8
Pembaca yang terhormat, Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan ke 4 di tahun 2009, tentunya berbagai aktivitas yang sudah kita ren- canakan di tahun 2009 ada yang sudah terealisasi. Pada Edisi April ini, secara khusus, redaksi memuat bagian ke-I tulisan dari seorang praktisi di bidang manajemen dan pengendalian mutu, pengembangan produk dan pasar, Bapak Haeryip Sihombing. Edisi ini juga memuat artikel yang berisi tips-tips bagi Internal Auditor, pada rubrik serba-serbi diulas profil Father of Statistical Quality Control, Dr. Walter A. She- whart. Selamat membaca, semoga memberikan inspirasi bagi kita semua. Redaksi Sekapur Sirih Quality Management Center UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Newsletter EDISI 17 / V / APRIL / 2009 Penanggung Jawab : David Sakti Satyawan Pemimpin Redaksi : Rudi Redaksi : Sabaria Debora, Dessy Afandy, Pengkuh Ibnu S Quality Management Center UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530 Phone : (6221) 53696917, Fax : (6221) 5300244 [email protected] Sekapur Sirih 1 Headline Training Auditor Internal 2 Quality Management Article Simple Guidance for Internal Auditor 3 Quality Tools Article Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu adalah Quality Myopia 4-6 Serba Serbi Profile : Dr. Walter A. Shewhart (1891-1967) 7 Berita terkini ISO Guidance for ICT 8 Total Quality Management Glosarry 8 DAFTAR ISI “Legislative candidate think about peo- ple quantity, but people think about legislative candidate quality”

Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia(http://www.binus.ac.id/QMC/bulletins/Edisi%2017%20-%20April%202009.pdf)

Citation preview

Page 1: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

Pembaca yang terhormat,

Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan ke 4 di tahun

2009, tentunya berbagai aktivitas yang sudah kita ren-

canakan di tahun 2009 ada yang sudah terealisasi.

Pada Edisi April ini, secara khusus, redaksi memuat

bagian ke-I tulisan dari seorang praktisi di bidang

manajemen dan pengendalian mutu, pengembangan

produk dan pasar, Bapak Haeryip Sihombing.

Edisi ini juga memuat artikel yang berisi tips-tips bagi

Internal Auditor, pada rubrik serba-serbi diulas profil

Father of Statistical Quality Control, Dr. Walter A. She-

whart.

Selamat membaca, semoga memberikan inspirasi bagi

kita semua.

Redaksi

Sekapur Sirih

Quality Management Center UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Newsletter EDISI 17 / V / APRIL / 2009

Penanggung Jawab : David Sakti Satyawan

Pemimpin Redaksi : Rudi

Redaksi : Sabaria Debora, Dessy Afandy,

Pengkuh Ibnu S

Quality Management Center

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530

Phone : (6221) 53696917, Fax : (6221) 5300244

[email protected]

Sekapur Sirih 1

Headline

Training Auditor Internal

2

Quality Management Article

Simple Guidance for Internal Auditor

3

Quality Tools Article

Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu

adalah Quality Myopia

4-6

Serba Serbi

Profile : Dr. Walter A. Shewhart

(1891-1967)

7

Berita terkini

ISO Guidance for ICT

8

Total Quality Management

Glosarry

8

DAFTAR ISI

“Legislative candidate think about peo-

ple quantity, but people think about

legislative candidate quality”

Page 2: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

Headline H A L A M A N 2

Training Auditor Internal

Sebagaimana tahun – tahun sebelumnya,

pada tanggal 18 - 20 Februari 2009 yang lalu, QMC

kembali mengadakan Training Auditor Internal.

Training yang bertempat di ruang 822 itu diikuti se-

banyak 19 peserta yang berasal dari jurusan serta

unit – unit yang ada di UBINUS. Training bertujuan

untuk merekrut auditor – auditor baru yang nanti-

nya akan membantu pelaksanaan Audit Mutu Internal

di UBINUS.

Training berlangsung selama tiga hari dengan tiga topik berbeda namun saling mendukung satu sama

lain. Pada hari pertama, topik yang dibahas adalah mengenai 8 prinsip ISO 9001:2008, yaitu Customer Focus,

Leadership, Involvement of People, Process Approach, System Approach to Management, Continual Improvement,

Factual Approach to Decision Making, dan Muatually Beneficial Supplier Relationship, serta penjelasan singkat

panduan ISO dalam pendidikan yaitu IWA 2:2007 . Kedua topik tersebut dibawakan oleh Management

Representative UBINUS yakni Bapak David Sakti Satyawan.

Pada hari kedua, para peserta mendapatkan materi Malcolm Baldrige dari Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, Bapak Iman Herwidiana Kartowisastro. Para peserta mendapatkan penjelasan mengenai ketujuh

kriteria Malcolm Baldrige seperti leadership, strategic planning, student stakeholder and market focus,

measurement analysis and knowledge management, workforce focus, process management, dan result. Selain

ketujuh kriteria tersebut, para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk melihat video yang berisi sharing

dari para pemenang Malcolm Baldrige National Quality Award di Amerika Serikat.

Setelah mendapatkan berbagai materi seperti ISO 9001:2008, IWA 2:2007 dan Malcolm Baldrige,

maka di hari terakhir para peserta mendapatkan penjelasan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses

audit dan auditor dari System Controller, Ibu Cuk Tho. Para peserta mendapatkan informasi mengenai

tujuan diadakannya audit, daftar istilah yang digunakan pada saat audit, mekanisme audit, kompetensi dari

seorang auditor, persiapan sebelum melaksanakan audit, pelaksanaan dan penutupan audit, serta bagaimana

cara membuat laporan temuan.

Seusai dibekali dengan berbagai materi, para peserta mendapatkan kesempatan untuk melakukan

simulasi audit. Ada yang berperan sebagai auditor dan auditee. Setelah simulasi, tibalah saatnya untuk

menguji pengetahuan semua calon auditor. Sesi terakhir ditutup dengan ujian tertulis di mana apabila calon

auditor lulus, maka mereka akan resmi menjadi auditor internal. (DA/DB)

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

Page 3: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

H A L A M A N 3 Quality Management Article

Simple Guidance for Internal Auditor

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

Proses Audit Mutu Internal (AMI) di Universitas Bina

Nusantara (UBINUS) sudah berjalan selama 10 tahun dan

akan terus berlanjut. Proses AMI ini didukung oleh kary-

awan – karyawan UBINUS yang berperan sebagai auditor

internal. Syarat untuk menjadi seorang auditor internal

adalah sudah mengikuti Training Auditor Internal yang diada-

kan oleh QMC.

Sejak proses AMI pertama kali dilaksanakan sampai saat

ini, selalu muncul beragam masukan mengenai auditor inter-

nal baik yang positif ataupun negatif. Pada pelaksanaannya,

memang selalu ada pro dan kontra mengenai kinerja seorang

auditor. Setiap unit yang diaudit (auditee) memiliki pendapat

yang berbeda – beda mengenai auditor yang bertugas. Seo-

rang auditor baik di mata unit A, belum tentu baik di unit B.

Hal ini terus menerus terjadi sehingga muncul pertanyaan

menarik. Apa definisi auditor yang baik? Apakah semakin

banyak temuan, maka seorang auditor bisa dikategorikan

bagus? Apakah semakin teliti, juga bisa dikategorikan bagus?

Bagaimana cara menjadi seorang auditor yang baik?

Benarkah auditor yang baik itu sulit untuk ditemukan?

“Seorang auditor yang baik adalah auditor yang tidak

mencari – cari kesalahan dari auditee dan bisa memberikan

saran yang membangun”, demikian pendapat beberapa kary-

awan UBINUS ketika ditanyakan definisi auditor yang baik.

Ada juga yang mengatakan bahwa auditor yang baik adalah

auditor yang tidak membuat suasana tegang pada saat proses

audit berjalan.

Pendapat di atas benar adanya. Namun, hal tersebut di

atas belumlah cukup. Masih ada beberapa hal yang harus

diketahui untuk menjadi seorang auditor yang baik karena

pada intinya definisi dari auditor adalah seseorang yang

memiliki kompetensi untuk mengaudit. Hal – hal yang perlu

diketahui dan dijalankan oleh seorang auditor adalah sebagai

berikut:

1. Mengerti isi dan manfaat dari standard dan prinsip

manajemen mutu. Dengan menguasai dasar dari standard

dan prinsip manajemen mutu, auditor nantinya akan

terbantu pada saat menjalankan proses audit dan memahami

proses yang dijalankan suatu unit. Dan pada akhirnya,

auditor dapat memberikan saran yang membantu auditee

untuk melakukan continuous improvement.

2. Memahami istilah – istilah audit.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (good

communication skill). Kemampuan ini akan sangat bermanfaat

khususnya pada saat menginformasikan hasil temuan serta

saran untuk perbaikan kepada auditee. 4. Memegang teguh prinsip (ethical conduct, fair presenta-

tion, due professional care, independence, evidence based ap-

proach), etika dan aturan – aturan pada saat mengaudit.

Pada saat proses audit berjalan, auditor berada pada posisi

tertinggi. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk

bersikap ”semau gue”. Jangan sampai pada saat proses audit

berjalan, auditee merasa tegang, terintimidasi dan tidak

dihormati. Oleh karena itu, seorang auditor hendaknya

tahu bagaimana cara menempatkan diri pada saat

menjalankan tugasnya. 5. Memiliki persiapan yang matang sebelum mengaudit.

Antara lain dengan cara mencari tahu tentang profil unit

yang akan diaudit serta proses yang dijalankan.

6. Bersikap profesional pada saat proses audit.

Profesional di sini adalah dengan tidak melihat posisi

auditee sebagai teman maupun lawan. 7. Mampu membuat laporan temuan serta menentukan

kriteria dari temuan. Selain itu, auditor juga bisa

memberikan saran perbaikan pada saat menginformasikan

hasil temuan kepada auditee.

8. Teliti pada saat melakukan observasi, pemeriksaan fisik

dan prosedur yang berlaku serta data – data statistik yang

ada. Pemeriksaan dilakukan secara acak (random). Selain kedelapan hal di atas, pada umumnya seorang

auditor juga diharapkan dapat memotivasi diri sendiri,

memiliki komitmen yang kuat, bertanggungjawab, tenang,

tegas, tekun, memiliki pengetahuan yang luas dan bisa

bekerja dengan sesama auditor.

Berdasarkan ISO 19011, secara personal seorang

auditor harus beretika, berpikiran terbuka, memiliki

kemampuan diplomasi yang baik, perhatian, mudah

mengetahui sesuatu, pandai dalam berbagai hal, teguh pada

pendirian, tegas dan percaya diri.

Tidak ada temuan belum tentu menandakan tidak ada

ketidaksesuaian, karena kualitas seorang auditor tidak dapat

diukur dari banyak atau sedikitnya jumlah temuan

melainkan dari kinerjanya pada saat mengaudit.

Jadi bagi para auditor, apalagi yang anda tunggu?

”Improve yourself and be a good auditor!” (DB/DA)

Source:

- ISO 19011 :Guidelines for Quality and / or environmental

Management Systems Auditing - ISO 9000:200 series Auditor / Lead Auditor

- Auditing Tip of The Month: The “Must Knows” of Good Auditor

Page 4: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

H A L A M A N 4

Part I :

Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia

Quality Tools Article

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

PERSPEKTIF MUTU DALAM PERSAINGAN

Dalam era globalisasi dewasa ini, harapan- harapan dan tuntutan- tun-

tutan konsumen terhadap produk- produk dan layanan- layanan yang

bermutu lebih tinggi dengan biaya bersaing, pada kenyataannya adalah

mendorong semua industri untuk menghadapi tantangan- tantangan ter-

hadap penyediaan yang lebih cepat dan beragam seperti yang diharapkan

para konsumen. Ini karena persaingan global mendorong pasar menjadi

begitu dinamis dan benar-benar kritis, sehingga menjadikannya sebagai

pasar modern yang hanya memberikan sedikit celah peluang bagi calon-

calon atau pelaku-pelaku bisnis konvensional untuk bertahan dan mampu

unggul terhadap pesaing- pesaingnya.

Jika mutu dipandang dalam perspektif strategi, maka hal ini boleh jadi

adalah terkait dengan strategi perusahaan terhadap pengembangan

organisasi dan individu-individunya pada tugas- tugas produksi, pelayanan,

maupun pemasaran, serta pengembangan produk ataupun layanan sebagai

siasat- siasat bisnis untuk saling memperebutkan pasar melalui persaingan

yang begitu sengit untuk memuaskan para konsumen. Sekalipun,

seringkali kacamata pemahaman yang dipergunakan terhadap mutu,

apakah itu terhadap produk maupun layanan yang diberikan kepada

konsumen adalah kurang tepat dan sekenanya. Sama halnya seperti

kecacatan visual pada mata, di mana obyeknya tampak kabur dikarenakan

imejnya difokuskan di depan retina, sehingga menghasilkan

ketidakmampuan untuk melihat obyeknya secara jelas. (Di dalam hal ini,

saya katakan sebagai myopia mutu atau ‟quality myopia‟). Padahal,

keberadaan mutu adalah didasarkan kepada kepentingan, usaha, bisnis,

pengelolaan, dan keuntungan terhadap satu tujuan yang tidak pernah

berakhir. Seperti halnya dalam mantera ”Kepuasan Pelanggan”, yang

menjadi suatu paradigma dan jargon baru bagi pelaku- pelaku bisnis di

Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 90-an, setelah

sebelumnya ke-„candu‟-an dengan trend standar intenasional seperti ISO

9001, 14001, 2200, OSHA, dan sebagainya. Sementara di dalam

penggunaannya, mutu tidaklah ditempatkan menurut esesinya yang terus

bergerak dan dinamis, seperti dinamisnya arti kepuasan itu sendiri,

dengan ragam pelanggan yang semakin bermacam- macam..

Jika ditanya apa tepatnya arti mutu, coba anda tanyakan kepada praktisi-

praktisi TQM. Saya percaya anda kemudian akan yakin, bahwa kata itu

akan memicu satu debat yang tak berkesudahan, dan seringkali

bahkan boleh jadi sebagai debat yang dapat menyakitkan hat i.

Oleh : Haeryip Sihombing

Biodata Penulis : Haeryip Sihombing

UTeM, Malaysia

Haeryip Sihombing, adalah praktisi di

bidang manajemen dan pengendalian

mutu, pengembangan produk dan pasar.

Pengalaman bekerja di bidang mutu se-

bagai QA Enjiner hingga QA Koordina-

tor/Manajer adalah dimulai sejak tahun

1994 hingga 2001 di beberapa perusa-

haan multinasional, seperti AT&T, Si-

noca Electronic, Ironhill Microelec-

tronic, dan Chubb Lips.

Dari tahun 2001 hingga 2006, selain

bekerja sebagai Konsultan di bidang

pengembangan dan penerapan mutu di

PT. Suar Utama Produktifitas maupun

sebagai Business Development Manager di

PT. Dajenta Imbaru Gemilang (Global

Impact Pte,. Ltd.), juga aktif sebagai

tenaga pengajar paruh waktu di be-

berapa universitas swasta di Jakarta,

seperti: Ukrida, STIE Supra, dan Binus.

Semenjak tahun 2006 hingga kini, adalah

bekerja menjadi tenaga pengajar tamu

di Fakultas Kejuruteraan Pembuatan

(Manufacturing Engineering) Universiti

Teknikal Malaysia Melaka (UTeM).

Email:

[email protected]

[email protected]

Page 5: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

H A L A M A N 5 Quality Tools Article

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

Anda mungkin bisa-bisa dikatakan: salah dan tidak tepat. Walaupun dari jawaban yang diberikan, anda akan

bersitegang dengan menghadirkan bukti-bukti yang mendukungnya. Sehingga dari keadaan itu, boleh menjadikan

mengapa diri anda sering gamang ketika menjadi seorang pembelajar terhadap mutu. Apalagi, jika anda hanya

mempelajarinya sekedar sebagai teori di ruang-ruang kursus, pelatihan, dan bangku-bangku kelas sebagai peserta

ajar atau mahasiswa. Padahal, beberapa ‟guru-guru‟ mutu sendiripun, mendefinisikannya berbeda- beda.

Anda dapat membaca teori-teori dan kutipan-kutipan mereka, mengingat dan menyebutkan satu persatu.

Sebutlah menurut W. Shewhart dengan statistical proses control-nya, Edward W. Deming bapak mutu dengan

PDCA-nya, Joseph Juran dengan trilogi mutunya, Armand V. Feigenbaum dengan TQM-nya, Philip Crosby dengan

zero defect-nya, Ishikawa dengan total quality control-nya, atau Taguchi dengan quality desain-nya.

Namun, apakah anda menemukan satu definisi yang sama dari antara mereka? Boleh jadi juga, mungkin anda

akan semakin kehilangan pemaknaannya, jika mutu semata-mata hanya diletakkan sebagai sebuah definisi ketika

secara konsep, teori, teknik dan aplikasinya, mutu tersebut berkembang dan diterjemahkan melalui QFD, QCC,

5S, JIT, FMEA, Hoshin Kanri, CRM, SCM, ERP, Six Sigma, Balanced Scorecard, Knowledge Management, Lean,

Lean Sigma, dan lain sebagainya.

Namun demikian, dari kenyataan tersebut, juga bukan berarti bahwa mutu adalah sesuatu yang tidak pasti,

abstrak, dan sumir. Di dalam hal ini, Garvin (1998) coba merumuskan pendefinisiaan mutu terhadap beberapa

ide dan pendapat dari beberapa penganjur, penulis, dan praktisi mutu menurut konteks, kriteria, dan

kategorinya dalam pemahaman, seperti: transcendent, berdasarkan produk (product-based), berdasarkan pengguna

(user-based), berdasarkan pembuatan atau manufaktur produk (manufacturing-based), dan berdasarkan nilai (value

-based).

MUTU TERHADAP KEPUASAN

Kita semua memiliki keinginan-keinginan, persyaratan-persyaratan, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, dan

hasrat-hasrat tuntutan. Kebutuhan-kebutuhan adalah esensi bagi kehidupan untuk menjaga standar-standar

tertentu, atau esensi untuk produk-produk dan layanan-layanan untuk memenuhi tujuan dan maksud yang

diminta dan diharapkan. Sementara persyaratan-persyaratan yang diminta dari hal yang lain, mungkin

mengarahkan kebutuhan-kebutuhan kita. Namun, seringkali kita benar-benar tidak menyadari sepenuhnya

terhadap apa yang kita butuhkan, sampai kita tiba kepada keadaan untuk membuatnya menjadi suatu permintaan

(Sihombing, 2007). Sebagai contoh, HP (Hand Phone). Dahulu, untuk memudahkan orang- orang berkomunikasi

maka telepon diciptakan. Namun demikian, ketika orang-orang menjadi aktif bergerak dan mobile, maka orang-

orang menginginkan alat komunikasi suara bergerak - tanpa kabel - untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika

kebutuhan tersebut tiba, seterusnya permintaan akan layanan dan fitur- fiturnya menjadi semakin beragam

sebagai persyaratan baru untuk dipenuhi penyedia.

Anda sekarang, tentunya tidak akan membeli HP yang tidak ada fasilitas untuk mengirimkan pesan teksnya

(SMS), bukan? Padahal, fasilitas tersebut baru tiba untuk menjadi suatu persyaratan bagi anda untuk dipenuhi

setelah produsen membuat fasilitas itu melalui desain handset HP yang diproduksinya. Andalah yang membuat

fitur tersebut menjadi persyaratan dasar bagi perangkat HP umumnya, disamping fitur- fitur lainnya yang menjadi

Page 6: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

H A L A M A N 6 Quality Tools Article

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

persyaratan dasar bagi anda sebagai konsumen. Di sini, seiring dengan semakin terpenuhinya kebutuhan anda

sebagai konsumen, persyaratan- persyaratan konsumen menjadi semakin banyak dan beragam. Ini juga

mungkin berlaku dengan apa yang kita inginkan, sekalipun tidak praktis. Contohnya, kita membutuhkan satu

komputer yang berkemampuan pantas untuk memudahkan kita dalam keperluan penulisan dan perhitungan-

perhitungan pekerjaan administratif kantor.

Jika anda sebagai pelaku dan penerap mutu di dalam organisasi yang mengaplikasikan sistem manajemen

mutu (quality management system) yang semata-mata berpijak pada pendirian dari definisi ISO 9001, mungkin

secara sederhana anda akan menggarisbawahinya antara persyaratan dan kepuasan komitmen dan perbaikan-

peningkatan berkesinambungan sebagai hasil dari rangkaian siklus manajemen organisasi dari bagaimana

mutu merupakan satu siklus internal organisasi, di antara dua bagan yang terpisah terhadap persyaratan

pelanggan dan kepuasaan pelanggan (lihat Gambar 1).

Namun demikian, apakah itu

kemudian dikatakan bahwa anda dan

organisasi anda bermutu, jika antara

persyaratan-persyaratan konsumen

anda telah terpenuhi sehingga

konsumen anda merasa puas?

Anda mungkin akan menjawabnya,

”Ya.” Namun, pertanyaannya

kemudian adalah, betulkah jawabannya

semudah itu?

Besterfield (2004) mengatakan,

bahwa manakala bentuk mutu

dipergunakan, kita seringkali berpikir dalam pengertian terhadap produk atau layanan unggul yang memenuhi

atau melebihi keinginan dan harapan kita. Dalam hal ini, landasan teorinya adalah sebagai berikut:

Artinya, jika Q adalah sama atau lebih daripada 1, maka konsumen memiliki satu perasaan yang baik (good

feeling) terhadap produk-produk dan layanan-layanan. Hal ini disebabkan, bahwa organisasi menghasilkan

produk dan layanannya dengan kinerja individu/organisasi yang sama terhadap apa yang konsumen ingin dan

butuhkan melalui persyaratan-persyaratan mereka. Namun demikian, di sini teori tersebut tidak menyatakan

bagaimana besaran dan ukuran dari ‟good feeling‟ tadi ditetapkan dan diterjemahkan sebagai kepuasaan dalam

kerangka bisnis dan persaingan suatu organisasi untuk tetap unggul, sehingga suatu organisasi dan individu-

individu didalamnya dapat dikatakan bermutu.

Q = P/E Di mana,

Q = Mutu (Quality)

P = Kinerja (Performance)

E = Harapan dan keinginan- keinginan (Expectations)

Page 7: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

H A L A M A N 7 Serba Serbi

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009

Walter Andrew Shewhart yang dikenal sebagai Bapak Statistical Quality

Control adalah seorang fisikawan, insinyur, ahli statistik. Lahir di Ilinois,

USA. Beliau adalah lulusan University of Illinois dan memperoleh gelar

doctor dalam bidang fisika pada University of California tahun 1917.

Pada tahun 1918 bergabung dengan Inspection Engineering Department

Western Electric-Hawthorne Works, dimana pada waktu itu, mutu pro-

duksi sangat terbatas dalam hal inspeksi produk akhir dan mengurangi

defects. Pada tahun 1924, Shewhart memperkenalkan control chart untuk

mengidentifikasi assignable-cause (special-cause variation) and chance-

cause (common-cause variation).

Shewhart berpendapat bahwa data dari proses fisik tidak pernah menghasilkan kurva distribusi

normal, sehingga beliau menyimpulkan, ketika suatu proses menunjukkan adanya variasi, ada be-

berapa proses yang menunjukkan variasi terkontrol (secara alami terjadi selama proses) dan

proses yang lainnya menunjukkan variasi tidak terkontrol (yang tidak muncul dalam proses

sepanjang waktu).

Shewhart kemudian mengembangkan pemikiriannya dengan bekerja pada Bell Telephone Labora-

tories dari tahun 1925-1956 dan menerbitkan serangkaian tulisannya dalam Bell System Technical

Journal. Pada tahun 1931 hasil pemikirannya tertuang dalam bukunya yang berjudul Economic

Control of Quality of Manufactured Product. Pada tahun 1939, buku keduanya yang berjudul Statistical Method from the Viewpoint of Quality

Control diterbitkan yang menekankan pada apa yang bisa ilmu statistik

pelajari dari quality control yang ada di industri. Pada tahun 1933, control

chart diadopsi oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)

dan digunakan untuk memperbaiki produksi selama Perang Dunia II pada

American War Standards Z1.1-1941, Z1.2-1941 and Z1.3-1942.

Salah satu konsepnya Plan-Do-Study-Act, kemudian dikembangkan oleh

Deming yang sekarang kita kenal dengan Plan-

Do-Check-Action.

Source :

http://en.wikipedia.org/wiki/Walter_A._Shewhart

http://walter-a-shewart.blogspot.com/

DR. WALTER A. SHEWHART (1891–1967)

father of statistical quality control Profile

Page 8: Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009

Audit documentation (working papers) - records kept by the auditor of procedures applied, tests performed, information obtained, and pertinent conclusions reached in the engagement. The documenta-tion provides the principal support for the auditor's report.

Certification - the process of for-

mally acknowledging achievement

or compliance.

Best practice - refers to effective,

ideal or paradigmatic practice within

an organization that others would

benefit from adopting or adapting

Statistical control - a condition describing a process from which all special causes of variation have been removed and only common causes of variation remain. On a control chart, processes that are in statistical control show no sub-groups outside the control limits, no runs, and no nonrandom pat-terns. This condition is also re-ferred to as in control, stable, or

predictable.

Assessment - A systematic

evaluation process of collecting

and analyzing data to determine

the current, historical or pro-

jected compliance of an organiza-

tion to a standard.

Total Quality Management Glossary

ISO Guidance for ICT

Sebagai organisasi terdepan dalam pengembangan standar mutu dengan lebih dari

17800 portofolio di seluruh dunia, International Organization for Standardization

(ISO) kembali menerbitkan sebuah pedoman baru untuk membantu dalam mening-

katkan kegunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT: Information and Commu-

nication Technology) yakni standar kerja untuk web. Pedoman ini ditujukan untuk

anggota ISO yang berasal dari berbagai negara.

Penerbitan pedoman ini diilhami peralihan proses kerja di ISO dari “process

based on papers” menjadi sistem elektronik. Sistem ini meliputi operasional

website ISO, membantu dalam akses dan pertukaran informasi yang berkaitan

dengan ISO.

Pedoman ISO untuk ICT ini nantinya akan menyediakan informasi, prosedur, dan panduan untuk institusi

yang memerlukan.

Dalam pengantarnya, Alan Bryden, General Secretary ISO (tahun 2003 – 2008), mengatakan: Salah satu

peran utama dari Sekretariat ISO adalah membuat ketentuan pelayanan peralatan elektronik baru yang akan

membantu dalam memfasilitasi komunikasi antar semua pihak yang terkait dengan standarisasi internasional.

Sementara itu, Rob Steele, General Secretary ISO yang baru menjabat tanggal 1 Januari 2009 yang lalu,

mengemukakan pendapatnya. Publikasi dari standar – standar kerja pada web melambangkan kegiatan lebih

jauh pada sasaran strategis ISO yang lebih maju dan memperkuat standarisasi infrastruktur.

Standar – standar kerja web ini sudah diterbitkan dalam format A5, binder model ring, menggunakan bahasa

Inggris (ISBN 978-92-67-10493-5, dan setebal 98 halaman) dan Perancis (ISBN 978-92-67-20493-2, 104

halaman). Pedoman ini diberikan secara cuma – cuma. Para anggota cukup menghubungi departemen

pemasaran dan komunikasi atau men-download dari website ISO. (PIS)

Source : www.iso.org

Berita Terkini H A L A M A N 8

Improvement!!

Kirimkan

Saran dan Masukan

Anda di sini

F l

i

Bagi saudara/i yang ingin

memberikan artikel untuk

buletin ini dapat

mengirimkan artikel

melalui email :

( [email protected] )

QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009