel-sel B klonal yang merupakan sel asal kanker pada pasien CLL,

terperangkap di jalur diferensiasi sel B yaitu diantara pre sel-B dan sel-B matur. Secara

morfologis, sel-sel ini menyerupai bentuk limfosit matur di darah perifer.

Pada pasien CLL, pemeriksaan darah lengkap (CBC) menunjukkan limfositosis

absolut dengan lebih dari 5000 Sel-B/μl yang persisten selama lebih dari tiga bulan. Klonalitas

harus dipastikan dengan flow cytometry. Sitopenia yang disebabkan oleh keterlibatan sel klonal

di bone marrow juga dapat menegakkan diagnosis CLL tanpa memperhatikan jumlah sel-B

perifer.

Flow cytometry darah perifer merupakan pemeriksaan paling baik untuk memastikan

diagnosis CLL. Melalui pemeriksaan ini, tampak sel-B klonal yang mengekspresikan CD5,

CD19, CD20(dim), CD 23 dan hilangnya FMC-7 staining.

Tabel: Klasifikasi leukemia limfoid kronik

Sel B Sel T

Leukemia limfositik kronik (CLL) Leukemia limfositik granular besar

Leukemia prolimfositik Leukemia prolimfositiksel T ( T- PLL)

Hairy cell leukemia Leukemia /limfoma sel T dewasa

Leukemia sel plasma

Pada sitogenetik leukemia limfoid kronik, kelainan kromosom tersering adalah delesi

13q14, trisomy 12, delesi di 11q23, kelainan structural 17p yang melibatkan gen p53 dan

delesi 6q21.

Page 30: Patologi Klnik Fix

- Chronic Myeloid Leukemia (CML)

Leukemia myeloid kronik BCR-ABLI + (LMK) merupakan klonal sel punca

pluripotent. Penyakit ini menempati 15% leukemia dan dapat terjadi pada semua umur.

Diagnosis LMK tidak sulit dan dibantu dengan adanya kromosom Philadelphia yang khas.

Kromosom ini merupakan translokasi t (9; 22) (q34; q 11) antara kromosom 9 dan 22 sebagai

akibat dari onkogen ABL1 berpindah ke gen BCR pada kromosom 22. Kromosom 22 abnormal

merupakan kromosom Philadelphia.

Klasifikasi CML

1. Fase Kronis

Hampir 85% pasien dengan CML berada pada tahapan fase kronik pada saat mereka didiagnosa

dengan CML. Selama faseini, pasien selalu tidak mengeluhkan gejala atau hanya ada gejala

ringan seperti cepat lelah dan perut terasa penuh. Lamanya fase kronis bervariasi dan tergantung

seberapa dini penyakit tersebut telah didiagnosa dan terapi yang digunakan pada saat itu juga.

Tanpa adanya pengobatan yang adekuat, penyakit dapat berkembang menuju ke fas eakselerasi.

2. Fase Akselerasi

Pada fase akselerasi hitung leukosit menjadi sulit dikendalikan dan abnormalitas

sitogenik tambahan mungkin timbul. Kriteria diagnosa dimana fase kronik berubah menjadi

tahapan fase akselerasi bervariasi. Kriteria yang banyak digunakan adalah kriteria yang

digunakan di MD Anderson Cancer Center dan criteria dari WHO. Kriteria WHO untuk

mendiagnosa CML, yaitu :

10-19% myeloblasts di dalam darah atau pada sumsum tulang.

>20% basofil di dalam darah atau sumsum tulang.

Trombosit 100.000, tidak respon terhadap terapi.

Evolusi sitogenik dengan adanya abnormal gen yaitu kromosom philadelphia.

Splenomegali atau jumlah leukosit yang meningkat.

3. Fase Blast Crisis

Page 31: Patologi Klnik Fix

Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan gejalanya mirip seperti leukemia akut, dengan

progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu yang pendek. Krisis blast didiagnosa apabila

ada tanda-tanda sebagai berikut pada pasienCML :

>20% myeloblast satu lymphoblasts di dalam darah atau sumsum tulang.

Sekelompok besar dari sel blast pada biopsi sumsum tulang.

Perkembangan dari chloroma.

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: Patologi Klnik Fix

A.V. Hoffbrand, P. A. H. Moss. Kapita Selekta Hematologi. Ed. 6 Jakarta :

EGC,2013

Klasifikasi Leukimia WHO 2008