Upload
komingayu-juliana
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
1/27
ANALISIS BENTANG LAHAN
Pembentukan Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur
Oleh :
MARIA BUNGARAN SIMARMATA 05121007015
KOMING AYU JULIANA SARI 05121007017
HELSI YOGAN 05121007132
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
2/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pulau Kalimantan adalah wilayah dengan iklim tropik basah. Karakter
vegetasi hutan tropik basah memiliki keragaman jenis sangat tinggi. Topografi
wilayah Kalimantan meliputi dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga
memungkinkan ditemui berbagai tipe vegetasi. Delta Mahakam adalah salah satu
delta popular di dunia yang berada di wilayah Kalimantan Timur. Sedimen Delta
Mahakam mencerminkan ciri-ciri fisik hasil pengendapan arus sungai dan arus
pasang surut.
Morfologi delta tediri dari delta plain, delta front dan prodelta. Wilayah
delta plain berdasarkan tipe vegetasinya dibagi lagi menjadi upper delta plain dan
lower delta plain. Luas Delta Mahakam keseluruhan mencapai 15.000 ha, berada
pada posisi geografis 021-110 LS dan 11715- 11740BT. Distribusi vegetasi
Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait dengan morfologi delta.
Delta Mahakam merupakan sebuah kawasan perairan payau di Kalimantan
Timur yang mempunyai hutan mangrove yang cukup luas. Seperti pada umumnya
hutan mangrove, tentu mempunyai ciri-ciri ekologis yang unik, yaitu berupa
saling keterkaitan antara tumbuhan dan hewan yang hidup bersamanya. Sampai
tahun 1980-an, seluruh kawasan Delta Mahakam merupakan daerah vegetasi yang
lebat dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove. Ekosistem hutan mangrove
merupakan habitat bagi beragam jenis biota laut. Penduduk setempat sudah lama
memanfaatkan kawasan ini sebagai areal tangkapan ikan, udang, dan kepiting.Produksi udang untuk ekspor dimulai pada tahun 1970an. Permintaan yang tinggi
akan udang dari negara-negara lain tersebut membuat para petani ikan
membangun tambak-tambak udang. Selama tahun 1990an, mereka merubah
lahan-lahan mangrove, menghancurkan vegetasi mangrove dengan menebang dan
membakar lahan-lahan tersebut, dan menjadikannya tambak-tambak udang.
Kekayaan ekosistem Delta Mahakam sangat didukung oleh lokasi delta tersebut
yang terletak di tepi barat Selat Makassar, sebuah selat yang sangat penting bagi
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
3/27
iklim dan ekonomi dunia. Melalui selat inilah, arus laut antara Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia mengalir dan kaya akan zat-zat nutrisi. Arus laut ini dikenal
di dunia sebagai Indonesian throughflow atau Arus Lintas Indonesia
Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus
rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan
arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang
memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas
yang tinggi. Secara administratif, kawasan Delta Mahakam berada dalam wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya berada di Kecamatan Anggana, Muara
Jawa, dan Sanga-Sanga.
Karakteristik yang dimiliki oleh Delta Mahakam sangat unik, yang
barangkali tidak ditemui di tempat lain. Delta ini terjadi sebagai akibat dari proses
sedimentasi yang terus menerus selama beratus-ratus tahun sehingga membentuk
sebuah delta yang dikatakan delta majemuk karena terdiri dari belasan anak-anak
sungai yang mempunyai interkorelasi dan berhilir ke laut dengan muara masing-
masing.
Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai
karakter yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh
gerakan pasang surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisi
topografi Pulau Kalimantan yang cendurung landai.
Delta Mahakam adalah suatu kawasan berbentuk kipas, dengan pinggiran
luarnya berbentuk hampir setengah lingkaran (fanshaped lobate), yang terbentuk
dari proses sedimentasi sejak 5000 tahun yang lalu pada muara Sungai Mahakam
di kawasan pantai timur Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan delta ini berupa
kawasan dataran berlumpur (delta plain) yang hampir keseluruhannya beruparawa-rawa dengan alur-alur sungai dan anak-anak sungai yang memotong bagian
daratannya, kawasan pasang surut berpasir/paparan delta (delta front), dan
kawasan yang tersusun dari batu lempung menunjam ke arah laut terbuka dan
selalu tergenang air laut/prodelta.
Delta Mahakam secara alami ditutupi oleh nipah (Nypah fruticans) sebagai
vegetasi dominan, diikuti oleh beberapa jenis tumbuhan mangrove, seperti Api-api
(Avicennia spp), dan bakau (Rhizophora spp), luas tutupan nipah (Nypah
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
4/27
fruticans) terbesar di dunia. Ekosistem Delta Mahakam memiliki produktivitas
hayati yang sangat tinggi dan mendapat pasokan bahan organik potensial sebagai
hara dari lahan atas melalui aliran sungai. Oleh karena itu, ekosistem ini memiliki
potensi sumberdaya alam hayati (renewable resources) seperti ikan, udang, dan
kepiting yang sangat besar. Selain potensi sumberdaya alam hayati, ekosistem
Delta Mahakam juga memiliki sumberdaya alam seperti minyak dan gas bumi
potensial. Kedua jenis sumber daya alam potensial tersebut di atas, menjadikan
ekosistem Delta Mahakam memiliki nilai yang amat penting bagi pembangunan
berbasis sumberdaya alam hayati (perikanan) dengan minyak dan gas bumi di
Provinsi Kalimantan Timur umumnya dan Kabupaten Kutai Kartanegara
khususnya.
Interaksi antara aliran air tawar dari Sungai Mahakam dan arus pasang
surut yang masuk dari Selat Makasar memainkan peranan penting dalam
pembentukan Delta Mahakam. Estuari Mahakam merupakan daerah transisi
tempat terjadinya percampuran massa air dari sungai yang bersifat tawar dan air
laut yang bersalinitas tinggi. Kombinasi air tawar dan air laut tersebut akan
menghasilkan komunitas khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Delta
Mahakam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki transport
sedimen yang kompleks. Material-material sedimen tersuspensi (melayang) di
Sungai Mahakam dan terperangkap di Estuari Mahakam yang akhirnya (dalam
waktu ratusan tahun) membentuk Delta Mahakam.
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui delta beserta
pembentukannya, macam-macam bentuk delta dan khususnya pembentukanDelta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
5/27
BAB II
ISI
Pengertian Delta dan Bentuk-Bentuk Delta
Pengertian delta adalah massa sedimen baik subaerial maupun submerged
yang terendapkan pada tubuh air (laut atau danau) terutama oleh aktivitas sungai.
Dalam kamus Oceanografi dijelaskan bahwa delta merupakan endapan sedimen
yang berasal dari daratan yang terbentuk di muara sungai berbatasan dengan laut
ataupun danau. Delta didefinisikan sebagai dataran rendah yang hampir rata,
terletak di muara sungai tempat endapan sedimen terakumulasi. Delta juga
didefinisikan delta sebagai daerah akumulasi di wilayah pesisir, baik yang
subaquenous dan subaerial, materialnya berasal dari endapan sungai maupun
endapan sekunder dari laut yang dibentuk oleh berbagai agen, seperti gelombang,
arus atau pasang surut (Atmodjo, 2010).
Delta merupakan hasil interaksi proses fluvial dan marin sehingga
dinamika delta tidak terlepas dari dua hal tersebut. Hal ini ditunjukan oleh maju
atau mundurnya garis pantai delta, yakni maju pada bagian yang mendapatkan
imbuhan sedimen dan mundur pada bagian yang mengalami abrasi. Kuat
lemahnya pengaruh proses marin dan proses fluvial mempengaruhi jenis delta
yang terjadi. Apabila pengaruh proses fluvial lebih kuat dibanding proses marin,
maka akan terbentuk Delta Kipas (lobate) dan Delta Kaki Burung (elongate) yang
termasuk high constructive deltas. Jika pengaruh proses marin lebih kuat maka
akan terbentuk Delta Lancip (Cuspate) yang termasuk high-destructive delta.
Delta adalah endapan yang dibuat di muara sungai dimana sungai yangmengalir ke dalam laut, muara, danau, waduk, rata gersang daerah, atau ke sungai.
Delta yang dibentuk dari endapan sedimen yang dibawa oleh sungai sebagai alur
daun mulut sungai. Lebih lama dari waktu, endapan ini membangun karakteristik
geografis pola delta sungai. Delta terbentuk di muara sungai dan sangat
tergantung pada jumlah material sedimen yang diendapkan di daerah tersebut dan
proses hidrodinamika yang terjadi di daerah tersebut.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
6/27
Gambar 1. Hubungan Proses Marin dan Fluvial pada Pengendapan Delta
Delta dibagi menjadi enam tipe. Tipe pertama berkembang pada
lingkungan yang mempunyai pasang surut rendah, arus sepanjang pesisir rendah,
serta material halus sebagai suspended load lebih dominan, akan cenderung
membentuk delta tipe kaki burung. Tipe kedua berkembang pada tempat yang
terpengaruh energi gelombang rendah, dasar pesisir dangkal, tetapi mempunyai
pasang-surut tinggi, sehingga meninggalkan bentuk yang lebar. Tipe ketiga di
bawah pengaruh energi gelombang sedang, pasang-surut tinggi, serta arus
sepanjang pesisir rendah, sehingga akan meninggalkan bentuk kenampakan beach
sands pada saluran sungai dan menyebabkan saluran sungai tidak berkembang.
Tipe keempat di bawah pengaruh energi gelombang yang sedang, dasar pesisir
sangat datar, pasang surut rendah, sehingga meninggalkan bentuk barriers sands
dan membentuk semacam lagoon sebagai wadah perkembangan delta lebih lanjut.
Tipe kelima berkembang pada tempat yang terpengaruh oleh energi gelombang
yang besar dan topografi dasar pesisir miring. Tipe keenam di bawah pengaruh
energi gelombang yang sangat besar dengan arus pesisir yang cukup kuat,
sehingga meninggalkan bentuk memanjang sejajar garis pesisir.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
7/27
Gambar 2. Tipe-tipe Delta
Proses fluvial, proses gelombang dan pasang surut berpengaruh terhadap
terbentuk berbagai tipe delta di dunia. Bila pengaruh proses fluvial dominan maka
delta akan cenderung berbentuk Delta Kaki Burung, seperti misalnya Delta
Mississipi, USA. Bila pengaruh fluvial dan gelombang hampir seimbang maka
akan membentuk Delta Cuspate, seperti misalnya Delta Sungai Ebro, Spanyol.
Tetapi bila pengaruh fluvial dan pasang surut hampir seimbang maka akan
membentuk Delta Kipas seperti Delta Mahakam di Kutai Kalimantan.
Arus sungai yang memasuki air laut akan mengalami perlambatan.
Akibatnya kemampuan mengangkut material berkurang sehingga material tersebut
mengendap. Dalam proses pengendapan terjadi pemilahan, yaitu material sedimen
berbutir kasar akan diendapkan terlebih dahulu dekat dengan sungai, sedangkan
material yang lebih halus akan diendapkan jauh dari muara sungai. Secara teoritis
urutan pemilahan sedimen pada muara sungai menuju ke arah laut adalah pasir,
lanau atau debu, dan lempung. Sedimen yang mengendap pada delta mempunyai
struktur baji yang berasal dari sungai dan berselingan dengan sedimen laut yang
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
8/27
pada umumnya berasal dari daratan, tetapi diendapkan kembali di delta oleh arus
laut dan ombak (Goulty, 2002).
Faktor yang paling penting terjadinya perkembangan delta adalah
pemasokan material dan aktivitas pada wilayah pengendapan. Kenampakan delta
terkontrol oleh morfologi pesisir, arah dan intensitas gelombang, tingkat
pengangkutan sedimen pesisir, serta pasang surut. Faktor-faktor tersebut
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda, sehingga membentuk berbagai macam
tipe delta yang berlainan.
Bentuk-bentuk delta dapat dikelompokkan menjadi 5 macam, antara lain :
a) Delta Lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Delta ini biasanya
tumbuh cepat besar, karena sungai membawa banyak bahan endapan, contohnya
Delta Missisippi dan Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur.
Gambar 3. Bentuk Delta Kaki Burung (lobben) dan Delta Mahakam
b) Delta Tumpul, bentuknya seperti busur. Bentuknya yang tumpul
menandakan bahwa energi gelombang yang datang relatif kuat dengan arah tegak
lurus ke arah pantai, sehingga material sedimen yang berasal dari sungai akan
didistribusikan secara merata ke arah kanan dan kiri muara. Keadaan delta ini
cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya Delta Tiger dan Sungai Nil.
Gambar 4. Bentuk Delta Sungai Nil dan Delta Tiger
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
9/27
c) Delta Runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini
makin lama makin sempit. Bentuk semakin menyempit dikarenakan semakin
lemahnya energi masa air sungai dan karena pantai yang sangat landai. Contoh
adalah Delta Sidorajo di Provinsi Jawa Timur.
Gambar 5. Bentuk Delta Runcing Sidoarjo Jawa Timur
e) Delta Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas di mulut sungai.
Contoh seperti pada Laguna Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah.
Gambar 6. Delta Estuaria (A) dan Laguna Segara Anakan (B)
f) Delta Berbelok, biasanya pertemuan sungai dan pantai samudera laut
dalam. Delta berbelok terjadi karena tekanan arus dari laut sangat besar sehingga
aliran sungai tidak dapat masuk ke arah laut dalam. Contohnya adalah Delta
Pantai Ayah Kebumen yang ada di Pantai Selatan Jawa.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
10/27
Gambar 7. Delta Pantai Ayah Kebumen yang Berbelok di Pantai Selatan Jawa
Berbagai macam tipe delta secara umum mempunyai kondisi fisiografis
yang universal dibagi menjadi dua yaitu delta bagian bawah (subaqueous delta)
yaitu bagian delta yang tenggelam pada waktu pasang surut rendah, dan
merupakan bagian terdepan dengan material terdiri dari material endapan halus,
dan delta bagian atas (subaerial delta), yaitu daratan di atas batas pasang surut
rendah. Daerah ini terbagi atas daratan delta bawah (lower delta plain) yang masih
terpengaruh interaksi sungai dan marin membentang ke arah darat sampai batas
pengaruh pasang surut yang merupakan bagian delta yang aktif dan daratan. Delta
atas (upper delta plain) yang merupakan bagian lebih tua dan diluar pengaruh
pasang surut atau marin.
Gambar 8. Komponen Delta Secara Horisontal
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
11/27
Tenaga Pembentuk Delta
Perubahan-perubahan yang terjadi pada bentuk lahan delta disebabkan
oleh proses-proses yang bekerja pada bentuk lahan itu. Tenaga alami yang bekerja
di daerah kepesisiran (coastal) yaitu angin, gelombang, arus, dan pasang surut.
Tenaga ini baik langsung maupun tidak langsung akan ikut mempengaruhi
morfodinamika delta.
1) Angin (wind)
Angin termasuk tenaga yang secara tidak langsung mempengaruhi
bentukan delta. Kebanyakan tenaga untuk membangkitkan gelombang laut adalah
angin. Tiupan angin lemah yang melintasi permukaan air laut dapat diamati dari
tingginya permukaan air, akan tetapi tinggi permukaan air yang teratur tidak akan
dapat dihasilkan hingga gelombang mempunyai kecepatan lebih dari 1,1 m/detik.
Kecepatan angin lebih dari 10 knot atau lebih dari 19 km/jam atau lebih dari 5
m/detik adalah suatu kecepatan angin yang dianggap mampu membangkitkan
gelombang laut.
2) Gelombang Laut (wave)
Tiupan angin di permukaan air laut menyebabkan permukaan air laut itu
menjadi gelombang. Gelombang ialah gerakan berayun air laut yang terjadi oleh
naik turunnya permukaan air secara bergantian. Gelombang laut memiliki bentuk
dan dimensi. Bentuk gelombang secara ideal adalah bentuk sinus. Gelombang
berbentuk sinus memiliki puncak dan lembah gelombang, karena itu suatu
gelombang memiliki dimensi tinggi.
Tinggi gelombang (H) ialah jarak vertikal antara puncak dan lembah. Oleh
karena gelombang berbentuk sinus, maka suatu gelombang memiliki dimensi
panjang. Panjang gelombang (L) ialah jarak horizontal yang diukur dari titikpuncak suatu gelombang hingga titik puncak pada gelombang berikutnya yang
berurutan. Dimensi gelombang berikutnya adalah periode gelombang (T) yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk satu panjang gelombang melintasi satu titik.
Dimensi gelombang yang terakhir adalah kecepatan gelombang (C) yaitu
merupakan perbandingan panjang gelombang dengan periode gelombang.
Hubungan antara kecepatan angin dengan tinggi gelombang yang secara
empiris telah ditentukan berdasarkan bukti-bukti observasi seperti berikut ini,
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
12/27
Tinggi Gelombang H = 0,031 U2 (dalam meter), dimana U adalah kecepatan
angin yang terjadi di laut. Gelombang penting untuk dipelajari karena gelombang
memiliki energi, maka gelombang mampu menentukan bentuk pantai, tipe pantai,
memilahkan sedimen di permukaan pantai, serta mampu mengangkut sedimen.
3) Arus Laut (current)
Arus laut merupakan tenaga marin yang berpengaruh terhadap daerah
pesisir. Arus laut yang berpengaruh terhadap perkembangan pantai adalah arus
pasang surut (tidal current), arus menuju pantai (onshore current), arus susur
pantai (longshore current), dan arus balik (rip current).
Arus pasang surut berlangsung ketika air laut bergerak ke arah daerah
pesisir pada saat pasang dan berbalik mengalir ke arah laut pada saat surut. Ketika
terjadi arus pasang dan kemudian berubah menjadi arus surut, terjadi suatu
periode air tenang dimana kecepatan arus pasang sangat lambat, berhenti, dan
kemudian berbalik arah. Arus menuju pantai (onshore current) terjadi pada saat
gelombang yang bergerak ke arah pantai menghasilkan arus pada zona empasan
(surf zone). Arus menuju pantai ini membawa sedimen dari laut menuju ke pantai
dan mengendapkannya di pantai.
Arus susur pantai (longshore current) ialah arus laut yang terdapat di zona
empasan yang umumnya bergerak sejajar dengan garis pantai yang ditimbulkan
gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai. Arus yang
menyusuri dan sejajar pantai ini umumnya merupakan hasil gelombang yang
datang pada perairan pantai yang dangkal pada sudut yang kurang dari normal
terhadap garis pantai dan kontur bawah laut. Arus susur pantai merupakan pengisi
bagi arus balik. Arus balik berperan dalam menyebarkan sedimen dari pantai ke
pantai lepas.4). Pasang Surut (tide)
Pasang surut air laut merupakan fluktuasi ritmik muka air laut yang
diakibatkan oleh pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan
matahari, terhadap massa air laut di bumi. Pengaruh gaya tarik bulan terhadap
muka air laut di bumi lebih besar 2,34 kali daripada pengaruh gaya tarik matahari.
Pada saat berlangsung air pasang disebut air naik (flood tide) dan
kedudukan muka laut mencapai puncaknya disebut air tinggi (high water). Pada
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
13/27
saat berlangsung air surut disebut air turun (ebb tide) dan kedudukan muka laut
mencapai titik rendahnya disebut air rendah (low water). Beda tinggi antara air
tinggi dan air rendah disebut sebagai julat pasut (tidal range).
Pasang purnama atau pasang perbani (spring tide) terjadi ketika kedudukan
bulan segaris dengan matahari, yakni pada saat bulan purnama dan saat bulan
mati. Pada saat pasang purnama ini terjadi julat pasur terbesar, sehingga terjadi
pula kedudukan muka laut tinggi tertinggi (highest high water) dan kedudukan
muka laut tendah terendah (lowest low water). Pasang mati (neap tide) terjadi
ketika seperempat bulan awal dan seperempat bulan akhir. Pada saat berlangsung
pasang mati terjadi julat pasut terkecil.
Berdasarkan besarnya julat pasang surut, maka pasang surut di suatu
pantai dapat diklasifikasikan menjadi :
a. mikropasut, dengan julat pasut < 2 meter
b. mesopasut, dengan julat pasut 2-4 meter
c.
makropasut, dengan julat pasut > 4 meter
Jenis pasut di suatu tempat dengan tempat lain tidak sama, hal ini
dipengaruhi oleh konfigurasi pulau, variasi topografi dasar laut dan bentuk pantai.
Proses Pembentukan Delta
Proses pembentukan delta biasanya terjadi di muara sungai. Pembentukan
delta secara alamiah terjadi dalam kurun waktu yang panjang, puluhan tahun
bahkan sampai ratusan tahun, sampai mencapai titik kestabilan. Peningkatan
aktifitas manusia di sepanjang sungai akan mempercepat proses terbentuknya
delta di muara sungai. Aktifitas tersebut adalah aktifitas yang menghasilkan
buangan limbah sedimen. Suplai sedimen yang terjadi terus menerus dari sungaitertampung di muara sungai dan lambat laun akan menumpuk sampai terbentuk
tanah timbul tepat di muka muara sungai. Suplai sedimen terus berlanjut,
penumpukan terjadi bukan lagi di muka mulut muara tetapi karena proses turbulen
dari bentukan tanah timbul maka pengendapan atau deposit sedimen terjadi di
belakang tanah timbul. Kejadian tersebut berlangsung terus menerus membuat
luasan tanah timbul bertambah mengarah ke laut dan pada akhirnya terbentuk
dataran masif yang disebut dengan delta (Murerli, 2007).
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
14/27
Sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara,
danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Transport sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar
perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai
dan sebagainya. Transport sedimen mengenai mekanisme sedimentasi yang terjadi
di pantai, muara sungai dan di laut berikut secara spesifik menggambarkan proses
transport sedimen sebagai faktor penting dalam proses terbentuknya dan sirkulasi
delta pada muara sungai di bibir pantai.
Delta disebabkan oleh berbagai proses yang terjadi di sungai, sebagai
tempat penumpukan material-material yang dibawa oleh sungai. Karena di muara
sungai arus air sudah sangat lemah maka seluruh muatan yang terbawa oleh air
sungai akan mengalami pengendapan pada wilayah tersebut. Dalam klasifikasi
sedimen berdasarkan lingkungan pengendapannya, delta tergolong dalam sedimen
transisi karena lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut.
Angkutan sedimen (sediment transport) meru-akan komponen dari aliran
sungai yang memiliki faktor penting dalam perubahan atau morfologi suatu
muara. Besaran angkutan sedimen ini tergantung dari kondisi geografis,
lingkungan, tutupan lahan, dan kondisi geologi dari daerah aliran sungainya. Jika
angkutan sedimen sungai ini sangat tinggi di daerah pertemuan antara sungai
dengan laut dan terjadi proses pengendapan akibat kecepatan aliran yang rendah
maka material yang terangkut akan terendapkan di daerah pertemuan tersebut.
Penumpukan material di daerah ini (muara) akan membentuk suatu daerah kering
yang diklasifikasikan sebagai delta (Rahardiawan, 2011).Keberadaan delta akan menyebabkan perubahan pola sirkulasi arus,
dimana dampak dari perubahan sirkulasi arus akan menyebabkan perubahan
kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi, kedalaman, kekeruhan, salinitas,
kejadian anoxic dan hypoxic, biodiversitas, komposisi spesies, alga blooms dan
eutropikasi, stok makanan laut dan luasan habitat. Perubahan sirkulasi arus
menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
15/27
Teknologi pemodelan dapat mengkaji tahapan proses pembentukan delta
dengan mensimulasikan sumber-sumber sedimentasi di sepanjang sungai sampai
dengan terbentuknya delta. Lama waktu pembentukan delta tergantung dari
banyak sumber sedimen yang masuk ke perairan muara sungai, pola sirkulasi arus
dan energi yang diterima muara sungai dari kondisi dinamis laut. Modul model
yang digunakan adalah meliputi modul Hidrodinamika dan Aliran Sungai untuk
mensimulasikan pola sirkulasi arus di muara sungai dan aliran sungai, distribusi
sedimen disimulasikan dengan menggunakan beberapa modul sedimen meliputi
Pergerakan Sedimen Dasar, Pergerakan Sedimen Kolom Air dan Pergerakan
Partikel. Proses pembentukan dataran dan delta disimulasikan dengan
menggunakan modul Morphologi Pantai dan modul Proses Litoral dan Dinamika
Garis Pantai.
Perubahan Spasial Delta
Salah satu hasil proses geomorfik yang bekerja pada muara sungai adalah
delta. Oleh karena proses geomorfik di wilayah pesisir, dimana muara sungai
berada, sangat dinamis maka delta yang terbentuk akan selalu mengalami
perubahan dan perkembangan. Faktor yang paling penting terjadinya
perkembangan delta adalah pemasokan material dan aktivitas pada wilayah
pengendapan. Perkembangan delta dipengaruhi oleh rezim sungai, proses-proses
pantai, struktur, serta iklim. Kenampakan delta terkontrol oleh morfologi pantai,
arah dan intensitas gelombang, tingkat pengangkutan sedimen pantai, serta julat
pasang surut (Atmodjo, 2010).
Pengendapan sedimen oleh masing-masing tenaga pengendapan di
mintakat pesisir maupun mintakat lain sangat dipengaruhi oleh keadaanlingkungan pengendapannya. Oleh karena itu, setiap lingkungan pengendapan
yang dibentuk oleh tenaga pengendapan yang berbeda memiliki karakteristik
sedimen yang berbeda pula. Untuk menentukan suatu lingkungan pengendapan
dapat digunakan parameter ukuran butir sedimen. Persebaran ukuran sedimen
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor besar kecilnya tenaga yang bekerja, tenaga
yang kuat mampu mengangkut butir pasir lebih besar dan mineral berat lebih
banyak.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
16/27
Tingkatan kekasaran material merupakan pencerminan tingkat kekuatan
tenaga pengangkut, semakin kasar ukuran butir mencerminkan semakin besar
tenaga pengangkutnya. Kemudian dalam kaitannya dengan pemilahan, sedimen
endapan marin biasa terpilah lebih baik dibandingkan dengan sedimen endapan
fluvial, tetapi lebih buruk bila dibandingkan dengan endapan angin. Endapan
angin mempunyai tingkat pemilahan yang baik, karena tenaga angin relatif stabil
kekuatannya dalam jangka waktu yang lama.
Perkembangan wilayah delta di samping berkaitan dengan pengelolaan
DAS hulu, juga dipengaruhi oleh proses hidrodinamika yang meliputi Gelombang
(wave), Pasang Surut (tidal), dan Arus Sepanjang Pesisir (longshore current).
Ketiga proses tersebut akan mengangkut dan mendistribusikan material sedimen
ke sebelah kanan ataupun kiri muara sungai. Jadi secara teoritis, bentuk
perkembangan pesisir delta di samping dipengaruhi oleh besaran asupan material
sedimen juga dipengaruhi oleh besaran tenaga hidrodinamika yang bekerja di
sepanjang pesisir.
Secara garis besar ada dua sedimen yang ditransportasikan yaitu Cohesive
dan Non Cohesive. Transpor sedimen kohesif sering diistilahkan menjadi
Suspended Load Transport karena kebanyakan sifatnya yang melayang di air,
sedangkan transpor sedimen non kohesif disebut Bed Load Transport. Dalam
kenyataan di lapangan, material yang termasuk Suspended Load Transport adalah
material lumpur (mud/siltation), sedangkan Bed Load Transport adalah material
littoral.
Gerakan air yang mempengaruhi hanyutan sedimen bukan saja berupa
gelombang (wave), tetapi juga arus sepanjang pesisir (longshore current) atau
gabungan dari keduanya. Arus sepanjang pesisir (longshore current) itu sendiriterjadi karena gelombang yang menuju pesisir berlangsung tidak sejajar dengan
garis pesisir, sehingga resultan tenaga gelombang menghasilkan arus sepanjang
pesisir. Tenaga arus sepanjang pesisir sangat tergantung dari gelombang,
sedangkan gelombang sendiri dipengaruhi oleh angin, kedalaman dan pasang
surut.
Arus sungai yang memasuki air laut akan mengalami perlambatan.
Akibatnya kemampuan mengangkut material berkurang sehingga material tersebut
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
17/27
mengendap. Dalam proses pengendapan terjadi pemilahan, yaitu material sedimen
berbutir kasar akan diendapkan terlebih dahulu dekat dengan sungai, sedangkan
material yang lebih halus akan diendapkan jauh dari muara sungai. Secara teoritis
urutan pemilihan pada muara sungai menuju ke arah laut adalah pasir, lanau atau
debu, dan lempung. Sedimen yang mengendap di delta mempunyai struktur baji
yang berasal dari sungai dan berselingan dengan sedimen laut yang pada
umumnya berasal dari daratan, tetapi diendapkan.
Proses perubahan spasial delta yang berlangsung secara dinamik akan
berakibat terjadinya perubahan-perubahan garis pesisir. Perubahan garis pesisir
yang ditimbulkan bisa terjadi karena adanya proses abrasi, akresi, dan
pendangkalan. Berbagai proses geomorfologis yang terjadi di wilayah pesisir akan
berpengaruh terhadap bangunan-bangunan pesisir seperti pelabuhan, industri,
objek wisata, maupun pertambakan yang ada di sepanjang wilayah pesisir delta.
Pesisir Kabupaten Kendal merupakan pesisir yang berbentuk delta yang berasal
dari hasil endapan Sungai Bodri, Sungai Damar, Sungai Blorong, dan sungai-
sungai kecil lainnya. Perencanaan wilayah pesisir yang berbentuk delta
seharusnya berbeda dengan wilayah pesisir yang berbentuk lurus. Hal ini karena
perubahan pesisir (coastal change) pada bentuk pantai yang berdelta lebih dinamis
dari pada bentuk pantai yang lurus. Dengan mempelajari kecenderungan arah
perubahan spasial delta dapat menjadi dasar dalam evaluasi pemanfaatan lahan
yang ada di wilayah pesisir delta (Watterson et al, 2000).
DELTA MAHAKAM
Delta Mahakam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
transport sedimen yang kompleks. Material-material sedimen tersuspensi(melayang) di Sungai Mahakam dan terperangkap di Estuari Mahakam yang
akhirnya (dalam waktu ratusan tahun) membentuk Delta Mahakam.
Delta Mahakam berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang
meliputi kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga Sanga, Anggana, Muara Badak
dan Kecamatan Marangkayu. Secara geografis Delta Mahakam terletak antara 0o
21 21 LU - 1o 10 06 LS dan 117o 15 40 BT - 117o 40 43 BT yang
merupakan perairan pesisir, daratan berlumpur dan berawa dengan luas mencapai
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
18/27
15.000 ha. Delta Mahakam terbagi menjadi empat zona vegetasi, yaitu hutan
tanaman keras tropis dataran rendah, hutan campuran tanaman keras dan palma
dataran rendah, hutan rawa nipah dan hutan bakau. Zona vegetasi hutan rawa
nipah dan hutan bakau penyebarannya tergantung pada keberadaan air laut, maka
seringkali disebut bersama-sama sebagai hutan mangrove, dan menutupi 60% luas
dataran delta. Sistem perakaran hutan mangrove yang kokoh mampu menahan
empasan ombak dan mencegah abrasi pantai, membuatnya berfungsi sebagai zona
penyangga (buffer zone) (Hestiana et al, 2009).
Gambar 9. Delta Mahakam di Kalimantan Timur.
Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus
rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan
arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang
memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas
yang tinggi. Secara administratif, kawasan Delta Mahakam berada dalam wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya berada di Kecamatan Anggana, Muara
Jawa, dan Sanga-Sanga.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
19/27
Gambar 10. Delta Mahakam Berbentuk Kipas atau Kaki Burung
Jika dilihat dari angkasa, kawasan Delta Mahakam ini secara simetris
berbentuk menyerupai bentuk kipas atau kaki burung, dengan tepinya berbentuk
hampir setengah lingkaran (fan-shape lobate).
Delta Mahakam ini terdiri beberapa pulau dengan 42 permukaan tanah
Pulau-pulau telah dibentuk dalam perjalanan sejarah oleh interaksi antara sedimen
yang dibawa dari perairan Sungai Mahakam ke laut dan gerakan pasang surut
dalam Selat Makassar. Geomorfologis delta dibagi dalam tiga zona, dengan
berbagai tingkat salinitas yaitu dataran delta yang terdiri dari pulau-pulau kecil
yang dipisahkan oleh saluran sungai air tawar yang bercampur dengan air laut,
pinggiran delta yang terbenam saat pasang tinggi dan daerah utama sebagai pusat
sedimentasi, dan akhirnya pro-delta, daerah yang lebih dalam yang berbatasan
dengan Selat Makassar. Batas-batas wilayah Delta Mahakam yaitu :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Anggana dan Kecamatan
Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara
Sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
20/27
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten
Kutai Kartanegara
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kecamatan Anggana dan
Kecamatan Sanga-sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Gambar 11. Desa-desa di Delta Mahakam.
Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus
rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan
arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang
memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas
yang tinggi. Karakteristik yang dimiliki oleh Delta Mahakam sangat unik, yang
barangkali tidak ditemui di tempat lain (Person, and Simarmat, 2014).
Delta Mahakam terjadi karena tingginya muatan sedimen dan kuatnya
dorongan masa air Sungai Mahakam ke arah laut, maka karakter Delta Mahakam
adalah fresh-water dominated delta ecosystem. Mencermati bentuk delta yang
dapat mengembang ke semua arah menandakan bahwa tidak terdapat tahanan kuat
dari masa air laut. Apabila ada tekanan suatu arus dari arah tertentu, maka bentuk
delta akan berbelok mengikuti arah arus atau arah gelombang yang terjadi di
perairan. Delta ini terjadi sebagai akibat dari proses sedimentasi yang terus
menerus selama beratus-ratus tahun sehingga membentuk sebuah delta yang
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
21/27
dikatakan delta majemuk karena terdiri dari belasan anak-anak sungai yang
mempunyai interkorelasi dan berhilir ke laut dengan muara masing-masing.
Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai karakter
yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh gerakan pasang
surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisi topografi Pulau
Kalimantan yang cendurung landau (Timmer, 2010).
Interaksi antara aliran air tawar dari Sungai Mahakam dan arus pasang
surut yang masuk dari Selat Makasar memainkan peranan penting dalam
pembentukan Delta Mahakam. Estuari Mahakam merupakan daerah transisi
tempat terjadinya percampuran massa air dari sungai yang bersifat tawar dan air
laut yang bersalinitas tinggi. Kombinasi air tawar dan air laut tersebut akan
menghasilkan komunitas khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Luas
dataran (Storms et al, 2005).
Terbentuknya delta sebagai bagian dari proses interaksi energi antara
perairan tawar dan laut. Pembentukan delta tergantung pada faktor seperti suplai
sedimen dari hulu, aktivitas ombak dan arus pantai, kecepatan deposit sedimen
surut. Delta Mahakam yang berada pada kawasan peralihan antara daratan
Kalimantan Timur dan laut Sulawesi merupakan kawasan yang rentan, bukan
hanya pada karakteristik ekosistemnya (fragile ecosystem) tetapi juga kerawanan
terhadap kemungkinan kerusakan, baik dikarenakan pengekploitasian yang
berlebihan atau pun pemanfaatan yang tidak memperhatikan daya dukung
(carrying capacity) lingkungannya.
Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai
karakter yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh
gerakan pasang surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisitopografi Pulau Kalimantan yang cendurung landai. Sungai Mahakam sebetulnya
adalah jenis sungai pasang-surut, di mana pengaruh proses pasang surut dari laut
mencapai jarak 140 km dari garis pantai ke arah hulu. Bahkan pada musim
kemarau yang sangat ekstrim, pengaruh pasang surut tersebut mampu mencapai
360 km dari garis pantai. Debit rata-rata air laut yang terbawa masuk ketika
pasang dapat mencapai 2,5 kali lebih besar daripada debit rata-rata air tawar
Sungai Mahakam (Winantris et al, 2012).
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
22/27
Di selat Makasar, arah sirkulasi air di permukaan yaitu menuju utara dan
selatan dengan kecepatan maksimum pada bulan Februari yaitu 0,5 per detik. Arus
ini cukup kuat untuk mengangkut partikel-partikel yang mengendap keluar dari
delta. Secara alamiah, Delta Mahakam menghadapi naiknya air laut yang
menyebabkan pengaruh energi laut semakin kuat dan laju abrasi pantai semakin
meningkat. Secara umum, proses naiknya air laut tersebut disebabkan oleh dua
faktor, yaitu pemanasan global dan penurunan geologis Tinggi gelombang di
sekitar Delta Mahakam biasanya lebih kecil dari 60 cm, sehingga kemungkinan
pengaruh efek gelombang sangat kecil terhadap pendistribusian sedimen di sekitar
Delta Mahakam (Sutrisno et al, 2014).
Gambar 12. Peta tata guna lahan Delta Mahakam
Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait
dengan morfologi delta. Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat
zona terkait dengan morfologi delta. Zona vegetasi Delta Mahakam dari arah
proximal menuju kebagian distal delta adalah sebagai berikut :
1. Zona hutan tropik dataran rendah menempati bagian paling proksimal delta,
zona ini berada di bagian upper delta plain
2. Zona hutan campuran dan palmae, posisi zona ini dimulai dari batas akhir zona
hutan tropik dataran rendah hingga bagian tengah lower delta plain
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
23/27
3. Zona hutan rawa nypa, menempati hampir separuh dari lower delta plain, dari
batas hutan campuran sampai perbatasan mud flat
4. Zona hutan mangrove, zona ini menempati bagian distal dari lower delta plain
tepatnya di wilayah mud flat. Pembentukan delta dikendalikan oleh pasokan
sedimen yang diangkut melalui distributary channel dan tidal channel
(Yulianto et al, 2004).
Analisa dinamika arus menunjukkan bahwa transportasi sedimen pada
bagian muara delta bergerak ke arah daratan. Secara alamiah, pengaruh laut
terhadap delta dan DAS Mahakam bagian hilir adalah besar dan signifikan. Delta
Mahakam merupakan sebuah kawasan perairan payau di Kalimantan Timur yang
mempunyai hutan mangrove yang cukup luas. Seperti pada umumnya hutan
mangrove, tentu mempunyai ciri-ciri ekologis yang unik, yaitu berupa saling
keterkaitan antara tumbuhan dan hewan yang hidup bersamanya. Sampai tahun
1980an, seluruh kawasan Delta Mahakam merupakan daerah vegetasi yang lebat
dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove (Salahuddin et al, 2012).
Delta Mahakam adalah salah satu delta terkenal sebagai penghasil
minyak bumi. Delta ini termasuk tipe campuran yang dipengaruhi proses sungai
dan pasang surut. Delta Mahakam terletak di mulut Sungai Mahakam di
Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan salah satu sungai terbesar di
Indonesia. Sebelum mengalir ke Selat Makassar sungai telah melewati Strip tanah
yang relatif sempit di antara dua rantai bukit dan memisahkan Mahakam dari zona
pesisir. Di tengah daerah aliran sungai Mahakam ada sejumlah danau yang
memainkan peran penting dalam penyimpanan air selama musim hujan sementara.
Hal tersebut juga menangkap banyak sedimen yang disebabkan oleh erosi akibat
penebangan dan operasi pertambangan (Widyastuti et al, 2010).Kekayaan ekosistem Delta Mahakam sangat didukung oleh lokasi delta
tersebut yang terletak di tepi barat Selat Makassar, sebuah selat yang sangat
penting bagi iklim dan ekonomi dunia. Melalui selat inilah, arus laut antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia mengalir dan kaya akan zat-zat nutrisi.
Arus laut ini dikenal di dunia sebagai Indonesian throughflow atau Arus Lintas
Indonesia (Arlindo). Selain kaya akan keanekaragaman hayati, Delta Mahakam
juga dikenal memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama berupa minyak
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
24/27
bumi dan gas alam. Kegiatan pengelolaan minyak dan gas bumi di kawasan Delta
Mahakam telah memaksa daerah tersebut beralih fungsi menjadi area sarana
pendukung kegiatan produksi migas. Seiring dengan hal tersebut apa yang telah
dilaksanakan pemerintah setempat melalui penanaman mangrove sebagai wujud
nyata upaya penyelamatan Delta Mahakam, sekaligus mendukung program
nasional dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim dan upaya penurunan
emisi (Chaineau et al, 2010).
Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah bersama-sama
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki kondisi
lingkungan di Kalimantan Timur, melalui program Kaltim Hijau (Kalgtim Green)
yang dicanangkan oleh pemerintah Kalimantan Timur sejak tahun 2010, melalui
kegiatan one men five trees. Berdasarkan data yang ada diseluruh wilayah
kabupaten/kota sampai akhir tahun 2011, telah ditanam sebanyak 15.630.518
pohon dari target 17.842.900 pohon (dengan jumlah penduduk Kaltim sebanyak
3.568.580 jiwa).
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
25/27
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Delta merupakan endapan sedimen yang berasal dari daratan yang
terbentuk di muara sungai berbatasan dengan laut ataupun danau.
2. Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus rendah (low wave
energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan arus pasang
surut (tidal and fluvial dominated).
3.
Delta terbentuk di muara sungai dan sangat tergantung pada jumlah
material sedimen yang diendapkan di daerah tersebut dan proses
hidrodinamika yang terjadi di daerah tersebut.
4. Delta Mahakam adalah suatu kawasan berbentuk kipas, dengan pinggiran
luarnya berbentuk hampir setengah lingkaran (fanshaped lobate), yang
terbentuk dari proses sedimentasi sejak 5000 tahun yang lalu pada muara
Sungai Mahakam di kawasan pantai timur Provinsi Kalimantan Timur.
5.
Delta Mahakam terjadi karena tingginya muatan sedimen dan kuatnya
dorongan masa air Sungai Mahakam ke arah laut, maka karakter Delta
Mahakam adalah fresh-water dominated delta ecosystem.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
26/27
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo, W. 2010. Sebaran Sedimen di Perairan Delta Sungai Bodri, Kendal,
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan, 15(1): 53-58.
Chaineau, C.H., Mine , J., Suripno, 2010. The integration of biodiver sity
conservation with oil and gas exploration in sensitive tropica
environments. Biodiversity Conservation 19, 587600
Goulty, N.J. 2002. Mechanics of layer-bound polygonal faulting in fi ne-grained
sediments. Journal of the Geological Society of London 159: 239246
Hestiana, Y., R. Susanto dan B.K. Susilo. 2009. Studi dan Identifikasi Kondisi
Ekologi, Hidrologi dan Pola Tutupan Lahan di Kawasan Pasut Das
Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Lingkungan 6(2): 39-50.
Murerli, A. 2007. Dampak Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan Delta Di
Muara Sungai Bone, Provinsi Gorontalo 35-39
Person, G.A. and R. Simarmata. 2014. Undoing marginality: The islands of the
Mahakam Delta, East Kalimantan (Indonesia). Journal of Marine and
Island Cultures 3 : 43-53
Rahardiawan, R. 2011. Identifikasi Penurunan Sifat Fisik Endapan Sedimen Delta
Cimanuk Berdasarkan Data Strata Box 385-394
Salahuddin., C. Fandeli dan E. Sugiharto. 2012. Kajian Pencemaran Lingkungan
di Tambak Udang Delta Mahakam. Jurnal Teknosains 2(1): 1-70.
Storms, J. E..A., Hoogendoorn, R.M., Dam, R.A.C., Hoitink, A.J.F. &
Kroonenberg, S.B., 2005. Late Holocene evolution of Mahakam Delta,
East Kalimantan, Indonesia. Journal Sedimentary Geology 18: 149-166
Sutrisno, D., J. Pariwono., J. Rais dan T. Kusmastanto. 2014. Dampak Kenaikan
Muka Laut Pada Pengelolaan Delta: Studi Kasus Penggunaan Lahan
Tambak di Pulau Muaraulu Delta Mahakam 1-16.
Timmer, J., 2010. Being seen like the stat. Emulations of legal culture in
customary labor and land tenure arrangements in East Kalimantan,
Indonesia. American Ethnologist 37 (4), 703712 Kumala, Yiniarti E.
2002. Angkutan Sedimen dan Gerak Mula Partikel. Penerbit ITB.
Bandung.
Watterson, J.et al. 2000. Geometry and origin of a polygonal fault system. Journal
of the Geological Society of London 157: 151162.
7/26/2019 PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf
27/27
Widyastuti, M.S., N.S. Ningsih dan R. Risnadi. 2010. Karakteristik Pasang Surut
di Delta Mahakam (Studi Kasus di Bekapai dan Tunu) 27-37.
Winantris., Syafri dan A.T. Raharjo. 2012. Oncosperma Tigillarium Merupakan
Bagian Palino Karakter Delta Plain di Delta Mahakam, Kalimantan.Jurnal Ilmu Hayati dan Fisik 14(3): 232-240.
Yulianto, E., Sukapti, W.S., Rahardjo, T., Noeradi, D., Siregar, D.A., Suparan, P.,
& Hirakawa, K., 2004. Mangrove Shoreline Responses To Holocene
Environmental Change, Makasar Strait, Indonesia, Review of
Paleobotany and Palynology 131 p.251-268.