10
1 PAPALELE POTRET PEREMPUAN SAPARUA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA DAN KESETARAN GENDER” PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE FAMILY ECONOMY EMPOWERMENT AND GENDER EGUALITY Stenli Reigen Loupatty Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon Jl. Ir. M Putuhena Wailela Poka Rumahtiga Ambon Pos-el [email protected] Abstrak Pulau Saparua meruapakan salah satu pulau yang terletak dalam gugusan Kepulauan Lease dan berkedudukan disebelah Timur Pulau Ambon. Kehidupan ekonomi masyarakat di daerah ini terbilang fariatif, dengan bergantung pada profesi serta pendapatan yang diperoleh. Salah satu profeisi yang digeluti masyarakat Saparua dalam menopang perekonomian keluarga ialah papalele. Palele merupakan suatu aktifitas/tindakan ekonomi yang diperankan oleh sebahagian kaum perempuan di Saparua dengan berdagang secara tradisional. Dengan menggeluti profesi sebagai perempuan papalele mereka mampu menjadi penopang ekonomi keluarga. dari profesi yang digeluti ini mereka mampu menyekolahkan anggota keluarganya (saudara dan anak-anaknya) hingga menduduki pendidikan di perguaruan tinggi serta memperoleh pekerjaan yang lebih baik pada sektor pemerintah, suasta maupun wirasuasta. Tindakan ini kemudian membentuk ruang sosial baru bagi perempuan papale di Saparua. Aktifitas papalele yang dilakoni perempuan Saparua mampu mensejajarkan dirinya dengan laki-laki dalam kedudukan sebagai pencara nafka. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kontribusi perempuan papalele di Saparua dalam menunjang ekonomi keluarga. Kata Kunci: Papalele, Pemberdayaan Ekonomi, Kesetaraan Gnder, Saparua, PENDAHULUAN Masalah kemiskinan dan pemenuhan kehidupan ekonomi merupakan suatu masalah yang hangat diperbincangkan oleh berbagai lapisan masyarkat dan pemerintah pada semua aras. Hal ni berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Dalam gagasan inilah seluruh kompenen dalam bangsa ini terus berpacu untuk mencapai tujuan bersama. Upaya pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan terus diupayakan dalam berbagai program pemberdayaan, namun program-program pemberdayaan tersebut belum secara efektif mampu mengelurakan masyarakat dari kemiskinan, yang disebabkan oleh berbagai hal baik secara struktural, kultural maupun alamiah 1 (Maks Maswekan, 2010:52). Dalam transpormasi ekonomi global yang begitu terbuka memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk terlibat secara aktif dalam peningkatan ekonomi nasional melalui peningkatan ekonomi kerakyatan. Kebijakan- kebijakan telah ditempuh di masa orde baru misalnya dengan kebijakan home Industri memberikan dorongan yang begitu kuat bagi setiap individu untuk mengembangkan kretifitas dan kemampuanya dalam mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat yang lebih baik serta upaya penciptaan lapangan pekerjaan yang baru. Kebijakan ini sesungguhnya memberikan kontribusi yang cukup positif dengan mengurangi orentasi dan ketergantungan masyarakat pada sektor formal (pemerintah) sebagai satu-satunya sarana penghidupan bagi masyarakat, namun dalam perjalanan sejarah sektor informal dalam bidang perekonomian merupakan sektor usaha yang tertua serta memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian kerakyatan dan bangsa dimasa itu sebagaimana yang

PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

  • Upload
    hangoc

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

1

“PAPALELE “POTRET PEREMPUAN SAPARUA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMIKELUARGA DAN KESETARAN GENDER”

PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE FAMILY ECONOMYEMPOWERMENT AND GENDER EGUALITY

Stenli Reigen Loupatty

Balai Pelestarian Nilai Budaya AmbonJl. Ir. M Putuhena Wailela Poka Rumahtiga Ambon

Pos-el [email protected]

Abstrak

Pulau Saparua meruapakan salah satu pulau yang terletak dalam gugusan Kepulauan Lease danberkedudukan disebelah Timur Pulau Ambon. Kehidupan ekonomi masyarakat di daerah ini terbilangfariatif, dengan bergantung pada profesi serta pendapatan yang diperoleh. Salah satu profeisi yangdigeluti masyarakat Saparua dalam menopang perekonomian keluarga ialah papalele. Palelemerupakan suatu aktifitas/tindakan ekonomi yang diperankan oleh sebahagian kaum perempuan diSaparua dengan berdagang secara tradisional. Dengan menggeluti profesi sebagai perempuanpapalele mereka mampu menjadi penopang ekonomi keluarga. dari profesi yang digeluti ini merekamampu menyekolahkan anggota keluarganya (saudara dan anak-anaknya) hingga mendudukipendidikan di perguaruan tinggi serta memperoleh pekerjaan yang lebih baik pada sektor pemerintah,suasta maupun wirasuasta. Tindakan ini kemudian membentuk ruang sosial baru bagi perempuanpapale di Saparua. Aktifitas papalele yang dilakoni perempuan Saparua mampu mensejajarkan dirinyadengan laki-laki dalam kedudukan sebagai pencara nafka. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkontribusi perempuan papalele di Saparua dalam menunjang ekonomi keluarga.

Kata Kunci: Papalele, Pemberdayaan Ekonomi, Kesetaraan Gnder, Saparua,

PENDAHULUAN

Masalah kemiskinan dan pemenuhankehidupan ekonomi merupakan suatu masalahyang hangat diperbincangkan oleh berbagailapisan masyarkat dan pemerintah pada semuaaras. Hal ni berkaitan dengan tujuanpembangunan nasional untuk mencapaimasyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.Dalam gagasan inilah seluruh kompenen dalambangsa ini terus berpacu untuk mencapai tujuanbersama. Upaya pemerintah untuk mengurangiangka kemiskinan terus diupayakan dalamberbagai program pemberdayaan, namunprogram-program pemberdayaan tersebut belumsecara efektif mampu mengelurakan masyarakatdari kemiskinan, yang disebabkan oleh berbagaihal baik secara struktural, kultural maupunalamiah1 (Maks Maswekan, 2010:52). Dalamtranspormasi ekonomi global yang begitu terbukamemberikan ruang yang seluas-luasnya bagisetiap individu untuk terlibat secara aktif dalam

peningkatan ekonomi nasional melaluipeningkatan ekonomi kerakyatan. Kebijakan-kebijakan telah ditempuh di masa orde barumisalnya dengan kebijakan home Industrimemberikan dorongan yang begitu kuat bagisetiap individu untuk mengembangkan kretifitasdan kemampuanya dalam mendorongpeningkatan taraf hidup masyarakat yang lebihbaik serta upaya penciptaan lapangan pekerjaanyang baru. Kebijakan ini sesungguhnyamemberikan kontribusi yang cukup positifdengan mengurangi orentasi dan ketergantunganmasyarakat pada sektor formal (pemerintah)sebagai satu-satunya sarana penghidupan bagimasyarakat, namun dalam perjalanan sejarahsektor informal dalam bidang perekonomianmerupakan sektor usaha yang tertua sertamemberikan kontribusi yang cukup signifikandalam pertumbuhan perekonomian kerakyatandan bangsa dimasa itu sebagaimana yang

Page 2: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

2

diungkap oleh (Revrisond Baswir 1997: 41)2,Pada hal dilihat dalam konteks asli danpendatang justru sektor informal inilahsebenasrnya yang merupakan anak kandungperkonomian Indonesia. Jauh sebelumpemerintah Hindia Belanda memperkenalkankonsep ekonomi moderen di negeri ini kegiatanekonomi yang kini disebut sebagai sektorinformal itu, sudah terselenggara dengan mapan.Lingkup kegiatan pun tidak hanya terbatas padasektor perdagangan di desa, tetapi sudah meluassampai pada sektor industri dan jasa-jasaangkutan di Kota.

Untuk membangun perekonomianbanggsa menuju arah yang lebih baik dalamkonsep pembangaunan dewasa ini sangatlahdiperlukan perhatiaan dan kebijakan pemerintahyang lebih baik dan terah untuk merangsangpertumbuhan pembangunan ekonomi bangsa.Pertanyaan ketiga berkisar pada persoalan peranpemerintah dalam kegiatan perencanan danimplementasi program-program pembanguan.Seberapa jauh pemerintah dapat melakdanukanfungsi-fungsinya yang memacu dan meluruskanperjalanan pembangunan masyarakat? Ketikaprioritas pembangunan adalah memacupertumbuhan negara sendiri, pememrintah dapatmempatkan posisinya antara lain: 1Sebagaipelaksana kebijakan ekonomi, 2sebagaikonsumen, prodosen sekaligus investor, 3sebagaipengelola perusaha (negara), 4sebagai pengaturmasyarakat (regulator).3 (Sunyoto Usman, 2012hal 4-5).

Sektor informal merupakan sektor usahatertua dalam perekonomian yang sesungguhnyamemeliki perananan dan andil yang cukup besardalam membangun perekonomian suatu bangsa.Namun pada konteks saat ini sektor informaldalam kehidupan masyarakat Maluku danMasyarakat Saparua secara khusus dipandangsebelah mata atau dengan kata lain hanyalahpelengkap saja jika tidak memperolehkesempatan pada sektor formal/pemerintah4

(Stenli Loupatty, 2012 :47-48). Kondisi inikemudian menimbulkan peningkatan angkapengangguran serta kemiskinan yang kemudianbermuara pada munculnya berbagai penyakaitsosial dalam masyarakat. Dalamkonteks inilahperempuan-perempuan papale di Saparua tampilsebagai agen pembaruan untuk merekontruksiserta mengkritisi pola pikir masyarakat yang

bergantung pada sektor pemerintahan (sektorformal) dengan menciptakan lapangan pekerjaanbaru tanpa bergantung pada orang lain danpemerintah.

Papalele merupakan suatu bentuk aktifitasberdagang dengan cara tradisonal yang dilakukanoleh perempuan Maluku dengan cara menjajakan(mengkeku) barang dagangannya ataumenjualnya didepan toko, pasar atau tempat lainyang dianggap layak untuk dijual deganmengunakan kain dan kabaya sebagai busana.Senada dengan itu (M. Maswekan 2010:57-58)5

menjelaskan papalele adalah aktivitas dagangtradisonal sebagai salah satu jenis sektor yangdilakukan oleh perempaun atau wanita yang telahkawin maupun belum kawin dengan menjajah(mengkeku ) dengan berjalan berjalan sambilmembawa barang dagangan didalam dulang(papan atau loyang) berupa ikan asar, ikanmentah, buah-buahan, makanan kering, sayur-sayuran atau kebutuahan pangan lain yangdiproduksi sendiri atau diambil dari produsendengan modal sendiri.Deskrimninasi merupakan suatu fakta sosialdalam realitas kehidupan kita yang seringdialami oleh orang-orang yang lemah danterpingirkan. Bangunan deskriminasisesungguhnya telah hidup dalam kurun waktuyang begitu lama dalam kebijakan-kebijakanpemerintah maupun kebudayan masyarakatIndonesia. Realitas ini muncul dalam tatanankehidupan pada berbagai aspek kehidupan baikantar etnis, agama maupun dominasi laki-lakiterhadap perempuan dalam praktek-praktekhidup tiap hari. Argumentasi ini di dasarkantulisan, pada masa pemerintahan orde Baru, telahdikeluarkan berbagai kebijakan terhadap orangTionghoa yang bersifat operatif dandiskriminatatif. Dengan ditutupnya sekolahTionghoa, media berbahasa Tionghoa dandilarangnya organisasi Tionghoa, berbagaistrategi terus menerus dilakaukan oleh orangTionghoaagar identitas mereka tetap eksis.Mengirim anak-anak mereka untuk bersekolah disekolah Indonesia, merupakan salah satu strategiyang kemudian melahirkan perempuan Tionghoayang profesional6 (Lim Sing Meij, 2009:1).Peran perempuan papalele di Saparuasesungguhnya merupakan wujud (pilaku) budayamasa lalu dalam bidang perekonomian rakyatyang mengangkat harkat dan martabat kaumperempuan dalam kungkungan budaya patriaki

Page 3: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

3

yang sangat mendeskriminasi kaum perempuan.Dalam tradisi papalele perempuan mereupakanobjek sekaligus subjek dalam upaya pemenuhankebutuhan ekonomi keluarga. Aktifitas papalelemerupakan suatu upaya perempuan Saparuauntuk menjauhkan diri dari kemiskinan,kekerasan dan keterbelakangan sertamengungkap suatu bentuk kesetaraan laki-lakidan perempuan dalam upaya pemenuhan hidupekonomi keluarga. Bentuk-bentuk ketidakadilanterhadap kaum perempuan sesungguhnya telahada sejak lama dalam bentukan kebudayan yanglebih didominasi oleh peran-peran laki-laki.Proses ini hampir merata dalam kehidupan setiapbangsa dalam berbagai perjananan sejarah danbudaya yang dibentuk dalam lintasan waktu.Perempuan selalu dipahami dalam pandanganyang lemah, rendah, pelenggkap dan hanyaterbatas pada bagiman mengatur hal-hal yangberkaitan dengan keperluan rumah tangga sertadibatasi dalam berbagai bentuk pengembilankeputusan keluarga.

Bangkitnya eksistensi kaum perempuanuntuk mendapat pengakuan yang sama denganlaki-laki mulai marak diperdebatkan, hal inibukan saja dikalangan ilmuan melainkan jugadikalangan pemuka agama yang selama inimengabaikan peran-peran stratesgis kaumperempuan. Hal inilah yang kemudianmendorong penulis untuk menngungkap suatufakta peran perempuan papalele di Saparua yangsesungguhnya telah menyatakan kesetaraannyadengan kaum laki-laki khusunya dalam upayamencukupi kebutuahan keluarag dengan aktifitaspapale. Aktifitas papalele yang dilakukanperempuan Saparua sesungguhnya merupakanbukti yang sangat nyata bahwa kaum perempuantidak hanya memeliki tanggung jawab untukmengurusi hal-hal rumah tangga (masak, cuci,mendidik anak dan melayani suami) melainkanmemiliki tanggung jawab serta kemampuan yangsama dengan kaum laki-laki dalam upayamemenuhi kehidupan ekonomi keluarga.

RUMUSAN MASALAH

Anggapan mengenai kaum perempuan adalahkelompok yang lemah dan diperlakukansewenang-wenang merupakan suatu yang seringterjadi dalam konteks kekinian dalam kehidupankkita. Namun sesungguhnya ada sebagianperempuan yang telah menunjukan eksistensi dirisebagai pribadi yang sesjajar bahkan lebih darilaki-laki. Bertolak dari uraian diatas penulis akan

mengungkap beberapa pertanyaan yang akandibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peran perempuan papaleledi Saparua mempertehankaneksistensinya dalam memenuhikehidupan ekonomi keluarga?

2. Mengapa perempuan papalele diSaparua lebih cenderung melakoniprofesi sebagai seorang pedagang(papalele)?

3. Bagaimana kehidupan perekonomiankeluarga perempuan papalele dengankeluarga-keluarga yang lain diSaparua?

4. Jenis-jenis barang apasajakah yangdiperdagangkan oleh perempuanpapalele di Saparua?

5. Bagaimana keberadaan perempuanpapalele dalam prespektif gender?

1. TujuanTujuaan yang ingin dicapai dalam penelitianini anntara lain:

1. Mengetahui peran perempuanpapalele di Saparua mempertehankaneksistensinya dalam memenuhikehidupan ekonomi keluarga.

2. Mengetahui latar belakangperempuan papalele di Saparua lebihcenderung melakoni profesi sebagaiseorang pedagang (papalele).

3. Mengetahui kehidupanperekonomian keluarga perempuanpapalele dengan keluarga-keluargayang lain di Saparua.

4. Mengetahui Jenis-jenis barangapasajakah yang diperdagangkan olehperempuan papalele di Saparua.

5. Mengetahui keberadaan perempuanpapalele dalam prespektif gender.

hha

METODE PENELITIANPenelitian ini bersifat kualitatif dan

dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulanApril sampai Juni 20112 di Saparua. untukmemperoleh data yang akurat penulismengunakan beberapa teknik pengumpulan dataAntara lain:

a. wawancara mendalam dengan perempuan-perempuan yang berprofesi sebagaipapalele dan para anggota keluarga

Page 4: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

4

(suami) yang memiliki hubungan secaralangsung serta merasakan dampak darikegiatan papalele tersebut denganmenggunakan pedoman wawancara yangtelah disiapkan.

b. observasi, yaitu suatu teknik pengumpulandata dengan cara turun secara langsungmengamati berbagai aktifitas papaleleyang dilakukan oleh kaum perempuankhususnya aktifitas yang dilakukan tiaphari.

c. studi kepustakaan, teknik pengumpulandata dengan cara mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yangditeliti sebagai referensi pendukung dalampenulisan ini sehingga mempermudahpenulisan.

HASIL DAN PEMBAHASANPasar Sebagai Pusat Aktifitas Ekonomi

Pada prinsipnya pasar merupakan tempatpara penjual dan pembeli bertemu. Apa bilaproses dipasar telah terselennggara (dalam artianbahwa penjual dan pembeli telah bertemu sertabarang-barang kebutuhan telah terdisbrusikan)maka peran pasar akan tampak bukan hanyasebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai pusatkegiatan sosial budaya. Dengan kata lain pasardapat dijadikan sebagai suatu laboratorium ilmu-ilmu sosial yang memiliki kemampuan untukmenguji berbabagai teori maupun argumentasiserta melakukan berbagai kajian yang terjadimenyangkut pasar dan semua kejadian yangterjadi didalamnya. Hal inilah yang kemudianmenjadi menarik untuk diteliti dan dikaji secaramendalam oleh para ilmuan untuk merumuskanberbagai kajian-kajiann baru dalam prilakumanusia denngan mennjadikan pasar sebagaiobjek kajiannya. Dari berbagai uraian diatastergambar dengan sanngat jelasnya bahwa betapapentingnya pasar dalam kehidupan manusia,tidak hanya sebagai suatu tempat yangmendorong terjalinya transaksi jual beli antarapenjual dan pembeli melainkan pasar dapatmembentuk suatu solidaritas timbal balik yangbersifat mengikat semua orang yang adadidalamnya dan tidak terbatas pada pembeli danpenjual semata.

Dalam prespektif sejarah peradabankehidupan masyarakat di nusantara khusunyadalam bidang perdagangan dan perekonomianpasar sebagai pusat aktifitas (transaksi) telahterbentuk dalam kurun waktu yang cukup lama.Hal ini sebagaimana yang diungkap dalam

penulisan (Agung Suryo.S, 2007: 2-3)7,Berdasarkan penelitan arkeologis, ternyata sitemsudah ada pada abad 8—11 Masehi dalam bentukyang sangat sederhana. Bukti fisik adalah denganditemukannya prasati yang didalamnyamenyebutkan pada masa itu telah dikenalpejabat—pejabat yang mengurusi pasar. Sejakzaman dulu pasar telah terbentuk. Ia terbentuuksebagai bagian dari usaha manusia memenuhikebutuhannya. Manusia sebagai mahkluk sosialmempunyai kebutuhan agar tetap bisa survive.Kebutuhan itu mencakup kebutuhan primer dansekunder. Kelebihan produksi setelah kebutuhanterpenuhi memerlukan tempat untuk penyaluranuntuk dijual. Pasar adalah tempat pennyaluranbbarangg tersebut. Pemenuhan untuk pemenuhanbarang-barang memerlukan tempat yang praktisuntyk mendapatkan barang baik dengan caramenukar maupun membeli. adanya kebutuhandan kelebihan inillah yang mendorongtimbulnnya arena perdagangan tempat menukarbarang dan jasa, yang disebut pasar.

Pasar Pulu Dalam Kebudayaan MasyaraakatSaparua Sebagai Penunjang Perekonomiandan Pemenuhan Pangan

Jika dilihat dari fungsinya pasartradisional memiliki kesamaan dengan pasarmoderen, dimana merupakan tempat pertemuanantara penjual dan pembeli untuk melakukantraksaksi jual beli. Namun pada sisi yang lainpasar moderen dan pasar tradisional memilikiperbedaan pada beberapa hal yang sangatmendasar dalam ciri-ciri pasar itu sendiri. Halyang sama dapat dijumpai dalam interaksipenjual dan pembeli pada pasar pulu.

Pasar pulu merupakan pusat aktifitasperdagangan yang dilakukan oleh masyarakatLease (para penjual dan pembili) pada waktu-waktu tertentu biasanya pada hari rabu dan sabtuyang dikenal dengan istilah hari pasar bagimasyarakat di Kepulauan Lease. Pasar pulu yangterbentuk hingga sekarang ini merupakan suatuwarisan masa lalu yang diperkirakan telah adasejak masa pemerintahan Belanda menanamkankekuasaannya di Kepulauan Lease. Pasar puluawalnya dijadikan sebagai tempat dan waktuuntuk rakyat menjual hasil-hasil alamnya kepadaBelanda berupa cengkih dan pala (monopoliperdagangan rempah-rempah), sehingga dapatdiawasi dengan mudah oleh pihak penjajah, disisilain rakyat di Kepulauan Lease (Saparua,

Page 5: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

5

Nusalaut, harukudan sebahagian Seram) dapatmembelanjakan barang-barang yang diperlukanuntuk keperluan rumah tangga dan perlengkapanlainya yang diperlukan sebagai penunjangkebutuhan hidup. Seiring dengan berjalanannyawaktu pasar pulu tetap dipertahankankeberadaannya hingga sekarang ini olehmasyarakat di Kepulauan Lease untuk menjualhasil-hasil pencaharian baik laut maupun daratserta membeli berbagai keperluan rumah tanggalainya. Satu keunikan yang dimiliki pasar puludalam kehidupan masyarakat Lease ialah untukmenjangkau/menuju tempat ini harusmengunakan transportasi laut yang dikenaldengan sebutan arombai (kora-kora) sertaberbagai transportasi laut lainya.

Papalele Dalam Prespektif Sejarah danBudaya Orang Saparua

Berbicara mengenai papalele tidakterlepas dari beberapa aspek yang turutmemberikan pengaruh secara langsung terhadapaktifitas papalele yang sejak dulu telahdiperankan oleh perempuan Maluku dan secarakhusus perempuan papalele di KecamatanSaparua. Aspek-aspek yang mempengaruhiaktifitas papalele itu sendiri dipengaruhi olehkondisi ekonomi keluarga, budaya masyarakatdan potensi alam yang dimiliki. Panggilan untukmelakoni profesi sebagai seorang papalelesesungguhnya didasarkan oleh latar belakangekonomi keluraga. Kesadaran untuk memenuhikebutuhan hidup keluarga merupakan alasan kuatyang mendorong perempuan papalele di Saparuauntuk turut terlibat dan bergulat dengan suatuprofesi yang menjadikan perempuan sebagaisalah suatu sumber penghasilan dalam menopangkehidupan ekonomi keluarga. Denganbermodalkan sidikit uang sebagai modal utama,semangat, tanggung jawab dan kemampuandagang yang terbilang terbatas perempuanpapalele di Saparua tampil sebagai orang yangturut memberikan kontrbusi positif dalammenopang ekonomi keluarga. Alasan ekonomikeluarga merupakan fakta yang cukup nyata bagiseorang perempuan untuk memainkan peransebagai salah satu pencari nafka danmemberikan penghasilan yang baik (cukup) bagikeluarga.

Potret perempuan Saparua yang berprofesisebagai seorang papalele sesungguhnya memilikilatar belakang historis kuat. Secara historisaktifitas papalele tidak dapat dilepas-pisahkandengan kehadiran bangsa Belanda di KepulauanLease dan menjadikan Pulau Saparua sebagai

basis pertahanan, pusat pemerintahan dan pusatperdagangan rempah-rempah yang mebawahiKepulauan Lease dan sebagian dari Pulau Seram.Dengan menjadikan Saparua sebagai pusatperdagangan rempah-rempah untuk membawahiwilayah Lease dan sebagian negeri-negeri diPulau Seram yang berdekatan, dengan sendirinyaBelanda menjadikan Saparua sebagai suatu kotadagang yang memiliki pengaruh pada masa itu.

Proses pengaturan pasar dan waktu untukmelaksanakan aktifitas perdagangan diatur olehBelanda dan mendapat pengawasan secaralangsung oleh petugas yang diangkat olehBelanda dengan tujuan mendatangkankeuntungan yang sebesar-besarnya bagi badandagang milik pemerintah Belanda (VOC). Dalammelaksanakan seluruh kegiatan perdaganganrempah-rempah yang diawasi oleh Belanda,maka rakyat diwajibkan untuk melakukantarnsaksi jual beli rempah-rempah dua kali dalamsatu minggu yakni pada hari Rabu dan hariSabtu. Kebijakan ini bertujuan untukmenghindari penampungan hasil perkebunanrempah-rempah oleh rakyat dan dijual kepadapara pedagang-pedaagang nusantra danpedagang-pedagang Nusantara dan Timur Asialainnya. Bermula dari kebiasaan untukmengatarkan rempah-rempah untuk dijualkepada VOC, pasar Saparua mulai dijadikansebagai pusat perdagangan rakyat untukmenjembatani berbagai kebutuhan rumah tanggamaupun ekonomi. Pasar dalam konteks inikemudian dikenal sebagai pasar pulau (pulu).Istilah pasar pulau (pulu) sesungguhnya merujukpada aktifitas pasar tersebut yang melibatkanmasyarakat dari Kepulauan Lease dan sebagiandari negeri-negeri di Pulau Seram yangberdekatan serta masuk dalam wilayah ResidenVan Saparua.

Ketika harga rempah-rempah mulaimengalami penurunan nilai jual dalamperdagangan internasional, perhatian Belandatidak lagi tertuju pada cengkih dan palamelainkan lebih difokuskan pada bagaimanamendapatkan keuntungan melalui berbagaipotensi-potensi alam yang lainnya di nusantaraseperti perkebunan kopi dan teh yang mulaidilirik dan dikembangkan pada wilayah jawa dandaerah-daerah lain oleh VOC. Hal ini kemudianmemberikan dampak bagi petani cengkih danpala di Kepulauan Lease serta masyarakat secaraumum yang sesungguhnya bergantung pada hasilperkebunan rempah-rempah tersbut. Kondisiekonomi masyarakat kian hari kian terpurukakibat penurunan nilai jual rempah-rempah

Page 6: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

6

dalam perdagangan dunia pada masa itu8

(M.Mailissa 2003:34). Hal ini kemudianmembuka babakan baru dalam kehidupanmasyarakat dengan mengembangkan berbagaiupaya dalam pemenuhan kebutuhan hidup tiap-tiap hari. Pasar Saparua yang pada awalnyamerupakan pusat perdagangan rempah-rempahuntuk kepentingan monopoli Belanda mulaimengalami peralihan fungsi sebagai pasar tempataktifitas perdagangan dalam upaya untukmemenuhi dan menjembatani berbagaikebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Papaplele Dalam Prespektif Ekonomi Rakyat

Seperti yang telah dijelaskan awal bahwasesunguhnya profesi sebagai seorang perempuanpapalele merupakan panggilan jiwa seorangperempuan Saparua untuk turut menopangekonomi keluarga, dengan kata lain papalelebertujuan ahir untuk memenuhi kebutuhan hidupkeluarga tiap-tiap hari. Kesadarn untukmenunjang ekonomi keluarga menjadi alasanutama setiap perempuan papalele di Saparuauntuk bergulat dalam profesi ini. Hal inisesungguhnya merujuk pada suatu kesadarnterhaadap kebutuhan ekonomi keluarga yangahirnya mendorong lahirnya pemikiran dantindakan ekonomi untuk menjembatanikebutuhan itu sendiri. Pemikiran dan tindakanekonomi tersebut terefleksi dalam realitas sosialdan ekonomi seseorang untuk melakoni suatupekerjaan (profesi) dengan tujuan memperolehkeuntungan (penghidupan yang lebih baik).

Sebagai salah satu bentuk ekonomi kreatifyang berbasis akar budaya, papalele telahmenghentar sebagian para pempuan di Saparuauntuk memberikan penghidupan yang lebih baikbagi keluarga, dimana profesi ini merupakansalah satu sumber yang menjadi sumberpendapatan ekonomi keluarga, bahkan menjadisatu-satunya sumber pendapat tetap dalamkehidupan keluarga bagi masyarakat di Saparua.Jika dipahami lebih mendalam ekonomi kretifsesugguhnya bertumpu pada tadisi (kebudayaan)masyarakat setempat dengan memanfatkanberbagai potensi alam yang ada disekitarnnyahal ini senada dengan (Hanafi & Maswita2008:10)9, menjelaskan bahwa ekonomi kretifsebagai sumber daya kreatif masyarakat yangmerupakan warisan budaya. Disini terlihat bahwasektor ekonomi rakyat yang tumbuh dari

kretifitas masyarakat dalam meresponslingkungan dan potensi-potensi ekonomi yangada disekitarnyadiberi ruang untukmengembangkan diri dalam lingkup ekonomikretif, khusunya yang berakar dari budaya(pengetahuan dan teknologi tradisional). Lebihlanjut Hanafi dan Maswita menawarkan sebuakonsep managemen budaya berbasis industri(MBBI) sebagai sebua sistem yang bertujuanuntuk mengelola sumberdaya alam dansumberdaya kretaifitas masyarakat, sekaligusuntuk memberikan perlindungan terhadapwarisan budya. Sistem ini juga bertujuan untukmengembangkan ekonomi kerakyatan, sehinggadapat mempresentasiakn manajemen danteknologi dalam prespektif budaya.

Profesi yang dijalani oleh kaumperempuan ini mampu memberikann kontribusiyang signifikan bagi keluarga khusunya dalammenunjang pendidikan anak-anak mereka. daridata yang diperoleh dilapangan membuktikanbahwa melalui profesi sebagai seorangperempuan papalele mereka mampumenyekolahkan saudara (adik atau kakaknya)dan anak-anak hingga jenjang pendidikan dibangku perguruan tinggi dan memperolehpekerjaan yang lebih baik pada sektorpemerintah (formal), suasta maupun wirasuasta.

Papalele Sebagai Suatu AktifitasProfesi sebagai seorang perempuan

papalele di Pulau Saparua mungkin merupakansalah satu profesi yang hampir dapat dijumpaidisetiap negeri, namun potret sebagai seorangperempuan papalele tidak semuanya dilakukansetiap hari, melainkan berfariatif. Untuk itu lebihjelasnya dalam penulisan ini, penulis mencobauntuk menguraikan lebih mendalam intensitasdari aktifitas papalele itu sendiri berdasarkanwaktu (hari pasar), jenis barang dan musiman(tergantung hasil alam).

1. Aktifitas Papalele pada Hari PasarProfesi sebagai seorang perempuan

papalele tidak dilakoni secara rutin setiap harioleh kaum perempuan yang menggelulti profesiini, melainkan dapat dikelompokan dalambeberapa jenis berdasarkan waktumelaksanaknan aktifitas papalele itu sendiri.Sebagaimana telah dijelaskan awal bahwasesungguhnya tingkat aktifitas transaksi antarapenjual dan pembeli pada pasar Saparuamemiliki perbedaan dengan hakekat pasar yangsesungguhnya.

Page 7: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

7

Aktifitas pasar yang tinggi akan terjadipada saat hari pasar (hari Rabu dan hari Saptu),dimana terjadi penggabungan penjual (papalele)yang melakoni aktifitasnya pada hari pasar sajadengan mereka yang melakoni aktifitas ini tiaphari. Pada hari pasar hampir semua barang yangdiperlukan dapat ditemui tidak hanya untukkebutuahan bahan pokok tetapi juga keperluanrumah tangga lainnya. Tingkat aktifitas yangtinggi pada saat berlangsungnya pasar pulu (haripasar) dibandingkan dengan aktifitas pasar padahari biasaya (tiap hari) sesungguhnya telahberlangsung dalam kurun waktu yang cukuplama berdasarkan konstruksi budaya dan sejarahyang dijalani masyarakat Saparua dan Leasesecara umum. Biasanya seluruh dagangan yangdibawah dari rumah habis terjual, dari hasilpenjualan ini keuntungan yang dipereolehberfafiatif mulai dari Rp.150.000 sampai Rp.500.000 tergantung jumlah barang yangdijajakan, dengan kata lain semakin banyakbarang yang dijual semakin banyak keuntunganyang diperoleh.

2. Aktifitas Papalele Tiap HariDalam dinamika yang dijalani oleh

perempuan papalele di Saparua muncul beragamakttifitas yang dijalani sebagai suatu tindakanpemenuhan kebutuhan keluarga. Jika sebagiandiantara mereka yang hanya memilih untukberaktifitas pada hari pasar saja, maka ada pulasebagaian yang memilih untuk menjalaniaktifitas papalele sebagai satu-satunya pundi-pundi pendapatan keluarga sehingga aktifitas inijilani setiap hari yang dimulai pada pagi harisekitar pukul 06.00 WIT hingga jam 18.00 WIT,bahakan ada yang beraktifitas hingga malam.Aktifitas papalele yang dijalani setiap hari lebihcenderung untuk menjajakan bahan-bahanpangan lokal untuk keperluan kebutuhan panganmasyarakat seperti sayur-sayuran, ikan, umbi-umbian, kue-kue serta berbagai bahan makananpokok lainya.

Bahan-bahan yang dijajakan merupakanhasil alam dan hasil produksi dalam rumahtangga yang dapat diperoleh dari hasil alam yangada maupun hasil alam dari wilayah-wilayahsekitar Pulau Saparua misalnya pulau Seramdengan cara membeli dan mendatangkannya. Halini kemudian turut berpengaruh pada harga jualdi pasar, dimana jika barang diperoleh denganharga yang mahal maka harga jualnya pun akansemakin mahal dan sebaliknya jika harga barangyang diperoleh murah maka harga jualdipasarpun semakin murah. Keuntungan yang

diperoleh pun berfariatif antara Rp. 150.000 –Rp. 200.000. sebagian keuntungan yangdiperoleh akan simpan, sebagian dijadikantambahan modal dan sebagian dipakai untukkonsumsi tiap hari serta pendidikan anak-anak.Hal ini menunjukan betapa baiknya menejemenpengelolaan keuangan yang dirapkan olehperempuan papalele di Saparau walaupun tidakmemeiliki pengetahuan ekonomi yang cukup.

3. Aktiitas Papalele Musiman (TergantungHasil Alam)

Aktifitas papalele yang satu ini lebihcenderung dipengaruhi situasi dan kondisi yangdihasilkan oleh alam. Dimana kaum perempuanyang malakoni aktifitas ini hanya bergantungpada hasil alam yang dihasilkan sehingga dengankata lain aktifitas papalele seperti hanya akandilakukan khusunya pada saat musim buah-buahan. Biasanya perempuan papalele yangmelakukan aktifitas ini membeli hasil alamberupa buah-buahan dari para petani sepertigandaria, durian, rambutan, langsa, manggis danbuah-buahan sejenisnya. Hal mendasar yangharus dimiliki ialah menguasai harga pasarsehingga tidak mengalami kerugian. Hal lainyang harus di miliki juga ialah modal, semakinbanyak modal semakin banyak barang yangdibeli maka semakin banyak keuntungan yangdiperoleh. Keuntungan yang diperoleh berkisarantara Rp. 200.000 hingga Rp. 500.000.

Aktifitas Papalele di Luar Pulau SaparuaAktifitas sebagai seorang perempuan

papalele tidak hanya dilakoni di Pulau Saparuasaja, melainkann aktifitas perekonomian rakyatini telah dilakukan oleh sebagaian perempuanSaparua ke wilayah-wilayah yang ada di luarPulau Saparua dengan memakan waktu yangbegitu lama, kurang lebih tiga hingga empatbulan. Pada mulanya mereka telah melakukanaktifitas papalele di Pulau Saparua. Untukmelakukan aktifitas papalele di luar PulauSaparua memerlukan modal awal yang lebihbesar dibandingkan dengan dengan aktifitaspapalele biasanya.

Dengan modal keberanian serta keinginanuntuk memperoleh keuntungan dengan tujuanahir memperbaiki taraf hidup ekonomi kelurgaperempuan papalele di Saparua terus melakoniprofesi ini. Yang berbeda dari aktifitas ini selainlokasi, modal merupakan hal yang utama. Barangyang biasanya dipapapalelekan ialah sagulempeng. Sagu dibeli dengan harga 1 kartonRp.400.000 ketika dijual akan mempeoleh

Page 8: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

8

keuntugan hingga Rp.1.000.000. caramenjualnya, mereka perempuan papalele berjalanmenjajakan dari rumah-kerumah atau dudukpada tempat-tempat yang ramai seperti pasar,pertokoan dan tempat-tempat ramai lainnya. Adayang membeli secara langsung dan ada yangmembeli dengan cara bon.

PAPALELE DALAM PRESPEKTIFGENDER

APA ITU GENDERKonsep penting yang perlu dipaami dalam

rangka membahas masalah kaum perempuanialah kepekaan untuk membedakan antara konsepseks (jenis kelamin) dan konsep gender.Pemahaman dan perbedaan terhadap keduakonsep ini sangat penting dalam upaya untukmenganalisis persoalan-persoalan ketidakadilansosial yang selama ini dialami oleh kaumperempuan. Hal ini dikarenakan ada kaitan eratantara gender dan ketidakadilan gender denganstruktur ketidakadilan masyarakat secara lebihluas. Dengan demikian pemahaman danperbedaan yang jelas antara konsep gender danseks sangat diperlukan dalam membahasmasalah-masalah ketidak adilan sosial. Makadapat dipahami secara sungguh bahwa genderdan ketidakadilan lainnya sosial memilikiketerkaitan.

Dalam kurun waktu beberapa tahun terahiristilah atau kata gender mulai hangatdiperbincangkan dan didiskusikan dalamberbagai ruang-ruang ilmiah maupun tulisan-tulisan ilmiah. Semuanya itu bermuara padasuatu tujuan ahir yang menghendaki adanyaperubahan sosial dalam tatanan kehidupanmasyarakat yang selama ini masih membeda-bedakan kedudukan laki-laki dan perempuan.Proses inilah yang kemudian memberikandampak sosial bagi kaum perempuan yangselama ini tergilas dalam konstruksi budayamaupun agama. Untuk itu diperlukannya suatupemahaman yang sangat mendasar mengenaikonsep atau istilah gender itu sendiri, Menurut(Mansour Fakih 2012:7-8)10, menjelaskan bahwauntuk memahami konsep gender harus dibedakankata gender dengan kata seks (jenis kelamin).Pengertian jenis kelamin merupakan pensipatanatau pembagian dua jenis kelamin manusia yangditentukan secara biologis yang melekat padajenis kelamin tertentu. misalnya bahwa manusiajenis laki-laki adalah manusia yang memiliki

atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-lakiadalah manusia yang memiliki penis, memilikijengkala (kala menjing) dab memproduksisperma. Sedangkan perempuan memiliki alatreproduksi seperti rahim dan saluran untukmelahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina,dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebutsecara biologis melekat pada manusia jenisperempuan dan laki-laki selamanya. Artinyasecara biologis alat-alat tersebut tidak bisadipertukarkan antara alat biologis yang melekatpada manusia laki-laki dan perempuan. Secarapermanen tidak berubah dan merupakanketentuan biologis atau sering dikatakan sebagaiketentuan gender. Sedangkan konsep lainnyaadalah konsep gender, yakni suatu sifat yangmelekat pada kaum laki-laki maupun kaumperemppuan yang dikonstruksi secara sosialmaupun kultural. Misalnya bahwa perempuandikenal lemah lembut, cantik, emosional ataukeibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat,rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendirimerupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.Artinya ada laki-laki-laki yang emosional, lemahlembut, keibuan, sementara juga ada perempuanyang kuat, rasinal, perkasa. Perubahan-perubahanciri dari sifat tersebut dapat terjadi dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat yang lain.Misalnya saja zaman dahulu disuatu sukutertentu perempuan lebih kkuat dari pada laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan ditempatyang berbeda laki-laki lebih kuat. Jugaperubahan bisa terjadi dari kelas ke kelasmasyarakat yang berbeda. Di suku tertentu,perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuatdari pada laki-laki. Semua hal dapatdipertukarkan antara sifat perempun dan laki-lakiyang bisa berubah dari waktu ke waktu sertaberbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupunberbeda dari sutau kelas ke kelas laainnya itulahyang dikenal dengan konsep gender. Sehinggadapat dipahami oleh kita, bahwa sesungguhnyakonsep gender bukanlah sesuatu yang bersumberpada kodrati dan melekat secara mutlak pada dirilaki-laki atau perempuan melainkan sesuatu yangada dalam diri manusia berdasarkan suatukonstruksi sosial maupun kultural dan dapatdipertukarkan antar manusia yang berjenis lakii-laki maupun perempuan.

Berkaitan dengan hal tersebut muncullahaliran-aliran pemikiran yang dikenal denganistilah feminisme. Feminisme tidak dapatmelepaskan dirinya dari konteks politik.Feminisme adalah suatu gerakan politis yangmenggugat struktur interaksi kekuasaan di antara

Page 9: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

9

perempuan dan laki-laki. Dibalik kemajemukanaliran-aliran pemikiran tentang feminis itu,ternyata ada kesamaan pemikiran antarapemikiran-pemikiran dan biasanya mereka selalumempertanyakan hubungan dominasi dansubordinasi antara laki-laki dan perempuan.Dalam konteks ini ke-“laki-laki”-an dan ke-“perempuan”-an tidak boleh dipahami secarabiologis, yakni sebagai jenis kelamin (seks)melainkan sebagai konstruksi sosial, yangbiasanya disebut “gender” (Aphrodite MilanaSahusilawane & Esther Kembauw, 2010)11.

Papalele Sebagai Suatu Tindakan Gender danRuang Sosial Baru Perempuan Papalele diSaparua

Asumsi mengenai perempuan adalahkelompok yang lemah dan memilikiketergantungan dengan kaum laki-laki adalahsesuaatu yang mesti mendapat koreksi danpengujian secara faktual maupun akademik.Kaum perempuan sesungguhnya merupakankorban dari dinamika masyarakat yang memilikilatar belakang budaya patriaki. Peran-perankaum perempuan selama ini sesungguhnyamerupakan suatu langkah yang cukupmemberikan kontribusi yang sangat besar dalamkehidupan keluarga serta suatu upaya untukmensejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki.Perempuan papalele di Saparua merupakan potretkehidupan perempuan yang sejak dulumerepresentasikan diri sebagai kelompok yangsejajar dengan laki-laki dalam segala aspekkehidupan. Pekerjaan mencari nafka untukmenyaggupi kebutuhan hidup keluarga yangselama ini identik melekat pada sisi kehidupanseorang laki-laki dan menjadikan perempuansebagai pribadi yang bergantung pada kaum laki-laki menjadi suatu fakta yang berbanding terbalikdalam kehidupan kaum perempua papalele diSaparua.

Perempuan papalele di Saparua tampilsebagai suatu potret pembaharuan dalamkehidupannya keluraga dan masyarakat.Tindakan ini merujuk pada suatu kesadaran diribahwa mereka (perempuan papalele) bukanlahpribadi yang lemah dan tidak berdaya. Aktifitassebagai seorang perempuan papalele merupakansuatu kesadaran kaum perempuan papalele untukturut bertanggung jawab dalam menafkaikebutuhan keluarga. Kesadaran ini kemudianmelahirkan suatu tindakan yang menampakan

peran-peran strategis seorang perempuan.Dinamika yang dilakoni sebagai seorangperempuan papale dalam berbagai kotribusi yangdiberikan sesungguhnya, merupakan suatubentuk klarifikasi terhadap realitas masyarakatyang selama ini cenderung mengagap kaumperempuan sebagai pribadi yang lemah, tidakberdaya dan yang selalu bergantung pada kaumlaki-laki. Profesi sebagai perempuan papalelesesunguhnya merupakan tindakan untukmemenuhi kebutuhan hidup keluarga, yang tanpadisadari hal ini merupakan suatu tindakan(upaya) gender yang terlahir dalam diri seorangperempuan papalele.

KESIMPULANPapalele merupakan suatu potret

perempuan Saparua yang tampil sebagai orangyang memiliki adil dalam menjawab berbagaikebutuhan hidup dalam keluarga, mulai darikebutuahan tiap hari hingga pendidikan anak-anak. Kesuksesan untuk menghantarkan angotakeluarga hingga mengecap pendidikan diperguruan tinggi dan memperoleh lapanganpekerjaan pada sektor pemerintah maupun suata.Menjajakan barang dagangan di pasar menjadisuatu rutinitas yang tidak dapat dipisahkan dalamkehidupan seorang papalele. dengan modal yangseadannya serta pengetahuan dagang yangterbatas seorang perempuan papalele tampiluntuk memperjuangkan kehidupan ekonomikeluarga. Potret perempuan papalelemenunjukan eksistensi diri seorang perempuanyang tidak hanya bergantung pada kaum laki-laki, melainkan suatu bentuk refleksi diri yangteraktualisasi lewat aktifitas yang dijalani tiaphari maupun waktu-waktu tertentu.

Potret kehidupan perempuan papalele diSaparua menjadi suatu realitas yang membukaruang sosial baru bagi kehidupan mereka dengantidak bergantung pada kaum laki-laki (suami).Pada titik inilah perempuan papalele menjadicontoh bagi kaum perempuan untuk keluar dariberbagai tekanan sosial dan budaya yang selamaini terkungkung dalam lingkaran budaya patriaki.Konstruksi budaya patriaki selama ini telahmendeskriminasikan kaum perempuan padaposisi yang lemah, sehingga diperlukan upayaserta daya kritis untuk mampu mensejajarkan diridengan kaum laki-laki.

Page 10: PAPALELE” PORTRAIT OF SAPARUA WOMAN IN THE …kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/wp-content/uploads/sites/13/2014/08/...perjalanan pembangunan masyarakat? Ketika prioritas pembangunan

10

SaranKontribusi yang selama ini diberikan oleh

kaum perempuan papalele di Saparuamembuktikan bahwa sesungguhnya kaumperempuan bukanlah pribadi yang tidak berdayamelainkan pribadi yang sejajar bahkan lebih darilaki-laki. Bertolak dari berbagai realitas dan faktasosial yang diungkap dalam penulisan ini penulisdapat memberikan saran antara lain:

a. Perlunya perhatian Pemerintah Daerah daninstansi terkait untuk dapat memberikanbantuan dan dukungan baik secarafinansial maupun pengetahuan khusus bagipara ibu-ibu papalele yang selama ini tidakpernah mendapat sentuhan dan bantuanpemerintah

b. Perlunya perhatian pemerintah dan instasiterkait terhadap berbagai masalah yangdihadapi oleh sektor-sektpr informal yangselama ini turut menunjang perekonomiankeluarga.

c. Perlunya kesadaran diri secara kolektifkaum perempuan Maluku untuk keluardari tekanan sosial dan kungkunganbudaya patriaki yang selama inidikonstruksikan dalam budaya orangMaluku.