6
MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 7 No. 3 Tahun 2019 ISSN 2301-9115 236 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG SEMIMETRIK SUBORDINAT Muhammad Imam Sukro Aribowo Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] Manuharawati Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] Abstrak Ruang semimetrik (, ) disebut ruang semimetrik subordinat jika terdapat fungsi ฮถ: [0, โˆž] โ†’ [0, โˆž] dimana merupakan fungsi tak-turun dengan lim โ†’0 () = 0 dan terdapat ( ) barisan โˆ’Cauchy tak hingga pada dan โˆ’konvergen ke โˆˆ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku (,) โ‰ค ฮถ (lim sup ( , )). Titik โˆˆ disebut titik tetap pada fungsi : โ†’ jika dan hanya jika () = . Hasil penelitian menjelaskan mengenai konsep dari ruang semimetrik subordinat, sifat-sifatnya, serta teorema titik tetap pada ruang semimetrik subordinat lengkap. Kata Kunci: teorema titik tetap, โˆ’Cauchy, โˆ’konvergen, ruang semimetrik, ruang semimetrik subordinat. Abstract A semimetric space (, ) is said to be a subordinate semimetric space if exist function โˆถ [0, โˆž] โ†’ [0, โˆž] such that is a nondecreasing function with lim โ†’0 ฮถ(x) = 0 and exist ( ) is an โˆ’Cauchy sequence is infinite at and โˆ’convergence sequence to โˆˆ , for each โˆˆ such that (,) โ‰ค ฮถ (lim sup ( , )). The point โˆˆ is said to be a fixed point of function : โ†’ if and only if () = . This study explain the concept of subordinate semimetric spaces, properties, and a fixed point theorem in complete subordinate semimetric space. Keywords: fixed point theorem, โˆ’Cauchy, โˆ’convergence, semimetric space, subordinate semimetric space. 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang mendasari berbagai bidang ilmu. Matematika dikenal sebagai Mother Of Science dan terdiri dari berbagai topik seperti Aljabar, Statistika, Matematika Terapan, Komputasi, dan Analisis (Pramitasari, 2013). Pada tahun 1906, Mourice Frechet memperkenalkan ruang metrik (Kreyszig,1978). Perluasan analisis fungsional pada konsep ruang metrik sudah banyak dikembangkan, di antaranya pada tahun 1931, W.A Wilson memperkenalkan ruang kuasi metrik melalui artikelnya yang berjudul On quasi-metric spaces (W. A. Wilson, 1931). Pada tahun 1959, H. Nakano memperkenalkan metrik modular melalui artikelnya yang berjudul Modular Semi-Ordered Spaces (H. Nakano, 1959). Pada tahun 1993, S. Czerwik memperkenalkan konsep ruang b-metrik melalui artikelnya yang berjudul Contraction mapping in b-metric spaces (S. Czerwik, 1993). Salah satu topik yang juga dibahas dalam analisis adalah teorema titik tetap. Teorema titik tetap pertama kali diperkenalkan oleh ahli matematika Polandia Stefan Banach yang dikenal sebagai Banach Contraction Principle (BCP) pada tahun 1920 (Kreyzig,1978). Seiring perkembangan waktu, muncul ide-ide baru mengenai konsep ruang serta teorema titik tetap di dalamnya dari berbagai peneliti, diantaranya Mohamed Jleli dan Bessem Samet yang memperkenalkan konsep ruang metrik umum pada tahun 2015 (Jleli dan Samet, 2015) dan Jose Villa-Morales yang memperkenalkan konsep ruang semimetrik subordinat pada tahun 2018 (Josรฉ Villa-Morales 2018). Hasil dari penelitian Josรฉ Villa-Morales tahun 2018 akan dibahas lebih rinci dalam paper yang berjudul โ€œTeorema Titik Tetap pada Ruang Semimetrik Subordinatโ€. Dalam paper ini dibahas ketunggalan titik

Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 7 No. 3 Tahun 2019 ISSN 2301-9115

236

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG SEMIMETRIK SUBORDINAT

Muhammad Imam Sukro Aribowo

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

email: [email protected]

Manuharawati

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

email: [email protected]

Abstrak

Ruang semimetrik (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) disebut ruang semimetrik subordinat jika terdapat fungsi ฮถ: [0, โˆž] โ†’

[0, โˆž] dimana ํœ merupakan fungsi tak-turun dengan lim๐‘ฅโ†’0

ํœ(๐‘ฅ) = 0 dan terdapat (๐‘ฅ๐‘›) barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy

tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap ๐‘ฆ โˆˆ E berlaku ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค

ฮถ (lim

sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฆ)). Titik ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ disebut titik tetap pada fungsi ๐‘“: ๐ธ โ†’ ๐ธ jika dan hanya jika ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ.

Hasil penelitian menjelaskan mengenai konsep dari ruang semimetrik subordinat, sifat-sifatnya, serta

teorema titik tetap pada ruang semimetrik subordinat lengkap.

Kata Kunci: teorema titik tetap, ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy, ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen, ruang semimetrik, ruang semimetrik subordinat.

Abstract

A semimetric space (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) is said to be a subordinate semimetric space if exist function ํœ โˆถ

[0, โˆž] โ†’ [0, โˆž] such that ํœ is a nondecreasing function with lim๐‘ฅโ†’0

ฮถ(x) = 0 and exist (๐‘ฅ๐‘›) is an

๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy sequence is infinite at ๐ธ and ๐’Ÿ๐‘  โˆ’convergence sequence to ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ, for each ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ such that

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ฮถ (lim

sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฆ)). The point ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ is said to be a fixed point of function ๐‘“: ๐ธ โ†’ ๐ธ if and

only if ๐‘“ (๐‘ฅ) = ๐‘ฅ. This study explain the concept of subordinate semimetric spaces, properties, and a

fixed point theorem in complete subordinate semimetric space.

Keywords: fixed point theorem, ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy, ๐’Ÿ๐‘  โˆ’convergence, semimetric space, subordinate semimetric space.

1. PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu yang mendasari

berbagai bidang ilmu. Matematika dikenal sebagai

Mother Of Science dan terdiri dari berbagai topik seperti

Aljabar, Statistika, Matematika Terapan, Komputasi, dan

Analisis (Pramitasari, 2013). Pada tahun 1906, Mourice

Frechet memperkenalkan ruang metrik (Kreyszig,1978).

Perluasan analisis fungsional pada konsep ruang metrik

sudah banyak dikembangkan, di antaranya pada tahun

1931, W.A Wilson memperkenalkan ruang kuasi metrik

melalui artikelnya yang berjudul On quasi-metric spaces

(W. A. Wilson, 1931). Pada tahun 1959, H. Nakano

memperkenalkan metrik modular melalui artikelnya yang

berjudul Modular Semi-Ordered Spaces (H. Nakano,

1959). Pada tahun 1993, S. Czerwik memperkenalkan

konsep ruang b-metrik melalui artikelnya yang berjudul

Contraction mapping in b-metric spaces (S. Czerwik,

1993).

Salah satu topik yang juga dibahas dalam analisis

adalah teorema titik tetap. Teorema titik tetap pertama

kali diperkenalkan oleh ahli matematika Polandia Stefan

Banach yang dikenal sebagai Banach Contraction

Principle (BCP) pada tahun 1920 (Kreyzig,1978).

Seiring perkembangan waktu, muncul ide-ide baru

mengenai konsep ruang serta teorema titik tetap di

dalamnya dari berbagai peneliti, diantaranya Mohamed

Jleli dan Bessem Samet yang memperkenalkan konsep

ruang metrik umum pada tahun 2015 (Jleli dan Samet,

2015) dan Jose Villa-Morales yang memperkenalkan

konsep ruang semimetrik subordinat pada tahun 2018

(Josรฉ Villa-Morales 2018). Hasil dari penelitian Josรฉ Villa-Morales tahun 2018

akan dibahas lebih rinci dalam paper yang berjudul

โ€œTeorema Titik Tetap pada Ruang Semimetrik

Subordinatโ€. Dalam paper ini dibahas ketunggalan titik

Page 2: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG SEMIMETRIK SUBORDINAT

237

tetap Matkowski pada ruang semimetrik subordinat

lengkap dan ketunggalan titik tetap Kannan-Ciric untuk

fungsi q-kontraktif pada ruang semimetrik subordinat

lengkap. Untuk itu, sebelum menganalisis ketunggalan

titik tetapnya diperlukan pemahaman mengenai

kekonvergenan suatu barisan, barisan Cauchy, dan

kelengkapan pada ruang semimetrik subordinat.

2. KAJIAN TEORI

Definisi 2.1 Diberikan ๐ด โŠ‚ โ„, fungsi ๐‘“: ๐ด โ†’ โ„ dikatakan

tak-turun jika untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ด, ๐‘ฅ < ๐‘ฆ berlaku

๐‘“(๐‘ฅ) โ‰ค ๐‘“(๐‘ฆ). (Parzynsky, 1982)

Definisi 2.2 Diberikan ๐‘€ himpunan tak kosong. Fungsi

๐‘‘: ๐‘€ ร— ๐‘€ โ†’ โ„ disebut metrik jika untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง โˆˆ

๐‘€ berlaku:

(๐‘€1) ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ฅ 0 dan ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 0 โŸบ ๐‘ฅ = ๐‘ฆ

(๐‘€2) ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = ๐‘‘(๐‘ฆ, ๐‘ฅ)

(๐‘€3) ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ง) + ๐‘‘(๐‘ง, ๐‘ฆ)

Pasangan (๐‘‹, ๐‘‘) disebut ruang metrik.

(Ghozali, 2010)

Definisi 2.3 Barisan pada ruang metrik (๐‘€, ๐‘‘) adalah

fungsi yang didefinisikan pada โ„• = {1, 2, 3, โ€ฆ } dan ๐‘€

sebagai kodomainnya. Barisan dinotasikan dengan (๐‘ฅ๐‘›).

(Bartle & Sherbert, 2000)

Jika ๐‘‹: โ„• โ†’ โ„ suatu barisan maka nilai titik ๐‘› oleh ๐‘‹

dinyatakan dengan ๐‘‹(๐‘›) atau ๐‘ฅ๐‘› yang disebut unsur ke-๐‘›

dari barisan ๐‘‹. Selanjutnya barisan tersebut biasa ditulis

sebagai

๐‘‹ = (๐‘ฅ๐‘›) atau (๐‘ฅ๐‘›) atau (๐‘ฅ๐‘›: ๐‘› โˆˆ โ„•).

Adapun range dari ๐‘‹ adalah {๐‘ฅ๐‘›: ๐‘› โˆˆ โ„•}.

Definisi 2.4 Diberikan barisan bilangan real ๐‘‹ = (๐‘ฅ๐‘›)

pada ruang metrik (๐‘€, ๐‘‘) dan bilangan asli

๐‘Ÿ1, ๐‘Ÿ2, ๐‘Ÿ3, โ€ฆ , ๐‘Ÿ๐‘› , โ€ฆ dengan ๐‘Ÿ1 < ๐‘Ÿ2 < ๐‘Ÿ3 < โ‹ฏ < ๐‘Ÿ๐‘› < โ‹ฏ .

Barisan bilangan real ๐‘‹โ€ฒ = (๐‘ฅ๐‘Ÿ1, ๐‘ฅ๐‘Ÿ2

, ๐‘ฅ๐‘Ÿ3, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘Ÿ๐‘›

, โ€ฆ )

disebut subbarisan dari ๐‘‹ jika ๐‘ฅ๐‘Ÿ๐‘– merupakan unsur barisan

๐‘‹.

(Manuharawati, 2003)

Definisi 2.5 Diketahui barisan bilangan real ๐‘‹ = (๐‘ฅ๐‘›) dan

๐‘š โˆˆ โ„•. Ekor ke-๐‘š dari barisan ๐‘‹ dinotasikan dengan ๐‘‹๐‘š

didefinisikan sebagai

๐‘‹๐‘š = (๐‘ฅ๐‘š+๐‘›) = (๐‘ฅ๐‘š+1 , ๐‘ฅ๐‘š+2, ๐‘ฅ๐‘š+3, โ€ฆ ). (Manuharawati, 2003)

Definisi 2.6 Diketahui ๐‘€ โŠ‚ โ„ dengan ๐‘€ tak kosong.

Barisan (๐‘ฅ๐‘›) pada ๐‘€ dikatakan hingga jika terdapat

ekor barisan ke-๐‘˜ sedemikian hingga untuk setiap

๐‘›, ๐‘š โˆˆ โ„• , ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐‘˜ + 1 berlaku ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ฅ๐‘š . Barisan (๐‘ฅ๐‘›)

pada ๐‘€ dikatakan tak hingga jika terdapat ekor barisan

ke-๐‘™ sedemikian hingga untuk setiap ๐‘›, ๐‘š โˆˆ โ„•, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘™ +

1, ๐‘š โ‰ฅ ๐‘™ + 1, ๐‘› โ‰  ๐‘š berlaku ๐‘ฅ๐‘› โ‰  ๐‘ฅ๐‘š.

(Hierroa dan Shahzad, 2016)

Definisi 2.7 Diketahui ๐ด โŠ‚ โ„. ๐‘ข โˆˆ โ„ disebut batas atas ๐ด

jika untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘Ž โ‰ค ๐‘ข.

(Manuharawati, 2003)

Definisi 2.8 Diketahui ๐ด โŠ‚ โ„. ๐‘ก โˆˆ โ„ disebut batas bawah

๐ด jika untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘ก โ‰ค ๐‘Ž. (Manuharawati, 2003)

Definisi 2.9 Diketahui ๐ด โŠ‚ โ„. ๐›ผ ๐œ– โ„ disebut batas atas

terkecil (supremum) ๐ด dan dinotasikan dengan ๐›ผ =

sup ๐ด jika memenuhi:

(๐ด1) untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘Ž โ‰ค ๐›ผ

(๐ด2) jika ๐‘ข sebarang batas atas ๐ด maka ๐›ผ โ‰ค ๐‘ข. (Manuharawati, 2003)

Definisi 2.10 Diketahui ๐ด โŠ‚ โ„. ๐›ฝ ๐œ– โ„ disebut batas

bawah terbesar (infimum) ๐ด dan dinotasikan dengan ๐›ฝ =

inf ๐ด jika memenuhi:

(๐ต1) untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘Ž โ‰ค ๐›ฝ

(๐ต2) jika ๐‘ก sebarang batas bawah ๐ด maka ๐‘ก โ‰ค ๐›ฝ. (Manuharawati, 2003)

Definisi 2.11 Diketahui barisan ๐‘‹ = (๐‘ฅ๐‘›) dan ๐‘‹๐‘š

adalah subbarisan ๐‘‹ . Limit supremum dari barisan ๐‘‹

dinotasikan lim sup ๐‘‹ didefinisikan sebagai

lim sup (๐‘ฅ๐‘›) = inf {sup ๐‘‹๐‘š: ๐‘š

โˆˆ {๐‘›, ๐‘› + 1, ๐‘› + 2, โ€ฆ }: ๐‘› โˆˆ โ„•}

= โ‹‚ ( โ‹ƒ ๐‘‹๐‘š

โˆž

๐‘š=๐‘›

)

โˆž

๐‘›=1

(Hazewinkel, 2001).

Definisi 2.12 Diberikan fungsi ๐‘“: ๐‘€ โ†’ ๐‘€ , titik ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘€

disebut titik tetap ๐‘“ jika ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ.

(Shapiro, 2016)

3. PEMBAHASAN Definisi 3.1 Diberikan ๐ธ himpunan tak kosong. Fungsi

๐’Ÿ๐‘  โˆถ ๐ธ ร— E โ†’ [0, โˆž] disebut semimetrik jika untuk

setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ memenuhi syarat:

(๐‘†1) jika ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 0 maka ๐‘ฅ = ๐‘ฆ

(๐‘†2) ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฆ, ๐‘ฅ)

Jika fungsi ๐’Ÿ๐‘  adalah semimetrik, maka pasangan

(๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) disebut ruang semimetrik.

(Josรฉ Villa-Morales 2018).

Page 3: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

Volume 7 No. 3 Tahun 2019, Hal 236-241

238

Definisi 3.2 Diketahui (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik. Barisan

(๐‘ฅ๐‘›) pada E disebut ๐’Ÿ๐‘  โˆ’ konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ jika

lim

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ) = 0.

(J. Villa-Morales, 2018)

Definisi 3.3 Diketahui (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik. Barisan

(๐‘ฅ๐‘›) pada ๐ธ disebut ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy jika

lim

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) = 0.

(J. Villa-Morales, 2018)

Definisi 3.4 Ruang semimetrik. (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) dikatakan

lengkap jika setiap barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy pada ๐ธ adalah

๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen.

(J. Villa-Morales, 2018)

Definisi 3.5 Ruang semimetrik (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) disebut ruang

semimetrik subordinat jika terdapat fungsi ํœ โˆถ [0, โˆž] โ†’

[0, โˆž] yang memenuhi syarat berikut.

(๐‘‡1) ฮถ adalah fungsi tak-turun dengan lim ๐‘ฅโ†’0

ฮถ(๐‘ฅ) = 0

(๐‘‡2) terdapat barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy tak hingga (๐‘ฅ๐‘›)

pada ๐ธ dan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’ konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ

sedemikian hingga untuk setiap ๐‘ฆ โˆˆ E berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ฮถ (lim

sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฆ)).

(J. Villa-Morales, 2018)

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa ruang

semimetrik (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) adalah subordinat relatif untuk fungsi

ํœ.

Definisi 3.6 Ruang semimetrik subordinat (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ )

dikatakan lengkap jika setiap barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy pada

๐ธ adalah ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen.

(J. Villa-Morales, 2018)

Sebelum membahas teorema titik tetap pada ruang

semimetrik subordinat, terlebih dahulu akan

didefinisikan suatu fungsi ๐‘ž-kontraktif sebagai berikut.

Definisi 3.7 Diberikan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik

subordinat dan ๐‘ž โˆˆ โ„, fungsi ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’ E dikatakan ๐‘ž -

kontraktif jika untuk setiap (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆˆ ๐ธ ร— E berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ), ๐‘“(๐‘ฆ)) โ‰ค ๐‘ž max {๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘“(๐‘ฅ)), ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฆ, ๐‘“(๐‘ฆ))},

untuk suatu ๐‘ž โˆˆ (0, 1). (J. Villa-Morales, 2018)

Diberikan ๐ธhimpunan tak kosong dan fungsi ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’

E . Untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ , didefinisikan ๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ) rekursif

dengan ๐‘“[0](๐‘ฅ) = ๐‘ฅ dan ๐‘“[๐‘›+1](๐‘ฅ) = ๐‘“(๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ) ) . Dari

kasus ini, diperoleh sebuah teorema titik tetap Kannan-

Ciric berikut.

Teorema 3.1 Diberikan fungsi ๐‘ž -kontraktif ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’ E

pada ruang semimetrik lengkap (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ).

i. Jika ada ๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ sedemikian hingga

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0), ๐‘“[๐‘›+1](๐‘ฅ0)) < โˆž,

maka (๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0)) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke suatu ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ.

ii. Misalkan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik subordinat dan

ํœ(๐‘ก) < ๐‘ก

๐‘ž, untuk semua 0 < ๐‘ก < โˆž.

Jika ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ,ฬ‚ ๐‘“(๐‘ฅ)) < โˆž, maka ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap tunggal

๐‘“.

Bukti.

i). Bentuk barisan (๐‘ฅ๐‘›) melalui rumus rekursif. Ambil

๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ, ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1) = ๐‘“๐‘›(๐‘ฅ0), dengan ๐‘“๐‘› adalah fungsi

komposit sebanyak n kali. Karena fungsi ๐‘“ adalah ๐‘ž -

kontraktif, maka diperoleh:

lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1)

= lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1), ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›))

โ‰ค lim sup ๐‘ž max {๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1)), ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›))}

= ๐‘ž lim sup max {๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1)), ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1)}

โ‰ค ๐‘ž lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ๐‘›+1).

Karena 0 โ‰ค lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) โ‰ค๐‘ž lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) dengan ๐‘ž โˆˆ (0,1) dan diketahui

bahwa

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) < โˆž, maka akan dibuktikan bahwa

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) = 0.

Andaikan

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) โ‰  0, berarti

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) > 0. Karena ๐‘ž โˆˆ (0,1), maka jelas bahwa

๐‘ž lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) < lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1). Kontradiksi dengan yang diketahui (pengandaian salah).

Harusnya

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) = 0. Karena lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) = 0, maka berdasarkan

definisi limit supremum diperoleh ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) โ‰ค 0. Karena

0 โ‰ค ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) โ‰ค 0, maka diperoleh

๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) = 0. Jika diberikan ํœ€ > 0 , maka terdapat ๐‘˜ โˆˆ โ„• sedemikian

hingga

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘›+1) < ๐‘ž,

untuk semua ๐‘› โˆˆ โ„•, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘˜. Misal diberikan ๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘˜ + 1, maka berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) = ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1), ๐‘“(๐‘ฅ๐‘šโˆ’1))

โ‰ค ๐‘ž max {๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1)), ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘šโˆ’1, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘šโˆ’1))}

= ๐‘ž max {๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘ฅ๐‘›), ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘šโˆ’1, ๐‘ฅ๐‘š)}

< ๐‘ž (๐‘ž

) = ํœ€.

Diperoleh ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ๐‘š) < ํœ€. Berdasarkan Definisi 3.3,

maka (๐‘ฅ๐‘›) adalah barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’ Cauchy. Karena (๐‘ฅ๐‘›)

barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’ Cauchy pada ruang semimetrik lengkap,

maka berdasarkan Definisi 3.5, (๐‘ฅ๐‘›) merupakan barisan

๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke suatu ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ.

ii). Akan dibuktikan bahwa ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap untuk ๐‘“.

Jika barisan (๐‘ฅ๐‘›) hingga atau konstan, maka ada ๐‘›0 โˆˆ โ„•

sedemikian hingga ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ฅ๐‘›0= ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, untuk semua ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0

dan berlaku

๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›0) = ๐‘ฅ๐‘›0+1 = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ.

Page 4: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG SEMIMETRIK SUBORDINAT

239

Di sisi lain, jika barisan (๐‘ฅ๐‘› ) tak hingga maka berdasarkan

Definisi 2.6, terdapat subbarisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy tak hingga

(๐‘ฅ๐‘›๐‘—) pada (๐‘ฅ๐‘›) sedemikian hingga (๐‘ฅ๐‘›๐‘—

) merupakan

barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ, atau dinotasikan

lim ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = 0.

Andaikan ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) > 0. Karena 0 < ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) < โˆž,

maka berdasarkan teorema pada sistem bilangan real,

diperoleh 1

2๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) > 0. Berdasarkan teorema pada

sistem bilangan real, maka untuk 1

2๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) > 0

terdapat ๐‘›0 โˆˆ โ„• sedemikian hingga

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค1

2๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)),

untuk semua ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐‘›0.

Selanjutnya, berdasarkan Definisi 3.4 (๐‘‡2), berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค ฮถ (lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))

= ฮถ (lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘“(๐‘ฅ๐‘›๐‘—โˆ’1), ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))

โ‰ค ฮถ (๐‘ž lim sup max {๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—โˆ’1, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›๐‘—โˆ’1)) , ๐’Ÿ๐‘  (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))})

= ฮถ (๐‘ž lim sup max {๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—โˆ’1, ๐‘ฅ๐‘›๐‘—) , ๐’Ÿ๐‘  (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))})

โ‰ค ฮถ (๐‘ž max {1

2๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)), ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))})

โ‰ค ฮถ (๐‘ž ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))).

Dari perhitungan diatas, diperoleh

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค ฮถ (๐‘ž ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))).

Jika kedua ruas dikalikan dengan ๐‘ž, maka diperoleh

๐‘ž ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค ๐‘ž (ฮถ (๐‘ž ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))). (3)

Jika ๐‘ก โˆถ= ๐‘ž ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)), maka (3) menjadi ๐‘ก โ‰ค ๐‘ž ฮถ(t).

Karena ๐‘ก โ‰ค ๐‘ž ฮถ(t), maka ๐‘ก yang memenuhi adalah ๐‘ก = 0

atau ๐‘ก = โˆž yang berakibat

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) = 0 atau ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) = โˆž.

Hal ini tidaklah mungkin, karena 0 < ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) < โˆž.

Jadi, pengandaian salah. Harusnya ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) = 0 atau

๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ. Artinya ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ merupakan titik tetap dari fungsi ๐‘“.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah tunggal.

Jika ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap lainnya, maka

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ), ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))

โ‰ค ๐‘ž max {๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)), ๐’Ÿ๐‘  (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))} = 0.

Karena ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = 0, berdasarkan Definisi 3.1 (๐‘†1) maka

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๐‘ฆ.ฬ‚ โˆŽ

Selanjutnya, dipaparkan teorema titik tetap

Matkowski dalam ruang semimetrik subordinat lengkap

sebagai berikut.

Teorema 3.2 Diberikan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik

subordinat lengkap dan fungsi ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’ ๐ธ. Misalkan

terdapat fungsi tak-turun ๐œ‘: [0, โˆž] โ†’ [0, โˆž] sedemikian

hingga lim ๐œ‘[๐‘›](๐‘ก) = 0 untuk semua ๐‘ก โˆˆ [0, โˆž) dan

๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ), ๐‘“(๐‘ฆ)) โ‰ค ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ)) untuk semua ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ.

Jika ada ๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ,

๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘  , ๐‘“, ๐‘ฅ0) โˆถ= sup {๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ0, ๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0)) : ๐‘› โˆˆ โ„•} < โˆž

sedemikian hingga (๐‘“๐‘›(๐‘ฅ0)) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke suatu ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ

๐ธ, maka ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap tunggal ๐‘“.

Bukti.

Ambil ๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ, ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘“๐‘›(๐‘ฅ0) = ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1). Misal m < ๐‘›.

Karena diketahui bahwa ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ), ๐‘“(๐‘ฆ)) < ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ))

dan ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1), maka diperoleh

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘ฅ๐‘šโˆ’1))

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค ๐œ‘[2](๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’2, ๐‘ฅ๐‘šโˆ’2))

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค ๐œ‘[3](๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ ๐‘›โˆ’3, ๐‘ฅ๐‘šโˆ’3))

dan seterusnya sampai iterasi ke ๐‘š sedemikian hingga

diperoleh

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) < ๐œ‘[๐‘š](๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’๐‘š, ๐‘ฅ0)). Karena

๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘  , ๐‘“, ๐‘ฅ0) โˆถ= sup {๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ0, ๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0)) : ๐‘› โˆˆ โ„•} < โˆž,

maka berlaku

0 โ‰ค ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ๐‘š) < ๐œ‘[๐‘š](๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘ , ๐‘“, ๐‘ฅ0)) < โˆž.

Jika disetiap ruas diatas nilai ๐‘š, ๐‘› โ†’ โˆž, maka diperoleh

0 โ‰ค lim ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) < lim ๐œ‘[๐‘š](๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘ , ๐‘“, ๐‘ฅ0)) < โˆž. (4)

Karena diketahui bahwa

lim ๐œ‘[๐‘›](๐‘ก) = 0, untuk setiap ๐‘ก โˆˆ [0, โˆž), maka

lim ๐œ‘[๐‘š](๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘ , ๐‘“, ๐‘ฅ0)) = 0

sedemikian hingga (4) menjadi

0 โ‰ค lim ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค 0. Dengan demikian, lim ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) = 0, artinya (๐‘ฅ๐‘›)

adalah barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy.

Karena (๐‘ฅ๐‘›) barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy pada ruang semimetrik

lengkap, maka berdasarkan Definisi 3.3, ada ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ

sedemikian hingga (๐‘ฅ๐‘›) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap

untuk ๐‘“. Andaikan ada ๐‘š0, ๐‘›0 โˆˆ โ„•, ๐‘š0 < ๐‘›0, sedemikian hingga

๐‘ฅ๐‘š0= ๐‘ฅ๐‘›0

dan ๐‘ฅ๐‘š0= ๐‘“[๐‘›0โˆ’๐‘š0](๐‘ฅ๐‘š0

).

Dari pengandaian diatas, maka diperoleh

๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

))

= ๐’Ÿ๐‘  (๐‘“[๐‘›0โˆ’๐‘š0](๐‘ฅ๐‘š0), ๐‘“[๐‘›0โˆ’๐‘š0] (๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

))) (5)

Karena diketahui bahwa

๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ), ๐‘“(๐‘ฆ)) โ‰ค ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ)), maka persamaan (5) menjadi

๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

)) โ‰ค ๐œ‘[๐‘›0โˆ’๐‘š0] (๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

)))

< ๐œ‘[๐‘›0โˆ’๐‘š0โˆ’1] (๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

)))

โ‰ค ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

)).

Tidak mungkin ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

)) < ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘š0, ๐‘“(๐‘ฅ๐‘š0

))

(pengandaian salah). Artinya setiap unsur dari barisan

(๐‘ฅ๐‘›) berbeda ((๐‘ฅ๐‘›) merupakan barisan tak hingga).

Selanjutnya, berdasarkan Definisi 3.4 (๐‘‡2), maka berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค ํœ(lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))

= ํœ(lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ๐‘›โˆ’1), ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))

โ‰ค ํœ(lim sup ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)))

โ‰ค ํœ(lim sup ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)).

โ‰ค ํœ(0) (karena lim ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = 0)

= 0.

Page 5: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

Volume 7 No. 3 Tahun 2019, Hal 236-241

240

Karena

0 โ‰ค ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค 0, maka

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) = 0 atau ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ.

Dengan demikian, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ merupakan titik tetap untuk fungsi

๐‘“.

Selanjutnya akan dibuktikan bahwa ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah tunggal.

Jika ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap lainnya, maka

๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = ๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ), ๐‘“(๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) โ‰ค ๐œ‘ (๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)) = 0.

Karena 0 โ‰ค ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) โ‰ค 0, berarti ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = 0. Berdasarkan Definisi 3.1 (๐‘†1), jika ๐’Ÿ๐‘ (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) = 0, maka

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ. โˆŽ

Proposisi 3.1 Diberikan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik

subordinat dan (๐‘ฅ๐‘›) barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy tak hingga

pada (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ). Jika terdapat suatu subbarisan (๐‘ฅ๐‘›๐‘—) dari

(๐‘ฅ๐‘›) yang ๐’Ÿ๐‘  โˆ’ konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ , maka (๐‘ฅ๐‘›)

๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke ๐‘ฅ.

Bukti.

Diketahui bahwa ํœ adalah fungsi naik. Diberikan ํœ€ โˆˆโ„, ํœ€ > 0, maka terdapat ๐›ฟ โˆˆ โ„, ๐›ฟ > 0 sedemikian hingga

untuk setiap 0 < ๐‘ก < ๐›ฟ, berlaku ํœ(๐‘ก) < ํœ€.

Karena (๐‘ฅ๐‘›) barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy, berarti

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) = 0, untuk semua ๐‘š, ๐‘› โˆˆ โ„•. Berdasarkan definisi barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy, maka terdapat

๐‘›0 โˆˆ โ„• sedemikian hingga untuk semua ๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 ,

berlaku

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ฅ๐‘š) <๐›ฟ

2 (6)

Karena (๐‘ฅ๐‘›๐‘—) merupakan subbarisan dari (๐‘ฅ๐‘›), maka (6)

menjadi

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—, ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค

๐›ฟ

2,

untuk semua ๐‘š โ‰ฅ ๐‘›0.

Karena (๐‘ฅ๐‘›๐‘—) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Konvergen ke ๐‘ฅ dan ฮถ adalah fungsi

tak-turun, maka berdasarkan Definisi 3.4 (๐‘‡2), diperoleh

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค ํœ (lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ๐‘›๐‘—, ๐‘ฅ๐‘š)),

untuk semua ๐‘š โ‰ฅ ๐‘›0

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘š) โ‰ค ํœ (๐›ฟ

2)

๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘š) < ํœ€

Jika ๐‘› โ‰ฅ ๐‘š โ‰ฅ ๐‘›0, maka berlaku ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘›) < ํœ€.

Jadi, terbukti bahwa (๐‘ฅ๐‘›) adalah barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Konvergen

ke ๐‘ฅ. โˆŽ

4. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan dari pembahasan yang telah diuraikan

dalam artikel ini, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut: 1. Suatu ruang semimetrik merupakan perumuman dari

ruang metrik.

2. Diberikan fungsi ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’ E yang ๐‘ž -kontraksi pada

ruang semimetrik lengkap (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ).

a. Jika ada ๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ sedemikian hingga

lim sup ๐’Ÿ๐‘  (๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0), ๐‘“[๐‘›+1](๐‘ฅ0)) < โˆž,

maka (๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0)) ๐’Ÿ๐‘ -konvergen ke suatu ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ.

b. Misalkan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik subordinat

dan ํœ(๐‘ก) < ๐‘ก

๐‘ž, untuk semua 0 < ๐‘ก < โˆž.

Jika ๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ,ฬ‚ ๐‘“(๐‘ฅ)) < โˆž , maka ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap

tunggal ๐‘“.

3. Diberikan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik subordinat

lengkap dan fungsi ๐‘“ โˆถ ๐ธ โ†’ ๐ธ Misalkan terdapat

fungsi naik ๐œ‘: [0, โˆž] โ†’ [0, โˆž] sedemikian hingga

lim ๐œ‘[๐‘›](๐‘ก) โ†’ 0,

untuk semua ๐‘ก โˆˆ [0, โˆž) dan

๐’Ÿ๐‘ (๐‘“(๐‘ฅ), ๐‘“(๐‘ฆ)) โ‰ค ๐œ‘(๐’Ÿ๐‘ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ)),

untuk semua ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ.

Jika ada ๐‘ฅ0 โˆˆ ๐ธ,

๐›ฟ(๐’Ÿ๐‘ , ๐‘“, ๐‘ฅ0) โˆถ= sup {๐’Ÿ๐‘  (๐‘ฅ0, ๐‘“[๐‘›](๐‘ฅ0)) : ๐‘› โˆˆ โ„•} < โˆž

sedemikian hingga (๐‘“๐‘›(๐‘ฅ0)) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke suatu

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ โˆˆ ๐ธ, maka ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ adalah titik tetap tunggal ๐‘“.

4. Diberikan (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) ruang semimetrik subordinat dan

(๐‘ฅ๐‘›) barisan ๐’Ÿ๐‘  โˆ’Cauchy tak hingga pada (๐ธ, ๐’Ÿ๐‘ ) .

Jika terdapat suatu subbarisan (๐‘ฅ๐‘›๐‘—) dari (๐‘ฅ๐‘›) yang

๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ, maka (๐‘ฅ๐‘›) ๐’Ÿ๐‘  โˆ’konvergen

ke ๐‘ฅ.

Saran

Pada skripsi ini, hanya dibahas mengenai definisi

ruang semimetrik, ruang semimetrik subordinat, dan ruang

semimetrik subordinat lengkap, serta pembuktian teorema

titik tetap pada ruang semimetrik subordinat. Sehingga

dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sifat-sifat

lain yang berlaku pada ruang semimetrik subordinat dan

mungkin dapat ditemukan kondisi fungsi yang lain untuk

diteliti ketunggalan titik tetapnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bartle, R. G., & Sherbert, D. R. (2000). Introduction of

Real Analysis Third Edition. New York: John

Wiley & Sons Inc.

Bonsall, F. F. (1962). Lectures on Some Fixed Point

Theorems of Functional Analysis. Tata Institue of

Fundamental Research.

Ghozali, S. M. (2010). Pengantar Analisis Fungsional.

Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Hazewinkel. (1986). Lebesgue Measure and Integration.

New Delhi, India: John Wiley & Sons.

Hierroa, Antonio Francisco Roldรกn Lรณpez de dan Naseer

Shahzad. 2018. Fixed point theorems by combining

Jleli and Samets, and Branciaris inequalities.

Journal of Nonlinear Sciences and Applications

09(06):3822โ€“49.

Jleli, Mohamed dan Bessem Samet. (2015). A generalized

metric space and related fixed point theorems.

Fixed Point Theory and Applications.

Page 6: Paper Title (use style: paper title))=0 dan terdapat ( ) barisan ๐’Ÿ โˆ’Cauchy tak hingga pada ๐ธ dan ๐’Ÿ โˆ’konvergen ke โˆˆ๐ธ sedemikian hingga untuk setiap โˆˆE berlaku ๐’Ÿ

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG SEMIMETRIK SUBORDINAT

241

Kreyszig, E. (1978). Introductory Functional Analysis with

Application. New York: Wiley.

Manuharawati. (2003). Analisis Real 1. Surabaya:

Zifatama.

Pramitari. (2013). Multiplisitas Sikel Dari Graf Total Pada

Graf Sikel, Graf Path, Dan Graf Kipas. Skripsi,

Universitas Diponegoro Semarang.

P. Hitzler & A. K. Seda. (2000). Dislocated Topologies.

Journal of Electrical Engineering, vol. 51, no. 12,

pp. 3-7.

S. Czerwik. (1993). Contraction mapping in b-metric

spaces. Communications in Mathematics, vol. 1, pp.

5-11.

Villa-Morales, Josรฉ. (2018). A fixed point theorem and

some properties of v-generalized metric spaces.

Journal of Fixed Point Theory and Applications

20(1):1โ€“9.

Villa-Morales, Josรฉ. (2018). Subordinate Semimetric

Spaces and Fixed Point Theorems. Journal of

Mathematics, pp. 1โ€“5.

W. A. Wilson. (1931). On quasi-metric spaces. American

Journal of Mathematics, vol. 53, no. 3, pp. 675-

684.