Upload
gunteitb
View
881
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ABSTRAKPembangunan kota – kota besar di Indonesia yang menampung lebih dari 43% penduduk Indonesia (2000) didorong oleh urbanisasi yang begitu cepat. Laju urbanisasi membuat besarnya kebutuhan akan perumahan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat di kota-kota besar telah menjadi masalah yang serius karena praktek spekulasi lahan dan keterbatasan subsidi pemerintah untuk rumah – rumah sederhana dan sangat sederhana. Kembali ke kota – kota besar di Indonesia, pengadaan perumahan yang terjangkau telah menjadi sebuah kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintahan SBY-JK. Kebijakan ini diterapkan dengan pengadaan 1000 tower rusun di kota – kota besar Indonesia.Dari pengamatan kami, program ini mengalami keterlambatan karena beberapa isu. Sulitnya perijinan untuk rumah susun, sulitnya mendapatkan tanah yang cukup murah dan lemahnya kontrol Pemerintah terhadap kepemilikan Rumah Susun Milik (Rusunami). Permasalahan ini menunjukkan perlunya sebuah sistem perencanaan, desain dan manajemen rumah susun yang lebih berkelanjutan. Sementara itu belajar dari Singapura, kami melihat pentingnya menempatkan perencaan rumah susun atau perumahan dengan densitas tinggi (High Density Living) terintegrasi dalam perencaan kota di Singapura yang telah dimulai tahun 1960-an. Awalnya Singapura membentuk HDB (Housing Development Board), Badan atau Dewan Pengembangan Perumahan Rakyat. HDB dibentuk untuk mengatasi kebutuhan rumah murah awalnya untuk 30.000 masyarakat Singapura yang tinggal di kawasan kumuh. Tetapi kemudian lembaga ini terus dikembangkan secara profesional untuk merencanakan, membangun dan mengatur menajemen perumahan – perumahan susun di Singapura. Singapura telah memulai pembangunan perkotaannya dengan menyusun sebuah rencana tata ruang yang berkelanjutan untuk mengatur penggunaan lahan secara efektif dan efisien. Selain itu Pemerintah Singapura juga mengambil prinsip keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dalam pengadaan perumahan densitas tinggi. Selain itu, Kebijakan Perumahan juga diarahkan menjadi pemacu kegiatan ekonomi terkait di industri bangunan seperti permintaan bahan bangunan, pelayanan profesi dan sub-profesi baik secara permanen maupun kontraktual. Semuanya ini menunjukkan bahwa kebijakan Perumahan Susun perlu diintegrasikan dengan kegiatan Tata Ruang dan Pembangunan Ekonomi yang terintegrasi. Selanjutnya 2 elemen penting dalan Perumahan Rakyat yang baik ialah faktor Keterjangkauan secara Finansial (Affordability) dan Pengadaan Lingkungan Sosial yang berkelanjutan (Sustainable Social Living Environment). Tetapi tentu saja konsep fasilitas sosial ini bisa disempurnakan untuk Rumah Susun Indonesia dengan konsep pembangunan berbasis komunitas dan prilaku warga kota yang berkelanjutan. Proses pembangunan Rumah Susun yang berkelanjutan sesuai dengan konteks Indonesia dapat dilihat pada contoh desain Rumah Susun yang cocok di Indonesia pada konsep Rumah Susun yang kami kembangkan dalam penelitian Rumah Susun. Sebagai kesimpulan, program pengadaan Rumah Susun di Singapura dapat menjadi inspirasi untuk penerapan program serupa di Indonesia. Tetapi pengembangan dan penerapan Rumah Susun harus disesuaikan dengan konteks masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas masyarakat ekonomi lemah dan berbasis agraria. Kata kunci: Integrasi, Perencanaan, Pemerintah, Keberlanjutan, Sustainable High-Density.
Citation preview
1
Integrasi Kebijakan Perencanaan dan Desain Rumah Susun yang Berkelanjutan, dalam Konteks
Pembangunan Kota yang Berkelanjutan
Oleh:
Tanuwidjaja, Gunawan.1, Mustakim.
2, Wangsadirja, Maman Hidayat.
3, Sudarman,
Agus.4
1
MSc. Environment al Management (NUS), S. T. (ITB) Urban Planner & Researcher
Green Impact Indonesia Integrated Urban, Drainage and Environmental Planning and Design Email: [email protected] http://greenimpactindo.wordpress.com/about/
2 Arsitek dan Desainer, Alumni Arsitektur I TB
Email: [email protected]
3 Ahli Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)
Email: [email protected]
4 Research Assistant
Email: [email protected]
ABSTR AK
Pembangunan kota – kota besar di Indonesia yang menampung lebih dari 43%
penduduk Indonesia (2000) didorong oleh urbanisasi yang begitu cepat. Laju urbanisasi
membuat besarnya kebut uhan akan perumahan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat di
kota-kota besar telah menjadi masalah yang serius karena praktek spekulasi lahan dan
keterbat asan subsidi pemerintah unt uk rumah – rumah sederhana dan sangat sederhana.1
Kembali ke kota – kota besar di Indonesia, pengadaan perumahan yang terjangkau
telah menjadi sebuah kebijakan yang dit erapkan oleh Pemerintahan SBY-JK. Kebijakan ini
diterapkan dengan pengadaan 1000 tower rusun di kota – kota besar Indonesia.
Dari pengamatan kami, program ini mengalami keterlambatan karena beberapa isu.
Sul itnya peri jinan untuk rumah susun, sulitnya mendapatkan tanah yang cukup murah dan
lemahnya kont rol Pemerint ah t erhadap kepemilikan Rumah Susun Milik (Rusunami).
Permasalahan ini menunjukkan perlunya sebuah s istem perencanaan, desain dan
manajemen rumah susun yang lebih berkelanjutan.
Sementara it u belajar dari Singapura, kami melihat pentingya menempatkan
perencaan rumah susun at au perumahan dengan densitas tinggi (High Density Living)
terint egrasi dalam perencaan kota di Singapura yang telah dimulai tahun 1960-an.2
Awalnya Singapura membentuk HDB (Housing Development Board), Badan at au
Dewan Pengembangan Perumahan Rakyat. HDB dibent uk untuk mengatasi kebut uhan
2
rumah murah awalnya untuk 30.000 masyarakat Singapura yang tinggal di kawasan kumuh.
Tetapi kemudian lembaga ini terus dikembangkan secara profesional untuk merencanakan,
membangun dan mengat ur menajemen perumahan – perumahan susun di Singapura.
Singapura telah memulai pembangunan perkot aannya dengan menyusun sebuah
rencana t ata ruang yang berkelanjutan untuk mengat ur penggunaan lahan secara ef ektif dan
ef isien. Selain itu Pemerintah Singapura juga mengambil prinsip keseimbangan Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan dalam pengadaan perumahan densitas tinggi. Selain itu, Kebi jakan
Perumahan juga diarahkan menjadi pemacu kegiat an ekonomi terkait di industr i bangunan
seperti permint aan bahan bangunan, pelayanan prof esi dan sub-prof esi baik secara
permanen maupun kontraktual.
Semuanya ini menunjukkan bahwa kebijakan Perumahan Susun perlu di integrasikan
dengan kegiatan Tat a Ruang dan Pembangunan Ekonomi yang terintegrasi. Selanjutnya 2
elemen penting dalan Perumahan Rakyat yang baik ialah faktor Keterjangkauan secara
Finansial (Affordabi lity) dan Pengadaan Lingkungan Sosial yang berkelanjutan (Sust ainable
Social Living Environment).
Tetapi t entu saja konsep f asilitas sosial ini bisa disempurnakan untuk Rumah Susun
Indonesia dengan konsep pembangunan berbasis komunit as dan prilaku warga kota yang
berkelanjutan. Proses pembangunan Rumah Susun yang berkelanjutan sesuai dengan
konteks I ndonesia dapat dilihat pada contoh desain Rumah Susun yang cocok di Indonesia
pada konsep Rumah Susun yang kami kembangkan dalam penelitian Rumah Susun.
Sebagai kes impulan, program pengadaan Rumah Susun di Singapura dapat menjadi
inspiras i untuk penerapan program serupa di Indonesia. Tetapi pengembangan dan
penerapan Rumah Susun harus disesuaikan dengan kont eks masyarakat Indonesia yang
notabene mayorit as masyarakat ekonomi lemah dan berbasis agraria.
Kata kunci: Integrasi, Perencanaan, Pemerintah, Keberlanjutan, Sustainable High-Density ,
Latar Belakang Masalah Perumahan dan Pem bangunan Perkotaan yang Tidak Berkelanjutan di Indonesia
Rumah merupakan kebut uhan dasar dari umat manusia selain sandang dan pangan.
Kebut uhan perumahan yang layak merupakan isu ut ama yang sulit dipecahkan bagi negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan karena besarnya jumlah penduduk
Indonesia, lebih dari 200 juta jiwa sedangkan tingkat ekonomi masyarakat yang mayoritas di
bawah garis kemisk inan. Bahkan diperkirakan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan
mencapai 260 jut a jiwa di tahun 2020, dengan laju pertumbuhan saat ini.
Pembangunan kota – kota besar di Indonesia yang menampung lebih dari 43%
penduduk Indonesia (2000) didorong oleh urbanisasi yang begitu cepat. Laju urbanisasi
membuat besarnya kebut uhan akan perumahan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat di
3
kota-kota besar telah menjadi masalah yang serius karena praktek spekulasi lahan dan
keterbat asan subsidi pemerintah unt uk rumah – rumah sederhana dan sangat sederhana. 3
Sebaliknya pembangunan perkot aan di Indonesia semakin hari mengalami
perkembangan yang tidak berkelanjut an karena perlombaan spekulasi tanah dan
pembangunan perumahan horizontal menyebabkan konvers i lahan dari hut an, sawah, rawa
menjadi perumahan dan industri. Hal ini terl ihat di antaranya pada perubahan t ata guna lahan
di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi Cianjur (JABODETABEKJUR) dari
tahun 1972 – 2005 yang tidak berkelanjutan.4
Gambar 1. Perubahan tata guna lahan di kawasan JABODETABEKJUR dari tahun 1972 – 2005. 5
Perkembangan perkot aan ini mengakibatkan banyak hal di antaranya meningkat nya
kemacetan karena tersebarnya perumahan ke daerah suburban, maraknya banjir perkotaan
serta kekurangan air bersih di perkot aan. Selanjut nya dengan banyaknya lokasi perkotaan
yang berada di kawasan tepi air at au “waterfront city”, ekstraksi air tanah ekstrim telah
menyebabkan penurunan permukaan tanah yang juga signif ikan mengurangi kondisi
keberlanjutan perumahan. Yang terakhir maraknya permukiman kumuh di lahan-lahan
kosong, Ruang Terbuka Hijau (RTH), bantaran sungai dan bantaran rel kereta api juga
mengindikasikan ketidak-berlanjutannya pembangunan perumahan di Indonesia.
Menurut hemat kami, penyebab utama dari masalah di atas ialah:
• Lemahnya v isi pembangunan jangka panjang
• Tidak adanya studi kelayakan lahan (evaluasi lahan) yang komprehensif sebelum
perencanaan dan pembangunan
• Tidak adanya studi kelayakan ekonomi dalam pembangunan
• Pendekat an pembangunan secara sektoral
4
• Lemahnya instit usi dan manajemen pembangunan
• Rendahnya partis ipasi masyarakat
Dapat disimpulkan bahwa diperlukan sebuah solusi Perencanaan Tata Ruang
Komprehensif berbasi s Ekologis untuk memecahkan masalah-masalah umum dari
pembangunan perumahan di Indonesia. Definisi asli Perencanaan Ekologis (Ecological
Planning) menurut Ian McHarg, ialah proses perencanaan tata ruang komprehensif yang
mempertimbangkan f aktor sosial, hukum, ekonomi, kebut uhan, keinginan, dan persepsi
penghuni perumahan di masa depan. 6
Selanjut nya kami mengembangkan def inisi di at as menjadi Per encanaan Tata
Ruang Komprehensif berbasis Ekologis yaitu: “Perencanaan yang mempertimbangkan
kondisi keanekaragaman hayati (kondisi ekologi), kapasitas atau daya dukung lingkungan
(kondisi f isik lainnya) serta kondis i sosial-ekonomi yang mempengaruhi kawasan. Kemudian
di dalam prosesnya perencanaan inf rastrukt ur lainnya seperti t ata air, transport asi masal,
pengelolaan limbah dan sampah, konservasi energi, dan lain-lain harus di integrasikan. Serta
melibatkan peran serta para pemegang kepentingan (stakeholders) dlm penentuan tata ruang
tsb.”
Kemudian metode perencanaan yang ada juga akan t erjadi sebagai berikut:
Gambar 2. Metode Perencanaan Tata Ruang Komprehensif berbasis Ekologis
Salah sat u komponen penting dalam metode di atas ialah komponen survai dan
analisa kelayakan lahan multidisiplin. Hal ini yang dapat didef inisikan sebagai Evaluasi
Lahan. Evaluasi Lahan ini dapat digunakan untuk menentukan kecocokan lahan untuk suatu
5
jenis pembangunan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi tanpa menghancurkan kondisi
lingkungan yang ada. 7
Salah sat u metode analisa ini ialah dengan Evaluasi Lahan Adaptif ALiT (Adaptive
Landscape Evaluation Tool). Met ode ini didesain untuk untuk menghas ilkan rekomendasi
kelayakan lahan berbasis ekologi dengan pendekatan multidisplin, tetapi didesain untuk
kecepat an eksekusi dan dana yang terbatas. Sehingga diharapkan met ode ini tetap dapat
diimplementasikan untuk daerah dengan keterbatasan data serta dana. Hal ini telah kami
terapkan sebelumnya dalam Simulas i Perencanaan Kota Bandar Seri Bintan di Kabupat en
Bint an. 8
Diharapkan dengan menerapkan metode perencanaan komprehensif di atas maka
perencanaan perkotaan I ndonesia juga perencanaan perkotaan dapat menjadi lebih
berkelanjutan. Selanjut nya, kami akan membahas pengadaan perumahan yang oleh
Pemerint ahan SBY-JK dalam Kebijakan dan Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun
di Kawasan Perkotaan Tahun 2007-2011. Kebijakan tersebut dipersiapkan untuk memberikan
pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders ) dalam penyelenggaraan
pembangunan Rusun di kawasan perkot aan dengan 3 tujuan, sbb:
• Memberikan arah kebijakan, strategis dan rencana tindak pembangunan rumah susun di
kawasan perkot aan;
• Menc ipt akan keterpaduan dan keseras ian gerak para pemangku kepentingan dalam
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan; serta
• Memberikan indikator kinerja pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan.
Selanjut nya, secara umum kebijakan ini dikenal dengan dengan pengadaan 1000 tower
rusun di kota – kota besar Indones ia. 9
Kami mengamati bahwa program pembangunan rusun – rusun ini mengalami
keterlambat an real isasi karena beberapa isu di antaranya: sulit nya perijinan, sulit nya
mendapatkan tanah yang harganya cukup murah dan lemahnya kontrol Pemerintah terhadap
kepemil ikan Rumah Susun Milik (Rusunami) atau penyewaan Rumah Susun Sewa
(Rusunawa). Kami memandang bahwa kesatuan visi pemerintahan pusat dan daerah sangat
diperlukan dalam kebijakan perencanaan, pembangunan serta manajemen rumah susun.
Sementara itu kami ingin membahas contoh kasus yang berhasil pembangunan perumahan
dengan densit as tinggi (high dens ity living) terintegrasi dari negara tetangga k ita di Singapura
dalam bagian berikutnya sebagai bahan pembelajaran menuju pembentukan institusi
perencana, pembangun dan manajemen perumahan yang berkelanjutan.
Kajian Implementasi Perumahan Kepadatan Tinggi a tau “High Density Living” di Singapura
Salah sat u contoh kasus implement asi perumahan dengan densit as tinggi at au “High
Dens ity Liv ing” yang diakui berhasil dan terintegrasi ialah Singapura. Awal langkah
6
penerapan “High Density Liv ing” dimulai dengan kampanye bahwa “Singapura tidak memiliki
lahan yang cukup untuk menampung semua populasi penduduk ideal Singapura di masa
depan, yang diperk irakan mencapai 6 jut a j iwa. ” Karena itulah maka tidak ada pil ihan lain
untuk mewadahi perumahan warga Singapura selain menerapkan perencanaan rumah
susun. 10
Pemerint ah Singapura membentuk HDB (Housing Development Board), Badan at au
BUMN yang menangani Perumahan Rakyat. Organisasi ini dibentuk awalnya untuk
mengatasi kebut uhan rumah murah unt uk 30. 000 masyarakat Singapura yang tinggal di
kawasan kumuh. Hal ini dit empuh dengan merelokas i berbagai perumahan kumuh dan
mengakuisisi kurang lebih 80% lahan di Singapura oleh pemerint ah. Selanjutnya lembaga ini
berkembang secara prof esional untuk merencanakan, membangun dan mengatur
menajemen perumahan – perumahan susun di Singapura pada t ahun dari 1970 sampai
1980an
Kat a kunci sukses lainnya penerapan “High Density Liv ing” di Singapura ialah
perencanaan kot a Singapura yang dimulai tahun 1955. Pada tahun tsb sebuah Draf t Master
Plan dipers iapkan oleh Pemerintah Singapura dibantu tim ahli dari PBB (UN) untuk
menghindari perkembangan kota yang tidak teratur. Selain itu “Land Acquisition Ordinance”
atau peraturan akuisisi lahan secara wajib juga dipersiapkan untuk mencegah spekulasi
lahan dan menjaga kepastian supplai lahan yang terjangkau bagi rumah susun.
Kemudian Master Plan Singapura direv isi kembali secara berkalasesuai dengan
keadaan yang ada kemudian dikembangkan sesuai visi negara sebagai ”Global City” at au
”International and Regional Cent er” untuk Asia Tenggara. Master Plan Singapura terbaru saat
ini ialah yang disahkan pada t ahun 2008. 11
Penyusunan master plan ini kemudian dilanjutkan
dengan perencanaan HDB Town di berbagai Lokasi di Singapura yang t erintegrasi dengan
sistem transport asi masal MRT (Mass Rail Transit) pada tahun 1970-1980.
Keberhasilan ini juga ditunjang dengan integras i perencanaan “H igh Density Liv ing”
dengan kebijakan pembangunan ekonomi. Maksudnya pemerint ah menerapkan prinsip
keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dalam pengadaan pembangunan rumah
susun. Dengan memperhatikan Keterjangkauan secara Finansial (Affordability) dan
Pengadaan Lingkungan Sosial yang berkelanjutan (Sust ainable Social Living Environment).
Untuk menc ipt akan perumahan yang terjangkau, HDB (Housing Development
Board), memberikan dua jenis pinjaman sbb:
• Pinjaman Pembangunan Perumahan, untuk program dan operasi
• Pinjaman Keuangan Sistem Kredit , untuk memberikan pinjaman kredit kepada pembeli
7
Sedangkan dalam pengadaan l ingkungan sosial yang berkelanjutan (Sust ainable
Social Living Environment) HDB melengkapi f asilit as sos ial (f asos) di dalam lingkungan
perumahan HDB seperti:
• Plaza dan Ruang Terbuka Hi jau
• Tempat duduk - duduk
• Warung dan Toserba
• Pasar tradis ional dan Supermarket
• Kaf etaria (Hawker Center)
• Gedung Serba Guna (GSG) dll.
Hal inilah yang menyebabkan nyamannya tinggal di Rumah Susun HDB dengan segenap
kelengkapan f asilitas sosialnya yang t erletak dalam jarak 400 m atau dapat ditempuh dengan
berjalan kaki.
Selain it u, HDB mengelola penjualan unit, penyewaan unit untuk masyarakat
ekonomi lemah dan manajemen paska huni. Dan juga mengelola penyewaan unit pert okoan,
industri ringan dan park ir mobil. Dapat dilihat bahwa keberhas ilan pengadaan perumahan
juga harus terkait dengan pengadaan lapangan pekerjaan bagi penghuni di sek itar
perumahan.
HDB juga menerapkan subs idi silang dengan program HUDC. Program tersebut
mempersiapkan perumahan untuk golongan menengah. Kemudian keuntungan dari program
ini dijadikan sumber pemasukkan untuk HDB dalam penyediaan perumahan bagi golongan
bawah. Selain itu juga untuk keadilan sos ial, HDB tidak melayani masyarakat ekonomi atas
untuk membeli dengan sistem subsidi di atas. Hal ini menyebabkan terjaminnya supplai
perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah di Singapura.
HDB juga berfungsi sebagai suplier kunci untuk berbagai material unt uk menjamin
keterjangkauan harga dan ketersediaan bahan bangunan. Selanjutnya pada era 1990-an,
untuk konstruksi, kontraktor – kont raktor lokal ditunjuk dengan sist em tender publ ik yang
selanjutnya juga akan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat lokal. HDB juga
meremajakan perumahan lama agar selaras dengan perumahan yang baru disek itarnya
terut ama unt uk f asilitas sosial. Dapat disimpulkan dengan konsep HDB di Singapura,
pengadaan perumahan susun at au permukiman dens itas tinggi dapat dicapai dengan baik.
Selanjut nya pada era 1990-an, HDB juga berf ungsi sebagai suplier kunci untuk
berbagai mat erial untuk menjamin ket erjangkauan harga dan ketersediaan bahan bangunan
untuk Rumah Susun. Selanjut nya untuk konst ruksi, kontraktor – kontraktor lokal ditunjuk
dengan sistem tender publik yang selanjutnya juga akan meningkatkan pendapat an bagi
masyarakat lokal sekaligus mendorong kegiatan ekonomi (ef ek ganda dalam pembangunan
perkotaan).
8
HDB juga meremajakan perumahan lama agar selaras dengan perumahan yang baru
disek itarnya. Kemudian HDB juga memperbaik i dan meningkatkan pengadaan f asilitas
rekreasi dan aktiv itas komunal secara berimbang dan terintegras i. Dapat disimpulkan dengan
konsep HDB di Singapura, pengadaan perumahan susun at au permukiman densitas tinggi
dapat dicapai dengan baik. Terbukti dengan keberlanjutan program HDB hampir selama 40
tahun.
Sebagai kes impulan, program pengadaan Rumah Susun di Singapura dapat menjadi
inspiras i untuk penerapan program serupa di Indonesia. Tetapi pengembangan dan
penerapan Rumah Susun harus disesuaikan dengan kont eks masyarakat Indonesia yang
notabene mayoritas masyarakat ekonomi menengah ke bawah, memiliki prilaku sosial yang
berbeda dan relatif berbasis agraria at au sangat menghargai nilai properti tanah.
Kajian Kebijakan Perumahan dan Implementasi Rumah Susun yang ada di
Indonesia
Menurut Tjuk Kuswartojo, seharusnya tahapan yang harus ditempuh dalam
pembangunan perumahan itu didasarkan kepada analisa terhadap kebutuhan perumahan
dan demograf i yang ada. Kemudian dit uangkan dalam kebijakan perumahan dan instrumen
penerapannya agar sesuai sasaran.
Tetapi ternyata terdapat perbedaan yang sangat jelas ant ara tatanan ideal dan
kenyataan pembangunan perumahan di I ndonesia. Pembangunan yang ada telah mengalami
involusi atau dapat diartikan bahwa institusi pengatur perumahan tidak dapat berf ungsi
mengatur pembangunan karena lemahnya pendat aan, lemahnya penegakkan hukum dan
tidak jelasnya proses pengat uran. Sedangkan kebut uhan dan pembangunan perumahan di
lapangan t ernyata t erjadi lebih cepat terjadi daripada kebijakan dan pengaturan oleh
Pemerint ah. 12
9
Gambar 3. Tataran Ideal Implementasi Kebijakan Perumahan
Gambar 4. Kenyataan Implementasi Kebijakan Perumahan 13
Hal ini juga diperkuat dengan fakta – fakta kurang berlanjutnya implement asi seperti
banyak Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang tidak dipakai karena dibeli
sebagai investasi atau lokasi terlau terlalu jauh dan banyak Rusun yang tidak terawat at au
tidak tepat sasaran. Hal inilah yang sesungguhnya perlu diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan perumahan berikut nya.
Selanjut nya membahas hambatan implementasi rumah susun, kami menemukan banyak
f aktor teknis seperti
• Kemiskinan warga masyarakat sehingga tidak mampu membeli unit Rusun
• Kredit kepemil ikan rumah termasuk rumah susun yang rumit persyarat annya
• Harga lahan yang terlalu mahal di tengah kot a menyebabkan harga Rusun melonjak
10
• Jumlah rata-rata anggot a keluarga (KK) yang termasuk besar (lebih dari 4 orang)
menyebabkan kebut uhan unit Rusun yang juga besar
• Sifat kurang menghargai f asilitas umum sehingga f asilitas – f asilit as Rusun yang ada
kondisinya kurang baik (misalkan koridor yang kot or dan semerawut)
• Budaya warga masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa tinggal di bangunan berlantai
tinggi
• Tipe prof esi warga Indonesia yang sebagian besar berkaitan dengan kegiatan Usaha
Keci l (pert ukangan) atau pert anian/ agrikultur sehingga membutuhkan tempat usaha di
dalam rumah atau setidaknya berdekatan dengan rumah
• Rendahnya partis ipasi masyarakat yang jelas dalam perencanaan Rusun dalam kasus
penat aan kawasan kumuh
• Fasilit as Umum dan Sos ial yang tidak memadai dalam Rusun
• Terbatasnya manajemen lembaga pengelola Rusun
• Lemahnya hak pemilik/ penyewa Rusun terutama dalam penyusunan perjanjian jual beli (
juga berdasarkan pengalaman pribadi penulis pertama)
Kami melihat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan Rusun yang
berkelanjutan karena banyak kegagalan pembangunan rumah susun terjadi karena
rendahnya pelibatan masyarakat calon penghuni (terutama masyarakat yang direlokasi dari
kampung inf ormal) untuk memberikan masukkan dalam perencanaan dan desain Rusun. Hal
ini biasanya didasari karena kebut uhan kecepat an dalam desain dan pembangunan
menggunakan dana pemerint ah.
Di masa depan, untuk kasus – kasus relokasi at au revitalisasi kawasan kumuh kami
menyarankan untuk dapat melibatkan masyarakat dalam konsep Partisipasi Masyarakat
dalam Perencanaan dan Desain Rusun yang serupa dengan kasus perbaikan kampung
dengan tahapan sbb: 14
1. Penjajakan Awal
2. Sosialisasi
3. Survey Kampung Sendir i & Lokakarya Mini
4. Perencanaan Partisipatif
5. Lokakarya Antar Pelaku
6. Implementasi Penanganan Masalah
7. Pengelolaan Pembangunan
Saran – Saran Perencanaan dan Desain Perumahan Kepadatan Tinggi/ Rumah Susun yang Berkelanjutan
Memahami permasalahan di atas, kami mengusulkan sebuah konsep Rusun yang
berkelanjutan dan bagaimana penerapannya. Selain itu kami juga akan menyajikan sebuah
konsep Rusun yang berkelanjut an yang memperhatikan pola prilaku masyarakat perkotaan.
11
Pertama-tama, konsep Rumah dan Rumah Susun yang ideal perlu didef inisikan
ulang untuk konteks I ndonesia. Jika disajikan maka Konsep Rumah Yang Berkelanju tan
atau “Sustainable Home” dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Aspek Ekonomi
• Harganya terjangkau
• Dekat atau aksesibel ke tempat kerja at au aktiv itas sehari-hari
• Dekat dengan Sumber Daya Alam atau Inf rastrukt ur
2. Aspek Sosial
• Status Kepemilikan yang jelas
• Dekat dengan tempat Ibadah dan tempat berinteraksi Sosial (a.l. pendidikan, olahraga
dll. )
• Aman dari gangguan
3. Aspek Lingkungan
• Tempat yang sehat dan aman dari polusi dengan I nfrastruktur yang memadai (air
bersih, sampah, limbah dll.)
• Aman dari bencana alam seperti banjir, gempa dll.
• Dapat mengurangi dampak t erhadap lingkungan sekit arnya (a.l. hemat energi,
pengelolaan sampah)
Kami memahami bahwa tidak seluruh konsep ini dapat dit erapkan tet api tetap harus
diperhatikan kondisi optimal yang masih dapat dicapai dalam implementasi Rusun. Hal ini
sedanda dengan sebuah alternatif alat ukur perf orma Rusun sesuai dengan Konsep Rumah
Susun yang berkelanjutan sebagai berikut.
Gambar 5. Konsep Rumah Susun yang Berkelanjutan
12
Gambar 6. Antara Rumah Susun Yang Ideal dan Kenyataan
Secara ideal, seharusnya Perencanaan dan Desain Rusun harus memenuhi aspek-
aspek perencanaan secara ideal, tapi kenyataannya keterjangkauan harga rusun seringkali
mengalahkan faktor-f aktor yang lain dalam perencanaan dan desain rumah susun.
Berikutnya apakah krit eria Rusun yang terpenting dalam desain Rusun yang
berkelanjutan? Menurut hemat kami terdapat beberapa krit eria terpenting yang dapat
diintegras ikan dalam Rusun di antaranya:
1. Aspek Fungs ional
• Mewadahi f ungsi minimum rumah secara memadai
• Mewadahi f asilitas sosial
• (Musholla, tempat bermain anak, tempat usaha kecil, pos jaga keamanan, lapangan
olah raga, parkir, masjid, GSG, Puskesmas)
2. Aspek Ekonomi & Konst ruksi Pemeliharaan Bangunan
• Unit rumah harus terjangkau tapi juga sebal iknya bangunannya tahan lama dengan
bahan yang memenuhi SNI
• Bangunan harus mudah dibersihkan dan diperbaik i
• Biaya pemeliharaan harus dapat dibayar oleh pemilik/ penyewa
3. Aspek Sosial/ Perilaku
• Sub-Aspek Kepastian Hukum
o Kepemilikan yang jelas (milik atau sewa) diharapkan oleh pemilik rusun
o Perjanjian jual beli harus mewadahi aspirasi kedua pihak (pembeli dan penjual)
Di samping krit eria tersebut t erdapat kriteria-kriteria lainnya yang dapat diterapkan.
Hal ini merupakan hasil penelitian kami pribadi pada t ahun 2001. Krit eria – kriteria ini lah yang
lebih detail akan kami sajikan dalam Model Rumah Susun Yang Berkelanjutan yang
memperhatikan pola pri laku masyarakat perkotaan. 15
13
Model Rumah Susun Yang Berkelanjutan yang Memperhatikan Pola Prilaku
Masyarakat Perkotaan
Mengamati kebutuhan Perumahan untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
kami mengusulkan usulan T24, T36 dan T42 untuk implementas i Model Rumah Susun. Tipe
ukuran rumah inipun sebenarnya tidak dapat disamakan unt uk setiap lokasi, karena
mempertimbangkan kegiatan ekonomi warga dan kondisi sosial-ekonomi yang ada. Hanya
pendekat an f ungsional mungk in dapat diadaptasi.
Sedangkan mas ih ada alt ernatif Perumahan Berkepadatan Tinggi jika Model Rusun
ditolak oleh Warga setempat. Model ini selanjut nya dapat dikembangkan melalui pendekat an
KIP (Ka mpung I mprovement Program) yang bert umpu kepada Masyarakat.
Pendekat an yang kami gunakan ialah mendef inisikan ulang Pola Clust er yang
diperlukan dalam menciptakan lingkungan Rusun yang berkelanjutan. Hal ini berasal dari
studi banding Rusun, pengamat an kami di kampung inf ormal di Kot a Bandung serta kajian
dari keduanya. Elemen-Elemen Clust er tersebut ialah:
A. Rusun
B. Lapangan Bersama
C. Parkir Motor/ Becak di Lt 1 dan Ruang Serba Guna (RSG) di Lt
D. Warung atau Tempat Usaha
E. Tempat Bermain Anak -Anak
F. Parkir Mobil
G. Tangki Air
H. Septik Tank
Gambar 8. Contoh Konsep Cluster
14
Gambar 9. Contoh T36
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan pembangunan Rumah Susun perlu
diintegras ikan dengan perencanaan tata ruang perkotaan yang berkelanjutan. Hal ini terlihat
dari kisah sukses Singapura dalam penerapan “High Dens ity Living.”
Selain itu kami melihat bahwa pemberdayaan institusi pembangun perumahan
seperti HDB di Singapura dan pemberdayaan masyarakat juga perlu dilakukan untuk
menjamin keberhas ilan konsep di atas. Hal ini menyangkut prof esionalitas institusi dan
sumber daya manusia serta transparansi proses penentuan kebijakan serta implementasi
pembangunan.
Selain it u Rumah Susun bukanlah sat u-satunya solusi terhadap masalah perumahan
di Indonesia karena tipe ekonomi dan sosial yang tidak benar – benar cocok dengan pola
Rusun. Di antaranya adanya ikatan ant ara masyarakat dengan t anah milik atau pola usaha
kecil menengah (pertukangan dan pertanian) mayorit as warga Indonesia yang sangat
mengandalkan penguasaan lahan horisont al.
Proses yang lebih komprehensif dalam perencanaan dan desain Rumah Susun ini
yang melibatkan studi ekonomi dan demografi kawasan serta kelayakan Rusun yang dapat
dibant u konsultan profesional agar berhasil dalam mencapai tujuan pengadaan perumahan
berkelanjutan di Indonesia.
15
The Writer’s Description I. Personal Information
Full name : Gunawan Tanu widjaja
e-mail : [email protected] om
website : http://greenimpacti ndo.wordpress.com/
Mobile Phone : +62 812 212 208 42 (Indonesia)
Place of Birth : Bandung
Date of Birth : 08 of August 1978
Sex : Male
Nationality : Indonesian
Mother Language : Indonesian
Language Skill : Indonesian, English
II. Education Backgrounds
Formal Educ ation
Name of Institution
City/Countr y Study T ime
(Months/Years) Graduated from
(Month and Year) Specializ ation GPA
National Universit y of
Singapore
Singapore 1 year October 2006 MSc
Environment
Management
3.86
from scale of 5
Bandung Institute of Technolog y
(Institut
Teknologi Bandung)
Bandung / Indonesia 5 year s July of 2001
Bachelor of Architecture
2.73
from scale
of 4
III. Informal Education
Study T ime (Year s) Name of Institution Course Nam e & Specialization
2008 Singapore Ins titute of Planner Spati al Planning for a Sustainable Singapore (1-day seminar)
2008 Lee Kuan Yew School Of Public Polic y "Lessons Not to Learn from American Cities" by Prof Alan Altshuler (Half-day seminar)
2007 National Uni versity of Singapore, Fac ulty of Engineering, PAC (Professional Acti vities Centre)
Short Course On "A – Z Of Oil & G as To Petrochemicals ( 3-days semi nar)
2007 Singapore Ins titute of Planner Destinati on Res orts, T he Next Wave
(1-day seminar)
2007 Singapore Ins titute of Planner, Malaysia Institute of Pl anner and Uni versiti Kebangsaan Malaysi a
Semi nar of Planning of Is kandar Development R egion (1-day seminar)
2001 The British Institute IELTS Preparation Course
2000 Language Center ITB English Writing Course
1999 Gradasi Bulletin Student Union of Architecture G unadharma ( IMA-Gunadharma)
Journalistic Traini ng
1997 Architecture Department ITB AutoC ad R 14 Traini ng
1993-1995 Saint Angela’s English Course English Course level C6 to C11
1990-1992 Saint Angela’s English Course English Course l evel J 2 to J5
IV. Working Exper ience
Name of Institute/Companies City/ Countries Position Job Description
Contract Periods
16
Name of Institute/Companies
City/ Countries Position Job Description Contract Periods
Green Impact Indonesia
Integrated Urban, Drainage and
Environmental Planning Consultant
Bandung Manager Team Leader and
Urban Pl anner
March 2003 to
now
Agency for Research and Development, Institu te of Water
Resources, Ministry of Public Wor ks, Republic of
Indonesi a,
Bandung Urban Pl anni ng and Management
Expert
Assistant October 2008 to now
Jurong Consultants P te Ltd. , Planning Division
Singapore Planner Physical Planner November 2006 to October 2008
National Par ks Boar d,
Republic of Singapore
Singapore Intern Researcher July 2006 to
Aug 2006
Agency for Research and Development, Institu te of Water
Resources, Ministry of Public Wor ks, Republic of
Indonesi a,
Bandung/ Indonesia Junior Researcher
GIS Expert Assistant (Arc View 3.2), in Pol der Team
Jan 2005 - Aug 2005
Satyamitra J asapuri Engineering
Bandung/ Indonesia Junior Architect, Estimator
House, Factory and Café Design
Aug 2003 - Dec 2004
PT. Trinitas Buana Utama Bandung/ Indonesia Junior Architect Apartment Design Aug 2002 - Aug 2003
PT. Imesco Dito Jakarta/ Indonesia Junior Architect Junior Architect Jan 2002 – Aug 2002
COMBINE Bandung/ Indonesia Junior Researcher
Urban Development Research,
especi ally on Urban Garbage
Management
Aug 2001 - Jan 2002
CV. Cipta Bina Sar ana Bandung/ Indonesia Wor k Trainee Junior Architect May - J uly 2001
ASPEK Bandung/ Indonesia Program Facilitator
Community Recover y
Program (CRP-HUI) in RW 11,
Cibangkong District
Garbage Management ,
Mechanis m Making and Contr olling of Cooperati ve Credit
Unit
Jan 2000 - Aug 2001
V. Resear ch, Planning & Design Works
Name of Project Position Year
Under Green Impact Indonesia
Assistance for Directorate of Spati al Planning, Public Wor ks
Department (2009), Sus tainable Urban Improvement Program
(SUSIP) - Exec utive Presentation
Team Leader and Urban Planner Dec 2009
Drainage Master Plan Revitalisation in Summarecon,
Kelapa Gading, J akarta, Indonesia
Team Leader and Urban Planner Apr – D ec 2009
Hospital Pr eliminar y Design and Study in Pangalengan, West J ava, Indonesi a (Proposal to KPBS, Milk
Produc er Cooperative in
Pangalengan)
Team Leader and Senior Architect Apr – Aug 2009
Community Bas ed Development Revitalisation in PT Newmont
Nusa Tenggara, Sumba, Nusa
Team Leader and Environmentalist Aug 2009
17
Name of Project Position Year
Tenggara Barat, Indonesia (Proposal)
Traditional Market Mapping, GIS Database and Anal ysis in the framework of Implementing
Presidential Decree No 112/2007 on Development of Traditional
Market and Rel ocati on of Modern Market in Indonesia (Proposal to Ministry of Trade of Republic of
Indonesi a)
Team Leader and Urban Planner Aug 2009
Integrated Water Resources
Management Plan for Bar ang kal River, s ub catchment of Brantas
River Basin, i n relati on with Soci al Aspect and Institution Capacity
Building (Proposal to JICA)
Team Leader and Environmentalist Aug 2009
“9 Pearl” Elementary School in Bandung
Team Leader and Architect 2003
Propos al 99’ers Radio School (Proposal)
Team Leader and Architect 2003
Under Jurong Consultants Pt e Ltd.
Preliminary Study and Brief Development C oncept of QEZ3, Petrochemical Complex, Qatar
Planner 2007 to 2008
Dera Bassi Detailed Master Plan, Greater Mohali Area, Punjab, India
Planner 2007 to 2008
Libya Africa Economic City Planner 2007 to 2008
Wonogiri Indus trial Park, Indonesia (Guanxi State Far m - Biofuel Plant)
Planner 2007 to 2008
Master Plan An Tay Industrial
Servic e Centre
Planner 2007
Master Plan Zhangzhou Waterfront City, Chi na
Assistant Planner 2006-2007
Master Plan AMRL Internati onal Tech City, T amil Nadu, India
Assistant Planner 2007
W ith MSc Environmental Management Program
“Neotiewpia” Ec o Village Mas ter Plan in Kranji Singapore
Planner & Environmentalist 2006
Under SJP Engineering
BTC Café Junior Architect 2004
Kopomas Fac tor y Junior Architect 2004
Private Houses Bandung Junior Architect, Design Development
2003 – 2004
Under PT. Trinitas Buan a Utama
Rental Houses in Bandung Studi o Coordinator 2002 – 2003
Bukit Resi k Exclusi ve Aparment Studi o Coordinator 2002 – 2003
Site Pl an “S. Par man” Elite Housing
Studi o Coordinator 2002
Under PT. Imesco Dito
Private Houses i n Jakarta Junior Architect 2002
Freelance Project
18
Name of Project Position Year
Cibangkong Low Cost H ousing, Bandung Indonesia
Final Year Student 2001
Design Development of KARANG SETRA Hotel, Spa and Cot tages, Bandung Indonesia under Cipta
Bina Sarana
Junior Architect, Design Development
2001
Master Plan of Cipulir Housing Site Plan, J akarta under Prof Ir.
Danisworo
Junior Architect 2001
VI. Awards, Prestige, Activities, and Publication
Awards/ Prestig e
Best Dissertation Prizes from Shell, MEM National Uni versity of Singapore, 2006-2007
Shell Grant Bursar y Holder in MEM National Uni versity of Si ngapore, 2005-2006
Second Champion of Design Competition of Infor mal Traders Stand held by The Municipal\ Government of Kota Bandung, Praksis dan IMA-Gunadharma IT B Year 2001
Activities Bandung Independent Living Center (B ILIC)
2003 - 2004 : Vol untary Attendant for Difabl e (Disable) Person
2003 : Coordi nator Research T eam in Accessibility Issue for Difable (Disabl e) Person in Several Location in Bandung
Forum Gelar Kota Bandung (City Devel opment Discussion Forum)
2002 : F orum Gel ar Kota Secretariat
2001 : J uni or Researcher
Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadhar ma IT B (Gunadhar ma Student Uni on of Architecture Department of ITB)
2001 Member of Legislative Bodies of IMA - Gunadharma
Member of Sus tainable Human Settlement Discussi on Group
Coordinator of TOR T eam of Sustainable Human Settl ement Seminar
1999 – 2000 Coordinator of Gradasi (Architecture Bulletin of IMA-G)
OSIS SMAK I BPK Penabur (Student Union of BPK Penabur Senior High School)
OSIS SMP St Aloysius (Student Uni on of St Al oysius Junior High School)
Publication s Integration of Sustainable Pl anni ng Policy and D esign of Low-Cost Apartment , in the Context of Sustai nable Urban Development, National Seminar of Low-Cost Apartment, Maranatha University, Bandung, Indonesia, 2009.
Bamboos as Sus tainabl e and Affordable Material for Housing as one of alternatife material o f Low-Cost Apartment, Nati onal Seminar of Low-Cost Apartment, Maranatha U niversity, Bandung, Indonesi a, 2009.
Guidelines for Developing Polder System in Indonesia, Agenc y for Research and Development , Institu te of Water Resources, Ministr y of Public Wor ks, Republic of Indonesia, 2008-2009.
Developi ng a Landscape Evaluation Tool for Developing Countries, Cas e S tudies Bi ntan Island, Indonesi a, MSc Environment M anagement Program, National Uni versity of Singapore (Bes t Dissertation Award)
Report of Resear ch in Accessibilit y Issue for Difab le (Disable) Person in Several Location in Bandung
Reports of Bandung Urban Discussion Forum on Urb an Solid W aste Managem ent, January 2002.
Reports of Bandung Urban Discussion Forum in Housing Needs, August 2001.
Thesis of Design Studio, Cas e of Low Economy Flat for Cibang kong Village, Bandung, Indonesia (Kelurahan Cibang kong), Theme Pat tern Language Arc hitecture
Semi nar Report of Housing Devel opment Based on Low Ec onomy People.
1 Kus wartojo T dkk., Perumahan dan Per mukiman Indonesia, Peneribit ITB, Bandung 2005
2 Wong T-C., Yuen B., and Goldblum C. (Eds.), Spati al Planning for a Sustainable Singapore, Springer in Associ ation
with the Singapore Institute of Planners. Singapore, 2008
3 Kus wartojo T dkk., Perumahan dan Per mukiman Indonesia, Penerbit ITB, Bandung 2005
19
4 Sosialisasi Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 oleh A. H ermanto Dardak and Dr Poerwo – Direktor at Jenderal
Tata Ruang Dept. PU
5 ibid
6 McHarg I. (1992), Design With Nature, J ohn Wileys & Sons, Inc, New York.
McHarg I. (1998), Steiner Frederic k R. (ed) To Heal the Earth, Selec ted Writings of Ian L. McHarg, Island Press,
Washi ngton D.C.
7 McHarg I. (1992), Design With Nature, J ohn Wileys & Sons, Inc, New York
Rossiter D.C. (1994), Lecture Notes “Land Evaluation”, Cornell University, College of Agriculture and Life Sciences,
Department of Soil, Crop, and Atmospheric Sciences. 8 Tanuwidjaja G. (2006), Pengembangan Perang kat Evaluasi Lahan (Alit) Untuk Negara-Negara Berkembang,
Dengan Studi Kasus Pulau Bintan, Indonesia. Ringkasan Disertasi Master of Science Environmental
Management, National Uni versity of Si ngapore. 9 Kebijakan Dan Renc ana Strategis Pembangunan Rumah Susun Di Kawas an Per kotaan T ahun 2007-2011
10 Wong T-C., Yuen B., and Goldblum C. (Eds.), Spatial Planni ng for a Sustainable Si ngapore, Springer in
Association with the Singapore Ins titute of Planners. Si ngapore, 2008 11
http://www.ura.gov.sg/MP2008/ 12
Kus wartojo B (Tjuk),PPT Dari Involusi ke Reformulasi: Upaya M embangun Institusi Pembangunan Perumahan dan
Pengembangan Permuki man
13 Kus wartojo B (Tjuk), PPT Dari Involusi ke Reformulasi: Upaya Membangun Institusi Pembangunan Perumahan
dan Pengembangan Permukiman. Kemudian dis empurnakan oleh G unawan untuk peran Pemerintah, Swasta dan
Masyarakat 14
Wangsadirja M.H. dkk, PPT Pemberdayaan Mas yarat di Kelurahan Cibang kong, Kec amatan Batununggal,
Bandung, Jawa Barat .
15 Tanuwidj aja G . (2006), R umah Sus un di Bandung, dengan Tema Arsitektur Bahasa Pola.