57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tulang merupakan jaringan penyokong yang berfungsi sebagai penyokong tubuh, penguat, alat gerak pasif, dan melindungi organ-organ tubuh kita. Sebagai organ penyokong dan penguat, tulang harus bersifat keras sehingga dapat menerima beban yang besar, di lain pihak, tulang juga harus lentur sehingga dapat menyerap energi saat pembebanan, dan tidak mudah patah. Bila tulang terlalu lunak, maka tulang tersebut tidak akan dapat mengangkat atau menahan beban yang berat. Sebaliknya bila tulang terlalu keras, maka akan menjadi rapuh dan mudah patah bila menerima beban yang berat. 1 Penyakit tulang merupakan salah satu dari syndrom geriatri, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut cukup signifikan. Salah satu penyakit tulang pada geriatri adalah osteoporosis. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia ( PROSI ) pada bulan oktober 2007 di Dubai memaparkan 22 – 55% wanita lansia di Indonesia mempunyai resiko terkena osteoporosis. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT Fonterra Brands Indonesia (2005) ditemukan bahwa prevalensi osteoponia mencapai 41,8 persen dan 10,3 persen menderita osteoporosis. Artinya, dua dari lima 1

OSTEOPOROSIS.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tulang merupakan jaringan penyokong yang berfungsi sebagai penyokong tubuh,

penguat, alat gerak pasif, dan melindungi organ-organ tubuh kita. Sebagai organ

penyokong dan penguat, tulang harus bersifat keras sehingga dapat menerima beban yang

besar, di lain pihak, tulang juga harus lentur sehingga dapat menyerap energi saat

pembebanan, dan tidak mudah patah. Bila tulang terlalu lunak, maka tulang tersebut tidak

akan dapat mengangkat atau menahan beban yang berat. Sebaliknya bila tulang terlalu

keras, maka akan menjadi rapuh dan mudah patah bila menerima beban yang berat.1

Penyakit tulang merupakan salah satu dari syndrom geriatri, dalam arti insidens

dan akibatnya pada usia lanjut cukup signifikan. Salah satu penyakit tulang pada geriatri

adalah osteoporosis. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia ( PROSI ) pada bulan oktober

2007 di Dubai memaparkan 22 – 55% wanita lansia di Indonesia mempunyai resiko

terkena osteoporosis. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan

Makanan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT Fonterra Brands Indonesia

(2005) ditemukan bahwa prevalensi osteoponia mencapai 41,8 persen dan 10,3 persen

menderita osteoporosis. Artinya, dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko

terkena osteoporosis. Penelitian tersebut dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia,

yaitu Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan

Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Penelitian itu melibatkan

sampel hingga 65.727 orang (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan).2,3

Masalah kesehatan pada usia lanjut meningkat seiring dengan meningkatnya umur

harapan hidup. Saat ini umur harapan hidup adalah 68 tahun. Pada tahun 2005, jumlah

penduduk berusia lanjut (>65 tahun) akan mencapai 18,5 juta orang. Indonesia

menduduki posisi keempat, setelah China, India, dan Amerika Serikat, sebagai negara

dengan jumlah penduduk usia lanjut tertinggi Analisis data yang dilakukan oleh Pusat

1

Penelitian Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan di 14 provinsi menunjukkan bahwa

prevalensi osteoporosis sudah mencapai 19,7 persen. Angka ini sudah mengkhawatirkan.

Pada tahun 2005 diperkirakan lebih dari 4 juta usia lanjut menderita osteoporosis. Secara

kodrati, wanita lebih rentan terkena osteoporosis daripada pria. Angka kejadian (insiden

rate) osteoporosis pada wanita 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian

pada pria. Hal ini berkaitan dengan menurunnya produksi hormon estrogen pada wanita

usia lanjut (masa menopause).4

Kebanyakan pasien patah tulang ini bergantung hidup pada orang lain karena

mereka tidak mampu berjalan. Di dalam kasus lebih parah, penderitaan biasanya berakhir

dengan kematian. Terlalu sedikit pasien patah tulang dapat disembuhkan. Patah tulang

lumbal berhubungan dengan rasa sakit dan berkurangnya tinggi, sedangkan patah tulang

femur (tungkai) berhubungan dengan ketidakmampuan atau berhubungan dengan

immobilisasi yang sangat panjang samapi kematian. Christiansen menyatakan: Satu dari

dua wanita pada usia 70 tahun mengalami patah tulang. Dua dari tiga wanita usia 80

tahun mengalami patah tulang Penyakit osteoporosis ini sering disebut sebagai silent

disease sebab tidak menunjukkan gejala klinis. Seolah-olah seseorang yang terkena

osteoporosis sifatnya mendadak dan bisa berujung pada kematian.3,5,6

Penderita osteoporosis memiliki tulang yang rapuh sehingga rentan terjadinya

fraktur atau patah tulang. Tulang yang berisiko patah adalah tulang pada dengkul, jari

tangan, dan pinggul. Patah tulang pinggul pada wanita ternyata memiliki risiko kematian

yang serupa dengan penyakit lain seperti kanker payudara yaitu 2,8%. Osteoporosis alami

terjadi pada wanita menopause dimana produksi hormon estrogen menurun sehingga

tidak ada kontrol terhadap osteoklas yang berfungsi meresorpsi tulang. Tidak hanya

wanita, osteoporosis pun menyerang pria.

Pada pria, testosteron akan diubah menjadi estrogen oleh enzim di dalam darah. Bedanya

dengan wanita, pria tidak mengalami menopause sehingga osteoporosis datang lebih

lambat.6

Untuk melakukan pencegahan, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Ada beberapa faktor yang berperan

2

terhadap terjadinya osteoporosis. Pertama faktor keturunan atau ras, yang berarti kita

tidak bisa terlalu banyak melakukan intervensi dengan mengganti gen penyebabnya,

misalnya. Biasanya resiko meningkat pada ras kulit putih seperti Eropa atau Asia.

Yang kedua adalah faktor usia. Semakin tua seseorang akan semakin besar kemungkinan

terkena osteoporosis. Kemudian yang ketiga adalah faktor lingkungan seperti misalnya:

Mendapatkan pengobatan jangka panjang (misalnya kortikosteroid, antikejang), Efek dari

penyakit lain seperti hipotiroidisme atau sindroma malabsobsi, Mendapat menopause dini

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan, terlihat agak sulit untuk menghindarinya.

Berita baiknya, ada beberapa faktor resiko yang mudah sekali dihindari untuk

mengurangi resiko terjadinya osteoporosis, yaitu: Hilangkan kebiasaan merokok,

Berolahraga yang dapat menguatkan otot karena sekaligus menguatkan tulang, misalnya

jalan, jogging, dll, Makanlah makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D

(bagi Anda yang telah berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor resiko besar,

sebaiknya mengkonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D), Jangan terlalu banyak

mengkonsumsi kafein ataupun alcohol, jangan terlalu kurus.6

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku wanita berusia di atas 45 tahun

yang berolah raga di Senayan November 2007, tentang osteoporosis.

2. Apakah ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi,

sumber informasi dengan pengetahuan, sikap dan perilaku wanita berusia di

atas 45 tahun yang berolah raga di GOR Senayan November 2007, terhadap

osteoporosis.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

3

Mengetahui tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku wanita berusia di atas 45

tahun yang berolah raga di GOR Senayan November 2007, terhadap

osteoporosis.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahui tingkat pengetahuan wanita yang berusia di atas 45 tahun yang

berolahraga di GOR Senayan terhadap osteoporosis.

2. Diketahui tingkat sikap wanita yang berusia di atas 45 tahun yang berolahraga

di GOR Senayan terhadap osteoporosis.

3. Diketahui tingkat perilaku wanita yang berusia di atas 45 tahun yang

berolahraga di GOR Senayan terhadap osteoporosis.

4. Diketahui hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi,

sumber informasi dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang

berusia > 45 tahun yang berolahraga di GOR Senayan terhadap osteoporosis.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

1. Memeperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melaksanakan

penelitian

2. Mengetahui cara membuat penelitian yang baik dengan ilmu metodologi

penelitian yang telah di peroleh selama pendidikan

3. Melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat

4. Mendapatkan masukan mengenai tingkat pengetahuan sikap dan perilaku

masyarakat mengenai osteoporosis dan penanganannya

5. Mendapatkan masukan mengenai prevalensi penyakit osteoporosis

1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

4

1. Realisasi tri darma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas

perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian bagi masyarakat

2. Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf

pengajar

3. Data bagi penelitian – penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

osteoporosis di masyarakat

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan kesadaran akan bahaya osteoporosis

2. Mengetahui tentang osteoporosis dan tindak pencegahannya

3. Bahan masukan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan untuk

meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai

osteoporosis

BAB II

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Definisi

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian

sehingga dengan trauma minimal tulang akan patah.2

WHO mendefinisikan osteoporosis adalah penurunan massa tulang lebih

dari 2,5 kali standart deviasi massa tulang rata-rata dari populasi usia muda.

Penurunan antara 1 – 2,5 standart deviasi dari rata-rata usia muda disebut

osteopenia.2

2.1.2. Klasifikasi

Osteoporosis dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu:2

1. Osteoporosis Primer

Yaitu osteoporosis yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain.

Osteoporosis Primer dibedakan atas :

- Osteoporosis tipe 1 : pada wanita post menopouse (post menopause

osteoporosis), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula.

- Osteoporosis tipe 2 : pada laki-laki usia lanjut (senile Osteoporosis),

terutama kehilangan massa tulang didaerah korteks.

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab

tidak diketahui.

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis Sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

Cushing's disease

Hyperthyroidism

Hyperparathyroidism

Hypogonadism

Kelainan hepar

Kegagalan ginjal kronis

Kurang gerak

Kebiasaan minum alkohol

6

Pemakai obat-obatan/corticosteroid

Kelebihan kafein

Merokok

2.1.3. Patogenesis Osteoporosis

2.1.3.1. Patogenesis Osteoporosis Tipe I

Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat. Penurunan

densitas tulang terutama pada tulang trabekular, karena memiliki permukaan

yang luas dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Estrogen

berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stroma cellsl

dan sel-sel mononuclear. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat

menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin sehingga aktivitas

osteoklas meningkat selain peningkatan aktivitas osteoklas, menopause juga

menurunkan absorbsi kalsium di usus, meningkatkan ekskresi di ginjal, dan

menurunkan sintesis berbagai protein. Tetapi pemberian estrogen transdermal

tidak akan meningkatkan sintesis protein tersebut, karena estrogen transdermal

tidak diangkut melewati hati tetapi estrogen transdermal tetap dapat

meningkatkan absorbsi kalsium di usus secara langsung tanpa dipengaruhi

vitamin D. Untuk mengatasi keseimbangan negative kalsium akibat menopause

maka kadar PTH akan meningkat pada pasien menopause sehingga osteoporosis

akan semakin berat.7

Pada menopause, kadang kala didapatkan peningkatan kadar kalsium

serum, hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya

kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang

terikat pada albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk kompleks. Walaupun

terjadi peningkatan kadar kalsium yang terikat albumin dan kalsium dalam

garam kompleks, kadar kalsium tetap sama dengan keadaan premenopause.7

7

2.1.3.2. Patogenesis osteoporosis tipe II

Pada orang tua sering terjadi defisiensi kalsium dan vitamin D yang

disebabkan karena asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia,

anabsorbsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat defisiensi kalsium

akan timbul hiperparatiroidisme sekunder yang persisten sehingga akan semakin

meningkatkan resorbsi tulang dan kehilangan masa tulang. Aspek nutrisi yang

lain adalah defisiensi protein yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1.

defisisensi vitamin K juga akan menyebabkan osteoporosis karena akan

meningkatkan karboksilasiprotein tulang, misalnya osteokalsin. Defisiensi

estrogen juga merupakan penyebab osteoporosis pada orang tua baik laki-laki

maupun perempuan. Karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause

8

(penurunan estrogen mendadak), maka kehilangan massa tulang yang besar tidak

pernah terjadi. Estrogen pada laki-laki berfungsi mengatur resorpsi tulang,

sedangkan estrogen dan progesterone mengatur formasi tulang. Kehilangan masa

tulang trabekular pada laki-laki berlangsung linier, sehingga terjadi penipisan

trabekular tanpa disertai putusnya trabekula seperti pada wanita. Dengan

bertambahnya usia kadar testosterone pada laki-laki akan menurun sedangkan

kadar sex hormone binding globulin (SHDG) akan meningkat. Peningkatan

SHGB akan meningkatkan pengikatan estrogen dan testosterone membentuk

kompleks yang inaktif. Penurunan hormone pertumbuhan dan IGF 1 juga

berperan terhadap peningkatan resorpsi tulang.7

9

2.1.4. Penyebab Osteoporosis

Berikut ini beberapa penyebab osteoporosis7

1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon

utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke

dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di

antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita

penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara

kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti

bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi

pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita

seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit

osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal

(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya

kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan

osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda

yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang

normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

10

2.1.5. Faktor resiko Osteoporosis6

1. Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh

hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.

Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45

tahun.

2. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia

75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam

mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan

kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki

risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia

rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan

menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik

memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.

Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti

kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga

pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya

mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid,

penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

11

Minuman berkafein dan beralkohol.

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan

tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany

dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research

Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein

dengan keroposnya tulang.

Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak

mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan

tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat

proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

Olahraga

Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses

osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan

massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka

otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok

sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya

mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga

membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang

sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses

pelapukan.Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa

mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke

seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan

tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik

secara langsung tidak langsung.

Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan

terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat

melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena

proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

12

Kurang Kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang

akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di

tulang.

6. Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit

asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering

dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab,

kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan

antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter

sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan

tulang.

7. Kurus dan Mungil

Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal

kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh

bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan

terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah

pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung

kurang terbentuk sempurna.

2.1.6. Gejala Osteoporosis6

Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses

kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis

senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari

dan tanpa disertai adanya gejala.

13

Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:

patah tulang

punggung yang semakin membungkuk

hilangnya tinggi badan

nyeri punggung

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka

akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang

menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa

mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan.

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari

punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika

disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan

menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang

abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan

otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan

yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah

patah tulang panggul.

14

Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah

persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain

itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara

perlahan.

2.1.7. Diagnosa Osteoporosis

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis

ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang.

Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan

lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi.5,6

Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang

dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3

cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: 5,6

1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray

absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa

osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan

nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. 5,6

DXA sangat berguna untuk: 5,6

o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis

o penderita yang diagnosisnya belum pasti

o penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara

akurat

15

2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening

awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T

dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -

2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti

osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga

pemeriksaannya yang lebih murah.5,6

3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx.

Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda

biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen

tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam

menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat

berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. 5,6

Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan

penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik

tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia

pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada

beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan

untuk memantau pengobatan osteoporosis. 5,6

Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk

mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain: 5,6

1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian

bawah.

2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang

belakang.

3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.

4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.

2.1.8. Terapi dan Pengobatan Osteoporosis

16

Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan

kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit.

Untuk terapi dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang

terdiri dari multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen

penyakit dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri

dan ginekologi, departemen farmakologi. 6

Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi

kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan

pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu,

departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan

osteoporosis.6

Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan

kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon

dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan,

kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).,6

Oleh sebab itu Departemen gizi klinik juga memiliki peranan dalam terapi

dan pengobatan osteoporosis. Spesialis gizi klinik dapat membantu menjaga agar

asupan gizi penderita osteoporosis terutama kalsium dan vitamin D tercapai agar

penyerapan kalsium dari makanan dan pemasukan ke dalam tulang berlangsung

optimal. 6

Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai

kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan

berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak

masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.6

Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus

mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita

pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen

17

(biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat)

yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.6

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan

tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar

testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.6

Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat,

diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi

fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah

dan operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan

flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan

lain dapat dicegah melalui pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya,

seperti terapi kortikosteroid. 6

Menangani Patah Tulang Osteoporosis

Patah tulang osteoporosisyang paling sering terjadi adalah pada patah

tulang vertebra (tulang punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan

(patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari

total jumlah patah tulang osteoporosis.6

Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah

dibidang morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas hidup adalah

patah tulang leher femur sehingga bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi

penyakit osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher

femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di

Asia.6

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul

biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya

digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Operasi ini dilakukan oleh spesialis

18

bedah tulang (orthopaedi). Setelah operasi, penderita harus menjalani fisioterapi

untuk memulihkan kemampuan tulang yang pernah patah. 6

Penatalaksanaan patah tulang osteoporosis memerlukan biaya yang sangat

besar sehingga sebaiknya mencoba untuk mencegah agar jangan sampai terjadi

patah tulang pada penderita osteoporosis. 6

Ada dua macam pencegahan patah tulang osteoporosis yaitu dengan cara

non-farmakologis dan cara faramakologis. Cara non farmakologis atau tanpa obat-

obatan dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu nutrisi dimana diperhatikan

asupan kalsium, vitamin D seumur hidup. Olahraga Tai-Chi ternyata berguna

untuk memperbaiki keseimbangan tubuh penderita osteoporosis. 6

Untuk lansia, penting untuk mencegah terjadinya jatuh di

rumah/lingkungan rumah karena hampir semua penderita patah tulang di rumah.

Usahakan agar faktor-faktor yang dapat mengakibatkan jatuh dihilangkan seperti

lantai licin, karpet longgar, keadaan tangga, pengobatan sedatif (membuat

ngantuk). 6

Cara farmakologik menggunakan obat-obatan dimana yang paling sering

dipakai adalah obat golongan bifosfonat yang dikombinasikan dengan asupan

kalsium dan vitamin D. Obat-obatan lain seperti terapi sulih hormon, hormon

paratiroid dan kalsitonin dan SERM.6

Latihan Fisik Mencegah & Mengobati Osteoporosis

Pada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan

mengobati penyakit osteoporosis. Latihan jasmani menggunakan beban berguna

untuk melenturkan dan menguatkan tulang. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan

sejak muda dan terus dilanjutkan sampai tua. 6

Latihan fisik yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan yang baik

artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu pemanasan & peregangan selama 10-

19

15 menit, latihan inti selama 20-60 menit,dan peregangan & pendinginan selama

5-10 menit. 6

Latihan yang benar artinya memberikan latihan yang sesuai dengan

tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masing-masing

individu yang dapat diketahui pada saat pemeriksaan pra latihan. Hal ini bertujuan

agar masing-masing individu terjawab kebutuhannya yang berbeda dengan yang

lain.6

Latihan yang terukur artinya mengukur jumlah detak jantung per menit

untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah

220 dikurangi usia. Satu hal yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur

dan berkesimabungan dari anak-anak sampai tua. 6

Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan

kekuatan dan kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan,

kebugaran jantung-paru, dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang. 6

2.1.9. Pilihan Pengobatan Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai

macam obat (bifosfonat / bisphosphonates, terapi hormon estrogen, selective

estrogen receptor modulators atau SERMs) dan asupan kalsium dan vitamin D

yang cukup.1

Obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan

meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi

resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau

memperlambat kecepatan penghilangan tulang.1

1. Golongan Bifosfonat

Bisfosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus

diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari

20

dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan

makanan.Bisfosfonat dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang,

dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul, mengurangi risiko

patah tulang. 1

Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate,

Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronat berfungsi: 1

o mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca

menopause

o meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul

o mengurangi angka kejadian patah tulang.

Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas

penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh

makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran

pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring,

minimal selama 30 menit sesudahnya. 1

Asam Ibandronate adalah bifosfonat yang sangat poten dan bekerja secara

selektif pada jaringan tulang dan secara spesifik menghambat akjtivitas

osteoklastanpa mempengaruhi formasi tulang secara langsung. Dengan kata lain

menghambat resorpsi tulang. Dosis 150 mg sekali sebulan. 1

Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk terapi

lainnya misalnya untuk hiperkalsemia, sebagai contoh Zoledronic acid.

Zoledronic acid digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah

yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga

digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengobati tulang yang rusak yang

disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang. 1

Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu

menghentikan penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati

21

penyakit tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara

memperlambat kerusakan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari tulang

ke dalam darah. 1

2. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)

Sementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca

menopause, efektif mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya

massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan

peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga sekarang

sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM

(Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan

massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan

SERMs adalah Raloxifene. 1

3. Metabolit vitamin D

Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu kalsitriol dan

alpha kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat

osteoporosis. 1

4. Kalsitonin

Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah

tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan

atau semprot hidung. Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan

osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam

bentuk injeksi. Dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan

600mg kalsium dan 400 IU vitamin D. Kalsitonin menekan aksi osteoklas dan

menghambat pengeluarannya. 1

22

5. Strontium ranelate

Stronsium ranelate meningkatkan pembentukan tulang seperti prekursor

osteoblas dan pembuatan kolagen, menurunkan resorpsi tulang dengan

menurunkan aktivitas osteoklas. Hasilnya adalah keseimbangan turnover tulang

dalam proses pembentukan tulang. Berdasarkan hasil uji klinik, stronsium

ranelate terbukti menurunkan patah tulang vertebral sebanyak 41% selama 3

tahun. 1

2.1.10.Pencegahan Osteoporosis

Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun

wanita.Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus

menerus terjadi sepanjang kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini

mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap

bulannya yang mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali.1,6

Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca

menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini adalah

hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara

wanita. 1,6

Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas

(pembentukan tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini

yaitu D, PTH pun turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. 1,6

Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan hidup masih

akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang demikian

rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita

osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah

pengangkatan kedua ovarium. 1,6

23

Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis

dibandingkan pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita

muda harus sadar dan segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut,

antara lain: 1,6

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang

cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap

hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita

setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup

kalsium.

Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang

dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium

per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.8

Tabel keperluan kalsium mengikut umur:

Kanak-kanak lelaki

Kalsium(mg)

8-11 tahun 800

12-15 tahun  1,200

16-18 tahun 1 ,000

                   

Kanak-kanak Perempuan Kalsium(mg)

8-11 tahun 900

12-15 tahun  1,000

16-18 tahun 800

                   

Lelaki Dewasa Kalsium(mg)

19- 64 tahun 800

24

64 keatas 800

            

Wanita Dewasa

Kalsium(mg)

19- 54 tahun

800

54 keatas 1000

Wanita mengandun

g1100

Wanita menyusui

anak1200

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama

sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun).

Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli,

tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan, daun pepaya, bayam, sawi, susu.8

2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.Oleh karena itu

hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orang-orang yang kurang terpajan

sinar matahari atau dengan fotosensitifitas,misalnya SLE. Untungnya,

Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di

bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan

sore hari sesudah jam 16.00. 8

3. Melakukan olah raga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat

berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah

raga beban misalnya berjalan 30-60 menit/hari dan menaiki tangga tetapi

berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. 8

4. Gaya hidup sehat

Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari

25

rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko

osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun

dilakukan secara bijak. 8

5. Hindari obat-obatan tertentu

Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan

untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat

antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat

dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter. 8

6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu) 8

o Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita

dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih

estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause;

tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih

bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah

tulang.

o Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang

mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan

tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim.

o Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat),

bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

7. Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi

asupan Natrium sampai 3gram/hari untuk meningkatkan reabsorbsi

kalsium ditubulus ginjal. Bila eksresi kalsium urin > 300mg/hari, berikan

diuretik tiazid dosis rendah ( HCT 25 mg/hari). 8

26

2.2. Kerangka Konsep

PEJAMU

LINGKUNGAN

27

Status gizi

Jenis Kelamin

Pendidikan

Umur

Faktor keturunan

Pengetahuan – Sikap – Perilaku

Catatan : tulisan yang bergaris miring tidak diteliti

BAB III

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode survey yang bersifat studi

deskriptif cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di GOR Senayan, Jakarta, hari Sabtu dan Minggu tanggal

17 – 18 November 2007, pukul 06.00-09.00 WIB.

III.3. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer yang di ambil dari responden dengan tekhnik wawancara,

pengukuran berat badan dan tinggi badan, untuk pengetahuan, sikap dan

perilaku dilakukan secara self administered.

Untuk wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Untuk pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat badan klasik.

Untuk pengukuran tinggi badan menggunakan meteran bangunan.

III.4 Populasi

Populasi adalah wanita di atas 45 tahun yang berolahraga di GOR Senayan, pada

hari Sabtu dan Minggu tanggal 17 – 18 November 2007, pukul 06.00-09.00 WIB.

28

Pola hidup: -Konsumsi tablet kalsium -Olah raga

Sumber informasi

III.5. Sampel

Sampel yang kami ambil adalah masyarakat yang berolahraga di GOR Senayan

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

III.5.1.Besar Sampel

Melalui rumus di bawah ini di dapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

n= Z xZ x P ( 100-P ) L x L

N1 = n + 10%x n

Keterangan :

N= jumlah sampel minimal

N1= n + 10 % dari kemungkinan DO

= batas kemaknaan 5%

Z = normal variasi pada two tailed : 1,96

P = proporsi masalah di lapangan

L = presisi penelitian, 10 % pada pemula

Berdasarkan rumus di atas di dapatkan angka

N= 1,96 x 1,96 x 50( 100 – 50 )0.1 x 0.1

n= 96

untuk menjaga kemungkinan adanya responden yang di drop out, maka di hitung

29

n1= n+10%x n

n1= 96+ (10%x96)

n1= 105,6 ( dibulatkan menjadi 106 responden )

III.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. Semua wanita berusia di atas 45 tahun yang berolahraga di GOR

Senayan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 17 – 18 November 2007,

pukul 06.00-09.00 WIB saat dilakukan penelitian

2. Sukarela sebagai responden

3. Berusia di atas 45 tahun

Kriteria Eksklusi :

1. Wanita di atas 45 tahun yang tidak bisa menjadi responden karena,

misalnya: buta huruf.

III.7. Tekhnik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara quota

sampling dari sejumlah masyarakat yang berolahraga di GOR Senayan. Responden

adalah masyarakat tersebut. Untuk memenuhi besar sampel dan menyesuaikan

dengan cara pengambilan sampel, maka jumlah responden yang di ambil yaitu 106

orang dari masyarakat tersebut.

III.8. Cara Kerja

III.8.1.Identifikasi Variabel

30

Dalam Penelitian ini digunakan variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel terikat berupa penegetahuan, sikap dan perilaku mengenai penyakit

osteoporosis.

Variabel bebas berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi dan

sumber informasi.

III.8.2.Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan yaitu kebiasaan berolahraga, pengetahuan, sikap

serta perilaku responden diperoleh dengan mendatangi orang - orang yang

berolahraga di GOR Senayan.

III.8.3.Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing, koding, data entry dan verifikasi. Selanjutnya dimasukkan dan di olah

dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS ( Statistical Package for The

Social Sience ) versi 13.

III.8.4.Penyajian Data

Data yang di dapat disajikan dengan textular dan tabular

III.8.5.Analisa Data

Terhadap data yang telah di olah akan dilakukan analisis dengan cara uji

statistik chi square.

III.8.6.Interpretasi Data

Data di interpretasikan secara deskriptif korelatif antar variabel – variabel

yang telah ditentukan.

III.8.7.Pelaporan Data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan di

presentasikan di hadapan pembiimbing kepaniteraan IKM junior Fakultas

Kedokteran Uniiversitas Pembangunan Nasional ”Veteran”.

III.9. Batasan Operasional

III.9.1.Data Umum

31

- Responden

Responden adalah wanita di atas 45 tahun yang berolahraga di GOR

Senayan, hari Sabtu dan Minggu,Tanggal 17-18 November 2007, Pukul 06.00-

09.00 WIB.

- Usia

Usia responden adalah usia yang tercantum dalam kartu tanda penduduk.

Usia dikategorikan sebagau berikut: 45-50 tahun, 51-55 tahun, 56-60 tahun, 61-65

tahun, lebih dari 65 tahun.

- Status Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu

yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat, SMP atau yang sederajat, SMU

atau yang sederajat, dan akademi atau perguruan tinggi yang sederajat. Dalam

hal ini status pendidikan ditujukan pada responden.

Tingkat pendidikan rendah :

- Buta huruf

- Tidak tamat/tamat SD/sederajat

- Tidak tamat/tamat SMP/Sederajat

-Tidak tamat SMA/Sederajat

Tingkat pendidikan sedang :

- tamat SMU atau sederajat

- tidak tamat akademi atau perguruan tinggi atau sederajat

Tingkat Pendidikan Tinggi

- tamat akademi atau perguruan tinggi atau yang sederajat

- Tingkat pendapatan

- Tingkat pendapatan keluarga perbulan dihitung beradasarkan jumlah

pendapatan seluruh anggota keluarga perbulan, dibagi jumlah anggota

32

keluarga yang menjadi tanggungan. Tingkat pendapatan perkapita

penduduk Indonesia menurut bank dunia tahun 2003 dikelompokkan

mnjadi :

1. Pendapatan rendah : < Rp.606.708,75

2. Pendapatan menegah rendah : Rp. 606.708,75 – 2.407.801,00

3. Pendapatan menegah tinggi : Rp. 2.407.801,00 – 7.443.087,00

4. Pendapatan tinggi : > Rp.7.443.087, 00

- Jumlah tanggungan

Adalah orang lain yang juga berada dalam rumah tangga responden, diluar

keluarga inti ( ayah, ibu serta anak ). Jumlah tanggungan ini dikategorikan

sebagai berikut: 1-3 orang, 4-5 orang, lebih dari 5 orang.

- Penimbangan

- Penimbangan berat badan responden dilakukan dengan menggunakan

timbangan berat badan.

- Pengukuran Tinggi Badan

- Pengukuran tinggi badan responden dilakukan dengan menggunakan

meteran.

- Perhitungan Status Gizi

- Perhitungan status gizi dilakukan berdasarkan indeks massa tubuh

dengan rumus :

IMT = Berat badan ( Kg)Tinggi Badan (m)2

Tabel Indeks Massa Tubuh

33

Status Gizi Wanita Laki-laki

Kurang <17 <18

Normal 17-23 18-25

Kegemukan 23-27 25-27

obesitas >27 >27

-Status Pekerjaan

Status Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari –

hari yang mendapatkan imbalan uang atau materi. Dalam hal ini status

pekerjaan dibagi dalam lima kategori: PNS, Pegawai swasta, TNI, Wiraswasta /

profesional, ibu rumah tangga.

-Sumber Informasi

Sumber Informasi adalah media atau sumber pengetahuan responden

mengenai osteoporosis. Dibagi menjadi medis dan non medis. Medis meliputi

dokter atau tenaga kesehatan lain. Non medis meliputi media elektronik (televisi,

radio, internet), media cetak (buku, koran, tabloid, brosur), orang lain (keluarga,

teman).

III.9.2. Data Khusus

III.9.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui yang berkaitan

dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dapat dipengaruhi oleh

faktor dari dalam seperti: motivasi dan faktor dari luar seperti informasi. Dalam

hal ini adalah pengetahuan responden tentang osteoporosis yang meliputi definisi,

gejala, dan pengobatan serta dampak yang ditimbulkan. Penilaian dilakukan

berdasarkan kuesioner.

III.9.2.2. Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden berdasarkan pendirian,

pendapatan, dan keyakinan individu tersebut. Dalam penelitian ini diteliti

34

bagaimana sikap responden terhadap osteoporosis dan dampak yang ditimbulkan.

Penelitian dilakukan berdasarkan kuestioner.

III.9.2.3 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan

atau memenuhi kebutuhan berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan

norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal

atau normatif) dari eksistensi pengetahuan budaya atau pola pikir yang dimaksud.

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku responden sehubungan dengan

pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan dampak yang ditimbulkan.

III.9.2.4. Sistem Penilaian Kuesioner

Kuesioner terdiri atas identitas responden, sosial ekonomi, pengetahuan,

sikap, perilaku dan sumber informasi. Yang mendapat sistem skoring adalah

pengetahuan, sikap, perilaku, dan sumber informasi.

III.9.2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui yang berkaitan

dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dapat dipengaruhi oleh

faktor dari dalam seperti: motivasi dan faktor dari luar seperti informasi. Dalam

hal ini adalah pengetahuan responden tentang osteoporosis yang meliputi definisi,

gejala, dan pengobatan serta dampak yang ditimbulkan. Penilaian dilakukan

berdasarkan kuesioner.

1. Apakah anda tahu mengenai osteoporosis ? (boleh menjawab lebih dari satu)

Nilai 5 : Bila menjawab ya

Nilai 3 : Bila menjawab tidak

2. Gejala-Gejala osteoporosis : ( boleh menjawab lebih dari satu)

Nilai 5 : Bila menjawab 3 jawaban benar, atau lebih

Nilai 3 : Bila menjawab 1-2 jawaban benar

Nilai 1 : Bila tidak ada jawaban benar

35

3. Adakah hubungan antara umur dengan osteoporosis?

Nilai 5 : Bila menjawab ya

Nilai 3 : Bila menjawab tidak

Nilai 1 : Bila menjawab tidak tahu

4. Adakah hubungan antara jenis kelamin dengan osteoporosis?

Nilai 5 : Bila menjawab ya

Nilai 3 : Bila menjawab tidak

Nilai 1 : Bila menjawab tidak tahu

5. Bagaimana penyebab osteoporosis ( boleh jawab lebih dari 1)

Nilai 5 : Bila menjawab 3 jawaban benar, atau lebih

Nilai 3 : Bila menjawab 1-2 jawaban benar

Nilai 1 : Bila tidak ada jawaban benar

6. Bagaimana cara mencegah osteoporosis? ( boleh menjawb lebih dari 1 )

Nilai 5 : Bila menjawab 3 jawaban benar, atau lebih

Nilai 3 : Bila menjawab 1-2 jawaban benar

Nilai 1 : Bila tidak ada jawaban benar

7. Apakah osteoporosis dapat disembuhkan

Nilai 5 : Bila menjawab tidak

Nilai 3 : Bila menjawab ya

Nilai 1 : Bila menjawab tidak tahu

8. Dari mana anda mengetahui mengenai osteoporosis?(boleh menjawab lebih dari

satu)

Nilai 5 : Bila menjawab lebih dari 5

Nilai 3 : Bila menjawab 3-5

Nilai 1 : Bila menjawab kurang dari 3

III.9.2.5.2. Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden berdasarkan pendirian,

pendapatan, dan keyakinan individu tersebut. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana

sikap responden terhadap osteoporosis dan dampak yang ditimbulkan. Sikap ini

dinilai berdasarkan pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut :

36

1. Sering mengkonsumsi minuman berkalsium tinggi (susu) dapat mencegah

osteoporosis

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

2. Sering mengkonsumsi minuman berkafein (kopi) dan beralkohol dapat

menimbulkan osteoporosis

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

3. Wanita lebih banyak menderita osteoporosis

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

4. Olahraga dapat mencegah osteoporosis

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

5. Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

6. Osteoporosis dipengaruhi usia

Nilai 5 : bila menjawab setuju

Nilai 1 : bila menjawab tidak setuju

III.9.2.5.3 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan

atau memenuhi kebutuhan berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan

norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal

atau normatif) dari eksistensi pengetahuan budaya atau pola pikir yang dimaksud.

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku responden sehubungan dengan

pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan dampak yang ditimbulkan.

Perilaku dapat dinilai berdasarkan pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut :

37

1. Berapa kali anda minum susu dalam satu minggu ?

Nilai 5: Bila menjawab 2-3 kali perminggu atau lebih

Nilai 3: Bila menjawab 1 kali perminggu

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah minum susu

2. Berapa kali anda berolah raga dalam 1 minggu

Nilai 5: Bila menjawab 2-3 kali perminggu atau lebih

Nilai 3: Bila menjawab 1 kali perminggu

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah

3. Olah raga apa yang anda lakukan?

Nilai 5: Bila menjawab olahraga ringan

Nilai 3: Bila menjawab olahraga sedang

Nilai 2: Bila menjawab olahraga berat

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah

Keterangan :

Olahraga ringan : lari pagi, jalan kaki 2-4 km perjam, memancing, golf,

panahan, bersepeda, tenis meja, dansa perlahan dan sejenisnya

Olahraga sedang : berenang gaya dada, senam jantung sehat, mendayung,

fitness, jalan kaki 6-8 km perjam, senam aerobik dan sejenisnya.

Olahraga berat : Squash, jogging (6-9 km perjam), bulutangkis, berenang gaya

bebas, mendaki gunung, anggar, tenis lapangan, sepak bola, dan dejenisnya

4. Berapa lama anda berolah raga?

Nilai 5: Bila menjawab 30-60 menit

Nilai 3: Bila menjawab <30 menit

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah berolahraga

5. Berapa kali anda makan sayuran hijau dalam 1 minggu?

Nilai 5: Bila menjawab 2-3 kali perminggu atau lebih

Nilai 3: Bila menjawab 1 kali perminggu

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah makan sayuran hijau

6. Berapa kali anda mengkonsumsi tablet kalsium?

Nilai 5: Bila menjawab 2-3 kali perminggu atau lebih

Nilai 3: Bila menjawab 1 kali perminggu

38

Nilai 1 : Bila menjawab tidak pernah mengkonsumsi tablet kalsium

III.10. Etika Penelitian

Sampel dan atau responden diberi penjelasan secara lisan mengenai tujuan

dan cara penelitian dan diberi jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang

diberikan. Penelitian ini dijalankan setelah mendapat persetujuan secara sukarela

dari responden.

III.11. Sarana kegiatan

III.11.1. Tenaga

Penelitian dilakukan oleh sembilan orang mahasiswa Fakultas Kedokteran

UPN ”veteran” Jakarta tingkat V yang sedang menjalani kepaniteraan di

departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dan dibantu oleh seorang dosen

pembimbing dari bagian Degeneratif sosial dari Departemen Ilmu Kedokteran

Komunitas sebagai berikut:

Pembimbing materi dan metodologi ibu Ambar

III.11.2. Fasilitas

Fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini berupa ruang diskusi, laptop,

printer, internet, buku sumber, alat tulis, audiovisual, alat komunikasi, alat

transportasi, dan lain-lain.

III.11.3. Tim Peneliti

Tim Peneliti terdiri dari sembilan orang mahasiswa tingkat V FK.UPN

yang terdiri dari:

1. Kristina 099.311.122

2. Ranica Rachman 200.311.140

3. Eko Sumartadilaga 200.311.181

4. Prima Sesari.S. 201.311.017

5. Maimanati Aina 201.311.030

6. Ari Hardianto 201.311.067

7. Nadya Aviliyani 201.311.083

8. Syarifah 201.311.096

39

9. Heni Estikasari 201.311.135

III.11.4. Jadwal Penelitian

8-11 November 2007 : penyusunan proposal

November 2007 : uji coba kuesioner

November 2007 : pengumpulan dan pengolahan data

III.11.5. Anggaran Penelitian

Pengeluaran

Biaya foto copy, ketik, prin, dan komunikasi

Suvenir responden

Biaya tak terduga

Total Pengeluaran

40