42

P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

  • Upload
    trannga

  • View
    232

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan
Page 2: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi

Sawah

L P T P Kepulauan R i a u

Petunjuk Teknis

PENGELOLAAN TANAMAN DAN

SUMBERDAYA TERPADU PADI SAWAH

Penulis ;

Dahono

Editor : Ahmad Misbah, SP, Deddy Hidayat, SP.t , Sahrul Hadi Nasution, SP, Muhammad Nasir

Lay Out : Ardiyansyah Sumber Dana : DIPA LPTP KEPRI TA 2012 Oplah : 1500 EXP

Page 3: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi

Sawah

L P T P Kepulauan R i a u

KATA PENGANTAR

Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah

merupakan teknologi yang memiliki dua komponen yaitu teknologi

dasar dan teknologi pilihan. Teknologi dasar adalah : (1)

Penggunaan Varietas unggul yang adaptif, (2) Penggunaan benih

bermutu, (3) Penggunaan bibit muda, (4) Penggunaan jumlah bibit

dan sistem tanam teratur, (5) Pemupukan P dan K berdasarkan

PUTS, (6) Pemupukan N berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan

organik, (8) Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara

terpadu, (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan

(11) Penanganan panen dan pascapanen. Sedangkan teknologi

pilihan adalah (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim tanam;

(2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah semai,

HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per rumpun; (4)

Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan sesuai anjuran;

dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan gabah segera

dirontok)

Buku petunjuk teknis ini berisi pengetahuan tentang

budidaya tanaman padi sawah dengan teknologi PTT yang dapat di

jadikan pedoman bagi petani padi sawah, praktisi dan lingkup

instansi terkait

Tanjungpinang, September 2012

Dahono

Page 4: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi

Sawah

L P T P Kepulauan R i a u

DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar ……………………………………………………….. Ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………... Iii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. Iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. V

PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR...................................

- Penggunaan Varietas unggul ............................... - Benih Bermutu ................................................... - Penggunaan Bibit Muda....................................... - Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam ............. - Pemupukan P dan K ........................................... - Pemupukan N Berdasarkan BWD.......................... - Penambahan Bahan Organik................................ - Pengairan Berselang ........................................... - Pengendalian Gulma Secara Terpadu.................... - Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu............ - Penanganan Panen dan Pasca Panen....................

KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN................................

- Pengolahan Lahan.............................................. - Persemaian........................................................ - Tanam............................................................... - Pemeliharaan..................................................... - Panen................................................................

PENUTUP................................................................... BAHAN BACAAN..........................................................

4

4 5 7 7 8 12 15 18 20 22 28 29 29 30 31 32 33 33 34

i

Page 5: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi

Sawah

L P T P Kepulauan R i a u

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS ………………………………………………………..

9

2 Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS............................................................

10

3 Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD......... 15

Page 6: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi

Sawah

L P T P Kepulauan R i a u

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

2

Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1............................

Perangkat uji tanah sawah (PUTS)..…………………………

8

9

3 Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan status hara P........ ...................................................

11

4 Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan

status hara K........ ...................................................

12

5 Bagan Warna Daun................................................... 15

6 Penyiangan Padi Sawah dengan Menggunakan Gasrok 21

Page 7: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 1

PENDAHULUAN

Kebutuhan padi dalam bentuk beras di Indonesia

setiap tahunnya meningkat seiring dengan pertambahan

jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk meningkat

sebesar 1,36 % pertahun pada periode 2000-2006, sementara

konsumsi perkapita diasumsikan tetap 137 kg, maka

diproyeksikan konsumsi beras 34 juta ton pada tahun 2015

dan 36 juta ton pada tahun 2020. Jumlah penduduk di Propinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2011 mencapai 1.679.163 jiwa

berarti diproyeksikan kebutuhan beras mencapai 230.045 ton

sementara produksi beras baru mencapai 747,6 ton dengan

rata-rata produksi kurang dari 3 t/ha, berarti Provinsi

Kepulauan Riau masih kekurangan beras sebanyak 229.297

t/tahun.

Dalam upaya peningkatan produksi pertanian

khususnya padi sangat diperlukan pengetahuan praktis

tentang pembudidayaan tanaman. Sedangkan untuk

mendapatkan mutu fisiologis yang tinggi diperlukan

penanganan pra dan pasca panen yang baik. Penanganan

kedua fase tersebut meliputi teknik bercocok tanam,

pengendalian hama /penyakit, pengendalian gulma, waktu

panen, cara panen, processing dan penyimpanan.

Page 8: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 2

Akibat menurunnya luas lahan sawah produktif terutama di

Jawa, mendesak dilakukannya pembukaan sawah baru di

luar Pulau Jawa termasuk di Provinsi Kepulauan Riau.

Masalah pembukaan sawah baru yang akan muncul

diantaranya adalah: 1) masalah efisiensi air dan pelumpuran,

2) produktivitas tanah rendah, 3) adanya perubahan kimia

tanah yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman akibat

penggenangan, seperti keracunan besi atau mangan

(Nursyamsi et. al,. 1995).

Penggunaan varietas unggul baru yang toleran dengan

masalah lahan bukaan baru merupakan salah satu teknologi

yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan

kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Menurut Hapsah et al, (2005) bahwa peningkatan

produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan VUB

(varietas unggul baru).

Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah

dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah

kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk

kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil

padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah

dapat memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan

ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe.

Pengapuran diberikan pada lahan sawah yang memiliki pH

awal <4. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan

Page 9: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 3

mempercepat pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil

panen setiap musim tanam dikembalikan sebagai sumber

bahan organik.

Disamping penggunaan pupuk yang tepat dan

seimbang juga dapat dilakukan pengairan berselang antara

penggenangan dan pengeringan sehingga dapat

menanggulangi keracunan besi pada lahan sawah.

Pengeringan selama 6 dan 9 hari setelah tanam dapat

meningkatkan hasil gabah sebesar 3 kali lipat.

Penggunaan VUB, pemupukan berimbang, pemberian

bahan organik dan pengapuran secara parsial, telah

disosialisasikan oleh Badan Litbang sejak tahun 2001 melalui

inovasi teknologi yang dikenal dengan model PTT

(Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan mengintroduksikan

beberapa komponen teknologi dasar dan komponen teknologi

pilihan.

Page 10: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 4

KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR

Komponen teknologi yang dianjurkan dalam penerapan

model PTT padi sawah di sentra produksi padi di Provinsi

Kepulauan Riau adalah: (1) Penggunaan Varietas unggul yang

adaptif, (2) Penggunaan benih bermutu, (3) Penggunaan bibit

muda, (4) Penggunaan jumlah bibit dan sistem tanam teratur,

(5) Pemupukan P dan K berdasarkan PUTS, (6) Pemupukan N

berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan organik, (8)

Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara terpadu,

(10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan

(11) Penanganan panen dan pascapanen. Komponen teknologi

1-7 merupakan penciri model PTT dan dapat diterapkan

bersamaan.

Penggunaan varietas Unggul

Varietas merupakan salah satu teknologi utama yang

mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani

dan berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan

kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan

produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian

swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah

satu komponen produksi telah memberikan sumbangan

sebesar 56% dalam peningkatan produksi, yang pada dekade

Page 11: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 5

1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu,

maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi

adalah perakitan dan perbaikan VUB (Balitpa, 2004). Hapsah

(2005) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi

dapat diupayakan melalui penggunaan VUB. Beberapa

varietas yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian memiliki

potensi hasil tinggi. Varietas yang digunakan untuk

pertanaman padi adalah varietas unggul baru yang bermutu

dan berlabel serta mempunyai peluang pasar dan sesuai

dengan referensi masyarakat disekitarnya. Beberapa varietas

unggul baru toleran lahan sawah bukaan baru diantaranya

adalah Banyuasin, Batang Piaman, Batang Lembang, IR66,

IR64, Sentanur, Ciujung, Batanghari, Dendang, Indragiri,

Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang,

Lambur, Mendawak, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4 , Inpara

5, Inpara 6,

Benih Bermutu

Benih padi yang baik untuk digunakan dalam proses

produksi pertanian pada dasarnya harus memiliki mutu yang

tinggi. Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin

pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi dan ini

dicerminkan oleh tingginya tingkat kemurnian benih.

Page 12: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 6

Syarat benih bermutu

1. Murni, jelas nama varitasnya dan bersertifikat

2. Berdaya tumbuh tinggi dan memiliki vigor yang baik

3. Gabah sehat, bernas dan seragam

4. Dipanen dari tanaman yang sehat

5. Bersih tidak tercampur dengan varietas lain dan biji

gulma

Benih kualitas baik dapat meningkatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman. Untuk menentukan daya kecambah benih padi

yang bermutu diperoleh dengan cara :

1. Rendamlah benih dalam larutan ZA 20 g/ltr air atau

larutan 20 g garam/ltr air

2. Lalu masukkan benih yang akan ditanam ke dalam

wadah larutan garam atau ZA

3. Setelah benih dimasukkan lihat bila ada benih yang

mengapung dibuang.

4. Benih yang terbenam dicampur dengan pestisida

berbahan aktif fipronil (Regent) dengan dosis 12,5

ml/kg benih untuk pencegahan penggerek batang.

Page 13: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 7

Penggunaan Bibit Muda

Penanaman bibit muda bertujuan untuk mendapatkan

jumlah anakan lebih banyak dibandingkan menggunakan bibit

tua, namun untuk daerah yang endemik keong mas tidak

dianjurkan. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman

yang baik, tanaman di pesemaian perlu diberi pupuk, terutama

pupuk organik atau pupuk kandang dan pupuk urea.

Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

yang lebih baik, disarankan untuk :

1. Gunakanlah bibit kurang dari 3 bibit per rumpun

agar persaingan antar bibit dalam memperoleh

unsur hara, cahaya air dan udara berkurang

2. Gunakanlah jarak tanam dengan sistem jajar

legowo 2:1 atau 4:1 (Gambar 1) atau jarak tanam

(20 x 10 cm) x 40 cm. Populasi tanaman system

tanam legowo 2:1 sama dengan model tegel 20 cm

x 20 cm (25 rumpun/m2), sedangkan legowo 4:1

lebih banyak (36 rumpun/m2).

Page 14: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 8

Gambar 1. Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1

Keuntungan sistem tanam jajar legowo adalah :

(1). Semua barisan rumpun tanaman yang berada

pada pinggiran biasanya memberi hasil lebih

tinggi (efek tanaman pinggir)

(2). Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih

mudah

(3). Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air

(4). Penggunaan pupuk lebih efisien dan efektif

Pemupukan P dan K

Untuk penggunaan pupuk SP36 dan KCl dapat dilakukan

berdasarkan hasil analisis PUTS (perangkat uji tanah sawah)

yang ditampilkan pada Gambar 2. Penggunaan pupuk SP36

diberikan seluruhnya pada saat tanam (Tabel 1), sedangkan

pupuk KCl diberikan ½ bagian pada saat tanam dan ½

bagian saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam ( HST)

yang ditampilkan pada Tabel 2. Pupuk tersebut diberikan

Page 15: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 9

dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan petakan

dengan cara menutup saluran air yang masuk dan keluar.

Tabel 1. Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS

Rekomendasi Hasil pengukuran dengan PUTS

Rendah Sedang Tinggi

kg SP-36/ha 100* 75 50

* Diaplikasikan 1 kali pada saat tanam

Gambar 2. Perangkat uji tanah sawah (PUTS)

Page 16: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 10

Tabel 2. Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS

Rekomendasi

K (KCl/ha)

Kadar hara K dalam tanah

Rendah Sedang Tinggi

Tanpa jerami Dengan jerami

100* 50*+ jerami 5 t/ha

50* jerami 5 t/ha

50* jerami 5 t/ha

*Diaplikasikan 2 kali (½ sbg ppk dasar dan ½ saat

promordia), terutama bila takarannya tinggi

Cara Menggunakan PUTS untuk Penetapan Status P

1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg

2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi

3. Tambahkanlah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca

4. Tambahkanlah 5-10 butir atau seujung spatulla pereaksi P-2, dikocok selama 1 menit

5. Diamkanlah selama + 10 menit

6. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 3)

Page 17: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 11

Gambar 3. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara P.

Cara Menggunakan PUTS untuk penetapan K dalam tanah

1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg

2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi

3. Tambahkanlah 2 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca

4. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-2 kemudian dikocok selama 1 menit

Page 18: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 12

5. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-3 kemudian dikocok sampai merata

6. Diamkanlah selama + 10 menit

7. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 4)

Gambar 4. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara K.

Pemupukan N berdasarkan BWD

Bagan Warna Daun (BWD) adalah suatu alat yang

digunakan untuk menentukan kebutuhan hara N tanaman

dengan membandingkan warna daun tanaman dengan warna

pada panel, terdiri atas 4 kotak skala warna mulai dari hijau

Page 19: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 13

muda (skala 2) sampai hijau tua (skala 5). Untuk

mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, petani

cenderung menggunakan pupuk nitrogen secara berlebihan.

Hal ini selain tidak efisien juga dapat menyebabkan tanaman

peka terhadap hama dan penyakit serta mudah rebah. Agar

pemupukan efisien dan efektif, maka penggunan pupuk

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan

hara dalam tanah. Kebutuhan nitrogen tanaman dapat

diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna

daun padi menggunakan Bagan Warna Daun/BWD (Leaf Color

Chart/LCC). BWD membantu mengetahui apakah tanaman

perlu segera diberi pupuk nitrogen atau tidak dan berapa

takaran yang perlu diberikan. Selain itu, penggunaan BWD

dapat menghemat pemakaian pupuk nitrogen sekitar 15-20%

dari takaran yang umum digunakan petani. Waktu pemupukan

nitrogen berdasarkan sistem tanam (tanam pindah atau tanam

benih langsung) tidak sama, dimana pada sistem tanam

pindah dimulai pada umur 14 HST (hari setelah tanam),

sedangkan pada sistem tanam benih langsung pada umur 21

HSS (hari setelah sebar), seperti pada Tabel 3.

Page 20: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 14

Cara Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) untuk menentukan pupuk Nitrogen adalah :

1. Pilihlah secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada

hamparan yang seragam lalu pilih daun teratas yang

telah membuka penuh pada satu rumpun

2. Letakkanlah bagian tengah daun di atas BWD

(Gambar 5) dan bandingkan antara warna daun

dengan warna pada panel. Jika warna daun berada

diantara 2 skala, gunakan nilai rata-ratanya, misalnya

3,5 untuk warna antara 3 dan 4

3. Sewaktu mengukur warna daun dengan BWD, jangan

menghadap sinar matahari, sebab pantulah sinar

matahari dari daun padi dapat berpengaruh pada

pengukuran warna daun

4. Pilihlah waktu pembacaan daun pada pagi atau siang

hari, hindari menilai warna daun dengan BWD di

tengah terik matahari

5. Lakukanlah pengukuran pada waktu yang sama dan

oleh orang yang sama

6. Jika enam atau lebih dari sepuluh daun yang diamati

warnanya berada dalam batas kritis yaitu di bawah

skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N

susulan sesuai dengan tingkat hasil di tempat

bersangkutan

Page 21: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 15

Gambar 4. Bagan warna daun

Tabel 3. Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD

Nilai warna

daun dengan

BWD*

Tingkat hasil (GKG)

5 t/ha 6 t/ha 7 t/ha 8 t/ha

Takaran Urea (kg/ha)

2 – 3 75 100 125 150

>3 – 4 50 75 100 125

>4 – 5 0 0 – 50 50 50

* Pupuk N dasar tanpa pembacaan BWD: 20 – 30 kg/ha

Penambahan Bahan Organik

Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah

dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah

kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk

kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil

padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah

Page 22: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 16

dapat memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan

ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe .

Pengapuran diberikan pada lahan sawah pada pH awal <4.

Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, mempercepat

pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil panen setiap

musim tanam dikembalikan sebagai sumber bahan organik.

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang berasal

dari limbah hasil tanaman, limbah hasil ternak, produk

sampingan (by product), tandan kosong sawit, sampah rumah

tangga, pupuk hijau atau tanaman leguminose. Kandungan

hara dalam bahan organik tergolong lengkap, namun

jumlahnya rendah dan agak lambat tersedia sehingga

diperlukan dalam jumlah yang banyak.

Beberapa manfaat bahan organik adalah :

1. Meningkatkan kadar bahan organik tanah

2. Memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah

3. Meningkatkan keragaman, populasi dan aktivitas

mikroba

4. Menyediakan hara makro dan mikro

Penggunaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang

dan hasil samping tanaman, biasanya bila akan digunakan

membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi, untuk

mempercepat proses dekomposisi bahan organik perlu

Page 23: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 17

dilakukan pengomposan. Ada 2 cara yang dapat dilakukan

dalam pengomposan yaitu dengan cara aerob dan anaerob,

namun yang umum dilakukan adalah secara aerob.

Pengomposan biasanya memerlukan waktu sekitar 2-4

minggu, tergantung jenis bahan organik dan dekomposer

yang digunakan. Pengomposan jerami secara aerob pada

jerami padi adalah sebagai berikut :

1. Siapkan tempat pembuatan kompos yang terlindung

dari hujan dan cahaya matahari langsung

2. Cacahlah jerami dengan ukuran 3-5 cm

3. Tumpuk jerami selapis demi selapis setebal 20 cm

hingga setinggi 1,25 m, dan setiap lapisan dibasahi air

secukupnya dan disiram dengan larutan mikroba

selulotik atau lignolotik yang berperan sebagai

dekomposer (Orgadec, Probion, stardec, M.dec, Orlitani

dan EM4)

4. Basahilah bahan (jerami) dengan kelembaban sekitar

30-40% (bila bahan dikepal air tidak keluar dan bila

kepalan dilepas bahan baku akan mekar)

5. Tumpuklah jerami yang sudah diberi decomposer dan

kemudian ditutup dengan plastik atau terpal warna

gelap

6. Suhu kompos diukur secara berkala setiap 3 hari

dengan mempertahankan suhu sekitar 50-80 oC

Page 24: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 18

tergantung decomposer yang dipakai. Jika suhu lebih

tinggi lakukan pembalikan dan penyiraman

7. Kompos yang sudah matang berwarna kecoklatan

dengan suhu sama dengan suhu sebelum dilakukan

pengomposan (+ 30 oC, kelembaban 40-60%, dan

tidak mengeluarkan bau

8. Waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan sekitar 2

sampai 4 minggu, tergantung jenis bahan baku dan

dekomposer yang digunakan

Pengairan Berselang

Pengairan berselang (intermittent irrigation) yaitu

pengaturan air di lahan sawah dalam kondisi kapasitas lapang

dan tergenang secara bergantian, dengan tujuan :

(a). Efisiensi penggunaan air

(b). Terjadinya oksidasi dan reduksi sehingga system

kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan

udara dan berkembang lebih dalam

(c). Mencegah timbulnya keracunan besi

(d). Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S

(e). Mengaktifkan jasad renik mikroba

(f) Mengurangi kerebahan

(g) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif

Page 25: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 19

(h) Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat

waktu panen

(i) Memudahkan pembenaman pupuk

(j) Memudahkan pengendalian hama

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pengelolaan air secara berselang dalam satu musim tanam

adalah ketersediaan air dan sifat fisik tanah. Untuk daerah

yang ketersediaan airnya cukup, lakukan pengairan bergilir

selang 3 hari, sedangkan untuk lokasi yang ketersediaan

airnya terbatas pengairan bergilir sampai 5 hari. Demikian

juga untuk jenis tanah bepasir dan cepat menyerap air, waktu

pergiliran pengairan harus diperpendek.

Cara pengelolaan air secara berselang adalah sebagai

berikut :

1. Lakukan pergiliran pengairan selang 3-5 hari sejak bibit

berumur 3 MST (tergantung ketersediaan air) dengan

tinggi genangan sekitar 3-5 cm sampai fase anakan

maksimal

2. Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian

biji, petakan sawah digenangi secara terus menerus.

3. Sekitar 10-15 hari sebelum panen, petakan sawah

dikeringkan

Page 26: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 20

Pengendalian Gulma secara Terpadu

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara

Mekanik dan kimia. Pengendalian dengan mekanik dilakukan

dengan cara :

1. Pengolahan tanah secara sempurna

2. Mencabut gulma dengan tangan

3. Menggunakan landak/gasrok

Sedangkan pengendalian gulma dengan kimia adalah :

Menggunakan herbisida, baik sitemik maupun kontak.

Keuntungan penyiangan secara mekanik adalah:

(a) Ramah lingkungan

(b) Tidak membutuhkan biaya pembelian herbisida

(c) Meningkatakan aerasi tanah dan merangsang

pertumbuhan akar tanaman

(d) Meningkatkan efisiensi pemupukan

Cara penyiangan dengan mekanik adalah sebagai berikut :

(a) Lakukanlah saat tanaman berumur 10-15 HST

(b) Lakukanlah 2 kali (umur 10-15 HST dan 20-40 HST)

(c) Lakukanlah pada kondisi tanah macak-macak (tinggi air

2-3 cm)

(d) Lakukanlah dengan dua arah yaitu di antara barisan

tanaman dan di dalam barisan tanaman

Page 27: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 21

Gambar 5. Penyiangan padi sawah dengan menggunakan Gasrok

Penyiangan dengan meggunakan alat Landak atau Gasrok

Manfaat:

1. Ramah lingkungan

2. Hemat tenaga kerja

3. Meningkatkan jumlah udara di dalam tanah

4. Merangsang pertumbuhan akar

Penyiangan dengan alat landak atau gasrok dilakuakan

menjelang umur 21 hari setelah tanam. Sedangkan

penyiangan berikutnya tergantung kepadatan gulma.

Page 28: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 22

Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu

(PHT)

Konsep PHT adalah suatu pendekatan pengelolaan

secara ekologik yang multidisiplin dan memanfaatkan berbagai

taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan

koordinasi sistem pengelolaan, sehingga tidak mengganggu

keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar.

PHT merupakan paduan dari beberapa cara pengendalian,

diantaranya monitoring populasi dan kerusakan tanaman.

Strategi pengendalian hama penyakit terpadu adalah:

(1) Gunakanlah varietas tahan

(2) Tanam tanaman yang sehat

(3) Lakukanlah pengendalian secara kultur teknis, Seperti :

a. Pola tanam tepat

b. Pergiliran tanaman

c. Waktu tanam yang tepat

d. Pemupukan yang tepat

e. Pengelolaan tanah dan irigasi

f. Penggunaan tanaman perangkap

g. Kebersihan lapangan

Page 29: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 23

(4) Pengamatan berkala di lapangan

(5) Pemanfaatan musuh alami (predator)

(6) Pengendalian secara mekanik

(7) Pengendalian secara fisik

(8) Penggunaan pestisida

Beberapa hama dan penyakit utama pada tanaman

padi sawah dan cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :

Tikus (Rat)

Untuk pengendalian Hama tikus sebaiknya

dikendalikan sedini mungkin, yang dimulai dari pratanam

sampai tanaman dipanen secara bersama-sama dan

terkoordinasi. Pengendalian hama tikus terpadu didasarkan

pada pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif

dan terus menerus dengan memanfaatkan teknologi

pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pemasangan

perangkap bubu di persemaian maupun pertanaman

merupakan salah satu cara yang dapat menekan populasi

tikus (Hasanuddin, 2003; Departemen Pertanian, 2007; Las et

al., 2002; Badan Litbang Pertanian, 2007).

Page 30: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 24

Beberapa Strategi pengendalian hama tikus :

1. Terapkanlah pola tanam yang teratur dan waktu

tanam serempak

2. Lakukanlah gropyokan massal dan penggunaan

rodentisida pada saat pratanam/pengolahan tanah

3. Pagarlah saat tanaman padi dipersemaian

4. Buatlah perangkap dengan sistem bubu (trap barrier

system). perangkap bubu linier (linier trap barrier

system)

5. Sanitasi gulma pada habitat tikus

6. Pengendalian mekanis

7. Fumigasi sarang tikus

8. Pengunaan rodentisida

Wereng Coklat (Brown Planthopper)

Wereng coklat merupakan salah satu hama penting,

terutama pada pertanaman yang dipupuk nitrogen dosis tinggi

dan jarak tanam rapat. Stadia tanaman yang rentan terhadap

serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase

matang susu.

Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman

menguning dan cepat sekali mongering, mengumpul pada

satu lokasi, melingkar yang disebut hopperburn. Ambang

Page 31: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 25

ekonomi wereng coklat adalah 15 ekor /rumpun. Siklus

hidupnya 21-33 hari.

Beberapa strategi pengendaliannya wereng coklat adalah:

(1) Pengendalian secara kultural

(2) Penanaman varietas yang tahan

(2) Pemberian pupuk K

(3) Penggunaan insektisida

Wereng Hijau (Green Leafhopper)

Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat

menyebabkan (vector) virus tungro penyebab penyakit tungro.

Fase pertumbuhan tanaman yang rentan terhadap serangan

wereng hijau adalah dari fase pembibitan sampai

pembentukan malai.

Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah

1. Tanaman menjadi kerdil

2. Anakan berkurang

3. Daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye

Ambang ekonomi adalah 5 ekor wereng hijau/rumpun. Jika 2

tanaman bergejala tungro/1000 rumpun merupakan indikasi

tungro telah ditularkan dan dapat merusakan tanaman. Siklus

hidup 23-30 hari.

Page 32: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 26

Cara pengendalian wereng hijau

(1) Tanam varietas tahan wereng hijau

(2) Lakukanlah pengendalian jika di lapang terlihat

gejala

(3) Semprotlah dengan insektisida

Penggerek Batang Padi (Stem Borer)

Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat

penting pada tanaman padi dan sering menimbulkan

kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata.

Tanda-tanda adanya penggerek batang dan cara penangglangannya :

1. Ngengat di pertanaman

2. Larva di batang

3. Anakan kerdil dan mati

4. Malai hampa

5. Serangan penggerek pada saat pembibitan sampai

pembentukan malai

6. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya

7. Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10%

rumpun terserang dan 4 kelompok telur/rumpun (pada

fase bunting).

Page 33: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 27

8. Gunakanlah Insektisida berbahan aktif : karbofuran,

bensultap (Bancol), Bisultap (Panzer, Spontan),

Fipronil, dan Karbosulfan (Marshal)

Ulat Tentara/Grayak (Armyworm)

Tanda-tanda adanya Ulat Tentara dan cara penanggulangan

1. Ngengat dewasa aktif pada malam hari (makan,

berpopulasi, dan berimigrasi) terutama pada cuaca

yang berawan, dan sangat tertarik dengan cahaya

2. Kerusakan terjadi bagian atas tanaman, yang dimulai

dari tepi daun, memotong malai dan terjadi pada

semua stadia pertumbuhan tanaman

3. Gunakanlah Insektisida berbahan aktif BPMC dan

karbofuran

Hawar Daun Bakteri (Bacterial Leaf Blight)

1. Bercak berwarna kuning sampai putih, mulai dari

salah satu atau kedua tepi daun rusak, dan

berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun

bahkan biasa mencapai pangkal daun dan pelepah

daun pada varietas rentan

2. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase pesemaian

sampai awal fase pembentukan anakan. Pada fase

pembibitan

Page 34: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 28

3. Infeksi bakteri dapat menyebabkan bibit menjadi

kering, dan bila sel bakteri menginfeksi tanaman

melalui akar dan pangkal batang, tanaman

menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan

bagian tanaman lainnya menjadi kering. Sumber

infeksi dapat berasal dari jerami yang terinfeksi,

tunggul jerami, singgang dari tanaman yang

terinfeksi, benih dan gulma inang.

Cara pengendalian adalah :

1. Gunakanlah varietas tahan

2. Sanitasi lingkungan (tunggul dan jerami yang

terinfeksi)

3. Gunakanlah kompos yang sudah terdekomposisi

sempurna

4. Gunakanlah benih/bibit yang sehat

5. Gunakanlah pupuk nitrogen secara tidak berlebihan

Penanganan Panen dan Pasca Panen

Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik

penyebabkan penurunan hasil mencapai sekitar 20 % dan

menyebabkan penurunan mutu hasil padi.

Page 35: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 29

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam

penanganan panen dan pascapanen

(a) Panen dilakukan pada waktu yang tepat yaitu umur

95% malai telah menguning

(b) Perontokan sesegera mungkin

(c) Pengeringan, meliputi penjemuran

gabah di lantai jemur; ketebalan gabah 5-7 cm;

lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali

(d) Kadar air gabah 12-14%)

(e) Tempat penyimpanan gabah/beras harus

bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik

KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN

Komponen teknologi pilihan terdiri dari enam

komponen, yaitu: (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim

tanam; (2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah

semai, HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per

rumpun; (4) Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan

sesuai anjuran dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan

gabah segera dirontok) (Badan Litbang Pertanian, 2008).

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan I tanah dibajak dengan sempurna

sampai kedalaman 15-20 cm, kemudian lahan digenangi

Page 36: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 30

dengan air 2-3 hari dan dikeringkan 7-10 hari. Pengolahan

lahan ke II, lahan dibajak dan digenangi 2-3 hari, keringkan 7-

10 hari. Pengolahan ke III tanah digaru, diratakan dan

bersihkan. Pemberian pupuk kompos atau pupuk kandang

yang telah matang dan kapur dengan cara ditaburkan secara

merata 1-2 minggu sebelum tanam dengan takaran kapur 2

t/ha dan takaran pupuk kandang 5 t/ha. Pemberian

herbisida pratumbuh disemprot 5 hari sebelum tanam.

Persemaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan persemaian :

• Kualitas lahan untuk persemaian sama pentingnya

dengan lahan untuk produksi benih, sehingga tata cara

penyiapan lahannya sama dengan untuk produksi benih

• Luas lahan untuk persemaian 4% dari luas pertanaman (400

m2 untuk tiap hektar pertanaman)

• Gunakan pupuk kandang atau kompos dan pastikan tidak

ada gulma dan biji-biji gulma

• Tanah diolah sampai halus/gembur, bebas dari gulma, sisa

gulma dan tanaman lain, buat bedengan dengan lebar 1,5

m dan panjang sesuai dengan kondisi lapangan

• Benih yang telah mulai berkecambah ditabur di persemaian

dengan kerapatan 0,5-1 kg per 20 m2.

Page 37: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 31

• Kebutuhan benih per hektar sekitar 10-20 kg.

• Persemaian dibuat setelah pengolahan tanah pertama

• Untuk menghindari serangan hama tikus sebaiknya dilakukan

pemagaran dengan pagar plastik

• Persemaian dipantau atau diawasi, agar perkembangan

serangan hama/penyakit dapat terlihat

• Apabila terdapat hama dan penyakit dalam persemaian

dikendalikan dengan pestisida

Tanam

Penanaman merupakan awal kegiatan bercocok tanam

yang sangat menentukan tingkat hasil yang dicapai, oleh

karena itu bahan tanam berupa bibit sejak tanam sampai

pembibitan harus benar-benar sehat, vigor dan memiliki umur

yang tepat.

Kegiatan penanaman diantaranya adalah penyediaan bibit,

persiapan lahan, pengaturan air, pengukuran dan penanaman.

• Bibit dipindahkan ke lapangan saat berumur kurang dari

21 hari setelah semai ( HSS)

• Mencabut bibit dengan akar penuh dan batang tidak

boleh patah

• Bibit diikat untuk mempermudah pengangkutan dan

pendistribusian kepetakan lainnya

Page 38: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 32

• Lahan untuk tanam harus sudah bersih dari gulma,

tanaman lain serta Saat akan dilakukan penanaman

kondisi air diusahakan macak-macak

• Agar tanaman lebih rapi dan teratur, maka dilakukan

pengukuran, sistem tanam yang dilakukan adalah sistem

tanam jajar legowo 4 :1 atau 2 : 1

• Penanaman dilakukan dengan 1- 3 bibit/lubang tanam

• Sisa bibit ditaruh di ujung barisan sebagai ‘dederan’ untuk

bahan penyulaman

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman,

penyiangan, perbaikan pematang, pengairan berselang,

pemberantasan hama dan penyakit dengan konsep PHT yaitu

secara fisik dan mekanis dan terakhir yaitu menggunakan

pestisida kimia. Penyulaman dilakukan pada 7-10 HST dengan

menggunakan bibit dari varietas dan umur yang sama,

Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 14 dan 28 HST.

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan

kondisi lapangan.

Page 39: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 33

PANEN

Panen dilakukan bila tanaman padi sudah mulai

menguning sekitar 95 % , secara umum pada umur 90-120

HST atau tergantung varietas yang digunakan. Pemanenan

dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi. Sebelum

panen dimulai, beberapa peralatan yang digunakan untuk

panen seperti mesin perontok gabah (thresher), alat

pengeringan (lantai jemur) harus disiapkan dan dibersihkan

agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Untuk karung

sebaiknya digunakan karung yang baru. Setelah panen

sebaiknya segera dilakukan perontokan dan kemudian

dilakukan penjemuran sampai kadar air mencapai maksimal 14

%, dan kemudian dibersihkan serta dikarungi untuk dsimpan.

PENUTUP

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated

Crop Management (ICM) memiliki dua komponen teknologi

yaitu teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. PTT

bersifat spesifik lokasi dan partisipatif merupakan pembeda

utama dengan teknologi sebelumnya dan merupakan suatu

paket. Dalam penerapan teknologi disesuaikan dengan

keinginan petani dengan mempertimbangkan kondisi

lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat.

Page 40: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 34

BAHAN BACAAN Abdulrachman, S., E. Suhartatik, A. Kasno, dan D.

Setyorini.2008. Modul Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan IRRI. 36 Hal.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 40 Hal.

Badan Litbang Pertanian. 2008. Modul Pemupukan Padi

Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama badan Litbang Pertanian-IRRI. 36 Hal.

BBP2TP. 2011. Juklak UPBS. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. 2008a. Modul Pelatihan Dalam

Rangka TOT SL-PTT Padi Nasional, Sukamandi, 24-29 Maret 2008.

Departemen Pertanian. 2008b. Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Panduan Pelaksanaan. 38 Hal.

Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian Swasembada Beras dan Kemandirian Pangan Nasional. Hlm. 55-70. Dalam B. Suprihatno et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku Satu. Balitbangtan, Badan Litbang Pertanian.

Page 41: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 35

Hasanuddin, A. 2003. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Kerjasama Balitpa-BP2TP-BPTP Sumut-BPTP Jabar-BPTP Jateng-BPTP DIY-BPTP Jatim-BPTP NIBBPTP Sulsel-BPTP Kalitim-IRRI.71 Hal.

IRRI. 2000. Use of Leaf Color Chart (LCC) For N

Management in Rice. CRI MNI I Technology Brief No.2 (Revised 2000).

Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, dan A. Gani. 2002.

Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 37 Hal.

Nursyamsi D. LR. Widowati, D. Setyorini dan J Sri

Adiningsih. 2000. Pengaruh pengelolaan tanah, pengairan terpadu dan pemupukan terhadap produktifitas lahan sawah baru pada Inceptisols dan Ultisols Muaralabeliti dan tata karya. Jurnal Tanah dan Iklim 18 : 29-38.

Suryana, A., Suyamto, S. Abdulrachman, I Putu

Wardana, H. Sembiring, dan I Nyoman Widiarta. 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 40 Hal.

Suwarno, B. Suprianto, Satoto, B. Abdullah, U S

Nugraha, I N. Wisiarta. 2003. Panduan Teknis Produksi Banih dan Pengembangan Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Penyunting Djuber Pasaribu dan Hermanto. Departemen. 29 Hal.

Page 42: P etunjuk Teknis - kepri.litbang.pertanian.go.idkepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/juknispadisawah.pdf · Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan

Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah

g

L P T P Kepulauan R i a u 36

Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Zaini, Z., Diah WS, dan M. Syam. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BBP2TP, BPTP Sumatera Utara, BPTP NTB, Balitpa, IRRI. 57 Hal.