7
Paket Pembangunan Sudetan Ciliwung ke KBT Ditandatangani Kontrak pekerjaan pembangunan Sudetan Kali Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur (KBT) ditandatangani di Jakarta, hari ini, Kamis, 19 Desember 2013. Penandatanganan paket pekerjaan tahap I senilai Rp500 miliar tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto. Diluar dana konstruksi sebesar Rp500 miliar tersebut, Kementerian PU mengalokasikan dana Rp15 miliar untuk supervisi dan manajemen konstruksi serta Rp30 miliar untuk pembebasan tanah seluas 1,4 hektar. Dana tersebut berasal dari kontrak tahun jamak Tahun Anggaran (TA) 2013-2015. Djoko Kirmanto menyebutkan, manfaat keberadaan Sodetan Kali Ciliwung tersebut nantinya akan dapat mengurangi banjir karena dapat mengalirkan air minimal 60 meter kubik per detik menuju KBT. Pengalihan sebagian debit kali Ciliwung tersebut dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas sistem KBTsehingga tidak memindahkan masalah banjir ke tempat lain. “Sodetan ini manfaatnya akan sangat besar,di Jakarta ini di Manggarai dan Kampung Melayu sudah kebanjiran saban hari, sehingga proyek ini sangat ditunggu-tunggu. Kemarin itu proses tendernya juga sulit, oleh karena itu kita tidak boleh meleset lagi dalam pelaksanaanya, kepada BBWS Ciliwung Cisadane, para kontraktor tidak ada tolereansi lagi dalam pelaksanaannya konstruksi nya,†tegas Djoko Kirmanto. Djoko menerangkan, sejak peristiwa banjir tahun 2007, banyak hal yang telah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA), antara lain Pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT), Optimalisasi Kanal Banjir Barat (KBB), Normalisasi Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Bekasi, Kali Mookevart , Cengkareng Drainase, revitalisasi situ-situ dan kegiatan-kegiatan non struktural seperti Early Warning System. Sementara itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane T. Iskandar menyebutkan pembangunan Sudetan Kali Ciliwung ke KBT dibagi dalam dua tahapan pekerjaan dengan target akhir mengalirkan air ke KBT minimal 60 meter kubik per detik. “Tahap I ini meliputi pembangunan terowongan air sepanjang 1,27 Km sedangkan pada tahap II akan dibangun inlet, outlet dan normalisasi kali Cipinang. Lokasi pekerjaan terletak di Jakarta Timur yang meliputi satu Kecamatan yaitu Jatinegara dan tiga Kelurahan masing- masing Bidara Cina, Cipinang Cempedak dan Cipinang Besar Selatan,†tutur Iskandar. Masalah banjir kali Ciliwung merupakan masalah yang dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari tahun ke tahun. Upaya penanganan banjir di DAS Ciliwung yang tercakup dalam wilayah kerja 1

Paket Pembangunan Sudetan Ciliwung Ke KBT Ditandatangani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfs

Citation preview

Paket Pembangunan Sudetan Ciliwung ke KBT Ditandatangani

Kontrak pekerjaan pembangunan Sudetan Kali Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur (KBT) ditandatangani di Jakarta, hari ini, Kamis, 19 Desember 2013. Penandatanganan paket pekerjaan tahap I senilai Rp500 miliar tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto.Diluar dana konstruksi sebesar Rp500 miliar tersebut, Kementerian PU mengalokasikan dana Rp15 miliar untuk supervisi dan manajemen konstruksi serta Rp30 miliar untuk pembebasan tanah seluas 1,4 hektar. Dana tersebut berasal dari kontrak tahun jamak Tahun Anggaran (TA) 2013-2015.Djoko Kirmanto menyebutkan, manfaat keberadaan Sodetan Kali Ciliwung tersebut nantinya akan dapat mengurangi banjir karena dapat mengalirkan air minimal 60 meter kubik per detik menuju KBT. Pengalihan sebagian debit kali Ciliwung tersebut dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas sistem KBTsehingga tidak memindahkan masalah banjir ke tempat lain.Sodetan ini manfaatnya akan sangat besar,di Jakarta ini di Manggarai dan Kampung Melayu sudah kebanjiran saban hari, sehingga proyek ini sangat ditunggu-tunggu. Kemarin itu proses tendernya juga sulit, oleh karena itu kita tidak boleh meleset lagi dalam pelaksanaanya, kepada BBWS Ciliwung Cisadane, para kontraktor tidak ada tolereansi lagi dalam pelaksanaannya konstruksi nya, tegas Djoko Kirmanto.Djoko menerangkan, sejak peristiwa banjir tahun 2007, banyak hal yang telah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA), antara lain Pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT), Optimalisasi Kanal Banjir Barat (KBB), Normalisasi Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Bekasi, Kali Mookevart , Cengkareng Drainase, revitalisasi situ-situ dan kegiatan-kegiatan non struktural seperti Early Warning System.Sementara itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane T. Iskandar menyebutkan pembangunan Sudetan Kali Ciliwung ke KBT dibagi dalam dua tahapan pekerjaan dengan target akhir mengalirkan air ke KBT minimal 60 meter kubik per detik.Tahap I ini meliputi pembangunan terowongan air sepanjang 1,27 Km sedangkan pada tahap II akan dibangun inlet, outlet dan normalisasi kali Cipinang. Lokasi pekerjaan terletak di Jakarta Timur yang meliputi satu Kecamatan yaitu Jatinegara dan tiga Kelurahan masing-masing Bidara Cina, Cipinang Cempedak dan Cipinang Besar Selatan, tutur Iskandar.Masalah banjir kali Ciliwung merupakan masalah yang dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari tahun ke tahun. Upaya penanganan banjir di DAS Ciliwung yang tercakup dalam wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai bagian dari usaha pengedalian daya rusak air yang merupakan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PU .Sementara itu kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU Danis H. Sumadilaga menjelaskan bahwa Kementerian PU sangat serius menangani banjir di Jakarta, selain mengerjakan sudetan Kali Ciliwung ke KBT, masih banyak pekerjaan lainnya yang dilakukan oleh kementerian PU.Pekerjaan lainnya adalah normalisasi Kali Pesanggrahan, Angke dan Sunter (PAS), penambahan satu pintu air Manggarai dan satu pintu air Karet, normalisasi Kali Ciliwung dan Ciliwung Lama serta paket Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) / Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP), tambah Danis. (nrm)Penanganan Banjir Jakarta yang dilakukan Kementerian PUNoPaket PenangananAlokasiWaktu KerjaPekerjaanManfaat

1.Normalisasi Sungai Pesanggarahan, Angke, SunterRp2,24 triliun2011-2014Pelebaran sungai dari yang semula berkisar 7-15 meter menjadi 15-40 meterMeningkatkan kapasitas aliran air Pesanggrahan dari 85 m3/detik menjadi 260 m3/detikMeningkatkan kapasitas aliran air Angke dari 60 m3/detik menjadi 200 m3/detikMeningkatkan kapasitas aliran dari 48 m3/detik menjadi 146 m3/detik.

2.Penambahan Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet serta Optimalisasi BKBRp160,04 miliar2012-2014Penambahan 1 pintu air Manggarai yang semula hanya 2 pintu.Penambahan 1 pintu air Karet yang semula hanya 3 pintu.Meningkatkan debit Manggarai semula 330m3/detik menjadi 507 m3/detikMeningkatkan debit Karet semula 500 m3/detik menjadi 734 m3/detik

3.Normalisasi Kali Ciliwung LamaRp237,78 miliar2012-2014Melebarkan Ciliwung menjadi 15-25 meter sepanjang 8,5 KmPenataan kawasan Kali Ciliwung Lama dan Meningkatkan kapasitas air menjadi 70 m3/detik.

4.JakartaEmergencyDredging Initiative(JEDI) / JakartaUrgent FloodMitigation Project(JUFMP)Rp275,06 miliar2013-2015Melebarkan lebar sungai menjadi 60-70 meter sepanjang 7,8 KmMelebarkan sungai menjadi 20-45 meter sepanjang 9,98 KmMeningkatkan kapasitas alir semula 340 m3/detik menjadi 566 m3/detikMeningkatkan kapasitas alir semula 65 m3/detik menjadi 110 m3/detik

5.Normalisasi Kali CiliwungRp1,18 triliun2013-2016Melebarkan sungai dari semula 10-20 meter mebjadi 50 meter sepanjang 19 KmMeningkatkan kapasitas alir dari 180 m3/detik menjadi 570 m3/detik.

6.Sudetan ke Kali Ciliwung- Kanal Banjir TimurRp492,6 miliar2013-2015Membuat sudetan berdiameter 3,5 x 2 meter sepanjang 1,27 KmMengalihkan debit banjir minimal 60 m3/detik dari Kali Ciliwung menuju KBT

Pusat Komunikasi PublikBerita TerkaitMenteri PU Canangkan Pembangunan Jembatan Merah PutihMewujudkan Kota Pusaka Sebagai Warisan BangsaProgram Hibah Sanitasi Berikan 10 M Untuk Tiap Daerah

Normalisasi Kali Cipinang Sudah DimulaiJumat, 21 Feb 2014 |Housing-Estate.com, Jakarta -Berbagai upaya untuk mengurangi banjir di Jakarta terus dilakukan. Salah satu yang jadi perhatian adalah normalisasi sungai yang melintas di wilayah DKI Jakarta. Saat ini yang tengah dilakukan pengerukan Kali Cipinang di RW 7 Kelurahan Makasar, Jakarta Timur. Lebar kali yang hanya sekitar tiga meter dengan kedalaman tidak sampai satu meter akan dikeruk sedalam lima meter. Lebarnya juga akan dikembalikan seperti semula 5-7 meter.

Saat ini satu unit mesin pengeruk (bekhu) sudah bekerja di lokasi. Pohon-pohon yang tumbuh liar di aliran sungai juga ditebang. Menurut Staf Bidang Pemeliharaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Subandi, pengerukan Kali Cipinang dilakukan sepanjang tiga km mulai dari samping tol Jagorawi hingga jembatan pos lama Halim Perdanakusuma.Subandi menjelaskan, di kawasan ini memang langganan banjir. Tapi ketinggian airnya dulu hanya 50 cm, sekarang mencapai 1,5-2 meter. Alur Kali Cipinang yang berbelok-belok, banyak sedimentasi, dan penyempitan membuat banjir lebih gampang terjadi. Kondisi ini juga menyulitkan petugas di lapangan memasukkan alat berat. Pengerukannya sudah kami mulai sejak 5 Februari lalu, mudah-mudahan dalam satu bulan dapat selesai, ujarnya.Yudis

140 situ di Jabodetabek akan dinormalisasiSelasa, 11-Nov-2014 15:15 sumber: kontan.co.id

JAKARTA.Seiring gencarnya normalisasi sungai, sebanyak 140 situ di wilayah Jabodetabek juga akan dinormalisasi oleh pemerintah pusat. Langkah tersebut diharapkan menunjang target pengurangan kawasan banjir hingga 75%pada tahun 2016 tercapai.Saat ini, pengurangan banjir baru mencapai 40 persen dengan adanya Kanal Timur.Dalam acara Obrolan Pekerjaan Umum, Upaya Pengendalian Banjir di DKI Jakarta dan Sekitarnya, Senin (10/11), Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar menyampaikan, total ada 183 situ di Jabodetabek. Semua situ tersebut telah diokupasi warga pada bagian bantaran.Salah satu situ yang akan dinormalisasi adalah Situ Sasak di Pamulang, Tangerang Selatan. Situ ini telah memperoleh perluasan area sampai 1 hektar atas bantuan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.Normalisasi juga dilakukan di Situ Cimanggis di Depok dan Situ Lebak Wangi di Bogor.Menurut Iskandar, seperti normalisasi sungai, normalisasi situ membutuhkan peran serta pemerintah daerah setempat untuk pembebasan lahan.Selama ini, agak sulit untuk penataan situ karena sebagian besar telah diokupasi warga. Peran pemerintah setempat sangat dibutuhkan untuk membebaskan lahan situ yang telanjur diokupasi warga, ujarnya.Sementara itu, penyodetan Kali Ciliwung untuk mengatasi banjir di hilir mulai memasuki tahap pengeboran di sisi outlet di Cipinang Besar Selatan, yang jadi tempat keluarnya air dari Kali Ciliwung ke Kali Cipinang.Tahapan ini dikerjakan mulai Desember mendatang. Panjang pengeboran mencapai 650 meter, hingga menjangkau titik arriving shaft atau tempat pengangkatan mata bor di Jalan Otista 3.Adapun pengeboran di titik inlet, tempat masuknya aliran Kali Ciliwung di Bidaracina, Kampung Melayu, masih dalam proses pembebasan lahan karena area itu dipadati hunian warga.Iskandar menyampaikan, normalisasi sungai di Kali Pesanggrahan, Angke, dan Sunter masih berjalan. Saat ini sedang dilakukan pengerukan di Kali Pesanggrahan di ruas Jalan Hasyim Ashari untuk mengurangi potensi banjir di kawasan Ciledug.Normalisasi Kali Ciliwung pun mulai dikerjakan di area yang telah dibebaskan.Perhatikan wargaDanu Niryawan dari Lestari Sungaiku Network mengingatkan pemerintah agar tak mengabaikan warga yang tinggal di sepanjang sungai. Tidak semua warga di sepanjang sungai itu tinggal di bantaran. Ada warga yang tinggal di sepanjang sungai, tetapi tetap melestarikan sungai.Warga Condet di sepanjang Kali Ciliwung, salah satunya, tetap menjaga kawasan sempadan sungai dari bangunan rumah dan menggunakannya untuk penghijauan. Mereka berhak tahu Kali Ciliwung akan dinormalisasi seperti apa. Jika kawasannya masih hijau, normalisasi itu tak membutuhkan beton, tetapi cukup beronjong, katanya.Yang terjadi, ujar Danu, pemerintahan tingkat kelurahan dan kecamatan masih minim sekali memberikan sosialisasi tata ruang kepada warga, termasuk area sempadan sungai yang harus dijaga dari okupasi permukiman.Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Chaidir A Makarim mengatakan, bantaran situ, sungai, danau, atau tempat air lainnya sebaiknya bebas dari permukiman warga.Kepala Bagian Sumber Daya Alam Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Taufik Syazaeni menyebutkan, ada tiga wilayah di Kota Tangerang yang belum bebas banjir, yakni wilayah timur, barat, dan tengah. Banjir di wilayah timur terjadi di Cipondoh, Ciledug, dan Karang Tengah karena meluapnya Sungai Angke dan Cantika.Selain itu, meluapnya Situ Cipondoh mengakibatkan Jalan Hasyim Ashari, Cipondoh, sering tergenang air. Meluapnya situ itu dan Sungai Cisadane mengakibatkan banjir di wilayah Batu Ceper dan Daan Mogot, Jakarta. (MDN/ART/PIN) Share On : Facebook Twitter Google+ SUV termurah dari Lexus Dipenuhi sampah dan rumput liar Warga keluhkan pengerjaan normalisasi kali Cipinang Besar Utara Rabu, 13 Nopember 2013 14:39 WIB (1 year yang lalu)Editor:Agus Irawan (Foto: Winarko LICOM)Pemprov DKI Jakarta upaya melakukan normalisasi sepanjang kali Cipinang dituding pengerjaan normalisasi kali tersebut hanya dilakukan sepotong-potong. LENSAINDONESIA.COM: Pemprov DKI Jakarta upaya melakukan normalisasi sepanjang kali Cipinang dituding pengerjaan normalisasi kali tersebut hanya dilakukan sepotong-potong. Sebetulnya sungai ini memang menghubungkan Cipinang Besar Utara, Cipinang Besar Selatan dan Cipinang Muara, kenapa hanya Cipinang muara saja yang dilakukan Normalisasi, padahal mampetnya dari atas, keluh warga RT 13,04 Cipinang Besar Utara Wandi pada LICOM di Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (13/11/13). Baca juga:Gaji PNS Pemprov DKI fantastis, MenPAN-RB surati AhokdanPemprov DKI Jakarta ancam stop dana hibah daerah tetangga Wandi mengatakan, saat ini kondisi kali Cipinang Besar Utara sudah tidak tampak terlihat kalinya, hanya dipenuhi sampah di beberapa sisi kali dan rumput liar hingga lebih menyerupai semak belukar. Warga pun inginkan kali Cipinang Besar Utara bersih dari sampah. Inikan sudah sangat parah banget, kali kok nggak terlihat airnya dan juga banyak sampah di kali Cipinang Besar Utara, masa iya dibiarkan begini saja, padahal kali ini kan mengalir ke arah Cipinang Muara, kata Wandi. Warga Rt 15 Rw 04 Cipinang Besar Selatan Albert Situmorang yang kesehariannya membuka usaha tambal ban mengungkapkan, nampaknya program Gubernur DKI Jakarta Jokowi tidak sejalan dengan kinerja Dinas PU Tata Air DKI Jakarta yang membiarkan kondisi kali yang mampet dan tidak ada solusinya untuk pengerukan. Normalisasi kok hanya yang kelihat saja yang di kerjakan, seharusnya kalau memang mau di normalisasi ya semuanya dong, jangan hanya sepotong-sepotong, keluhnya. Sementara itu, Staf Dinas PU Tata Air DKI Jakarta Eko Heri Purnomo mengatakan pihaknya hanya melakukan normalisasi sepanjang 700 meter di wilayah Cipinang Muara Rt.12 Rw.06 Kelurahan Cipinang,Jakarta Timur. Untuk Cipinang Besar Utara dan Cipinang Besar Selatan tidak tahu kapan dilakukan normalisasi, saya hanya bertugas mengawasi saja,kataEko saatditemui LICOM dikali Cipinang Besar Utara .@winarko Menghadapi Ancaman Banjir Besar

HARI demi hari di bulan Januari dan Februari memang membuat sebagian atau bahkan seluruh penduduk Jakarta deg deg plas. Pasalnya, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprakirakan puncak tingginya curah hujan terjadi di antara dua bulan itu. Itu belum termasuk pengaruh pasang naik air laut yang mengakibatkan backwater di muara sungai. Sampai hari ini, genangan cukup besar dan luas baru terjadi sekali, yaitu saat Kali Sunter meluap pada Selasa (30/12) lalu. Namun, warga sebaiknya tetap lebih waspada.JIKA hujan yang turun tidak meluapkan air sungai, genangan memang relatif kecil. Namun, hal itu tetap sangat mengganggu dan merugikan, karena jangkauannya sangat luas, bisa seluruh Jakarta. Jalan-jalan pun rusak dan aktivitas warga sangat terganggu.Jika sungai-sungai sudah "mengamuk", akibat yang ditimbulkannya menjadi sangat hebat, seperti pernah terjadi pada tahun 1996 dan 2002 yang sempat "menenggelamkan" Jakarta.Sebenarnya, pada tahun 2003 beberapa penggal sungai memang sudah dinormalkan, antara lain dengan pelebaran dan pengerukan sungai. Kali Cipinang, misalnya, telah dikeruk dan diturap sejauh 2.500 meter. Begitu pula dengan Banjir Kanal Barat dari pintu air Karet hingga Angke. Bantaran Kali Adem juga sudah ditertibkan.Sedimentasi di penggal Kali Sunter, Kali Item, dan Kali Buaran juga sudah dikeruk. Normalisasi waduk tahun ini sudah dilakukan di 28 lokasi. Sementara itu, normalisasi badan kali dikerjakan di 23 lokasi dengan dana Rp 53 miliar."Normalisasi kali dan waduk itu sangat besar manfaatnya, terutama meningkatkan kapasitas sungai. Jika hujan deras turun dengan curah hujan tinggi, air bisa dengan cepat dilepaskan di laut," papar Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta IGK Suena.Kepala Seksi Pemeliharaan Bangunan Air Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Timur Agus Karsono Dawoed menambahkan, pihaknya juga telah menormalisasi Waduk Ria Rio di Pedongkelan, menyusul penggusuran warga yang tinggal di bantaran waduk. "Memang, sepertinya tidak ada pekerjaan apa-apa di waduk itu. Namun, malam hari pun sebenarnya kami beraktivitas, bahkan sekarang sudah selesai," ujarnya.Sudin PU Tata Air Jaktim juga telah membebaskan tanah dan menurap sisi saluran Tegal Amba yang akan melindungi daerah di sepanjang Jalan Kolonel Sugiono, Jaktim. Mengenai perbaikan dan pemeliharaan saluran, baik Suena maupun Agus mengatakan, tidak mungkin semuanya ditangani pemprov dan pemkot."Untuk saluran-saluran mikro, itu sebenarnya tanggung jawab masyarakat sendiri yang tinggal di sekitar saluran tersebut. Bahu jalan di samping saluran juga harusnya dipelihara warga. Kami ini menangani saluran penghubung, sungai, dan waduk. Dibutuhkan sumber saya yang sangat banyak jika semua kami tangani," jelas Agus.NAMUN, di lapangan, banyak saluran mikro yang masih tersumbat sampah, bahkan ada yang diuruk untuk didirikan lapak pedagang. Namun, warga sendiri mengeluhkan saluran penghubung yang penuh sampah dan bau. "Kalau melihat genangan setinggi mata kaki dan betis di jalan raya, tampaknya justru pemerintah yang belum optimal menormalisasi saluran dan drainase," keluh Doni, warga Pondok Bambu.Hujan yang mengguyur beberapa hari belakangan ini selalu menggenangi Jalan Pahlawan Revolusi. Air bahkan seperti "kebingungan" mencari tempat karena saluran mampet.Jakarta Timur sendiri dilalui sembilan sungai, termasuk sungai kecil seperti Kali Cakung Lama, Kali Petukangan, dan Kali Baru Timur. Karena empat kali yaitu Kali Buaran, Cipinang, Sunter, dan Jati Kramat dinilai berpotensi meluapkan air, maka dibangunlah kanal memotong empat sungai tersebut hingga ke Marunda.Sampai kini, pengerukan lahan untuk proyek Banjir Kanal Timur (BKT) masih terganjal pembebasan lahan. Dari anggaran sebesar Rp 100 miliar di tahun 2003, sekitar Rp 20 miliar belum dibayarkan.Warga di beberapa kelurahan di Jakarta Timur, seperti Cipinang Besar Selatan dan Cipinang Muara, belum sepakat dengan besarnya uang ganti rugi tanah. Bahkan, warga di Cipinang Besar Selatan terang-terangan meminta ganti rugi Rp 5 juta per meter persegi mengingat lokasi yang strategis."Kami di sini belasan tahun belum pernah kebanjiran. Kami bukannya menentang proyek ini. Namun kalau ganti rugi sedikit, kami mau pindah ke mana?" kata seorang warga.Tahun ini, target pembebasan lahan ditingkatkan menjadi Rp 150 miliar, ditambah sekitar Rp 20 miliar berarti Rp 170 miliar. Melihat sulitnya membebaskan lahan warga, banyak yang pesimis proyek BKT ini akan selesai tepat waktu."Sebenarnya kalau konstruksi kanalnya sendiri mudah karena menggunakan teknologi yang sederhana. Kami hanya menggali sedalam empat meter atau lebih, membuat turap di sisi sungai, membuat jembatan di persimpangan dengan jalan, dan hal lain yang tidak perlu teknologi rumit," ujar Pimpinan Proyek Banjir Kanal Timur Bambang Sucipto Yuwono.Saat ini, penggalian sedang berlangsung di daerah Buluh Perindu, Duren Sawit, Jakarta Timur.Menurut Suena, apa yang dilakukan Dinas PU untuk mengantisipasi banjir tahun lalu telah sesuai dengan program dan target. Tahun 2004, tentunya ada lagi anggaran dan upaya pengendalian banjir tahap selanjutnya, termasuk penggalian BKT.Namun secara keseluruhan, menurut Agus, upaya pemerintah memang belum maksimal. Banyak waduk yang belum dibangun dengan ideal. Saat ini di Jakarta Timur terdapat empat waduk besar yang meliputi Waduk Ria Rio Pulo Mas, Waduk Rawa Badung, Waduk Halim, dan Waduk Kelapa Dua Wetan.Waduk Ria Rio seluas lima hektar idealnya adalah sembilan hektar. Lalu, Waduk Kelapa Dua Wetan yang idealnya 10 hektar saat ini masih enam hektar.Ke depan, meski masih mimpi, akan dibangun lima waduk tambahan di Makasar, Kramat Jati, Caglak, Kelurahan Tengah, dan Rorotan. Namun, untuk membangun waduk itu dibutuhkan pembebasan lahan yang tidak sedikit.Menilik sejumlah persiapan itu, tampaknya sungai-sungai tidak akan meluapkan air dalam jumlah besar. Namun, beberapa daerah di Jakarta Utara tetap berisiko terkena backwater jika air laut pasang naik, seperti Kapuk Muara, Tanjung Priok, Pluit, Penjaringan, dan beberapa daerah lain.Meski dapat diperkirakan, kondisi alam tetap tidak dapat dipastikan. Sebaiknya warga bersiap-siap. (IVV)URL Source:http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0401/09/metro/790983.htm

Normalisasi Kali Sunter di Lanud Halim Perdanakusuma Featured

Kementerian Pekerjaan Umum melakukan penandatanganan Naskah Kesepakatan Bersama (NKB) dengan TNI AU dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang penggunaan aset tanah Lanud Halim Perdanakusuma untuk kegiatan normalisasi Kali Sunter, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (030913), acara tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal SDA, Moh. Hasan, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I, Marsda TNI M. Syaugi serta Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Imam Santoso.Direktur Jenderal SDA mengatakan bahwa kesepakatan penggunaan ijin tanah ini adalah untuk normalisasi Kali Sunter dalam pengendalian banjir Jakarta dan 1/3 dari total anggaran banjir nasional adalah untuk program pengendalian banjir Jakarta. Normalisasi Kali Sunter progresnya sudah 52% dimana sudah dikerjakan mulai Oktober 2011 dan diharapkan selesai pada Agustus 2014. Normalisasi ini melalui Lanud Halim Perdanakusuma dimana yang tadinya lebar 7 meter menjadi 20 meter. Dan tanah yang digunakan adalah tanah lanud yang berada di sebelah kiri sedangkan tanah yang berada di sebelah kanan tidak kita sentuh karena merupakan tanah masyarakat, sehingga dalam hal ini tidak ada relokasi dan tidak ada pembebasan lahan. Selain itu untuk kegiatan pengendalian banjir di Pesanggrahan dan Angke juga diharapkan akan selesai tahun depan. Sisanya hanya tinggal Krukut dan Cipinang, lanjut Moh. Hasan.Banjir yang selalu terjadi beberapa ibukota provinsi di Indonesia termasuk Jakarta diantaranya disebabkan oleh degradasi lingkungan yang berat dan hujan yang ekstrem, untuk itu diharapkan agar semua pihak dapat saling berkoordinasi untuk mengatasi permasalahan ini.Sementara itu Syaugi mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung program ini karena digunakan untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi banjir yaitu normalisasi Kali Sunter yang melewati Lanud Halim Perdanakusuma.Lanjut Syaugi, untuk itu kita menyerahkan aset ini kepada Pemda DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk mendukung program pengendalian banjir dan juga karena ini merupakan tanah negara maka dengan adanya penandatanganan naskah yang berlaku selama satu tahun ini diharapkan agar tertib administrasi dan tertib hukum. Dalam pelaksanaannya Lanud Halim Perdanakusuma akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.Pengendalian banjir dibeberapa tempat seperti di Pesanggrahan sedang berjalan namun ada beberapa tempat yang memang masih sulit dibebaskan. Untuk normalisasi Kali Sunter ini saya harapkan lebih mudah karena lahannya menggunakan lahan TNI AU sehingga tidak ada ganti rugi dan untuk pengerjaan secara teknisnya akan dilaksanakan oleh Kementerian PU, kata Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. (tin/anj Datin SDA)

9