31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar yang dialokasikan waktunya pada semester ganjil (semester III). Pelaksanaan praktek lapang ini wajib diikuti oleh semua mahasiswa yang memprogram mata kuliah penginderaan jauh. Praktek ini disinergikan antara teori yang diterima mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di lapangan. Baik konsep penginderaan jauh dalam kaitannya dengan ilmu geografi. B. Tujuan Praktek a. Tujuan Intruksional Umum Praktek lapang ini secara umum bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan di lapangan berdasarkan fenomena yang tampak pada citra/foto udara, serta mengaplikasikan teori di lapangan untuk memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa mengenai citra di lapangan. Laporan Praktek Penginderaan Jauh 1

P J

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P J

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum

Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Makassar yang dialokasikan waktunya pada

semester ganjil (semester III). Pelaksanaan praktek lapang ini wajib

diikuti oleh semua mahasiswa yang memprogram mata kuliah

penginderaan jauh. Praktek ini disinergikan antara teori yang diterima

mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di lapangan.

Baik konsep penginderaan jauh dalam kaitannya dengan ilmu geografi.

B. Tujuan Praktek

a. Tujuan Intruksional Umum

Praktek lapang ini secara umum bertujuan untuk melatih

mahasiswa dalam melakukan pengamatan di lapangan

berdasarkan fenomena yang tampak pada citra/foto udara, serta

mengaplikasikan teori di lapangan untuk memberikan gambaran

nyata kepada mahasiswa mengenai citra di lapangan.

b. Tujuan Khusus

a. Mengobservasi kenampakan yang ada di lapangan sesuai

dengan foto udara pada lokasi praktek

b. Mengetahui kenampakan- kenampakan yang ada pada citra

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

1

Page 2: P J

c. Membandingkan antara kenampakan yang ada pada foto

udara dengan keadaan di lapangan.

C. Lokasi Praktek

Praktek lapangan ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa Kecamatan

Tinggi Moncong, Kelurahan Bulutana, Dusun Lembanna.

D. Waktu Pelaksanaan Praktek.

Waktu pelaksanaan praktek lapangan ini di laksanakan pada

tanggal 9 Januari 2004.

E. Alat dan Bahan

a. Alat

- Stretoskop cermin

- Stretoskop saku

- GPS ( Global Positioning System ) Tipe Navigasi.

- Mistar

- Megaphone

b. Bahan

- Citra foto

udara

- Peta

potografi

- Kertas

transparan

- Spidol

transparan

- Alkohol

- Kertas

bergaris

- Kertas HVS

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

2

Page 3: P J

- Kertas Koran

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Citra Penginderaan Jauh.

Penginderaan Jauh adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk

memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan

bumi melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra

fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari

pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau

wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa

peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk

berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan

kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan

telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb.

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk menerima

gelombang elektromagnetik dari permukaan bumi, menganalisis sifat-

sifat dari sinyal-sinyal tersebut, dan menyelidiki kondisinya dari

permukaan bumi. Dengan menggunakan penginderaan jauh berbasis

satelit, kita dapat memperoleh data yang seragam untuk wilayah yang

luas, data kuantitatif yang benar, karakteristik topografi, tipe dan

kerapatan vegetasi, serta jenis tanah. Selain itu penginderaan jauh

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

3

Page 4: P J

juga mampu menyediakan hasil pemantauan secara berkala

(perubahan musiman atau tahunan) dari kondisi permukaan bumi.

Dengan keragaman geografis dan budaya yang sangat besar di

Indonesia, jelas bahwa penginderaan jauh dapat berperan penting

dalam menyediakan data kuantitatif secara lebih tepat waktu dan

akurat, dibanding teknik-teknik survei konvensional lainnya. Penelitian

telah dilakukan untuk mengembangkan metode penggunaan data

penginderaan jauh dipadukan dengan Sistem Informasi Geografi (SIG)

untuk kepentingan berbagai bidang kegiatan seperti: pemetaan areal

pertanaman padi, delineasi batas tanaman padi dengan tanaman lain,

prakiraan hasil padi, pemantauan areal pertanaman padi dengan

tanaman tahunan, serta identifikasi kondisi fisik dan lingkungan dari

permukaan bumi.

Jenis Citra Penginderaan Jauh ( LandSat )

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

4

Page 5: P J

Data penginderaan jauh dapat berupa citra atau non cirtra.

Secara definitif data pebginderaan jauh adalah gamran suatu objek

dari pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik objek, yang di

rekam dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektronik.

Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan ujud

aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetrikny, sehingga

citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data bersifat optik,

analog dan digital. Data non citra dapat berupa grafik, diagram dan

numerik. Menurut sifatnya Citra foto udara dapat digolongkan sebagai

berikut :

Citra Bersifat Optik.

Citra bersifat optik biasanya disebut citra fotografik yang berupa

foto. Citra fotografik adalah gambar4ab objek yang di rekam dengan

menggunakan kamera sebagai sensornya, film sebagai detektornya.

Citra Bersifat Optik.

Citra bersifat analog merupakan sinyal-sinyal video seperti

gambar pada monitor televisi. Sistem perekaman citra analog

menggunakan sistem gabungan optical-scanning. Citra analog

merupakan gambaran objek yang direkam menggunakan sensor

kamera, video, detektornya opto – elektronik maupun tenaga elektro

magnetik.

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

5

Page 6: P J

Citra Bersifat Digital.

Pada umumnya, citra non foto yang di rekam oleh satelit

penginderaan jauh bersifat digital,yang direkam dalam bentuk elemen-

elemen gambar (pixel). Citra digital direkam dengan menggunakan

sensor non-kamera (scanner, radiometer, spektometer).

B. Unsur – unsur Interpreteasi.

C. Tekhnik dan Pentahapan Citra.

a. Tehknik Interpretasi Citra.

Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara

untuk melaksanakan metode penginderaan jauh di dalam

melaksanakan pekerjaan ini penafsiran menggunakan berbagai data

yang berasal dari luar citra dengan maksud untuk lebih memudahkan

interpretasi. Adapun teknik-tekhnik tersebut :

1. Data Acuhan/Data Bantu

Data acuhan dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis

laboratorium, peta, kerja lapangan, foto teresterial maupun foto udara

selain citra yang digunakan. Ia dapat pula berupa tabel statistik,

tentang meteorologi atau tenyang penggunaan lahan yang

dikumpulkan oleh perorangan maupun oleh pemerintah. Penggunaan

data acuhan akan meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

6

Page 7: P J

dapat memperjelas lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan

proyek tertentu.

2. Kunci Interpretasi

Kunci interpretasi merupakan potongan citra yang telah

diinterpretasi dan diberi keterangan tentang tiap obyek serta di

yakinkan kebenaranya. Keterangan tersebut meliputi ; jenis obyek,

unsur interpretasinya, keterangan tentang citra menyangkut jenis,

skala saat perekaman, dan lokasi daerahnya. Kunci ini merupakan

pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra. Ia dapat berupa

kunci interpretasi citra seacara individual maupun berupa

kumpulannya yang dibedakan atas dasar ruang lingkupnya dan atas

dasar lainnya.

3. Penanganan Data (Data Handling)

Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik adalah :

a. Menyusun citra tiap satuan perekaman atau

pemotretan secara numerik dan menghadap ke atas

b. Mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan

urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan

kertas penyekat diantaranya

c. Meletakkan tumpukan citra sedemikan sehingga

jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah

pengamat, sedapat mungkin dengan arah bayangan

mengarah ke pengamat, (meletakan citra yang akan

digunakan sebagai pembanding di sebelah menyebelah yang

akan diinterpretasi) dan ;

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

7

Page 8: P J

d. Pada saat citra di kaji, tumpuklah menghadap

ke bawah dalam urutannya.

4. Pengamatan Streoskopik

Pengamatan stereoskopik atas citra foto udara yang

bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensional.

Pengamatn ini sangat membantu pada pengenalan obyek. Lebih dari

itu, tiap steropair (steromodel) merupakan model dari medan yang

memungkinkan ulasan keruangan dengan nyata.

Hingga kini pengamatan dengan steroskopis masih berbatas

pada citra foto udara, citra radar, citra landsat. Bagi citra inframerah

termal dengan citra lainnya masih belum dapat dikembangkan sebagai

suatu teknik yang operasional. Karena pengamatan stereokopis

memerlukan persyaratan yakni adalah daerah bertampalan dan

adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks adalah

perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau sistem acuhan,

yang disebabkan oleh perubahan letak titik pengamatan.

5. Metode Pengkajian

Pekerjaan interpretasi citra diawali dengan pengkajian semua

detil yang sesuai dengan tujuannya. Sungguh pun demikian banyak

penapsir citra lebih senang mengawali dengan menyiam seluruh atau

sebahagian besar daerah/obyek yang dikaji. Kemudian dilakukan

seleksi dan kajian terhadap detail yang dikehendaki.

Ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu :

a. Fishing Expedition

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

8

Page 9: P J

Citra foto udara menyajikan gambaran lengkap obyek

dipermukaan bumi. Sebagai akibatnya, penafsir citra yang

kurang berpengalaman sering mengambil data yang lebih

banyak dari yang diperlukan.

b. Logical earch

Pada metode ini penafsir citra jga mengamati citra secara

menyeluruh tetapi secara selektif hanya mengambil data

yang relevan terhadap tujuan interpretasi. Diartikan pula

penafsir citra hanya mengkaji daerah secara selektif.

Sebagai contoh, expolorasi deposit minyak bumi hanya dicari

di daerah endapan marin, khususnya yang berupa daerah

lipatan.

6. Konsep Multi

Beberapa konsep multi yang berkaitan dengan interpretasi citra

foto pada bagian ini dikemukakan secara singkat yakni :

a. Multispektral

Tiga manfaat yang dapat ditarik dari citra multispektral hitam

putih, yakni ; (a) meningkatkan kemampuan interpretasi

manual karena kurva pantulan tiap obyek sering lebih nyata

bedanya pada spektrum sempit tertentu, (b)

dimungkinkannya pembuatan citra komposit berwarna (color

composite) sehingga pengenalan obyek dipermudah, dan (c)

di mungkinkannya pengamatan dengan menggunakan alat

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

9

Page 10: P J

pengamat warna aditif (color addivate viewe) sehingga dapat

dilakukan penajaman warna (color enhancement).

b. Multi Tingkat

Citra multi tingkat yaitu yang menggambarkan daerah yang

sama, dengan skala yang berbeda. Citra skala kecil meliput daerah

yang luas, tetapi gambarnya secara global. Sebaliknya, citra skala

besar menyajikan gambaran terperinci tetapi liputannya

sempit.dengan memadukannya maka untuk daerah tertentu dapat

dikaji secara terperinci dengan menggunakan citra skala besar. Daerah

– daerah tersebut dapat dianggap sebagai daerah sampel.

b. Pentahapan Interpretasi Citra.

Berdasarkan atas beberapa pengalaman kerja, oleh sutanto

menyajikan pentahapan interpretasi citra foto udara :

1. Persiapan. Persiapan ini terdiri dari :

a) Menyiapkan foto udara. Meliputi

pemesanan foto udara dalam bentuk pencetakan foto dari

negatif yang telah ada, reproduksi foto, atau pesanan

untuk mengadakan pemotretan.

b) Menyiapkan data bantu. Informasi

tentang daerah penelitian penting sekali sebagai dasar

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

10

Page 11: P J

pengenalan obyek pada citra dan mengetahui daerah

tersebut secara umum.

c) Menyiapkan mosaik. Disiapkan untuk

memperoleh gambaran secara umum tentang daerah

penelitian sebelum melakukan interpretasi.

d) Orientis medan. Pekerjaan ini

dilakukan dengan membawa foto kemedan utuk

memperoleh gambaran yang lebih pasti tentang

hubungan antara obyek dengan citranya, yang akan

banyak membantu dalam interpretasi nanti.

2. Interpretasi. Tahap ini terdiri dari :

a) Pengenalan. Pengenalan diawali

pada obyek yang memanjang seperti jalan dan sungai.

b) Penggambaran. Penggambaran hasil

pengenala dan analisa pada tiap stereopair.

c) Pemberian kode dan simbol.

d) Menyusun Peta sementara.

e) Ulasan sementara.

3. Pengujian medan

Pada umumnya pekerjaan medan ini tidak sekedar pengujian

medan, akan tetapi juga penambahan data dan informasi

yang diperlukan dan tidak dapat diperoleh lewat foto udara. Oleh

karenanya istilah “ pengkajian medan ( filework )” agaknya lebih

tepat untuk pekerjaan ini.

4. Interpretasi Ulang (re-interpretation)

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

11

Page 12: P J

Interprtasi ulang sering harus dilakukan setalah selesai penkajin

medan, terutama pada bagian dimana terjadi kesalahan, keraguan

atau kekurangan dalam interpretasi tersebut.

5. Penyelesaian

Pekerjaan ini merupakan tahap akhir, berupa penyajian hasil

ulasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan ( laporan ) dan peta –

peta akhir.

c. Alat dan Bahan.

Alat – alat interpretasi citra digolongkan menjadi tiga bagian,

yaitu :

a. Alat Pengamatan

Yang dimaksud dengan alat pengamatan adalah alat untuk

mengamati citra sehingga interpreter (juru tafsir) dapat

mengenali obyek yang tergambar pada citra serta dapat

melakukan ulasan atas obyek. Alat pengamatan terdiri dari

dua bagian, yakni :

1. Alat pengamatan streoskopis, adalah alat yang bila

digunakan untuk mengamati citra foto yang bertampalan

dapat menimbulkan kenampakan tiga dimensional. Alat ini

disebut “streoskop” (stereoscope), terdiri dari ; (a)

Steroskop saku (pocket steresskop/refraction type

stereoscppe), (b) stereoskop cermin (mirror steroscope/

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

12

Page 13: P J

reflection type stereoscope), (c) stereoskop kembar (twin

stereoscope), dan (d) interpreoskop.

2. Alat pengamatan non stereoskopis. Terdiri dari :

(a) Lensa pembesar (monocular magnifier), terdiri dari

satu lensa pegangan, dengan pembesaran yang berbeda

– beda

(b) Meja kaca (Light table)

(c) Alat pengamatan optik da elektronik.

b. Alat Pengukuran

1. Alat pengukur luas. Berupa planimeter dari berbagai jenis.

2. Alat pengukur tinggi. Pengukuran beda tinggi pada citra

foto dilakukan dengan mengukur paralaks. Alat pengukur

paralaks ini disebut “ paralaks meter/paralaks

bar/stereometer”.

c. Alat Pemindah Detail

Alat ini berguna untuk memindah detail dari foto udara ke peta,

kertas gambar. Alat ini berupa :

1. Pantograph

2. Aerosketchmaster

3. Zoom transferscope dan

4. Map O graph.

BAB III

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

13

Page 14: P J

PEMBAHASAN

Praktek lapangan penginderaan jauh kali ini dilaksanakan di

Malino dan dengan berdasar kepada peta topografi lembar Malino.dan

peta topografi lembar Malakaji. Kota Malino merupakan bagian dari

Kabupaten Gowa yang mempunyai jarak berkisar 80 Km dari Kota

Makassar. Kota Malino mempumyai ketinggian 1000 m dpl.

Ada beberapa lokasi yang kami datangi untuk melakukan survei

langsung. Berdasarkan data dari keseluruhan kelompok ada tujuh

kenampakan yang tidak jelas pada citra kemudian membandingkan

dengan peta topografi, setelah itu untuk lebuh jelasnya maka kami

melaksanakan survei langsungke lokasi yang kurang jelas, adapun

lokasi tersebut diantaranya adalah :

1. Pattapang merupakan lokasi perkebunan Teh.

( LS 50 14’ 29” dan BT 1190 24’ 35,9” )

2. Lembanna merupakan Lokasi peerkebunan.

( LS 50 15’20,6” dan BT 1190 54’ 17,2” )

3. Lombasssang merupakan kenampakan persawahan dan

tegalan.

( LS 50 16’2,5” dan BT 1190 51’ 15,6” )

4. Lapangan Tentara merupakan lokasi perkantoran.

( LS 50 15’00” dan BT 1190 5’ 25,7” )

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

14

Page 15: P J

5. Lembah Biru merupakan lokasi persawahan irigasi.

( LS 50 14’ 19,2” dan BT 1190 51’ 51,5” )

6. Pasangrahan merupakan daerah persawahan dan

Sengkedan.

( LS 50 14’ 52’’ dan BT 1190 51’ 13,6” )

7. Cinta merupakan lokasi Perbukitan dan Perkebunan

campuran,

( LS 50 15’14,3” dan BT 1190 50’ 38,1” )

8. Lembangpanai merupakan industri jamur merang.

A. Pentahapan Interpretasi Foto Udara.

Berdasarkan atas beberapa pengalaman kerja oleh Sutanto

menyajikan pentahapan interpretasi citra sebagai berikut :

1. Persiapan Pekerjaan ini terdiri dari :

a. Menyiapkan foto udara. Meliputi pemesanan foto udara dalam

bentuk pencetakan foto dari negatif yang telah ada,

reproduksi foto, atau pesanan untuk mengadakan pemotretan.

b. Menyiapkan data bantu. Informasi tentang daerah penelitian

penting sekali sebagai dasar pengenalan obyek pada citra dan

mengetahui daerah tersebut secara umum.

c. Menyiapkan mosaik. Disiapkan untuk memperoleh gambaran

secara umum tentang daerah penelitian sebelum melakukan

interpretasi.

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

15

Page 16: P J

d. Orientis medan. Pekerjaan ini dilakukan dengan membawa

foto kemedan utuk memperoleh gambaran yang lebih pasti

tentang hubungan antara obyek dengan citranya, yang akan

banyak membantu dalam interpretasi nanti.

2. Interpretasi Pentahapan ini terdiri dari :

a. Pengenalan. Pengenalan diawali pada obyek yang memanjang

seperti jalan dan sungai.

b. Penggambaran. Penggambaran hasil pengenala dan analisa

pada tiap stereopair.

c. Pemberian kode dan simbol.

d. Menyusun Peta sementara.

e. Ulasan sementara.

3. Pengujian medan

Pada umumnya pekerjaan medan ini tidak sekedar pengujian

medan, akan tetapi juga penambahan data dan informasi yang

diperlukan dan tidak dapat diperoleh lewat foto udara. Oleh karenanya

istilah “ pengkajian medan agaknya lebih tepat untuk pekerjaan ini.

4. Interpretasi ulang (re-interpretation)

Interprtasi ulang sering harus dilakukan setalah selesai penkajin

medan, terutama pada bagian dimana terjadi kesalahan, keraguan

atau kekurangan dalam interpretasi tersebut.

5. Penyelesaian

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

16

Page 17: P J

Pekerjaan ini merupakan tahap akhir, berupa penyajian hasil

ulasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan ( laporan ) dan peta –

peta akhir.

B. Pembahasan hasil Praktek.

Kenampakan-kenampakan berikut ini merupakan hasil

Interpretasi citra penginderaan Jauh yang kami lakukan dilapangan,

adapun kenampakan itu ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai

dengan hasil Interpretasi dilaboratorium dengan hasil intepretasi/

survei di lapangan. Adapun kenampakan-kenampakan itu antara lain :

1. Sungai

Kenampakan sungai yang diberi kode A1, sangat jelas pada citra

yang ronanya cerah berwarna putih serta bentuknya yang

panjang dan berkelok-kelok. Nampak pada peta polanya yang

tidak teratur serta teksturnya yang halus. Situsnya adalah hutan

dan tegalan serta jembatan sebagai asosiasinya. Berdasarkan

data-data tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa

kenampakan tersebut merupakan sungai. Hal ini sesuai dengan

yang ada di lapangan.

2. Tegalan

Kenampakan dengan kode A2 pada peta dengan bentuk lahan

dataran rendah, ronanya abu- abu kehitaman serta bentuknya

yang agak lonjong terlihat jelas pada polanya yang teratur

dengan ukuran yang sedang serta teksturnya yang kasar dengan

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

17

Page 18: P J

polanya yang teratur dan tidak mempunyai bayangan pada citra.

Disekitarnya terdapat sungai dan jalan sebagai situsnya serta

pemukiman sebagai asosiasinya. Dari data-data tersebut maka

kami dapat menyimpulkan bahwa kenampakan tersebut

merupakan tegalan yang terdapat di daerah Kanreapia. Di mana

hal ini sesuai dengan yang ada di lapangan.

3. Lapangan

Kenampakan dengan kode A3 pada peta dengan bentuk lahan

yang datar, ronanya putih abu-abu dengan bentuk persegi dan

ukurannya sedang. Terlihat jelas pada polanya yang tidak teratur

dengan tekstur yang halus. Situsnya adalah pemukiman dan

jalan sebagai asosiasinya. Berdasarkan data – data tersebut

maka kami dapat menyimpulkan bahwa kenampakan tersebut

merupakan lapangan yang terdapat di Kota Malino.

4. Hutan Pinus

Kenampakan dengan kode B1 bentuk lahan dataran tinggi.

Nampak jelas pada ronanya yang kelabu hitam, polanya yang

tidak teratur dan teksturnya yang kasar serta bentuknya lonjong

dengan ukuran yang besar pada citra. Terdapat jalan di

sekitarnya sebagai situsnya dan pegunungan sebagai

asosiasinya. Beradasarkan data tersebut kami menyimpulkan

bahwa kenampakan twersebut merupakan kenampakan pohon

pinus. Sebelum mengadakan survei lapangan kami mengira

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

18

Page 19: P J

kenampakan pohon pinus tersebut terdapat di daerah

Parangbugisi tetapi setelah mengadakan survei ternyata tidak

terdapat hutan pinus, ternyata obyeknya adalah sekolah.

5. Pemukiman

Kenampakan pada peta dengan kode B2, dengan bentuk lahan

datar. Nampak jelas ronanya yang abu – abu kehitaman dengan

bentuk yang persegi panjang dan ukuran besar pada peta. Di

peta sangat jelas polanya yang tidak teratur serta teksturnya

yang halus. Disekitarnya terdapat lapangan dan pasar sebagai

situsnya serta jalan raya sebagai asosiasinya. Dari data – data

tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa kenampakan

tersebut merupakan daerah pemukiman yang terdapat di

sepanjang kota Malino. Hal ini sesuai dengan yang ada di

lapangan.

6. Dataran Rendah

Kenampakan pada peta yang berkode B3, bentuk lahan dataran

rendah pada peta terlihat rona yang putih kehitaman bentuk

bulat tidak beraturan, ukuran besar dan pola yang tidak teratur

srta tekstur yang kasar. Jalan sebagai situsnya dan sungai

sebagai asosiasinya dari data tersebut diatas kami dapat

menyimpulkan bahwa daerah ini merupakan daerah dataran

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

19

Page 20: P J

rendah ternyata setelah mengadakan survei, hal ini sesuai

dengan yang ada di lapangan.

7. Kebun Campuran

Kenampakan dengan kode C1 , bentuk lahan dataran rendah,

nampak jelas pada peta ronanya yang abu-abu kehitaman.

Bentuk lonjong, ukuran sedang, polanya yang tidak teratur serta

teksturnya yang kasar nampak jelas terlihat pada peta. Terdapat

jalan dan pemukiman sebagai situsnya serta vegetasi sebagai

asosiasinya. Berdasrkan data-data tersebut dapat di simpulkan

bahwa kenampakan tersebut merupakan kebun campuran.

Setelah kami mengadakan survei di lapangan ternyata terdapat

berbagai macam tanaman kopi, pisang, bambu dll. Dimana

kebun campuran tersebut terdapat di daerah Pattapang.

8. Sawah Tadah Hujan

Kenampakan dengan kode C2, bentuk lahan dataran rendah

dengan ronanya yang putih dipeta terlihat jelas polanya yang

teratur, ukuran sedang serta teksturnya yang halus. Dataran

rendah sebagai situsnya dan sungai sebagai asosiasinya. Dari

data-data tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa

kenampakan tersebut merupakan sawah tadah hujan yang

terdapat didaerah lakkung. Tetapi kami tidak dapat melakukan

survei lapangan karena daerah tersebut jauh dan tidak dapat

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

20

Page 21: P J

jangkau oleh kendaraan, kami hanya dapat informasi dari dosen

pembimbing.

9. Jalan Raya

Kenampakan dengan kode garis biru (C2) merupakan

kenampakan yang sangat jelas pada peta yang mempunyai rona

putih serta bentuknya panjang dan berkelok-kelok. Terlihat jelas

pula pada peta polanya yang teratur serta teksturnya yang

halus. Terdapat pemukiman disekitarnya sebagai situsnya serta

kendaraan sebagai asosiasinya. Berdasarkan data tersebut kami

dapat menyimpulkan bahwa kenampakan itu merupakan jalan

raya.

10. Perkebunan

Kenampakan dengan kode D2, bentuk lahan dataran rendah.

Dipeta terlihat ronanya putih keabu-abuan, bentuk persegi,

ukuran sedang, polanya yang tidak teratur serta teksturnya

kasar. Situsnya adalah sungai serta pemukiman sebagai

asosiasinya. Kenampakan ini terdapat di daerah parangtangnga,

tetapi kami tidak mengadakan interpretasi ulang atau survei

lapangan karena tempat tersebut sulit dijangkau oleh

kendaraan.

11. Kebun Teh

Kenampakan dengan kode D3, bentuk lahanya dataran tinggi.

Nampak jelas pada ronanya yang abu-abu kehitaman, bentuk

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

21

Page 22: P J

persegi dan berpetak-petak, ukuran sedang, pola yang teratur

dan luas serta teksturnya yang agak halus. Kenampakan ini tidak

mempunyai bayangan pada peta. Kenampakan ini dikelilingi oleh

jalan beraspal dan hulu sungai pombola sebagai situsnya dan

serta dataran tinggi sebagai asosiasinya. Pada mulanya kami

mengira kenampakan itu merupakan lokasi persawahan, tetapi

setelah melakukan survei lapangan ternyata kenampakan

tersebut merupakan kebun teh yang terdapat di daerah

Pattapang dengan ketinggian 1441 m dpal.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kami mengadakan pratek lapangan di kota Malino kami

dapat menarik kesimpulan bahwa kota Malino mempunyai bentang

lahan yang luas. Dimana dari hasil pratek tersebut ada 8 lokasi yang

kami survei.

Kedelapan lokasi tersebut diantaranya adalah :

1. Pattapang merupakan lokasi perkebunan teh,

2. Lembanna merupakan lokasi kebun campuran,

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

22

Page 23: P J

3. Lombassang merupakan kenampakan tegalan,

4. Lapangan tentara merupakan lokasi perkantoran,

5. Lembah biru merupakan lokasi persawahan irigasi,

6. Pasangrahan merupakan daerah persawahan.

7. Cina merupakan lokasi perkebunan dan perbukitan.

8. Lembangpanai merupakan industri jamur merang.

B. Saran

Mahasiswa sebaiknya membekali diri dengan persiapan yang

matang (baik menyangkut subtansi materi praktikum maupun

persiapan fisik lainnya, alat dan bahan ) sebelum berangkat ke

lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Lillesand and Kiefer. 1979. Interpretasi Foto Udara. Balai Pustaka. Jakarta.

Sutanto. 1994. Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Zhiddiq, Sulaeman. 1997. Diktat Penginderaan Jauh. IKIP Ujungpandang. Ujungpandang.

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

23

Page 24: P J

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan hasil praktek lapang mata kuliah

Penginderaan Jauh sebagaimana mestinya.

Tugas ini merupakan tugas individu mata kuliah Penginderaan

Jauh yang merupakan laporan dari hasil praktek lapangan yang

dilaksanakan di Malino Kabupaten Gowa. Kami dari penyusun

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, masih

banyak terdapat kekurangan – kekurangan. Oleh karena itu kritikan

dan saran, kami sangat harapkan dari Dosen Pembimbing mata kuliah

ini serta nasehat – nasehat dan petunjuk dari rekan – rekan demi

kesempurnaan penyusunan laporan ini.

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

24

Page 25: P J

Akhir kata dari penulis tak lupa kami haturkan terima kasih

kepada Bapak pembimbing Drs. Zulaiman Shiddiq selaku Dosen dan

Abdul Rahman S.pd selaku Asisten mata kuliah Penginderaan Jauh

beserta rekan – rekan yang banyak memberikan sumbangsi guna

kelancaran penyelesaian laporan ini.

Semoga laporan ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis

sendiri dan para pembaca. Amin !

Nunu Walkalami Wama Yasturun.

Makassar, 20 Januari

2004

Penulis

Laporan Praktek Penginderaan Jauh

25