17
Minggu, 06 Mei 2012 OSTEOMILITIS BAB I PENDAHULUAN Masalah infeksi dan inflamasi penting diketahui perawat dalam melakukan asuhan keperawatan gangguan system musculoskeletal karena keadaan tersebut sering beriringan dan/ merupakan suatu komplikasi dari gangguan musculoskeletal itu sendiri. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah berupaya agar masalah dapat dihindari atau risikonya minimal. Disini pemakalah akan lebih membahas tentang osteomielitis yang merupakan salah satu dari jenis infeksi tulang. Osteomielitis masih merupakan permasalahan di Negara kita karena tingkat higienis yang masih rendah, pemahamam mengenai penatalaksanaan yang masih belum baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, dan fasilitas diagnostic yang belum memadai di puskesmas. Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup tinggi. BAB II ISI A. Pengertian

Osteomyelitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

Minggu, 06 Mei 2012OSTEOMILITISBAB IPENDAHULUANMasalah infeksi dan inflamasi penting diketahui perawat dalam melakukan asuhan keperawatan gangguan system musculoskeletal karena keadaan tersebut sering beriringan dan/ merupakan suatu komplikasi dari gangguan musculoskeletal itu sendiri. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah berupaya agar masalah dapat dihindari atau risikonya minimal.Disini pemakalah akan lebih membahas tentang osteomielitis yang merupakan salah satu dari jenis infeksi tulang.Osteomielitis masih merupakan permasalahan di Negara kita karena tingkat higienis yang masih rendah, pemahamam mengenai penatalaksanaan yang masih belum baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, dan fasilitas diagnostic yang belum memadai di puskesmas. Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup tinggi.

BAB IIISI

A.Pengertian1.Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang, baik karena infeksi piogenik maupun non piogenik, misalnya Mycrobacterium tuberculosis. ( buku ajar Iasuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal,Ns. Arif Muttaqin, hal 274 )2.Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada ifeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum ( pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalh kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. ( buku ajarkeperawatan medical bedah,brunner & suddarth, edisi 8, hal 2342-2343 )3.Osteomyelitis is an infection of the bone. Osteomyelitis is a severe problem and must be treated immediately to prevent extensive physical disability. With the advent of more sophisticated diagnostic measure and antibiotic therapies, the mortality from osteomyelitishas decreased but the complication rate remain about 5% ( medical surgical nursing, Pricilia Lemone and Karen M. Burke. Hal 1531)

Artinya : osteomyelitis merupakan infeksi tulang. Osteomyelitis adalah gejala yang tidak baik dan perlu pengobatan yang segera untuk mencegah cacat fisik yang lebih luas. Dengan mendatangkan zat yang dapat membunuh kuman dengan ukuran diagnostic dan terapi antibiotic, kematian dari osteomyelitis menurun tapi komplikasinya meningkat sekitar 5%.Jadi dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa osteomyelitis merupakan suatu infeksi pada tulang, bisa menyerang medulla maupun pada tulang itu sendiri.B.Klasifikasi1.Ostemyelitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari focus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting karena prognosis sangat bergantung pada pengbatan yang tepat dan segera.2.Osteomyelitis hematogen subakutbiasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.3.Osteomielitis kronisumumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik.

C.Etiologi1.Osteomielitis akuta.Staphylococcus aureus haemolyticus ( koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolyticusb.Haemofilus influenza ( 5-50%) pada anak di bawah 4 tahun.c.Organisme lain seperti B. coli, B auruginosa capsulate, pneumokokus, salmonella thyposa, pseudomonas auruginosa, proteus mirabilis, brucella, dan bakteri an aerob yaitu bacteroides fragilis.2.Osteomielitis subakutStaphylococcus aureus, umunya berlokasi di femur distal dan tibia proksimal.3.Osteomielitis kronisa.Staphylococcus aureusb.E. colic.Pseudomonasd.Proteus

D.Cara penularanCara penularan osteomyelitis terjadi melalui tiga cara, yaitu:1.Penyebaran umum melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septicemia atau melalui embolus infeksi yng menyebabkan infeksi multifocal pada daerah lain2.Penyebaran local ( abses subperiosteal) akibat penerobosan abses melalui periosteum, selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit, penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik, atau epnyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga sirkulasi dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentunya tulang mati yang disebut sekuestrum.3.Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi pada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

E.PatofisiologiStaphylococcuc aureus merupakan penyebab 70 % sampai 80 % infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya ayng sering dijumpai pada osteomielitis meliputi proteus, pseudomonas, dan escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan aerobic.Awitan osteomielitis setelah embedahan ortopedi dapat terjadi alam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 0 dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atu infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi 4 sapai 24 bulan sesudah terjadi pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogan dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada temapt tersebut, mengakibatkan iskemia pada dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kanivas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat kelaur spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.Abses yang terbentuk dindingnya terbentuk jaringan mati, namun seperti rongga abses pada umumnya, jaringan tiamh yang mati ( sequestrum) tidak mudah mencair dan engalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak terjadi pertumbuhan tulang yang baru ( involukrum ) yang mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyambuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentanmengelaurkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.F.WOC ( terlampir )G.Manifestasi klinisGambaran klinis osteomielitis akut berkembang secara progenesis penyakit.1.Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat bakteremia dan septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta nafsu makan berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya pada daerah torako lumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu ditanyakan.2.Osteomielitis hematogen subakut.Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula klien menjadi pincang. Terdapat nyeri pada area sekitar sendiselama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh klien biasanya normal. Pada pemerikasaan laboratorium, leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat. Pada foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadang- kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

3.Osteomielitis kronisKlien sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada klien.

H.Pemeriksaan penunjang1.Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.2.Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.3.Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.4.Pemeriksaan Biopsi tulang.5.Pemeriksaan ultra soundPemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.6.Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difusi.

I.penatalaksanaan1.Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri2.Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darahBegitu specimen kultur telh diperoleh, dimulai pemberian terapi intravena, dengan asumsi bahwa staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke temapat tersebut menurun akibat terjadinya thrombosis.3.Istirahat local dengan bidai atau traksiDaerah yang terkenaharus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat untuk meredakan aliran darah.[1]4.Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebabSasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentika proses infeksi.Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.5.Drainase bedahPada osteomielitis kronik dianjurkan untuk debridement bedah.dilakukan sequestrektomi.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup ronga mati atau dap dipasang tampon unutk dapat didisi oleh granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.

BAB IIIAsuhan KeperawatanA.Pengkajian1.Anamnesis. Dilakukan untuk mengetahui :a.Identitas: nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.Pada umumnya klien dengan osteomielitis mengalami nyeri hebat, untuk mengkaji nyeri, dapat digunakan metode PQRST:1)Provoking incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan slah satu factor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.2)Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk3)Region, radiation, relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar4)Severity ( scale ) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.5)Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam atau siang hari.

b.Riwayat penyakit sekarangKaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka( kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehinggga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi) ,riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan eksternal ( invansi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah ) , dan pada osteomielitis kronis tanya apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.c.Riwayat penyakit dahuluAdanya riwayat Infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat Diabetes Mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, dan pengobatan dengan imunosupresifd.Riwayat psikospiritualPerawat mengkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomieilitis, akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolism kalsium, konsumsi alcohol dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktifitas secara optimal, dan panadangan terhadap dirinya yang salah. ( gangguan citra diri )2.Pemeriksaan fisika.Keadaan umum1)Tingkat kesadaran ( apatis, spoor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung kepada keadaan klien )2)Kesakitan atau keadaan penyakit ( akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).3)Tanda tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septicemiab.B1 ( breathing ). Pada isnpeksi tidak didapatkan bahwa klien yang menderita osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktis fremitus seimbang kiri dan kanan. Pada auskultrasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.c.B2 ( blood ). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.d.B3 ( brain ). Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.1)Kepala: tidak ada gangguan ( normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala)2)Leher: tidak ada gangguan ( simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada).3)Wajah: telihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi dan bentuk.4)Mata: tidak ada gangguan, seperti konjungtiva anemis ( pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.5)Telinga: tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.6)Hidung: tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung7)Mulut dan faring: tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.8)Status mental: observasi penempilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.9)Pemeriksaan saraf cranial :a)Saraf I. biasanya tidak ada kelainan fungsi penciumanb)Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.c)Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mat, pupil isokor.d)Saraf V. klien oseomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainane)Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetrisf)Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.g)Saraf IX dan X. kemampuan menelan baikh)Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezeusi)Saraf XII. Lidak simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.10)Pemeriksaan reflex : biasanya tidak terdapat reflex patologise.B4 ( bladder ). Pengkajian keadaan urin meliputi warna, jumlah, karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system ini.f.B5 ( bowel ) . inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultrasi: peristaltic usus normal ( 20 kali/ menit ). Inguinal-genitalia-anus: tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan metabolism: klien osteomielitis harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual dan muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, baud an jumlah urin.g.B6 ( bone ). Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.h.Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spame local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi ( arthritis septic ). Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasala dari tulang yang mengalami infeksi atau proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya demam, nyeri, pemebengkakan pada daerah fraktur dan sekresi pus pada luka.i.Feel. Kaji adanya nyeri tekanj.Move. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak ( mobilitas ) atau tidak.Pergerakan yang dilihat adalah pergerakan pasif dan aktif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/ keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut.Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat menggangu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat tidur.

B.Diagnosa keperawatan1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan2.kerusakanmobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.3.Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang4.Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan

C.Intervensi1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakanIntervensiRasional

Mandiri :1.Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)2.Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)

3.Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka4.Amati perubahan suhu setiap 4 jam5.Kompres air hangatKolaborasi :Pemberian obat-obatan analgesik1.Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya

2.Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka.

3.Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri4.Untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi5.Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyamanMengurangi rasa nyeri

2.kerusakanmobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.IntervensiRasionalisasi

Mandiri :1.Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan2.Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit3.Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak4.Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas5.Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan6.Ubah posisi secara periodikKolabortasi :Fisioterapi / aoakulasi terapi1.Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang2.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

3.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien4.Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan5.Mengurangi terjadinya penyimpangan penyimpangan yang dapat terjadi

6.Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

3.Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulangIntervensiRasionalisasi

Mandiri :1.Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan2.Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit3.Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

4.Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas5.Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan6.Ubah posisi secara periodiKolabortasi :Fisioterapi / aoakulasi terapi1.Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang2.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

3.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien4.Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan5.Mengurangi terjadinya penyimpangan penyimpangan yang dapat terjadi

6.Mengurangi gangguan mobilitas fisikMengurangi gangguan mobilitas fisik

Factor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi dan lokasi infeksi

WOCFraktur terbuka

Inefektif kopingindividu

Defiisensi pengetahuandan informasi

Hambatan mobilitas fisik

Tirah baring lama, penekanan lokal

Kerusakan integritas kulit

Deformitas, bau

Kerusakan lempeng epifisis

Prognosis peyakit

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gg citra diri

Gg pertumbuhan

nyeri

DPD

Resti trauma

Kelemahan fisik

Involukrum, pengeluaran pus

Risiko osteomielitis kronis

Komplikasi infeksi

Kurang terpajan pengetahuan dan informasi

septikemia

Peneyebaran infeksi ke organ penting

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Penurunan kemampuan pergerakan

Keterbatasan pergerakan

Demam, malaise, penurunan nafsu makan, penurunan kemampuan tonus otot

Proses inflamasi secara umum

Pembentukan pus, nekrosis jarinngan

Proses inflamasi: hyperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

fagositosis

osteomielitis

Invasi kuman ke tulang dan sendi

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree

Invasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah

ulanng