21
PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN DENTAL PRACTICE drg. I Gusti Agung Dyah Ambarawati, M.Biomed PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017

PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL

IN DENTAL PRACTICE

drg. I Gusti Agung Dyah Ambarawati, M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

masukan dari berbagai pihak pada penyusunan ini sangatlah sulit bagi penulis untuk

menyelesaikannya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini. Kami mohon maaf

apabila ada kesalahan atas kesalahn yang telah dilakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Denpasar, 10 Desember 2017

Page 3: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN KASUS ..................................................................... 7

BAB IV KAITAN DENGAN TEORI ................................................................ 9

BAB V KESIMPULAN .................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

BAB I

PENDAHULUAN

Pada pemeriksaan panoramik, sering kali ditemukan adanya lesi yang tidak berkaitan

dengan keluhan utama pasien. Jarang adanya laporan kasus yang menyebutkan bahwa lesi

ditemukan secara kebetulan atau dengan kata lain tanpa dilakukan pemeriksaan radiografi.

Banyak kondisi patologis tetap asimtomatik dan diperiksa hanya ketika menyebabkan ekspansi

jaringan lunak dan jaringan keras, serta infeksi sekunder. Adanya keterlambatan dalam deteksi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penyakit dan pengobatan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pada kasus yaitu dengan dilakukan pemeriksaan

radiografi sebelum perawatan gigi yang akan memberikan gambaran patologi yang mungkin

terjadi untuk mencapai diagnosis dini dan pengobatan yang sesuai. Pada jurnal ini melaporkan

tiga kasus di mana kondisi patologis tetap tidak terdeteksi bahkan setelah beberapa kunjungan ke

dokter gigi berserta dengan diskusi tentang fleksibilitas dari radiograf panoramik pada screening

dan deteksi dini dari banyaknya masalah klinis.

Page 5: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1. Kasus 1

Seorang pasien wanita berusia 44 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri secara

terus menerus selama 2 tahun terakhir. Terdapat 2 gigi yang membusuk dan telah dilakukan

perawatan saluran akar. Karena rasa sakit yang berisifat persisten, pasien dirujuk ke dokter

bedah maksilofasial untuk penanganan terhadap nyeri sendi temporomandibular (TMJ).

Secara klinis, TMJ pasien normal dan pasien dirujuk ke periodontist untuk menangani

jaringan periodontal yang terlibat. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan fraktur pada gigi 25,

gigi 26 dan obliterasi ringan pada vestibulum buccalis kiri rahang atas. Radiografi

panoramik disarankan untuk megetahui perawatan endodontik pada gigi 25 dan 26. Lesi

berbatas tegas dengan campuran radiopak dan radiolusen terlihat dari apikal ke 25 dan 26

mendorong sinus maksilaris superior. Gigi 18 mengalami impaksi horizontal terlihat

didalam tulang alveolar. Lesi berenukleasi dibawah anastesi lokal dan gigi 18 yang impaksi

telah diekstraksi. Hasil pemeriksaan hitopatologi melaporkan bahwa lesi tersebut merupakan

kompleks odontoma.

Gambar 1. Gambaran lesi campuran radiopak dan radiolusen berbatas tegas pada

gigi 25 dan 26

Page 6: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

2.2. Kasus 2

Seorang pasien wanita berusia 33 tahun datang dengan keluhan sakit dan bengkak

pada sisi kanan rahang atasnya. Pasien melaporkan bahwa pembengkakan terjadi sebulan

lalu dan mengkonsumsi antibiotik atas saran dokter gigi. 4 tahun yang lalu, gigi pada rahang

bawah pasien pernah diekstraksi, profilaksis oral dilakukan dua tahun yang lalu dan 2

giginya juga ditumpat menggunakan amalgam.

Hasil radiografi panoramik pasien menunjukkan adanya gigi impaksi molar 3 rahang

atas kanan pada sinus maksilaris kanan dekat dengan dinding medial dengan radiolusen

yang berbatas tegas disekitar gigi yang impaksi. Lesi itu berenukleasi bersamaan dengan

ekstraksi gigi yang dilakukan dan berdasarkan laporan histopatologi menegaskan bahwa lesi

itu adalah kista dentigerous.

2.3. Kasus 3

Seorang pasien wanita berusia 31 tahun datang dengan mobilitas tidak normal pada 2

gigi bawah ( gigi 36 dan 37 ) pada sisi kiri yang pernah direstorasi 5 tahun lalu dan tidak

Gambar 2. Hasil radiografi panoramik ditemukan adanya impaksi pada gigi 28 disertai

radiolusen berbatas tegas di sekitar gigi yang impaksi

Page 7: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

memiliki riwayat ekstraksi. Gigi molar 3 kiri pasien telah hilang secara klinis. Radiografi

panoramik disarankan untuk mengungkapkan lesi radiolusen multilocular sangat luas

membentang dari premolar kedua sampai kondilus. Resorpsi akar tercatat pada gigi 35, 36

dan 37. Gigi 38 ditemukan dekat dengan prosesus koronoid. Pada biopsi insisi

mengungkapkan ameloblastoma tipe folikuler.

Gambar 3. Gambaran multilokuler radiolusen pada region premolar kedua hingga kondilus

pada sisi kanan mandibula

Page 8: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

BAB III

DISKUSI

Gambar radiografi panoramik secara klinis digunakan untuk pasien yang membutuhkan

gambaran yang luas dari rahang, seperti evaluasi terhadap trauma, penyakit gigi atau tulang yang

parah, didiagnosa atau diperkirakan menderita lesi yang besar, menentukan lokasi molar tiga,

evaluasi gigi yang hilang, melihat perkembangan dan status erupsi dari gigi, melihat retained

tooth dan ujung akar pada pasien edentulous, memeriksa keadaan sinus maksilaris dan gangguan

pada sendi temporomandibular serta melihat perkembangan anomali seperti prognathism dan

retrognathism. Gambar panoramik sering digunakan sebagai evaluasi gambar awal yang dapat

memberikan tampilan yang diperlukan dan membantu dalam menentukan kebutuhan proyeksi

lainnya.

Salah satu kelebihan dari gambar panoramik adalah tampilan dari gigi yang lengkap dan

memungkinkan untuk mendiagnosis jumlah, posisi dan anatomi gigi yang mengalami gross

abnormalities. Radiografi panoramik dapat memperlihatkan jarak dari gigi yang mengalami

impaksi dengan struktur vital seperti inferior alveolar canal, dasar dan dinding posterior sinus

maksilaris, maxillary tuberosity dan gigi sebelahnya. Disamping itu semua pasien dapat dengan

mudah memahami gambar yang dihasilkan dari radiografi panoramik dan dapat berguna sebagi

media pembelajaran visual bagi pasien.

Dalam ketiga kasus, pasien telah mengunjungi klinik gigi dengan berbagai masalah yang

terjadi pada giginya dan telah menjalani perawatan gigi secara rutin seperti oral prophylaxis,

restorasi, perawatan saluran akar dan ekstrasi. Jumlah kunjungan berkisar antara tiga sampai

lebih dari sepuluh kali. Tidak ada kasus yang dievaluasi kembali dengan menggunakan

Page 9: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

radiografi panoramik bahkan pada pasien dengan kehilangan gigi dan masih mempertahankan

gigi sulung.

Radiografi panoramik dapat menjangkau area yang luas dari tulang wajah dan gigi

dengan dosis radiasi yang rendah. Dosis exposure relatif dari radiografi panoramik diperkirakan

sekitar 6,7 microSv dan 26 microSv dengan resiko terjadinya fatal cancer sebesar 0,21 dan 1,9

kasus per 1 juta pemeriksaan.

Kerugian utama dari radiografi panoramik adalah gambar yang dihasilkan tidak dapat

menampilkan gambaran anatomi secara detail, tidak seperti radiografi periapikal atau radiografi

bitewing yang dapat menampilkan lesi kasies yang sangat kecil atau lesi periodontal dan tanda

awal terjadinya lesi periapikal. Masalah lainnya adalah pembesaran yang tidak sama pada

gambar serta terjadinya distorsi geometri pada gambar. Keberadaan ruas tulang belakang pada

leher dapat mengaburkan gambar hasil radiografi terutama di daerah sekitar gigi insisifus.

Rushton et al menyarankan beberapa faktor klinis dapat digunakan untuk menentukan hasil

diagnosis dari sebuah perawatan. Kecurigaan klinis dari gigi dengan kelainan periapikal, erupsi

gigi sebagian, lesi karies dengan pembengkakan, dan dugaan klinis gigi tidak erupsi. Asaumi et

al mengamati 12,8% dari 1092 pasien pada sebuah penelitian retrospektif dengan populasi anak-

anak dan 47,1% diantaranya memiliki lesi yang berbeda dari pokok keluhan utama. Radiografi

panoramik merupakan alat yang sangat penting untuk membantu mengidentifikasi permasalahan

perkembangan gigi pada fase geligi campuran. Radiografi panoramik dapat memberikan

informasi mengenai perkembangan gigi, keberadaan leeway space, erupsi gigi permanen,

anomali gigi, dan gangguan perkembangan gigi.

Radiografi panoramik dapat digunakan dalam penentuan panjang akar dan arah sumbu

gigi pada perawatan ortodontik. Pada pengamatan ditemukan bahwa panjang rata-rata yang

Page 10: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

diukur lebih tinggi dari panjang sebenarnya, yaitu 22% untuk gigi rahang atas dan 1% pada gigi

rahang bawah. Terdapat perubahan yang signifikan terlihat kelainan gigi di daerah premaxillary

pada radiografi panoramik dimana perubahan yang terjadi sekitar 23%. Radiografi panoramik

digunakan dalam pengukuran estimasi usia dalam forensik pada anak-anak, tapi ini harus

dikombinasikan dengan hand and collar bone radiografi untuk akurasi yang lebih baik.

Penebalan mukosa dan kista antral mukosa pada sinus maksilaris sangat sering ditemukan di

radiografi panoramik, infeksi gigi sangat berkorelasi dengan penebalan pada mukosa. Radiografi

panoramik mengungkapkan kalsifikasi carotid artery atheromatous lesions pada pasien diabetes

dan membantu dokter gigi dalam memberikan rujukan yang sesuai untuk perawatan diabetes.

Perubahan lebar kortikal dari bagian dalam mandibula dan bentuk dalam radiografi panoramik

pada wanita pasca-menopause merupakan salah satu penada dari osteoporosis. Akurasi dari

diagnostik pada radiografi panoramik dilihat melalui evaluasi pra operasi dari hubungan antara

gigi molar ketiga dan alveolar inferior canal. Pengamatan yang cermat pada radiografi

panoramik bisa mengungkapkan kelaian sendi temporomandibular seperti kista aneurismal

tulang, trauma kista tulang, dan chondramatosis sinovial dan TMJ arthrosis.

Page 11: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

BAB IV

KAITAN DENGAN TEORI

Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi adalah pengambilan gambar menggunakan

radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat dikaji pada film.

Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan pemeriksaan radiografi

agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil optimal. Dalam bidang kedokteran gigi teknik

radiografi yang digunakan terdiri dari dua jenis,yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral.

Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat area yang

luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film yang digunakan diletakan

diluar rongga mulut. Radiografi ekstraoral terdiri atas beberapa tipe, salah satunya adalah

radiografi panoramik. Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk membuat gambaran

tomografik tunggal dari struktur fasial yang melibatkan baik lengkung gigi pada maksila dan

mandibular serta struktur pendukungnya. Gambaran radiografi panoramik banyak digunakan

untuk mendiagnosa gangguan pada rahang yang membutuhkan cakupan yang lebih luas terutama

pada evaluasi trauma, lokasi gigi molar ketiga,manifestasi penyakit sistemik, lesi yang luas pada

rahang, pertumbuhan gigi geligi dan lain lain. 1

Prosedur teknik pengambilan gambar panoramik yang direkomendasikan adalah sebagai

berikut: 1

1. Cuci tangan dan gunakan pakaian pelindung.

2. Jelaskan pada pasien prosedur dan pergerakan alat.

3. Jelaskan pada pasien bite holder yang digunakan dan pemasukan kaset film.

4. Gunakan paparan film yang tepat.

5. Pakaikan pelindung apron pada pasien.

Page 12: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

6. Pasien diinstruksikan menutup bibir dan menekan lidah.

7. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk

berpegangan agar tetap seimbang.

8. Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan

pada tempat dagu.

9. Collimator harus digunakan sesuai dengan ukuran yang diinginkan (median

sagital dan gigi anterior).

10. Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

11. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat

penyinaran.

12. Paparkan film.

Gambar 4.1 Posisi pasien saat pengambilan gambar panoramik.2

Page 13: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

Keuntungan dan Kerugian radiografi panoramik

Keuntungan Radiografi Panoramik: 1

1. Semua jaringan pada area yang luas dapat tergambarkan pada film, mencakup

tulang wajah dan gigi.

2. Pasien menerima dosis radiasi yang rendah

3. Dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut

4. Untuk membuat gambaran panoramik tidak membutuhkan waktu yang lama,

biasanya 3-4 menit (termasuk waktu yang diperlukan untuk posisi pasien dan

paparan)

5. Gambar mudah dipahami pasien dan media pembelajaran.

6. Kedua sisi mandibula dapat ditampakkan pada satu film, sehingga mudah untuk

menilai adanya fraktur.

7. Gambaran yang luas dapat digunakan untuk evaluasi periodontal dan penilaian

orthodontik.

8. Permukaan antral, dinding depan dan belakang tampak dengan baik.

Gambar 4.1 Posisi pasien saat pengambilan gambar panoramik.2

Page 14: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

Kerugian radiografi panoramik:1

1. Gambaran tomografi hanya menampilkan irisan tubuh, struktur atau abnormalitas

yang bukan di bidang tumpu tidak bisa jelas.

2. Bayangan jaringan lunak dan udara dapat mengkaburkan struktur jaringan keras.

3. Bayangan artefak bisa mengkaburkan struktur di bidang tumpu.

4. Pergerakan tomografi bersama dengan jarak antara bidang tumpu dan film

menghasilkan distorsi dan magnifikasi pada gambaran.

5. Penggunaan film dan intensifying screen secara tidak langsung dapat menurunkan

kualitas gambar.

6. Teknik pemeriksaan tidak cocok untuk anak-anak di bawah lima tahun atau pasien

non-kooperatif karena lamanya waktu paparan.

7. Beberapa pasien tidak nyaman dengan bentuk bidang tumpu dan beberapa struktur

akan keluar dari fokus.

Berdasarkan teori diatas yang dikaitkan dengan kasus 1, hasil pemeriksaan radiografi

panoramik gigi 18 mengalami impaksi horizontal terlihat didalam tulang alveolar. Lesi

berenukleasi dibawah anastesi lokal dan gigi 18 yang impaksi telah diekstraksi. Hasil

pemeriksaan hitopatologi melaporkan bahwa lesi tersebut merupakan kompleks odontoma.

Etiologi kompleks odontoma tidak diketahui. Ada beberapa teori yang sudah

diajukan, seperti trauma lokal, infeksi, riwayat keluarga dan mutasi genetik, ada pula yang

menambahkan bahwa odontoma diwariskan kemungkinan dari genmutant post natal dengan

kontrol genetik perkembangan gigi. 3

Page 15: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

Odontoma merupakan tumor jinak yang berasal dari odontogenik yang tergabung dari

mesenkimal dan elemen-elemen gigi. Secara histologi, terdiri dari jaringan gigi yang berbeda

termasuk email, dentin, sementum, dan dalam beberapa kasus termasuk jaringan pulpa.

Berdasarkan klasifikasi terbaru dari WHO tahun 2005, odontoma dibagi menjadi 2 jenis yaitu

kompleks odontoma dan compound odontoma.

Odontoma kompleks biasanya ditemukan pada posterior mandibula, biasanya pada gigi

impaksi, dan ukurannya dapat mencapai beberapa sentimeter. Secara radiologi, manifestasi dari

lesi ini ialah massa solid yang radioopak dengan adanya elemen-elemen nodular, dan dikelilingi

oleh zona radiolusen yang tipis. Lesi bersifat unilokular dan dipisahkan dari tulang oleh garis

kortikalisasi. Tidak terlihat struktur seperti gigi. Secara epidemiologi, odontoma merupakan

tumor odontogenik yang paling sering terjadi, dengan insidensi 22-67% dari seluruh tumor pada

rahang atas. Lesi ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja, dan tidak berbeda jauh

insidensinya pada laki-laki dan perempuan. Secara klinis, lesi yang asimptomatik ini sering

dihubungkan dengan perubahan pada erupsi gigi susu dan permanen. Diagnosis biasanya

ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis (foto panoramik dan intraoral), atau dalam

mengevaluasi penyebab tertundanya gigi erupsi. Pengobatan pilihan ialah dengan pengambilan

lesi secara bedah pada semua kasus, diikuti dengan pemeriksaan secara histopatologi untuk

mengkonfirmasi diagnose. 4

Pada kasus 2 dilaporkan bahwa seorang pasien wanita berusia 33 tahun datang dengan

keluhan sakit dan bengkak pada sisi kanan rahang atasnya. Setelah dilakukan beberapa

pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif kemudian dilakukan pemeriksaan radiografi

untuk menunjang penegakan diagnosa.

Page 16: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

Hasil pemeriksaan radiografi diperoleh gigi molar 3 rahang atas impaksi pada sinus

maksilaris kanan dekat dengan dinding medial dengan radiolusen yang berbatas tegas disekitar

gigi yang impaksi yang dicurigai sebagai kista. Berdasarkan berbagai pemeriksaan yang telah

dilakukan belum dapat ditentukan jenis dari kista tersebut. Oleh karena itu identifikasi

intraoperatif dari lesi kista ini, paling baik dilakukan dengan cara dirujuk ke bagian Patologi

Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis.

Sebelum dilakukan pemeriksaan histopatologis perlu dilakukan aspirasi jarum untuk

dilakukannya biopsi pada lumen lesi kista yang dicurigai dapat memberikan informasi untuk

keperluan konfirmasi diagnosis. Jika akan dilakukan aspirasi, dapat dilakukan insisi kecil pada

mukosa, diikuti dengan pembuatan lubang kecil melalui korteks bukal untuk dilakukannya

aspirasi menggunakan jarum. Apabila hasil aspirasi terlihat cairan bewarna kekuningan dapat

dan pemeriksaan histopatologis menunjukkan kista dilapisi oleh epitelium stratificatum

squamosum non keratin baru dapat ditegakkan diagnosa kasus tersebut adalah kista dentigerous.

Kista dentigerous merupakan suatu kista yang terbentuk di sekitar mahkota gigi dan

melekat pada cemento-enamel junction gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerous merupakan hasil

pembesaran folikel, berasal dari akumulasi cairan antara reduced enamel epithelium dan enamel

gigi, maka dari itu kista dentigerous disebut juga kista folikular.5

Salah satu penyebab timbulnya kista dentigerous adalah gigi impaksi. Gigi impaksi

memiliki potensi untuk erupsi akan menyebabkan penyumbatan aliran venous dan

mengakibatkan transudasi serum dinding - dinding kapiler. Hal tersebut akan menyebabkan

tekanan hidrostatik yang akan memisahkan folikel dari mahkota gigi. 5

Pada umumnya, kista dentigeous mulai berkembang segera setelah mahkota gigi tumbuh

sempurna, dengan adanya akumulasi carian diantara permukaan enamel dan sekitar kapsul

Page 17: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

jaringan lunak dari epiteliumnya. Namun, apabila kista terjadi saat gigi sedang erupsi, biasanya

akan menghalangi proses erupsi atau kista juga memiliki kesempatan untuk berkembang dan

bertambah besar bersamaan dengan tumbuhnya gigi tersebut.5

Pada kasus 3, dilaporkan adanya gambaran multilokuler radiolusen pada region premolar

kedua hingga kondilus pada sisi kanan mandibula. Pada biopsi insisi mengungkapkan bahwa lesi

tersebut adalah ameloblastoma tipe folikuler. Diagnosis ameloblastoma dapat ditegakkan melalui

anamnesa, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan patologi anatomi yaitu

insisi biopsi.6 Pada umumnya ameloblastoma bersifat asimptomatik dan tumor jarang ditegakkan

pada masa awal perkembangan. Secara klinik pertumbuhan tumor relatif lambat dan kadang

tidak disertai pembengkakakn intraoral. Pada beberapa kasus disertai keluhan nyeri, gigi yang

bergeser, maloklusi, ulserasi, obstruksi nasal dan epistaksis. Gambaran radiografi

ameloblastoma, dengan variasi bentuk, dapat terlihat sebagai berikut:7

1. Terdapat rongga seperti kista, radiolusen difuse bulat dengan batas jelas dan tegas,

menyerupai busa atau sarang lebah

2. Mempunyai rongga monolokuler atau multilokuler yang dilapisi ephitelial, kadang-

kadang tampak berdampingan dan dapat menyebabkan resorpsi eksternal gigi-gigi

yang berdekatan

3. Dapat menghancurkan korteks, menyerang jaringan lunak, dan meluas ke sekitarnya

4. Dapat menyerupai kista dentigereus yang dilapisi epithelial

Diagnosis ameloblastoma tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan radiologi saja. Secara

radiologi, apabila dijumpai gambaran multinodular overlapping akan memberikan gambaran

busa atau sarang lebah. Secara patologi, untuk pemeriksaan awal dapat dilakukan biopsi aspirasi.

Pada sediaan hapus didapatkan sel-sel basaloid dengan inti bentuk bulat atau spindle yang

Page 18: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

tersusun dalam gambaran pseudopapiler. Secara makroskopik, massa dapat berupa solid, kistik

atau multikistik dan intraosseus atau ekstraosseus, jarang unikistik. Secara mikroskopis,

ameloblastoma tersusun atas kelompokan sarang-sarang yang berasal dari epitel ameloblastik

yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Setelah dilakukan biopsi aspirasi dan didapatkan gambaran

seperti tersebut diatas maka diagnosis ameloblastoma dapat ditegakkan.8

Pada Gambar 3 hasil radiografi yang mendukung diagnosis ameloblastoma adalah adanya

ada lesi radiolusen multilocular pada regio premolar kedua sampai kondilus pada sisi kanan

mandibula. Lesi ini berbatas tegas, jelas dan menyerupai busa. Terjadi resorpsi akar pada gigi 35,

36, dan 37. Gigi 38 mengalami disposisi sampai ke daerah coronoid process. 9

Page 19: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Radiografi panoramik merupakan sebuah teknik yang dibutuhkan dalam deteksi dini

lesi pada maxillofacial area. Dengan mempertimbangkan dosis radiasi yang terlibat dalam

radiografi panoramik, dan hasil diagnostik, pemeriksaan rutin dengan radiografi panoramik

pada kunjungan klinis awal berguna dalam deteksi dini berbagai macam kondisi patologis.

5.2 Saran

Radiografi panoramik perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa yang baik, karena

dengan pemeriksaan penunjang seperti penggunaan radiograf panoramik dapat mendeteksi

lesi-lesi yang sulit terdeteksi pada pemeriksaan klinis akibat tidak adanya keluhan dari

pasien.

Page 20: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Carver, Elizabeth dan Barry Carver. 2006. Medical Imaging, Techniques, Reflection and

Evaluation. New York : Churchill Livingstone.

2. Pasler FA. Color Atlas of Dental Medicine: Radiology. Rateitschak KH, Wolf HF,

editors. New York: Thieme; 1993. p. 13.

3. Syafriadi Mei, 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga

Mulut). Jogjakarta: Andi

4. Sudiono janti,2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. EGC:

Jakarta

5. Cawson, R.A dan Odell, E.W. 2002. Disease of the Oral Mucosa: Non-infective

Stomatitis, Oral Patology abd Oral Medicine. Churchill Livingstone.

6. Alfaro, F. H., Magaz, V. R., Chatakun, P., & Martinez, R. G. 2012. Mandibular

Reconstruction with Tissue Engineering in Multiple Recurrent Ameloblastoma. The

International Journal of Periodontic & Restorative Dentistry. [on line].

http://www.institutomaxilofacial.com/wp-

content/uploads/2011/06/prd_32_3_Alfaro_5.pdf

7. Gümgüm, S., & Hosgören, B. 2005. Clinical and Radiologic Behaviour of

Ameloblastoma in 4 Cases. J Can Dent Assoc 2005; 71(7):481–4. [on line]. http://cda-

adc.ca/jadc/vol-71/issue-7/481.pdf

8. Prell, Svante R. et all. Fine Needle Aspiration Cytology 4th Ed. Elsevier. 2005, p.52

9. Oliveira, L. R., Matos, B. H., Dominguete, P. R., & Zorgetto, V. A., & Silva, A. R. 2011.

Ameloblastoma: Report of Two Cases and a Brief Literature Review. In, J.

Odontostomat. 5(3):293-299, 2011. [on line].

http://ircmj.com/?page=download&file_id=302

Page 21: PANORAMIC RADIOGRAPH A VALUABLE DIAGNOSTIC TOOL IN …