Upload
niken-raharina
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
1/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
OPTIMALISASI PENERAPAN ATCS (AREA TRAFF IC
CONTROL SYSTEM) DALAM PENGOPERASIAN TRANS
JOGJA BUS PRIORITY PADA SIMPANG BERSINYAL
(Kode tulisan: S/ IM/ WR/ GE/ T )
Yustina Niken Raharina Hendra
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM,
Yogyakarta, 55281
Telp: (0274) 545675
Anugrah Ilahi
Alumni
Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM,
Yogyakarta, 55281
Telp: (0274) 545675
Muhammad Zudhy Irawan
Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM,
Yogyakarta, 55281
Telp: (0274) 545675
Abstract Nowadays, Trans Jogja Bus is operated in mixed traffic conditions. This situation gives negarive impact to
the performance of signalized intersection and Trans Jogja bus operational. One of the solution to prevent the
worst impact is by implementing ATCS. This research aims to optimize the application of ATCS to prioritize
Trans Jogja Bus in mixed traffic conditions. AIMSUN 6.1 software is used in this research with 3 scenarios
of ATCS application on signalized intersection then compare those with the existing condition. The optimalcondition is achieved in 3
rd scenario by the decrease of 47% in traffic delay, 54% in the average queue
length, 37% in Trans Jogja Bus travel time and 67% in Trans Jogja Bus trip delay. ATCS implementation
can reach the optimal function if the placement of the ATCS application is applied more carefully and
adaptable to the traffic conditions that occur on the road network.
Key Words: Trans Jogja Bus, ATCS, queue length, delay, travel time
Intisari
Saat ini Bus Trans Jogja dioperasikan dalam kondisi lalu lintas bercampur dengan kendaraan lain. Hal ini
memberikan dampak buruk bagi kinerja simpang bersinyal dan operasional Bus Trans Jogja. Salah satusolusi untuk mencegah dampak yang terjadi menjadi semakin buruk adalah dengan menerapkan ATCS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan ATCS dalam memprioritaskan Bus Trans jogja
pada kondisi lalu lintas bercampur. Penelitian ini menggunakan piranti lunak AIMSUN 6.1., dengan 3skenario penerapan ATCS pada simpang bersinyal dan dibandingkan dengan kondisi eksisting. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal tercapai pada penerapan ATCS dalam skenario 3 dengan
penurunan tundaan lalu lintas sebesar 47%, panjang antrian rata-rata 54%, waktu perjalanan Bus Trans Jogja
37%, dan tundaan perjalanan Bus Trans Jogja 67%. Penerapan ATCS dapat berfungsi optimal jika
penempatan posisi penerapan ATCS dilakukan lebih teliti dan disesuaikan dengan kondisi lalu intas yang
terjadi pada jaringan jalan tersebut.
Kata kunci: Bus Trans Jogja, ATCS, panjang antrian, tundaan, waktu perjalanan
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan transportasi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi. Tata guna lahan di wilayah Kota Yogyakarta sudah sangat padat
dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penambahan kapasitas jalan dengan
pembangunan maupun pelebaran infrastruktur transportasi yang ada. Salah satu strategi
yang tepat untuk bisa mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Yogyakarta adalah
penekanan volume kendaraan pribadi dengan cara menyediakan sarana transportasi massal,
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
2/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
yaitu Bus Trans Jogja. Pada kondisi lalu lintas di Kota Yogyakarta, pengoperasian Bus
Trans Jogja dilakukan dengan lalu lintas bercampur dengan kendaraan lain. Hal ini
menyebabkan nilai manfaat waktu yang bisa diberikan Bus Trans Jogja menjadi menurun.
Dalam kondisi lalu lintas bercampur, semakin besar kemungkinan Bus Trans Jogja terjebak
dalam antrian dengan arus lalu lintas kendaraan lain. Dalam rangka melakukan penerapan
Traffic Demand Management (TDM), yang bertujuan agar pengguna kendaraan pribadidapat beralih menggunakan angkutan umum, yaitu Bus Trans Jogja, maka Pemerintah
DIY melakukan suatu studi strategi perbaikan pengoperasian Bus Trans Jogja yang
dilakukan dengan cara menerapkan prioritas lampu lalu lintas pada simpang bersinyal
(ATCS). Penerapan ATCS untuk mengkoordinasi simpang bersinyal telah dilakukan di
simpang bersinyal antara lain Simpang Gondomanan, Pingit, Demangan, Wirobrajan, Km
0, dan Jlagran, sedangkan untuk ATCS sebagai bus priority sudah pernah dilakukan
penerapan uji coba pada Simpang UIN, namun karena dirasa mengganggu lalu lintas yang
ada, uji coba dihentikan dan penerapan ATCS sebagai bus priority dibatalkan. Penelitian
ini dilakukan agar penerapan ATCS sebagai bus priority bisa berjalan optimal dengan
menghasilkan kinerja simpang bersinyal yang semakin membaik. Optimalisasi dilakukan
terhadap indikator kinerja simpang bersinyal yakni waktu tundaan dan panjang antrian pada simpang dan kinerja pengoperasian Bus Trans Jogja yakni waktu tundaan dan waktu
perjalanan pada rute yang ditinjau dengan tidak mempertimbangkan hambatan samping
yang ada di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemodelan TransportasiPemodelan transportasi merupakan salah satu cara penyederhanaan atau simplikasi dari
kondisi transportasi yang terjadi di kenyataan lalu dilakukan simulasi dari simplikasi
tersebut untuk mempresentasikan keadaan yang sesungguhnya dan kemungkinan yangakan terjadi terhadap sistem transportasi pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
dapat diketahui apa saja yang perlu dilengkapi oleh para perencana atau pengembang
dengan hanya melihat dan mempelajari model tersebut. Beberapa simulasi skenario dapat
dilakukan pada model sehingga dapat dipilih rencana pengembangan yang optimum yang
sesuai dengan tujuan awal pembangunan (Tamin, 2000).
Sinyal Prioritas Bus dengan ATCSATCS merupakan sistem pengaturan lalu lintas bersinyal terkoordinasi yang diatur
mencakup satu wilayah secara terpusat. Dengan penerapan ATCS atau lampu lalu lintas
terkoordinasi maka akan terjadi efisiensi pergerakan dan akan meningkatkan kapasitas
simpang untuk melayani lalu lintas, waktu perjalanan yang lebih pendek, penurunantingkat resiko kecelakaan bagi pengendara dan kenyamanan pengguna jalan yang lebih
baik. Penerapan ATCS sebagai sinyal prioritas bus dibutuhkan untuk memberikan prioritas
pada bus dalam lalu lintas sehingga ruang jalan bus bisa dimaksimalkan dan waktu
perjalanan bus bisa diminimalkan. Bus sebagai moda angkutan massal bisa bersaing
dengan kendaraan pribadi dalam meningkatkan pelayanan akan ketepatan waktu perjalanan
kepada masyarakat.
METODOLOGI
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
3/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta. Fokus kasus penelitian ini adalah meneliti
kinerja rute Bus Trans Jogja pada lokasi sepanjang Jalan Diponegoro menuju Jalan Adi
Sucipto. Bus Trans Jogja telah mengoperasikan 6 rute dengan panjang total trayek yang
dilayani 200.55 km (Dishubkominfo Provinsi Yogyakarta, 2010), pada penelitian ini
difokuskan pada rute Bus Trans Jogja yang merupakan bagian dari jaringan jalan utama diKota Yogyakarta yang memiliki volume lalu lintas tinggi karena pada jaringan jalan
tersebut merupakan jalur utama menuju pusat-pusat tarikan perjalanan, seperti kampus,
pusat perbelanjaan, dan objek pariwisata. Rute yang menjadi fokus penelitian terdiri dari 9
simpang bersinyal utama, 25 simpang kecil, dan terdapat sebanyak 15 shelter Bus Trans
Jogja. Data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1) Peta jaringan jalan Kota Yogyakarta dari Google Earth.
2) Data volume lalu lintas seperti bus, mobil, motor, dan truk, didapat dari data survei
Dinas Perhubungan pada tahun 2010 yang kemudian diproyeksikan di tahun 2013
dengan faktor pertumbuhan 4%.
3) Peta Rute Bus Trans Jogja dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
Provinsi Yogyakarta.4) Geometri Ruas Jalan
a) Geometri ruas jalan utama didapat dari Dinas Pekerjaan Umum.
b) Geometri ruas jalan pada simpang kecil sepanjang lokasi penelitian didapat dari
observasi di lapangan.
5)
Waktu siklus pada simpang bersinyal didapat dari observasi di lapangan.
6) Data headway Bus Trans Jogja dan letak shelter Bus Trans Jogja didapat dari obervasi
di lapangan dan dari data hasil survei pemantauan operasional Bus Trans Jogja oleh
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Provinsi Yogyakarta.
7)
Kecepatan kendaraan didapat dari observasi di lapangan.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pemodelan Kondisi EksistingPemodelan dilakukan terhadap kondisi eksisting terlebih dahulu dengan melakukan input
data-data lalu lintas yang terjadi di kondisi lapangan pada software AIMSUN 6.1. Software
AIMSUN 6.1 ini memiliki keterbatasan seperti tidak dapat memodelkan pergerakan lalu
lintas sepeda motor dan karakteristik pergerakan kendaraan sesuai dengan kondisi
lapangan dalam penggunaan lajur kendaraan. Kalibrasi dan validasi dilakukan pada
parameter perubahan lajur dengan penyesuaian terhadap kondisi pergerakan lalu lintas di
lapangan. Pada kondisi lapangan, 2 lajur bisa digunakan untuk 3 kendaraan berdampingan
sedangkan pada pemodelan AIMSUN hanya bisa digunakan untuk 2 kendaraan berdampingan, misalnya dengan total lebar jalan 7.5 meter dengan 2 lajur, dalam kondisi
pemodelan hanya bisa dilalui satu kendaraan tiap lajurnya, sedangkan pada kondisi di
lapangan jalan dengan lebar 7.5 meter tersebut bisa dilalui 3 kendaraan berdampingan
kemudian dilakukan kalibrasi dan validasi dengan cara mengubah jumlah lajur pada
pemodelan menjadi jalan 3 lajur dengan lebar masing-masing lajur 2.5 meter. Kalibrasi
lain dilakukan pada parameter Max Desired Speed dan Speed Acceptance, dengan
melakukan trial and error sebanyak 15 kali seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Setiap
satu NO. Eksperimen terdiri dari 5 eksperimen dengan Speed Acceptance yang berbeda-
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
4/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
beda mulai dari 0.8, 0.9, 1.0, 1.1, dan 1.2. Selanjutnya kecepatan yang diperoleh dari
simulasi pada detektor, dibandingkan dengan kecepatan observasi yang diperoleh di
lapangan. Nilai chi-square yang didapat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Nilai
RMSE (Root Mean Square Error) yang didapat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Nilai R-square yang didapat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 1 Trial and Error Eksperimen
NO.
Eksperimen
Max Desired Speed (km/jam)
Mobil Motor Truk Bus
1 30 40 50 60
2 50 60 20 30
3 60 70 30 40
Tabel 2 Nilai RMSE
Speed Acceptance Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 3
0.80 8.25 7.43 7.38
0.90 8.06 8.12 7.82
1.00 9.56 12.41 12.67
1.10 9.56 14.78 15.55
1.20 8.16 15.61 19.56
Tabel 3 Nilai Chi-square
Speed Acceptance Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 3
0.80 16.04 9.87 9.82
0.90 14.86 10.37 9.65
1.00 31.73 45.66 55.88
1.10 15.94 92.40 66.471.20 14.91 51.32 98.68
Tabel 4 Nilai R-square
Speed Acceptance Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 3
0.80 0.27 0.19 0.21
0.90 0.24 0.11 0.20
1.00 0.19 0.19 0.29
1.10 0.23 0.25 0.21
1.20 0.13 0.26 0.28
Berdasarkan eksperimen tersebut diperoleh eksperimen 3 dengan speed acceptance 0.8,
merupakan hasil yang terbaik. Eksperimen 3 dengan speed acceptance 0.8 memiliki rata-
rata nilai error yang paling kecil dengan nilai RMSE 7.38, nilai Chi-square 9.82, dan nilai
R-square 0.21.
Pemodelan Kondisi SkenarioPada kondisi skenario dilakukan penerapan ATCS sebagai sinyal prioritas khusus bagi Bus
Trans Jogja ketika melewati simpang bersinyal. Bus Trans Jogja beroperasi pada kondisi
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
5/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
lalu lintas bercampur (mixed traffic), namun ketika akan melewati simpang bersinyal, Bus
Trans Jogja diberikan prioritas untuk bisa melewati simpang bersinyal. Pemberian prioritas
simpang bersinyal ini pada pemodelan skenario dilakukan dengan mengatur lampu lalu
lintas dan memberikan detektor-detektor ketika kendaraan akan memasuki simpang
bersinyal yang disebut priority request start dan ketika telah melewati simpang bersinyal
yang disebut priority request end. Detektor dipasang sejauh 50 meter pada mulut simpanguntuk request start dan 10 meter untuk request end.
1)
Kondisi Skenario 1
Pada skenario 1 dilakukan alternatif dengan menerapkan ATCS pada simpang
bersinyal yang mengalami tundaan pada masing-masing lengan simpang lebih besar
dari 2.5 menit pada kondisi eksisting, sedangkan pada simpang bersinyal dengan
tundaan pada masing-masing lengan simpang kurang dari 2.5 menit tidak diterapkan
ATCS, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Posisi Penerapan ATCS Pada Skenario 1
2) Kondisi Skenario 2
Pada skenario 2 dilakukan alternatif dengan menerapkan ATCS pada simpang
bersinyal yang mengalami tundaan rata-rata simpang lebih besar dari 2.5 menit pada
kondisi eksisting, sedangkan pada simpang bersinyal dengan tundaan rata-rata simpang
kurang dari 2.5 menit tidak diterapkan ATCS, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Pada skenario 2 ini dilakukan optimalisasi terhadap kondisi skenario 1.
Gambar 2 Posisi Penerapan pada Skenario 2
3) Kondisi Skenario 3
Pada skenario 3 ini dilakukan penerapan ATCS hanya pada lengan-lengan simpang
bersinyal yang mengalami penurunan tundaan cukup signifikan dengan adanya
penerapan busway dan ATCS, sedangkan penerapan ATCS tidak dilakukan pada
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
6/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
simpang bersinyal yang mengalami peningkatan tundaan lebih besar dari 2.5 menit,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Posisi Penerapan ATCS Pada Skenario 3
Hasil AnalisisAnalisis yang akan dibahas pada penelitian ini antara lain perbandingan analisis kinerja
simpang bersinyal dan kinerja operasi Bus Trans jogja hasil model pada kondisi eksisting
dengan kondisi skenario. Parameter yang digunakan adalah besar waktu tundaan lalu
lintas, panjang antrian yang terjadi pada lengan dari simpang bersinyal yang ditinjau, besar
waktu tundaan perjalanan dan waktu perjalanan dari rute Bus Trans Jogja yang ditinjau.
1) Analisis Kinerja Simpang Bersinyal
Hasil simulasi dari pemodelan terhadap skenario yang dilakukan memberikan dampak
terhadap kinerja simpang bersinyal yang ditinjau dalam penelitian ini.
a)
Waktu Tundaan Pada Simpang
Waktu tundaan rata-rata dari simpang bersinyal yang ditinjau ditunjukkan pada
Tabel 5.
Tabel 5 Tundaan Rata-rata Simpang
Simpang
Waktu Tundaan
Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
menit detik menit detik menit detik menit Detik
Tugu 4 2 2 50 3 1 2 4
Badran 0 27 0 24 0 22 0 22
Cik Ditiro 2 20 1 33 1 37 1 25
Mirota 2 47 2 43 2 47 2 26
Sagan 2 22 2 14 1 55 1 38Galerian 1 15 1 13 1 6 0 44
Colombo 1 14 0 41 0 32 0 27
Demangan 6 34 5 34 5 14 3 47
UIN 9 47 3 31 3 32 3 8
Rata-rata 3 20 2 17 2 13 1 47
Penurunan 32% 34% 47%
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
7/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
Waktu tundaan rata-rata simpang bersinyal pada kondisi eksisting sebesar 3 menit
20 detik yang menunjukkan bahwa tingkat pelayanan simpang bersinyal tersebut
sudah sangat buruk serta dengan tundaan rata-rata sebesar itu maka kendaraan
cenderung terkena 2 kali lampu merah untuk bisa melewati simpang bersinyal pada
jaringan jalan yang ditinjau. Dengan adanya penerapan ATCS pada skenario 1, 2
,dan 3 berhasil menurunkan tundaan rata-rata simpang sebesar 32%, 34%, dan47%. Pada kondisi skenario 3 waktu tundaan berhasil diturunkan menjadi 1 menit
47 detik dan ini merupakan kondisi optimal sebab dengan waktu siklus maksimal
dari simpang bersinyal yang ditinjau sebesar 130 detik maka dengan besar tundaan
1 menit 47 detik atau 107 detik, kendaraan hanya terkena 1 kali lampu merah untuk
bisa melewati simpang bersinyal tersebut.
b) Panjang Antrian Pada Simpang
Panjang antrian rata-rata dari simpang bersinyal yang ditinjau ditunjukkan pada
Tabel 6.
Tabel 6 Panjang Antrian Rata-rata Simpang
Simpang
Panjang Antrian (m)
Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3Tugu 89.08 60.18 63.91 42.88
Badran 10.27 6.78 4.35 4.14
Cik Ditiro 58.26 36.31 36.83 32.19
Mirota 52.86 51.22 52.08 45.88
Sagan 38.94 41.75 35.11 28.12
Galerian 31.76 30.31 27.38 17.17
Colombo 37.07 14.67 9.31 6.55
Demangan 115.73 110.16 102.2 71.48
UIN 304 101.68 102.03 90.63
Rata-rata 82 50.34 48.14 37.67Penurunan 39% 41% 54%
Panjang antrian rata-rata simpang bersinyal pada kondisi eksisting sebesar 82 m
yang artinya kinerja dari keseluruhan jaringan jalan yang ditinjau belum cukup baik
dan beberapa lengan simpang bersinyal pada jaringan jalan yang ditinjau memiliki
tundaan yang sangat besar sehingga semakin banyak kendaraan yang terjebak
dalam antrian untuk bisa melewati simpang bersinyal tersebut. Dengan adanya
penerapan ATCS pada skenario 1, 2 ,dan 3 berhasil menurunkan tundaan rata-rata
simpang sebesar 39%, 41%, dan 54%. Pada kondisi skenario 3 panjang antrian
berhasil diturunkan menjadi 37.67 meter dan ini merupakan kondisi optimal sebab
dengan penerapan ATCS sebagai bus priority system pada Simpang Tugu, Badran,Mirota, Galeria, Colombo, dan Demangan memberikan dampak baik bagi kinerja
simpang bersinyal dalam keseluruhan jaringan jalan yang ditinjau. Penerapan
alternatif pada skenario 3 sudah optimal berhasil menurunkan jumlah titik-titik
kritis kemacetan yang terjadi dengan cukup signifikan. Pada Gambar 4.
ditunjukkan lokasi titik-titik kritis kemacetan yang terjadi pada kondisi eksisting.
Titik-titik kritis yang terjadi berhasil diturunkan jumlahnya dengan penerapan
alternatif pada skenario 1, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Namun hasil
penurunan yang terjadi masih belum optimal, sehingga dilakukan penerapan
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
8/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
alternatif pada skenario 2 dan menghasilkan penurunan jumlah titik kritis yang
tidak jauh berbeda dengan skenario 1, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Selanjutnya dilakukan penerapan alternatif pada skenario 3 dan menghasilkan
penurunan jumlah titik-titik kritis yang terjadi semakin besar, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 4. Lokasi Titik-Titik Antrian Kritis Pada Kondisi Eksisting
Gambar 5. Lokasi Titik-Titik Antrian Kritis Pada Kondisi Skenario 1
Gambar 6. Lokasi Titik-Titik Antrian Kritis Pada Kondisi Skenario 2
Gambar 7. Lokasi Titik-Titik Antrian Kritis Pada Kondisi Skenario 3
2) Analisis Kinerja Operasi Bus Trans Jogja
Hasil simulasi dari pemodelan terhadap skenario yang dilakukan memberikan dampak
terhadap kinerja dari operasi rute Bus Trans Jogja yang ditinjau dalam penelitian ini.
Parameter yang digunakan dalam analisis kinerja operasi Bus Trans Jogja antara lain:
a) Waktu Perjalanan
Pada hasil pemodelan diperoleh besar waktu perjalanan untuk setiap rute Bus Trans
Jogja yang ditinjau pada kondisi eksisting dan kondisi penerapan alternatif pada
skenario, seperti ditunjukkan pada Tabel 7.
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
9/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
Tabel 7 Waktu Perjalanan Masing-masing Rute
Rute
Waktu Perjalanan
Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
menit detik menit detik menit detik menit detik
1A 42 22 17 60 16 49 24 34
1B 32 16 27 23 25 6 16 432A 12 26 11 52 13 25 10 22
2B 11 26 8 24 8 45 8 0
3A1 11 11 9 48 9 50 7 53
3A2 7 48 8 47 8 56 5 39
3B 10 29 7 51 8 34 7 15
Rata-Rata 18 17 13 9 13 4 11 29
Penurunan 28% 29% 37%
Waktu perjalanan rata-rata pada kondisi eksisting dari keseluruhan rute dalam
jaringan jalan yang ditinjau sebesar 18 menit 17 detik. Dengan adanya penerapanATCS pada skenario 1, 2, dan 3, waktu perjalanan rata-rata berhasil diturunkan
sebesar 28%, 29% dan 37%. Hasil dari skenario 3 merupakan hasil yang optimal
dengan penurunan waktu tempuh perjalanan rata-rata sebesar 37%. Semakin sedikit
waktu tempuh yang dibutuhkan, semakin baik kinerja dari rute Bus Trans Jogja
tersebut. Dengan waktu tempuh yang semakin singkat maka rute tersebut semakin
efisien. Waktu tempuh Bus Trans Jogja pada masing-masing rute tergantung
kecepatan dan kondisi lalu lintas. Dengan adanya hambatan berupa kemacetan
maka waktu tempuh yang dibutuhkan akan semakin besar. Waktu perjalanan dari
masing-masing rute pada kondisi skenario 3 kurang dari 25 menit, hal ini
menunjukkan dengan adanya penerapan ATCS pada skenario 3, pengoperasian Bus
Trans Jogja semakin baik. b) Tundaan Perjalanan
Pada hasil pemodelan diperoleh besar tundaan perjalanan untuk setiap rute Bus
Trans Jogja yang ditinjau pada kondisi eksisting dan kondisi penerapan alternatif
pada skenario, seperti ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Tundaan Perjalanan Masing-masing Rute
Rute
Tundaan Perjalanan
Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
menit detik menit detik menit detik menit detik
1A 34 3 14 25 13 58 14 43
1B 21 38 16 46 14 30 6 6
2A 8 11 6 48 8 21 5 17
2B 7 28 4 25 4 46 4 1
3A1 8 58 7 35 7 37 5 40
3A2 5 57 6 56 7 6 3 49
3B 6 22 3 46 4 28 3 10
Rata-Rata 13 14 8 40 8 41 4 24
Penurunan 35% 34% 67%
8/18/2019 Paper Optimalisasi Atcs Bus Priority 16 Fstpt Ums
10/10
The 16 th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, 1 – 3 Nov 2013
Waktu tundaan perjalanan rata-rata pada kondisi eksisting dari keseluruhan rute
dalam jaringan jalan yang ditinjau sebesar 13 menit 14 detik. Dengan adanya
penerapan ATCS pada skenario 1, 2, dan 3, tundaan perjalanan rata-rata yang
terjadi berhasil diturunkan sebesar 35%, 34%, dan 67%. Pada kondisi skenario 3,
diperoleh penurunan tundaan perjalanan rata-rata yang cukup optimal dengan besar
tundaan perjalanan pada masing-masing rute lebih kecil dari 15 menit sehinggaheadway yang terjadi lebih kecil dari 15 menit dan jadwal berangkat menjadi tepat
waktu. Dengan tundaan perjalanan yang semakin kecil maka ketepatan waktu
keberangkatan pada rute tersebut akan semakin tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap pemodelan jaringan jalan yang
ditinjau pada kondisi eksisting dan skenario penerapan ATCS sebagai bus priority system
menggunakan software AIMSUN 6.1. maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
adanya penerapan ATCS sebagai bus prioriy pada skenario 1, 2, dan 3 berhasil
meningkatkan kinerja simpang bersinyal dan pengoperasian Bus Trans Jogja. Kondisi
optimal dicapai pada penerapan skenario 3 dengan penurunan tundaan rata-rata simpang
sebesar 47%, panjang antrian rata-rata simpang sebesar 54%, waktu perjalanan rata-rata
sebesar 37%, dan tundaan perjalanan rata-rata sebesar 67%.
Penerapan ATCS sebagai bus priority menghasilkan kinerja dari simpang bersinyal dan
Bus Trans Jogja menjadi semakin baik dengan semakin berkurangnya jumlah titik-titik
kritis kemacetan yang terjadi sehingga besar tundaan perjalanan yang terjadi juga semakin
berkurang. Pada kondisi mixed traffic, penerapan ATCS bisa berfungsi optimal jika
penempatan posisi penerapan ATCS dilakukan dengan lebih teliti dan disesuaikan dengan
kondisi lalu lintas yang terjadi pada jaringan jalan tersebut
DAFTAR PUSTAKADinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Yogyakarta. Survei Volume Lalu
Lintas Kota Yogyakarta Tahun 2010.
Salim, H.A. Abbas. 2012. Manajemen Transportasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB.