4
 PAPILEDEMA Papiledema, per definisi, adalah kongesti diskus optikus akibat peningkatan tekanan intrakranial, yang paling sering disebabkan oleh tumor serebrum, abses, hematom subdural, malformasi arteriovensa, perdarahan sub-arakhnoid, hidrosefalus, meningitis dan ensefalitis. Pada praktik oftalmologi, papiledema sering disebabkan oleh hipertensi intrakranial idiopatik. Kelainan ini ditandai oleh peningkatan tekanan intrakranial; tidak ada kelainan neurologik atau neuroimaging, kecuali segala hal yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial, seperti kelumpuhan nervus kranialis keenam; komponen cairan serebrospinal normal. Ini merupakan diagnosis hasil eksklusi, dan sebab-sebab sindrom pseudotumor cerebri lainnya harus disingkirkan, misalnya oklusi sinus venosus cerebralis, terapi vitamin A retinoid! atau tetrasiklin, uremia, dan gagal nafas. Penyebab papiledema yang lebih jarang adalah tumor spinal, polineuropati idiopatik akut sindromm "uillain-#arre!, mukopolisakaridosis, dan kraniosinostosis; dengan berbagai faktor $ termasuk penurunan absorbsi cairan serebrospinal, abnormalitas laju cairan spinal, dan  berkurangnya volume kranium $ yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Agar papiledema dapat terjadi, ruang subarakhn oid di sekitar nervus optikus harus paten dan  berhubungan denan nervus optikus retrolaminar melalui kanalis optikus tulang ke ruang subarakhnoid intrakranial. %engan demikian, peningkatan tekanan intrakranial dapat disalurkan ke nervus optikus retrolaminar. %i sana, transpor aksonal lambat dan cepat dihambat, serta terjadi distensi akson $ paling jelas di polus superior dan inferior diskus optikus $ sebagai tanda a&al  papiledema. 'iperemia diskus dengan pelebaran kapiler-kapiler permukaan, pengaburan batas diskus peripapilar, dan hilangnya denyut spontan adalah tanda-tanda papiledema ringan. (uga timbul lipatan-lipatan retina peripapilar sirkumferensial garis Paton!. Pada papiledema akut $ kemungkinan terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat atau bermakna, terdapat  perdarahan dan bercak cotton-wool  di diskus optikus dan sekitarnya, yang menandai suatu dekompensasi vaskular dan aksonal disertai risiko kerusakan nervus optikus dan defek lapangan  pandang. )ungkin terdapat edema peripapilar yang dapat meluas ke makula!, eksudat retina dan lipatan-lipatan koroid.

Papi l Edema

Embed Size (px)

DESCRIPTION

papiledema

Citation preview

PAPILEDEMAPapiledema, per definisi, adalah kongesti diskus optikus akibat peningkatan tekanan intrakranial, yang paling sering disebabkan oleh tumor serebrum, abses, hematom subdural, malformasi arteriovensa, perdarahan sub-arakhnoid, hidrosefalus, meningitis dan ensefalitis.Pada praktik oftalmologi, papiledema sering disebabkan oleh hipertensi intrakranial idiopatik. Kelainan ini ditandai oleh peningkatan tekanan intrakranial; tidak ada kelainan neurologik atau neuroimaging, kecuali segala hal yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial, seperti kelumpuhan nervus kranialis keenam; komponen cairan serebrospinal normal. Ini merupakan diagnosis hasil eksklusi, dan sebab-sebab sindrom pseudotumor cerebri lainnya harus disingkirkan, misalnya oklusi sinus venosus cerebralis, terapi vitamin A (retinoid) atau tetrasiklin, uremia, dan gagal nafas.Penyebab papiledema yang lebih jarang adalah tumor spinal, polineuropati idiopatik akut (sindromm Guillain-Barre), mukopolisakaridosis, dan kraniosinostosis; dengan berbagai faktor termasuk penurunan absorbsi cairan serebrospinal, abnormalitas laju cairan spinal, dan berkurangnya volume kranium yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.Agar papiledema dapat terjadi, ruang subarakhnoid di sekitar nervus optikus harus paten dan berhubungan denan nervus optikus retrolaminar melalui kanalis optikus tulang ke ruang subarakhnoid intrakranial. Dengan demikian, peningkatan tekanan intrakranial dapat disalurkan ke nervus optikus retrolaminar. Di sana, transpor aksonal lambat dan cepat dihambat, serta terjadi distensi akson paling jelas di polus superior dan inferior diskus optikus sebagai tanda awal papiledema. Hiperemia diskus dengan pelebaran kapiler-kapiler permukaan, pengaburan batas diskus peripapilar, dan hilangnya denyut spontan adalah tanda-tanda papiledema ringan. Juga timbul lipatan-lipatan retina peripapilar sirkumferensial (garis Paton). Pada papiledema akut kemungkinan terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat atau bermakna, terdapat perdarahan dan bercak cotton-wool di diskus optikus dan sekitarnya, yang menandai suatu dekompensasi vaskular dan aksonal disertai risiko kerusakan nervus optikus dan defek lapangan pandang. Mungkin terdapat edema peripapilar (yang dapat meluas ke makula), eksudat retina dan lipatan-lipatan koroid.Pada papiledema kronik kemungkinan besar terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial moderat yang berkepanjangan, suatu proses kompensasi tampaknya membatasi perubahan diskus optikus sehingga, bila ada, bercak cotton-wool atau perdarahannya hanya sedikit. Dengan menetapnya, peningkatan tekanan intrakranial, secara perlahan-lahan, diskus yang meninggi dan hiperemis menjadi putih-kelabu sebagai akibat gliosis astrositik dan atrofi neuron dengan konstriksi sekunder pembuluh-pembuluh darah retina dan masuk pada stadium papiledema atrofik. Mungkin juga terdapat kolateral-kolateral retinokoroidal yang menghubungkan vena sentralis retina dan vena-vena koroid peripapilar; kolateral-kolateral ini timbul bila sirkulasi vena retina terhambat di daerah pralaminar nervus optikus. Papiledema vintage (lama) ditandai oleh endapan serupa drusen dalam caput nervi optici yang edema.Papiledema-dini dapat timbul dalam 24-48 jam dan memerlukan 1 minggu untuk berkembang sempurna. Pascaterapi, papiledema yang telah berkembang sempurna perlu waktu 6-8 minggu untuk mereda. Gangguan penglihatan sementara merupakan gejala khas papiledema. Papiledema akut dapat menurunkan ketajaman penglihatan dengan menimbulkan hiperopia dan terkadang disertai dengan infark nervus optikus. Namun, penglihatan sebagian besar penderita normal, terlepas dari adanya perluasan bintik buta. Papiledema kronik, khususnya yang atrofik atau vintage, disertai dengan pengecilan lapangan pandang secara bertahap, terutama bagian inferonasal. Penurunan mendadak tekanan intrakranial atau tekanan perfusi sistolik pada berbagai stadium papiledema dapat mencetuskan penurunan penglihatan yang berat.Papiledema sering kali asimetrik. Kelainan in bahkan bisa tampak pada satu mata saja; meskipun begitu, angiografi fluoresein pada kasus-kasus yang demikian biasanya menunjukkan kebocoran kedua diskus. Papiledema timbul pada glaukoma lanjut dan tidak akan pernah timbul bila terdapat atrofi optik atau bila selubung nervus optikus pada sisi tersebut tidak utuh. Sindrom Foster Kennedy adalah papiledema pada satu sisi disertasi atrofi optik akibat kompresi nervus optikus pada sisi yang lain, umumnya akibat meningioma di dasar tengkorak. Namun, sindrom ini dapat ditiru oleh neuropati optik iskemik yaitu sewaktu edema diskus akibat episode baru neuropati optik iskemik disertai dengan atrofi optik pada mata sebelahnya akibat episode sebelumnya.Papiledema dapat menyerupai endapan drusen caput nervi optici, diskus hiperopia yang kecil, dan serat saraf bermielin.Terapi papiledema harus diarahkan langsung pada penyebab yang mendasarnya. Hipertensi intrakranial idiopatik umumnya mengenai wanita muda dengan obesitas maka penurunan berat badan menjadi tujuan terapi yang penting. Morbiditas yang utama adalah hilangnya penglihatan akibat papiledema, tetapi nyeri kepala yang dialami juga dapat mengganggu. Acetazolamid oral biasanya 250 mg satu sampai empat kali sehari, tetapi bisa sampai 500 mg empat kali sehari atau diuretik, seperti furosemide biasanya efektif dalam mengurangi edema diskus optikus. Dapat dilakukan pembuatan pirau cairan serebrospinal atau fenestasi selubung nervus optikus bila terdapat penurunan penglihatan yang berat atau progresif, atau bila pendeita tidak tahan terhadap terapi media. Pungsi lumbal berulang jarang diindikasikan, kecuali sebagai tindakan sementara sebelum dilakukan terapi bedah. Nyeri kepala biasanya berespon terhadap pengendalian tekanan intrakrania, tetapi mungkin dibutuhkan terapi lainnya. Pasien dengan hipertensi intrakranial idiopatik harus menjalani pemeriksaan lapangan pandang secara teratur.KOMPRESI NERVUS OPTIKUSKompresi nervus optikus sering kali berespons terhadap terapi, dan pengenalan sejak dini adalah hal yang vital demi mencapai hasil yang optimal. Harus dipertimbangkan kemungkinan adaya kompresi nervus optikus pada pasien dengan tanda-tanda neuropati optik atau kehilangan penglihatan yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya lesi intraokular. Edema diskus optikus dapat terjadi pada kompresi nervus opticus intraorbita, tetapi pada banyak kasus, khususnya bila kompresi nervus optikus terjadi di intrakranial, diskus optikus tidak menunjukkan kelainan sampai timbul atrofi optik atau terdapat papiledema akibat peningkatan tekanan intraokular. Oleh karena itu, pemeriksaan tanda-tanda penyakit nervus opticus, terutama defek pupil aferen relatif, penting dalam pengkajian pasien dengan keluhan hilang penglihatan yang tidak dapat dijelaskan. Pemeriksaan kompresi nervus optikus yang mungkin terjadi memerlukan pencitraan dini dengan MRI atau CT. Jika tidak didapatkan lesi struktural dan dicurigai adanya penyakit meninges, mungkin perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal.Meningioma intrakranial yang bisa menimbulkan penekanan pada nervus optikus meliputi meningioma yang berasal dari alae ossis sphenoidalis, tuberculum sellae (meningioma supraselar), dan sulcus olfactorius. Meningioma alae ossis sphenoidalis juga menimbulkan proptosis, gangguan gerakan bola mata, dan kehilangan sensorik trigeminus. Eksisi biasanya efektif untuk mengurangi besar meningioma intrakranial, tetapi eksisi total sering sangat sulit dicapai dan angka kekambuhannya relatif tinggi. Radioterapi mungkin diindikasikan sebagai terapi primer atau adjuvan.Meningioma selubung nervus opticus primer adalah suatu tumor yang jarang dan biasanya muncul, sebagaimana meningioma jenis lain, pada wanita usia pertengahan. Lima persen kasusnya bersifat bilateral. Gambaran klinis yang klasik berupa edema diskus optikus dengan kolateral-kolateral retinokoroid, tetapi pada kebanyakan kasus tidak terdapat pembuluh kolateral. Terapi terpilihnya adalah radioterapi stereotaktik.