25
1 BAB I PENDAHULUAN “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tin: 4) 1.1 Latar Belakang Tuhan telah menciptakan manusia dalam dua bentuk yaitu pria dan wanita, dengan Adam dan Hawa sebagai cikal bakalnya. Fenomena transeksual yang diikuti dengan tindakan operasi merubah kelamin, sebenarnya mempunyai implikasi yang akan menyentuh banyak aspek, masalah ini merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun dengan ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Selain faktor bawaan sejak lahir, fenomena ini juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan. Seperti pendidikan yang salah sewaktu kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dengan tingkah laku perempuan, trauma pergaulan seks dengan pacar, dan sebagainya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan

Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

1

BAB I

PENDAHULUAN

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tin: 4)

1.1 Latar Belakang

Tuhan telah menciptakan manusia dalam dua bentuk yaitu pria dan

wanita, dengan Adam dan Hawa sebagai cikal bakalnya. Fenomena

transeksual yang diikuti dengan tindakan operasi merubah kelamin,

sebenarnya mempunyai implikasi yang akan menyentuh banyak aspek,

masalah ini merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa

tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan

ataupun dengan ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

Selain faktor bawaan sejak lahir, fenomena ini juga bisa disebabkan oleh

faktor lingkungan. Seperti pendidikan yang salah sewaktu kecil dengan

membiarkan anak laki-laki berkembang dengan tingkah laku perempuan,

trauma pergaulan seks dengan pacar, dan sebagainya. Ekspresinya bisa dalam

bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai operasi

penggantian kelamin. Ironisnya, di media pertelevisian Indonesia seakan

menyemarakkan dan menyosialisasikan perilaku ketransseksualan dalam

berbagai acara yang memberikan porsi kepada para waria dan semacamnya

sebagai pengisi acara atau pembawa acara, yang secara tidak langsung

membiasakan masyarakat dengan fenomena semacam itu. Dewasa ini

masyarakat sudah tidak risih dengan keberadaan para guy atau waria yang

mungkin juga disebabkan oleh kebiasaan mereka menonton idola mereka di

televisi yang notabene adalah seorang waria atau guy. Dan seakan artis

seperti Dorce Gamalama yang telah melakukan operasi alat kelamin di

Singapore merupakan figur yang berani dan patut dicontoh karena telah

mengikuti apa kata nuraninya.

Page 2: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

2

Namun fenomena transeksual atau biasa disebut juga transgender tidak

selalu diikuti oleh kecendrungan untuk operasi perubahan kelamin. Keinginan

melakukan operasi tersebut umumnya di pengaruhi oleh tingkat pemahaman

dan keyakinan penderita terhadap agama yang dianut. Pemikiran tersebut

nampak pada pandangan mereka terhadap eksistensi diri, baik di hadapan

masyarakat maupun di hadapan Tuhan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam hukum Indonesia sendiri belum ada ketentuan yang jelas

mengatur mengenai kedudukan masalah transseksual maupun kedudukan para

waria. Padahal dengan semakin meningkatnya globalisasi di dunia, masalah-

masalah seperti ini semakin sering muncul.  Para waria dengan mudah dapat

ditemui di berbagai sudut kota. Bahkan di Thailand, secara rutin dalam

setahun diadakan kontes kecantikan untuk para waria yang belakangan

rupanya juga telah ada di Indonesia.

Dengan pemaparan diatas, berikut beberapa rumusan masalah yang kami

bahas, yaitu :

1. Bagaimana pandangan Islam tentang kelamin?

2. Bagaimana pandangan medis tentang kelamin?

3. Apa pengertian operasi perubahan dan penyempurnaan kelamin?

4. Apa saja faktor penyebab operasi perubahan dan penyempurnaan kelamin?

5. Apa saja jenis operasi perubahan dan penyempurnaan kelamin dan

bagaimana hukumnya?

6. Bagaimana fatwa MUI tentang operasi perubahan dan penyempurnaan

kelamin?

7. Bagaimana kedudukan hukum perubahan dan penyempurnaan kelamin?

8. Apa saja akibat dari operasi perubahan dan penyempurnaan kelamin?

9. Bagaimana pencegahan dari operasi perubahan dan penyempurnaan

kelamin?

Page 3: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Islam tentang Kelamin

Pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia terdiri dari 2 macam jenis

kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.1 Sebagaimana telah dituturkan dalam

Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 13 sebagai berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(QS Al Hujurat: 13).

Jika berbicara kelamin berarti ini berkaitan dengan gender beserta alat

reproduksinya. Perspektif gender dalam Al Qur’an tidak sekedar mengatur

keserasian relasi gender, hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat

tetapi lebih dari itu Al Qur’an juga mengatur keserasian pola relasi antara

mikrokosmos (manusia), makrokosmos (alam), dan Tuhan.

Secara umum Al Qur’an mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan

perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah diskriminasi yang

menguntungkan satu pihak dan yang lain dirugikan. Perbedaaan tersebut

dimaksudkan untuk mendukung obsesi Al Qur’an, yaitu terciptanya hubungan

harmonis yang didasari rasa kasih sayang di lingkungan keluarga.

Sebagaimana telah dituturkan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 13

sebagai berikut:

1 http://eprints.undip.ac.id/14977/1/2005B4B003121.pdf, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.45 WIB.

Page 4: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

4

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21)

2.2 Pandangan Medis tentang Kelamin

Jenis kelamin merujuk pada sekse anatomis seseorang dengan kata lain

tipe genital apa yang dimilki. Sekse atau jenis kelamin mewakili penampakan

internal genitalia, dan terdapat gonad (ovarium dan testis) yang menentukan

fungsi reproduktif sekaligus hormon yang membentuknya.2

Gender lebih sulit dan lebih kompleks untuk dipersepsikan atau

digambarkan. Gender yakni pengenalan atau kesadaran pada diri seseorang,

yang juga diharapkan berbeda dengan orang lain, seperti yang sesuai dengan

kategori sosial: anak laki-laki atau anak perempuan. Mayoritas populasi

memilki gender yang sesuai dengan jenis kelamin anatomis. Gender terbagi

menjadi dua aspek:

Identitas gender, yakni persepsi internal pengalaman seseorang tentang

gender mereka, menggambarkan identifikasi psikologis di dalam otak

seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.

Peran gender, merupakan sebuah cara seseorang hidup dalam masyarakat

dan berinteraksi dengan orang lain berdasarkan identitas gender mereka.

2 Ibid

Page 5: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

5

2.3 Operasi Perubahan dan Penyempurnaan Kelamin

Operasi kelamin adalah tindakan perbaikan atau penyempurnaan kelamin

seseorang karena terjadinya kelainan sejak lahir atau karena penggantian jenis

kelamin.3

Operasi ganti kelamin (taghyir al-jins) adalah operasi pembedahan untuk

mengubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya.

Pengubahan jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan dilakukan dengan

memotong penis dan testis, kemudian membentuk kelamin perempuan

(vagina) dan membesarkan payudara. Sedang pengubahan jenis kelamin

perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan memotong payudara, menutup

saluran kelamin perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki (penis).

Operasi ini juga disertai pula dengan terapi psikologis dan terapi hormonal.

(M. Mukhtar Syinqithi, Ahkam Al-Jirahah Al-Thibbiyah, hal. 199).4

2.4 Faktor Penyebab Operasi dan Penyuburan Kelamin

1. Psikososial

Seseorang yang mengalami kelainan psikis dan sosial sehingga dapat

tersisih dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat normal serta

kadang mencari jalannya sendiri, seperti melacurkan diri menjadi waria

atau melakukan homoseks dan lesbianisme.

Adapun dari perilaku tersebut didapat dari perlakuan orang tua yang

menginginkan anak laki-laki tetapi diberikan anak perempuan sehingga

orang tua memberikan perhatian anak tersebut seperti anak perempuan

mulai dari pakaian hingga perilaku.

Pada kasus transseksual karena keseimbangan hormon yang

menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal guna

mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan.

Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal

maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan

3 http://ahmadzain.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=235, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.17 WIB.

4 http://istikuma.wordpress.com/2010/03/19/hukum-operasi-ganti-kelamin-dalam-islam/ diakses pada Kamis, 15 Desember 2010, 13.41 WIB

Page 6: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

6

jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah

sesuatu yang menyimpang.

2. Genetik

Adanya ketidakseimbangan hormonal yang terjadi pada seseorang

yang mengalami kelainan pada bentuk, jenis dan hormone yang pada masa

pubertas tidak mengalami perubahan yang tidak seharusnya.5

2.5 Jenis dan Hukum Operasi Perubahan danPenyempurnaan Kelamin6

Dalam dunia kedokteran dikenal tiga bentuk operasi kelamin, masing-

masing mempunyai hukum tersendiri dalam fikih :

1. Operasi penggantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang

sejak lahir memiliki kelamin normal.

Operasi ganti kelamin dalam keadaan seperti ini, belum pernah dikenal

oleh orang-orang terdahulu. Tetapi para dokter mengatakan bahwa hal itu

merupakan bentuk dari penyakit transeksual/transgender yaitu individu

dengan gangguan psikologis laki-laki yang seperti wanita atau wanita seperti

laki-laki dengan tanpa disertai kelainan fisik/ alat kelamin (genital). Atau

dengan istilah lain, bahwa sang penderita atau pasien merasakan bahwa

dirinya adalah jenis lain yang bukan pada dirinya. Seakan ia merasakan

bahwa jiwanya adalah perempuan padahal fisiknya adalah laki-laki, atau ia

merasakan bahwa jiwanya adalah laki-laki padahal bentuk fisiknya adalah

perempuan. Antara jiwa dan fisik tidak dapat saling menyatu. Orang yang

mempunyai penyakit transeksual ini mempunyai dua keadaan :

a. Penyakit yang muncul akibat faktor psikologis dan kejiwaan.

Hal ini terjadi karena salah dalam pola asuh sejak kecil, atau karena

pergaulan yang salah. Untuk jenis yang pertama ini, penanganannya bukan

dengan cara operasi kelamin, tetapi kejiwaannyalah yang harus diobati dan

disembuhkan. Penyimpangan psikologis ini kadang muncul sejak kecil,

5 http://zulpiero.wordpress.com/2010/06/11/77/, diakses pada tanggal 15 November 2010 jam 22.166http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/problematika%20hukum%20waria.pdfhtp:// www.badilag.net/data/ARTIKEL/problematika%20hukum%20waria.pdf, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.05 WIB.

Page 7: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

7

hanya saja sering dianggap remeh, sehingga lama kelamaan menjadi

semakin besar dan akhirnya susah untuk dirubah, dan ujung-ujungnya

menganggap ini sebagai taqdir, padahal itu hanya karena kebiasaan yang

sudah mendarah daging sejak kecil dan lama, serta tidak terkait dengan

fisiknya.

Islam sejak dini telah mengajarkan kepada kita untuk memisahkan

tempat tidur laki-laki dan perempuan ketika sudah berumur 10 tahun, salah

satu tujuannya agar mereka tidak berkepribadian ganda dikemudian hari.

Kesimpulannya, bahwa operasi merubah kelamin dari orang yang

mempunyai kelamin normal dalam bentuk yang pertama seperti ini

hukumnya haram, karena tidak ditemukan hubungan antara ketidak

normalan fisik atau organ tubuh seseorang. (Dr. Muh. Mukhtar as-Syenkiti,

Ahkam al-Jirahiyah at-Tibbiyah, Jeddah, Maktabah as-Shohabah,hlm. 200-

202). Dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

Pada dasarnya, Allah swt telah menciptakan manusia ini dalam bentuk

yang sebaik-baiknya, sebagaimana firman Allah swt: Sesungguhnya Kami

menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; (Qs At Tin : 4).

Penciptaan manusia dalam bentuk yang baik tersebut merupakan

penghormatan kepada manusia, sebagaimana firman Allah swt:

Sesungguhnya telah Kami muliakan keturunan Adam dan Kami bawa

mereka di daratan dan di lautan (Qs Al Isra: 70). Oleh karenanya, kita

sebagai hamba Allah dilarang untuk merubah ciptaan-Nya yang sudah

sempurna. Larangan ini tersebut di dalam firman Allah swt dalam QS. An-

Nisa’: 119 ketika menceritakan perkataan syetan (Syetan berkata) berikut:

Page 8: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

8

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan

membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh

mereka (memotong-motong telinga binatang ternak), lalu mereka benar-

benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah),

lalu benar-benar mereka merubahnya. Barang siapa yang menjadikan

syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita

kerugian yang nyata.” (Qs An Nisa: 119).

Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa awal tindakan merubah

ciptaan Allah swt berasal dari bisikan syetan. Rasulullah saw sendiri

bersabda : Rasulullah telah melaknat orang-orang laki-laki yang meniru-

niru (menyerupai) perempuan dan perempuan yang meniru-niru

(menyerupai) laki-laki ( HR Bukhari )

b.Waria yang disebabkan adanya perbedaan keadaan psikis dan fisik

Hal ini dapat digambarkan seperti ketidaknormalan sistem tubuh atau

terjadi percampuran hormon laki-laki dan perempuan, yang berakibat

munculnya perasaan dalam dirinya yang berbeda dengan fisik tubuhnya.

Maka dalam hal ini para ulama berbeda pendapat: Pendapat Pertama:

bahwa operasi ganti kelamin untuk orang yang keadaannya seperti ini tetap

tidak boleh. Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Dasarnya adalah ayat-

ayat al Quran dan hadist-hadits yang telah disebutkan di atas.Pendapat

Kedua: bahwa operasi ganti kelamin untuk orang yang keadaanya seperti

ini, dibolehkan. Ini adalah pendapat sebagian kecil ulama kontemporer.

Diantara dalil dari pendapat ini adalah sebagai berikut :

Menurut kesaksian mayoritas dokter bahwa memang benar adanya

orang yang mempunyai penyakit seperti ini, mereka menyebutnya dengan

transeksual, yaitu terpisahnya antara bentuk fisik dengan psikis, yaitu

bentuk fisiknya adalah laki-laki umpamanya, tetapi perasaannya bahwa dia

bukanlah laki-laki. Penyakit ini menyebabkan orang tersiksa dalam

hidupnya, sehingga kadang-kadang diakhiri dengan bunuh diri. Pengobatan

secara kejiwaan sudah dilakukan berkali-kali oleh para dokter, tetapi tetap

saja gagal. Maka tidak ada jalan lain kecuali operasi ganti kelamin.

Keadaan seperti ini bisa dikatagorikan darurat. Karena tanpa operasi

Page 9: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

9

tersebut seseorang tidak akan bisa hidup tenang dan wajar sebagaimana

yang lain, hidupnya akan dirundung kegelisahan demi kegelisahan, dan

tidak sedikit yang diakhiri dengan tindakan bunuh diri. Kalau kita

perhatikan bahwa yang menyebabkan diharamkannya operasi ganti kelamin

secara umum atau dalam keadaan normal adalah karena dua alasan :

1) Hal tersebut termasuk merubah ciptaan Allah swt, sebagaimana yang

tersebut dalam Qs An Nisa 119, sudah disebut di atas. Ketika

menafsirkan ayat di atas, Ibnu Abbas, Anas, Ikrimah, dan Abu Sholeh

bahwa yang dimaksud merubah ciptaan Allah adalah mengebiri,

mencongkel mata, serta memotong telinga. Sedangkan Imam Qurtubi di

dalam tafsirnya dengan menukil perkataan Qhadhi bahwa seseorang

yang mempunyai jari-jari tangan lebih dari lima atau daging tambahan

di dalam tubuhnya, maka tidak boleh dipotongnya, karena termasuk

dalam katagori merubah ciptaan Allah, kecuali kalau jari-jari tangan

atau daging tambahan tersebut terasa sakit, nyeri dan menyebabkannya

menjadi menderita, maka dalam keadaan seperti ini, diperbolehkan

untuk memotongnya. (Tafsir Qurtubi : 5 / 252)

Perkataan Qadhi yang dinukil oleh Imam Qurtubi di atas menjelaskan

dengan gamblang bahwa sesuatu tambahan dalam tubuh yang berupa

daging atau yang lain dan menyebabkan sakit si penderita, maka

diperbolehkan untuk menghilangkannya, dan hal ini dimasukkan dalam

katagori berobat, yang kadang harus merubah ciptaan Allah swt. Karena

sebenarnya yang dilarang dalam masalah ini adalah merubah ciptaan

Allah tanpa ada alasan syara atau hanya karena ingin memperindah

anggota tubuh saja. Tetapi jika bertujuan untuk mengobati, maka

dibolehkan. Atas dasar keterangan di atas, maka operasi ganti kelamin

yang dilakukan oleh orang yang mengidap penyakit transeksual pada

jenis kedua ini, bisa dikatakan bahwa organ tubuhnya secara fisik yang

ada sekarang adalah organ tambahan, karena tidak sesuai dengan

kejiwaan dan perasaannya, sehingga jika dirubah menjadi organ yang

sama dengan kejiwaan dan perasaannya, maka termasuk dalam proses

Page 10: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

10

pengobatan dari rasa sakit yang dialaminya, dan memang tidak

ditemukan obat selain operasi ganti kelamin.

2) Operasi ganti kelamin termasuk dalam katagori menyerupai jenis lain

yang dilarang oleh Rasulullah saw. Tetapi para ulama telah menjelaskan

bahwa yang dilarang dalam masalah ini adalah menyerupai jenis di

dalam berpakaian, berhias, bertutur kata dan cara berjalan. Hal ini

disimpulkan dari dalil nash dan dalil lain. Oleh karenanya, Imam

Nawawi menyatakan bahwa waria yang ada semenjak lahir tidak

termasuk dalam katagori yang dilarang oleh Rasulullah saw, karena

mereka tidak bisa meninggalkan gaya-gaya tersebut yang dibawanya

dari lahir,walaupun sudah diobati berkali-kali, sebagaimana yang

disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari.

Demikianlah beberapa dalil yang diungkapkan oleh kelompok kedua yang

membolehkan bagi seseorang yang terkena penyakit transeksual jenis kedua

dan tidak bisa diobati lagi secara psikis, maka dibolehkan untuk melakukan

operasiganti kelamin, dan ini termasuk keadaan darurat.

2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap

orang yang sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti penis atau vagina

yang tidak berlubang.

Operasi seperti ini dibolehkan, karena termasuk dalam katagori

pengobatan. Karena pada dasarnya manusia itu ciptaannya sempurna, maka

jika didapati beberapa bagian anggota tubuhnya tidak normal atau tidak

berfungsi, sepertivagina yang tidak berlubang, atau penis yang tidak

berlubang sehingga tidak bisa buang air kecil, maka dibolehkan baginya

untuk melakukan operasi perbaikan kelamin, dengan tujuan agar salah satu

organ tubuhnya tersebut berfungsi sebagaimana yang lain. Rasulullah saw

bersabda : Wahai hamba-hamba Allah berobatlah, karena Allah menjadikan

setiap penyakit itu ada obatnya. Jadi operasi kelamin yang cacat sejak kecil

atau karena suatu kecelakaan termasuk dalam katagori berobat dan bukan

dalam katagori merubah ciptaan Allah swt.

Page 11: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

11

3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda yang dilakukan

terhadap orang yang sejak lahir memiliki 2 (dua) jenis kelamin yaitu penis

dan vagina

Orang yang mempunyai kelamin ganda dalam dunia medis disebut

ambiguous genitalia yang artinya alat kelamin meragukan. Orang tersebut

tidak menderita penyakit transeksual tetapi lebih cenderung kepada

interseksual yaitu suatu kelainan, dimana penderita memiliki ciri-ciri genetik,

anatomik atau fisiologik meragukan antara pria dan wanita. Gejalanya sangat

bervariasi, mungkin saja tampilan luarnya adalah laki-laki normal atau wanita

normal, tetapi alat kelaminnya yang masih meragukan apakah dia laki-laki

atau perempuan. Penderita seperti ini memang benar-benar sakit secara fisik,

yang kemudian mempengaruhi kondisi psikologisnya. Maka, Operasi pada

orang yang mempunyai kelamin ganda seperti ini dibolehkan, tentunya

setelah ada kejelasaan statusnya, baik laki-laki maupun perempuan dengan

cara-cara yang telah diterangkan di atas dan dikuatkan dengan pernyataan

para dokter ahli dan amanah. Biasanya operasi dilakukan ketika anak tersebut

masih bayi dan belum beranjak dewasa, jika sudah dewasa tentunya akan

lebih susah lagi, karena mungkin itu akibat salah pola asuh dan polainteraksi

dari lingkungan sekitar. Karena kalau seseorang dibiarkan dalam status yang

tidak jelas, maka sungguh kasihan hidupnya, dan masyarakatpunkesulitan

untuk berinteraksi dengannya karena statusnya yang belum jelas, apakah dia

itu laki-laki atau perempuan. Oleh karenanya operasi untuk membuang salah

satu dari dua jenis kelamin dibolehkan, karena akan membawa kemaslahatan

bagi yang bersangkutan dan kemaslahatan bagi masyarakat yang ia hidup di

dalamnya.

Kaidah hukum menjelaskan bahwa boleh tidaknya sesuatu hal tergantung

juga pada besar kecilnya nafsadah atau maslahah yang ada. Bila operasi

kelamin (contoh) ternyata lebih besar membawa kebaikan (manfaat) dari pada

madharatnya (keburukan) seperti tentang kejiwaannya, agamanya, sosial

kemasyarakatannya, jati dirinya dan kehormatan dirinya, maka dalam hal ini

operasi kelamin boleh hukumnya, dan demikian sebaliknya, bila ternyata

Page 12: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

12

operasi kelamin akan membawa dampak negative yang besar dari pada

keadaannya sekarang, maka operasi kelamin dilarang hukumnya.

Menanggapi masalah operasi kelamin diatas pendapat pakar hukum

Islam sebagai berikut : Hasanain Muhammad Makhluf (ahli Fiqih Mesir),

operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil (perbaikan atau

penyempurnaan) diperbolehkan secara hukum bahkan dianjurkan jika kelamin

seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk pembuangan air seni,

baik penis maupun vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau

menyempurnakannya menjadi kelamin yang normal hukumnya boleh

dilakukan karena kelainan seperti ini merupakan suatu penyakit yang harus

diobati Menurut Prof Drs.Masyfuk Zuhdi (ahli Fiqih Indonesia) orang yang

lahir dengan alat kelamin tidak normal bisa mengalami kelainan fsihis dan

sosial, sehingga biasanya tersisih dari kehidupan masyarakat normal serta

mencari jalan sendiri, seperti melacurkan diri, menjadi wanita atau melakukan

homo seksual, padahal perbuatan tersebut sangat dikutuk oleh Islam. Untuk

menghindari hal ini, operasiperbaikan atau penyempurnaan kelamin boleh

dilakukan karena kaidah Fiqih. Artinya ; Menolak bahaya harus didahulukan

daripada mengupayakan manfaat. Maksudnya, upaya untuk menghindari

bahaya yang akan diakibatkan oleh kelainan kelamin tersebut lebih baik dari

pada mengusahakan suatu kemaslahatan,karena menghindari atau menolak

bahaya termasuk suatu kemaslahatan juga.

Operasi kelamin yang dilakukan harus sejalan dengan keadaan bagian

dalam kelamin dan tidak boleh yang berlawanan dengan bagian dalam

kelamin. Sebab operasi kelamin yang berbeda dengan bagian dalam kelamin

bukanlah Tahsin (perbaikan), tapi termasuk Taghyir atau Tabdil yakni

mengubah ciptaan Allah, dan ini dilarang karena bertentangan dengan Firman

Allah ayat 30 surah al Rahman:

“Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?”

(QS. Al Rahman: 30)

Page 13: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

13

2.6 Fatwa MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bagi siapa

saja yang secara sengaja dan tidak memiliki alasan ilmiah merubah jenis

kelamin. Dengan demikian, Pemerintah dan DPR RI diminta membuat aturan

hukum terkait dengan praktek operasi ganti kelamin dan penyempurnaan

kelamin. Berdasarkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) VIII MUI juga

diputuskan tidak boleh menetapkan keabsahan status jenis kelamin akibat

operasi perubahan alat kelamin, sehingga tidak memiliki implikasi hukum

syar`i terkait perubahan tersebut.

Karena tidak boleh ditetapkan keabsahannya, kata dia, kedudukan hukum

jenis kelamin orang yang telah melakukan operasi sama dengan jenis kelamin

semula seperti sebelum operasi meski sudah mendapat penetapan pengadilan.

Sedangkan menyempurnakan kelamin bagi seorang Khuntsa (banci) yang

kelaki-lakiannya lebih jelas guna menyempurnakan kelaki-lakiannya

hukumnya boleh. Demikian juga sebaliknya bagi perempuan.

Atas dasar fatwa tersebut, MUI merekomendasikan kepada Kementerian

Kesehatan untuk menjadikan fatwa itu sebagai pedoman untuk memberikan

aturan pelaksanaan operasi kelamin dengan melarang operasi ganti kelamin

dan mengatur pelaksanaan operasi penyempurnaan. Juga, bagi organisasi

profesi kedokteran untuk membuat kode etik kedokteran terkait larangan

operasi ganti kelamin dan pengaturan bagi praktek operasi penyempurnaan

kelamin.7

2.7 Kedudukan Hukum dari Operasi Perubahan dan Penyempurnaan

Kelamin

Pertama: Masalah seseorang yang ingin mengubah jenis kelaminnya

sedangkan ia lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya dan

bagi perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium, maka pada

umumnya tidak dibolehkan atau banyak ditentang dan bahkan diharamkan

oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin. Ketetapan haram ini

sesuai dengan keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam

7 http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/07/27/60838/MUI-Haramkan-Operasi-Ganti-Kelamin, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.33 WIB.

Page 14: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

14

Musyawarah Nasional II tahun 1980 tentang Operasi Perubahan/

Penyempurnaan kelamin. Menurut fatwa MUI ini sekalipun diubah jenis

kelamin yang semula normal kedudukan hukum jenis kelaminnya sama

dengan jenis kelamin semula sebelum diubah.

Kedua: Jika operasi kelamin yang dilakukan bersifat perbaikan atau

penyempurnaan dan bukan penggantian jenis kelamin, maka pada umumnya

itu masih bisa dilakukan atau dibolehkan. Jika kelamin seseorang tidak

memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan/atau

sperma, maka operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya

dibolehkan bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena

kelainan seperti ini merupakan suatu penyakit yang harus diobati.

Ketiga: Apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, maka untuk

memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat

kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk ‘mematikan’ dan

menghilangkan salah satu alat kelaminnya.

Tidak adanya aturan hukum yang jelas yang mengatur mengenai

kedudukan pergantian kelamin ini menyebabkan banyak kesalahan persepsi

yang terjadi di kalangan masyarakat mengenai boleh atau tidaknya melakukan

operasi kelamin. Banyak yang berpendapat bahwa melakukan operasi

pergantian kelamin itu sah-sah saja karena itu merupakan hak asasi tiap

orang. Namun, jika perubahan kelamin itu hanya untuk menuruti hasrat atau

kemauan dari subjek itu sendiri, maka berarti dia telah menyalahi dan

berusaha untuk mengubah apa yang telah dikodratkan Tuhan kepadanya.

2.8 Akibat Operasi Perubahan dan Penyempurnaan Kelamin

Tidak hanya menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, operasi

penggantian jenis kelamin juga dapat menimbulkan masalah hukum bagi

subjek yang melakukan operasi itu sendiri. Masalah hukum yang paling

umum timbul atau dipermasalahkan adalah mengenai hukum waris. Dengan

adanya pergantian kelamin yang dilakukan oleh seseorang, maka secara

Page 15: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

15

langsung akan mempengaruhi kedudukannya dalam pembagian harta warisan,

terutama jika orang yang bersangkutan adalah seorang muslim. Dengan

bergantinya jenis kelamin seseorang dari pria menjadi wanita ataupun

sebaliknya maka kedudukan dan haknya sebagai penerima waris juga akan

berganti.

Dalam hal ini, kejelasan mengenai jenis kelamin seseorang sangat

diperlukan. Jika terjadi kasus seperti yang telah disebutkan di atas (seseorang

yang memiliki alat kelamin ganda), maka akan sulit ditentukan apakah ia

memperoleh bagian warisan seperti layaknya bagian pria atau wanita. Maka

agar tidak terjadi kekeliruan, operasi penggantian kelamin sebaiknya

dilakukan.

2.9 Pencegahan terhadap Operasi Kelamin

Menurut standar care The Herry Benjamin International Gender Dyspheria

Assocition, yaitu:

1) Subjek ditangani oleh psikolog atau psikiater yang berpengalaman dalam

maslah gender. Pada tahap ini diberikan segala informasi yang harus

diketahui dan dibutuhkan oleh subjek, termasuk apa yang mungkin

dicapai, prosedur, apa yang tidak mungkin dicapai, dan konsekuensi

penyesuaian gender atau operasi yang akan dilakukan.

2) “Two years real life diagnostic test”, disini individu diharuskan untuk

menjalanikehidupan total dengan peran gender yang diinginkan selama

paling tidak dua tahun. Pada masa ini dilakukan terapi hormon dan

menjalani konsultasi psikolog. Setiap 3 bulan dan hidup dalam peran

gender baru, setiap kasus dididskusikan oleh sebuah tim sebelum operasi

diijinkan. Hanya subjek yang mengalami kepuasan atau merasakan

terbebaskan dari masalh gendernya, yang diijuinkan menjalani operasi.

Jika masih ada keraguan, operasi diundur sampai kondisi yang diinginkan

terpenuhi.

Page 16: Pandangan Islam Tentang Operasi Kelamin

16

3) Jika semua kriteria diatas terpenuhi, transeksual diijinkan menjalani

serangkaian operasi yang dibutuhkan.8

DAFTAR PUSTAKA

http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/problematika%20hukum

%20waria.pdfhtp://www.badilag.net/data/ARTIKEL/problematika

%20hukum%20waria.pdf, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.05

WIB.

http://ahmadzain.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=235,

diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.17 WIB.

http://www.jambiindependent.co.id/jio/index.php?

option=com_content&view=article&id=9777:mui-tetap-haramkan-operasi-

gantikelamin&catid=25:nasional&Itemid=29,diakses pada tanggal 7

Oktober 2010 pukul 12.18 WIB.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/07/27/60838/MUI-

Haramkan-Operasi-Ganti-Kelamin, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010

pukul 12.33 WIB.

http://eprints.undip.ac.id/14977/1/2005B4B003121.pdf, diakses pada tanggal 7

Oktober 2010 pukul 12.45 WIB.

http://zulpiero.wordpress.com/2010/06/11/77/, diakses pada tanggal 15 November 2010 jam 22.16

8 http://eprints.undip.ac.id/14977/1/2005B4B003121.pdf, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 12.45 WIB.